Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN.

Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab beberapa


pertanyaan mengenai, hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah) seperti :
I. Landasan Ontologis
Obyek aoa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud hakiki obyek tersebut ? Bagaimana
huhungan antara obyek tadi dan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan meng
indera) yang menghasilkan pengetahuan ?
Pengertian ontologi (metafisika umum)
Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta ta physika artinya sesuatu yang ada
dibalik atau dibelakang benda-benda fisik. Definisi metafisika adalah sebagai studi atau
pemikiran tentang sifat yang terdafam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan
Metafisika bersifat fundamental dan komprehensif. Bersifat fundamental sebab pertanyaanpertanyaannya tentang apakah yang ada itu mendasari semua penyelidikan khusus. Bersifat
komprehensif sebab generali-tasnya sangat umum dan kaitannya dengan dunia sebagai
suatu keseluruhan.
Berfikir ontologi berasal dari kata Yunani onta artinya yang ada secara nyata,
kenyataan sesungguhnya. Istilah logi berassal dari kata Yunani logos artinya studi tentang,
uraian tentang. Ontologi : (1) membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, atau suatu
pengkajian mengenai teori ada. (2) berperan dalam pengembangan ilmu, asumsi dasar ilmu,
konsekuensinya berpengaruh terhadap penerapan ilmu, (3) merupakan sarana ilmiah
menemukan jalan untuk menangani masalah secara ilmiah, (4) menyelidiki dasar-dasar ilmu,
(5) menggunakan metode abstraksi untuk mencari kejelasan tentang dunia fakta seluruhnya
sampai pada pengertian yang fundamental. Pengetahuan fundamental hasil dari ontologi
dapat dijadikan dasar. untuk membahas kembali asumsi dasar yang oleh Ilmu Pengetahuan
telah dianggap mapan Hasil penelahaan ontologi dijadikan dasar rumusan hipotesis baru
untuk memperbaharui asumsi dasar yang pernah digunakan
Berfikir ontologik mempunyai corak kritik spekulatif. artinya pembahasan di dalam
ontologi dimulai tanpa asumsi dasar, melainkan mengandalkan kreativitas akal inspirasi,
intuisi, dan ilham. Persoalan-persoalan ontologis diantaranya adalah :
1.

Apa yang dimaksud tentang ada, keberadaan atau eksistensi itu ?

2.

Bagairnana penggolongan dari ada, keberadaan atau eksistensi ?

3.

Apa sifat dasar (nature) kenyataan atau keberadaan ?.


Martin Heidegger memberi landasan ontologi modern yang phenomenologist.
Heidegger berpandangan bahwa ilmu yang ada pilah dari ilmu positif. Ilmu
tentang yang ada merupakan transcendental temporal science, ilmu transenden
Universitas Gadjah Mada

yang temporal. Makna transenden diartikan dunia obyektif universal. Makna


metaphisik, sebagai dataran obyektif universal.

1. Obyek material metafisika.


Obyek material metafisika adalah yang ada artinya segala-galanya (Anton Baker,
1992) Metafisika adalah suatu inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Yang ada
merupakan predikat universal dalam arti merupakan predikat dalam setiap kesatuan
yang mungkin ada. Yang ada meliputi semua realitas dalam bentuk yang inderawi
maupun yang tidak inderawi (Lorenz Bags, 1991).
2. Obyek formal ontologi
Obyek formal ontologi adalah hakekat seluruh realitas. Metafisika membahas hakekat
realitas melalui dua macam sudut pandang, yaitu :
a.

Pendekatan kuantitatif, membahas kuantitas realititas yang terdalam


tunggal atau jamak. Telaahnya monisme, paralelisme, atau pluralisme.

b.

Pendekatan kualitatif, membahas jenis realitas terdalam. Memunculkan


aliran-aliran materialisme, naturalisme, dan hylemorphisme, yaitu sebagai
upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek
materialisme dari mental.

Metode pada ontologi


Metode metafisika umum adalah suatu refleksi terakhir, yaitu sarana metodik
mengeklesitasikan pra pengetahuan, yang merupakan pengetahuan bersifat umum.
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkat abstraksi dalam ontotogi, yaitu: abstraksi
fisik, bentuk, dan metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas suatu
obyek; abstraksi bentuk mendiskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu
yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar
semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus dibedakan menjadi dua yaitu
pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan
meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term
tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan
(Tt P)

Contoh : Sesuatu yang rohani itu kekal


Jiwa itu sesuatu yang rohani (S Tt)
Jadi, jiwa itu kekal (S P)

Universitas Gadjah Mada

Pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas


kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam
kesimpulan. Pembuktian a posteriori disusun dengan tata silogistik sbb :
Contoh :Gigi geiigi itu gigi geligi rahang dinosaurus
Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan
Jadi, dinosaurus itu pemakan tumbuhan
Apriori diberangkatkan dari term tengah dihubungkar. dengan predikat, dan term
tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan a posteriori diberangkatkan
dari term tengah dihubungkan dengan subyek, dan term tengah menjadi akibat dari ralitas
dalam kesimpulan. Secara umum a priori dikenal sebagai cara berfikir dan cara pembuktian
deduktif, sedangkan empiri sebagai konsekuensi. A posteriori dikenal sebagai cara berfikir
dan membuat kesimpulan yang mendasarkan empiri. Tetapi dari tata silogistik pembuktian a
posteriori tidak identik dengan pembuktian induktif.
II. Landasan Epistemofogis
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?
Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan
pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah kriterianya ?
Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu ? Pengertian epistemologl/ teori pengetahuan/ filsafat pengetahuan
Secara etimologi, epistemologi berasal dari kata Yunani episteme artinya
pengetahuan, pengetahuan yang benar, pengetahuan ilmiah. Logos artinya teori.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang asal mula atau sumber
pengetahuan, struktur pengetahuan, metode pengetahuan, dan validitas pengetahuan.
Dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah apakah yang dapat saya ketahui ?
Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha
untuk memperoleh pengetahuan, atau tentang terjadinya dan kebenaran ilmu. Persoalanpersoalan dalam epistemologi adalah
1.

Apakah pengetahuan itu ?

2.

Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu ?

3.

Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh ?

4.

Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai ?

5.

Apa

perbedaan

antara

pengetahuan

priori

(pengetahuan pra-

pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma


pengalaman) ?

Universitas Gadjah Mada

6.

Apa perbedaan di antara hal-2 berikut:kepercayaan, pengetahuan,


pendapat, fakta, kenyataa , kesalahan, bayangan, gagasan, keber.aran,
keboleh jadian, kepastian ?

Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana dan tata cara menggunakan sarana
tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah) Akal, akal budi, pengalaman, atau kombinasi
antara akal dan pengalaman, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi.
Sehingga dikenal model epistemologi seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme atau
rasionalisme kritis, positivisme, dan fenomologi dengan variasinya. Beberapa teori
pembenaran (justifikasi) Epistemik
1. Teori pembenaran Tradisional
a.

Teori koherentisisme, memandang bahwa yang diyakini tidak akan terlepas dari
lingkaran dari semua yang diyakini. Yang diyakininya: tampilan kaya akan
dihormati. Jajan di warung Tegal tidak mau.

b.

Teori foundationalisme klasik, berpendapat bahwa semua pengetahuan dan


pembenaran yang diyakini, sepenuhnya berlandaskan pada pengetahuan dan
pembenaran noninferensial. Maksudnya pembenaran hari ini turun hujan, tetapi
tidak ada maksud meramalkan bahwa hari lain dengan kondisi yang sama akan
juga turun hujan. Sebagai landasan sumber pembenaranya dapat diperoleh
secara a priori atau a posteriori. Pembenaran menurut foundationalisme memiliki
struktur linier, dan ditampilkan hanya dalam hal ada keterkaitan hal satu dengan
yang lain.

2. Pembenaran Evidentialisme dan Naturalisme.


Pada tahun 1980 terjadi diskusi ekstensif tentang pembenaran menurut teori internal
dan teori eksternal. Para internalist berpendapat bahwa pembenaran itu ditentukan oleh
faktor-faktor internal dalam mental seseorang, sedangkan para eksternalist berpendapat
bahwa banyak faktor luar mempengaruhi. Evidentialist adalah penganut internalist yang
khas. Pembenaran dibangun oleh persepsi kita, oleh mental set kita. Teori pembenaran
epistemik

Naturalisme,

merupakan pem-benaran

epistemik

yang

lebih

dekat

ke

epistemologi empirik, ke psikologi kognitif. Ilmu pengetahuan sekarang, lebih banyak


menjangkau kebenaran epistemologik, belum menjangkau kebenaran substansif hakiki.

III. landasan Aksiologis.


Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan ? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana hubu-ngan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metoda ilmiah dan norma-2 moral/profesional?
Universitas Gadjah Mada

Pengertian axiologi
Yaitu teori tentang nilai, bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan dalam kehidupan. Nilai tersebut wajib dipatuhi dalam kegiatan
kehidupan. Kekuasaan ilmu yang besar mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai
landasan moral yang kuat. Dasar axiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh
manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Ilmu bersifat netral, tidak rnengenal sifat
baik dan buruk, manusialah yang menjadi penentu. Netralitas ilmu terletak pada dasar
epistemologisnya, secara ontologis dan aksiologis harus mampu mcnilai antara baik dan
buruk.
Pandangan tentang nilai dikelompokkan menjadi dua, yaitu bersifat obyektif dan
subyektif. Nilai merupakan bagian dari keseluruhan keadaan metafisik alam semesta, bukan
hanya murni pengetahuan pribadi pada lingkungan manusia. Nilai berhubungan dengan
enghargaan. Nilai merupakan kuatitas suatu obyek atau barang yang hanya mempunyai
hubungan dengan subyek yang tahu ten-tang nilai. Max Scheler menampilkan 4 jenis values
(nilai) , yaitu (1) Nilai Sensual, seperti menyenangkan dan tidak menyenangkan (2) Nilai
hidup, seperti agung, hersahaja (3) Nilai kejiwaan, seperti nilai aestetis, nilai benar salah,
dan nilai intrinsik ilmu. (4) Nilai relegius, seperti yang suci, yang sakral.
Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang penerapan hasilhasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk
memudahkan pemenuhan kebutuhan dan keluhuran hidup manusia, Kesimpulan yang
muncul dalam mendalami aksiologi ialah( Sri Suprapto, 1997) : 1). Suatu skala nilai-nilai,
asas-asas moral, dan aturan-aturan untuk bertindak. 2) Lebih mengutamakan hal-hal yang
bersifat spiritual/kerokhanian ataupun mental daripada yang bersifat inderawi atau
kebendaan dan 3) Lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan alami. Lebih
mengutamakan hal yang umum daripada hal yang khusus.
Semua pengetahuan pada dasarnya mempunyai ketiga landasan tersebut. Yang
berbeda adalah materi perwujudannya serta sejauh mana landasan dari ketiga aspek
pengetahuan ini dikembangkan dan dilaksanakan. Noeng Muhadjir menyimpulkan ontologi,
epistemologi, dan aksiologi, guna menjangkau masa depan yang lebih prospektif.
Phenomena sensual, logik, ataupun moral yang tidak dapat disangkal memang dijiwai
dimensi plural pada substansi tunggal. Dengan bertikir retlektif menjadikan berfikir induktif
dan deduktif dipadukan. Kognisi, afek, dan psikomotor diganti kognisi, afek, dan amalan
dapat menjadikan tampilan psikologi lebih human. Pengembangan teknologi menjadikan
ilmu yang berorientasi pada hakikat obyektif ilmu dengan kepentingan subyektif manusia,
balk untuk menjangkau dataran sensual, logik, maupun moral menjadikan ilmu tampil
tunggal mendukung kepentingan manusia. Memadukan konsep dan praktik menjadi praxis
yang momot idee, nilai sensual, logik. Dan moral membuat ilmu menjadi tunggal.
Universitas Gadjah Mada

Kebenaran oleh Noeng Muhadjir disebut sebagai kebenaran substantif dan


kebenaran esensial, yang tampil sebagai keteraturan substantif dan keteraturan esensial
semesta, yang sifatnya obyektif transversal. Dalam pengakuan pada kebenaran
transendensi keteraturan substansial dan esensial itu merupakan Al Haq min Rabbika.

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai