Anda di halaman 1dari 5

Korupsi dengan mengutamakan individualisme

Gambaran Fenomena
Pejabat pemerintah YSL melakukan tindakan korupsi yang dimana hasil korupsi terebut
digunakan untuk kepentingan pribadinya. Dimana hasil korupsi tersebut berupa uang dengan
nominal 13,9 miliar. Hasil korupsi YSL ini dirasakan oleh dua orang kepercayaannya yaitu KS
dan MH . Dan diketahui juga oleh pihak berwenang “Penggunaan hasil korupsi oleh YSL yang
juga diketahui KS dan MH antara lain yaitu pembayaran angsuran kartu kredit, cicilan angsuran
kendaraan milik YSL , renovasi rumah, tiket pesawat untuk keluarga, dan pengobatan dan
perawatan bagi seluruh anggota keluarga yang nominalnya tidak sedikit”.

Kajian Teori

Kierkegaard memperkenalkan konsep ekstensi sebagai salah satu elemen kunci dalam pencarian
makna hidup. Ekstensi adalah proses di mana individu mengatasi batasan-batasan diri dan
terhubung dengan yang transenden, baik itu Tuhan atau realitas spiritual lainnya. Dalam konteks
psikologi, ini dapat diartikan sebagai pencarian makna hidup yang mendalam melalui
pengalaman spiritual atau refleksi diri yang mendalam. Dalam teori Soren Kierkegaard
menjelaskan bahwa manusia ditakdirkan untuk menghadapi dan menentukan sebuah pilihan
didalam kehidupan pribadinya. Dan keirkegaard pun menyampaikan bahwa “Setiap keputusan
yang kita buat merupakan pilihan dan keputusan kita, Tuhan, iblis, orang lain tidak akan
memberikan pilihan tersebut. Mereka hanya melihat keputusan yang kita ambil’. Tantangan-
tantangan kehidupan modern, menghadapi tantangan-tantangan tersebut tentunya suatu bangsa
senantiasa harus dapat mempertahankan kepribadian dan jati dirinya dalam arus perubahan-
perubahan sosial yang sangat luas dewasa ini. Perubahan-perubahan sosial tersebut dapat dilihat
dalam berbagai bentuk, seperti gaya hidup (life style), pola konsumsi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta komunikasi dan informasi. masalah tersebut juga telah
menyentuh nilai-nilai norma norma kemanusiaan antara lain keresahan, keterasingan, ke dalam
perangkap yang dibuatnya sendiri. Manusia modern semakin dibelokkan ppada pola yang ia buat
sendiri. Kemajuan teknologi pada masa modern telah membuatnya congkak yang akhirnya
menjerumuskan manusia ke dalam kehidupan yang berasaskan fatamorgana. Masalah kebebasan
dan tanggung jawab adalah persoalan yang krusial, sumber masalah utamaeksistensi manusia
sebagai individu terdapat pada tanggung jawab serta kebebasan, dua hal itu yang selalu
diinginkan bahkan diperjuangkan. Sebaliknya kebebasan justru di salah gunakan oleh manusia.
Ketika manusia itu menyalahkan kebebasan dan tanggungjawab tersebut maka dia tidak hanya
berhadapan dengan masalah yang berada dalam lingkungannya saja tetapi juga telah bersifat
universal, spektakuler dan fundamental. Dengan demikian bijaksana sangat diutamkan agar kita
mampu mengurangi atau meminimalisasikan resiko. Pada dasarnya keirkeggatd tidak
menyarakan kebijaksanaan tersebut, akan tetapi belajar dari kisahnya yang tragis, dengan begitu
terjadi penurunan terhadap harkat manusia dan gangguan depersonalisasi yang menjadi kunci
utama kehidupan modern. Pemikiran Kierkegaard telah membentuk dasar bagi banyak filsuf
eksistensialisme dan teolog Kristen selanjutnya, dan konsep-konsepnya tentang kebebasan, iman,
dan eksistensi individu masih relevan dalam diskusi filsafat dan teologi kontemporer. Dalam
konsep pemikiran Søren Kierkegaard mengklasifiksikan tiga hal yaitu

1. Tahap estetis

Kierkegaard merupakan salah satu pelopor eksistensialisme, suatu aliran filsafat yang
menekankan pentingnya eksistensi individu. Tahap estetis adalah tahap dimana orientasi
hidup manusia keseluruhannya diarahakn untuk mendapatkan kesenangan. Manusia estetis
pun tetaplah manusia yang hidup tanpa jiwa. Ia tidak mempunyai dasar dan isi didalam
jiwanya, keinginannya adalah memberikan peringatan pada kencenderungannya pada
masyarakat dan zamannya. Yang menjadi suatu perkembangan dalam masyarakat untuk
menjadi petunjuk hidupnya, dan didasarkan oleh keinginan apapun, selain keinginan hanya
sekedar ingin tahu dan mencoba. Hidupnya tidak mengakar didalam, karena menurutnya
pusat kehidupan berada di dunia luar saja. Manusia estetis adalah yang pada akhir hidupnya
hampir tidak bisa menentukan ke arah mana nantinya pandangan hidup mereka, karena
banyak tawaran yang akan diterima oleh msyarakat dan zamannya. Jalan keluarnya bunuh
diri atau pada tahap lebih kompleks yaitu tingkat etis.
2. Tahap etis

Tahap ini mengubah pola hidup estetis menjadib pola hidup estis. Ada semacam “kesadaran’’
dalam tahap ini. Yang dimana setiap individu mulai menerima kebajikan-kebajikan moral dan
mengutamakan self rimender kepada diri sendiri. Prinsip terhadap kesenangan (hedonisme)
ditinggalkan sehingga lebih memprioritaskan nilai-nilai kemanusiaan yang sifatnya universal.
Dan munculnya sebuah passion dalam menjalani proses kehidupan dengan nilai kemanusia yang
bebas untuk dipilih. Hidup manusia etis bukan hanya kepentingan pribadinya, melainkan norma
manusia yang menjadi prioritas utama, lain daripada itu jiwa individu etis sudah mulai terbentuk,
sehingga hidupnya tidak hanya berpegang teguh pada manusia dan zamannya. Pada akhirnya
akar-akar naluri hidupnya cukup kuat dan tangguh. Kemudian akar kehidupanny adal dalam
hidup pribadinya, dan pedomannya jidup adalah nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi. Maka
dengan rasa percaya diri yang tinggi manusia mampu ‘menolak’ hingga berkata ‘tidak’ pada
setiap ‘trend’ yang berkembang,bertumbuh pada manusia dan zamannya.

3. Tahap religius
Keotentikan hidup manusia sebagai subjek atau ‘aku’ baru akan tercapai apabila suatu
individu, dengan ‘mata tertutup’ lompat dan meleburkan diri ke dalam realitas Tuhan.
Lompatan dari tahap tahap sebelumnya ke tahapan religius jauh lebih kompleks daripada
estetis ke etis, maka secara rasional maka dengan tidak langsung kita dapat
mempertimbangkan setiap resiko dan konsekuensi yang kemungkinan besarnya bisa
terjadi. Hidup dalam Tuhan merupakan transenden, tanpa rasionalisme dan tanpa
keterikatan pada sifat duniawi atau mundane. Individu yang memilih jalan religius tidak
dapat tivitas yang hanya mengikuti arus jalan Tuhan dan tidak lagi terikat dalam
eksistensi etis (universal).
Kesimpulan

Dalam konteks kasus korupsi pejabat YSL, fenomena ini menggambarkan sebuah krisis moral
yang mendalam di tengah masyarakat. Tindakan korupsi tersebut mencerminkan kurangnya
pemahaman akan tanggung jawab individu terhadap masyarakatnya dan kebebasan yang harus
dijalankan dengan bijak. Pemahaman konsep eksistensialisme menurut Kierkegaard
mengungkapkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kebebasan untuk memilih jalannya
sendiri. Namun, pemilihan ini harus diiringi dengan kesadaran moral dan tanggung jawab yang
mendalam terhadap orang lain. Dalam tahap estetis, manusia terjebak dalam pencarian
kesenangan tanpa arah yang jelas. Mereka terbuai oleh godaan dunia luar dan kehilangan
integritas moral. Ini menggambarkan perilaku pejabat YSL yang menggunakan kekuasaan dan
uang untuk kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak sosialnya. Tahap etis, yang
menekankan nilai-nilai moral dan universalitas kemanusiaan, menyoroti perlunya menjaga
integritas dalam pengambilan keputusan. Namun, pejabat YSL gagal mencapai tahap ini; mereka
tidak menyadari pentingnya memprioritaskan kebaikan bersama dan merasa terikat pada norma-
norma moral. Tahap religius, sebagai pencapaian tertinggi, menunjukkan perlunya melepaskan
diri dari keduniawian dan hidup dalam harmoni dengan prinsip-prinsip rohaniah. Sayangnya,
tindakan korupsi ini mencerminkan kegagalan dalam mencapai tingkat kesadaran ini.
Kesimpulan mendalam dari artikel ini adalah bahwa kebebasan bukanlah hak untuk
mengeksploitasi, melainkan tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral.
Pendidikan moral yang mendalam dan kesadaran akan dampak sosial dari tindakan korupsi
sangat penting. Hanya dengan memahami kedalaman tanggung jawab dan kebebasan, manusia
dapat mengatasi godaan egoisme dan membangun masyarakat yang bermoral serta beretika.
Daftar pustaka

https://news.detik.com/berita/d-6981299/kpk-uang-korupsi-syahrul-yasin-limpo-dkk-dipakai-
untuk-umrah

https://www.kompasiana.com/www.kompasiana.qurrotulaini.com/
54f7ac4ea33311207e8b484d/manusia-dari-sudut-pandang-aliran-eksistensialisme

Pandangan filsafat Søren Kierkegaard, dalam buku Eksistensi Manusia Sebagai Individu melalui
karya Zainal Abidin, hal 143-152

Anda mungkin juga menyukai