Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

PEMUDA DAN SOSIALISASI

INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI

Internalisasi adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusionalisasi saja, akan

tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.

Norma-norma mi kadang-kadang dibedakan antara norma- norma:

Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma kepercayaan yang bertujuan agar manusia beriman,

dan norma kesusilaan yang bertujuan agar manusia berhati nurani yang bersih.

Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum serta

mempunyai tujuan agar manusia bertingkah laku yang baik dalam pergaulan hidup dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian hidup.

a. Masalah-masalah Kepemuduan

Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh 8etiap generasi dalam hubungannya

dengan generan yang lebih tua. Problema mi disebabkan karena sebagai aid- bat dan proses pendewasaan

seseorang, penyesuaian dirinya dengan situasi yang baru timbuflah harapan setiap pemuda akan mempunyai

masa depan yang (kalau bisa) lebih balk daripada orang tuanya. Proses perubahan terjadi secara lambat dan

teratur (evolusi) atau dengan besar-besaran sehingga orang sukar mengendalikan perubahan yang terjadi, bahkan

seakanakan tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan situasi (obyektif) perubahan tadi.

Di negara-negara berkembang anak-anak yang hingga beberapa waktu yang lalu memperoleh pendidikan

tradisional yaitu pendidikan berupa penerusan kebiasaan dan nilai-nhlai budaya dan orang tuanya, dewasa mi

mengalami suatu situasi di mana mereka sebanyak mungkin harus menemukan jalannya untuk dirinya sendiri.

Sebagian besar pemuda mengalami/menikmati suatu pendidikan yang lebih tinggi dan orang tuanya hal mana

merupakan inti berkurangnya pengertian antara orang tua dengan anak. Dalam masyarakat tradisional maka

orang tua dan para sesepuh sebagai peer group memberikan bimbingan pengarahan kepada anak-anaknya,

merupakan norma-norma masyarakatnya sehingga dapat dipergunakan dalam hidupnya dalam zaman perubahan

masyarakat seringkali orang tua sendiri tidak dapat memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Banyak masalah

tidak terpecahkan oleh mereka karena kejadian yang menimpa mereka belum pernah dialami oleh siapa pun

dalam lingkungannya dan karena itu anak-anak juga dapat menikmati bimbingan yang akan memudahkan masa

depan mereka seperti sedia kala.

1
Dewasa ini umum diketemukan bahwa secara biologi, p0- litis dan fisik seorang pemuda sudah dewasa akan

tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Seringkali diketemukan pemudapemuda telah

menikah, mempunyai keluarga menikmati hak poiitiknya sebagai warga negara tetapi dalam segi ekonominya

masih tergantung dan orang tua yang tinggal agak jauh dan tempat belajan/studinya.

Masalah antar generasi merupakan masalah suatu masyarakat yang dikenal sejak dahulu kala. Yang

dipermasalahkan adalah nilai-nilai masyarakat. Bagaimana serasi atau kurang Serasi hubungan mi akan tampak

dalam saat-saat knitis. Pada uniumnya dapatlah dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan

bagaimana kebudayaan masyarakat itu sendini. Dengan demikian, bagaimana masalah itu dipecahkan juga

mencerminkan kebudayaan masyarakat itu.

Sehubungan dengan mi, para ahli paedagogi sosial berpendapat bahwa masalab antar generasi kurang dan

hampir tidak ter dapat di masyarakat yang tertutup tradisional.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa masalah antar generasi merupakan suatu masalah modern.

Adapun inti pokok adalah bahwa dalam masyarakat dengan sistem tertutup/tradisional, pembinaan dan proses

pendewasaan terjadi secara kontinyu, diawasi oleh sosial kontrol masyarakat.

Suatu masyarakat akan mengalami stabilitas sosial apabila “proses reproduksi generasi” berjalan dengan baik,

sehingga terbentuklah personifikasi, identitas-identitas dan solidanitas sebagaimana diharapkan oleh generasi

sebelumnya.

b. Hakikat Kepemudaan

Kiranya disadani bahwa ada berbagai tafsiran yang bisa diberikan terhadap pemuda/generasi muda. Untuk itu

kiranya penlu diperjelas bahwa pengertian pemuda di sini adalah mereka yang berumur di antara 15 - 30 tahun.

Hal mi sesuai dengan pengertan pemuda/generasi muda sebagaimana yang dimaksudkan dengan pembinaan

generasi muda dan dilaksanakan dalam Repelita IV.

Pendekatan kiasik tentang pemuda melihat bahwa masa muda merupakan masa perkembangan yang enak dan

menarik. Kepemudaan merupakan suatu fase dalam pertuinbuhan biologis seseorang yang bersifat seketika, dan

sekali waktu akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan hukum blobgis itu sendiri: manusia tidak dapat

nielawan proses ketuaan. Maka keanehan-keanehan yang menjadi ciri khas masa muda akan hilang sejalan

dengan berubahnya usia.

Menurut pendekatan yang kiasik mi, pemuda dianggap sebagai suatu kebompok yang mempunyai aspirasi

sendiri yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat, atau lebih tepat aspirasi orang tua atau generasi tua.

Selanjutnya muncul persoalan-persoalan frustasi dan kecemasan pemuda karena keinginan-keinginan mereka

2
tidak sejalan dengan kenyataan (keinginan) generasi tua. Dalam huhungan mi kemungkinan timbul konflik

dalam berbagai bentuk protes, baik yang terbuka maupun yang terselubung. Di sinilah pemuda bergejolak untuk

mencari identitas mereka.

Dalam hal mi hakikat kepemudaan dicari atau ditinjau dan dua asumsi pokok:’Pertama, Penghayatan mengenai

proses perkembangan manusia bukan sebagai suatu kontinum yang sambung-menyambung tetapi fragmentaris,

terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri. Pemuda dibedakan dan anak dan orang

tua dan masing-masing fragmen itu mewakili nilai sendiri.

Oleh sebab itu, arti setiap masa perkembangan hanya dapat dimengerti dan dinilai dan masa itu sendiri. Masa

kanakkanak hanya dapat diresapi karena keanakannya, masa pemuda karena sifat-sifatnya yang khas pemuda,

dan masa orang tua yang diidentikkan dengan stabiitas hidup dan kemapanan.

Tidak mengherankan kalau romantisme akan tumbuh subur dalam pendekatan mi. Karena “mahkota hidup”

adalah masa tua yang disamakan dengan hidup bermasyarakat, maka tingkah laku anak dan pemuda tidak lebih

dan riakriak kecil yang tidak berarti dalam gelombang penjalanan hidup manusia.

Dinamika pemuda tidak lebih dan usaha untuk menye.. suaikan din dengan pola-pola kelakuan yang sudah

tersedia, dan setiap bentuk kelakuan yang menyimpang akan dicap sebagai sesuatu yang anomalis, yang tak

sewajarnya. Dan jika itu ditantang oleh kaidah-kaidah sosial yang sudah melembaga, maka hal itu akan terjelma

dalam bentuk adanya jurang pemisah antara generasi muda dan generasi tua.

Seyogyanyalah penilaian bertolak dan suatu asumsi ke.. hidupan yang bersifat kontinum, yang melihat pemuda

dan kepemudaan sebagai suatu tonggak dan “wawasan kehidupan”, yang dengan sendininya mempunyai potensi

serta rornantisme dalarn suatu kesatuan untuk inengisi hidupnya.

Pendekatan kiasik melihat potensi dan rornantisme pe- muda sebagi sesuatu yang berdini sendini, balk pemuda

sehagai perorangan maupun pemuda sebagai anggota kelompok dan anggota dan suatu masyarakat. Demikian

pula usaha-usaha untuk menyalurkan potensi pemuda kerapkali bersifat fragmentaris, karena potensi itu dilihat

bukan menupakan sebagian dan aktivitas dalam wawasan kehidupan, tetapi tidak lebih sebagai penyaluran

tenaga yang berlebihan dan

pemuda itu.

Asumsi pokok yang kedua yang merupakan tambahan dan asumsi wawasan kehidupan ialah posisi pemuda

dalam arah kehidupan itu sendiri. Tafsiran-tafsiran klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan

mempunyai pola yang banyak sedikitnya sudah tertentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh

3
generasi tua yang bersembunyi di balik tradisi. Dinarnika pemuda tidak dilihat sebagai sebagian dan dinamika

kehidupan atau lebih tepat sebagian dan dinamika wawasan kehidupan.

Hal mi disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil yang berarti dalam ikut

mendukung proses kehidupan bersama dalaxn masyarakat. Pemuda dianggap sebagai obyek dan penterapan

pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subyek yang mempunyai nilai sendini.

Dua asumsi yang mendasari pandangan di atas, kinanya tidak akan memberi jawaban terhadap “kebinalan”

pemuda dewasa mi. Balk gagasan mengenai “wawasan kehidupan” maupun konsep mengenai tata kehidupan

yang dinamis, akan menggugurkan pandangan kiasik, yang menafsirkan kelakuan pemuda dan hidup

kepemudaan sebagai sesuatu yang abnormal.

Pemuda sebagai suatu subyek dalarn hidup, tentulah mempunyai nilai sendini dalam mendukung dan

menggerakkan hi dup bersama itu. Hal mi hanya bisa terjadi apabila tingkah laku pemuda itu sendiri ditinjau

sebagai interaksi terhadap lingkungannya dalam arti luas. Penafsiran mengenai identifikasi pemuda seperti mi

disebut sebagai sauatu pendekatan ekosferis.’

Ciri utama dan pendekatan mi melingkupi dua unsur pokok yaitu unsur lingkungan atau ekologi sebagai

keseluruhan; dan kedua, unsur tujuan yang menjadi pengarah dinamika dalam iingkungan itu. Yang dimaksud

dengan “lingkungan” dalam konsep mi melingkupi seluruh aspek dan totalitas lingkungan yang dapat

diidentifisir dalam unsur-unsur lingkungan fisik, sosial dan budaya, termasuk nilai-nilai kehidupan. Tingkah

laku manusia merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya itu. Manusia yang hidup dalam

lingkungan pesisir pantai akan bertingkah laku yang berbeda dengan yang hidup di pegunungan. Yang hidup di

kota metropolitan hingarbingar akan berbeda dengan yang hidup di dusun-dusun yang penuh kedamaian.

Hubungan antara manusia sebagai suhyek dengan lingkungannya adalah hubungan timbal balik yang aktif.

Artinya, bukan saja manusia itu mengubah, memperbaiki atau merusak lingkungannya, tetapi lingkungan juga

akan ikut menentukan, mengubah atau merusak manusia sebagai akibat pengrusakan manusia atas

lingkungannya. Keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya adalah suatu keseimbangan yang dmamis,

suatu interaksi yang bergerak. Arah gerak itu sendiri mungkin ke arah perbaikan mungkin pula ke arah

kehancuran. Hal itu tergantung pada tingkat pengelolaan manusia terhadap lingkungannya, serta jawaban yang

kreatif terhadap potensi lingkungannya, balk potensi manusiawi maupun potensi fisik yang ekonomis.

Dua hal yang menonjol dan pendekatan ekosferis mi. Pertama, kepemudaan dan kehidupan orang dewasa dan

anak-anak merupakan suatu totalitas. Dengan demikian tidak ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa

(generasi tua) dan anak-anak, secara fundamental. Kalaupun perbedaan dalam kematangan berfikir, dalam

4
menghayati makna hidup dan kehidupan mi semata-mata disebabkan oleh tingkat kedewasaannya. Dengan

demikian maka dalam pendekatan mi tidak ditemukan adanya “jurang generasi”, dalam arti adanya perbedaan

yang fundamental antara generasi tua dan generasi muda.

Di sinilah terletak makna kedua dan pendekatan ekosferis bahwa balk apa yang menggolongkan din generasi tua

maupun generasi muda dan anak-anak, semuanya berada dalam status yang sama ialah menghadapi atau berada

dalam satu kesatuan wawasan kehidupan. Sebagai konsekuensinya, maka tidak ada generasi yang menganggap

dirinya pelindung generasi sekarang atau yang akan datang. Semuanya bertanggung jawab atas keselamatan

kesejahteraan, kelangsungan generasi sekarang dan yang akan datang. Perbedaan antara kelompok-kelompok

yang ada, antara generasi tua dan pemuda misalnya, hanya terletak pada derajat dan ruang lingkup tanggung

jawabnya.

Generasi tua sebagai “angkatan yang berlalu” (passing generation), berkewajiban untuk membimbing generasi

muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang makin

kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinarnika hidup, berkewajiban mengisi akumulator generasi

tua yang makin melemah, di sam- ping memetik buah-buah pengalamannya yang telah terkumpul oleh

pengalaman.

Dalam hubungan mi, generasi tua tidak dapat menuntut bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat

dan dunia, dan melihat generasi muda sebagai perusak tatanan sosial yang sudah mapan. Sebalilcnya, generasi

muda tidak bisa melepaskan din dan kewajiban untuk memelihara dunia — yang hanya satu mi — bersama-

sàma dengan generasi tua.

Dengan demikian maka adanya penilaian yang baku (fixed standard) yang melihat generasi tua sebagai ahli

wanis dan segala ukuran dan nilai dalam masyarakat, dan karena itu menghakimi para pemuda yang cenderung

menyelewenang dan ukuran dan nilai tersebut, kiranya tidak dapat ditenima.

Bertolak dan suatu kenyataan bahwa dalam masyarakat modern di mana perubahan sosial terjadi begitu cepat,

maka semua kelompok, termasuk generasi tua perlu mencari dan menginternalisasikan atau menghayati ukuran-

ukuran standar yang ternyata bersifat dinamis. Pendekatan ekosferis mengenai tingkah laku manusia

memperkuat dugaan di atas. Lingkungan hidup manusia dalam arti yang luas, seperti yang telah dijelaskan,

merupakan suatu totalitas yang dinamis. Hal mi berarti, bahwa bukan saja pemuda, juga generasi tua hanuslah

sensitif terhadap dinamika lingkungan dengan ukuranukuran standar yang baru.

Dengan pendapat di atas jelas kiranya bahwa pendekatan ekosferis mengenai pemuda, menempatkan masalah

pemuda pada horizon yang lebih luas. Segala jenis “kelainan” yang hingga kini seolah-olah telah menjadi hak

5
paten pemuda, akan lebih dapat dimengerti sebagai suatu keresahan dan masyanakat sendiri sebagai

keseluruhan. Hal mi juga berarti bahwa keresahan pemuda adalah juga suatu refleksi dan keresahan masyarakat

secara keseluruhan. Secara lebih spesifik, gejolak hidup pemuda dewasa mi, adalah respons terhadap lingkungan

yang kini berubah dengan cepat. Kerapkali unsur-unsur manusiawi dengan lingkungan sosial ekonomis ataupun

fisik, tidak berjalan seirama. Secara ideal irama mi hendaknya hanmonis, narnun kerapkali dalarn kenyataannya

hal mi sukar dicapai karena keterbatasan-keterbatasan dalam lingkungan itu sendiri.

2. PEMUDA DAN IDENTITAS

Telah kita ketahui bahwa “pemuda atau generasi muda” merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan

dengan masalah “nilai”, hal mi sering lebih merupakan pengertian ideologis dan kaltural danipada pengertian

irniah. Misalnya “pemuda harapan bangsa”, “pemuda pemilik masa depan” dan lain Sebagainya yang

kesemuanya merupakan beban moral bagi pemuda. Tetapi di lain pihak pemuda rnenghadapi persoalanpersoalan

seperti kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan

suram, keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya, kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan

harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.

Di atas telah dikemukakan bahwa pemuda sening disebut “generasi muda”, merupakan istilah demografis dan

sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda bahwa

yang dimaksud pemuda adalah:

Dilihat dan segi biologis, terdapat istilah :

Bayi : 0 – 1 tahun

Anak : 1 – 12 tahun

Remaja : 12 – 15 tahun

Pemuda : 15 – 30 tahun

Dewasa : 30 tahun keatas.

Dilihat dan segi budaya atau fungsional dikenal istilah:

6
Anak : 12 – 15 tahun

Remaja : 13 – 18 tahun – 21 tahun

Dewasa : 18 – 21 tahun ke atas.

Di muka pengadilan manusia berumur 18 tahun sudah dianggap dewasa. Untuk tugas-tugas negara 18 tahun

sening diambil sebagai batas dewasa tetapi dalam menuntut hak seperti hak pilih, ada yang mengambil 18 tahun

dan ada yang mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dan segi psikologis dan budaya, maka

pematangan pribadi ditentukan pada usia 21 tahun.

Diihat dan angkatan kerja, ada istilah t.enaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat

ditenima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18—22 tahun.

Dilihat dan perencanaan modern, digunakan istilah sumber-sumber daya manusia muda (young human

resources) sebagal salah satu dan 3 sumber-sumber pembangunan yaitu:

Sumbersumber alam (natural resources)

Sumber-sumber dana (financial resources)

Sumber-sumber daya manusia (human resources).

Yang dimaksud dengan sumber-sumber daya manusia muda adalah dan 0 18 tahun.

Dilihat dan ideologis-politis, maka generasi muda adalah calon pengganti generasi terdahulu, dalam hal mi

berumur antara 18 sampai 30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun.

Dilihat dan umur, lembaga dan ruang lingkup tempat, diperoleh 3 kategori.Siswa, usia antara 6 - 18 tahun,

masih dibangku sekolah Mahasiswa, usia antara 18- 25 tahun, masih ada di Universitas atau perguruan

tinggi.Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi, usia antara 25 – 30 tahun.

Dalarn setiap masyanakat, golongan pemuda mempunyai tempat tersendini. Kaum muda dalam setiap

masyarakat dianggap sedang mengalami apa yang dinamakan “moratorium”. Moratorium merupakan masa

persiapan yang diadakan masyarakat untuk memungkinkan pemuda-pemuda yang bersangkutan dalam jangka

waktu tertentu mengalami perubahan, dengan sekalian kesalahan yang mereka buat dalam mengalarni

perubahan itu (Hansja W. Bachtiar, 1982 11).

Hanya dengan melalui perjuangan identitas dalam upaya meningkatkan kualitas generasi muda, dapat diperjelas

ide serta pikiran mereka, sehingga ide dan pikiran itu menjadi suatu konsep yang berguna.

Lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) di tengah-tengah kemelut masyarakat yang sedang

dilanda kekalutan sebagai akibat goncangan-goncangan sosial dan tragedi nasional yang diintroduksikan oleh

7
PM dengan G 30 S-nya, telah menjawab suatu tantangan yang tengah mengancam mar tabat manusia dan

kemanusiaan di tnah air mi (Abdul Gafur

1982 172).

Lahirnya KAMI di tengah-tengah kemelut masyarakat sebagai akibat tragedi nasional itu, merupakan

identitas dan pola pikiran dan sumbangsih generasi muda, khususnya pana mahasiswa dalam mengisi

kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Generasi muda tidak tinggal diam melihat bangsanya mengalami

depresi mental sebagai akibat teror kaum revisionis, kaurn ekstrimis PM yang dimanifestasikan dalam bentuk

teror G 30 S-nya. Demonstrasi dan aksi-aksi KAMI, mendorong mempercepat berhasilnya Tnitura, dan dua

hulan kemudian lahirlah Surat Perintah 11 Maret (Superseman) yang amat bersejarah itu. Tritura dan

Supersemar tidak lain dan suatu kemenangan pertama. Orde Baru, Supersemar itu sendiri lahir bukanlah karena

kemurahan hati atau hadiah dan rezim Orde Lama kepada pimpinan Orde Baru, Ta lahir melalui proses

perjuangan.

Bahwa dalam perjuangan itu andil dan peran generasi muda/mahasiswa sebagai “pressure group” yang

meyakinkan sebagai suatu fakta sejarah, memang benar. Tetapi tidak benar kalau ada anggapan seolah-olah

hanya mahasiswa (generasi muda) yang benjuang. Generasi mudaJmahasiswatanpa bantuan ABRI dan

dukungan seluruh rakyat, tidak akan berhasil dalam waktu yang begitu singkat mematangkan situasi dan

mempercepat tangan Bung Karno untuk menandatangani Supersemar dengan hati yang enggan, tetapi tetap

ditongkrongi oleh tiga perwira tinggi ABRI: Amir Machmud, Basuki Rachmad (almarhum) dan M. Yusuf

(Abdul Gafur : 1982

173 — 1974).

Marilah kita merenung sejenak, untuk introspeksi dan retrospeksi, agar kita tidak bersikap seperti orang mabuk

kemenangan. Hadapilah kenyataan-kenyataan yang ada dengan tabah dan sikap dewasa. Pembangunan,

eksistensi generasi muda penerus bangsa dan masa depan adalah sebagai satu kesatuan, dan harus direalisasi

agar menjadi kenyataan. Pembangunan dan pembaruan adalah tekad seluruh bangsa, tekad nasional, dami

kesejahteraan seluruh rakyat indonesia. Pelaksanaan pembangunan dan pembaruan harus merupakan suatu

proses aktivitas dan kreativitas yang berkesinamhungar terus-mene

n1s

Memang tidak dapat dipungkiti, fakta-fakta menunjukkan di sana-sini rnasih terdapat kelemahan dan

kekurangan. Namun, sebagal eksponen generasi muda penerus bangsa, tentu kita semua belum puas dengan

kondisi seperti itu Bahkan kadang-kadang rnerasa kecewa. Tetapi, haruskah mandeg sampai di situ saja? Secara

8
ideal realita, generasi muda harus terus turut berperan aktif dalam derap langkah pembangurian. Bukankah

generasi muda penerus bangsa yang paling berkepentingan untuk meraih sukses masa depan?

Justru harus disadari penuh oleh generasi muda, bahwa generasi muda tidak boleh berpangku tangan, menjadi

penonton derap langkah dan deru deramnya motor pembangunan. Anda semua harus menjadi perencana dan

pelaku pembangunan mi. Angkatan muda harus turut dalani ants utania (mainstream) pembangunan. Bukan

berdiri dan berada pada bingkai luar pembangunan. Hal-hal itu semua jelas menjadi tant.angan generasi muda

dan menjadi tantangan seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian kiranya sudah jelas, bahwa generasi muda harus sungguh-sungguh mempersiapkan din.

Sekolahsekolah, Akademi dan Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan formal, di samping pendidikan

informal tempat menempa din bagi generasi muda. Dengan begitu, generasi muda diharapkan dalam turut aktif

mengisi kemerdekaan dan sebagai pelaku peinbangunan bana, dapat tampil dengan kesiapan yang mantap.

Dapat bertindak dan berpikir rasional, demokratis dan pragmatis. Selalu taqwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa,

cinta bangsa, cinta tanah air serta cinta kesatuan dan persatuan dalam kebersaniaan menyonong han esok yang

lebih cerah.

Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa penmasalahan generasi muda dapat

dilihat dan beberapa aspek sosial, yakni :

1) Sosial Pcihologi

Proses pertumbuhan dan perkembangan keprihadian sera penyesuaian din secara jasmaniah dan rohaniah selak

dan masa kanak-kanak sarnpai usia dewasa dapat (hpengaruh oleh beberapa faktor, seperti keterbelakangan

jasmali i dan merit al, salah asuh oleh orang tua/keluarga maupun guru-guru di lingkungan sekolah, pengaruh

negatif dan lingkungari pergaulan sehari-hani oleh ternan sebayanya. Hambatan-hambatan tersebut di atas

memungkinkan tirnbulnya kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua dan guru, kecanduan pada

narkotika dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan gejalagejala yang perlu rnemperoleh perhatian dan

semua pihak.

2) Sosial budaya

Kaum muda perkernbangannya ada dalam proses pembangunan dan modernisasi dengan segala akibat

sampingnya yang bisa mempengaruhi proses pendewasaannya, sehingga apabila tidak memperoleh arah yang

jelas, maka corak dan warna masa depan negara dan bangsa akan menjadi lain danpada yang dicita-citakan.

Benturan antara nilai-nilai budaya tradisional dengan nilai-nilai baru yang cenderung menimbulkan

9
pertentangan antara sesama generasi muda dan generasi sebelumnya yang pada gilirannya akan menimbulkan

perbedaan sistem riilai dan pandangan antara generasi tua dan generasi muda.

Hal tersebut dapat menyebabkan terputusrrya kesinambungan nilai-nilai perjuangan Proklamasi Kemerdekaan

17 Agustus 1945. Pola hidup yang berdasarkan kekeluargaan, kegotongroyongan sebagai salah satu ciri

kehidupan masyarakat Indonesia, makin bergeser ke arah kehidupan individualistis. Keadaan seperti itu bila

berlangsung terus akan mempengaruhi perkembangan generasi muda. Akan timbul rasa tidak aman, penolakan,

keterasingan di kalangan mereka. Hal seperti mi memungkinkan mereka lalu menjauhkan din dan masyarakat,

mengelornpokkan din dalam gang-gang dengan sikap dan cara berpikir yang lepas dan norma-norma dan system

nilai yang berlaku. Meremehkan ajaran-ajaran agama dan memudarkan kesadaran berbangsa dan berpribadian

nasional, pada akhirnya akan mempunyai pengaruh dalam rangka pendidikan moral Pancasila, Sebabnya,

barangkali dapat dicari dan pengaruh-pengaruh daya pamer budaya asing yang lebih bersifat pemuasan

kenikmatan duniawi semata-mata seperti kiub malam, mandi uap, pola-pola konsumsi mewah, majalah dan film

yang lebih menampilkan adegan-adegan porno daripada cerita-cerita yang bermutu yang mengandung

unsurunsur pendidikan. Keadaan mi akan menimbulkan idealisme dan patriotisme serta kesetiakawanan di

kalangan kaum

muda.

3) Sosial Ekonomi

Pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan belum meratanya pembangunan dan hasil-hasil pembangunan

mengakibatkan makin bertambahnva pen gangguran di kalangan pemuda, karena kurangnya lapangan kerja.

Kurangnya lapangan kerja mi menimbulkan herbagai problema sosial serta frustasi di kalangan kaum iiuda.

Ketidakseimbangan antara kebutuhan bagi pendidikan dan penyediaan saranasarana pendidikan, makin

bertambahnya jumlah pemudapemuda putus sekolah, sementara di pihak lain anggaran pemerintah yang terbatas

mengakibatkan kekurangan fasilitas bagi latihan-latihan ketrampilan. Demikian juga sistem pendidikan tidak

mampu menjawab tantangan kebutuhan pembangunan.

4) Sosial Politik

Dalam kehidupan sosial politik aspirasi pemuda berkembang dan cenderung mengikuti pola infra struktur politik

yang hidup dan berkembang pada suatu periode tertentu. Akibatnya makin dirasakan bahwa di kalangan pemuda

masih ada hamhatan-hambatan untuk menumbuhkan satu orientasi baru yakni pemikiran untuk menjangkau

10
kepentingan nasional dan bangsa di atas segala kepentingan lainnya. Dirasakan belum terarahnya pendidikan

politik di kalangan pemuda dan belum dihayatinya mekanisme demokrasi Pancasila maupun lembagalembaga

konstitusional, tertib hukum dan disiplin nasional, hal mana merupakan hambatan bagi penyaluran aspirasi

generasi muda secara institusional dan konstitusional.

Dan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah yang menyangkut generasi muda dewasa

mi adalah:

Dirasakan menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk

generasi muda.

Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.

Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun

nonformal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan

generasi muda sendiri, tapi juga merugikan seluruh bangsa.

Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah pengangguran di

kalangan generasi muda dapat mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat

kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problema sosial

lainnya.

Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan cli

kalangan generasi muda disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya pengertian tentang gizi dan menu

seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.

Adanya generasi muda yang menderita fisik, mental dan sosial yang memerlukan usaha-üsha yang lebih

sungguhsungguh, agar mereka dapat berkembang menjadi warga negara yang produktif biarpun ada ketunaan.

Pergaulan behas yang membayakan sendi-sendj perkawin an dan kehidupan kehidupan keuarga.

Meningkatnya kenakalan rernaja penyalahgunaan narkotika.

Belum adanya peraturan perundang-undangan yang menvangkut generasi rnuda,

Penanggulangan rnasalah-niasajalj tersebut di atas memerlukan usaha-usaha secara terpadu, terarah dan

terencana dan seluruh potensi nasional dengan rnelibatkan generasi muda sebagai subvek pengembangan.

Belum dilihatnya secara menye!uruh potensi yang ada mi meniyebahkan penyelesaian masaiah te ebut helum

berjalan secepat yang dbnginkan, Organisasi oyganjsasj generasi muda/pemuda yang tclah berjalan balk adalah

merupakan potensi yang slap uuk dilibatkan dalarn kegiatan pembangunan.

11
3. PERGURUAN DAN PENDIDIKAN

Keherhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh ber bagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia,

tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang knat dan efisien, dan

sebagainya.

Namun dernikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya rnanusia merupakan faktor yang sangat

menentukan dalarn proses pernbangunan. Hal mi karena rnanusia bukan sernata-niata menjadi obyek

pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka

setiap orang harus terlibat secara aktif dalam proses pembangunan, sedangkan sebagal obyek, rnaka hasil

pembangunan tersehut harus bisa dinikrnati oleh setiap orang,

D sinilah terletak arti pen ting dan pendidikan sebagai upava ntuk toremianya kualitas sumber daya manusia,

sebagai masyarakat utarna dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalani pembaiigunannya secara

“self prospelling” dan turn buh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasilmemenuhi minimum jumlah

dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modemisasi Jepang

agaknya merupakan contoh proto-tipe dalam hubungan ini.

Indonesia demikian pula menghadapi kenyataan untuk melakukan usaha keras “mencerdaskan kehidupan

bangsa.” Dewasa mi sudah sekitar 80% dan usia sekolah dasar (6 - 12 tahun) dapat ditampung oleh fasilitas

pendidikan dasar yang ada. Persentasejumlah penduduk yang masih huta huruf diperkirakan sebesar 40%.’

Tetapi masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-

manusia membangun. Dan untuk itu dipenlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam menangani masalah

pendidikan mi. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknyajurnlah pencari kerja, “under utilized

population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang

sungguh-sungguh. Sebab hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dan belenggu keterbelakangan

dan kemiskinan sebagaimana diharapkan. Pendidikan yang dapat mengembangkan semangat “Inner will atau

peninkatan kemampuan din dan bangsa” yang terpancar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektual dan

profesional bagi seluruh penduduk dan pemuda Indonesia2

Di sinilah diperlukan suatu sistem pendidikan-pendidikan nasional yang mampu menyadarkan manusia

Indonesia akan potensi-potensi mereka, akan kepercayaan kepada din sendin, akan moral dan harkat

pembangunan, serta akan kekayaan nllai serta keagungan bangsa dan negara Indonesia.

12
Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka

pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila.

Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembang-dnan, satu pendidikan

yang akan rnembina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui

pendiclikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan din dan belenggu kemiskinan dan

keterbelakangan, melalui suatu alternatif pembangunan yang lebih balk, serta menghargai kemajuan yang aiitara

lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.

Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut

persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila.

Dalam hal mi kiranya Pernenintah telah cukup berhasil dalarn menegakkan landasan-landasan ideal serta

landasan konseptual terhadap pembaruan pendidikan menuju suatu sistein pendidikan nasional yang tepat arab

dan tepat guna.

Bila dibandingkan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya, sektor pendidikan termasuk sektor yang cukup

pesat kemajuannya, kalau tidak dalam aspek kualitatif, sedikitnya dalam aspek kuantitatif, sekWr tersebut telah

mencapai hasil yang dapat dibanggakan. ?da saat mi bukan saja jumlah para remaja yang dapat ditampung

dalani pendidikan formal melonjak tinggi, tetapi juga semakin besar jurnlah mereka yang berkesempatan

mendapatkan pendidikan non formal dengan berbagai keahiian dan keterampilan. Tidak benlebihan kiranya

apabila prestasi keseluruhan mi dinilai sebagai suatu permulaan yang akan merupakan pra kondisi yang subur

menuju terciptanya satu masyarakat belajar secara menyeluruh.

Akan tetapi, tanpa mengecilkan arti dan semua yang telah dicapai selama mi, berbagai masalah telah timbul,

yaitu rnasalah obyektif yang baru, yang tidak pernah ada sebelumnya. Setidk-tidaknya dua faktor yang dapat

kita amati sebagai faktor yang sangat pentirig dalam pembangunan dewasa ini:semakin ba’iyaknya manusia

yang membutuhkan pendidikan dan seniakin bervariasinYa mutU pendidikafl yang diharapkan oleh mereka itu.

a. Pendidikan Formal.

UsahaUSaha dalani pendidikan dasar dapat memberik 5bangan dalam jangka paniang, bukan saja bagi

produktiV tas, akan tetapi uga bagi tuuan terakhit pembanguftan sepetti kualitaS keluarga dan kehidUPan

masyarakat, serta memper kuaC masyarakat dun kebudaYaan (UmemOto, Steve FL, 1973:34).

Sejalan dengan pendapat UmenlOtO tersebut di atas, dan menyadari investaSi aga4efla terdidik dalani ptograflR

jangka pendek enengah ataU jangka panjaflg, akan memberikan 5urnbangan positif bagi pembaflgUflun maka

13
pemenintah Indonesia telah melakukun 1angkah43flg pembarUali dalani bidang pendidikan formal maupun

nonformal.

Basic Memorandum dalarfl bidang Pendidikan adalah tanggapan Menteni Pendidikan dan KebudaYaan

Republik Indonesia dalani kaitannYa dengan Tahun Pendidikan InterflaSi01, tahuil 1970. Basic Memora11d1m

itu meniuat hal-hal sebagai bet ikut

Sekolah itu hendakflYa merupakan bagian integral dan masyarakat sekitarnya. Sesuai dengalL asas pendidikan

seumur hidup, sekolab itu hendakflYa memPUflY dwifun i; mamPU membenil pendidikan formal dun juga

pendidikat’ nonfoflfl8l, balk untuk para pemuda maupun untuk orang dewasa, pnia dan wanita.

Sekolah itu hendaknYa beronienta5” kepada pembangunafl dan kemajUan 5hingga dapat menyiapkan tenaga

kenla yang memiliki watak, pengetahua1i dan ketramPilan untuk pembafl bangsa clan negara di berbagai

bidang.

Sekolah itu hendaknya mempunyaj kurikulum, metode mengajar dan program yang menyenangkan, menantang

dan cocok dengan tujuannya (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1970).

Basic Memorandum mi dikembangkan lebih lanjut dengan eksperimen-eksperimen di bidang pendidikan.

Sejalan dengan itu keluarlah Surat Keputusan Menteri P dan K No. 172/1971, tanggal 21 September 1971,

tentang Sekolah Pembangunan, Perkembangan lebih lanjut, sekolah pembangunan menjadi model inovasi dalam

bidang pendidikan Sekolah Menengah, di samping pembinaan terus-menerus pada sekolah-seko]ah kejuruan.

Senafas dengan jalur inovasi tersebut, kurikulum juga mengalami perubahan, sehingga lahirlah Kurikulum1975.

Arus inovasi juga meram bat ke perguruan tinggi negeri maupun swasta. Sistem Kredit Semester (SKS)

diberlakukan di semua perguruan tinggi, baik itu perguruan tinggi negeri atau pun perguruan tinggi swasta. Pada

tahun 1985 diwajibkan menggunakan SKS tanpa kecuali, baik perguruan tinggi negeri atau swasta. Dengan

sistem SKS, lama pendidikan di perguruan tinggi menjadi lebih singkat. Berdasarkan program lama, program

serjana semula berlangsung selama 5 — 6 tahun. Dengan sistem SKS, program sarjana (Si) hanya berjangka

waktu 4 tahun.

Selain dan itu dalam sektor pendidikan tenaga kependudukan, diintroduksi paket-paket program Di, D2 dan D3

untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidikan mulai dan tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah

Atas.

Pembaruan-pembaruan dalam bidang pendidikan itu, heAtujuan untuk mempercepat pemenuhan tenaga-tenaga

terdidik pada aspek lain. Aspek lain yang tidak kalah pen. tingnya adalah untuk meningkatkan mutu lulusan

pada bidang.. bidang pendidikan di republik ini.

14
b. Pendidikan Non formal

Pendidikan n onformal adalah pendidikán yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak

terlalu ketit mengikuti peraturan-peraturan yang tepat, seperti pada pendidikan formal di sekolah. Karena

pendidikan nonformal pada umumnya dilaksanakan tidak dalam Iingkungan fisik seklah, maka pendidikan

nonformal diidentikkan dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena pendidikan nonformal dilakukan di luar

sekoiah, maka sasaran pokok adalah anggota-anggota masyarakat. Sebab itu program-program pendidikan

nonformal harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para

konsumen pendidikan. Berdasarkan penelitian di lapangan, pendidikan nonformal sangat dibutuhkan oleh

anggota masyarakat yang belum sempat mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal karena sudah

terlanjur lewat umur atau. terpaksa putus sekoiah, karena suatu hal. Akhirnya tujuan terpenting dan pendidikan

nonformal adalah program- program yang didasarkan kepada masyarakat harus sejalan dan terintegrasi dengan

program-program pembangunan yang dibutuhkan oleh rakyat banyak.

Di kalangan masyarakat, program-program pendidikan nonformal sening dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh

Dinas Pendidikan Masyarakat. Tim Penggerak Pembinaan ICesejahteraan Keluarga (Tim Penggerak PICK)

pada tingkat kelurahan dibina oleh para lurah/kepala desa. Di. luar itu organisasi-organisasi wanita seperti

Dharma Wanita dalam program bakti sosial kepada masyarakat acapkali melaksanakan program-program dalam

bentuk paket program pendidikan nonformal.

Untuk lebih menjamin fungsionalnya program pendidikan nonformal, perlu kiranya Badaniendidikarr yang

mempunyai kewenangan policy pendidikan tadi disatukan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

yang mengatur rencana pembangunan di daerah tersebut (S. Sudarmadi, 1973 : 42)

Program pembangunan di pedesaan adalah sebagai salah satu garapan pokok pemerintah dengan tujuan untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat pedesaan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Oleh karena karakteristik masyarakat pedesaan akan berlainan dengan kondisi dan karakteristik masyarakat

perkotaan, maka metode dan teknologi yang akan dipergunakan harus sejalan dengan kemampuan para

pelaksana pembangunan di pedesaan. Berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang cukup mendesak bagi

pelaksanaan pembangunan di pedesaan, maka oleh para perencana pembangunan pedesaan diintroduksi

Teknologi Tepat Guna (VI’G). Apa itu TTG? TIG adalah seperangkat model- model teknologi yang sederhana,

dirancang sedemikian rupa untuk penggunaan-penggunaan di pedesaan. Teknologi yang dibicarakan ialah

sarana meningkatkan taraf hidup masyarakat beban sehari-hari, khususnya bagi kaum wanita (Drs. Moerdiyono,

dkk., 1982 : 13).

15
Apa-apa saja yang dapat dijangkau oleh TTG?

Jawabnya: Semua aspek teknologi sederhana yang berkaitan

dengan kepentingan hajat hidup rakyat banyak di pedesaan.

Contoh-contoh:

Teknologi merancang/membuat alat pengeringan gabah atau jagung.

Teknologi pembuatan gas bio.

Teknologi pembuatan krupuk dan minyak kelapa.

Teknologi tambak air tawar dan air payau.

Teknologi pembuatan jembatan bambu, dan lain sebagainya.

TTG yang serupa, telah dilaksanakan di negara-negara anggota ASEAN, terutama di Filipina, Di luar negara-

negara anggota ASEAN, PIG seperti itu dilaksanakan di pedesaan India, Pakistan dan Bangladesh.

Dengan sistem TI’G, akselerasi pembangunan di pedesaan Indonesia diharapkan dapat lebih cepat. Dengan

begitu harapan untuk mencapai masyarakat adil makmur akan Segera terwujud, menjadi kenyataan, terutama

bagi masyarakat pedesaan

c. Pendidikan Informal.

Pendidikan informal yakni pendidikan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman dalam hidup sehari-

hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang lahir sampai ke hang kubur, di dalam lingkungan keluarga,

masyarakat atau dalam lingkungan pekerjaan sehari-hari.Contoh-contoh

Apakah ada pendidikan formal bagi pengemudi becak? Jelas tidak ada. Jika seorang pertama kali mencoba

mengemudi, atau lebih tepat dikatakan mengendalikan becak, ia akan menemui kesulitan. Kalaupun ada

temannya yang baik hati, temannya pun akan mengatakan lebih kurang; cara memegang kemudi begini, kalau

akan membelok harus bersikap begini dan begitu. Seterusnya si calon pengemudi becak itu akan berjalan

sendiri. menjalankan becak di suatu tanah lapang atau di jalan yang lengang. Berdasarkan naluri dan

pengalaman yang didapat dan kegiatan sehari-hari ia merasakan lebih man- tap mengendalikafl becak. Atas

dasar itu sebenarnya abang becak tadi telah mendapat pendidikan informal dalam mengemudikan becak.

Hal yang serupa berlaku pada calon tukang saclo. Tentu tidak ada pula sekolah pengemudi sado, dokar atau

delman. Mereka akan mendapatkan pendidikan informal berkat ketajaman naluri, keberanian bertindak dan

ketekunan dalam kegiatan sehari-hari sebagai tukang sado. Hanya akan terjadi perbedaan antara tukang sado

dengan tuang becak. Kalau tukang sado, dengan menghadapi makhluk yang bernyawa seperti kuda, lebih dahulu

16
ia harus mengadakan “pendekatan baLm” dengan kuda sebagai partnernya. “Kontak batin” dengan kudanya

itulah Ia akan mendapatkan nila-nilai pendidikan informal yang sangat membantu kehidupannya sehari-hari.

Mustahil ia akan dapat menjadi tukang sado yang balk, jika lebih dulu tidak nngetahUi secara pasti sifat-sifat

buruk atau baik dan kudanya dengan cara pendekatan batin, atau lebih tepat kalau disebut pendekatan naluriah

aau intuisi. l3agairriana ia harus menarik tali kendalj ketika akan berangkat atau berhenti, selern but atau sekeras

apa? Tidak pasti. Bagaimana kalau ia ingin mernacu sado dengan muatan penuh pada jalan mendak] atau menu-

run? Tentu diperlukan “pehdekatan batin” serta trik-trik Lertentu agar kudanya tidak tersungkur, atau ía tidak

akan menyentak tali keridali agar kudanya tidak terlalu tegak mendongak ketika jalan naik mendakj. Pendeknya

dan pengan.pengalarn dalam aktivitas sehari-hari itulah sang tukang sado akan mereguk ese.nsi pendidjkan

infornal dan sektor persadoan. Apakali anda pernah mendapatkan pendidikan informal dalam kehidur’ax seharj-

harj? Boleh diingatingat.

d. Lembaga – embaga Pendidihan di Bawah Departemen don Nondeparte

Lembaga.lembaga Pendidikan yang bersifat tekriis dan sangat teknjs di bawah naungan suatu departemen

bertanggung jawab Iangsung kepada Menterj yang mernbawahj departemen tersebut. Lembaga.lembaga

pendidikan yang her. naung di bawah suatu departemen atau nondeparterne lazim disebut Pusat Pendjdjkan dan

Latihan (bersifat teknis).

Lembaga.lembaga pendidikan di bawah naungan departemen yang bersifat teknis, misalnya:

Departeen Keuangan dengan lembaga pendidikan Sekolab Tiziggi Akuntansj Negara (STAN).

Departemen Hankam dengan lembaga pendidikan Akabri,

Departernen Pertanian dengan lembaga pendidikan Akademi Usaha Perikanan (AUP).

Departemeri Pertambangan dengan lembaga pendidikan Akademi Geologi.

Lembaga-lembaga Pendidikan dan Latihan nondepartemen dimiliki oleh LIPI, Batan, Lapan, Pertamjna, PT.

Nurtanjo, Badan Koordjnasj Survey Tanah Nasiona] (Bakosurtanal) dan lain-lain. Semuanya itu bertujuan untuk

meningkatkan skill insan-insan pelaksana pembangunan, agar dalam fungsinya sebagai abdi negara dan abdi

masyarakat memiliki ketrampilan yang memadai sejalan dengan tuntutan pembangunan.

4. PERANAN PEMUDA DALAM MASYARAKAT

Peranan pemuda di dalam masyarakat dapat kita bedakan atas dua hal, yaitu

17
a. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan din dengan tuntutan lingkungan.

Berdasarkan peran yang pertama dibedakan atas:

Peranan pemuda sebagai individu-individu yang meneruskan tradisi mendukung tradisi dan yang oleh sebab itu

dengan sendininya berusaha mentaati tradisi yang berlaku, kebudayaan yang berlaku dalam tingkah laku

perbuatan masing-masing. Dalam hubungannya dengan persoalan mi menjadi kewajiban bagi pemuda untuk

melestarikan kebudayaan bangsa.

Peranan pemuda sebagai individu-individu yang berusaha menyesuaikan din, baik dengan orang-orang atau

golongan yang berusaha mengubah tradisi, dengan demikian akan teijadi perubahan dalam tradisi dalam

masyarakat.

Kedua jenis peranan pemuda di atas bisa mengakibatkan sumbangan pada usaha pembangunan maupun

merupakan hambatan terhadap usaha pembangunar. Pemuda yang berusaha untuk menjadi pendukung tradisi,

pendukung kebudayaan bisa merupakan bantuan dalam usaha-usaha pembangunan, tapi juga bisa menjadi

penghambatlpenentang pembangunan. Begitu juga pemuda yang berusaha mengubah tradisi belurn tentu

mengur tungkan pembangunan.

b. Peranan pemuda yang menolak untuk menyesuaikan din dengan lingkungannya.

Berdasarkan peran pemuda yang kedua dibedakan atas

1) Jenis pemuda urakan

Yaitu jenis pemuda yang tidak bermaksud untuk mengadakan-perubahan d.alam masyarakat, tidak ingin untuk

mengadakan-perubahan dalam kebudayaan, akan tetapi ingin kebebasan bagi dirinya sendiri, kebebasan untuk

menentukan kehendak din sendiri.

Kebudayaan seniman dan sastrawan tergolong dalam jenis mi Misalnya Chairil Anwar dan sebagainya.

2) Jenis pemuda nakal

Pemuda-pemuda inipun tidak ingin, tidak berniat dan tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan dalam

masyarakat ataupun kebudayaan, melainkan berusaha memperoleh manfaat dan masyarakat dengan melakukan

tindakan yang meeka anggap menguntungkan dirinya tetapi merugikan masyarakat.

3) Jenis pemuda radikal

Pemuda-pemuda radikal berkeinginan untuk mengadakan perubahan revolusioner. Mereka tidak puas, tak bisa

menenima kenyataan-kenyataan yang mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka berusaha baik secara lisan

maupun dalam tindakan rencana jangka panjang asal saja keadaan berubah sekarang juga.

a. Asas pembinaan dan pengembangan generasi muda:

18
Asas edukatip

(a) Pembinaan dan pengembangan oleh unsur di luargenerasi muda, didasarkan pada asas

Ing ngarso sung tulodo

Ing madya mangun karso

Tut wuri handayani

(b) Pembinaan dan pengembangan oleh sesama generasi muda, didasarkan pada asas

Silih asih

Silih asah

Silih asuh

2) Asas persatuan dan kesatuan bangsa

Asas swakrasa

Berdasarkan atas asas mi pembinaan dan pengembangan generasi muda harus dapat menumbuhkan, membantu

dan mengembangkan kemauan dan kemampuan generasi muda untuk membina dan mengembangkan dirinya

sendiri dan lingkungannya.

4) Asas keselarasan dan terpadu

Pembinaan dan pengembangan secara swakarsa itu dilaksanakan selaras dan terpadu dengan berbagai aspek

kmampuan manusia yang seutuhnya dan sekaligus dengan berbagai bidang pembangunafl lainnya.

5) Asas pendayagunaafl dan fungsionalisaSi Mengingat banyaknya dan beranekaragafllnya organisasi pemuda

yang ada dewasa mi, maka perlu diadakan penataan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna bagi

pelaksanaan program-program generasi muda dalam prinsipnya dalam pembangunan nasional.

b. Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda

ditujukan pada pembangunan yang memiliki kesek’rasan dan keutuhan antara ketiga sumbu orientasi hidupnya,

yakni

Orientasi ke atas kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilai kerohanian yang luhur dan falsafali hidup

Pancasila.Pembinaan dan pengembangan generasi muda menu- rut sumbu orientasi ke atas ialah pengembangan

insan ber-Ke Tuhanan Yang Maha Esa, yang bertakwa kepada-Nya dalam segala aspek kehidupannya, berbudi

pekerti luhur dan hermoral Pancasila.

2) Orientasi ke dalam terhadap dirinya sendiri

Pembinaan dan pengembangan generasi muda menu- rut sumbu orientasi ke dalam ialah pengembangan sebagai

insan biologis, insan intelek serta insan kerja guna mengembangkan bakat-bakat dan kern ampuan jasmaniah

19
dan rohaniah agar dapat memberikan prestasi yang semaksimal mungkin dengan rnengembangkan faktorfaktor

kemainpuan dalam dirinya.

Faktor-faktor yang dimaksud ialah

(a) Dorongan untuk mempertahankan dan memelihara dirinya

(b) Dorongan untuk mempertahankan jenis/generasinya

(c) Dorongan untuk menyatakan dirinya

Dalam usaha mi mungkin saja individu akan bertentangan dengan lingkungannya (keadaan maupun dorongan-

dorongan) sehingga diperlukan kekuatanlkem ampuan untuk mempertahankan kepribadian dirinya (agama, adat

dan moral).

3) Orientasi ke luar terhadap lingkungan (budaya, soaial, dan moral) dan masa depannya.Pembinaan dan

pengembangan generasi muda sumbu orientasi ke luar dibagi atas

Pengembangan sebagai insan sosial budaya.

Pengembangan sebagai insan sosial politik dan Sebagai insan patriot.

Pengembangan sebagai insan sosial ekonomi, termasuk di sini adalah sebagai insan keija dan insan profesi yang

memiliki kemampuan untuk menggali,memanfaatkan, dan mendayagunakan sumber alam serta menjaga

kelestanannya.

pengembangan pemuda terhadap masa depannya. Kepekaan terhadap masa depannya akan menumbuhkan

kemampuan untuk mawas diri, kreatif, kritis serta menumbuhkan kesadaran bagi kesinambungan nilai-nilai

luhur bangsa dan negara.

Tujuan nbinaan dan Pengembangan Generasi Muda/ Pemuda.

Tujuan ycmg hendak dicapai dalam Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda/Pemuda adalah

Mernantapkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda Tahun 1928

dalam rangka pembangunan hangsa dan kepribadian bangsa.

Mewujudkan kader-kader penerus perjuangan bangsa yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

berpegang teguh kepada Pancasila sebagai satu-satunya idiologi dan pandangan hidup bangsa.

Melahirkan kader-kader pembangunan nasional dengan angkatan kerja yang berbudi luhur, dinamis dan kreatif.

Mewujudkan warga negara Indonesia di masa depan yang memihki kreatifitas kebudayaan nasional yang maju

tetap bercirikan dan bercorak kepribadian Indonesia.

20
Mewujudkan kader-kader patriot pembela bangsa dan negara yang berkesadaran dan berketahanan nasionai,

pengembangan dan penerus nilai-nilai serta citacita Prokiamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jalur

Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda

a. Kelompok Jalur Utama

Kelompok Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda lewat jalur utama mi meliputi :

Jalur Keluarga

Dalam jalur keluarga mi pe]aksanaan pembinaan dan pengembmgan adalah orang tua serta anggota keluarga

terdekat yang merupakan lingkungan pertama dalam rangka pelaksanaan konsepsi pendidikan seumur hidup.

Jalur Gezierasj Muda

Pembinaan dan pengembangan melalui jalur mi termasuk di dalam organisasjorganj85j pemuda yang telah ada

selama mi.

Jalur yang dimaksud, adalah

Jalur SLTP dan SLTA melaluj OSIS

Jalur kampus/pergui.uan tinggi/akademj melalui SenatMahasiswa dan sebagainya.

Jalur kepemudaan melaluj KNPI, Pramuka, Karang Taruna, Kelompok Pecinta Alam .... dan sehagainya.

b. Kelompok Jalur Penunjang

Pembinaan dan Pengembangan Generasj Muda melalui jalur mi meliputi

Jalur sekolahlpra sekolah

ini bisa dilakukan melalui organisasi orang tua murid sedangkan untuk jalur pra sekolah bisa dilakukan dengan

jalan peningkatan penataan maupun pembakuan mutu dan para pendidiknya serta sarananya.

Jalur masyarakat

Jalur masyarakat mi dibedakan atas

Jalur masyarakat yang nielembaga : lembaga penbadatan, organisasi sosial kemasyai.alcatan dan sebagainya.

Jalur masyarakat yang tidak melembaga : pergaulan sehari-hari, tempat rekreasj dan sebagainya.

c. Kelompok Jalur Koordinatif

Yang dimaksud denganjalur koordinatif di sini adalah jalur pemerintah.Sesuai dengan ayat 3 tentang generasi

muda dalam GBHN dijelaskan, bahwa

21
Sistem pengkoordinasian tunggal melalui badan pembina kebijakan yang bernama Badan Koordinasi

Penyelenggaraan Pembinaan Generasi Muda di mana Departmen-departemen Pemerintah yang mempunyai

program kepemudaan/generasi muda duduk bersama dalam badan mi dengan maksud agar secara lintas sektoral

kebijakan-kebijakan pembinaan dan pengembangan dapat terkoordinir dan terpadu.

Badan koordinasi mi dibentuk mulai tingkat pusat sampai ke tingkat kecamatan.

Pelaksanaan organisasi pembinaan dan pengembangan generasi muda melalui satuan pengendali pembinaan

generasi muda yang dipimpin oleh Menteri Urusan Pemuda. 1

Pengisian masa depan seperti yang dicita-citakan oleh Prokiamasi Kemerdekaan itu dengan sendininya

menuntut keterlibatan generasi muda. Sebab, apabila kita ingin membangun han esok yang lebih balk, maka di

dalamnya telah tercermin kepentingan yang sekaligus peranan generasi muda. Pembangunan yang tengah

dikerjakan saat mi secara keseluruhan tetap merupakan tugas, tanggung jawab dan milik kita bersama.

Untuk menjaga dan memelihara kesinambungan dan kelestarian sejarah bangsa kita, perlu menekankan

pentingnya keikutsertaan generasi muda dalam kegiatan pembangunan.Kesinambungan dan keiestarjan sejarah

bangsa kita akan dapat dipelihara, kalau generasi muda tidak duduk sebagai penonton, melajnkan naik ke atas

pentas sejarah bangsanya, ikut aktif mernegang peranan pelaksana pe!nbangunan bangsanya. OIeh karena itu

untuk pernberj bentuk dan isi masa depan sejarah bangsanya, maka pupuklah semangat kepeloporan, keberanjan

memikul tanggung jawab dan resiko. Wujud nyatanya hams dilakukan dalarn perbuatan dan pengabdian dan

sekali-kali bukan dalam arigan-angan dan impian semata.

Dalam hubungannya dengan sosialisa.sj generasi rnuda khu. Susnya mahasiswa telah nielaksanakan proses

sosiajjsasj dengan balk dan dapat dijadikari eontoh untuk generasi muda, mahasjswa pada khususnya pada saat

mi.

1) Peran pemuda/mahasjc dalarn menegakkan kernerdekaan.

Prokiamasi Kemcrdekaan 17 Agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. OIeh karena

segera setelah prokiamasi Pemuda Indonesia niembentuk organisasj, balk yang bersifat politik maupun militer.

2) Peran rnahasiswa/pern uda dala rn rnempelopoy-z Orde’ Barn

Dekrjt Presiden 5 JuJi 1959 rnenetapkan bahwa Republik Indonesia kembali menggunakan UUD 1945 sebagai

landasan konstjtusjonai Kemudian Presiden Soekarrju mencarnkan Idenya yang kemudian terkenal dengan

Demokrasj Terpirnpin, yang bertujuan untuk mengendaijkan kekuatan-kekuatan politik yang saling

22
bertentangan. Keadaan Yang dernikian dimanfaatkan oleh golongan komunis (PKI) untuk lebib memantapkan

peranannya dalam dunia politik.

Timbulnya ide NASAKOM, yang berdasarkari atas pengkotakan golongan masyarakat dalam 3 goongan, ialah

golongan Nasional, golongan Agama dan goongan Komunis. Kenvataan demikjan juga rnempengaruh i kehi dii

pan peni uda i’m ahasisWa, yang tidak terlepas adanya pengkotakan-pengkotakan tersehut. Dengan

pengkotakan tersebut yang terjadi bukannya persatuan dan kesatuan, tetapi justru perpecahari yang dialami.

Perpecahan inilah yang selalu dinanti-nantikan oleh golongan Komunis. Sebab golongan Komunis bisa Iebih

memantapkan peranannya di bidang politik, keadaan mi berlangsung sampai pada puncaknya adalah meietusnya

0 30 SIPKI pada tahun 1965.

Aksi-aksi pengganyangari terhadap PM timbul secara spontan dan masing-masing golongan, kemudian

terorganisasikan dalam Front Pancasila.

Front Pancasila mi mengilhami lahirnya kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang merupakan unsur

penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

KAM1 menjadi pelopor pendobrak ke arah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama Orde Baru

(ORBA).

3). Peran mahasiswa dalam masyarakat.

Barangsiapa menguasai generasi muda, berarti menguasal masa depan suatu bangsa, demikianlah bunyi suatu

pepatah. Dengan mengkaji lebih dalam arti apa yang tersirat dalam pepatah itu, berarti bahwa rnasa depan suatu

bangsa itu terletak di tangan generasi muda. Generasi mudalah yang harus menggantikan generasi sebelumnya

memimpin bangsanya.

Jumlah pemuda yang dapat mengenyam pendidikan Tinggi tidaklah banyak.

Jumlah yang sedikit tersebut, bagi pemuda yang sempat duduk di perguruan tinggi, mempunyai kewajiban untuk

menyumbangkan tenaganya kepada masyarakat. Kalau tidak Iebih mendalarn, maka mahasiswa pada garis

besarnya mempunyai peranan sebagai:

Agent of change

Agent of development

Agent of modernization.

Sebagai Agent of change mahasiswa bertugas untuk mengadakan. perubahan-perubahan dalam masyarakat, ke

arah perubahan dalam masyarakat, ke arah perubahan yang lebih balk. Perubahan yang bersifat kemanusiaan, di

mana pengetahuan yang diterhna dalam pendidikan dipakai demi pengabdian manusia, agar dapat hidup

23
bermartabat.Hal-hal yang tidak sesuai dan menghambat kemajuan haruslah diganti dengan hal-hal yang baru

yang sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam mengadakan perubahan harus memperlihatkan situasi dan kondisi di

mana mereka berada. Perubahan yang membawa kemajuan di negara lain belum bisa cocok untuk dilaksanakan

di Indonesia. Sebagai agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala

bidang yang bersifat fisik maupun bersifat non fisik.Demi suksesnya pembangunan, peranan mahasiswa tidak

bisa diabaikan, justru mempunyai peranan yang besar sekali. Mahasiswa diharapkan bertindak sebagai pelopor-

pelopor dalam pembangunan. Pembangunan tidak akan bisa berjalan dengan lancar bila.manusia-manusianya

tidak giat bekerja.

Sebagai agent of modernization, mahasiswa dalam fungsi mi bertindak dan bertugas sebagai pelopor dalam

pembaruan. Dengan sendirinya macam pembaruan yang bagaimana yang harus dijalankan tidak terlepas dengan

lingkungan masyarakat selcitarnya. Tidak semua yang telah hidup yang berurat dan berakar di Indonesia dengan

begitu diubah dengan hal-hal yang baru. Belum tentu bahwa hal-hal yang baru itu bisa membawa kebahagiaan

kepada bangsa Indonesia, bahkan tidak jarang hal-hal yang baru itu justru menjerumuskan bangsa Indonesia ke

jurang kesengsaraan. Mahasiswa sebagai manusia yang mengalami pendidilcan cukup tinggi harus dapat

memiih mana yang perlu diubah dan mana yang masih tetap dipertahankan. Untuk suksesnya pembaruan yang

hendak dijalankan, mahasiswa tidak boleh meninggalkan masyarakat yang akan diadakan pembaruan.

RANGKUMAN

1. Bila dibandingkan dengan generasi sebelum dan generasi berikutnya, setiap generasi memiliki ciri-ciri

khas corak atau watak pergerakan/perjuangannya. Sehubungan dengan itu, sejak Kebangkitan

Nasional, di Indonesia pernah turnbuh dan berkembang tiga generasi yaitu Generasi 20-an,

Generasi 45 dan Generasi 66, dengan masing-masingciri khasnya.

2. Ada dua regenerasi, yaitu

Regenerasi yang berlangsung alamiah. Artinya regenerasi berjalan lumrah seperti yang terjadi pada

kelorn pok dunia tumbuhan atau hewan. Proses regenerasi mi berjalan sebagai hiasa-biasa saja,

berlangsung secara alami, tidak diekspos atau dipublikasikan.

Regenerasi Berencana, artinya proses regenerasi mi sungguh-sungguh direncanakan, dipersiapkan.

Pada masyarakat suku-suku primitif, proses regenerasi dibakukan dalarn lembaga adat yang disebut

Inisiasi. Oleh karena itu sislem regenerasi seperti mi lebih tepat disebut sistem Regenerasi Kaderisasi.

Pada hakikatnya, sistem regenerasi-kaderisasi adalah proses tempat pada kader pimpinan para suku

24
atau bangsa digemhieng serta dipersiapkan sebagai pimpinan suku atau bangsa pada generasi

berikutnya, menggantikan generasi tua. Regenerasi-kaderisasi suatu suku atau bangsa, diperlukan u iltu

k mem pertahankan kelangsungan eksistensi serta keinambungan suatu generasi atau bangsa, di

samping diharapkan terjaminnya kelestarian nilainilai budaya nenek moyang yang dimiliki.

3. Demi kesinambungan generasi dan kepemimpinan bangsa, Pemerintah Singapura telah menetapkan

suatu persyaratan-persyaratan yang ketat dan “berat” untuk memilih calon-calon kader pimpinan

bangsanya. Dengan pola pikir dan tujuan yang hampir sama, Indonesia telah memiliki KNPI dan AMPI

sebagai wadah-wadah forum komunikasi dan tempat menggembleng, menempa dan mencetak kader-

kader dan pimpinan bangsa yang tangguh dan merakyat. Hal semacam mi berlaku tidak Saja berlaku di

Singapura dan di Indonesia saja. Sistem mi telah menjadi milik bangsa-bangsa di dunia.

4. Generasi muda Indonesia mulai turut dalam pencaturan aksi-aksi Tritura, dan turut berperan dalam

mematangkan situasi lahirnya Supersemar. Namun demikian, setelah era Tritura Supersemar berlaku,

sebagian kecil dan mereka cenderung menempatkan din sebagai oposisi “tidak resmi” dan Orde Baru

yang justru mereka juga turut memberi andil dalam rnenegakkan Orde Baru. Sikap oposisi yang

diperlihatkan oleh sebagian kalangan generasi muda itu, nampaknya berlatar belakang pada kurang

diberi kesempatan berperan dalam struktur pemerintahan. Atau ada unsur-unsur lain?

5. Dalam program pengembangan potensi tenaga usia muda di negeri-negeri Barat, antara lain di Amerika

Serikat, telah memberi kesempatan luas kepada generasi muda untuk mengembangkan ketrampilan dan

potensi dirinya, melaIui lembaga-lembaga negara-matipun swasta dengan fasilitas yang tersedia serba

lengkap dan modern.

6. Bangsa Indonesia tidak mau ketinggalan dalam program pembinaan potensi tenaga muda, agar menjadi

intelektual yang cakap, tangguh dan berbudi pekerti luhur di kemudian han. Cara yang ditempuh, mulai

dan generasi muda yang masih duduk di SLTP/SLTA dipancing dan dirang— sang kreativitasnya

dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja secara Nasional. Acara itu diasuh dan dikoordinasi lang- sung oleh

LIPI. Ternyata setiap tahun peserta lomba Semakin bertambah jumlahnya, dengan peserta-peserta dan

seluruh propins di Republik Indonesia.

7. Bidang-bidang pendidikan yang dapat menopang pembangunan dengan melahirkan tenaga-ntenaga

trampil dalam bidangnya masing-masing dapat digolongkan dalam tiga bidang, yaitu: Pendidikan

Formal, Pendidikan non-Formal dan Pendidikan Informal.

25
8. Dalam proses pemberian/penerusan nilai-nilai masyarakat kepada orang muda, adakalanya orang tua

sendini mengalami hambatan, karena mereka sendiri belum pernahmengalaminya, hingga tidak dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut.

9. Dalarn rangka rnenegakkan kemerdekaan, para pemuda Sebagal pelopor, dan berdiri di garis paling

depan dalam melawan penjajah.

10. Dalam perjalanannya, bangsa dan negara Indonesia mengalami bermcam-macam hambatan, gangguan,

ancaman, maupun penyelewengan-penyelewengan. Puncak penyelewengan adalah pecahnya peristiwa

tragedi nasional, yang kemudian terkenal dengan nama G 30 S/PKI.

11. Menyadari akan tugasnya sebagai generasi penerus, maka para pemuda/mahasiswa tampil ke depan

untuk meluruskan kembali cita-cita nasional yang telah diselenggarakan oleh perrierintah Orde Lama

serta menggantinya dengan pemerintah Orde Baru yang sesuai dengan Pancasila danUUD 1945.

12. Setelah tegaknya pemerintah Orde Baru para pemuda berperan serta dalam pembangunan di segala

bidang, demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan IJUD 1945.

26

Anda mungkin juga menyukai