Anda di halaman 1dari 5

MALAM SERIBU LENTERA

Scene 1:

Kerajaan Dharmasraya merupakan kerajaan besar dan makmur di wilayah Sumatera Barat.
Daerahnya yang subur menghasilkan padi dan rempah-rempah dalam jumlah melimpah,
menjadikannya pusat perdagangan yang ramai. Rakyat Dharmasraya hidup tenteram dan sejahtera
berkat kepemimpinan Raja Aruna Darmawangsa yang bijaksana dan adil. Ditambah kecantikan Putri
Aneisha Respatika, putri tunggal Raja yang memiliki paras elok tiada duanya. Kabar kecantikan sang
Putri telah tersebar ke seluruh kerajaan di Nusantara.

Diiringi dengan tarian panen (durasi 3 menit)

https://youtu.be/Ce-dyr3Bdn8?feature=shared

Scene 2:

Suatu hari Raja jatuh sakit parah. Tabib istana berusaha mengobatinya, namun penyakit raja semakin
parah. Putri Aneisha, merasa sangat sedih dan putus asa melihat ayahanda tercinta terbaring lemah.
Dia berdoa setiap hari untuk kesembuhan ayahnya.

Putri Aneisha: “Ya Tuhan.. hamba mohon sembuhkanlah ayahku dari penyakit yang Ia derita, agar
kami dapat berkumpul lagi bersama-sama.” (Dalam keadaan sedih, dayang Sang Putri berusaha
menyemangati Putri)

Dayang 1 (Ersa): “Putri, tidak seharusnya anda berlarut dalam kesedihan ini terus.. anda juga harus
ingat bahwa diluar sana masih banyak rakyat yang membutuhkanmu.” (Ersa mulai merangkul dan
mengajak Putri untuk melihat keadaan rakyat di luar)

Sementara itu, rakyat Dharmasraya mulai merasakan perbedaan dalam pemerintahan.Selama


periode ini, pemerintahan kerajaan mulai menunjukkan perubahan yang tidak selaras dengan
masyarakat Dharmasraya. Tarif pajak mulai meningkat, hukum-hukum tidak lagi ditegakkan, dan
keadaan disana mulai menjadi kacau.

Diiringi dengan tarian rakyat menderita (4 menit)

https://youtu.be/_sxJxuv2dXA?si=Qqdy_WFU4MooFnVh

Yoel: “Astaga mengapa hasil panen kita semakin menurun saja?!.”


Elsa: “Ya dan aku merasa bahwa sistem pemerintahan ini semakin kacau saja.”

Saskia: “Kalian sepertinya baru merasakan penderitaan ya? Kami yang lahir di daerah terpencil sana
sudah mengalami lebih dari ini saat masih kecil, benar kan Van?.”

Vania: “Sudahlah lanjutkan saja pekerjaan ini yang penting kita terus berdoa semoga Raja bisa cepat
pulih dan keadaan ini dapat kembali membaik.”

Karena Tabib Kerajaan tidak dapat menyembuhkan Sang Raja, maka Kerajaan pun akhirnya
membuat sayembara, bagi siapa pun yang bisa menyembuhkan Raja akan mendapatkan imbalan
yang menguntungkan. Namun, selama berhari-hari tak ada satupun tabib yang dapat menyembuhkan
raja.

Scene 3:

Mendengar kabar itu, Pangeran Ananta yang memiliki keahlian pengobatan merasa tertarik untuk
mengikuti sayembara tersebut. Namun ia tidak ingin identitas aslinya sebagai Pangeran diketahui,
maka ia memutuskan untuk menyamar menjadi tabib misterius.

Sesampainya di Dharmasraya, Pangeran Ananta yang sedang menyamar segera menghadap


Menteri serta mengaku bahwa ia bisa menyembuhkan sang Raja.

Pangeran: “Yang terhormat wahai Perdana Menteri, hamba ingin menyampaikan bahwa hamba
dapat menyembuhkan sang Raja.”

Menteri: “Apakah kamu yakin dapat menyembuhkan Yang Mulia?.”

Pangeran: “Tentu saja.”

Menteri: “Bagaimana cara anda bisa membuktikan bahwa anda dapat menyembuhkan Yang Mulia.”

Pangeran: “Saya hanya perlu pergi ke hutan terlarang untuk mencari tanaman langka yang bisa
menyembuhkan penyakit yang sedang diderita oleh Sang Raja.”

Menteri: “Baiklah kalau begitu, saya percayakan hal ini kepada anda”

Mendengar ada yang bisa menyembuhkan Ayahandanya, Putri Aneisha bersikeras ingin membantu
tabib misterius itu mencari tanaman obat yang dimaksud, meskipun tabib itu sudah berusaha
menolaknya.

Putri: “Tolong izinkan aku untuk ikut bersamamu, Tabib”

Tabib: “Jangan! Ini terlalu berbahaya untuk anda, tuan Putri.”

Putri: “Tapi aku juga ingin membantu mencari tanaman langka itu untuk Ayahandaku, aku ingin
berguna disaat keadaan seperti ini, Tabib.”

Dengan segala bujuk rayu dan desakannya, akhirnya sang tabib luluh juga dan mengizinkan Putri
Aneisha untuk pergi bersamanya, dengan syarat sang Putri harus mau mematuhi perintahnya.
Tabib: “Baiklah kalau itu yang Putri inginkan, saya akan mengizinkan Putri ikut namun dengan
satu syarat.”

Putri: “Syarat apakah itu, Tabib?.”

Tabib: “Putri harus mematuhi apapun perintah saya selama diperjalanan.”

Putri: “Baiklah jika itu syaratnya, saya bersedia mematuhi perintahmu, Tabib.”

Tabib: “Baiklah kalau begitu, kita akan memulai perjalanan besok.”

Keesokannya, Putri Aneisha dan Tabib memulai perjalanan untuk menemukan obat penyakit
mematikan yang menyerang Sang Raja. Perjalanan mereka melewati hutan yang dipenuhi dengan
perompak. Namun demi menyelamatkan nyawa Sang Raja, mereka melanjutkan perjalanan dengan
hati-hati.

Ketika Putri Aneisha dan Tabib diserang perompak, Sang Tabib menyuruh Putri untuk melarikan diri
terlebih dahulu. Sementara Sang Tabib bertarung melawan para perompak itu.

Mereka bertarung sambil menari (3 menit)

https://youtu.be/2uYTsAJx7tg?si=IMWhLmEBn3q4bDWg

Tabib: “Putri segeralah berlari dan cari tempat yang aman untuk bersembunyi, sekarang!.”

Putri: “Bagaimana dengan mu? Aku tidak bisa meninggalkan dirimu sendirian melawan perompak
ini.”

Tabib: ”Jangan pikirkan aku, cepat lari dan selamatkan dirimu!.”

Putri: “Baiklah.”

Sesekali Sang Tabib melihat ke arah belakang, seraya memastikan bahwa Putri Aneisha telah
melarikan diri. Hal itu membuat konsentrasi Tabib melemah. Melihat ada peluang yang bagus, tanpa
aba-aba salah satu perompak pun langsung menghunuskan pedangnya tepat di tubuh Pangeran di
saat ia lengah.

Meski telah berhasil kabur dari para perompak, tetap saja sang putri merasa khawatir dengan segala
kemungkinan yang dapat terjadi terhadap orang itu.

Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk telah menimpa Sang Tabib itu. Dan benar saja,
Sang Tabib tengah bersandar lemah di sebuah pohon sambil meringis kesakitan menahan lukanya
itu, mencoba untuk memperlambat darahnya yang terus mengalir. Melihat itu, Putri langsung berlari
ke arah Sang Tabib sebelum akhirnya penutup wajah yang digunakan oleh Sang Tabib terluka
karena bekas pertarungan tadi. Tampangnya yang tak asing membuat Aneisha berusaha untuk
menerka-nerka siapa sebenarnya orang ini. Ingatan kilas balik tentang pertemuannya dengan
seorang pangeran dari daerah seberang ketika dirinya masih kecil pun muncul. Itu benar, tak salah
lagi orang ini adalah sang putra mahkota Kerajaan Pagaruyung. Aneisha hanya bisa diam membisu
dengan apa yang ada di depan matanya. Ia tak menyangka bahwa ternyata Pangeran Ananta lah
yang telah bersedia membantu menyembuhkan ayahandanya.
Scene 4:

Kerajaan Dharmasraya menggelar festival tahunan sekaligus sebagai perayaan karena sang Raja
telah sembuh dari sakitnya. Raja Aruna mengundang banyak tamu termasuk Pangeran Ananta dari
kerajaan Pagaruyung. Keluarga Pangeran sempat khawatir dan melarang Pangeran pergi karena
belum lama ini ia sempat jatuh sakit parah. Namun Pangeran bersikeras ingin datang, ibunda
Pangeran mengizinkan Pangeran pergi dengan syarat mengajak Martha Asmitha, sahabat masa
kecilnya untuk pergi bersama yang berjanji akan menjaga Pangeran

Ibunda: ”ibu akan mengizinkan kamu pergi dengan satu syarat”

Pangeran: “apa syaratnya bu”

Ibunda: “kamu harus mengajak martha”

Pangeran: “baiklah kalau begitu bu,aku akan pergi dan mengajak martha”

Sesampainya di Dharmasraya, Martha mengajak Pangeran Ananta berkeliling menikmati festival.


Malam harinya, acara puncak festival dimulai dengan peluncuran lentera di langit yang diiringi dengan
tarian yang meriah di istana. Pangeran Ananta yang baru pertama kali melihat Putri Aneisha setelah
sembuh dari sakitnya, memberanikan diri untuk mengajak sang Putri menari bersama. Putri Aneisha
tentu saja merasa bahagia dan segera menerima ajakan itu.

Pangeran Ananta dan Putri Aneisha pun menari dengan anggun diiringi decak kagum para hadirin.

Diiringi dengan tarian payung (4 menit)

https://youtu.be/NwT6tQDhe2k?si=pEQksyXi7qqsWFyv

Namun di tengah kebahagiaan itu, sebuah panah melesat ke arah Pangeran dan Putri

Pangeran: “Putri, awas!!.”

Dengan sigap Pangeran mendorong tubuh Putri dan menggunakan tubuhnya untuk melindungi sang
putri. Panah itu menancap di tubuh Pangeran. Rupanya panah itu telah dilumuri racun yang
mematikan. Rasa sakit luar biasa segera menjalar di tubuh Pangeran. Sang Putri histeris sementara
Raja memerintahkan pengawal disampingnya untuk segera memanggil tabib istana.

Putri: “PANGERAN!!.”

Raja: “Pengawal panggil tabib sekarang juga!!.”

Beberapa waktu kemudian, pelaku penembakan panah beracun itu berhasil ditangkap dan diadili. Ia
mengakui perbuatannya karena termakan cemburu buta.
Flashback

Jauh sebelum festival diadakan, sahabat karib Pangeran yang bernama Martha, ia sudah lama
memendam cinta terhadap Pangeran. la sering memperhatikan Pangeran diam-diam dan bertekad
akan menjadikan Pangeran sebagai suaminya.

Ketika mendengar festival akan diadakan dan Pangeran akan hadir, Martha khawatir Pangeran akan
kembali jatuh cinta kepada Putri. Rasa cemburu pun menyelimuti hati Martha.

Martha kemudian menyusun rencana jahat. la akan menyingkirkan sang Putri dengan memanahnya
diam-diam saat Putri sedang berdua dengan Pangeran. Martha sudah mempersiapkan panah dan
racun mematikan hasil ramuan seorang tabib.

Pada hari festival, Martha mengikuti Pangeran kemanapun ia pergi untuk memastikan rencananya
berhasil. Ketika melihat Pangeran dan Putri bertemu di taman dan berpelukan, emosi Martha
memuncak. la segera membidik tubuh Sang Putri tanpa pikir panjang.

Namun akibat tergesa-gesa dan buta oleh cemburu, panah Martha malah mengenai Pangeran,
bukan Putri. Rencana jahatnya pun gagal total, menyebabkan kematian sang sahabat sendiri
sekaligus pujaan hatinya.

Flashback End

Sang Raja murka dan menjatuhkan hukuman mati baginya. Kisah tragis ini meninggalkan luka
mendalam bagi sang Putri. Ia masih sering mengenang Pangeran yang telah tiada itu dengan
linangan air mata. Hingga akhir hayatnya nanti, Pangeran akan terus hidup dalam kenangan Putri.

Anda mungkin juga menyukai