Anda di halaman 1dari 17

URGENSI KURIKULUM BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas:

Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah dan PT

Penyusun:
Charity Dinda Aghnia
02040922005
Dosen Pengampu:
Dr. H. Mohammad Nu’man, M.Ag.

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
URGENSI KURIKULUM BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

Charity Dinda Aghnia

charitydindaaghnia@gmail.com

Pendahuluan

Pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia


menuju kedewasaan, baik secara akal, mental, maupun moral untuk menjalankan
fungsi kemanusiaan sebagai seorang hamba dihadapan sang Pencipta, Allah SWT.1
Dengan kata lain, pendidikan merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh
pendidik kepada peserta didik untuk menyalurkan pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan norma kepada individu atau kelompok melalui pengajaran, pelatihan, atau
pengalaman. Tujuan utaman dari pendidikan ialah untuk mengembangkan potensi
individu, membantu peserta didik dalam memahami dunia sekita, dan mempersiapkan
mereka untuk berperan aktif dalam masyarakat.

Salah satu komponen terpenting dalam pendidikan ialah kurikulum, karena


kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan
pendidikan. Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah
yang meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. 2
Dengan begitu, kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang erat berkaitan, tak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain.

System pendidikan yang dijalankan pada zaman modern ini tak mungkin jika
terlepas dari keikutsertaan kurikulum yang artinya semua kegiatan pendidikan

1
Masykur, Teori dan telaah Pengembangan Kurikulum, (Bandar Lampung” Aura Cv. Anugrah Utama
Raharja, 2019, hal 11.
2
Syamsul Bahari, ‘Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya’, Jurnal Ilmiah Islam Futura, Vol.
XI, No. 1, (Agustus, 2011), hal 20.
berkaitan dengan kurikulum. Dalam kurikulum itulah tersimpul segala sesuatu yang
harus dijadikan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan.3

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup


sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil
pendidikan.4 Pengajaran dan pembelajaran di sekolah tidak dapat berjalan dengan
terarah dan terstruktur tanpa adanya kurikulum. Pengembangan-pengemabngan
kurikulu selalu dilakukan ketika kurikulum tidak lagi seiring dengan zaman, terjadi
banyak perubahan di berbagai lini kehidupan, sehingga perlu dilakukan analisis
kebutuhan dan akan berimplikasi pada perlunya merubah kurikulum agar kompetensi
yang dihasilkan lulusan memberikan hasil dan dampak signifikan di masyarakat.

Eksistensi bahasa Arab semakin diperhitungkan di dunia Internasional setelah


ditetapkan sebagai salah satu bahasa resmi di dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (DK-PBB) pada tahun 1971. Pentingnya pembelajaran bahasa Arab di
Madrasah memerlukan adanya perencanaan pengajaran, dasar perencanaan
pembelajaran, konsep yang mendasari perencanaan pembelajaran. Terlebih pada
pendidikan dasar, terdapat keterkaitan dengan peningkatan kompetensi soft skills bagi
yang ingin melanjutkan bahasa Arab sebagai sarana untuk meningkatkan taraf ekonomi
dan status social melalui karir di dunia pendidikan, bisnis, dan agama.5

Berikut merupakan beberapa paparan mengenai urgensi kurikulum


pembalajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library
research) yang menggunakan buku, dan literature-literature lainnya sebagai objek yang
utama, jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian

3
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (Yogyakarta: BPFE), hal. 1.
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), 38.
5
Besse Wahida, ‘Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Pada IAIN Pontianakan’, Jurnal Al-Atsar
STAI Mempawah, Vol. 07, No. 01, (2017) hal. 9.
yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang di dalam teks
yang diteliti.

Pembahasan

Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, khususnya di madrasah-madrasah dan


pesantren mempunyai posisi yang lebih strategis disbanding dengan pembelajaran
bahasa asing lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena bahasa Arab adalah kitab suci
(Al-Qur’an) dan hadits serta bahasa mayoritas literature-literature keagamaan (Islam)
yang asli. Bahasa arab menjadi mata pelajaran dan diajarkan di semua jenjang
pendidikan Madrasah mulai dari Raudlatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah samapi Perguruan Tinggi islam dan Pondok Pesantren
baik yang salaf maupun modern, dengan tujuan pokok yang sama secara garis besar,
yakni agar bias memahami teks-teks agama (Islam). 6

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,


isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Kurikulum bahasa Arab
mempunyai posisi yang strategis dalam pendidikan, dia menjadi pedoman, pengarah,
dan pengendali jalannya praktik pendidikan dan pembelajaran bahasa Arab di satuan-
satuan pendidikan. Kurikulum bahasa Arab dapat berfungsi sebagai alat untuk: (1)
mencapai tujuan pendidikan (2) penjamin mutu pendidikan (3) pencapai kepentingan
masyarakat (4) pencapaian kepentingan bangsa dan Negara (5) tujuan lembaga
pendidikan, dan (6) sebagai alat untuk pengembangan pembelajaran.7

6
Nur Chotima, ‘Urgensi Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab’, Jurnal Turats,
2018, hal. 14.
7
Ibid, hal. 18.
Di Indonesia, kurikulum kerap mengalami berbagai perubahan. Segala
perubahan tersebut akibat adanya perubahan kebutuhan kompetensi, sehingga
mempengaruhi keberlangsungan pendidikan kedepannya.8 Perubahan orientasi, desain,
model dan lain sebagainya dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan nasional serta mesejajarkan dengan pendidikan-pendidikan yang ada di
dunia.9

Kurikulum merdeka mulai diuji coba tahun 2020 dan diterapkan dari tahun
2022 dengan konsep kemandirian. Konsep pembelajaran mandiri merupakan bentuk
pengembangan strategi pemerintah untuk mengembalikan system pendidikan nasional
yang mandiri sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari mulai proses
pembelajaran hingga penilaian.10 Perancangan kurikulum merdeka telah dikaji
berdasarkan keselarasan antara kebijakan kurikulum di tingkat nasional yang lebih
abstrak dengan pengembangan kurikulum di satuan pendidikan sampai dengan
kurikulum yang benar dipelajari oleh peserta didik.11

Hakikat merdeka belajar adalah bebas dalam mendapatkan pengalaman belajar


dan ilmu pengetahuan dengan mendudukkan manusia sebagai kodratnya. Hal ini
sejalan dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara yang focus pada pembelajaran dengan
konsep bebas sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan kreatif. Dengan
adanya kebebasan tersebut, dijadikan sebagai dorongan bagi peserta didik untuk
bereksplorasi pengetahuannyasehingga tercipta karakter yang merdeka. Dengan kata
lain, kurikulum merdeka merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang menerapkan

8
Tono Supriatno Nugraha, ‘Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran’, Inovasi
Kurikulum, Vol. 19, No. 2,
9
Farah Dina Insani, ‘Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia Sejak Awal Kemerdekaan Hingga
Saat Ini’, Assalam: Jurnal Studi Hukum Islam dan Pendidikan, Vol. 3, No. 1.
10
Muhammad Reza Arviasyah, Ageng Shagena, ‘Efektivitas dan Peran Guru dalam Kurikulum Merdeka
Belajar’, Jurnal Lentera, Vol. 17, No. 1 (2022) hal. 45.
11
Chizmi Zahrotul Fitriyah, Rizki Putri Wardani, ‘Paradigma Kurikulum Merdeka Bagi Guru Sekolah
Dasar’, Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 12, No. 3 (September, 2022) hal. 239.
pembelajaran berbasis project-based learning untuk mendukung karakter peserta didik
sesuai dengan profil pancasila.12

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa konsep kurikulum merdeka belajar
ini merupakan kurikulum yang bebas dan tidak terikat, yang mana memberikan luang
bagi peserta didik untuk lebih berkembang dan kreatif dalam proses belajar. Peserta
didik juga akan mendapatkan kesempatan untuk belajar lebih fleksible, dan dalam
keadaan yang tidak selalu formal, lebih interaktif, meningkatkan soft skills maupun
hard skills, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi lulusan dan lebih
siap dan relevan sesuai dengan kebutuhan zaman serta memiliki karakter sesuai dengan
nilai-nilai pancasila.

Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah Ibtidaiyah

Implementasi merdeka belajar dikaitkan dengan kurikulum tingkat satuan


pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang berupa KMA Nomor 183 dan
KMA 184. KMA Nomor 183 bertujuan untuk pengembangan kurikulum PAI dan
Bahasa Arab dalam mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki pola piker dan
sikap keagamaan yang moderat, inklusif, berbudaya, religious serta memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, dan kolaboratif serta mampu menjadi
bagian dari solusi terhadap berbagai persolan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kemudian KMA Nomor 184 Tahun 2019 mengenai Pedoman Implementasi


Kurikulum pada Madrasah diterbitkan untuk mendorong dan memberi aturan daam
berinovasi dan implementasi kurikulum pada madrasah serta memberikan lindung
hukum dalam pengembangan kekhasan madrasah, pengembangan penguatan karakter,
Pendidikan Anti Korupsi dan Pengembangan Moderasi Beragama pada Madrasah.

12
Mohammad Rifqi Hamzah, Yuniar Mujiwati, Intan Mazidha Khamdi, M. Ibnu Usman, M. Zainal
Abidin, ‘Proyek Profil Pelajar Pancasila sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter
pada Peseta Didik’, Jurnal Jendela Pendidikan, Vol. 2, No. 04 (2022) hal. 555.
Pengembangan implementasi kurikulum pada Madrasah Ibtidaiyah dapat
dilakukan antara lain: (1) Menambah beban belajar berdasarkan pertimbangan
kebutuhan peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, social, budaya, dan
ketersediaan waktu. (2) Merelokasi jam pelajaran pada mata pelajaran tertentu untuk
mata pelajaran lainnya sebanyak-banyaknya 6 jam pelajaran untuk keseluruhan
relokasi, (3) Menyelenggarakan pembelajaran terpadu (Integrated Learning) dengan
pendekatan kolaboratif.13

Pembelajaran bahasa Arab di madrasah secara bertahap dan holistic diarahkan


untuk menyiapkan peerta didik memiliki kecakapan berbahasa, yaitu: (1) mampu
mengekspresikan perasaan, pikiran dan gagasan secara verbal-komunikatif, (2) mampu
menginternalisasikan keterampilan berbahasa Arab dengan baik sehingga peserta didik
menjadi terampil menggunakan bahasa Arab dalam berbagai situasi, (3) mampu
menggunakan bahasa Arab untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, pengetahuan umum
dan kebudayaan, dan (4) mampu mengintegrasikan kemampuan berbahasa Arab
dengan perilaku yang tercermin dalam sikap moderat, berpikir kritis dan sistematis.14

Pembelajaran bahasa Arab pada jenjang MI, Mts, MA/MAK diharapkan dapat
membantu peserta didik berhasil mencapai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa
Arab sebagai bagian dari life skills. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
bahas Arab umum adalah pendekatan berbasis teks (genrebased approach), yakni
pembelajaran difokuskan pada teks, dalam berbagai moda, baik lisan, tulisan, visual,
audio, maupun multimodal. Tahapan dalam pendekatan berbasis teks ada empat, yaitu:

1. Building Knowledge of the Field (BKOF): Guru membangun pengetahuan


atau latar belakang pengetahuan peserta didik terhadap topic yang akan

13
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemeneterian Agama Republik Indonesia, Keputusan Menteri
Agama Nomor 184 tahun 2019 Tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Pada Madrasah, (Jakarta),
hal. 19.
14
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Capaian
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah (2022),
hal. 91.
ditulis atau dibicarakan. Pada tahapan ini, guru juga membangun konteks
budaya dari teks yang diajarkan.
2. Modelling of the Text (MOT): Guru memberikan model/contoh teks sebagai
acuan bagi peserta didik dalam menghasilkan karya, baik secara lisan
maupun tertulis.
3. Joint Construction of the Text (JCOT): Guru membimbing peserta didik dan
bersama-sama memproduksi teks.
4. Independent Construction of the Text (ICOT): Peserta didik memproduksi
teks lisan dan tertulis secara mandiri.

Capaian pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Arab di Madrasah ibtidaiyah


terbagi menjadi tiga fase, yakni Fase A (Kelas I dan II Madrasah Ibtidaiyah), Fase B
(Kelas III dan IV Madrasah Ibtidaiyah), Fase C (Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah).

1. Fase A (Kelas I dan II Madrasah Ibtidaiyah)


Pada akhir fase A, peserta didik memliki kemampuan
mendengarkan komponen bahasa, meniru huruf, kata, tanda baca, frasa,
kalimat, dan membaca, memahami teks tertulis atau teks visual, serta
memaparkannya dalam kalimat yang sangat sederhana.

Elemen Capaian Pembelajaran

Peserta didik mampu mendengarkan komponen


bahasa seperti fonem, kata, intonasi, penanda
wacana tentang topik perkenalan, keluargaku,
hobiku, rumahku, nama-nama buah, warna,
peralatan sekolah, seragam alat transportasi, alat
rumah tangga, dan pemandangan alam dengan
Menyimak
pola kalimat: ‫ ما‬،‫ ما هذا؟‬،‫ تلك‬،‫ ذلك‬،‫ هذه‬،‫هذا‬
‫ من‬،‫ من هذه؟‬،‫ من هذا؟‬،‫ ما تلك‬،‫ ما ذلك‬،‫هذه؟‬
‫ من تلك؟‬،‫ذلك؟‬untuk membadakan komponen
bahasa dari teks yang didengar
Peserta didik mampu meniru kata, frasa, kalimat
tentang topik perkenalan, keluargaku, hobiku,
rumahku, nama-nama buah, warna, peralatan
sekolah, seragam alat transportasi, alat rumah
Berbicara tangga, dan pemandangan alam dengan pola
kalimat: ‫ ما‬،‫ ما هذه؟‬،‫ ما هذا؟‬،‫ تلك‬،‫ ذلك‬،‫ هذه‬،‫هذا‬
‫ من تلك؟‬،‫ من ذلك؟‬،‫ من هذه؟‬،‫ من هذا؟‬،‫ ما تلك‬،‫ذلك‬
untuk mengemukakan kata, frase, dan kalimat.

Peserta didik mampu membaca huruf dan


memahami kata, tanda baca dalam teks tertulis
atau teks visual tentang topik perkenalan,
keluargaku, hobiku, rumahku, nama-nama buah,
warna, peralatan sekolah, seragam alat
transportasi, alat rumah tangga, dan pemandangan
Membaca-Memirsa
alam dengan pola kalimat: ‫ ما‬،‫ تلك‬،‫ ذلك‬،‫ هذه‬،‫هذا‬
‫ من‬،‫ من هذه؟‬،‫ من هذا؟‬،‫ ما تلك‬،‫ ما ذلك‬،‫ ما هذه؟‬،‫هذا؟‬
‫ من تلك؟‬،‫ ذلك؟‬untuk memahami kata dalam teks
tertulis.

Peserta didik mampu meniru dan memaparkan


huruf, kata, tanda baca, dan kalimat yang sangat
sederhana tentang topik perkenalan, keluargaku,
hobiku, rumahku, nama-nama buah, warna,
peralatan sekolah, seragam alat transportasi, alat
Menulis- rumah tangga, dan pemandangan alam dengan
Mempresentasikan pola kalimat: ،‫ ما هذه؟‬،‫ ما هذا؟‬،‫ تلك‬،‫ ذلك‬،‫ هذه‬،‫هذا‬
،‫ من هذه؟‬،‫ من هذا؟‬،‫ ما تلك‬،‫ من ما ذلك‬،‫من ذلك؟‬
‫تلك؟‬untuk mengungkapkan gagasan yang sangat
sederhana secara tertulis dan lisan.

2. Fase B (Kelas III dan IV Madrasah Ibtidaiyah)


Pada akhir fase B, peserta didik memiliki kemampuan memahami
kosa kata, perintah, sapaan, pertanyaan, dan berbicara, membaca,
memahami wacana yang sangat sederhana dalam teks tertulis atau teks
visual, serta memaparkannya sesuai tata bahasa dan konteks secara tulis dan
lisan.

Elemen Capaian Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami kosa kata,


perintah, sapaan, pertanyaan tentang materi
pelajaran, nama-nama bintang, penyakit, olahraga,
teman-temanku, taman, alamat, profesi, cita-
Menyimak citaku, anggota keluarga, di rumah, dan cinta
Indonesia dengan pola kalimat: ،03-1 ‫االرقام‬
‫ االسم العلم‬،‫ االسم المفرد‬،‫ الضمير المتصل‬،‫الضمير المنفصل‬
untuk merespon teks yang didengar.

Peserta didik mampu menggunakan bahasa Arab


sesuai dengan gramatikal, frasa, leksikal, atau
fonologis tentang materi pelajaran, nama-nama
binatang, penyakit, olahraga, teman-temanku,
taman, alamat, profesi, cita-citaku, anggota
Berbicara keluarga, di rumah, dan cinta Indonesia dengan
pola kalimat: ‫ الضمير‬،‫ الضمير المنفصل‬،03-1 ‫االرقام‬
‫ االسم‬،‫ االسم المفرد‬،‫العلم المتصل‬sebagai alat
komunikasi global.

Peserta didik mampu membaca dan memahami


wacana yang sangat sederhana berupa teks tertulis
atau teks visual tentang materi pelajaran, nama-
nama bintang, penyakit, olahraga, teman-temanku,
taman, alamat, profesi, cita-citaku, anggota
Membaca-Memirsa keluarga, di rumah, dan cinta Indonesia dengan
pola kalimat: ‫ الضمير‬،‫ الضمير المنفصل‬،03-1 ‫االرقام‬
‫ االسم العلم‬،‫ االسم المفرد‬،‫المتصل‬untuk memahami
informasi tersurat dari wacana sangat sederhana
Peserta didik mampu menghasilkan dan
memaparkan kosakata yang sesuai tata bahasa dan
konteks dengan topik materi pelajaran, nama-nama
bintang, penyakit, olahraga, teman-temanku,
Menulis- taman, alamat, profesi, cita-citaku, anggota
Mempresentasikan keluarga, di rumah, dan cinta Indonesia dengan
pola kalimat: ‫االرقام‬1-30 ‫ الضمير‬،‫ الضمير المنفصل‬،
‫ االسم العلم‬،‫ االسم المفرد‬،‫المتصل‬untuk
mengungkapkan gagasan secara tulis dan lisan.

3. Fase C (Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah)


Pada akhir fase C, peserta didik memiliki kemampuan memahami
ide pokok dan membuat tanggapan, serta merespon percakapan yang sangat
sederhana, membaca dan memahami wacana singkat dalam teks tertulis
atau teks visual, serta memaparkannya sesuai tata bahasa dan konteks secara
tulis dan lisan.

Elemen Capaian Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami ide pokok dan


membuat tanggapan sederhana tentang anggota
tubuh, profesi, kebun binatang, di ruang tamu dan
di ruang belajar, di laboratorium dan perpustakaan,
di kantin, jam, saya suka bahasa Arab, saya suka
kegiatan liburan dan piknik dengan menggunakan
Menyimak
pola kalimat: ‫ المبتدأ‬،‫ النعت‬+ ‫ االسم‬+ ‫اإلشارة للمفرد‬
‫ الخبر المقدم والمبتدأ‬،‫ والمبتدأ والخبر‬،‫ الخبر المقدم‬،‫والخبر‬
‫ الفعل الماضي‬،‫ الفعل المضارع وفعل األمر‬،‫المؤخر‬untuk
memahami informasi tersurat dan tersirat.
Peserta didik mampu merespon dengan bertanya,
menjawab dalam percakapan yang sangat
sederhana tentang anggota tubuh, profesi, kebun
binatang, di ruang tamu dan di ruang belajar, di
laboratorium dan perpustakaan, di kantin, jam,
saya suka bahasa Arab, saya suka kegiatan liburan
Berbicara dan piknik dengan menggunakan pola kalimat:
‫ الخبر‬،‫ المبتدأ والخبر‬،‫ النعت‬+ ‫ االسم‬+ ‫اإلشارة للمفرد‬
‫ الفعل‬،‫ الخبر المقدم والمبتدأ المؤخر‬،‫ والمبتدأ والخبر‬،‫المقدم‬
‫ الفعل الماضي‬،‫المضارع وفعل األمر‬sebagai alat
komunikasi

Peserta didik mampu membaca dan memahami


wacana singkat dalam bentuk teks tertulis atau teks
visual tentang anggota tubuh, profesi, kebun
binatang, di ruang tamu dan di ruang belajar, di
laboratorium dan perpustakaan, di kantin, jam,
saya suka bahasa Arab, saya suka kegiatan liburan
Membaca-Memirsa dan piknik dengan menggunakan pola kalimat:
‫ الخبر‬،‫ المبتدأ والخبر‬،‫ النعت‬+ ‫ االسم‬+ ‫اإلشارة للمفرد‬
‫ الفعل‬،‫ الخبر المقدم والمبتدأ المؤخر‬،‫ والمبتدأ والخبر‬،‫المقدم‬
‫ الفعل الماضي‬،‫المضارع وفعل األمر‬untuk memahami
informasi tersurat dari wacana singkat

Peserta didik mampu menghasilkan dan


memaparkan koskata yang sesuai tata bahasa dan
konteks tentang anggota tubuh, profesi, kebun
binatang, di ruang tamu dan di ruang belajar, di
laboratorium dan perpustakaan, di kantin, jam,
saya suka bahasa Arab, saya suka kegiatan liburan
Menulis-
dan piknik dengan menggunakan pola kalimat:
Mempresentasikan
‫ الخبر‬،‫ المبتدأ والخبر‬،‫ النعت‬+ ‫ االسم‬+ ‫اإلشارة للمفرد‬
‫ الفعل‬،‫ الخبر المقدم والمبتدأ المؤخر‬،‫ والمبتدأ والخبر‬،‫المقدم‬
‫ الفعل الماضي‬،‫المضارع وفعل األمر‬untuk
mengungkapkan gagasan secara tulis dan lisan
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah

Pembelajaran bahasa Arab di madrasah mempunyai tujuan untuk


mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Arab
sebagai alat komunikasi global dan alat untuk mendalami agama dan sumber otentik
yang pada umumnya menggunakan bahasa Arab dan melalui proses rantai keilmuan
(isnad) yang terus bersambung hingga sumber asalnya yaitu al-Qur’an dan Hadits.

Pembelajaran bahasa Arab di madrasah diorientasikan untuk memberikan tiga


kompetensi, yaitu:15

1. Kompetensi Berbahasa (al-kifayah al-lughowiyah); sebuah kompetensi


dasar dalam bahasa yang meliputi empat kemahiran berbahasa (al-maharat
al-lughawiyah) yaitu mendengar (maharah al-istima’), kemahiran
berbicara (maharah al-kalam), kemahiran membaca-memirsa (maharah al-
qira’ah) dan kemahiran menulis mempresentasikan (maharah al-kitabah).
Keterampilan berbahasa tersebit harus dijalankan berdasarkan unsur-unsur
bahasa (al-anasir al-lughawiyyah) yang baik dan benar meliputi: bunyi
(aswat), kosakata (mufradat), dan kaidah bahasa (qawaid al-lughah).
2. Kompetensi berkomunikasi (al-kifayah al-ittisaliyyah), kompetensi untuk
melakukan tindak tutur dengan bahasa target dalam berbagai konteks social
secara lisan dan tulisan.
3. Kompetensi berbudaya (al-kifayah al-saqafiyyah); disamping pembelajaran
bahasa Arab yang mengajarkan bahasa itu sendiri, ia mengandung pesan-
pesan budaya dari bahasa itu sendiri.

Pembelajaran bahasa Arab di beberapa Madrasah Ibtidaiyyah selain


menggunakan buku paket versi Kementerian Agama, juga memanfaatkan LKS
(Lembar Kerja Siswa) yang disediakan oleh sekolah. Umumnya, pembelajaran bahasa

15
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Capaian
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab … hal. 92.
Arab di Madrasah Ibtidaiyah menggunakan metode ceramah, lalu dilanjutkan dengan
praktik membaca, menulis, atau mengerjakan soal latihan.

Dengan berbagai usaha yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Arab,


pembelajaran bahasa Arab di Madrasah kiranya juga masih membutuhkan inovasi yang
dapat dimanfaatkan oleh para guru selama pembelajaran untuk mencapai tujuan
kurikulum tersebut. Baik berupa metode, strategi, model, ataupun media pembelajaran.
Dalam hal ini, ketentuan inovasi dan pengembangan kurikulum sudah diatur dalam
KMA No. 184 tahun 2019 tentang pedoman Implementasi Kurikulum pada
Madrasah.16 Misalnya dengan mengimplementasikan metode dan strategi CTL
(Contextual Teaching and Learning),17 memanfaatkan sarana teknologi pembelajaran
yang sudah tersedia,18 menggunakan strategi active learning dengan pendekatan
multiple intelegence,19 dapat juga inovasi pembelajaran pada aspek isi materi dan
lingkungan pembelajaran baik fisik, social, atau akademik, seperti membuat jadwal
berbicara menggunakan bahasa Arab di sekolah, serta memanfaatkan atau
menggambarkan media pembelajaran yang memuat koskata bahasa Arab seperti my
happy route, dsb.

Sehingga dengan adanya inovasi pembelajaran tersebut pembelajaran bahasa


Arab lebih variatif dan bermakna bagi peserta didik, namun tetap disesuaikan dengan
materi, kebutuhan, dan bermakna bagi peserta didik. Inovasi pembelajaran bersifat
dinamis, sehingga dapat berubah dan berkembang. Sebagaimana teori system inovasi
yang menekankan pentingnya pengetahuan dan transfer pengetahuan antar berbagai
elemen yang dapat dijadikan sebagai proses interaktif dalam pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan kompetensi antar individu atau antar peserta didik.

16
Kementerian Agama Republik Indonesia, ‘Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 tentang
Pedoman Implementasi Kurikulum Pada Madrasah’, 2019.
17
Rika Lutfiana Utami, ‘Desain Kurikulum Bahasa Arab di Indonesia’, EL-IBTIKAR: Jurnal Pendidikan
Bahasa Arab, Vol. 9, No. 1 (2020), hal 108.
18
Dairsy Syafaah, ‘Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab Pada Prodi Bahasa dan Sastra Arab IAIN
Tulungagung dalam menghadapi Tantangan Era Industri 4.0’, Prosiding Konferensi Nasional Bahasa
Arab, Vol. 5, No. 5 (2019) hal. 852.
19
Muhammad Jafar Shodiq, ‘ Pembelajaran Bahasa Arab Aktif-Inovatif Berbasis Multiple
Intellegences’, Al-Mahara: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 4, No. 1 (26 June 2018) hal. 39.
Kesimpulan

Pembelajaran bahasa Arab di madrasah mempunyai tujuan untuk


mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Arab
sebagai alat komunikasi global dan alat untuk mendalami agama dan sumber otentik
yang pada umumnya menggunakan bahasa Arab dan melalui proses rantai keilmuan
(isnad) yang terus bersambung hingga sumber asalnya yaitu al-Qur’an dan Hadits. Hal
tersebut diorientasikan menjadi tiga kompetensi, yaitu kompetensi berbahasa,
kompetensi berkomunikasi, dan komuniaksi berbudaya.

konsep kurikulum merdeka belajar merupakan kurikulum yang bebas dan tidak
terikat, yang mana memberikan luang bagi peserta didik untuk lebih berkembang dan
kreatif dalam proses belajar. Peserta didik juga akan mendapatkan kesempatan untuk
belajar lebih fleksible, dan dalam keadaan yang tidak selalu formal, lebih interaktif,
meningkatkan soft skills maupun hard skills, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan kompetensi lulusan dan lebih siap dan relevan sesuai dengan kebutuhan
zaman serta memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Hal ini berkaitan
dengan KMA Nomor 183 dan KMA 184. KMA Nomor 183 bertujuan untuk
pengembangan kurikulum PAI dan Bahasa Arab dalam mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki pola piker dan sikap keagamaan yang moderat, inklusif,
berbudaya, religious serta memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
Negara yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, dan
kolaboratif serta mampu menjadi bagian dari solusi terhadap berbagai persolan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Di Madrasah Ibtidaiyah, elemen pembelajaran bahasa Arab bisa disimpulkan


mencakup dalam 4 hal keterampilan bahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan
memirsa, dan menulis-mempresentasikan. Berbeda dengan capaian pembelajaran yang
berbeda-beda tiap fasenya dimana pada Madrasah Ibtidaiyah terdapat 3 Fase, Fase A
(Kelas I dan II Madrasah Ibtidaiyah), Fase B (Kelas III dan IV Madrasah Ibtiaiyah),
dan Fase C (Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah).
Daftar Pustaka

Bahari, S. (2011). Pengembangan Kurikulum dasar dan Tujuannya. Jurnal Ilmiah


Islam Futura, 20.
Chotima, N. (2018). Urgensi Filsafat Bahasa dalam Pengembangan Kurikulum
Bahasa Arab. Jurnal Turats, 14.
Indonesia, D. J. (2019). Keputusan Menteri Agama Nomor 184 tahun 2019 Tentang
Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah. Jakarta.
Indonesia, D. J. (2022). Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab Kurikulum Merdeka pada Madrasah. Jakarta.
Insani, F. D. (n.d.). Sejarah Kurikulum di Indonesia Sejak Awal Kemerdekaan
Hingga Saat Ini. Assalam: Jurnal Studi Hukum Islam dan Pendidikan.
Masykur. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung:
Aura Cv. Anugrah Utama Raharja.
Nugraha, T. S. (n.d.). Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran.
Inovasi Kurikulum.
Nurgiyanto, B. (n.d.). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.
Reza Arviasyah, e. a. (2022). Efektivitas dan Peran Guru dalam Kurikulum Merdeka
Belajar. Jurnal Lentera, 45.
Rifqi Hamzah, Y. e. (2022). Proyek Profil Pelajar Pancasila sebagai Penguatan
Pendidikan Karakter. Jurnal jendela Pendidikan, 555.
Shodiq, M. J. (2018). Pembelajran Bahasa ARab Aktif-Inovatif Berbasis Multiple
Intellegence. Al-Mahara: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 39.
Sukmadinata, N. S. (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Syafaah, D. (2019). Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab Pada Prodi Bahasa dan Sastra
Arab IAIN Tulungagung dalam Menghadapi Tantangan Era Industri 4.0.
Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab, 852.
Utami, R. L. (2020). Desain Kurikulum Bahasa Arab di Indonesia. EL-IBTIKAR:
Jurnal Pendidikan bahasa Arab, 108.
Wahida, B. (2017). Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Pada IAIN Pontianak.
Jurnal Al-Atsar STAI Mempwah, 9.
Zahrotul Fitriyah, R. (2022). Paradigma Kurikulum Merdeka Bagi Sekolah Dasar.
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 239.

Anda mungkin juga menyukai