Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK PATTIMURA

Anggota Kelompok:

Muhammad Davi

Muh. Irsan Said

Aisyah

Muh. Rasyah

Reinhart Efraim

Latar belakang perlawanan Pattimura

latar belakang Perang Pattimura diawali dengan kedatangan bangsa barat ke tanah Maluku untuk
melakukan perdagangan. Maluku menjadi salah satu daerah yang banyak dituju orang-orang Eropa
karena kekayaan yang dimilikinya. Hasil alam yang melimpah membuat daerah ini mendapat julukan
“mutiara dari timur”. Kekayaan yang ada di dalamnya membuat bangsa Eropa datang berbondong-
bondong datang ke tanah Maluku. Kedatangan orang-orang Eropa awalnya hanya untuk berdagang saja,
namun seiring berjalannya waktu mereka semakin berkuasa dan membuat masyarakat Maluku merasa
terganggu.

Pada masa pemerintahan Inggris di bawah Raffles, keadaan Maluku cukup tenang karena Inggris
bersedia membayar hasil bumi rakyat Maluku. Kegiatan kerja rodi berkurang dan para pemuda diberi
kesempatan bekerja di dinas angkatan perang Inggris. Namun kondisi berubah saat Hinida Belanda
datang. Kegiatan monopoli perdagangan di Maluku kembali diperketat. Dengan demikian, beban
masyarakat semakin besar. Pasalnya, selain penyerahan wajib, masyarakat Maluku juga wajib kerja
paksa, menyerahkan ikan asin, dendeng, dan kopi. Jika diketahui ada yang melanggar, maka pemerintah
Hindia Belanda akan bertindak tegas untuk menghukum.

Selain penyerahan sejumlah hasil Bumi, pada masa Hindia Belanda juga terjadi desas desus bahwa para
guru akan diberhentikan dan para pemuda akan dijadikan tentara di luar Maluku.

Proses Perangnya Perlawanan Pattimura


Perlawanan masyarakat Maluku dimulai dengan menghancurkan kapal Belanda yang ada di pelabuhan.
Setelah itu, para pejuang menuju Benteng Duurstede. Ternyata di benteng tersebut sudah berkumpul
pasukan Belanda. Maka dari itu, terjadilah pertempuran antara pejuang Maluku dengan pasukan
Belanda.

Pasukan Maluku dipimpin oleh Christina Martha Tiahahu, Tomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.
Sedangkan pasukan Belanda di pimpin oleh Residen van den Berg. Pada tertempuran kali ini, Residen
van den Bergs terbunuh dan pasukan Maluku berhasil menguasai benteng Duurstede.

Belanda kemudian meminta bantuan dari Ambon sejumlah 300 prajurit yang dipimpin oleh Mayor
Beetjes. Namun bantuan ini berhasil digagalkan pasukan Pattimura. Dalam peristiwa ini, Mayor Beetjes
juga terbunuh. Kemenangan tersebut membuat pejuang lain semakin bersemangat.

Selanjutnya Pattimura fokus menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Melihat strategi ini, maka
pasukan Belanda, kemudian mempekuat pertahanan di benteng. Patroli juga diperketat, sehingga
Pattimura dan pasukannya gagal menembus Benteng Zeelandia.

Selain melakukan bergerak dengan perlawanan fisik, upaya perundingan juga dilakukan. Sayangnya
perundingan tersebut tidak menemui kesepakatan antar kedua belah pihak. Hingga akhirnya Belanda
mengerahkan seluruh kekuatannya termasuk bantuan dari Batavia untuk merebut Benteng Duurstede.

Agustus 1817 Saparua diblokade, Benteng Duurstede dikepung berserta tembakan meriam yang
bertubi-tubi. Satu persatu perlawanan di luar benteng lumpuh. Daerah di kepualauan kemudian bisa
dikuasai Belanda.

Kondisi tersebut membuat Pattimura memerintahkan pasukannya untuk meloloskan diri dan
meninggalkan tempat pertahannya. Dengan demikian, Benteng Duurstede berhasil di kuasai Belanda.
Pattimura dan pasukannya terus melawan dengan cara bergerilya.

Namun pada bukan November, beberapa pasukan Pattimura tertangkap salah satunya Kapitan Paulus
Tiahahu (ayah Christina Martha Tiahahu). Kapitan Paulus kemudian dijatuhi hukuman mati. Mendengar
kabar tersebut, Christina Martha Tiahahu marah dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya.

Akhir Perang Pattimura


Meskipun sudah menguasai benteng dan berhasil menghukum mati Kapitan Paulus, Belanda belum puas
sebelum berhasil menangkap Pattimura. Bahkan, Belanda mengumumkan siapapun yang berhasil
menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1000 gulden.

Setelah enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap tanggal 16 Desember 1817,
Pattimura kemudian digantung di alun-alun Kota Ambon. Tokoh Perang Pattimura lainnya yaitu Christina
Martha Tiahahu lalu melanjutkan perang gerilya walaupun akhirnya tertangkap juga.

Christina tidak dihukum mati, namun dia dibuang bersama 39 orang lainnya ke Jawa untuk
melaksanakan kerja rodi. Dikisahkan bahwa dalam kapan, Christina Martha Tiahahu melakukan aksi
mogok makan dan enggan buka mulut.

Ia kemudian jatuh sakit dan meninggal dunia pada 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut antara
Pulau Buru dan Pulau Tiga. Meninggalnya Christina Martha Tiahahu menjadi petanda berakhirnya
Perang Pattimura.

Anda mungkin juga menyukai