Anda di halaman 1dari 35

LAWYER & BUSINESS ATTORNEY

The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia

ESPORTS
LAW REVIEW
VOL. 02 – Agustus 2021

All contents purposedly made for education. No copyright infringement is intended.


We do not own the copyright of this picture.

Didukung oleh:

info@kcaselawyer.com
(untuk tujuan pendidikan) www.kcaselawyer.com
Tentang Firma

The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia


K-CASE Lawyer adalah kantor hukum Indonesia yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya, serta memiliki
beberapa afiliasi internasional di Jepang, Malaysia dan Australia. Divisi esports pada K-CASE Lawyer
dipimpin oleh mantan atlet pada game CSGO, Valentino R Korompis S.H, M.Kn. yang sebelumnya
bekerja pada afiliasi dari firma hukum terbaik di Inggris, Clyde & Co. Pendiri lain dari K-CASE Lawyer,
Yudistira Adipratama S.H., LL.M juga aktif berkontribusi dan memiliki jabatan pada Pengurus Besar
Esports Indonesia (PBESI) dan Asosiasi Video Game Indonesia (AVGI).

Para pengacara dari K-CASE Lawyer telah berkontribusi dengan memberikan pandangan hukumnya pada
penyusunan Peraturan PBESI No: 034/PB-ESI/B/VI/2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Esports di
Indonesia. Terhadap komunitas esports Indonesia, K-CASE Lawyer aktif memberikan pendampingan
hukum secara gratis (pro-bono) untuk membantu para atlet esports dalam mencari keadilan. Sebagai
wujud bakti, K-CASE Lawyer juga membantu memenuhi kebutuhan hukum pada penyelenggaraan
Ekshibisi PON XX/2021 Papua untuk esports.

K-CASE Lawyer merupakan konsultan hukum eksklusif dari AVGI, dan telah bekerja sama secara
profesional dengan beberapa tim esports ternama seperti EVOS Esports, BOOM Esports dan BTR
Esports. K-CASE Lawyer juga berpengalaman dalam memenuhi kebutuhan hukum perusahaan media
dan penyelenggara event esports seperti GGWP dan Mineski.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 II


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
PENULIS
YUDISTIRA ADIPRATAMA S.H., LL.M.
Entertainment Lawyer | Managing Partner

Yudistira menjabat sebagai Ketua Bidang Hukum dan Legalitas


pada Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI). Pada Asosiasi
Video Game Indonesia (AVGI) dia juga menjabat selaku Ketua
Bidang Hukum, dan Ketua Bidang Hubungan Internasional pada
periode yang baru. Yudistira berperan penting dalam proses
penyusunan Peraturan Pengurus Besar Esports Indonesia Nomor 034/PB-ESI/B/VI/2021 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Esports di Indonesia. Dalam hukum olahraga, Yudistira juga berkontribusi pada
perumusan amendemen Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
yang diselenggarakan oleh Komisi X – DPR RI.

Yudistira memperoleh gelarnya sebagai sarjana hukum di Universitas Pancasila dengan beberapa
beasiswa kuliah tambahan di University of Malaya (Malaysia) dan Inha University (Korea). Lulus dengan
predikat Magna-cumlaude, dia mengenyam pendidikan profesi advokatnya di Universitas Indonesia.
Setelah sumpah jabatan pengacara, Yudistira melanjutkan pendidikan formalnya pada sekolah hukum
terbaik di Australia. Yudistira merupakan penerima beasiswa bergengsi dan kompetitif, Australia Awards
dalam menuntaskan gelar Master of Laws pada University of Melbourne. Sebagai upaya mengasah
keahliannya, Yudistira juga menyelesaikan certified course pada Harvard Law School untuk subjek
Financial Analysis and Valuation for Lawyers.

Dalam tingkat profesional, Yudistira merupakan pengacara bisnis yang berfokus pada industri gaya hidup
dan dunia hiburan. Dari organisasi olahraga, musisi termahal di Indonesia, hingga perusahaan
konglomerasi internasional; Yudistira memiliki pengalaman dan standar tertinggi dalam memberikan
pendampingan hukum. Pada tahun 2019, Yudistira dinobatkan sebagai satu dari 20 pemuda paling
berpengaruh dalam hubungan bilateral Indonesia dan Australia. Saat ini dia aktif menjabat sebagai
spokesperson dari organisasi bisnis tingkat tinggi Australia Indonesia Business Council (AIBC), dan sedang
melanjutkan sertifikasinya sebagai konsultan hukum pasar modal Indonesia.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 III


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
“ For tomorrow’s sunrise, for yesterday’s starlight.
We are meant for more.

Natan – Mobile Legends: Bang Bang

Purposed for education. No copyright infringement is intended.


We do not own the copyright of this picture and quote.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 IV


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Daftar isi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................V

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ...........................................................................VI


LATAR BELAKANG .......................................................................................................................VII

I. PERBEDAAN KOMITE OLAHRAGA, INDUK ORGANISASI, DAN ASOSIASI ESPORTS ....... 1


II. ANTI POACHING DALAM KETENTUAN HUKUM OLAHRAGA DI INDONESIA ................. 5
2.1 Alasan Poaching dianggap merugikan ..................................................................... 5
2.2 Sudut Pandang Hukum Perseroan Terbatas ............................................................ 6
2.3 Pelanggaran Asas Iktikad Baik .................................................................................. 8
2.4 Poaching dan Wanprestasi .................................................................................... 11
2.5 Upaya Hukum Pencegahan Poaching oleh Tim Esports, PBESI, dan Game
Publishers .............................................................................................................. 12
III. LIGA DAN TURNAMEN .................................................................................................... 16
3.1 Turnamen Esports Indonesia ................................................................................. 16
3.2 Liga Esports Indonesia ............................................................................................ 18
3.3 Liga Eksklusif, Liga Esports 1, dan Liga Esports 2 ................................................... 19
3.4 Liga Amatir ............................................................................................................. 22
3.5 Pekan Olahraga Nasional ....................................................................................... 23
3.6 Pengawasan dan Sanksi Dalam Pertandingan Kejuaraan ...................................... 24
KESIMPULAN .............................................................................................................................. 27

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 V


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Burgerlijk Wetboek;
2. Staatsblad 1870 No. 64 tentang Perkumpulan Perkumpulan Berbadan Hukum;
3. Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional;
4. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
6. Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
7. Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis;
8. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
9. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga No. 0926 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Pusat Informasi Keolahragaan Nasional;
10. Putusan MK No. 19/PUU-XII/2014;
11. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga;
12. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan;
13. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan
Olahraga;
14. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2007 tentang Pendanaan Keolahragaan;
15. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
16. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penetapan Prasarana Olahraga;
17. Peraturan Presiden No. 44 tentang Pemberian Penghargaan Olahraga;
18. Peraturan Pengurus Besar Esports Indonesia Nomor 034/PB-ESI/B/VI/2021 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Esports di Indonesia.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 VI


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
LATAR BELAKANG

Pada 1 Juni 2021, Pengurus Besar Esports Indonesia


(“PBESI”) memberlakukan Peraturan PBESI Nomor
034/PB-ESI/B/VI/2021 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Esports di Indonesia. Dengan
diberlakukannya peraturan tersebut maka ekosistem
esports Indonesia telah resmi memiliki payung hukum
yang mengatur setiap kegiatannya.

Pada edisi kali ini, penulisan difokuskan pada tiga topik


utama yaitu mengenai perbedaan peranan, fungsi dan
latar belakang hukum antar komite dan asosiasi,
ketentuan poaching, serta ketentuan mengenai liga
dan turnamen.

Pemahaman mengenai fungsi dan peranan antar


komite dan asosiasi esports Indonesia sangat penting
demi meluruskan persepsi tumpang tindih peranan
yang selama ini hidup dalam ekosistem esports. Topik
mengenai poaching dibahas demi menjawab
pertanyaan masyarakat mengenai definisi dan
batasannya. Kemudian pembahasan mengenai liga dan
turnamen diangkat sehubungan dengan
penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON)
esports yang sudah dekat.

K-CASE Lawyer akan menerbitkan Esports Law Review


secara berkelanjutan dengan topik-topik yang sedang
hangat pada edisi berikutnya.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 VII


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
1 PERBEDAAN KOMITE OLAHRAGA, INDUK
ORGANISASI, DAN ASOSIASI ESPORTS

Bagian ini akan memberikan gambaran tentang


Komite Olahraga terdiri dari Komite rezim manajemen esports Indonesia yang lama dan
Olahraga Nasional Indonesia (KONI), yang baru dengan analisa hukum terhadap fungsi
dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). dan interaksi antara komite keolahragaan, induk
cabang olahraga, dan asosiasi esports lainnya.
Induk cabang olahraga prestasi untuk Berdasarkan ketentuan hukum Indonesia, komite
esports adalah Pengurus Besar Esports keolahragaan diantaranya adalah Komite Olahraga
Indonesia (PBESI). Nasional Indonesia ("KONI") dan Komite Olimpiade
Indonesia ("KOI").1 Induk cabang olahraga prestasi
Asosiasi terkait esports lainnya dapat esports di Indonesia adalah Pengurus Besar Esports
dicontohkan seperti Perkumpulan Indonesia ("PBESI"). Kemudian contoh dari asosiasi
Olahraga Elektronik Indonesia (IESPA), terkait esports lainnya adalah Perkumpulan
Asosiasi Video Game Indonesia (AVGI), Olahraga Elektronik Indonesia ("IESPA"), Asosiasi
Asosiasi Game Indonesia (AGI), dan Video Game Indonesia ("AVGI"), Asosiasi Game
lainnya. Indonesia, dan lainnya.

PBESI adalah satu-satunya induk cabang olahraga esports sebagai cabang olahraga prestasi yang
resmi diakui oleh KONI. Menurut Pasal 36 Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional (“UU SKN”), KONI berkewajiban membantu Pemerintah
Indonesia dalam menghasilkan kebijakan nasional di bidang kepengurusan, sekaligus membina
dan meningkatkan prestasi olahraga di tingkat nasional. Beranjak dari amanat tersebut,
kemudian KONI menerbitkan Surat Keputusan tertanggal 8 September 2020 yang secara resmi
menyebutkan bahwa PBESI adalah induk cabang olahraga prestasi untuk esports.

1
Pasal 36 dan Pasal 44 Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 1


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Singkatnya, PBESI diakui secara hukum Selain PBESI sebagai induk dari cabang
sebagai badan pengelola eksklusif untuk olahraga esports, warga Indonesia yang
esports dan bertindak sebagai perpanjangan memiliki kecintaan terhadap esports juga
tangan Pemerintah dalam mengatur dapat mengekspresikan semangat dan
ekosistem esports di Indonesia. kecintaannya dengan membentuk sebuah
asosiasi (yang secara hukum disebut
KONI memiliki kapasitas untuk mengirimkan perkumpulan). Hak bagi masyarakat
atlet profesional ke kompetisi nasional Indonesia dalam membuat suatu asosiasi
(POPDA, POPNAS, PON, dll), sedangkan KOI (perkumpulan) dijamin secara hukum,
memiliki kapasitas untuk mengirimkan atlet dimana suatu perkumpulan dapat didirikan
profesional ke kompetisi internasional (SEA berdasarkan Staatsblad 1870 No. 64
Games, Asian Games, dll). Fungsi tersebut tentang Perkumpulan Perkumpulan
tertuang dalam Pasal 44 (2) UU SKN, Berbadan Hukum maupun Undang-undang
dimana peran KOI dalam mendukung No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
olahraga diwujudkan dengan cara Kemasyarakatan dan perubahannya.
mendelegasikan atlet-atlet terbaik
Indonesia ke kompetisi kelas dunia. Untuk Dua asosiasi/perkumpulan yang dapat
mengembangkan esports sebagai olahraga diangkat sebagai contoh dalam hal ini
prestasi, KOI memiliki peran yang signifikan adalah IESPA dan AVGI. Namun, suatu
dalam mengantarkan atlet-atlet esports di asosiasi yang lahir dari undang-undang
bawah pembinaan PBESI untuk bersaing tersebut harus dibedakan dengan
dan memenangkan kejuaraan global. Fungsi asosiasi/perkumpulan yang memperoleh
dan peranan dari KOI dan KONI membuka pengakuan secara formal di bawah UU SKN.
jalan bagi atlet-atlet esports Indonesia Mulai 8 September 2020, pengembangan
untuk dapat berprestasi baik di tingkat atlet, keanggotaan internasional, dan hal-
nasional maupun internasional. hal lain di lingkungan esports Indonesia
sebagai cabang olahraga prestasi, berada di
bawah pengawasan yurisdiksi PBESI.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 2


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Meskipun saat ini KONI telah mengukuhkan Republik Indonesia, Budi Karya Sumadi.2 Di
PBESI sebagai induk cabang olahraga industri video game Indonesia, AVGI secara
prestasi esports, asosiasi/perkumpulan yang khusus memiliki dua peran penting:
saat ini terdaftar di KOI adalah IESPA. Status menjembatani komunikasi antara game
olahraga esports yang diusung IESPA di developer dari luar negeri dengan
bawah pendaftaran keanggotaannya pada Kementerian Komunikasi dan Informatika,
KOI adalah olahraga rekreasi, bukan dan mengawasi konten digital dalam video
olahraga prestasi. Hal tersebut cukup sulit game. Peran AVGI dalam menjembatani
dipahami jika dirujuk dari perspektif UU game developer asing dengan Kementerian
SKN. Silsilah demikian idealnya harus Komunikasi dan Informatika dilakukan jika
disesuaikan mengingat esports saat ini terjadi keluhan atau tanggapan negatif
sudah diakui sebagai olahraga prestasi, terhadap game luar negeri yang dapat
bukan lagi sekedar olahraga rekreasi. diakses di wilayah yurisdiksi Indonesia.
Dengan disahkannya esports sebagai
olahraga prestasi di bawah pembinaan Dengan kapasitasnya, AVGI sebelumnya
PBESI, maka keberangkatan atlet esports pernah membantu menguraikan
untuk berlaga di liga dunia harus dilakukan permasalahan terkait game PUBG yang
oleh KOI berdasarkan rekomendasi PBESI. dinyatakan haram berdasarkan pandangan
Islam oleh Majelis Permusyawaratan Ulama
Sebagai induk dari cabang olahraga esports Aceh yang dilaporkan ke Kementerian
yang membina atlet esports di Indonesia, Komunikasi dan Informatika. Kapasitas lain
PBESI dapat bekerja sama dengan yang dimiliki AVGI adalah membantu
asosiasi/perkumpulan lain, dalam hal ini Pemerintah dalam mengawasi konten game
adalah AVGI yang patut disebut sebagai yang dibuat oleh influencer media sosial di
mitra strategis dari PBESI. Peresmian platform media sosial mereka (Instagram,
kepengurusan AVGI untuk pertama kali Facebook, Tik Tok, YouTube, dll). AVGI
dilakukan pada 16 Juli 2019 oleh Menteri
Komunikasi dan Informatika, Rudiantara 2
Liputan 6, “Menkominfo Lantik Pengurus AVGI” diakses
melalui
dan dihadiri oleh Menteri Perhubungan https://www.liputan6.comtekno/read/4013978/menkomi
nfo-lantik-pengurus-avgi pada tanggal 24 September, 2020
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 3
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
dapat memberikan rekomendasi kepada ternama dalam proyek yang bertujuan
Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memperkenalkan potensi bisnis video
untuk menghapus konten terkait video game di Indonesia.
game yang bertentangan dengan norma
dan nilai budaya Indonesia. Dari perspektif hukum dan fungsinya,
hubungan antara IESPA, AVGI dan PBESI
Baru-baru ini AVGI kembali menunjukan bersifat kolaboratif dan saling melengkapi
fungsi advokasinya dalam isu permohonan satu sama lain. IESPA berpartisipasi
pemblokiran game oleh seorang Bupati di mengembangkan esports sebagai olahraga
Kabupaten Mokumoku. Dalam hal ini, AVGI, rekreasi, sementara PBESI berfokus pada
membangun komunikasi dengan pembinaan atlet dan mengembangkan
Kementerian Komunikasi dan Informatika esports sebagai cabang olahraga prestasi.
demi menguraikan persoalan tersebut. Pada waktu yang bersamaan, AVGI
AVGI juga turut mendelegasikan ketua berperan dalam memelihara ekosistem
bidang hukumnya untuk memberikan video game yang sehat demi mendukung
pendapat pada TV nasional terkait dengan perkembangan komunitas esports.
persoalan tersebut.
Meskipun hubungan ketiganya bersifat
Dalam ekosistem bisnis, AVGI juga aktif kolaboratif, ketiganya tetap dapat saling
mempromosikan peluang usaha dalam mengkritik dan memberi masukan satu
ekosistem video game di Indonesia. Demi sama lain dengan tujuan menyempurnakan
mendukung fungsi tersebut, baru-baru ini kebijakan dan memperkuat ekosistem
AVGI memiliki badan kebijakan strategis esports di Indonesia.
yang beranggotakan pengusaha-pengusaha
muda berpengaruh yang berpengalaman
dalam bidang kewirausahaan dan memiliki
relasi bisnis yang luas. AVGI tercatat telah
bekerja sama dengan beberapa analis
independen dan kantor konsultan bisnis

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 4


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
2 ANTI POACHING DALAM KETENTUAN HUKUM
OLAHRAGA DI INDONESIA

Poaching adalah praktik umum di semua lini cabang olahraga, termasuk juga esports. Praktik
ini terjadi dengan melibatkan satu tim yang mendekati pemain aktif dari tim lain dan
berusaha meyakinkan mereka untuk berpindah keberpihakan baik dalam waktu cepat atau di
kemudian hari. 3 Pada cabang olahraga manapun, poaching selalu dianggap merugikan dan
tidak sehat dalam ekosistem olahraga. Dalam bab ini akan diulas mengenai alasan
dilarangnya poaching, sudut pandang dari hukum tentang perseroan terbatas, asas iktikad
baik, wanprestasi, serta bentuk-bentuk dari upaya hukum yang dapat dilakukan untuk
mencegah poaching dalam ekosistem esports Indonesia.

2.1 Alasan Poaching dianggap Merugikan


Poaching dikenal sebagai upaya dari suatu tim esports untuk merekrut pemain yang masih
terikat kontrak dengan tim esports lainnya dengan komunikasi langsung. Komunikasi yang
dilakukan dalam poaching dilakukan antara manajemen tim esports dengan atlet targetnya.
Proses tersebut dianggap merugikan karena dapat memicu dua kerugian utama, yaitu dapat
menurunkan prestasi atlet dan menimbulkan kerugian imaterial bagi tim esports yang
mengelola atlet tersebut.

Komunikasi yang terjadi secara langsung antara tim esports penawar dengan target atlet dapat
memicu terjadinya penurunan performa dari atlet yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
dalam komunikasi tersebut tim esports penawar cenderung menggunakan pendekatan
persuasif untuk menarik minat dari atlet yang bersangkutan. Dampak dari pendekatan tersebut
dapat membuat atlet berpikir bahwa dirinya tidak lebih dihargai di tempat bekerjanya saat ini
dibandingkan tawaran yang lebih menarik dari tim esports penawar, sedangkan kenyataannya

3
Win.GG, “G2 Esports allegedly caught poaching cr4zy CSGO players“ diakses melalui
https://win.gg/news/2316/g2-esports-allegedly-caught-poaching-cr4zy-csgo-players pada tanggal 01 Agustus 2021
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 5
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
saat ini dirinya masih terikat secara hukum dan bertanggung jawab terhadap manajemennya.
Atlet yang ditawari dapat menurun performanya akibat gangguan psikologis atas adanya
tawaran, dampaknya dapat merusak atmosfer kerja sama dalam timnya pada saat latihan
maupun pertandingan. Saat seorang atlet tidak dapat memberikan prestasi yang baik, hal
tersebut menghasilkan efek domino dimana reputasi dari tim esports penaung dapat menurun
dan mempengaruhi peluang keuntungan bisnisnya dalam mencari sponsor.

Pada saat yang bersamaan, poaching juga dapat menimbulkan kerugian imaterial bagi tim
esports pengelola. Dalam kontrak esports yang dibuat secara profesional biasanya ditentukan
suatu klausula buy out, klausula ini mengatur ketentuan mengenai protokol komunikasi dalam
peralihan atlet. Klausula tersebut memungkinkan tim esports pengelola dengan tim esports
penawar untuk menentukan nilai transaksi dalam ruang negosiasi. Poaching dapat dianggap
merugikan karena berpotensi menghilangkan ruang negosiasi antara tim esports pengelola
dengan tim esports penawar tersebut, karena proses negosiasinya dilakukan terhadap atlet
yang bersangkutan secara langsung. Sehingga, biaya yang telah dikeluarkan klub pengelola
untuk melatih, merawat dan membesarkan atletnya menjadi tidak terakomodir dalam nilai
transaksi atas peralihan atlet tersebut.

2.2 Sudut Pandang Hukum Perseroan Terbatas


Dalam komunitas esports, banyak yang beranggapan bahwa ketentuan hukum antara atlet
dengan tim esports hanya ditentukan dari apa yang dituliskan dalam perjanjian. Pada
kenyataannya, tim esports umumnya berdiri dengan entitas hukum berbentuk perseroan
terbatas (“PT”) yang patuh terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disebut “UUPT”). Pendirian entitas hukum esports dalam bentuk PT
memiliki berbagai alasan, utamanya karena adanya konsep pemisahan antara harta pribadi
dengan harta perusahaan yang terlindungi secara hukum dengan badan hukum PT. Alasan lain
adalah adanya keharusan bagi suatu organisasi bisnis di Indonesia untuk membuat PT agar

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 6


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
secara hukum dapat menerima dana investasi dari luar negeri, 4 dimana hal ini ditemui pada
beberapa tim esports ternama di Indonesia. Disamping itu, Peraturan Pengurus Besar Esports
Indonesia Nomor 034/PB-ESI/B/VI/2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Esports di Indonesia
(“Regulasi PBESI”) juga mengharuskan badan usaha esports berbentuk PT untuk dapat
dikategorikan sebagai tim esports profesional.5

Dalam UUPT ditegaskan bahwa satu-satunya subjek hukum yang dapat mewakili suatu
perseroan adalah direksi.6 Dalam praktiknya, komunikasi dengan calon atlet baru dilakukan
oleh pegawai tim esports (divisi rekrutmen) atau pihak lain yang tidak melulu direksinya secara
langsung. Dalam proses ini, pendelegasian tugas dan wewenang dari direksi terhadap pihak lain
tersebut harus dimuat dalam surat kuasa atau surat keputusan direksi.7 Sehingga suatu
tindakan dapat diangap sah secara hukum dan menjadi bagian dari pelaksanaan Good
Corporate Governance. Kenyataannya, baik tim esports maupun atlet belum memiliki
pemahaman yang memadai mengenai hal ini. Akibatnya, atlet merasa bebas berbicara
mengenai perpindahan manajemennya, padahal dirinya tidak memiliki wewenang untuk
mewakili perseroan atau tim esportsnya dalam bernegosiasi mengenai perpindahannya.

Dalam koridor kontrak yang dibuat secara profesional, tugas dan fungsi utama seorang atlet
terbatas pada aktivitas latihan, promosi dan pertandingan, bukan menegosiasikan hal-hal
terkait perpindahannya. Di satu sisi, terdapat juga kasus dimana pemilik dari tim esports, dalam
hal ini adalah pemegang saham yang tidak berperan selaku direksi, melakukan komunikasi dan
mewakili tim esports dalam perekrutan langsung kepada atlet target. Hal tersebut sering kali
dianggap lumrah, namun jelas menyalahi ketentuan hukum. Apabila keputusan tersebut tidak
disepakati bersama, juga dapat menciderai hubungan kerja sama antara antar pemegang
saham dalam satu PT yang sama. Jika praktik tersebut mendatangkan kerugian baik terhadap

4
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagaimana diubah menjadi
Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal
5
Pasal 6 Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021.
6
Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang No. 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja
7
Pasal 1792 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 7
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
perusahaan, pemegang saham, maupun pihak ketiga, maka pihak yang berkepentingan dapat
memohon pada Pengadilan Negeri untuk memeriksa PT tersebut.8

Sehubungan dengan permohonan pemeriksaan terhadap suatu PT, permohonan dapat diajukan
oleh pemegang saham, pihak yang terikat kerja sama atau pihak lain yang menurut undang-
undang diberikan wewenang, dan dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan
umum. Mengingat saat ini telah ada PBESI selaku induk cabang olahraga dari esports yang
diakui negara, PBESI dapat mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap PT dari suatu tim
esports. Alasan mengapa PBESI dapat menjamah tim esports dikarenakan poaching adalah
suatu praktik yang membuat ekosistem esports di Indonesia menjadi tidak sehat, dan aspek
tersebut berada dalam pengawasan PBESI. Lebih tegas lagi, berdasarkan peraturan pemerintah
dalam penyelenggaraan keolahragaan telah disebutkan bahwa perpindahan olahragawan
tunduk terhadap aturan dari induk cabang olahraga.9

2.3 Pelanggaran Asas Iktikad Baik


Praktik poaching dapat dicegah dengan mencantumkan ketentuan mengenai protokol
komunikasi dalam kontrak antara atlet dengan tim esports. Namun, kurangnya pemahaman
mengenai hukum esports di Indonesia menyebabkan banyaknya kontrak-kontrak yang dibuat
tanpa mengatur hal tersebut. Dalam hal suatu kontrak tidak mengatur hal tersebut secara
tertulis, maka kontrol untuk mencegah terjadinya poaching adalah asas iktikad baik dalam
berkontrak. Karena asas iktikad baik dalam kontrak ini mengikat para pihak dalam perjanjian,
maka dimensi pembahasan asas iktikad baik berikut adalah antara atlet dengan tim esports
pemiliknya. Dalam bagian ini akan diselami lebih dalam mengenai definisi dari asas iktikad baik,
urgensinya untuk tidak dilanggar, dan konsekuensi hukum dari pelanggarannya terkait tindakan
poaching.

8
Pasal 138 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja
9
Pasal 58 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 8
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Black's Law Dictionary memberikan pengertian iktikad baik (good faith), sebagai berikut10:

"Good faith is an intangible and abstract quality with no technical meaning or statutory
definition, and it compasses, among other things, an honest belief, the absence of
malice and the absence of design to defraud or to seek an unconscionable advantage,
and individual's personal good faith is concept of his own mind and inner spirit and,
therefore, may not conclusively be determined by his protestations alone."

Dalam definisi tersebut, terdapat dua poin penting yang relevan dengan praktik poaching dalam
ekosistem esports. Pertama, disarikan dari definisi tersebut bahwa iktikad baik adalah kualitas
tidak berwujud yang tanpa makna teknis atau definisi undang-undang yang salah satu
cakupannya adalah terbebas dari sikap mencari keuntungan yang tidak wajar. Kedua, iktikad
baik adalah konsep dari pikiran dan jiwa seseorang, yang karenanya tidak dapat ditentukan
secara meyakinkan berdasarkan pernyataannya sendiri.

Dalam praktik poaching, perilaku atlet yang menerima tawaran tim penawar memiliki
kecenderungan untuk memenuhi kriteria sebagai pencari keuntungan yang tidak wajar. Dalam
poaching insentif yang ditawarkan oleh tim esports penawar terhadap seorang atlet biasanya
jauh lebih besar daripada insentif yang diperoleh oleh atlet tersebut melalui proses transfer
yang sah. Perilaku atlet tersebut dapat dianggap sebagai upaya untuk memperoleh keuntungan
dalam jumlah dan dengan cara yang tidak wajar. Dalam poin kedua, dipahami bahwa konsep
keadilan dalam iktikad baik, tidak didasarkan pada rasa keadilan pihak-pihak tertentu,
melainkan perasaan keadilan yang berlaku secara komunal. Berdasarkan ide pokok tersebut,
poaching dilarang karena dianggap bertentangan dengan perasaan keadilan yang dirasakan
oleh komunitas esports secara bersama-sama.

Urgensi untuk diterapkannya asas iktikad baik dalam hubungan kemitraan, adalah karena asas
tersebut diatur dan memiliki kekuatan hukum yang jelas di Indonesia. Dalam konstruksi hukum

10
Henry Cambel Black, 1979, Black’s Law Dictionary, fifth edition, ST. Paul Minn West Publishing Co.hlm. 623
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 9
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Indonesia, asas iktikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia (“Burgerlijk Wetboek”). Para pihak dalam membuat perjanjian harus
didasarkan pada iktikad baik dan kepatutan, yang mengandung pengertian bahwa pembuatan
perjanjian antara seorang atlet dengan tim esports perlu didasarkan pada kejujuran untuk
mencapai tujuan bersama. Pelaksanaan perjanjian juga harus mengacu pada nilai-nilai yang
hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih dalam lagi, disebutkan dalam Pasal 1347
Burgerlijk Wetboek, bahwa syarat-syarat yang selalu diperjanjikan menurut kebiasaan, harus
dianggap telah termasuk dalam perjanjian, walaupun tidak dengan tegas dimasukkan dalam
perjanjian. Sehingga berdasarkan rumusan ini, suatu kontrak atlet yang belum mengatur pasal
untuk mencegah praktik poaching, tetap memiliki posisi yang kuat secara hukum.

Konsekuensi hukum dari tidak diterapkannya asas iktikad baik, tentunya dapat bermuara pada
gugatan perdata. Prof. Subekti S.H (selaku penerjemah Burgerlijk Wetboek pertama)
menjelaskan bahwa iktikad baik menurut Pasal 1338 ayat (3) Burgerlijk Wetboek merupakan
satu dari beberapa sendi yang terpenting dari hukum kontrak, yang memberikan kekuasaan
kepada hakim untuk mengawasi pelaksanaan suatu kontrak agar tidak melanggar kepatutan
dan keadilan. Ini mengandung pemahaman bahwa hakim dalam prosesnya menyelesaikan
suatu perkara, berwenang untuk menyimpang dari kontrak jika pelaksanaan dari suatu kontrak
bertentangan dengan perasaan keadilan. Sehingga, terlepas dari keadaan suatu kontrak sudah
mengatur ketentuan untuk mencegah poaching atau belum, pihak yang terlibat poaching tetap
berada pada posisi yang lemah jika persoalan tersebut sampai pada tahap persidangan.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 10


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
2.4 Poaching dan Wanprestasi
Praktik poaching dapat terjadi antara atlet esports dan tim esports yang menaunginya. Tim
esports yang menaungi atlet dapat mengantisipasi praktik poaching dengan mencantumkan
ketentuan larangan praktik poaching dalam perjanjian kerjasama antara tim esports dan atlet.
Dalam perjanjian dapat mengatur bahwa setiap atlet dilarang berkomunikasi secara langsung
dengan tim esports lain terkait perpindahan atlet ke tim esports lain selama perjanjian berlaku.
Dengan adanya ketentuan tersebut, tim esports dapat mencegah terjadinya praktik poaching
antara atlet dengan tim esports lain.

Dalam hal sudah diatur larangan praktik poaching dalam perjanjian, maka berdasarkan Pasal
1338 (1) Burgerlijk Wetboek, perjanjian tersebut akan menjadi undang-undang bagi atlet yang
bersangkutan. Setiap atlet di tim esports wajib secara hukum untuk patuh terhadap ketentuan
perpindahan atlet ke organisasi esports lain. Apabila seorang atlet terbukti melakukan
pelanggaran, maka dapat dilakukan upaya hukum berupa somasi hingga gugatan ganti
kerugian. Dalam hal ini, gugatan tersebut dapat didasarkan atas wanprestasi yang dilakukan
oleh atlet. Hal itu dikarenakan atlet telah melanggar ketentuan larangan untuk berkomunikasi

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 11


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
dengan tim esports lain secara langsung dengan topik perpindahan pemain pada tim esports
lain sebagaimana diatur dalam perjanjian.

Dalam Pasal 1243 Burgerlijk Wetboek diatur bahwa tidak dipenuhinya kewajiban dalam
perjanjian, mengakibatkan seseorang dapat dikatakan wanprestasi. Wanprestasi dapat terjadi
ketika adanya sebuah perjanjian antara kedua belah pihak dan salah satu pihak melanggar
perjanjian tersebut, walaupun pihak pelanggar sudah diberikan peringatan tetapi tetap
membuat pilihan sadar berupa pelanggaran perjanjian. Sementara itu, menurut Prof. Subekti
S.H, bentuk-bentuk wanprestasi diantaranya terdiri dari: tidak dipenuhinya kewajiban dalam
perjanjian, melakukan kewajiban namun terlambat, melakukan kewajiban namun tidak sesuai
dengan yang ditentukan, atau melakukan hal yang dilarang dalam perjanjian.

Dengan adanya larangan praktik poaching yang dibuat dalam perjanjian, maka setiap atlet
esports yang melanggar larangan tersebut dapat dikategorikan wanprestasi. Wanprestasi
menimbulkan hak bagi tim esports sebagai pihak dalam perjanjian untuk menuntut ganti rugi
sebagaimana diatur dalam Pasal 1243 Burgerlijk Wetboek. Hak tersebut dapat
diimplementasikan dengan menyampaikan somasi sebanyak 2 (dua) kali kepada atlet sebagai
pengingat bahwa atlet tersebut telah melanggar perjanjian. Kemudian, apabila dalam hal
pemberian somasi tidak tercapai kesepakatan, maka tim esports dapat melakukan upaya
hukum dengan mengajukan gugatan perdata atas dasar wanprestasi terhadap atlet tersebut di
Pengadilan Negeri.

2.5 Upaya Hukum Pencegahan Poaching oleh Tim Esports, PBESI dan
Game Publishers

Setelah rezim berlakunya Regulasi PBESI, terdapat tiga upaya yang dapat dilakukan oleh tiga
pemangku kepentingan utama dalam ekosistem esports di Indonesia. Tim esports, PBESI, dan
game publishers dapat mengambil peranannya masing-masing dalam mencegah terjadinya
poaching di Indonesia. Tim esports memiliki peran sebagai pihak pertama yang dapat mencegah

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 12


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
poaching dikarenakan kontrak atlet dan inisiatif dari terjadinya poaching berasal dari tim
esports itu sendiri. Disamping itu, PBESI sebagai regulator dan game publisher selaku
penyelenggara kejuaraan juga dapat menciptakan suatu mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya poaching. Upaya yang dapat diambil oleh tim esports, PBESI, maupun game publisher
dalam pencegahan poaching berkaitan dengan peranan dan fungsinya masing-masing.

Selaku pihak yang mengelola atlet, tim esports merupakan gerbang utama untuk mengontrol
pencegahan poaching. Sebagai bentuk dari partisipasinya dalam membangun ekosistem esports
yang sehat di Indonesia, tim esports harus bersikap sportif dalam artian jika mereka tidak ingin
menjadi korban poaching, maka mereka juga tidak boleh menginisiasi poaching terhadap atlet
dari tim esports lain. Disamping sikap sportif yang diperlukan, secara hukum tim esports juga
dapat mencegah dengan cara mempertegas dan mengatur pasal mengenai protokol komunikasi
yang jelas dalam kontrak atlet. Klausula mengenai protokol komunikasi harus mengatur
mengenai hal-hal apa saja dan dengan siapa saja komunikasi dapat dilakukan oleh atlet. Tim
esports harus menjadi pengawas pertama yang dapat mencegah poaching dengan menuliskan
ketentuan tersebut dalam perjanjiannya terhadap atlet, serta memastikan bahwa atlet
mengetahui konsekuensi hukum dari pelanggaran tersebut.

PBESI selaku regulator juga memiliki peranan krusial dalam pencegahan poaching di Indonesia.
Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, adalah hal yang lumrah jika seorang atlet
berpindah dari satu tim esports ke tim esports lainnya. Sebagaimana diatur dan ditentukan
dalam Pasal 58 – 63 Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2007 tentang Penyelenggaran
Keolahragaan (“PP 16/2007”), seorang olahragawan diperbolehkan untuk berpindah, namun
harus mengikuti aturan yang ditentukan oleh induk organisasi cabang olahraga, federasi
olahraga internasional dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Singkatnya, terdapat izin-izin dan mekanisme yang perlu dipatuhi oleh seorang atlet sebelum
melakukan perpindahan tersebut. Sehubungan dengan ini, terdapat dua upaya utama yang
dilakukan oleh PBESI: pertama adalah dengan menerapkan sistem pengawasan terhadap

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 13


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
kontrak-kontrak atlet yang beredar, dan yang kedua adalah dengan membuat jadwal bursa
transfer yang berlaku secara nasional di Indonesia.

Pada Pasal 7 (5) Regulasi PBESI mewajibkan setiap tim esports baik amatir maupun profesional
untuk menunjuk perwakilannya. Perwakilan tersebut akan melaporkan data-data anggota
pemainnya ke PBESI untuk mendukung pembuatan buku keanggotaan digital. Salah satu data
yang perlu diberikan adalah kontrak antara tim esports dengan atlet-atlet yang berada dibawah
manajemennya. Keharusan ini memungkinkan terjadinya fungsi pengawasan dari PBESI
terhadap setiap kontrak pemain dalam tim esports. Kontrak tersebut kemudian akan diperiksa
oleh Bidang Hukum dan Legalitas PBESI untuk diberi masukan secara hukum yang bersesuaian
dengan Regulasi PBESI yang berlaku, khususnya mengenai klausula buyout dan transfer.

Kemudian dalam Pasal 11 ayat (2) Regulasi PBESI, PBESI mengatur ketentuan mengenai bursa
transfer. Ketentuan yang akan berlaku secara nasional ini, mengatur tata cara perpindahan atlet
yang berlaku terhadap tim esports profesional maupun amatir. Secara singkat, PBESI akan
mengumumkan jadwal bursa transfer setiap tahunnya yang mengatur tim esports untuk
melakukan transaksi perpindahan dalam waktu yang sama. Mekanisme ini mencegah terjadinya
praktik poaching karena transaksi perpindahan pemain hanya dapat terjadi pada bursa transfer
yang diawasi PBESI.

Selain tim esports dan PBESI, game publishers juga dapat turut serta mencegah terjadinya
poaching pada ekosistem esports. Game publishers dapat berpartisipasi dengan cara
memberikan sanksi berupa pelarangan terhadap atlet yang terbukti menerima penawaran dari
proses poaching untuk bermain pada kejuaraan profesional yang diselenggarakannya.
Pendekatan ini menekan sisi atlet sebagai salah satu pihak yang memungkinkan terjadinya
poaching, dimana seorang atlet dituntut untuk bersikap profesional dan bijaksana dalam hal
dirinya menerima tawaran langsung dari tim esports lain. Dalam ekosistem esports, upaya ini
telah dilakukan oleh Riot selaku game publisher dari League of Legends dan Valorant.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 14


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Riot memiliki sistem pengawasan dengan memberikan persetujuan terhadap setiap kontrak
atlet, setelah kontrak disetujui maka Riot memasukan kontrak tersebut pada database
miliknya.11 Dalam upaya ini, meskipun terdapat batasan dimana pengawasan dan sanksi yang
dijatuhkan masih terbatas terhadap kontrak-kontrak yang telah terdata, upaya ini dipandang
sebagai partisipasi yang sehat dari game publisher untuk membantu pencegahan poaching.
Peraturan game publisher yang bersifat internasional ini dapat dikatakan sebagai soft law dan
dapat diberlakukan juga pada ekosistem esports di Indonesia.

11
Dot Esports, “Riot explains: What is poaching?” diakses melalui https://dotesports.com/league-of-
legends/news/riot-explains-what-is-poaching-2-4117 pada tanggal 12 Agustus 2021
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 15
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
3 LIGA DAN TURNAMEN

Esports telah diakui sebagai cabang olahraga sebagaimana definisi Esports dalam Pasal 1
angka 1 Regulasi PBESI yaitu: “Esports adalah cabang olahraga prestasi dan profesional
dengan mempertandingkan game yang diakui secara nasional oleh Pengurus Besar
Esports Indonesia.” Sebagaimana cabang olahraga lainnya yang telah diakui, maka tentu
saja terdapat liga dan turnamen sebagai wujud dari pertandingan game dalam esports.
Bab ini akan mengulas mengenai perbedaan antara liga dan turnamen, tingkatan dari
masing-masing liga tersebut, serta pengawasan penyelenggaraannya oleh PBESI.

3.1 Turnamen Esports Indonesia


Berdasarkan Regulasi PBESI, bentuk pertandingan atau kompetisi dibedakan menjadi
turnamen dan liga.12 Turnamen esports merupakan suatu kompetisi yang
diselenggarakan atas izin yang dikeluarkan oleh PBESI. 13 Secara umum turnamen esports
dipahami sebagai suatu kompetisi yang memainkan competitive gaming, dalam
praktiknya jika kompetisi tersebut menyematkan logo PBESI, maka kompetisi tersebut
diakui dan dilindungi oleh PBESI. Maksud dari diakui disini adalah, PBESI menganggap
turnamen tersebut sebagai suatu turnamen profesional yang hasil akhirnya serta data-
data dari turnamen tersebut akan dicatat dan disimpan dalam bank informasi PBESI.
Informasi berupa score dari suatu atlet maupun tim esports tersebut, nantinya akan
dikompilasi oleh PBESI dan menjadi bahan rujukan dalam memilih atlet maupun tim
esports yang akan bertanding mewakili Indonesia.

12
Pasal 1 Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021
13
Ibid.
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 16
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Turnamen yang diakui oleh PBESI adalah turnamen yang diselenggarakan oleh vendor-
vendor yang terdaftar di PBESI. Turnamen akan ditentukan jenis skalanya berdasarkan
hadiah uang tunai, skalanya sendiri terbagi menjadi skala besar, skala menengah dan
skala kecil.

Hadiah Turnamen Skala Besar


Rp. 100.000.000 ++

Hadiah Turnamen Skala Menengah


Rp. 15.000.000 - Rp. 100.000.000

Hadiah Turnamen Skala Kecil


Rp.0 - Rp. 14.999.999

Turnamen dengan skala menengah dan skala besar akan wajib mendapatkan izin dari
PBESI, sebagai bentuk pengawasan PBESI juga akan ikut serta dalam proses perencanaan
dan pelaksanaannya. Turnamen esports skala besar dan skala menengah yang
diselenggarakan tanpa izin dan pengawasan dari PBESI dianggap ilegal dan dapat
diberhentikan oleh PBESI yang bekerja sama dengan pihak kepolisian siber.14 Sedangkan
pengaturan turnamen skala kecil tidak menjadi ranah kewenangan PBESI, ESI Provinsi,
atau jajaran pengurus administratif di bawahnya.15

14
Pasal 16 Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021
15
Ibid.
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 17
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Adapun sistem yang dapat digunakan dalam turnamen esports Indonesia diantaranya adalah
sistem knock out, round robin, dan sistem gabungan.16 Sistem knock out atau sistem gugur
terdiri atas single elimination dan double elimination dimana dalam single elimination suatu tim
esports dinyatakan gugur ketika mengalami satu kali kekalahan, sedangkan di dalam double
elimination suatu tim esports dinyatakan gugur ketika mengalami dua kali kekalahan. Sistem
round robin merupakan sistem yang mengatur seluruh peserta turnamen esports untuk
bertanding satu sama lainnya dan akan dinyatakan tersingkir setelah mencapai jumlah
kekalahan tertentu. Sedangkan sistem gabungan merupakan perpaduan antara sistem knock
out dan sistem round robin.

3.2 Liga Esports Indonesia


Pengertian liga sendiri adalah serangkaian pertandingan olahraga esports yang diselenggarakan
di wilayah Indonesia dan diakui oleh PBESI. Berkolerasi dengan definisi dari turnamen, maka
suatu liga terdiri dari beberapa turnamen yang terangkai di dalamnya dan diakui oleh PBESI.
Penyebutan dan penyelenggaraan serangkaian turnamen sebagai liga esports hanya dapat
diselenggarakan oleh PBESI.17 Adapun tingkatan dari suatu liga terbagi menjadi beberapa
tingkatan sebagaimana dijelaskan dalam bagan berikut:

Liga 1

Liga 2

Liga Amatir

16
Pasal 17 Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021
17
Pasal 13 Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 18
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Sebagaimana diilustrasikan dalam bagan tersebut, sistem liga esports Indonesia dibuat
meruncing ke atas. Untuk mencapai puncak dan bertanding di liga satu, seorang atlet atau tim
esports harus lolos dari liga dua dan liga amatir. Diluar dari tiga jenis liga diatas, terdapat juga
liga esports eksklusif (biasa dikenal sebagai liga tertutup) yang merupakan liga waralaba
(franchise league) dan diadakan oleh game publisher serta memperoleh pengakuan dari PBESI
untuk dapat diselenggarakan di wilayah Indonesia.

3.3 Liga Eksklusif, Liga Esports 1, dan Liga Esports 2

Penyelenggaraan liga esports eksklusif, liga esports 1 dan liga esports 2 memiliki ketentuan
sebagai berikut:18

Ketentuan Liga Esports Eksklusif Liga Esports II Liga Esports I

Atlet profesional Atlet profesional Atlet profesional


Indonesia yang Indonesia yang Indonesia yang
Komposisi bertanding berjumlah bertanding berjumlah bertanding berjumlah
Peserta minimal 60% (enam minimal 60% (enam minimal 60% (enam
puluh persen) dari puluh persen) dari setiap puluh persen) dari setiap
setiap tim esports tim esports profesional tim esports profesional
profesional

Total peserta untuk Liga Total peserta untuk Liga Total peserta untuk Liga
Esports Eksklusif Esports 1 berjumlah Esports 2 berjumlah
minimal 8 (delapan) minimal 8 (delapan) dan minimal 8 (delapan) dan
dan maksimal 18 maksimal 18 (delapan maksimal 18 (delapan
(delapan belas) tim belas) tim esports belas) tim esports
esports profesional profesional Indonesia profesional Indonesia
Jumlah Peserta Indonesia atau atlet atau atlet profesional atau atlet profesional
profesional yang yang mewakili tim esports yang mewakili tim esports
mewakili tim esports profesional Indonesia profesional Indonesia
profesional Indonesia

18
Pasal 13 ayat (6) – (8) Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 19
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Game yang sudah diakui Game yang sudah diakui Game yang sudah diakui
oleh PBESI sebagai oleh PBESI sebagai oleh PBESI sebagai
Jenis Game esports esports esports

Tim esports profesional Tim esports profesional Tim esports profesional


Indonesia yang Indonesia yang Indonesia atau atlet
bertanding sudah diakui bertanding merupakan profesional yang mewakili
oleh game publisher
tim esports tim esports profesional
terkait sebagai peserta
Syarat Khusus yang sah profesional Indonesia yang bertanding,
yang sudah melewati merupakan tim esports
tahap Liga esports 2 profesional Indonesia
atau atlet profesional
yang mewakili tim esports
profesional Indonesia
setelah melewati tahap
Liga Esports Amatir atau
terdegradasi dari Liga
Esports 1

Wajib memiliki badan Wajib memiliki badan Wajib memiliki badan


hukum berupa hukum berupa perseroan hukum berupa perseroan
Syarat Entitas Hukum perseroan terbatas (PT). terbatas (PT). terbatas (PT).

memperoleh pengakuan memperoleh konsultasi memperoleh pengakuan


negara secara tertulis hukum seputar negara secara tertulis
sebagai Tim Esports perpindahan Pemain sebagai Tim Esports
Profesional Indonesia dan
Profesional Indonesia
tercatat pada pangkalan
dan tercatat pada data (data base) resmi
pangkalan data (data milik PBESI
base) resmi milik PBESI;
memperoleh konsultasi memperoleh memperoleh konsultasi
hukum seputar pendampingan atas hukum seputar
Hak Peserta perpindahan pemain; sengketa hukum hingga perpindahan pemain
tingkat mediasi
memperoleh memperoleh informasi memperoleh
pendampingan atas terdepan seputar event pendampingan atas
sengketa hukum hingga Esports yang akan sengketa hukum hingga
diadakan PBESI tingkat mediasi
tingkat mediasi;

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 20


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
memperoleh akses memperoleh akses
investasi dan dukungan investasi dan dukungan
pengembangan usaha pengembangan usaha
oleh PBESI oleh PBESI
memperoleh informasi memperoleh informasi
terdepan seputar event terdepan seputar event
Esports yang akan Esports yang akan
diadakan PBESI
diadakan PBESI.
menyematkan logo menyematkan logo PBESI menyematkan logo PBESI
PBESI pada bagian pada bagian pada bagian pada bagian lengan kanan
lengan kanan atas lengan kanan atas atas seragam Tim Esports
seragam Tim Esports seragam Tim Esports Profesional Indonesia
Profesional Indonesia Profesional Indonesia sesuai dengan keputusan
sesuai dengan sesuai dengan keputusan PBESI
keputusan PBESI PBESI
menaati seluruh menaati seluruh menaati seluruh
peraturan Liga Esports peraturan Liga Esports peraturan Liga Esports
yang dibuat oleh PBESI yang dibuat oleh PBESI yang dibuat oleh PBESI
tanpa terkecuali tanpa terkecuali tanpa terkecuali
Kewajiban
membayar iuran mematuhi seluruh membayar iuran
pembinaan tahunan keputusan dari Tim Wasit pembinaan tahunan
sebagai Tim Esports yang mengawasi jalannya sebagai Tim Esports
Profesional Indonesia pertandingan dalam Liga Profesional Indonesia
kepada PBESI Esports kepada PBESI

mematuhi seluruh membayar iuran mematuhi seluruh


keputusan dari Tim pembinaan tahunan keputusan dari Tim Wasit
Wasit yang mengawasi sebagai Tim Esports yang mengawasi jalannya
jalannya pertandingan Profesional Indonesia pertandingan dalam Liga
dalam Liga Esports kepada PBESI Esports
memenuhi panggilan memenuhi panggilan
untuk mengikuti proses untuk mengikuti proses
pembinaan dalam pembinaan dalam
Pelatihan Nasional yang - Pelatihan Nasional yang
diselenggarakan oleh diselenggarakan oleh
PBESI PBESI
melaksanakan melaksanakan kewajiban
kewajiban tanggung tanggung jawab sosial
jawab sosial perusahaan - perusahaan dengan
dengan pendampingan pendampingan PBESI
PBESI

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 21


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
3.4 Liga Amatir

Berbeda dengan liga eksklusif, liga satu dan liga dua esports, pada liga amatir PBESI merancang
aturan yang khusus. Sifat aturan yang dibuat untuk peserta liga amatir didasari oleh cita-cita
untuk memajukan pendatang baru, dan dengan harapan para pelaku esports baru tersebut
memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi dalam kejuaraan esports di Indonesia.

Umumnya suatu tim esports dapat terbentuk dari aktivitas main bersama yang menghasilkan
prestasi dari keikutsertaannya pada beberapa turnamen esports. Tim esports dan pemain
amatir yang ingin bertanding pada liga amatir, perlu mendaftarkan diri pada PBESI agar terdata
dan memperoleh informasi mengenai turnamen-turnamen dan liga esports yang diakui PBESI.
Dengan berpartisipasi pada turnamen-turnamen dan liga yang diakui PBESI, tim esports dan
pemain amatir berkesempatan untuk memperoleh poin-poin kemenangan, dimana poin-poin
tersebut akan tercatat dalam bank informasi PBESI dan dijadikan dasar oleh PBESI dalam seleksi
kejuaraan internasional. Melalui mekanisme ini, tim esports dan pemain amatir memiliki
peluang untuk bertanding pada liga satu, liga dua, serta kejuaraan internasional.

Liga amatir dapat diselenggarakan dengan mengunakan sistem gugur dan/atau sistem
klasemen. Berbeda pada liga satu dan dua, setiap pemain dan tim esports amatir dapat
mengikuti liga amatir tanpa harus memiliki badan hukum berupa perseroan terbatas. Dengan
mengikuti liga amatir, pemain dan tim esports amatir akan mendapatkan kesempatan untuk
bertanding di liga dua apabila menempati peringkat tertentu dan telah memenuhi persyaratan
administratif yang diatur dalam Regulasi PBESI. Pada liga esports amatir, terdapat hak dan
kewajiban yang harus dipatuhi oleh setiap peserta. Setiap peserta liga esports amatir berhak
untuk memperoleh informasi seputar event esports yang akan diselenggarakan oleh PBESI.
Sementara itu, setiap peserta liga esports amatir berkewajiban untuk menaati seluruh
peraturan liga esports yang dibuat oleh PBESI. Lebih lanjut, setiap peserta liga esports amatir
juga wajib mematuhi seluruh keputusan dari tim wasit yang mengawasi jalannya pertandingan
dalam liga esports.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 22


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
3.5 Pekan Olahraga Nasional
Pekan Olahraga Nasional (“PON”) adalah pesta olahraga berskala nasional di Indonesia yang
diikuti oleh seluruh provinsi dan diselenggarakan oleh KONI. Pelaksanaan PON tahun 2021 akan
diadakan di provinsi Papua, penentuan Papua sebagai tuan rumah tersebut telah melalui
mekanisme yang panjang. Diawali dengan pencalonan tuan rumah dengan menetapkan paling
banyak tiga calon, kemudian dilakukan penilaian terhadap beberapa aspek yang diantaranya
adalah ketersediaan prasarana dan sarana, hingga akhirnya diputuskan oleh menteri.19
Mengingat salah satu tujuan dari pelaksanaan PON adalah untuk meningkatkan prestasi
olahraga,20 PBESI selaku induk dari cabang olahraga esports selaku olahraga prestasi, turut
memiliki aturan pendukung untuk menyukseskan penyelenggaraan PON.

Ketentuan mengenai penyelenggaraan PON


untuk cabang olahraga esports diatur dalam
Regulasi PBESI. Tahapan seleksi dilaksanakan
secara berjenjang yang diawali dengan tahap
kualifikasi pada tingkat provinsi. Pada tahap ini,
setiap provinsi perlu menyelenggarakan babak
kualifikasi awal sebelum PON di kota madya
maupun kabupatennya untuk menghasilkan
satu perwakilan dari provinsinya untuk satu
jenis game yang akan dipertandingkan.

Dari tahapan kualifikasi tersebut akan diperoleh sebanyak 34 perwakilan provinsi dari seluruh
Indonesia. Para perwakilan dari 34 provinsi tersebut kemudian akan bertanding pada babak
kualifikasi pusat yang diselenggarakan PBESI, dari babak tersebut kemudian paling sedikit akan
terpilih lima terbaik yang akan diberangkatkan untuk setiap jenis game. Lima pemenang terbaik

19
Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga jo. Pasal 1
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga
20
Pasal 10 (1), Ibid.
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 23
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
tersebut, ditambah dengan satu tim perwakilan tuan rumah Papua, akhirnya akan bertanding
pada PON.

PON merupakan pekan olahraga dimana setiap masyarakat yang berbagi kecintaan terhadap
esports dapat turut berpartisipasi dan memulai kariernya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan administratif, syarat keikutsertaan, serta hal-hal lain terkait penyelenggaraan PON
dari cabang olahraga esports akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Ketua Umum PBESI.21
Keputusan tersebut nantinya akan disosialisasikan oleh PBESI untuk membantu memberikan
penjelasan kepada masyarakat.

3.6 Pengawasan dan Sanksi dalam Pertandingan Kejuaraan


Pertandingan kejuaraan dalam eskosistem esports terbagi menjadi dua bentuk, yaitu kejuaraan
yang berupa liga dan kejuaraan yang berupa turnamen. Mengingat pentingnya peran dari suatu
liga dan turnamen dalam ekosistem esports di Indonesia, PBESI menciptakan beberapa aturan
untuk mengawasi pelaksanaan liga dan turnamen esports di Indonesia. Dalam bagian ini, akan
dijelaskan mengenai perbedaan antara turnamen yang diakui oleh PBESI dengan turnamen
umum. Pembahasan terhadap tata cara penyelesaian sengketa, dan mekanisme pengawasan
terhadap turnamen juga akan diulas dalam bagian ini.

Setiap orang dalam komunitas esports Indonesia dapat mengadakan turnamen, baik dengan
melibatkan PBESI maupun tidak. Perbedaan dari suatu turnamen yang melibatkan PBESI atau
tidak terletak pada fasilitas dan pengakuan PBESI terhadap turnamen tersebut. Suatu turnamen
yang diakui oleh PBESI akan menerima fasilitas berupa bantuan publikasi yang akan diumumkan
pada setiap platform pengumuman PBESI. Fasilitas lainnya adalah pengawasan terhadap
standarnya, dimana penyelenggaraan turnamen yang diakui oleh PBESI nantinya akan
diarahkan untuk menggunakan vendor terdaftar oleh PBESI (vendor yang tidak memiliki rekam
jejak masalah).

21
Pasal 19 (3) Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 24
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Turnamen yang diakui oleh PBESI juga akan memperoleh pengakuan sebagai turnamen resmi.
Setiap data dari suatu turnamen resmi PBESI (score, winning rate, dll) nantinya akan dikompilasi
dan dicatat dalam tabulasi informasi PBESI. Informasi tersebut kemudian akan diolah sehingga
memberikan hasil akhir berupa daftar atlet-atlet terbaik Indonesia dalam bentuk peringkat.
Peringkat ini akan menjadi acuan bagi negara untuk menentukan atlet-atlet terbaik bangsa yang
akan mewakili Indonesia pada ajang kejuaraan esports internasional. Hal ini yang membuat
suatu turnamen resmi PBESI memiliki nilai lebih dari turnamen yang tidak diakui oleh PBESI.

Mengenai penyelesaian sengketa, jenis sengketa yang dikenal dalam Regulasi PBESI adalah
sengketa di dalam pertandingan dan sengketa di luar pertandingan. Permasalahan dalam suatu
turnamen maupun liga merupakan kategori permasalahan di dalam pertandingan. Proses
penyelesaian masalah pada liga maupun turnamen, sekurang-kurangnya akan melibatkan tim
wasit yang terdiri dari administrator, panel wasit, dan komite wasit. Setiap individu yang
menduduki jabatan dalam komponen tersebut harus bersikap independen dan tidak boleh
menengahi pertandingan yang pesertanya berasal dari tim esports tempatnya bekerja dulu
dalam kurun waktu satu tahun.22 Fungsi tim wasit dan prosedur mengenai penyelesaian
masalah dalam suatu liga dan turnamen esports dijelaskan dalam bagan pada halaman
berikutnya.

22
Pasal 24 (3) Peraturan PBESI No. 034/PB-ESI/B/VI/2021
K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 25
The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Komite Wasit PBESI hanya menerima pengajuan keberatan
terkait dugaan kecurangan atau penggunaan malware
KOMIITE WASIT PBESI
Keputusan Komite Wasit
Banding bersifat final dan mengikat.
Pengajuan banding disertai dengan
bukti-bukti pendukung

PANEL WASIT
Banding 1. berjumlah ganjil, minimal 1 orang
2. wasit wajib berlisensi
3. mengeluarkan Keputusan Tingkat Kedua
yang dapat menguatkan atau menganulir
Keputusan Tingkat Pertama
ADMINISTRATOR
1. berjumlah ganjil, minimal 1 orang
2. mengeluarkan Keputusan Tingkat Pertama
3. Perwakilan Tim atau Peserta dapat mengajukan banding

Dalam Regulasi PBESI disebutkan bahwa jenis pelanggaran di dalam liga maupun turnamen
diantaranya dapat berupa pemakaian progam cheating, praktik joki, atau pelanggaran atas
peraturan liga maupun turnamen esports PBESI. Dalam hal pelanggaran tersebut terjadi dan
memunculkan suatu peristiwa hukum yang merugikan salah satu peserta atau tim esports,
maka hasil dari suatu pertandingan dapat diajukan permohonan keberatan. PBESI kemudian
dapat menganulir keputusan dari suatu pertandingan, yang mana keputusan tersebut dapat
disertai dengan sanksi yang dapat berupa teguran ringan, teguran berat, penangguhan
keanggotaan sementara, pencabutan status tim esports profesional, pemberhentian
keanggotaan PBESI dan denda.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 26


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Kesimpulan
Komite olahraga, induk organisasi dan asosiasi esports di Indonesia memiliki peranan yang
berbeda, namun memiliki fungsi yang saling mendukung. Selaku komite olahraga, KONI dan KOI
berperan penting agar esports dapat memperoleh kesempatan untuk ditandingkan pada
kejuaraan nasional dan internasional. Interaksi antara PBESI selaku induk dari cabang olahraga
dengan beberapa asosiasi/perkumpulan seperti IESPA dan AVGI juga bersifat saling mengisi dan
kolaboratif. Meskipun demikian, ketiganya tetap dapat saling mengkritik dan memberi masukan
satu sama lain dengan tujuan menyempurnakan kebijakan dan memperkuat ekosistem esports
di Indonesia.

Upaya lain dalam memperkuat ekosistem esports di Indonesia adalah dengan mencegah
munculnya masalah-masalah dalam ekosistem esports. Permasalahan utama yang masih sering
terjadi dalam lingkungan esports Indonesia adalah poaching. Dengan rezim Regulasi PBESI yang
baru, praktik poaching sudah dapat dihindari dengan adanya jadwal bursa transfer yang diawasi
langsung oleh PBESI. Disamping itu, upaya pencegahan poaching juga dapat dilakukan oleh tim
esports, game publishers, dan atlet yang bersangkutan.

Liga dan turnamen esports diawasi secara detail pelaksanaannya oleh PBESI. Pengawasan
terhadap liga dan turnamen bersifat menyeluruh, dimulai dari persyaratan administratif,
jenjang tingkatannya, hak dan kewajiban partisipan, hingga jenis masalah dan tata cara
pengajuan keberatannya. Pengawasan tersebut dilakukan mengingat liga dan turnamen adalah
wadah utama dalam pengimplementasian esports sebagai olahraga prestasi. Sehingga, aturan
tersebut memungkinkan negara dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawas. Melalui
proses pengawasan dimaksud, negara juga memperoleh informasi yang akan digunakan untuk
menentukan atlet-atlet terbaik bangsa yang akan mewakili Indonesia pada kejuaraan
internasional.

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 27


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com
Lawyer & Business Attorney

OFFICE 1
One Pacific Place, Lv. 11
SCBD
Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53
Jakarta Selatan – 12190
Phone : (6221) 2985 9606
Fax : (6221) 2985 9889

OFFICE 2
Jalan Raya Jemursari
Kav 12 No. 236, Kel. Prapen
Kec. Tenggilis Mejoyo
Surabaya – 60299
Phone : (031) 8472 700

WhatsApp : +62 878.8787.3366


Email : info@kcaselawyer.com

IG: @kcaselawyer
www.kcaselawyer.com

K-CASE LAWYER | Esports Law Review – Vol. 02 28


The 1st Esports Dedicated Law Firm in Indonesia www.kcaselawyer.com

Anda mungkin juga menyukai