Anda di halaman 1dari 46

SURAT KESEPAKATAN BERSAMA

No: JIEP/SHE/21/53/MM

ANTARA
SHE DIVISION, ENGINEERING DIVISION, OPERATION DIVISION, PLANT DIVISION,
SM DIVISION, SRGS DIVISION & CIS DIVISION

TENTANG
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL) REVISI 1
Berdasarkan perkembangan dalam implementasi pengelolaan area/aktifitas berisiko tinggi di area
kerja PAMA dan untuk memastikan bahwa pengelolaan dan pengendalian terhadap area/aktifitas
berisiko tinggi dilaksanakan serta dimonitoring secara efektif, dengan ini kami bersepakat
menetapkan dan menyetujui kontrol-kontrol pengendalian High Risk yang harus
diimplementasikan berdasarkan area/aktifitasnya, namun tidak terbatas pada (terlampir):

1. Land clearing (pemotongan pohon dengan chainsaw di area tambang/ di luar area tambang
(dekat bangunan office, worskhop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan original
dan kemiringan >45o)
2. Aktifitas peledakan (seluruh aktifitas peledakan, reblast misfire, peledakan dekat alat <300
meter, dekat area rawan longsor, peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/active
ground) dan aktifitas sleep blast
3. Bekerja di dekat tebing/lereng high risk
4. Loading lumpur (menggunakan Excavator & Truck atau Pompa Dragflow & Truck)
5. Dumping High Risk (dumping ke kolam air/lumpur, diketinggian >5 m dan dumping material
lumpur)
6. Bekerja di atas/dekat air dengan kedalaman ≥ 1 m atau yang kedalamannya belum
diketahui/bervariasi (bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit
di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh survei, instalasi perangkat wireless di dekat air,
pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area setpond,
repair & maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa di daratan yang
lokasinya berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)
7. Penyambungan flange pipa HDPE (penyambungan pipa di dekat air/sump dengan jarak < 3 m ;
penyambungan pipa di area dekat tebing (jarak < 1,5 x tinggi tebing); penyambungan pipa ke
pompa (diatas air/sump); penyambungan pipa di area slope yang landai)
8. Penggalian/gangguan tanah di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan
bangunan lainnya) yang terdapat instalasi fiber optic, jalur UPS, kabel grounding, air, listrik,
jaringan komunikasi dan gas
9. Bekerja di ketinggian >5 meter (pemasangan wireless, CCTV, sensor di gedung/fix tower/mega
tower, perbaikan atap, konstruksi/maintenance tower/penyalur petir/antena radio komunikasi
dengan ketinggian > 5 meter, dan pemangkasan (prunning) pohon dengan ketinggian > 5
meter)

1
10. Bekerja dengan listrik >50 V AC dan/atau >120 V DC (contoh: UPS 3 phase, PAC, instalasi
dan/atau maintenance kelistrikan saat beroperasi atau tidak mematikan sumber energinya, dan
lain-lain)
11. Bekerja di ruang terbatas (confined space entry), (contoh: instalasi kabel jaringan, fiber optic,
kabel UPS, pipa fire supression di plafon, maintenance tangki : fuel, air bersih, air limbah
bagian dalam, Ground Water Tank dan Equalization Tank)
12. Bekerja dengan panas (pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah
meledak/terbakar atau pekerjaan yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk
pekerjaan panas, instalasi pipa fire supression dan pipa PAC)
13. Lifting (beban >5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia >5 m, menggunakan 2 crane,
beban dimensi besar (misal: ponton pompa, mobile tower, dan ponton pH meter))
14. Maintenance conveyor (install & uninstall: conveyor belt, head drum pulley, crusher)
15. Bekerja dengan sisa energi potensial (remove instal recoil spring, dis-assembly accumulator,
dis-assembly chamber brake, dll)
16. Mounting & Dismounting (Remove install) roda heavy duty dump truck type disc wheel (unit
HD785-7. HD465-7) dan type rim wheel (730E, HD1500-5/7)
17. Assembling & Disassembling big tyre (Dump truck dan NPE)

Apabila dalam pelaksanaannya terdapat area/aktifitas High Risk di luar dari poin-poin di atas, maka
Project Manager/PJO (Penanggung Jawab Operasional) bertanggung jawab untuk memastikan
area/aktifitas High Risk tersebut diidentifikasi dan dimasukan dalam rencana aktifitas High Risk,
menentukan pengendalian yang memadai, melakukan pemantauan secara berkala dan berjenjang,
serta melakukan evaluasi kesesuaian pengendalian yang dilakukan.
Setiap Departemen yang terlibat dalam aktifitas High Risk harus membuat perencanaan
area/aktifitas High Risk yang disetujui oleh Project Manager/PJO dan menggunakan aplikasi
pengelolaan High Risk melalui 1PAMA, membuat surat ijin bekerja dan apabila ada pengendalian
yang tidak terpenuhi maka harus STOP operasi sampai perbaikan telah dilakukan hingga tuntas.
Untuk Jobsite/Support Office/Head Office yang memiliki karakteristik khusus seperti: perbedaan
struktur organisasi dan lainnya maka akan dibuat aturan khusus tentang pelaksanaan monitoring
aktifitas/area high risk.

Demikan surat kesepakatan ini kami buat, untuk dilaksanakan.

Jakarta, 15 September 2021


Menyetujui,

Hendra Hutahean Roberto Dwi Handoko Herjadi Budiman


Engineering Division Head Operation Division Head SHE Division Head

Joko Santoso Hendri Guyjaya TH Puguh Sasetyo Joseph Lembayung


Plant Division Head SM Division Head SRGS Division Head CIS Division Head
2
DAFTAR ISI

1. Land clearing 4
2. Aktifitas peledakan 7
3. Bekerja di dekat tebing/lereng high risk 10
4. Loading lumpur 16
5. Dumping High Risk 18
6. Bekerja di atas/dekat air dengan kedalaman ≥ 1 m atau yang kedalamannya belum
diketahui/bervariasi 20
7. Penyambungan flange pipa HDPE 24
8. Penggalian/gangguan tanah di sekitar bangunan 26
9. Bekerja di ketinggian >5 meter 27
10.Bekerja dengan listrik >50 V AC dan/atau >120 V DC 29
11.Bekerja di ruang terbatas (confined space entry) 31
12.Bekerja dengan panas 33
13.Lifting 36
14.Maintenance conveyor 38
15.Bekerja dengan sisa energi potensial 39
16.Mounting & Dismounting 41
17.Assembling & Disassembling big tyre 43

3
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LAND CLEARING HIGH RISK
(Cutting pohon (chainsaw) di area land clearing / di luar area land clearing (dekat bangunan Office,
Worshop, Warehouse, mess) dan Land clearing di area hutan original dan kemiringan > 45o)

1. LAND CLEARING (pemotongan pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land
clearing (dekat bangunan office, workshop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan original
dan kemiringan > 45o)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Operator Dozer Land Clearing harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Pengalaman mengoperasikan dozer minimal 2 tahun
b) Golongan minimal P3 dan HM minimal 1500
c) Simper / Kimper khusus mengoperasikan Dozer Land Clearing
d) Untuk Operator Subcont harus melakukan training terlebih dahulu di OTD
e) APD tambahan: helm pengaman, pelindung telinga (ear muff/ear plug)
2) Operator Excavator Land Clearing harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Pengalaman mengoperasikan Excavator minimal 2 tahun
b) Golongan minimal P3 dan HM minimal 1500
c) Simper / Kimper khusus mengoperasikan Excavator Land Clearing
d) Untuk operator subcont harus melakukan training terlebih dahulu di OTD
e) APD tambahan: helm pengaman, pelindung telinga (ear muff/ear plug)
3) Operator & Helper Chain Saw harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Tinggi badan min 155 cm dan tidak ada penyakit HNP & LBP
b) Memiliki KIMPER chainsaw
c) Mendapatkan pelatihan khusus land clearing dan teknik operasi chainsaw
d) APD tambahan: Sarung tangan khusus chainsaw, Masker, kaca mata, spray anti serangga, golok /
parang, baju berlengan panjang, peluit, baji HDPE, martil, leg protector, helm khusus crew
chainsaw (Helmet & Face Shield) , binocular dan ear plug
4) Pengawas (GL) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) GL harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP)
b) Mendapatkan pelatihan teknikal level II Land Clearing
c) Mendapatkan pelatihan khusus High Risk Land Clearing
d) Authority competency High Risk untuk bekerja di area Land Clearing yang ditanda tangani oleh
PJO/PM
e) APD tambahan: Sarung tangan tebal, masker, insect mesh, kaca mata, spray anti serangga, golok
/ parang, baju berlengan panjang
5) Surveyor harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Mendapatkan pelatihan khusus High Risk Land Clearing
b) Authority competency High Risk untuk bekerja di area Land Clearing yang ditanda tangani oleh
PJO/PM
c) APD tambahan: Sarung tangan tebal, masker, insect mesh, kaca mata, spray anti serangga, golok
/ parang, baju berlengan panjang

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) GL membuat JSA dan melakukan sosialisasi kepada semua orang yang terlibat dalam pekerjaan land
clearing. Jika terdapat perubahan pekerjaan, maka JSA harus direvisi dan disosialisasikan kembali
3) Pengawasan melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali 4
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random) SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LAND CLEARING HIGH RISK
(Cutting pohon (chainsaw) di area land clearing / di luar area land clearing (dekat bangunan Office,
Worshop, Warehouse, mess) dan Land clearing di area hutan original dan kemiringan > 45o)

1. LAND CLEARING (pemotongan pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land
clearing (dekat bangunan office, workshop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan original
dan kemiringan > 45o) - Lanjutan

1.2 ASPEK SUPERVISI - Lanjutan


4) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
5) Engineering melakukan perencanaan land clearing yang dituangkan dalam daily plan dan patok
boundary land clearing dipastikan terpasang tiap hari sesuai plan
6) Supervisi saat brushing:
a) Menggunakan dozer/excavator
b) Diameter pohon < 0,2 meter atau sesuai persyaratan customer
c) Clear area min 30 meter dan jika ada 2 unit atau lebih jarak antar unit 2 x tinggi pohon tertinggi
d) Operator harus melakukan komunikasi dengan radio ke pengawas setiap 2 jam sekali
7) Supervisi saat cutting tree dengan chainsaw:
a) Diameter pohon ≥ 0,2 meter atau sesuai persyaratan customer
b) Menggunakan chainsaw
c) Tidak boleh ada kegiatan brushing dengan alat berat yang paralel dengan aktifitas chainsaw
d) Dilarang berada di area radius 2 x tinggi pohon
e) Terdapat jalur evakuasi sebelum dilakukan pemotongan
f) Metode pemotongan dengan metode takik dan pemasangan baji

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Lebar akses masuk ke lokasi land clearing
a) Aktifitas Brushing : minimal 2x lebar unit terbesar yang melewati
b) Aktifitas Grubbing : minimal 2x lebar unit terbesar yang melewati
c) Aktiftias loading dan hauling : minimal minimal 2x lebar hauler terbesar yang melewati (untuk 1
jalur) atau 3,5x lebar hauler terbesar yang melewati
2) Dozer D85 dilengkapi :
a) ROPS / FOPS
b) Winch
c) Grill Canopy
d) wire mesh untuk kabin
e) Radio Komunikasi
f) Seluruh sisi kabin tertutup
3) Excavator (PC 300/200) dilengkapi:
a) Wire Mesh untuk kabin
b) ROPS untuk Canopy
c) Radio Komunikasi
4) Chainsaw (STIHL MS 461 atau STIHL MS 070)
5) Radio komunikasi untuk GL dan operator chainsaw
6) Terdapat Pos GL
7) Rambu-rambu area land clearing “DILARANG MASUK DAN WAJIB LAPOR GL Land Clearing”
8) Patok boundary / stake out clearing
9) Saluran drainage tersedia dalam area land clearing

5
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LAND CLEARING HIGH RISK
(Cutting pohon (chainsaw) di area land clearing / di luar area land clearing (dekat bangunan Office,
Worshop, Warehouse, mess) dan Land clearing di area hutan original dan kemiringan > 45o)

1. LAND CLEARING (pemotongan pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land
clearing (dekat bangunan office, workshop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan original
dan kemiringan > 45o) - Lanjutan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Engineering membuat Daily Plan Land Clearing dan melakukan stakeout boundary sesuai Daily
Plan tersebut
2) Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
3) PKH yang dibuat oleh Departemen Head Produksi
4) Tersedia peta / rencana lokasi yang akan dilakukan land clearing
5) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
6) Unit layak operasi dan sudah dilakukan commisioning
7) Operator melakukan P2H unit sebelum beroperasi
8) Penandaan pohon diameter ≥ 20 cm diberi tanda pita kuning/cat kuning (bila perlu)
9) Pohon dengan diameter ≥ 20 cm hanya boleh dipotong dengan chainsaw
10) Hanya terdapat 1 (satu) pintu masuk area land clearing, yang ditandai dengan adanya papan
informasi/rambu dan papan informasi kontak channel area serta harus dilakukan demarkasi pita area
berwarna kuning hitam (yang telah dipasang oleh kru survey)
11) Aktifitas dilakukan pada siang hari (pukul 06.30 s.d 17.30)
12) Tidak diijinkan melakukan land clearing jika kondisi hujan, angin lebat dan kabut

6
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
AKTIFITAS PELEDAKAN & SLEEP BLAST/SLEEP LOAD
(seluruh aktifitas peledakan, reblast misfire, peledakan dekat alat < 300 meter, peledakan dekat
area rawan longsor, dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/ active ground)

2. AKTIFITAS PELEDAKAN (seluruh aktifitas peledakan, reblast misfire, peledakan dekat alat < 300
meter, peledakan dekat area rawan longsor, dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/
active ground) DAN SLEEP BLAST

2.1 AKTIFITAS PELEDAKAN (seluruh aktifitas peledakan, reblast misfire, peledakan dekat alat < 300
meter, peledakan dekat area rawan longsor, dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/
active ground)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Driver MMU, driver sarana blasting (Box Explosive) memiliki kompetensi KPP Madya
2) Pekerja peledakan / crew blasting memiliki kompetensi KPP Madya
3) Road Blocker / Blast Sentry / blast guard : memiliki kompetensi KPP Pertama, Level pengawas,
memahami blast map dan legendanya (area peledakan, road, dll)
4) Koordinator peledakan: memiliki Kartu Izin Meledakan (KIM) yang masih berlaku, tidak menjadi
road blocker (blast sentry), merupakan GL blasting atau drilling blasting Section Head
5) Pengawas (GL) harus memiliki kompetensi : pengawas operational (POP atau SKKP), memiliki
sertifikat kompetensi Juru Ledak Kelas 2, memiliki Kartu Izin Meledakan (KIM) yang masih berlaku
6) Seluruh pekerja yang terlibat dalam aktifitas peledakan menandatangani sosialisasi JSA

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) GL / Pengawas Blasting melakukan pemantauan untuk pengecekan pasca peledakan
3) Engineering melakukan review terhadap kesesuaian daily sequence peledakan terhadap plan
4) Saat menemukan retakan/bulging/penurunan permukaan/potensi longsor lain di area peledakan, wajib
melakukan demarkasi area dan segera melaporkan hal ini kepada Geotechnical Engineer
5) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Lokasi area blasting: lebar jalan 6 - 7 meter (3,5 x lebar truck yang masuk area peledakan) dan
dilengkapi rambu, kemiringan lokasi tidak lebih dari 8% (min nilai DPI = 4,8) , area rata, wajib
diisolasi dengan tanggul sekeliling dengan tinggi minimal 1/3 tinggi tyre hauler terbesar, dan ditandai
dengan pita safety line merah putih, jika bersinggungan dengan jalan aktif hauling maka tanggul
pengaman dibuat setinggi ¾ tinggi tyre hauler terbesar, jika lokasi peledakan bersinggungan dengan
aktivitas loading maka jarak terluar minimal 5x burden. Jarak minimal yang diizinkan antara proses
tie up dan proses charging adalah 30 m
2) Bendera sebagai penanda jarak evakuasi peledakan dengan manusia 500 meter dan untuk jarak alat
300 meter (kecuali ada kajian yang telah disetujui oleh KTT)
3) Tersedia tempat penyimpanan ID card di pintu masuk area peledakan
4) Tersedia tempat untuk menyimpan peralatan/barang-barang yang tidak boleh dibawa masuk ke area
peledakan, contoh: korek api
7
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
AKTIFITAS PELEDAKAN & SLEEP BLAST/SLEEP LOAD
(seluruh aktifitas peledakan, reblast misfire, peledakan dekat alat < 300 meter, peledakan dekat
area rawan longsor, dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/ active ground)

2.1 AKTIFITAS PELEDAKAN (seluruh aktifitas peledakan, reblast misfire, peledakan dekat alat < 300
meter, peledakan dekat area rawan longsor, dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/
active ground) – Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - lanjutan


5) Tersedia area parkir untuk sarana support drilling & blasting
6) Tersedia Binocular (teropong) atau drone
7) Tersedia Papan jadwal peledakan
8) Tersedia Sirine peledakan
9) Tersedia Radio komunikasi peledakan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Blast design dibuat oleh Drill and Blast Technical Operation
2) Tersedia Peta Peledakan
3) PKH yang dibuat oleh Dept. Head Produksi
4) Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
5) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
6) JSA wajib untuk reblast misfire, peledakan dekat alat < 300 meter, peledakan dekat area rawan
longsor, dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/active ground ( non blasting normal )
7) Bagi karyawan yang memasuki lokasi blasting : meninggalkan ID card di tempat yang disediakan,
menanggalkan alat-alat yang berpotensi memicu peledakan seperti korek api, dilarang merokok atau
menyalakan api minimal pada jarak 10 m dari tanggul lokasi blasting dan atau truk pengangkut bahan
peledak
8) Operator melakukan P2H unit sebelum beroperasi
9) Tersedia kontrol pengawas berupa : Form Inspeksi & Observasi (GL) dan nilai DPI (Drill
Preparation Index) = 5
10) Peledakan kurang dari 300 meter dari alat / bangunan, dekat area rawan longsor, dan di area terdapat
gas metan / batuan panas/ active ground harus membuat kajian teknis yang disetujui oleh KAIT
melalui KTT
11) Tersedia Drill & Blast Handover atau Log Book Handover
12) Tersedia berita Acara Peledakan
13) Tersedia Blasting Report

2.2 PELEDAKAN TIDUR TERENCANA/TIDAK TERENCANA (sleep blast/sleep load)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pengawas (GL): GL harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP), memiliki
sertifikat kompetensi Juru Ledak Kelas 2, memiliki Kartu Izin Meledakan (KIM) yang masih berlaku.
2) Manager In Charge (MIC) : ditunjuk oleh PM/DPM sebagai penanggung jawab di shift 2 wajib
melakukan inspeksi ke area peledakkan tidur terencana/tidak terencana dan melakukan koordinasi
dengan pihak customer mengenai hasil inspeksi
3) Security: bertugas membantu pengawas untuk melakukan pengamanan terhadap lokasi peledakan
tidur terencana/tidak terencana (sesuai dengan persyaratan customer)

8
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
AKTIFITAS PELEDAKAN & SLEEP BLAST/SLEEP LOAD
(seluruh aktifitas peledakan, reblast misfire, peledakan dekat alat < 300 meter, peledakan dekat
area rawan longsor, dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/ active ground)

2.2 PELEDAKAN TIDUR TERENCANA/TIDAK TERENCANA (sleep blast/sleep load) - Lanjutan

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan melekat:
a) GL/Blaster dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) MIC melakukan overinspeksi 4 jam sekali
c) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) Engineering melakukan review terhadap kesesuaian daily sequence peledakan terhadap plan
3) Saat menemukan retakan/bulging/penurunan permukaan/potensi longsor lain di area peledakan tidur
(sleep blast/sleep load), wajib melakukan demarkasi area dan segera melaporkan hal ini kepada
Geotechnical Engineer
4) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Lokasi area sleep blast: lebar jalan 6 - 7 meter (3,5 x lebar truck yang masuk area peledakan) dan
dilengkapi rambu, kemiringan lokasi tidak lebih dari 8% (min nilai DPI = 4,8) , area rata, wajib
diisolasi dengan tanggul sekeliling dengan tinggi minimal 1/3 tinggi tyre hauler terbesar, dan ditandai
dengan pita safety line merah putih, jika bersinggungan dengan jalan aktif hauling maka tanggul
pengaman dibuat setinggi ¾ tinggi tyre hauler terbesar, jika lokasi peledakan bersinggungan dengan
aktivitas loading maka jarak terluar minimal 5x burden.
2) Tersedia tempat penyimpanan ID card di pintu masuk area peledakan.
3) Tersedia Rambu Blasting di depan lokasi sleep blast
4) Tersedia area parkir untuk sarana support drilling & blasting
5) Tersedia papan jadwal peledakan
6) Tersedia radio komunikasi peledakan
7) Tower Lamp atau penerangan dengan nilai minimal 20 Lux dengan jarak 5 m dari tanggul pengaman
untuk penerangan lokasi peledakkan tidur
8) Tersedia pos jaga

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Ijin peledakan tidur (sleep load) dari KTT
2) Blast design dibuat oleh Drill and Blast Technical Operation
3) Terdapat Peta Peledakan
4) PKH yang dibuat oleh Dept. Head Produksi/DNB
5) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
6) Tersedia form penugasan & pengamanan area peledakkan tidur
7) Tersedia Form Periksa Aktifitas Peledakan Tidur
8) Tersedia Form Permohonan izin peledakkan tidur terencana/tidak terencana

9
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/
LERENG HIGH RISK

3. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG HIGH RISK


1.1 ASPEK PEOPLE
1) Pekerja :
a) Operator yang bekerja memiliki pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun
b) Driver Sarana (Light Vehicle, Bus) dan Driver Light Truck (Service Truck, Fuel Truck &
sejenisnya) yang bekerja memiliki pengalaman kerja minimal 1 (satu) tahun.
c) Setiap personil yang bekerja di area tebing/lereng rawan longsor wajib :
1. Mendapatkan pelatihan dasar bekerja di dekat lereng high risk (Geotechnical awareness &
metode evakuasi dalam kondisi darurat)
2. Memiliki kimper/authority kerja di dekat lereng high risk
3. Memiliki work permit jika bekerja di dekat lereng/tebing yang telah disetujui DH user, PM /
DPM dan diketahui oleh SHE DH
4. Mendapatkan induksi dari Departemen SHE tentang dasar bekerja di lereng high risk
5. Memahami prosedur kerja di area tersebut
6. Menandatangani sosialisasi JSA bekerja di dekat lereng/ tebing
7. Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH

2) Pengawas ( GL ):
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Mendapatkan pelatihan dasar bekerja di dekat lereng high risk (Geotechnical awareness &
metode evakuasi dalam kondisi darurat)
c) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang dasar bekerja di dekat lereng high risk
d) Memiliki Authority competency High Risk di dekat lereng high risk
e) Acting GL & FGDP dilarang bekerja di area ini

3) Tim Survey & Geotechnical Engineer (ENG):


a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP) bagi tim survey & Geotechnical
Engineer yang selevel dengan pengawas (GL)
b) Mendapatkan pelatihan dasar bekerja di dekat lereng high risk (Geotechnical awareness &
metode evakuasi dalam kondisi darurat)
c) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang dasar bekerja di dekat lereng high risk
d) Memiliki authority/surat ijin kerja di dekat lereng high risk

4) Jika tidak ada Geotechnical Engineer maka PM/PJO harus menunjuk seorang penanggung jawab
Geotechnical yang akan berkoordinasi dengan tim Geotechnical Head Office
5) Setiap karyawan yang akan masuk ke area kerja wajib meminta izin kepada GL, dengan durasi
maksimal 1 jam di area tersebut
6) Setiap karyawan (non operator) yang menemukan retakan/bulging/penurunan permukaan/potensi
longsor lain, wajib melakukan demarkasi area dan segera melaporkan hal ini kepada Geotechnical
Engineer. Khusus operator apabila menemukan kondisi seperti ini, wajib segera melaporkan kepada
GL penanggung jawab area

10
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/
LERENG HIGH RISK

3. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG HIGH RISK - Lanjutan

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Group Leader (GL) yang bekerja di area lereng high risk
a) Memastikan kelengkapan rambu area kerja, termasuk rambu area high risk
b) Memastikan dirinya dan karyawan yang terlibat memiliki izin bekerja di lokasi high risk
c) Mengawasi operasional yang menjadi tanggungjawabnya (loading & hauling, general activity,
dll.)
d) Melakukan inspeksi lereng per jam menggunakan Form Checklist Inspeksi Lereng tipe High
Risk & SAP High Risk
e) Memastikan aktifitas loading wajib dilakukan berdasarkan panduan yang jelas dari Engineering
Dept. site berupa patok digging limit & patok RL (request level) / grade box. Dilarang
melakukan aktifitas loading yang mengakibatkan kondisi under cut bedding plane
f) Saat menemukan retakan/bulging/penurunan permukaan/potensi longsor lain (lihat gambar),
wajib melakukan demarkasi area dan segera melaporkan hal ini kepada Geotechnical Engineer

Cracking or Tilting of House/Building Elements


Elemen dari bangunan akan menunjukkan retakan ataupun perubahan posisi/mencondong/miring akibat gerakan tanah di sekitarnya

Cracks / Bulges on Slope


Timbulnya retakan atau tonjolan besar pada kontur tanah maupun lereng yang mengindikasikan gerakan yang bersifat massive pada
tanah

Cracks and Bulges in Retaining Walls


Timbulnya retakan atau tonjolan besar pada dinding penahan buatan akibat tekanan hidrostatis berlebih di dalam tanah atau
meningkatnya tekanan tanah di belakang dinding/slope

Water Proofing/Leaks at the Base of Slope


Rembesan air pada dasar lereng dikarenakan masalah drainase di area lereng dan dapat berpotensi menimbulkan erosi / pengikisan
tanah yang berujung pada terjadinya kondisi longsor

Rockfall at the Base of Slope


Guguran tanah/batuan di dasar lereng mengindikasikan adanya potensi longsor pada lereng

Leaning Trees and Utility Poles


Miringnya pepohonan dan tiang listrik dapat memberikan indikasi bahwa terjadi gerakan tanah secara lambat

Sunken Road Beds 11


Patah/retak/disposisi jalan dapat mengindikasikan bahwa terdapat pergerakan tanah substansial
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/LERENG HIGH RISK

3. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG HIGH RISK - Lanjutan

1.2 ASPEK SUPERVISI – Lanjutan


h) Saat terjadi alert evakuasi karena longsor, maka GL wajib memastikan informasi longsor
tersampaikan ke seluruh karyawan yang bekerja di sekitar lereng high risk dan menginstruksikan
semua karyawan tersebut untuk melakukan evakuasi ke titik evakuasi kondisi darurat. GL juga
wajib memastikan seluruh karyawan yang bekerja di sekitar lereng high risk telah melakukan
evakuasi ke titik evakuasi kondisi darurat
i) Melaporkan kejadian longsoran kepada Koordinator Tanggap Darurat (ERT) dengan
menjelaskan rinci situasi yang terjadi di lapangan
j) GL wajib memastikan apakah terdapat korban longsor. Apabila terdapat korban longsor, maka
GL menyampaikan kondisi & posisi korban kepada Emergency Response Team (ERT)
k) Saat terjadi longsor, GL memblokade akses masuk lokasi kerja, agar tidak ada unit/orang yang
masuk. Laporkan juga kejadian ini ke Dispatch & CCR agar informasi ini dapat diteruskan ke
pengguna jalan di channel lain
3) Section Head (SH)
a) Melakukan inspeksi lereng per 3 jam menggunakan Form Checklist Inspeksi Lereng tipe High
Risk & SAP High Risk. Dalam inspeksi ini, minimal dalam 1 x inspeksi per hari dilakukan
bersama-sama dengan SHE Leader & Geotechnical Engineer site (join inspection)
b) Saat terjadi longsor, SH wajib segera ke area lokasi longsor untuk memastikan seluruh karyawan
yang bekerja di sekitar lereng high risk telah melakukan evakuasi ke titik evakuasi kondisi
darurat
4) Department Head (DH)
a) Melakukan inspeksi lereng per 6 jam menggunakan Form Checklist Inspeksi Lereng tipe High
Risk & SAP High Risk
b) Saat terjadi longsor, DH wajib segera ke area lokasi longsor untuk memastikan seluruh
karyawan yang bekerja di sekitar lereng high risk telah melakukan evakuasi ke titik evakuasi
kondisi darurat. Komunikasikan kejadian ini kepada Geotechnical Engeneering & Operation
Manager Head Office
5) Deputy Project Manager (DPM) / Project Manager (PM)
a) Melakukan inspeksi lereng per 24 jam menggunakan Form Checklist Inspeksi Lereng tipe High
Risk & SAP High Risk (random)
b) Saat terjadi longsor, DPM/PM mengkomunikasikan kejadian ini kepada Kepala Teknik
Tambang (KTT) sesegera mungkin.
6) Engineering & SHE melakukan pengecekan fungsi alat pemantau longsor & pemberitahu massal per
hari
7) Seluruh pengawas yang melakukan inspeki saat terjadi longsor pastikan pada posisi aman dari efek
longsoran
8) Khusus site yang memiliki aktifitas bekerja di area lereng tipe high risk, maka Engineering Dept. &
Operation Dept. site wajib melakukan kajian dampak risiko apabila terjadi longsor/landslide di area
tersebut. Kajian tersebut harus memperhitungkan kebutuhan alat beserta alat/material pendukungnya
dan berapa total man power yang harus disiapkan sebagai emergency plan saat terjadi force majeur
(longsor)
9) Sebelum operasional di area lereng high risk dilakukan, Engineering Dept., Operation Dept. & SHE
Dept. wajib membuat Emergency Escape Plan di area tersebut
10) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
11) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan di dekat tebing/lereng
rawan longsor
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/LERENG HIGH RISK

3. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG HIGH RISK – Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Safety device & APD
APD (Helm, sepatu pelindung, sarung tangan, rompi reflektif dan safety harness) harus diperiksa dan
dipastikan dalam kondisi baik
2) Setiap lokasi kerja dekat area lereng high risk wajib memiliki rambu lokasi high risk

3) Terdapat area / lokasi titik evakuasi keadaan darurat


4) Tersedia Fasilitas Keadaan Darurat di Pos ERT yaitu :
a) Stretcher/tandu lipat : alat transportasi korban dari dekat lereng/ tebing/sebaliknya
b) Scop Stretcher : alat untuk memindahkan korban
c) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
d) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
e) Immobilation : Berguna menstabilkan kepala korban
f) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban) : Penanganan trauma sementara korban
kecelakaan
g) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan
h) Barricading tape/safety line : tanda garis pembatas
i) Traffic cone : tanda pembatas kendaraan
j) Rescue car/ambulance
5) Terdapat alat pemantau longsor (total station/ robotic total station/ slope stability radar), dimana
alert longsor terkirim via radio PTT (Push to Talk) atau sistem auto dispatch ke seluruh unit yang
bekerja di area lereng high risk
6) Terdapat alat pemberitahu massal dan real time, saat akan terjadi longsor berupa 2 x lampu rotary
merah per titik dan sirine yang dipasang di setiap titik loading/dumping/drilling, pintu masuk lokasi
kerja di lereng tipe high risk, dan di bawah lereng high risk
7) Terdapat penerangan di area kaki tebing, pada jarak +/- 30 meter dari kaki tebing, yang berfungsi
sebagai penerangan saat GL melakukan inspeksi tebing.

13
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/LERENG HIGH RISK

3. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG HIGH RISK - Lanjutan


1.4 ASPEK SYSTEM
1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Work permit untuk pekerjaan di dekat tebing/ lereng High Risk yang disetujui oleh PM / DPM
3) PKH yang dibuat oleh Departmen Head User
4) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
5) Sebelum operasional di area lereng tipe high risk dilakukan, Engineering Dept. & Operation Dept.
site wajib membuat Emergency Escape Plan (SOP Slope Stability Control, Monitoring &
Evacuation)
6) Emergency Drill di area kerja lereng tipe high risk dilakukan minimal 1 (satu) kali per bulan, atau
sesuai dengan Manual Prosedur Keadaan Darurat (MPKD) atau dilakukan dengan frekuensi lebih
sering menyesuaikan dengan hasil rekomendasi yang telah disepakati oleh Geotechnical Engineer,
Prod/PSV/Drill & Blast Dept., dan SHE Dept
7) Pelaksanaan kontrol, monitoring, dan evakuasi high risk plan bekerja di dekat lereng/tebing
mengacu pada SOP Control, Monitor and Evacuation. Tingkat kesiapsiagaan area lereng high risk
yaitu sebagai berikut:
a) Tingkat SIAGA TIGA: Sedikit longsoran yang tidak mengganggu operasional (Standar
pergerakan yang terukur dari alat pemantauan : 0-2 mm/hari dimonitor 1 X/ bulan, 2-5 mm/hari
dimonitor setiap minggu, 5-10 mm/hari dimonitor setiap 2 hari, 10-50 mm/hari dimonitor setiap
hari, tidak menimbulkan ancaman terhadap bahaya atau kerusakan lebih lanjut. PIC monitoring
adalah Surveyor & Geotechnical Engineer
b) Tingkat SIAGA DUA: Longsoran signifikan. (Standar pergerakan yang terukur dari alat
pemantauan 50 - 100 mm/hari yang dipantau secara terus menerus). Apabila lereng tipe non
high risk maka PIC monitoring adalah Surveyor & Geotechnical Engineer. Apabila lereng tipe
high risk maka PIC monitoring sesuai dengan alur yang tercantum pada SOP ini. Saat lereng
berada dalam status Tingkat Siaga Dua, maka Geotechnical Engineer wajib mengingatkan
semua pekerja yang berada di area lereng tersebut untuk selalu waspada dalam setiap bekerja.
GL yang menjadi penanggungjawab area tersebut wajib melakukan inspeksi lereng per jam
menggunakan Form Checklist Inspeksi Lereng tipe High Risk
c) Tingkat SIAGA SATU: Longsoran signifikan yang terus berlanjut dan progresif, yang
mengharuskan aktifitas operational segera dihentikan dan mengharuskan semua orang & unit
evakuasi ke Titik Evakuasi Kondisi Darurat. (Standar pergerakan yang terukur dari alat
pemantauan > 100 mm/hari; > 50 mm/1 shift; > 5 mm/1 jam; > 4 mm/30 menit; > 3 mm/15
menit yang dipantau secara terus menerus). Potensi fatal/cedera serius pada orang dan major
property damage/total loss

Notes:
Setiap pekerja yang melihat tanda-tanda awal akan terdapat longsor pada lereng (retakan, rembesan
pada kaki lereng, guguran material ringan), maka wajib segera menginformasikan kepada
Geotechnical Engineer site. Setiap pekerja yang melihat kondisi longsor wajib segera mengevakuasi
diri ke Titik Evakuasi Kondisi Darurat dan paralel menginformasikan semua pekerja yang berada di
sekitar area longsor untuk mengevakuasi diri ke Titik Evakuasi Kondisi Darurat, via Radio PTT.

8) Untuk setiap aktifitas di area v-cut harus mengikuti ketentuan pengendalian risiko bekerja di area
dekat tebing/lereng high risk
14
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/LERENG HIGH RISK

3. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG HIGH RISK – Lanjutan

9) Dalam kondisi aktifitas loading yang bersebelahan dengan kolam air (lihat Gambar), maka wajib
dilakukan kajian teknis oleh Geotechnical Engineer di site yang minimal dapat menjawab aspek-
aspek sebagai berikut:
a) Jarak unit loader minimum terhadap crest blasted/un-blasted material
b) Metode loading yang akan digunakan (menggunakan metode backloading (bench loading)
ataukah normal bench loading )
c) Tinggi bench yang diijinkan
d) Kedalaman air bench material yang diijinkan
e) Kedalaman air total yang diijinkan
f) Tipe loader & hauler maksimum yang diijinkan
g) FK (Faktor Keamanan) di area ini
h) Apakah metode ini masuk kategori high risk jika dilihat dari analisa geotek
i) Jika masuk kategori high risk kontrol apakah yang akan diberlakukan di lokasi
j) Jarak posisi loading unit DT dari crest

NB: Aktifitas loading ini harus bersamaan dengan aktifitas pumping untuk menurunkan elevasi muka air
kolam.Aktifitas loading menyesuaikan hasil kajian teknis di masing-masing site.GL wajib memastikan
aktifitas loading dilakukan sesuai dengan kajian teknis tersebut.Setiap karyawan (GL / Operator /
Surveyor / Engineer / Section Head Up) yang menemukan retakan/bulging/penurunan permukaan/potensi
longsor lain, wajib melaporkan kepada GL pengawas area ini, kemudian GL tsb. menginstruksikan semua
unit yang berada di area ini untuk segera evakuasi ke titik evakuasi kondisi darurat (jika kategori lereng
high risk) atau evakuasi ke jarak min. 100 meter dari retakan. Kemudian GL melakukan demarkasi area
dan segera melaporkan hal ini kepada Geotechnical Engineer site. Titik evakuasi kondisi darurat
ditentukan dalam setiap View Point Meeting harian oleh Pit Engineer, yang dicantumkan dalam Daily
Order dan Map, serta dalam Perintah Kerja Harian (PKH) GL yang bekerja di area dengan kategori
tersebut di atas (GL sebagai PIC ketersediaan rambu titik evakuasi & ketersediaanya dikontrol oleh
Section Head ybs. secara harian). Proses evakuasi mengikuti MPKD yang sudah ditetapkan oleh masing-
masing site.

Gambar aktifitas loading yang bersebelahan dengan kolam air

15
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LOADING LUMPUR
(MENGGUNAKAN EXCAVATOR & TRUCK ATAU POMPA DRAGFLOW & TRUCK)

4. LOADING LUMPUR (MENGGUNAKAN EXCAVATOR & TRUCK ATAU POMPA DRAGFLOW


& TRUCK)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Operator harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Minimal memiliki masa kerja 2 (dua) tahun dan memiliki HM min 1500 jam
b) Memiliki authority bekerja loading lumpur yang ditandai dengan SIMPER, KIMPER yang
diterbitkan oleh OTD
c) Telah memahami prosedur bekerja di area loading lumpur
d) Mendapatkan refresh materi bekerja di area loading lumpur setiap datang cuti
2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) GL yang ditempatkan di area front loading lumpur minimal memiliki masa kerja 1 (satu) tahun
b) GL harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP)
c) Mendapatkan pelatihan teknikal level II OB Management
d) Mendapatkan pelatihan khusus bekerja di high risk loading lumpur
e) Authority competency High Risk untuk bekerja di area loading lumpur yang ditanda tangani oleh
PJO/PM
f) Mendapatkan refresh materi bekerja di area loading lumpur setiap datang cuti
g) Acting GL dilarang melakukan pengawasan aktifitas loading lumpur

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) SHE Dept melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan loading lumpur

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Terdapat batas dan kedalaman penggalian berdasarkan panduan patok dan pita survey
2) Terdapat tanggul pengaman yang cukup kuat untuk memisahkan/menyekat area lumpur dengan area
aktifitas front, dengan dimensi dan konstruksi sesuai dengan rekomendasi Geotechnical Engineer di
site untuk mencegah longsoran lumpur masuk ke area kerja
3) Persiapkan jenis DT yang sesuai dengan jenis material lumpur yang akan dimuat, apakah material
lumpur cair atau padat. Apabila loading dengan lumpur cair, maka pilihlah DT tipe mud vessel. Jika
material yang dimuat adalah lumpur padat, pilihlah DT dengan jenis vessel standar namun dengan
dilengkapi mud guard dari material overburden (OB) atau vessel jumbo tipe keong
4) Terdapat pos GL ditempatkan di area yang aman dari potensi longsor atau banjir pada jarak min 100
meter dari titik loading
5) Dalam pos GL wajib tersedia ring buoy dan wire rope sling sesuai kebutuhan SWL. Wire rope sling
juga dapat ditempatkan di unit penerangan baik Tower Lamp maupun Mega Tower
6) Pada unit Dozer yang melayani front loading lumpur juga wajib tersedia ring buoy, jika terdapat alat
support lain yang bekerja di area ini juga wajib memiliki ring buoy
7) Ring buoy yang digunakan harus memiliki tali dengan panjang min 30 meter
16
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LOADING LUMPUR
(MENGGUNAKAN PC/SHOVEL & TRUCK / POMPA DRAGFLOW & TRUCK)

4. LOADING LUMPUR (MENGGUNAKAN PC/SHOVEL & TRUCK / POMPA DRAGFLOW &


TRUCK) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR- lanjutan

8) Terdapat alat pemantau longsor (total station/ robotic total station/ slope stability radar). Alat
pemantau longsor terkoneksi langsung ke unit, dimana alert longsor terkirim via radio PTT (Push to
Talk) atau sistem auto dispatch
9) Terdapat rambu dan lokasi/titik evakuasi kondisi darurat

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Sebelum dilakukan aktifitas pemuatan lumpur harus dibuat kajian teknis yang paling sedikit memiliki
informasi terkait (Ref Kepmen ESDM No 1827 K/ 30 / 2018):
a) Ketebalan dan volume material lumpur
b) Sifat fisik material lumpur
c) Penirisan kandungan air dalam material lumpur dan,
d) Rekomendasi penanganan material lumpur
2) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
3) Prosedur operasional yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a) Dudukan alat muat dan DT harus pada posisi yang keras dan rata, agar tidak terjadi amblas pada
alat muat. Gunakan metode top loading bila tidak memungkinkan menggunakan metode bench
loading. Apabila dudukan alat muat dan DT masih lembek, buang material yang lembek dan ganti
dengan material keras dan kering
b) Setiap kegiatan istirahat harus dilakukan di area lokasi / titik evakuasi kondisi darurat, kecuali alat
loader & alat support dapat dilakukan di area yang lebih tinggi dari kolam lumpur
c) Setiap kondisi hujan & peringatan akan terjadi longsor, semua unit & karyawan harus mobilisasi
segera ke titik evakuasi kondisi darurat (kecuali alat loader & alat support dapat mobilisasi ke area
yang lebih tinggi dari kolam lumpur)
d) Setiap karyawan yang akan masuk ke area kerja wajib meminta izin kepada GL, dengan durasi
max. 1 jam di area tersebut
e) Dilarang melakukan aktifitas maintenance alat di area kerja (unit tidak bisa dievakuasi).
Maintenance dilakukan minimum di titik evakuasi kondisi darurat
f) Channel radio tidak boleh berbarengan dengan area lain
g) Semua karyawan yang berada di area kerja wajib menggunakan channel area yang sama (channel
khusus area)
h) Dilarang melakukan change shift unit hauler di area kerja
i) ENG & SHE melakukan pengecekan fungsi alat pemantau longsor & pemberitahu massal per hari
j) Setiap terdapat pergerakan tebing kategori progresif menurut Geotech Eng., maka wajib dilakukan
evakuasi seluruh unit & karyawan ke titik evakuasi kondisi darurat
k) Apabila pada saat digging, dudukan track amblas, maka jangan paksakan untuk melanjutkan
aktifitas pemuatan. Perbaiki terlebih dahulu dudukan track, kemudian lanjutkan aktifitas pemuatan
kembali
l) Saat menggunakan metode top loading, posisikan DT di sebelah kiri kabin alat muat, sehingga
operator alat muat dapat dengan leluasa melakukan pergerakan, karena tidak terhalang attachment
unit
17
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
DUMPING HIGH RISK (DUMPING KE KOLAM AIR/LUMPUR,
DI KETINGGIAN > 5 m dan DUMPING MATERIAL LUMPUR)

5. DUMPING HIGH RISK (DUMPING KE KOLAM AIR/LUMPUR, DI KETINGGIAN > 5 m dan


DUMPING MATERIAL LUMPUR)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Operator harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Minimal memiliki pengalaman 2 tahun
- Authority bekerja di high risk
- Menandatangani sosialisasi JSA
2) Pengawas (GL) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP)
- Mendapatkan pelatihan teknikal level II Disposal Management
- Mendapatkan pelatihan khusus dumping high risk
- Memiliki Authority competency High Risk untuk bekerja di HR Dumping ke kolam air/lumpur yang
ditanda tangani oleh PJO/PM

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) Saat menemukan retakan/bulging/penurunan permukaan/potensi longsor lain, wajib melakukan
demarkasi area dan segera melaporkan hal ini kepada Geotechnical Engineer
3) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Pondok GL/pos pengawas: pelampung/life vest, lifebuoy/ring buoy dan tali 30 m, lampu senter, sling,
sarung tangan, radio komunikasi, binocular with night vision, laser distance meter (alat pengukur
jarak dengan laser), MPKD (Manual Prosedur Keadaan Darurat)
2) Penerangan minimal 20 lux untuk di malam hari
3) Terdapat Rambu peringatan area berbahaya / High Risk
4) Terdapat Dumping limiter
5) Terdapat Bundwall isolasi / windrow
6) Tersedia Area Parkir LV
7) Tersedia Ringbuoy pada Dozer (khusus dumping ke air/lumpur/dumping lumpur)
8) Terdapat Buggy whip untuk Dozer
9) Terdapat Windrow untuk dumping ke air/fasilitas penampungan lumpur, dumping material lumpur,
dumping di ketinggian > 5 m
10) Daya dukung tanah area disposal min. CBR 36% khusus untuk disposal dumping lumpur dengan
fasilitas yang telah dikonstruksi dengan baik (well constructed), contoh: dumping dengan fasilitas
mud pocket, mud boom.

18
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
DUMPING HIGH RISK (DUMPING KE KOLAM AIR/LUMPUR,
DI KETINGGIAN > 5 m dan DUMPING MATERIAL LUMPUR)

5. DUMPING HIGH RISK (DUMPING KE KOLAM AIR/LUMPUR, DI KETINGGIAN > 5 m dan


DUMPING MATERIAL LUMPUR)- LANJUTAN

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Stage Plan / Daily Plan yang dibuat oleh Mine Plan Engineer
2) Kajian teknis yang disetujui KTT
3) PKH yang dibuat oleh Dept. Head Produksi
4) Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
5) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
6) Pelaksanaan inspeksi menggunakan formulir inspeksi Disposal High Risk/SAP HR 1Pama
7) Tersedia Log Book yang diisi oleh orang yang berkepentingan di area disposal

19
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG
KEDALAMANNYA BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI
(bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh survei, instalasi perangkat wireless di dekat air,
pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area setpond, repair & maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa di
daratan yang lokasinya berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)

6. BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG


KEDALAMANNYA BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki authority bekerja di dekat air
b) Pekerjaan dilakukan minimal oleh dua orang
c) Pekerja menggunakan pelampung saat bekerja
d) Membawa radio komunikasi
e) Membawa Senter / penerangan portable untuk bekerja saat malam hari
2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP)
b) Mendapatkan pelatihan khusus bekerja di dekat air
c) Memiliki Authority competency High Risk untuk bekerja di dekat air yang ditanda tangani oleh
PJO/PM

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
3) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja di dekat
air setiap hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Perlengkapan keselamatan:
a) Terdapat ring buoy dilengkapi tali minimal 30 meter
b) Terdapat Jaket pelampung (lifevest)
2) Rambu-rambu keselamatan:
a) Terdapat rambu wajib pelampung & izin bekerja diatas air
b) Terdapat rambu PIC area sump & monitoring elevasi sump
3) Penerangan:
a) Penerangan di area instalasi pengolahan air bersih/air limbah, settling pond min. 20 lux
b) Terdapat towerlamp yang dilengkapi dengan APAR
c) Lokasi penempatan towerlamp memudahkan dalam melakukan refueling

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh Departemen Head user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Surat izin bekerja di dekat air untuk pekerjaan di dekat air (kedalaman > 1 m) dan area sump terkait
instal dan uninstall pompa/pipa/walkway
3) Surat izin bekerja di dekat air untuk visitor
4) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai 20
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG
KEDALAMANNYA BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI
(bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh survei, instalasi perangkat wireless di dekat air,
pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area setpond, repair & maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa di
daratan yang lokasinya berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)

6.1 BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG


KEDALAMANNYA BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI
(bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh survei, instalasi
perangkat wireless di dekat air, pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area setpond, repair &
maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa di daratan yang lokasinya berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki authority bekerja di dekat air
b) Pekerjaan dilakukan minimal oleh dua orang
c) Pekerja menggunakan pelampung saat bekerja
d) Menggunakan penutup telinga earplug/earmuff saat bekerja di pompa yang aktif
e) Membawa radio komunikasi
f) Senter / penerangan portable untuk bekerja saat malam hari
2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP)
b) Mendapatkan pelatihan teknikal level II Dewatering (khusus operation)
c) Mendapatkan pelatihan khusus bekerja di dekat air
d) Memiliki Authority competency High Risk untuk bekerja di dekat air yang ditanda tangani oleh
PJO/PM
3) Setiap orang yang akan memasuki area sump wajib lapor ke PIC area sump dan memperhatikan
kondisi lereng di sekitar area sump

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
3) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja di dekat
air setiap hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Akses menuju sump harus keras, dilengkapi dengan tangga < 45° (akses jalan menuju ke tangga sump
hanya diperuntukkan untuk orang / pejalan kaki )
2) Akses ke walkway menggunakan tangga. Untuk sump V-Cut menggunakan tangga portable
Item Ukuran Kode warna Keterangan :
a a = pegangan tangan (handrill)
Handrill, tiang & susuran kaki dan lutut Besi 3/4 inchi b = tiang
b c = pijakan kaki (stairway)
d = jarak susuran kaki & lutut
Tiang Tinggi 100 cm hitam

Pijakan kaki (stairway) Panjang 160 cm & lebar 30 cm kuning


d
Susuran kaki & lutut Jarak 50 cm kuning
c

21
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG
KEDALAMANNYA BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI
(bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh survei, instalasi perangkat wireless di dekat
air, pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area setpond, repair & maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa
di daratan yang lokasinya berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)

6.1 BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG KEDALAMANNYA


BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI
(bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh survei, instalasi
perangkat wireless di dekat air, pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area setpond, repair &
maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa di daratan yang lokasinya berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - Lanjutan


3) Sarana penyeberangan ke pompa menggunakan walkway dengan dimensi lebar minimal 1,5 meter:
a) Walkway dipasang railing (untuk segmen walkway dengan panjang 2 m maka dipasang railing
per 1 m dan untuk panjang walkway > 2 m maka dipasang railing per 1,5 m)
b) Pemasangan fender untuk mengunci railing dan sebagai pelindung sisi samping kanan dan kiri
walkway dari benturan

4) Terdapat ring buoy dengan penempatan sebagai berikut:


a) Darat : ring buoy dengan tali 30 m (1 pcs) yang dipasang di tangga
b) Walkway kubus apung : ring buoy dengan tali 30 m ( bila jarak ≤ 30 m maka 1 pc namun bila
jarak > 30 m maka menyesuaikan kelipatan 30 m)
c) Pompa : ring buoy dengan tali 30 m (1 pc)

5) Tali polypropilene diameter 1,5” (Minimum Breaking Load (MBL) : 18,7 ton) dari darat ke pompa
untuk menambat pompa agar tidak bergerak dan digunakan pada saat akan menarik pompa dari sump
ke darat
6) Kelengkapan rambu di sump meliputi:
a) Rambu wajib pelampung & izin bekerja diatas air
b) Rambu PIC area sump & monitoring elevasi sump

22
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG
KEDALAMANNYA BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI
(bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh survei, instalasi perangkat wireless di dekat air,
pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area setpond, repair & maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa di
daratan yang lokasinya berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)

6.1 BEKERJA DI ATAS/DEKAT AIR DENGAN KEDALAMAN ≥ 1 M ATAU YANG KEDALAMANNYA


BELUM DIKETAHUI/BERVARIASI
(bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di outlet pompa, pengukuran elevasi sump oleh
survei, instalasi perangkat wireless di dekat air, pemasangan/maintenance sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor
debit di area setpond, repair & maintenance pompa, pemasangan dan/atau maintenance pompa di daratan yang lokasinya
berjarak ≤ 3 m dari bibir lereng kolam air)

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - Lanjutan


7) Penerangan :
a) Penerangan di area akses sump min 20 lux sehingga crew aman pada saat naik turun tangga
menuju sarana penyeberangan di malam hari (reff: PAMA/OPRT/15/004/STD)
b) Towerlamp dilengkapi dengan APAR
c) Lokasi penempatan towerlamp memudahkan dalam melakukan refueling

8. Pipa discharge HDPE yang membentang di atas air wajib dipasang pelampung pipa (ducting pipe)
dengan jarak pemasangan per 15 m dihitung dari sisi pipa ujung dekat pompa (discharge)

9. Penempatan pompa harus disusun dengan rapi

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh Departemen Head user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Terdapat surat izin bekerja di dekat air
3) Pontoon sudah dilakukan P2H oleh crew pompa dan dalam kondisi standar (tidak bocor/miring)
4) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
5) Instalasi pipa harus memperhatikan kelurusan, untuk belokan horisontal ≤ 160º maksimal 3 titik
6) Penyambungan pipa dalam satu line dibagi dalam beberapa section, setiap section terdiri dari
beberapa batang pipa. Penyambungan antar batang pipa menggunakan Butt Welding Machine / las
HDPE. Penyambungan antar section menggunakan bolt joint flange
7) Bila pengukuran debit dengan flow bar maka :
a) Ujung pipa harus datar dan tidak menggunakan flange (polos)
b) Dipasang pengaman pagar dan lantai kerja yang berada di atas pipa outlet
1. Dipasang pengaman pagar dan lantai ujung
2. Pipa untuk pengukuran debit: ujung pipa datar
3. Ujung pipa polos tidak pakai flange
4. Ujung pipa tidak boleh terendam air (terdapat jarak antara
permukaan air dan ujung pipa)
23
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
PENYAMBUNGAN PIPA FLANGE

7. PENYAMBUNGAN FLANGE PIPA HDPE (PENYAMBUNGAN PIPA DI DEKAT AIR/SUMP


DENGAN JARAK < 3 M ; PENYAMBUNGAN PIPA DI AREA DEKAT TEBING (JARAK < 1,5 X
TINGGI TEBING); PENYAMBUNGAN PIPA KE POMPA (DIATAS AIR/SUMP);
PENYAMBUNGAN PIPA DI AREA SLOPE YANG LANDAI)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Operator wajib mendapatkan pelatihan operator alat angkat angkut
b) Operator terbiasa dalam pekerjaan halus seperti pekerjaan pembuatan tanggul bukan hanya
remove OB
c) Crew pompa yang membantu proses reposisi pipa telah mendapatkan basic training sling lifting
(RIGGER)
2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Mendapatkan pelatihan teknikal level II Dewatering (khusus operation)
c) Mendapatkan pelatihan khusus bekerja di dekat air atau bekerja di dekat tebing
d) Authority competency High Risk untuk bekerja di dekat air/ bekerja di dekat tebing yang ditanda
tangani oleh PJO/PM
e) Memahami prosedur penyambungan pipa flange

3) Pekerja dan Pengawas menggunakan APD yang sesuai berupa helm pengaman, sepatu safety, rompi,
sarung tangan kain, jaket pelampung (untuk dekat air/sump)

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) SHE Dept melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan penyambungan pipa
flange

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


Proses Penyusunan Pipa
1) Alat yang digunakan :
a) Excavator PC200/300
b) Memiliki lifting point
c) Dilengkapi dengan Radio Komunikasi

24
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
PENYAMBUNGAN PIPA FLANGE

7. PENYAMBUNGAN FLANGE PIPA HDPE (PENYAMBUNGAN PIPA DI DEKAT AIR/SUMP


DENGAN JARAK < 3 M ; PENYAMBUNGAN PIPA DI AREA DEKAT TEBING (JARAK < 1,5 X
TINGGI TEBING); PENYAMBUNGAN PIPA KE POMPA (DIATAS AIR/SUMP);
PENYAMBUNGAN PIPA DI AREA SLOPE YANG LANDAI) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - lanjutan


2) Lubang galian dengan ukuran kedalaman 70 cm dan lebar minimal 80 cm untuk dudukan/posisi pipa
yang akan disambung (dibuat dengan excavator).
3) Gunakan webing sling/ sling belt (yang diikat pada lifting point yang terpasang di arm exca 200/300
sesuai hasil change management) dengan SWL 5 ton untuk mengangkat dan reposisi pipa ke posisi
yang direncanakan dengan mengikat pipa (dua kali lilitan)

Proses Penyambungan Pipa


1) Baut
2) Penahan pipa dari tanah masing-masing di kedua sisi pipa yang diposisikan pada jarak 1 (satu) meter
dari kedua sisi flange agar pipa benar-benar tidak bergerak
3) Pipa bantu dengan ketebalan minimum 3 mm dan panjang minimal 50 cm untuk mengencangkan baut

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
3) Periksa dan pastikan semua peralatan berfungsi dan layak digunakan, antara lain kunci, impact
wrench, torque wrench, webbing sling/ sling belt serta alat angkat
4) Operator melakukan P2H sebelum unit excavator digunakan
5) Saat pipa di angkat dengan excavator PC200/300 tidak boleh mengangkat melebihi tinggi 75 cm atau
maksimal setinggi track excavator dan orang yang terlibat berada pada jarak aman operasional alat
(+30 m)
6) Pipa yang akan disambung harus dalam posisi lurus
7) Area kerja dekat dengan air harus diberikan pita barricade sebagai batas agar karyawan tidak
mendekati air dan tetap berada di area kerja yang aman

25
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
PENGGALIAN/GANGGUAN TANAH
di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan bangunan lainnya)
yang terdapat instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas

8. PENGGALIAN/GANGGUAN TANAH di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan


bangunan lainnya) yang terdapat instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki work permit untuk bekerja di penggalian / gangguan tanah di sekitar bangunan yang
telah disetujui DH user, PM / DPM dan diketahui oleh SHE DH
b) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas
c) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH
d) Menandatangani sosialisasi JSA
2) Pengawas ( GL ) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas,
termasuk dari departemen lain yang terkait

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum pekerjaan di
lakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
3) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
4) PM/DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian pekerjaan
penggalian/gangguan tanah

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


Terdapat penandaan (rambu informasi dan patok) terkait jalur air, listrik, jaringan komunikasi, jalur fo
(fibre optic), jalur ups, dan gas

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) PKH yang dibuat oleh Department Head User
3) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
4) Terdapat peta jalur instalasi air/listrik/jaringan komunikasi/gas

26
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI KETINGGIAN HIGH RISK
(KETINGGIAN > 5 METER)

9. BEKERJA DI KETINGGIAN (KETINGGIAN > 5 METER)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut: Memiliki work permit bekerja di ketinggian lebih
dari 5 meter yang telah disetujui DH user, PM / DPM dan diketahui oleh SHE DH
a) Mendapatkan induksi dari SHE Departemen tentang dasar bekerja di ketinggian ( Prosedur izin
kerja aman diketinggian, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja, di ketinggian,
Keselamatan untuk penggunaan scaffolding, elevated work platform dan tangga )
b) Menandatangani sosialisasi JSA bekerja di ketinggian
2) Pengawas ( GL ) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Telah mendapatkan pelatihan dasar bekerja di ketinggian ( Prosedur izin kerja aman di
ketinggian, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja, di ketinggian, Keselamatan
untuk penggunaan scaffolding, elevated work platform dan tangga, pengendalian keadaan
darurat dari ketinggian ) dari pihak ke tiga atau internal SHE Dept

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum dan setelah
pekerjaan dilakukan
3) Jika pekerjaan dilakukan oleh Subkon maka pengawasan dapat dilakukan oleh Pengawas PAMA atau
Pengawas Subkon yang kompeten atas sepengetahuan Pengawas PAMA. Pengawas PAMA wajib
memastikan kontrol aktifitas High Risk terpenuhi sebelum aktifitas dilaksanakan dan melakukan
random pengecekan Pengawasan oleh Pengawas Subkon
4) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
5) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja di
ketinggian setiap hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Tangga kerja portable :
a) Dilengkapi dengan alat ‘anti slip’ (kaki karet) pada semua kaki
b) Tidak diikat bersama untuk mencoba memanjangkan tangga tersebut
c) Tidak ditempatkan pada kaca atau material lain yang tidak sanggup menahan bebannya
d) Tidak ditinggalkan di tempat dimana mudah jatuh
e) Tidak ditempatkan di jalan pintu, kecuali pintu tersebut telah dikunci dan kunci diamankan
(dipegang oleh yang bekerja)
f) Tidak digunakan pada posisi horisontal sebagai landasan, atau perancah selalu dipegang oleh
orang kedua di bawah

27
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI KETINGGIAN HIGH RISK
(KETINGGIAN > 5 METER)

9. BEKERJA DI KETINGGIAN (KETINGGIAN > 5 METER) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


2) Perancah :
a) Semua perancah harus diberi tanda / label dengan sistem pelabelan yang permanen
b) Perancah harus dinomori sesuai sistem penomoran aset yang standar
c) Semua perancah harus dilengkapi dengan tanda ‘Kartu Inspeksi Peralatan’ standar
d) Perancah harus dijaga bersih dan bebas dari minyak (tidak licin). Rangka dan papan dek dari
perancah tidak boleh dicat sama sekali (cat menutupi keretakan atau cacat yang nampak bila
perancah tidak dicat)
e) Semua perkakas yang digunakan di perancah harus dilengkapi dengan ‘tali pergelangan tangan’
f) Semua perkakas dan material yang digunakan di tempat dengan ketinggian harus dibawa
menggunakan ‘kantung pinggang’ atau ‘kantung alat’
g) Orang yang memanjat tangga akses perancah harus menggunakan kedua tangan saat memanjat
h) Perkakas atau Material yang terlalu besar untuk dimasukkan dalam‘kantung pinggang’ harus
dikerek ke atas platform kerja dengan ‘keranjang’ dan ‘tali kerek’
3) Safety device & APD :
a) APD (Helm, sepatu pelindung, sarung tangan, rompi reflektif dan safety harness) harus diperiksa
dan dipastikan baik
b) Alat keselamatan khusus (safety device) untuk orang yang bekerja di ketinggian adalah lifelines
(bentangan tali penyelamat). Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaannya yaitu :
• Tidak mengganggu aktivitas pemakai tapi mampu untuk menahan dan menyerap goncangan
yang kuat
• Menggunakan double lanyard dan absorber
• Jika memakai lifelines secara horizontal harus digunakan sejalan dengan lanyard (tali
penyandang) dan ditanam pada 2 titik yang mampu menahan bobot mati maksimum
• Lifeline dan Lanyard yang baik adalah yang terbuat dari nylon/ polister, yang berdiameter 19
mm / lebih
4) Tersedia Fasilitas Keadaan Darurat di Pos ERT , antara lain:
a) Stretcher/tandu lipat : alat transportasi korban dari ketinggian/sebaliknya
b) Scop Stretcher : alat untuk memindahkan korban
c) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
d) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
e) Immobilation : berguna menstabilkan kepala korban
f) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban): penanganan trauma sementara korban
kecelakaan
g) Oxigen terapi : penangan bantuan pernafasan
h) Barricading tape/safety line : tanda garis pembatas
i) Traffic cone : tanda pembatas kendaraan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Work permit untuk pekerjaan di ketinggian > 5 meter yang setujui oleh PM / DPM
3) PKH yang dibuat oleh Department Head User
4) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
5) Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di ketinggian setiap hari 28
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN TEGANGAN LISTRIK >50 V AC dan/atau >120 V DC
Ref : PUIL 2011

10. BEKERJA DENGAN TEGANGAN LISTRIK >50 V AC dan/atau >120 V DC

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pengawas (GL) :
a) Memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP)
b) Kompeten dan telah lulus pelatihan AK3 Listrik
c) Memiliki authority bekerja dengan listrik
2) Teknisi/Instrumen/Mekanik
a) Kompeten dan telah lulus pelatihan teknisi K3 listrik atau Instalatir listrik
b) Memiliki authority bekerja dengan listrik
3) Orang yang mengoperasikan peralatan listrik telah mendapatkan pelatihan power tools dan memiliki
authority power tools
4) Orang yang bekerja dengan listrik harus menggunakan APD khusus untuk penanganan listrik, seperti
: kacamata, sarung tangan khusus listrik, sepatu khusus (disesuaikan dengan tegangan kerja) dan
Apron (untuk tegangan 1-36 kV)

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
3) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan dengan listrik >50 V
AC dan/atau >120 V DC

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Akses / jalan masuk yang tidak berkepentingan pada semua Instalasi Listrik harus dilarang (terdapat
rambu tegangan listrik, simbol listrik, dll)
2) Terdapat emergency stop di panel listrik dan wirerope emergency switch
3) Terdapat LOTO
4) Tangga khusus non-konduksi harus digunakan (fiberglass)
5) Terdapat sistem ELCB dan berfungsi dengan baik
6) Terdapat Alat deteksi arus listrik
7) Terdapat Safety hook

8) Radio Komunikasi 29
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN TEGANGAN LISTRIK >50 V AC dan/atau >120 V DC
Ref : PUIL 2011

10. BEKERJA DENGAN TEGANGAN LISTRIK >50 V AC dan/atau >120 V DC - Lanjutan

1.4 ASPEK SYSTEM

1) High Risk activity disusun oleh SH / DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Harus memiliki surat izin bekerja dengan listrik >50 V AC dan/atau >120 V DC
(hanya berlaku 1 shift)
3) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
4) Melakukan isolasi energi (LOTO) dan memasang tag sebelum bekerja:
a) Pemasangan dan pelepasan LOTO menggunakan 12 langkah isolasi
b) Jika lebih dari 2 atau lebih karyawan bekerja, maka harus memiliki alat Lock Out dan Label
Tanda Bahaya masing – masing
c) Hanya orang yang namanya tercantum di Tag yang boleh melepaskan alat Lock Out setelah
menyelesaikan pekerjaannya
d) Tidak seorangpun yang boleh mengoperasikan, memindah atau menggunakan unit, bangunan
atau benda yang mempunyai alat Lock Out
e) Dalam keadaan darurat, Atasan langsung orang yang namanya tertera pada Lock Out & Tag Out
yang boleh melepaskannya (setelah menghubungi pemiliknya dan setelah ia memastikan bahwa
situasinya cukup aman)
5) Penempatan LOTO pada sumber listrik terakhir dilepas
6) Terdapat Form Inspeksi Peralatan Listrik
7) Dilakukan P2H sebelum menggunakan Peralatan Listrik
8) Terdapat wiring diagram yang sesuai dengan aktual instalasi
9) Mengisi Form check list pemenuhan persyaratan aktifitas High Risk sebelum aktifitas dilakukan
10) Menggunakan alat ukur listrik sudah terkalibrasi (laik pakai)

30
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI RUANG TERBATAS
(CONFINED SPACE ENTRY)

11. BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACE ENTRY)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Sehat (Sesuai parameter MCU dari perusahaan) diantaranya tidak : menderita sakit ayan atau
epilepsi, penyakit jantung atau gangguan jantung, asma, bronchitis atau sesak napas apabila
kelelahan, gangguan pendengaran, sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat
menyebabkan disorientasi, klaustropobia, atau gangguan mental lainnya, gangguan atau sakit
tulang belakang, gangguan penglihatan permanen, penyakit lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan selama bekerja di ruang terbatas
b) Mendapatkan pelatihan kompetensi bekerja di ruang terbatas atau sudah memiliki kompetensi
Teknisi K3 Ruang Terbatas
c) Memiliki work permit Ruang Terbatas yang telah disetujui DH user, PM / DPM dan diketahui
oleh SHE DH
d) Didampingi atau diawasi melekat dari orang yang sudah mendapatkan sertifikasi kompetensi
Petugas K3 Madya Ruang Terbatas/Ahli Muda Ruang Terbatas
e) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan
f) Memahami langkah kerja aman sesuai JSA bekerja di ruang terbatas
2) Pengawas ( GL ) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Sehat (Sesuai parameter MCU dari perusahaan)
b) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
c) Telah mendapatkan pelatihan kompetensi Petugas K3 Madya Ruang Terbatas/ Ahli Muda
Ruang Terbatas, telah mendapatkan authority sebagai LOTO Controller, telah mendapatkan
pelatihan pengendalian keadaan darurat di ruang terbatas dari pihak ke tiga atau internal SHE
Departemen

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
3) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum pekerjaan
dilakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
4) GL dan SH secara bergantian memeriksa hasil pengukuran kontinyu dari gas detektor dan sistem
ventilasi
5) SHE Dept. melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
6) PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja
ruang terbatas

31
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI RUANG TERBATAS
(CONFINED SPACE ENTRY)

11. BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACE ENTRY) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) APD & safety device: SCBA, Gas Detektor yang masih terkalibrasi, life line, Full Body Harness,
Safety helmet, shoes dan hand glove, PASS bila ruang terbatas yang dalam dan melorong
2) Tersedia Ventilasi dilusi : exhause system berikut flexible ducting dan bukaan lubang
3) Akses masuk ke ruang terbatas : tangga, tripod berikut retrival block, lampu penerangan
4) Fasilitas Keadaan Darurat:
a) SCBA cadangan minimal 2 set
b) Stretcher/tandu lipat : alat transportasi korban dari ketinggian/sebaliknya
c) Scop Stretcher : alat untuk memindahkan korban
d) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
e) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
f) Immobilation : berguna menstabilkan kepala korban
g) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban) : Penanganan trauma sementara korban
kecelakaan
h) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Work permit untuk pekerjaan ruang terbatas proses persetujuannya oleh PM / DPM
3) PKH yang dibuat oleh Department Head User
4) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
5) Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di ruang terbatas setelah pekerjaan
diselesaikan dan dilaporkan ke PM/DPM

32
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN PANAS
(Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah meledak/terbakar atau pekerjaan
yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan panas)

12. BEKERJA DENGAN PANAS (Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah
meledak/terbakar atau pekerjaan yang di luar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan
panas)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja (Welder) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki sertifikasi kompetensi pengelas yang diakui oleh LSP (sesuai persyaratan) keahlian
b) Memahami prinsip dasar pencegahan kebakaran, pemahaman terhadap bahan mudah menyala
dan meledak (mengacu pada NFPA (National Fire Protection Asosiation)
c) Sudah mendapat pelatihan penanggulangan kebakaran

2) Pengawas (GL) harus memenuhi syarat sebagai berikut:


a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Memahami prinsip dasar pencegahan kebakaran, pemahaman terhadap bahan mudah menyala
dan meledak (mengacu pada NFPA (National Fire Protection Asosiation), dan telah mendapat
pelatihan penanggulangan kebakaran

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
3) Pengawas menunjuk seorang sebagai fire watch atau pemantau api yang bertugas mengawasi
pekerjaan pengelasan dengan cara:
a) Melakukan metode cold work (pembasahan permukaan bahan bakar dengan semprotan air
selama pekerjaan berlangsung dan pada periode 30 - 60 menit setelah pekerjaan selesai
dilakukan
b) Memastikan sumber panas dibatasi di area pengelasan
c) Bertanggung jawab untuk menghentikan pengelasan ketika kondisi tidak aman
Apabila area pengelasan tidak dapat terlihat dari satu titik, maka pengawas menambah petugas fire
watch, setelah periode pengamatan selama 1 jam, area kerja pengelasan dipantau secara berkala
selama 3 jam
4) Sosialisasi standar prosedur kerja terkait :
a) Penggunaan APD
b) Fasilitas proteksi kebakaran
c) P2H alat las
d) Cara untuk memeriksa kandungan hidrokarbon atau gas lain yang mudah terbakar (Gas
Detector)
5) SHE Dept. melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
6) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan dengan panas

33
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN PANAS
(Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah meledak/terbakar atau pekerjaan
yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan panas)

12. BEKERJA DENGAN PANAS (Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah
meledak/terbakar atau pekerjaan yang di luar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan
panas) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Tipe alat pengelasan : manual, automatic, dan semi automatic
Mesin las listrik :
a) Dilengkapi alat penurun tegangan otomatis
b) Harus menggunakan kabel dan pemegang elektroda yang berisolator sempurna
c) Pemegang elektroda (stang las) harus diletakkan pada tempat yang berisolator atau digantungkan
bila tidak digunakan
d) Grounding harus tersambung dengan dengan baik
e) Tersedia elektroda saat pengelasan
f) Dalam keadaan istirahat atau tidak mengelas, mesin las harus dimatikan
Tabung Oxy Acetelyne :
a) Selang dan sambungan dalam kondisi baik (tidak ada kebocoran dan penyambungan dengan
metode crimping)
b) Flashback Arrestor terpasang di torch (stang blender) dan regulator
c) Regulator dalam kondisi baik (tidak bocor, gauge berfungsi dengan baik)
2) Pengaturan dan pengawasan lingkungan
a) Ventilasi : Membuang debu asap dan gas sehingga udara di dalam ruang kerja tetap bersih
b) Terdapat Exhaust Fan
3) Pengelasan dekat bahan mudah terbakar/meledak :
a) Tangki harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar, dan cat yang mudah terbakar
b) Menggunakan gas detector
c) Lantai pengelasan bersih dari tumpahan bahan mudah terbakar
d) Melapisi lantai yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar dengan terpal tahan api atau
dengan bahan yang tidak mudah terbakar
e) Menutupi semua lubang di dinding dan lantai dengan fire stop material. Tutup semua akses pintu
untuk mencegah percikan api berpindah ketempat lain
f) Pindahkan semua cairan mudah terbakar dari area pengelasan, atau lindungi dengan welding
blanket, welding pads, dan welding curtain jika bahan cairan mudah terbakar tidak bisa
dipindahkan dari lokasi pengelasan
4) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran : posisi sistem proteksi kebakaran, baik sistem proteksi
aktif ataupun sistem proteksi pasif mudah terjangkau
5) Melakukan boxing (pembatasan) :
a) Radius 11 meter horizontal & radius 5 - 15 meter vertikal dari titik lokasi pengelasan
b) Jika bahan bakar tidak dapat dipindahkan, maka lindungi bahan bakar dengan cara menutupi
dengan welding pad/welding blanket atau membatasi penyebaran sumber panas agar tetap
dilokasi pengelasan dengan welding curtain
c) Welding pad : Tahan paparan panas (maksimal 500°F (260°C))
6) Alat Pelindung Diri:
Menggunakan APD yang tepat dan sesuai dengan jenis pekerjaan dan pastikan dalam keadaan baik
a) Hand Gloves/Sarung tangan kulit jenis 2 jari & 5 jari (apabila tangan berkeringat maka untuk
menghindari bahaya listrik bagian dalamnya harus dilapisi dengan sarung tangan katun)
b) Ear muff
c) Welding & Dust mask : Pelindung debu & pelindung racun
34
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN PANAS
(Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah meledak/terbakar atau pekerjaan
yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan panas)

12. BEKERJA DENGAN PANAS (Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah
meledak/terbakar atau pekerjaan yang di luar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan
panas) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - Lanjutan


d) Pelindung muka : Helmet pelindung muka (kedok las)
e) Ear plug
f) Safety shoes
g) Safety goggles
h) Apron
i) Full body suit
7) Bahan mudah terbakar/cairan mudah terbakar, meliputi:
a) Berada di dalam konstruksi bangunan berjarak kurang dari 11 meter dari titik kegiatan
b) Berjarak lebih dari 11 m (35 ft) dari titik kegiatan tetapi dapat terbakar dengan mudah oleh
percikan api
c) Lubang di dinding atau lubang di lantai di dalam radius 11 m (35 ft) yang menampakkan bahan
yang mudah terbakar di area sekitarnya, termasuk ruang tersembunyi di dinding atau lantai
d) Berlokasi dekat dengan sisi belakang dari partisi, dinding, langit - langit atau atap dan cenderung
mudah terbakar
8) Pengelasan/Pemotongan drum bekas bahan bakar :
a) Tutup drum dalam posisi terbuka
b) Drum bersih dari oil / fuel / grease ( bahan bakar )

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Surat ijin bekerja panas yangdisetuji oleh PM / DPM
3) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
4) Melakukan P2H mesin las/oxy acetilyne sebelum digunakan
5) Dilakukan pemeriksaan awal (Pre-check) lokasi pengelasan
6) Terdapat Isolation system (LOTO)
7) Melakukan monitoring suhu pada bahan mudah terbakar pada saat aktivitas pengelasan berlangsung
Stop pengelasan jika terdeteksi titik panas pada bahan
8) Melakukan pengukuran gas dengan menggunakan detektor gas
9) Terdapat kontrol Pengawas seperti :
a) Checklist Observasi
b) Checklist inspeksi
c) Laporan Pengawas

35
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2
crane, beban dimensi besar (misal ponton pompa)

13. LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2 crane,
beban dimensi besar (misal ponton pompa)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Operator alat angkat memiliki kompetensi sesuai dengan jenis alat angkat (Crane ; OHC ;
Forklift) yang ditandai dengan KIMPER / SIO
b) Memiliki Rigger yang sudah di sertifikasi
2) Pengawas ( GL ) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Telah mendapatkan pelatihan HRCP Lifting Process
3) Inspektur Alat Angkat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi untuk melakukan inspeksi peralatan Lifting
b) Memiliki surat penunjukan sebagai Inspektur Alat Angkat dari PM

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh
kontrol sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) GL bersama inspektur alat angkat melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device
dan APD sebelum pekerjaan di lakukan
3) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
4) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
5) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan pengangkatan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Mobile Crane
a) Tidak ada kebocoran oli / solar
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Hook & safety latch kondisi baik (hook tidak berubah bentuk & safety latch terpasang)
e) Wire rope & drum pulley kondisi baik (wire rope tidak ada yang putus, tertekuk dan tergulung
rapi di drum)
f) Anti two blocking berfungsi dengan baik (main hoist dan aux hoist akan berhenti pada jarak
tertentu saat diangkat full)
g) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (main hoist dan aux hoist akan berhenti pada jarak
tertentu saat diangkat full)
h) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik

36
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2
crane, beban dimensi besar (misal ponton pompa)

13. LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2 crane,
beban dimensi besar (misal ponton pompa) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


2) Crane Truck / Service Truck
a) Tidak ada kebocoran oli / solar
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Kondisi hook, safety latch & shackle baik (hook tidak berubah bentuk, safety latch terpasang
dan shackle standar terpasang)
e) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (tidak ada kebocoran pada out riger, pad terpasang, pin
terpasang)
f) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik
3) Forklift / Crane Basket
a) Tidak ada kebocoran oli
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi dengan baik)
e) Attachment (fork, basket, bucket, hook) kondisi baik (fork tidak bengkok, basket dilengkapi
pagar pengaman, hook tidak berubah bentuk)
f) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik
4) Supporting Load
a) Chain block & lever block kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi dengan baik)
b) Chain sling, webbing sling & wire sling kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi
dengan baik)
c) Shackle & eyebolt kondisi baik (Shackle tidak berubah bentuk dan eye bolt tidak bengkok)
d) Hook & safety latch kondisi baik (hook tidak berubah bentuk, safety latch terpasang dan
shackle standar terpasang)
5) Fasilitas Keselamatan
a) Menggunakan APD yang sesuai
b) Traffic cone dan safety line digunakan saat pengangkatan
c) Menggunakan tag line

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh Departemen Head user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Lifting Plan disusun oleh SH / DH user dan disetujui oleh PM / DPM
3) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
4) Dilakukan inspeksi 3 bulanan oleh Inspektur alat angkat
5) Dilakukan P2H unit alat angkat

37
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
MAINTENANCE CONVEYOR
(Install & Uninstall : Conveyor Belt, Head Drum Pulley, Crusher)

14. MAINTENANCE CONVEYOR


(Install & Uninstall : Conveyor Belt, Head Drum Pulley, Crusher)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi terhadap pekerjaan R&M conveyor
b) Telah mendapatkan pelatihan LOTO
2) Pengawas ( GL ) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau SKKP)
b) Memiliki kompetensi terhadap pekerjaan R&M conveyor

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum pekerjaan di
lakukan
3) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
4) SHE Dept melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
5) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan R&M Conveyor

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan kerja (hand tools & special tools) diinspeksi secara bulanan
2) Special tools : winch untuk memposisikan conveyor, chain block / lever block, splicing tools untuk
penyambungan conveyor, mobile crane untuk membantu pengangkatan conveyor
3) Tersedia walkway di sisi conveyor
4) Guarding pulley / V-Belt terpasang
5) Wire sling emergency stop terpasang dan berfungsi dengan baik

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk activity disusun oleh SH / DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
3) Dilakukan inspeksi peralatan secara bulanan
4) Melakukan isolasi energi (LOTO)

38
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN SISA ENERGI POTENSIAL (REMOVE INSTAL RECOIL SPRING ,
DIS-ASSEMBLY ACCUMULATOR, DIS-ASSEMBLY CHAMBER BRAKE, dll)

15. BEKERJA DENGAN SISA ENERGI POTENSIAL (REMOVE INSTAL RECOIL SPRING , DIS-
ASSEMBLY ACCUMULATOR, DIS-ASSEMBLY CHAMBER BRAKE, dll)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki Kompetensi sesuai Jenis aktifitasnya ( mendapatkan training sesuai jenis aktifitasnya)
b. Jumlah pekerja :
1. Chamber brake 1 orang
2. Accumulator 1 orang
3. Recoil spring 3 orang
c. Pekerja menggunakan APD (Sarung tangan katun, Ear Plug / Ear Muff/ Safety Glasses, Safety
Helmet, Safety Shoes) saat bekerja
2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b. Memiliki Kompetensi sesuai Jenis aktifitasnya ( mendapatkan training sesuai jenis aktifitasnya)

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
3) SHE Dept. melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
4) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan bekerja dengan sisa
energi potensial

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Area kerja :
khusus Recoil Spring
a. Lay out area kerja sesuai gambar berikut :

b. Terdapat demarkasi area 39


c. Dipasang rambu Peringatan ( dilarang orang melintas / masuk) SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN SISA ENERGI POTENSIAL (REMOVE INSTAL RECOIL SPRING ,
DIS-ASSEMBLY ACCUMULATOR, DIS-ASSEMBLY CHAMBER BRAKE, dll)

15. BEKERJA DENGAN SISA ENERGI POTENSIAL (REMOVE INSTAL RECOIL SPRING , DIS-
ASSEMBLY ACCUMULATOR, DIS-ASSEMBLY CHAMBER BRAKE, dll) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - Lanjutan


2) Penerangan min 200 lux (jika malam hari)
3) Peralatan Kerja dan alat bantu kerja :
Spesial tools :
chamber brake : tool press dan cage
recoil spring : stud dan cage
accumulator : pressure gauge, ragum, C Spanner
4) Terdapat Kamera / CCTV untuk observasi
5) Terdapat Ovh Board sebagai isolasi energi listrik

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Work permit yang disetujui oleh PM / DPM
3) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
4) Melakukan QA sesuai Chek list dan standar parameter
5) Menggunakan Shop manual selama bekerja

40
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
MOUNTING & DISMOUNTING TYRE
TYPE DISC WHEEL (unit HD785-7. HD465-7)
DAN TYPE RIM WHEEL (730E, HD 1500-5/7)

16. MOUNTING & DISMOUNTING TYRE

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki authority mengoperasikan Tyre Handler
b) Mendapatkan Training : Tyre Utilization
c) Pekerjaan dilakukan minimal minimal 3 orang : 1 operator tyre handler dan 2 orang tyreman
d) Pekerja menggunakan APD (Sarung tangan katun, Ear Plug / Ear Muff/ Safety Glasses, Safety
Helmet, Safety Shoes) saat bekerja
e) Jika dikerjakan di jalan aktif harus terdapat Traffic Man

2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:


a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Memiliki kompetensi basic tyreman

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) SHE Dept. melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
3) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan Mounting &
Dismounting Tyre

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan Kerja dan alat bantu kerja:
a) Tyre Handler :
- WA500 lebar attactment 3 mtr (untuk Disc Type Wheel)
- WA600 + attachment 5.5 mtr untuk 730E (untuk Rim Type Wheel)
- WA500 + attactment 4.5 mtr untuk HD1500-5/7 (untuk Rim Type Wheel)
b) Kompresor Kap. 10 s/d 12 Bar
c) Hydraulic Jack :
- Kapasitas minimal HD785 : 100 ton dan HD465 : 80 ton (untuk Disc Type Wheel)
- Kapasitas minimal 150 ton single action (untuk Rim Type Wheel)
d) Stand Jack, SWL Min. HD785: 100 ton, HD465: 80 ton dan HD1500-5/7 & 730E: 150 ton
e) Impact Hanger untuk Rim Type Wheel (optional)
f) Impact Wrench : Pneumatic, sq. Drive 1/2“ torsi max 650 Nm
g) Torque wrench (Pneumatic / electric / manual) torsi 500-2100 Nm
h) Socket Impact : Hexagon for heavy duty, ukuran 46 mm untuk HD785 dan HD465, ukuran 41
mm untuk 730E dan 50 mm untuk HD1500-5/7
i) Wheel Chock for heavy duty (2 piece)
j) Wedge Band Remover (local made) untuk 730E dan HD1500-5/7
k) Spacer Remover (local made) untuk 730E dan HD1500-5/7
41
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
MOUNTING & DISMOUNTING TYRE
TYPE DISC WHEEL (unit HD785-7. HD465-7)
DAN TYPE RIM WHEEL (730E, HD 1500-5/7)

16. MOUNTING & DISMOUNTING TYRE - LANJUTAN

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR (LANJUTAN)


d) Automatic Inflator include hose reel dan snap on chuck large bore
e) Hand Tool : Pry Bar, Core remover, Cap remover, Tread Depth OTR, Wire Brush, pressure
gauge OTR, open end wrench uk. 13, 17, 19, 24 dan 27 mm
f) Alat marking stud & Nut

2) Komponen Kerja : Roda sesuai standart PTMS no.TYR/10/015/STD, ukuran tyre dan rim pada unit
3) Material kerja : Anti Karat (WD40), anti seize, Penetran Oil, marker / cat semprot (putih)"
4) Dump Truck diparkir dengan benar dan aman pada tempatnya Posisikan lock out switch pada posisi
off dan pasang Lock Out dan Danger Tags
5) Pasang Wheel Chock pada bagian sisi ban yang tidak akan dibongkar
6) Penerangan/tower lamp dan lampu penerangan portable untuk mekanik (jika dikerjakan malam hari
di jalan aktif/di luar workshop, penerangan min 200 lux)
7) Tumpukan material di depan dan belakang unit (10 meter) dan traffic cone (25 meter), jika aktifitas
dilakukan di jalan aktif

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
3) Melakukan P2H tyre handler dan peralatan kerja lainnya sebelum digunakan
4) Mengisi Form Penggantian ban harian

42
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
ASSEMBLING & DISASSEMBLING BIG TYRE

17. ASSEMBLING & DISASSEMBLING TYRE

17.1 ASSEMBLING TYRE

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki authority mengoperasikan Tyre Handler
b) Minimal 2 orang : 1 operator tyre handler dan 1 orang tyre man
c) Pekerja menggunakan APD (Sarung tangan katun, Ear Plug / Ear Muff/ Safety Glasses, Safety
Helmet, Safety Shoes) saat bekerja
d) Pekerja sudah mendapatkan Training : Tyre Utilization
e) Untuk Pekerja baru sudah mendapatkan orientasi minimal 3x untuk aktivitas tersebut

2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:


a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Memiliki kompetensi basic tyreman

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
2) SHE Dept. melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
3) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan assembling big tyre

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan Kerja dan alat bantu kerja:
a) Tyre Handler :
- WA600 lebar attachment 5 mtr untuk 730E.
- WA500 lebar attactment 4.5 mtr s/d 2 mtr untuk HD1500, HD785, HD465, WA800,
WA600, WA500, GD24H, GD825, GD755, GD705
b) Terdapat Kompresor Kap. 10 s/d 12 Bar
c) Terdapat Automatic Inflator include hose reel dan snap on chuck large bore
d) Terdapat Stand Rim

e) Terdapat Soft Hammer kap. 5 kg


f) Terdapat Air grinding
43
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
ASSEMBLING & DISASSEMBLING BIG TYRE

17.1 ASSEMBLING TYRE - LANJUTAN

e) Terdapat Hand Tool : Pry Bar/tyre lever, Core remover, Cap remover, open end wrench uk. 13,
27 mm
f) Terdapat Hose deflator untuk pengurangan pressure tyre

2) Komponen Kerja : Tyre dan Rim sesuai spesifikasi standar PTMS no.TYR/10/015/STD, Ukuran Tyre
dan Rim Pada Unit, serta o-ring dan valve set
3) Material kerja : Mounting Paste, Tyre coolant
4) Bendera sebagai tanda saat ada crew tyre yang masuk ke dalam Rim / Tyre saat proses assembling
disassembling
5) Jarak aman saat pengisian angin : Untuk ukuran tyre di atas 14.00R25, batas aman saat proses
pengisian angin adalah 6 meter di posisi di belakang tread
6) Terdapat rambu dan demarkasi saat proses penambahan angin.

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
3) Melakukan P2H tyre handler dan peralatan kerja lainnya sebelum digunakan
4) Mengisi Form Assembling - Disassembling
5) Mengikuti Tahapan Pemompaan Tyre (mengikuti STD : TYR/10/001/STD)

Tyre assembly
Gambar Tahapan Pemompaan Tyre

Gambar jarak aman saat pengisian angin


44
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
ASSEMBLING & DISASSEMBLING BIG TYRE

17.2 DISASSEMBLING TYRE

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Memiliki authority mengoperasikan Tyre Handler
b) Minimal 2 orang : 1 operator tyre handler dan 1 orang tyre man
c) Pekerja menggunakan APD (Sarung tangan katun, Ear Plug / Ear Muff/ Safety Glasses, Safety
Helmet, Safety Shoes) saat bekerja
d) Pekerja sudah mendapatkan Training : Tyre Utilization
e) Untuk Pekerja baru sudah mendapatkan orientasi minimal 3x untuk aktivitas tersebut

2) Pengawas harus memenuhi syarat sebagai berikut:


a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau SKKP)
b) Memiliki kompetensi basic tyreman

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Sebelum aktifitas di laksanakan GL harus melakukan Pre inspeksi untuk memastikan seluruh kontrol
sudah terpenuhi dan di validasi oleh atasan
2) Pengawasan Melekat:
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
3) SHE Dept. melakukan verifikasi terhadap pemenuhan aspek people, supervisi, insfrastruktur dan
system 1x per hari
4) PM / DPM melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan mounting &
dismounting big tyre

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan Kerja dan alat bantu kerja:
a) Tyre Handler :
- WA600 lebar attachment 5 mtr untuk 730E.
- WA500 lebar attactment 4.5 mtr s/d 2 mtr untuk HD1500, HD785, HD465, WA800,
WA600, WA500, GD24H, GD825, GD755, GD705
b) Terdapat Bead breaker

c) Terdapat Stand Rim

45
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
ASSEMBLING & DISASSEMBLING BIG TYRE

17.2 DISASSEMBLING TYRE - LANJUTAN

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - Lanjutan


d) Hand Tool : Pry Bar/tyre lever, Core remover, Cap remover, open end wrench uk. 13, 27 mm

Gambar Pry Bar/tyre lever

2) Komponen Kerja : Roda sesuai spesifikasi standar PTMS no.TYR/10/015/STD, Ukuran Tyre dan
Rim Pada Unit
3) Material kerja : Anti Korosi
4) Bendera sebagai tanda saat ada crew tyre yang masuk ke dalam Rim / Tyre saat proses assembling
disassembling

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) Pengawas (minimal GL) membuat JSA dan di review oleh Section Head serta di setujui oleh Project
Manager. JSA yang telah dibuat disosialisasikan kepada seluruh karyawan yang terlibat sebelum
aktifitas dimulai
3) Melakukan P2H tyre handler dan peralatan kerja lainnya sebelum digunakan
4) Mengisi Form Assembling - disassembling

46
SKB No. JIEP/SHE/21/53/MM

Anda mungkin juga menyukai