Anda di halaman 1dari 20

SURAT KESEPAKATAN BERSAMA

No: 002/SKB/SAM/SHE/XI/2021

ANTARA SHE Dept, ENGINEERING Dept, OPERATION Dept, PLANT Dept, SM Dept, HRGA Dept,
TENTANG PENGELOLAAN & PENGENDALIAN RESIKO TINGGI
HAZARD CONTROL PROCEDUR (HCP)

Untuk memastikan bahwa pengelolaan dan pengendalian BAHAYA (Hazard) pada pekerjaan atau
aktifitas berisiko tinggi dilaksanakan serta dimonitoring secara efektif, dengan ini kami menetapkan
dan menyetujui kontrol-kontrol pengendalian Resiko Tinggi (High Risk) yang harus diimplementasikan
berdasarkan area kerja / aktifitasnya, namun tidak terbatas pada (terlampir):
1. Bekerja dengan listrik > 380 V (contoh: UPS 3 phase, PAC).
2. Bekerja di dekat Dinding Galian (High Wall, tebing/lereng rawan longsor (FK <1,3)
3. Bekerja di ruang terbatas (confined space entry) ) (contoh: instalasi kabel jaringan, fiber optic,
kabel UPS, pipa fire supression di plafon).
4. Bekerja dengan panas (pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah
meledak/terbakar atau pekerjaan yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan
panas, instalasi pipa fire supression dan pipa PAC).
5. Bekerja di dekat air (bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di
sump, instalasi perangkat wireless, sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area
setpond).
6. Bekerja di ketinggian > 5 meter (Pemasangan : Wirelless, Penyalur petir, Antena radio, dan
perbaikan atap).
7. Aktifitas Dumping (dumping ke air/lumpur, diketinggian > 5 m dan dumping material lumpur)
8. Aktifitas peledakan (sleep blast/sleep load, reblast misfire, blasting dekat alat < 300 meter, dekat
area rawan longsor, peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/active ground).
9. Land clearing (pemotongan pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land
clearing (dekat bangunan office, worskhop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan
original dan kemiringan > 45o).
10.Penggalian / gangguan tanah di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan
bangunan lainnya) yang terdapat instalasi fiber optic, jalur UPS, kabel grounding, air, listrik,
jaringan komunikasi dan gas.
11.(Lifting), beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m, menggunakan 2 crane, beban
dimensi besar (misal: ponton pompa, mobile tower, dan ponton pH meter))

Buhut Jaya, 1 November 2021


Menyetujui,

Benny Susanto Marlin Sitinjak Yuni Istiono Deddy Sepriadi Asep Idris
GM Operational Project manager Deputy PM Produksi DH. Operation TD

Ade Irawan Eliyas Imanto Eko Hariadi Didik Waluyo Cahyo Dwi S.
Engineering DH. HRGA DH. SHE DH. Plant DH. SM DH.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
1 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
I. BEKERJA DENGAN LISTRIK (ELECTRICAL WORK > 380 V)
Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Keselamatan Kelistrikan telah
diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-001, mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

A. ASPEK MANUSIA;
1. Pengawas (GL) :
a) Kompeten dan telah lulus pelatihan AK3 Listrik
b) Memiliki kewenangan (authority) bekerja dengan listrik
2. Teknisi/Instrumen/Mekanik
a) Kompeten dan telah lulus pelatihan teknisi K3 listrik
b) Memiliki kewenangan (authority) bekerja dengan listrik
3. Orang yang mengoperasikan peralatan listrik telah mendapatkan pelatihan power tools dan
memiliki authority power tools
B. ASPEK SUPERVISI;
1. GL/Pengawas membuat JSA dan melakukan sosialisasi kepada semua orang yang terlibat
2. Orang yang bekerja dengan listrik harus menggunakan APD khusus untuk penanganan listrik
(misalnya kacamata, sarung tangan khusus listrik, sepatu khusus)
3. Pengawasan melekat oleh pengawas/GL setiap saat sampai pekerjaan selesai
C. ASPEK INFRASTRUKTUR;
1. Akses / jalan masuk yang tidak berkepentingan pada semua Instalasi Listrik harus dilarang
(terdapat rambu, simbol listrik, dll)
2. Terdapat emergency stop dalam keadaan darurat
3. LOTO (Logout and Tagout)
4. Tangga khusus non-konduksi harus digunakan (fiberglass / kayu)
5. Terdapat sistem ELCB dan berfungsi dengan baik
6. Alat deteksi arus listrik
D. ASPEK SYSTEM;
1. Melakukan isolasi energi (LOTO) dan memasang tag sebelum bekerja:
a) Pemasangan dan pelepasan LOTO menggunakan 12 langkah isolasi.
b) Jika lebih dari 2 atau lebih karyawan bekerja, maka harus memiliki alat Lock Out dan
Label Tanda Bahaya masing – masing .
c) Hanya orang yang namanya tercantum di Tag yang boleh melepaskan alat Lock Out
setelah menyelesaikan pekerjaannya.
d) Tidak seorangpun yang boleh mengoperasikan, memindah atau menggunakan unit,
bangunan atau benda yang mempunyai alat Lock Out.
e) Dalam keadaan darurat, Atasan langsung orang yang namanya tertera pada Lock Out &
Tag Out yang boleh melepaskannya (setelah menghubungi pemiliknya dan setelah ia
memastikan bahwa situasinya cukup aman)
2. Harus memiliki surat izin bekerja dengan listrik ≥ 380 V (hanya berlaku 1 shift)
3. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
4. Form Inspeksi Peralatan Listrik
5. Form P2H Peralatan Listrik
6. Pengendalian Dokumen dan rekaman

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
2 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
II. BEKERJA DEKAT DINDING GALIAN (HIGH WALL),
TEBING RAWAN LONGSOR:
Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Bekerja Dekat Dinding Galian
telah diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-002, mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

A. ASPEK MANUSIA
1. Pekerja :
a) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang dasar bekerja di dekat lereng / tebing
(Prosedur izin kerja aman didekat lereng / tebing, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan
untuk bekerja, di dekat lereng / tebing).
b) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH.
c) Menandatangani sosialisasi JSA bekerja di dekat lereng / tebing.
d) Personil yang terlibat dalam pekerjaan di lapangan (di lokasi kerja) namun tidak terbatas
pada, antara lain: Operator A2B, Driver DT, Operator Grader, Operator Dozer, Tim
Survey, Tim Geotech, dan Driver Sarana (Light Vehicle dan Light Truck) harus setidaknya
memiliki Mine permit dan kompeten di bidangnya (memiliki pengetahuan dan
ketrampilan khusus diluar profesi dan jabatannya) dan wajib memahami prosedur kerja
di area tersebut.
e) Khusus untuk operator unit angkut (Hauler) dengan masa kerja kurang dari 1 tahun,
diperkenankan bekerja di area tersebut dengan catatan sudah mengikuti training area
kritis dan orientasi bekerja di area kritis dengan pengawasan khusus oleh Group Leader.
f) Memiliki work permit jika bekerja di dekat lereng/tebing yang telah disetujui DH user,
PM / DPM dan diketahui oleh SHE DH
2. Pengawas ( GL )
1. Memiliki kompetensi pengawas Operasional (POP atau Pra POP)
2. Telah mendapatkan pelatihan dasar bekerja di dekat lereng/ tebing ( Prosedur izin kerja
aman didekat lereng/ tebing, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja
didekat lereng/ tebing, pengendalian keadaan darurat dari dekat lereng/ tebing ) dari
pihak ke tiga atau internal SHE Dept
B. ASPEK SUPERVISI
1. Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan dilakukan dan setelah pekerjaan dilakukan.
b) GL melakukan full observasi Untuk pekerjaan di dekat lereng/ tebing yang terpantau
melalui alat pemantau lereng yang ditetapkan seperti SSR (Slope Stability Radar), RTS
(Robotic Total Station), Prisma ataupun alat pemantau lereng yang standar,
pengawasan dilakukan sebagai berikut :
• SH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
• DH melakukan overinspeksi & observasi minimal 1 kali per hari
• PM/DPM melakukan oversinspeksi & observasi 2 hari sekali (random)
2. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari.
3. PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian
bekerja di dekat lereng/ tebing setiap hari.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
3 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Safety device & APD
a) APD (Helm, sepatu pelindung, sarung tangan, rompi reflektif dan safety harness) harus
diperiksa dan dipastikan baik.
b) APD khusus untuk orang yang bekerja di deket lereng/ tebing adalah lifelines (sabuk/
tali keselamatan). Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah:
 Tidak mengganggu aktivitas pemakai tapi mampu untuk menahan dan menyerap
goncangan yang kuat.
 Jika memakai lifelines secara horizontal harus digunakan sejalan dengan lanyard (tali
penyandang) dan ditanam pada 2 titik yang mampu menahan bobot mati
maksimum.
 Lanyard yang baik adalah yang terbuat dari nylon/ polister, yang berdiameter 19 mm
/ lebih.
2. Tersedia Fasilitas Keadaan Darurat di Pos ERT , antara lain:
a) Stretcher / tandu lipat : alat transportasi korban dari dekat lereng/ tebing/sebaliknya.
b) Scop Stretcher : alat untuk memindahkan korban.
c) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung.
d) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban.
e) Immobilation : Berguna menstabilkan kepala korban.
f) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban) : Penanganan trauma sementara
korban kecelakaan.
g) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan.
h) Barricading tape/safety line : tanda garis pembatas.
i) Traffic cone : tanda pembatas kendaraan.
j) Rescue car/ambulance
D. ASPEK SYSTEM
1. High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM.
2. PKH dari Dept Head User.
3. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL).
4. Work permit untuk pekerjaan di dekat lereng/ tebing > 5 meter rawan longsor yang disetujui
oleh PM / DPM.
5. Terdapat Escape Plan dan dilakukan drill.
6. Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di dekat lereng/tebing antara
lain dengan ketentuan sbb:
a) Status AMAN : : Jika pergerakan dari longsoran 0 - 2 mm/hari dimonitor 1x /bulan;
2 - 5 mm/hari dimonitor setiap minggu; 5 - 10 mm/hari dimonitor setiap 2 hari;
10 - 50 mm/hari dimonitor setiap hari. Status masih dikategorikan boleh bekerja
dibawah pengawasan oleh Group Leader Produksi.
b) Status HATI HATI dan WASPADA : Jika pergerakan dari longsoran > 50 mm/hari harus
dipantau terus menerus, status sudah dikategorikan awas dan Grup Leader Produksi
harus melakukan pengawasan ekstra dan memantau terus pergerakan longsoran,
melaporkan ke supervisor dan tim tanggap darurat yang bertugas.
c) Status EVAKUASI : Jika pergerakan dari longsoran lebih dari 50 mm/10 jam, 5 mm/jam,
4 mm/ 30 menit, dan 3 mm/ 15 menit maka status di NYATAKAN TIDAK AMAN, sirine
akan berbunyi dan harus segera evakuasi keluar dari area tersebut dibawah komando
Group Leader Produksi yang bertanggung jawab langsung dan Tim Emergency Response
yang bertugas di lokasi.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
4 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
III. BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINE SPACE)
Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Bekerja di Ruang Terbatas
telah diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-003, mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

A. ASPEK MANUSIA
1. Pekerja:
a) Sehat (Sesuai parameter MCU dari perusahaan) diantaranya tidak : menderita sakit ayan
atau epilepsi, penyakit jantung atau gangguan jantung, asma, bronchitis atau sesak napas
apabila kelelahan, gangguan pendengaran, sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo
yang dapat menyebabkan disorientasi, klaustropobia, atau gangguan mental lainnya,
gangguan atau sakit tulang belakang, gangguan penglihatan permanen, penyakit lainnya
yang dapat membahayakan keselamatan selama bekerja di ruang terbatas.
b) Mendapatkan pelatihan kompetensi bekerja di ruang terbatas atau sudah memiliki
kompetensi Teknisi K3 Ruang Terbatas.
c) Didampingi atau diawasi melekat dari orang yang sudah mendapatkan sertifikasi
kompetensi Petugas K3 Madya Ruang Terbatas/Ahli Muda Ruang Terbatas.
d) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan.
e) Memahami langkah kerja aman sesuai JSA bekerja di ruang terbatas.
f) Memiliki work permit Ruang Terbatas yang telah disetujui DH user, PM / DPM dan
diketahui oleh SHE DH.
2. Pengawas ( GL ) :
a) Sehat (Sesuai parameter MCU dari perusahaan).
b) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP).
c) Telah mendapatkan pelatihan kompetensi Petugas K3 Madya Ruang Terbatas/ Ahli Muda
Ruang Terbatas, telah mendapatkan authority sebagai LOTO Controller, telah
mendapatkan pelatihan pengendalian keadaan darurat di ruang terbatas dari pihak ke
tiga atau internal SHE Departemen.
B. ASPEK SUPERVISI
1. GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan dilakukan dan setelah pekerjaan dilakukan.
2. GL dan SH secara bergantian melakukan full observasi dan memeriksa hasil pengukuran
kontinyu dari gas detektor dan sistem ventilasi.
3. DH & SHE Leader/Coordinator melakukan overinspeksi & observasi minimal 1x
4. SHE Dept Head akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x
5. PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian
bekerja ruang terbatas.
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. APD & safety device: SCBA, Gas Detektor yang masih terkalibrasi, life line, Full Body Harness,
Safety helmet, shoes dan hand glove, PASS bila ruang terbatas yang dalam dan melorong.
2. Ventilasi dilusi : exhause system berikut flexible ducting dan bukaan lubang.
3. Akses masuk ke ruang terbatas : tangga, tripod berikut retrival block, lampu penerangan.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
5 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
4. Fasilitas Keadaan Darurat:
a) SCBA (Self Containment Breathing Apparatus) cadangan minimal 2 set
b) Stretcher / tandu lipat : alat transportasi korban dari ketinggian/sebaliknya
c) Scop Stretcher : alat untuk memindahkan korban
d) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
e) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
f) Immobilation : berguna menstabilkan kepala korban
g) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban) : Penanganan trauma sementara
korban kecelakaan
h) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan
D. ASPEK SYSTEM
1. High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2. PKH dari Dept Head User
3. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL) dan telah direview oleh SH, DH, SHE SH/DH
dan PM/DPM
4. Work permit untuk pekerjaan ruang terbatas proses persetujuannya oleh PM / DPM
5. Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di ruang terbatas setelah
pekerjaan diselesaikan dan dilaporkan ke PM/DPM

IV. BEKERJA DENGAN PANAS (HOT WORK)


Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Bekerja Dengan Panas telah
diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-004, mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah meledak/terbakar atau pekerjaan yang
di luar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan panas.
A. ASPEK MANUSIA
1. Pekerja (Welder): Memiliki sertifikasi kompetensi pengelas yang diakui oleh LSP (sesuai
persyaratan) keahlian, memahami prinsip dasar pencegahan kebakaran, pemahaman
terhadap bahan mudah menyala dan meledak (mengacu pada NFPA (National Fire
Protection Asosiation), dan telah mendapat pelatihan penanggulangan kebakaran.
2. Pengawas (GL): Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP),
memahami prinsip dasar pencegahan kebakaran, pemahaman terhadap bahan mudah
menyala dan meledak (mengacu pada NFPA (National Fire Protection Asosiation), dan telah
mendapat pelatihan penanggulangan kebakaran
B. ASPEK SUPERVISI
1. Pengawas menunjuk seorang sebagai fire watch atau pemantau api yang bertugas
mengawasi pekerjaan pengelasan dengan cara:
a) Melakukan metode cold work (pembasahan permukaan bahan bakar dengan
semprotan air selama pekerjaan berlangsung dan pada periode 30 - 60 menit setelah
pekerjaan selesai dilakukan.
b) Memastikan sumber panas dibatasi di area pengelasan.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
6 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
c) Bertanggung jawab untuk menghentikan pengelasan ketika kondisi tidak aman, apabila
area pengelasan tidak dapat terlihat dari satu titik, maka pengawas menambah petugas
fire watch, setelah periode pengamatan selama 1 jam, area kerja pengelasan dipantau
secara berkala selama 3 jam.
2. Membuat dan mengobservasi JSA (Job Safety Analysis)
3. Sosialisasi standar prosedur kerja terkait :
a) Penggunaan APD
b) Fasilitas proteksi kebakaran
c) P2H alat las
d) Cara untuk memeriksa kandungan hidrokarbon atau gas lain yang mudah terbakar (Gas
Detector)
4. Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi per 30 menit sekali
b) SH melakukan over inspeksi 1 jam sekali
c) DH melakukan over inspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Tipe alat pengelasan : manual, automatic, dan semi automatic Mesin las listrik :
a) Dilengkapi alat penurun tegangan otomatis
b) Harus menggunakan kabel dan pemegang elektroda yang berisolator sempurna
c) Pemegang elektroda (stang las) harus diletakkan pada tempat yang berisolator atau
digantungkan bila tidak digunakan
d) Grounding harus tersambung dengan dengan baik
e) Tersedia elektroda saat pengelasan
2. Dalam keadaan istirahat atau tidak mengelas, mesin las harus dimatikan Tabung Oxy
Acetelyne :
a) Selang dan sambungan dalam kondisi baik (tidak ada kebocoran dan penyambungan
dengan metode crimping)
b) Flashback Arrestor terpasang di torch (stang blender) dan regulator
c) Regulator dalam kondisi baik (tidak bocor, gauge berfungsi dengan baik)
3. Pengaturan dan pengawasan lingkungan
a) Ventilasi : Membuang debu asap dan gas sehingga udara di dalam ruang kerja tetap
bersih
b) Exhaust Fan
4. Pengelasan dekat bahan mudah terbakar/meledak :
a) Tangki harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar, dan cat yang mudah
terbakar
b) Menggunakan gas detector
c) Lantai pengelasan bersih dari tumpahan bahan mudah terbakar
d) Melapisi lantai yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar dengan terpal tahan api
atau dengan bahan yang tidak mudah terbakar
e) Menutupi semua lubang di dinding dan lantai dengan fire stop material. Tutup semua
akses pintu untuk mencegah percikan api berpindah ketempat lain
f) Pindahkan semua cairan mudah terbakar dari area pengelasan, atau lindungi dengan
welding blanket, welding pads, dan welding curtain jika bahan cairan mudah terbakar
tidak bisa dipindahkan dari lokasi pengelasan
5. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran : posisi sistem proteksi kebakaran, baik sistem
proteksi aktif ataupun sistem proteksi pasif mudah terjangkau
6. Melakukan boxing (pembatasan) :
a) Radius 11 meter horizontal & radius 5 - 15 meter vertikal dari titik lokasi pengelasan
b) Jika bahan bakar tidak dapat dipindahkan, maka lindungi bahan bakar dengan cara
menutupi dengan welding pad/welding blanket atau membatasi penyebaran sumber
panas agar tetap dilokasi pengelasan dengan welding curtain
c) Welding pad : Tahan paparan panas (maksimal 500°F (260°C)

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
7 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
7. Alat Pelindung Diri: Menggunakan APD yang tepat dan sesuai dengan jenis pekerjaan dan
pastikan dalam keadaan baik
a) Hand Gloves/Sarung tangan kulit jenis 2 jari & 5 jari (apabila tangan berkeringat maka
untuk menghindari bahaya listrik bagian dalamnya harus dilapisi dengan sarung tangan
katun)
b) Ear muff
c) Welding & Dust mask : Pelindung debu & pelindung racun
d) Pelindung muka : Helmet pelindung muka (kedok las)
e) Ear plug
f) Safety shoes
g) Safety goggles
h) Apron
i) Full body suit
8. Bahan mudah terbakar/cairan mudah terbakar, meliputi:
a) Berada di dalam konstruksi bangunan berjarak kurang dari 11 meter dari titik kegiatan
b) Berjarak lebih dari 11 m (35 ft) dari titik kegiatan tetapi dapat terbakar dengan mudah
oleh percikan api
c) Lubang di dinding atau lubang di lantai di dalam radius 11 m (35 ft) yang menampakkan
bahan yang mudah terbakar di area sekitarnya, termasuk ruang tersembunyi di dinding
atau lantai
d) Berlokasi dekat dengan sisi belakang dari partisi, dinding, langit - langit atau atap dan
cenderung mudah terbakar
9. Pengelasan/Pemotongan drum bekas bahan bakar :
a) Tutup drum dalam posisi terbuka
b) Drum bersih dari oil / fuel / grease ( bahan bakar )
D. ASPEK SYSTEM
1. P2H mesin las/oxy acetilyne
2. Pemeriksaan awal (Pre-check) lokasi pengelasan
3. Surat ijin bekerja panas dari PM / DPM
4. JSA (Job Safety Ananlysis)
5. LOTO (Isolation system)
6. Melakukan monitoring suhu pada bahan mudah terbakar pada saat aktivitas pengelasan
berlangsung. Stop pengelasan jika terdeteksi titik panas pada bahan
7. Melakukan pengukuran gas dengan menggunakan detektor gas
8. Kontrol Pengawas :
a) Checklist Observasi
b) Checklist inspeksi
c) Laporan Pengawas

V. BEKERJA DI DEKAT AIR (NEAR WATER)


Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Bekerja Dekat Perairan telah
diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-005, mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
8 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran Debit di Sump
A. ASPEK MANUSIA
1. Pekerja :
a) Memiliki authority bekerja di dekat air
b) Pekerjaan dilakukan minimal oleh dua orang
c) Pekerja menggunakan pelampung saat bekerja
d) Menggunakan penutup telinga earplug/earmuff saat bekerja di pompa yang aktif
e) Membawa radio komunikasi
f) Senter / penerangan portable untuk bekerja saat malam hari
2. Setiap orang yang akan memasuki area sump wajib lapor ke PIC area sump dan
memperhatikan kondisi lereng di sekitar area sump
B. ASPEK SUPERVISI
1. GL melakukan full observasi saat pekerjaan dilakukan
2. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3. PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian
bekerja setiap hari
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Akses menuju sump harus keras, dilengkapi dengan tangga < 45° (akses jalan menuju ke
tangga sump hanya diperuntukkan untuk orang / pejalan kaki )
2. Akses ke walkway menggunakan tangga. Untuk sump V-Cut menggunakan tangga portable

3. Sarana penyeberangan ke pompa menggunakan walkway dengan dimensi lebar minimal


1,5 meter:
a) Walkway dipasang railing (untuk segmen walkway dengan panjang 2 m maka dipasang
railing per 1 m dan untuk panjang walkway > 2 m maka dipasang railing per 1,5 m)
b) Pemasangan fender untuk mengunci railing dan sebagai pelindung sisi samping kanan
dan kiri walkway dari benturan
4. Terdapat ring buoy dengan penempatan sebagai berikut:
a) Darat : ring buoy dengan tali 30 m (1 pcs) yang dipasangdi tangga
b) Walkway kubus apung : ring buoy dengan tali 30 m ( bila jarak ≤ 30 m maka 1 pcs namun
bila jarak > 30 m maka menyesuaikan kelipatan 30 m)

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
9 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
c) Pompa : ringboy dengan tali 30 m (1 pcs)

5. Tali polypropilene diameter 1,5” (Minimum Breaking Load (MBL) : 18,7 ton) dari darat ke
pompa untuk menambat pompa agar tidak bergerak dan digunakan pada saat akan
menarik pompa dari sump ke darat
6. Kelengkapan rambu di sump meliputi:
a) Rambu wajib pelampung & izin bekerja diatas air
b) Rambu PIC area sump & monitoring elevasi sump
7. Penerangan :
a) Penerangan di area akses sump min 20 lux sehingga crew aman pada saat naik turun
tangga menuju sarana penyeberangan di malam hari (reff: SSMS-SHE-SOP-SOP-009)
tentang Monitoring dan Pengukuran Lingkungan.
b) Towerlamp dilengkapi dengan APAR
c) Lokasi penempatan towerlamp memudahkan dalam melakukan refueling
8. Pipa discharge HDPE yang membentang di atas air wajib dipasang pelampung pipa (ducting
pipe) dengan jarak pemasangan per 15 m dihitung dari sisi pipa ujung dekat pompa
(discharge)

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
10 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
9. Penempatan pompa air di atas ponton:

D. ASPEK SYSTEM
1. Surat izin bekerja di dekat air
2. Di setiap aktivitas pemasangan pipa, harus ada JSA dan disosialisasikan keseluruh karyawan
yang terlibat
3. Instalasi pipa harus memperhatikan kelurusan, untuk belokan horisontal ≤ 160º maksimal
3 titik
4. Penyambungan pipa dalam satu line dibagi dalam beberapa section, setiap section terdiri
dari beberapa batang pipa. Penyambungan antar batang pipa menggunakan Butt Welding
Machine / las HDPE. Penyambungan antar section menggunakan bolt joint flange
5. Bila pengukuran debit dengan flow bar maka :
a) Ujung pipa harus datar dan tidak menggunakan flange (polos)
b) Dipasang pengaman pagar dan lantai kerja yang berada di atas pipa outlet dan lantai
ujung pipa untuk pengukuran debit: ujung pipa datar
c) Ujung pipa polos tidak pakai flange
d) Ujung pipa tidak boleh terendam air (terdapat jarak antara permukaan air dan ujung
pipa)

VI. BEKERJA DI KETINGGIAN (WORK AT HIGH)


Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Bekerja Di Ketinggian telah
diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-006, mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
11 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
A. ASPEK MANUSIA
1. Pekerja :
a) Mendapatkan induksi dari SHE Departemen tentang dasar bekerja di ketinggian
( Prosedur izin kerja aman diketinggian, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk
bekerja, di ketinggian, Keselamatan untuk penggunaan scaffolding, elevated work
platform dan tangga )
b) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH
c) Menandatangani sosialisasi JSA bekerja di ketinggian
d) Memiliki work permit bekerja di ketinggian lebih dari 5 meter yang telah disetujui DH
user, PM / DPM dan diketahui oleh SHE DH
2. Pengawas ( GL ) :
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP) telah mendapatkan
pelatihan dasar bekerja di ketinggian ( Prosedur izin kerja aman di ketinggian, Inspeksi
dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja, di ketinggian, Keselamatan untuk
penggunaan scaffolding, elevated work platform dan tangga, pengendalian kedaan
keadaan darurat dari ketinggian ) dari pihak ke tiga atau internal SHE Dept
B. ASPEK SUPERVISI
1. Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan di lakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
b) GL melakukan full observasi Jika pekerjaan dilakukan oleh Subkon maka pengawasan
dapat dilakukan oleh Pengawas PTSAM atau Pengawas Subkon yang kompeten atas
sepengetahuan Pengawas PTSAM. Pengawas PTSAM wajib memastikan kontrol aktifitas
High Risk terpenuhi sebelum aktifitas dilaksanakan dan melakukan random pengecekan
Pengawasan oleh Pengawas Subkon
c) Untuk pekerjaan di ketinggian yang memerlukan work permit, pengawasan di lengkapi
sebagai berikut :
✓ SH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
✓ DH melakukan overinspeksi & observasi minimal 1 kali per hari
✓ PM/DPM melakukan oversinspeksi & observasi 2 hari sekali (random)
2. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3. PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian
bekerja di ketinggian setiap hari
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Tangga kerja portable :
a) Dilengkapi dengan alat ‘anti slip’ (kaki karet) pada semua kaki
b) Tidak diikat bersama untuk mencoba meman-jangkan tangga tersebut
c) Tidak ditempatkan pada kaca atau material lain yang tidak sanggup menahan bebannya
d) Tidak ditinggalkan di tempat dimana mudah jatuh
e) Tidak ditempatkan di jalan pintu, kecuali pintu tersebut telah dikunci
f) Tidak digunakan pada posisi horisontal sebagai landasan, atau perancah selalu dipegang
oleh orang kedua di bawah
2. Perancah :
a) Semua perancah harus diberi tanda / label dengan sistem pelabelan yang permanen
b) Perancah harus dinomori sesuai sistem penomoran aset yang standar
c) Semua perancah harus dilengkapi dengan tanda ‘Kartu Inspeksi Peralatan’ standar
d) Perancah harus dijaga bersih dan bebas dari minyak (tidak licin). Rangka dan papan dek
dari perancah tidak boleh dicat sama sekali (cat menutupi keretakan atau cacat yang
nampak bila perancah tidak dicat)
e) Semua perkakas yang digunakan di perancah harus dilengkapi dengan (tali pergelangan
tangan)
f) Semua perkakas dan material yang digunakan di tempat dengan ketinggian harus
dibawa menggunakan ‘kantung pinggang’ atau ‘kantung alat’

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
12 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
g) Orang yang memanjat tangga akses perancah harus menggunakan kedua tangan saat
memanjat
h) Perkakas atau Material yang terlalu besar untuk dimasukkan dalam ‘kantung pinggang’
harus dikerek ke atas platform kerja dengan ‘keranjang’ dan ‘tali kerek’
3. Safety device & APD :
a) APD (Helm, sepatu pelindung, sarung tangan, rompi reflektif dan safety harness) harus
diperiksa dan dipastikan baik
b) APD khusus untuk orang yang bekerja di ketinggian adalah lifelines (sabuk/ tali
keselamatan) Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah :
✓ Tidak mengganggu aktivitas pemakai tapi mampu untuk menahan dan menyerap
goncangan yang kuat
✓ Menggunakan double lanyard
✓ Jika memakai lifelines secara horizontal harus digunakan sejalan dengan lanyard (tali
penyandang) dan ditanam pada 2 titik yang mampu menahan bobot mati maksimum
✓ Lanyard yang baik adalah yang terbuat dari nylon/ polister, yang berdiameter 19 mm
/ lebih
4. Tersedia Fasilitas Keadaan Darurat di Pos ERT , antara lain:
a) Stretcher/tandu lipat : alat transportasi korban dari ketinggian/sebaliknya
b) Scop Stretcher : alat untuk Memindahkan korban
c) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
d) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
e) Immobilation : Berguna Menstabilkan kepala korban
f) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban): Penanganan trauma sementara
korban kecelakaan
g) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan
h) Barricading tape/safety line : tanda garis pembatas
i) Traffic cone : tanda pembatas kendaraan
D. ASPEK SYSTEM
1. High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2. PKH dari Dept Head User
3. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
4. Work permit untuk pekerjaan di ketinggian > 5 meter yang setujui oleh PM / DPM
5. Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di ketinggian setiap hari

VII. AKTIFITAS DUMPING DISPOSAL


Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang DUMPING KE AIR/LUMPUR,
DIKETINGGIAN > 5 m dan DUMPING MATERIAL LUMPUR telah diatur dalam dokumen
SSMS-SHE-HCP-007, mencakup batasan penetapan konteks dalam managemen resiko yang
mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam aktifitas pekerjaan
dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai potensi Fatal atau
kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
13 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
A. ASPEK MANUSIA
1. Operator : minimal 1 tahun / lulus dari probation, - Authority bekerja di high risk -
menandatangani sosialisasi JSA
2. Pengawas (GL) harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau Pra POP) dan
telah mendapatkan pelatihan khusus dumping high risk.
B. ASPEK SUPERVISI
1. Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan over inspection 3 jam sekali
c) DH melakukan over inspection 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspection 1 hari sekali
2. Engineering Dept wajib melakukan monitoring keretakan/kelurusan crest dan kesesuaian
aktual terhadap desain disposal high risk minimal 1 x per shift dengan metode yang telah
ditetapkan dalam standard seperti menggunakan drone, dll
3. Pemantauan Stage Plan / WO oleh ENG / Mineplan 1x pershift
4. Pemantauan kestabilan lereng oleh ENG 1 x pershift
5. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Pondok GL/pos pengawas: dilengkapi : (pelampung/life vest, lifebuoy/ring buoy dan tali 30
m, lampu senter, sling, sarung tangan, radio komunikasi, binocular with night vision, laser
distance meter (alat pengukur jarak dengan laser), MPKD (Manual Prosedur Keadaan
Darurat)
2. Penerangan minimal 20 lux untuk di malam hari
3. Rambu peringatan area berbahaya / High Risk
4. Dumping limiter 5) Bundwall isolasi / windrow
5. Area Parkir LV
6. Ringbuoy pada Dozer (khusus dumping ke air/lumpur/dumping lumpur)
7. Buggy whip untuk Dozer
8. Windrow untuk dumping ke air/lumpur, dumping material lumpur, dumping di ketinggian
> 5 m 10) Daya dukung tanah area disposal min. CBR 36% khusus untuk disposal dumping
lumpur dengan fasilitas yang telah dikonstruksi dengan baik (well constructed), contoh:
dumping dengan fasilitas mud pocket, mud boom.
D. ASPEK SYSTEM
1. Stage Plan / WO yang dibuat oleh ENG / Mine Plan
2. PKH yang dibuat oleh Dept. Head Produksi
3. Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
4. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL) yang sudah di review oleh section head
5. Log Book
6. Form inspeksi Disposal High Risk

VIII. AKTIFITAS PELEDAKAN (BLASTING)


Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang (sleep blast/sleep load,
reblast misfire, blasting dekat alat < 300 meter, dekat area rawan longsor, peledakan di area
terdapat gas metan / batuan panas / active ground) telah diatur dalam dokumen
SSMS-SHE-SOP-026 perihal Pengelolaan Bahan Peledak dan Peledakan, dan SAM-ENG-SOP-013
perihal Pelaksanaan dan pengamanan peledakan mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
14 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

A. ASPEK MANUSIA
1. Driver MMU, driver sarana blasting (Box Explosive) : WAJIB memliki kompetensi KPP
Madya
2. Pekerja peledakan / crew blasting: WAJIB memiliki KPP Madya
3. Pekerja peledakan menandatangani sosialisasi JSA
4. Road Blocker / Blast Sentry / blast guard: memiliki level sebagai pengawas dan atau KPP
Pertama, memahami blast map dan legendanya (area peledakan, road, dll)
5. Koordinator peledakan: tidak menjadi road blocker (blast sentry), merupakan GL blasting
atau drilling blasting Section Head, memiliki Kartu Izin Meledakan (KIM) yang masih berlaku
6. Pengawas (GL): GL harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau Pra POP),
memiliki sertifikat kompetensi Juru Ledak Kelas 2, memiliki Kartu Izin Meledakan (KIM)
yang masih berlaku.
B. ASPEK SUPERVISI
1. Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan oversinspeksi secara random
2. Pemantauan dengan drone / teropong untuk pengecekan pasca peledakan
3. Pemantauan WO oleh ENG / Mineplan 1x per hari
4. Pemantauan kestabilan lereng oleh ENG 1 x per hari
5. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Lokasi area blasting: lebar jalan 6 - 7 meter (3,5 x lebar truck yang masuk area peledakan)
dan dilengkapi rambu, kemiringan lokasi tidak lebih dari 8% (min nilai DPI = 5) , area rata,
wajib diisolasi dengan tanggul sekeliling dengan tinggi minimal 1/3 tinggi tyre hauler
terbesar, dan ditandai dengan pita safety line merah putih, jika bersinggungan dengan jalan
aktif hauling maka tanggul pengaman dibuat setinggi ¾ tinggi tyre hauler terbesar, jika
lokasi peledakan bersinggungan dengan aktivitas loading maka jarak terluar minimal
5x burden. Jarak minimal diizinkan antara proses tie up dan proses charging adalah 30m.
2. Bendera sebagai penanda jarak evakuasi peledakan dengan manusia 500 meter dan untuk
jarak alat 300 meter (kecuali ada kajian yang telah disetujui oleh KTT).
3. Tersedia tempat penyimpanan ID card di pintu masuk area peledakan.
4. Tersedia area parkir untuk sarana support drilling & blasting
5. Binocular (teropong) atau drone
6. Papan jadwal peledakan
7. Sirine peledakan
8. Radio komunikasi peledakan
D. ASPEK SYSTEM
1. Blast design dari ENG
2. Peta Peledakan
3. PKH yang dibuat oleh Dept. Head Produksi
4. Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
5. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
15 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
IX. AKTIFITAS PEMBUKAAN LAHAN (LAND CLEARING)
Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Land clearing (pemotongan
pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land clearing (dekat bangunan office,
worskhop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan original dan kemiringan > 45o), telah
diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-009 perihal Penebangan pohon menggunakan Chain Saw,
dan SAM-ENG-SOP-012 perihal Pekerjaan Land Clearing mencakup batasan penetapan konteks
dalam managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan
dalam aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan
mempunyai potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

A. ASPEK MANUSIA
1. Operator Dozer atau Excavator pekerjaan Land Clearing:
a) Kimper khusus mengoperasikan dozer atau excavator untuk pekerjaan land clearing
b) Pengalaman mengoperasikan dozer minimal 1 tahun
c) Untuk Operator Subcont harus melakukan training terlebih dahulu di OTD
d) APD tambahan: helm pengaman, pelindung telinga (ear muff/ear plug)
2. Operator & Helper Chain Saw:
a) Mendapatkan pelatihan land clearing dan teknik operasi chainsaw
b) Memiliki KIMPER chainsaw (wajib mine permit)
c) Tinggi badan min 155 cm dan tidak ada penyakit HNP & LBP
d) APD tambahan: Sarung tangan khusus chainsaw, Masker, kaca mata, spray anti
serangga, golok / parang, baju berlengan panjang, peluit, baji HDPE, martil, leg
protector, helm khusus crew chainsaw, binocular dan ear plug
3. Pengawas (GL) :
a) GL harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau Pra POP)
b) Memiliki authority/KIMPER bekerja di land clearing
c) APD tambahan: Sarung tangan tebal, masker, kaca mata, spray anti serangga, golok /
parang, baju berlengan Panjang
B. ASPEK SUPERVISI
1. GL membuat JSA dan melakukan sosialisasi kepada semua orang yang terlibat dalam
pekerjaan land clearing. Jika terdapat perubahan pekerjaan, maka JSA harus direvisi dan
disosialisasikan kembali
2. Pengawasan melekat oleh Pengawas ( GL dedicated)
3. Operator harus melakukan komunikasi dengan radio ke pengawas setiap 2 jam sekali
4. Pemantauan WO oleh ENG / Mineplan 1x per hari
5. Pemantauan kestabilan lereng oleh ENG 1 x per hari
6. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
7. Supervisi saat brushing:
a) Menggunakan dozer/excavator
b) Diameter pohon < 0,2 meter atau sesuai persyaratan customer
c) Clear area min 30 meter dan jika ada 2 unit atau lebih jarak antar unit 2 x tinggi pohon
tertinggi.
8. Supervisi saat cutting tree dengan chainsaw:
a) Diameter pohon ≥ 0,2 meter atau sesuai persyaratan customer
b) Tidak boleh ada kegiatan brushing dengan alat berat yang paralel dengan aktifitas
chainsaw

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
16 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
c) Dilarang berada di area radius 2 x tinggi pohon
d) Terdapat jalur evakuasi sebelum dilakukan pemotongan
e) Metode pemotongan dengan metode takik dan pemasangan baji
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Lebar akses masuk ke lokasi land clearing adalah 8 sampai 10 m
2. Dozer D85:
a) Dilengkapi ROPS / FOPS
b) Dilengkapi winch
c) Grill Canopy
d) Kabin dilengkapi wire mesh
e) seluruh sisi kabin tertutup
f) Radio Komunikasi
3. Excavator (PC 300/200):
a) Kabin dilengkapi Wire Mesh
b) Canopy dilengkapi ROPS
c) Radio Komunikasi
4. Chainsaw (STIHL MS 461 atau STIHL MS 070)
5. Radio komunikasi untuk GL dan operator chainsaw
6. Terdapat Pos GL
D. ASPEK SYSTEM
1. Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
2. Patok boundary / stake out clearing
3. Peta / rencana lokasi yang akan dilakukan land clearing
4. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
5. Saluran drainage tersedia dalam area land clearing
6. Penandaan pohon diameter ≥ 20 cm diberi tanda pita kuning
7. Pohon dengan diameter ≥ 20 cm hanya boleh dipotong dengan chainsaw
8. Unit layak operasi dan sudah dilakukan commisioning
9. Kontrol pengawas: Form Inspeksi & Observasi (GL)
10.Hanya terdapat 1 (satu) pintu masuk area land clearing, yang ditandai dengan adanya
papan informasi/rambu dan papan informasi kontak channel area serta harus dilakukan
demarkasi pita area berwarna kuning hitam (yang telah dipasang oleh kru survey)
11. Dilakukan siang hari (pukul 06.30 s.d 17.30)
12.Tidak diijinkan melakukan land clearing jika kondisi hujan, angin lebat dan kabut
13.P2H unit
14.PKH

X. PENGGALIAN TANAH
Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Penggalian / gangguan tanah
di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan bangunan lainnya) yang
terdapat instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas diatur dalam dokumen SSMS-SHE-
HCP-010, mencakup batasan penetapan konteks dalam managemen resiko yang mempunyai
potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam aktifitas pekerjaan dengan resiko
kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
17 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
A. ASPEK MANUSIA
1. Pekerja :
a) Mendapatkan induksi dari SHE Dept : instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas
b) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH
c) Menandatangani sosialisasi JSA d) Memiliki work permit untuk bekerja di penggalian /
gangguan tanah di sekitar bangunan yang telah disetujui DH user, PM / DPM dan
diketahui oleh SHE DH
2. Pengawas ( GL ) :
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP)
b) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan
gas. Termasuk dari dept. lain yang terkait
B. ASPEK SUPERVISI
1. Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan di lakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
b) GL melakukan full observasi dan pemeriksaan 1 jam sekali
c) SH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
d) DH melakukan overinspeksi & observasi minimal 1 kali per hari
e) PM/DPM melakukan oversinspeksi & observasi 2 hari sekali ( random )
2. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3. PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian
bekerja setiap hari
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
Terdapat penandaan (rambu informasi dan patok) terkait jalur air, listrik, jaringan komunikasi,
jalur fo ( fibre optic), jalur ups, dan gas
D. ASPEK SYSTEM
1. High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2. PKH dari Dept Head User
3. JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
4. Terdapat Peta jalur instalasi air, listrik, jaringan komunikasi, gas.

XI. PENGANGKATAN (LIFHTING)


Prosedur pengendalian bahaya (Hazard Control procedure) tentang Pengangkatan / Lifting telah
diatur dalam dokumen SSMS-SHE-HCP-011, mencakup batasan penetapan konteks dalam
managemen resiko yang mempunyai potensi bahaya tinggi (High Risk) maka dikategorikan dalam
aktifitas pekerjaan dengan resiko kritis (Critical Risk), dan apabila tidak dikendalikan mempunyai
potensi Fatal atau kematian.

Pola pendekatan managemen resiko berbasis BBS (Behaviour Base Safety) telah dilakukan dalam
penyusunan IBPR dengan mempertimbangkan aspek pekerjaan dengan resiko bahaya tinggi.
Pengawas dan pekerja WAJIB mengusulkan, membuat, melaporkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi setiap pekerjaan dengan resiko kritis untuk penerbitan Ijin Kerja khusus dan
penerbitan Work permit yang diketahui PJO dan disetujui KTT sebelum melakukan pekerjaan
dimaksud, seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen SSMS-SHE-SOP-0013.

A. ASPEK MANUSIA
1. Pekerja :
a) Operator alat angkat memiliki kompetensi sesuai dengan jenis alat angkat (Crane ; OHC
; Forklift) yang ditandai dengan KIMPER / SIO
b) Memiliki Rigger yang sudah di sertifikasi

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
18 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
2. Pengawas ( GL ) :
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP)
b) Telah mendapatkan pelatihan HCP 011 (Lifting Proses)
3. Inspektur Alat Angkat :
a) Memiliki kompetensi untuk melakukan inspeksi peralatan Lifting
b) Memiliki surat penunjukan sebagai Inspektur Alat Angkat dari PM
B. ASPEK SUPERVISI
1. Pengawasan Melekat :
a) GL bersama inspektur alat angkat melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja,
safety device dan APD sebelum pekerjaan di lakukan
b) GL melakukan full observasi mengacu pada Lifting plan
c) SH / DH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
2. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1 kali per hari
3. PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan
pengangkatan
C. ASPEK INFRASTRUKTUR
1. Mobile Crane :
a) Tidak ada kebocoran oli / solar
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Hook & safety latch kondisi baik (hook tidak berubah bentuk & safety latch terpasang)
e) Wire rope & drum pulley kondisi baik (wire rope tidak ada yang putus, tertekuk dan
tergulung rapi di drum)
f) Anti two blocking berfungsi dengan baik (main hoist dan aux hoist akan berhenti pada
jarak tertentu saat diangkat full)
g) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (main hoist dan aux hoist akan berhenti pada jarak
tertentu saat diangkat full)
h) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik
2. Crane Truck / Service Truck :
a) seat belt berfungsi dengan baik.
b) Tidak ada kebocoran oli / solar; Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Kondisi hook, safety latch & shackle baik (hook tidak berubah bentuk, safety latch
terpasang dan shackle standar terpasang)
e) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (tidak ada kebocoran pada out riger, pad terpasang,
pin terpasang)
3. Forklift / Crane Basket
a) Tidak ada kebocoran oli
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi dengan
baik)
e) Attachment (fork, basket, bucket, hook) kondisi baik (fork tidak bengkok, basket
dilengkapi pagar pengaman, hook tidak berubah bentuk)
f) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik
4. Supporting Load :
a) Chain block & lever block kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi dengan
baik)
b) Chain sling, webbing sling & wire sling kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock
berfungsi dengan baik)
c) Shackle & eyebolt kondisi baik (Shackle tidak berubah bentuk dan eye bolt tidak
bengkok)
d) Hook & safety latch kondisi baik (hook tidak berubah bentuk, safety latch terpasang dan
shackle standar terpasang)

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
19 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022
5. Fasilitas Keselamatan
a) APD yang sesuai
b) Traffic cone dan safety line digunakan saat pengangkatan
c) Menggunakan tag line
D. ASPEK SYSTEM
1. Lifting Plan disusun oleh SH / DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2. JSA dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
3. Inspeksi 3 bulanan dilakukan oleh Inspektur alat angkat
4. P2H unit alat angkat

Prosedur ini diklasifikasikan sebagai dokumen tidak terkontrol ketika dicetak, silakan periksa kembali pada dokumen terkendali di SHE Departemen PTSAM Effective date : 1-11-2021 Paraf
20 | Page untuk memastikan bahwa bagian yang relevan berada pada nomor substansi yang benar // This procedure was classified as an uncontrolled document when printed,
please recheck on the controlled document in the SHE Department PTSAM to ensure that the relevant section is in the correct substance number Next review date : 1-07-2022

Anda mungkin juga menyukai