Anda di halaman 1dari 5

Breaking Boundaries: Menggugat Paradigma Konvensional dalam

Pengelolaan Sampah untuk Menciptakan Perubahan Berkelanjutan


di Daerah Kabupaten Luwu Timur
Annisa Ayu Larassati S, Imel Sandrina B, Reyvanzia Bandaso, Ellen Cecilia Patuli, Marlina Patrisya Sipatu

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi perubahan paradigma masyarakat Kabupaten Luwu Timur dalam pengelolaan
sampah yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pola pikir masyarakat masih bersifat konvensional, yaitu menganggap sampah sebagai barang tidak berguna yang perlu dibuang.
Hal ini berdampak pada penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan. Untuk mengubah paradigma ini, peneliti menawarkan beberapa
strategi, antara lain: advokasi marketing, pengenalan sistem Reverce Vending Machine, pemanfaatan sampah sebagai sumber energi, dan
pembuatan biogas. Strategi-strategi ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor industri. Penelitian ini
mengidentifikasi beberapa hambatan dan tantangan yang mungkin dihadapi serta memberikan solusi untuk mengatasinya.
Kata Kunci: Strategi, Paradigma, Berkelanjutan, Pengelolaan Dan Sampah

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap orang berhak untuk hidup sehat dengan lingkungan yang bersih tanpa pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh sampah, hal tersebut sejalan dengan Pasal 28H UUD Tahun 1945. Sebagai konsekuensi dari hal
tersebut, setiap orang dalam mengelola sampah organik maupun anorganik wajib memiliki pemahaman wawasan
lingkungan yang baik, serta pertimbangan terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan. Persistensi dari
paradigma masyarakat terhadap sampah yang dianggap sebagai barang tidak berguna dan perlu dibuang dapat
mengakibatkan terjadinya jumlah penumpukan sampah yang semakin meningkat dari waktu kewaktu seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang mengalami eskalasi. Pada situasi tersebut tampaknya perlu dilakukan pendampingan
edukasi kepada masyarakyat mengenai pengelolaan sampah yang berkelanjutan (Veranus Sidharta, 2021).
Berbicara tentang permasalahan pengelolaan sampah, di Indonesia masih banyak daerah yang belum memiliki
solusi dalam memecahkan permasalahan tersebut. Lantaran masih banyak masyarakyat-nya yang belum memiliki
kesadaran yang baik dalam mengelola sampah. Termasuk daerah Kabupaten Luwu Timur, dalam konteks ini ada
beberapa permasalahan yang masih perlu diperhatikan. Salah satu permasalahan yang paling mendesak adalah
dampak negatif dari sampah terhadap kualitas danau-danau. Sampah yang tidak terkelola dengan baik telah menjadi
ancaman nyata bagi ekosistem danau, menciptakan krisis lingkungan yang memerlukan tindakan segera. Hal
tersebut dapat kita lihat pada, Kompleks Danau Malili di Luwu Timur yang merupakan kumpulan dari lima danau
(Danau Matano, Mahalona, Towoti, Lantoa dan Masapi) (Rusdianto, 2019).
Penumpukan sampah ini disebabkan oleh masyarakat yang masih berpikir konvensional, dimana sampah
seringkali hanya dianggap sebagai barang tidak berguna yang perlu dibuang. Paradigma ini berakibat pada
penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan yang semakin parah. Lebih dari itu, paradigma tersebut juga
mengabaikan potensi ekonomi dan lingkungan dari pengelolaan sampah yang tepat. Ini menunjukkan betapa
pentingnya strategi baru yang dapat mengubah paradigma masyarakat menjadi lebih modern dalam pengelolaan
sampah.
Pada sisi lain, PT Vale, sebuah perusahaan multinasional yang beroperasi di Kabupaten Luwu Timur, ternyata
telah berperan dalam pengelolaan sampah di wilayah ini. Melalui berbagai inisiatif dan program, PT Vale berupaya
untuk menciptakan perubahan berkelanjutan dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan. Salah satu
inisiatif yang telah dilakukan oleh PT Vale adalah program edukasi tentang bank sampah (Vale, 2023). Selain itu,
PT Vale juga telah bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Luwu Timur dan Pusat Pengendalian
Pembangunan Ekoregion Sulawesi Selatan dan Maluku dalam kampanye pengelolaan sampah dan aksi bersih danau
di Dermaga Sorowako (Safitri, 2021). PT Vale dan pemerintah daerah juga telah berkontribusi dalam pelestarian
Danau Matano (upeks, 2021). Tak hanya itu, PT Vale juga telah dilibatkan oleh pemerintah Kabupaten Luwu Timur
dalam pembenahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Dusun Kuari Gunung Batu Puti, Desa Asuli
Kecamatan Towuti (Yul, 2020). Kerjasama ini menunjukkan peran aktif PT Vale dalam upaya pengelolaan sampah
di Luwu Timur. Meskipun berbagai upaya tersebut telah dilakukan, kurangnya kesadaran masyarakat masih menjadi
hambatan dalam evektivitas penyelesaian permasalahan pengelolaan sampah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu adanya strategi untuk mengubah paradigma masyarakat dalam
pengelolaan sampah yang berkelanjutan di Kabupaten Luwu Timur. Strategi ini bertujuan untuk membuat
masyarakat lebih peduli, lebih tahu, dan lebih mau mengelola sampah dengan cara-cara yang ramah lingkungan,
serta memanfaatkan potensi ekonomi dan lingkungan dari pengelolaan sampah yang tepat. Strategi ini juga
diharapkan dapat menciptakan lingkungan Kabupaten Luwu Timur yang maju dan bersih.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, berikut adalah beberapa permasalahan yang penulis ingin jelaskan dan
selesaikan:
1) Apa saja pola pikir masyarakat Kabupaten Luwu Timur yang perlu diubah terkait praktek pengelolaan sampah
yang berkelanjutan?
2) Bagaimana strategi yang efektif dapat diimplementasikan untuk mengubah pola pikir masyarakat Kabupaten
Luwu Timur dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan?
3) Bagaimana upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor industri seperti PT Vale dapat
mempengaruhi pola pikir dan tindakan yang berkelanjutan terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Luwu
Timur?
4) Apa saja hambatan dan tantangan yang mungkin dihadapi dalam proses ini dan bagaimana permasalahan ini
dapat diatasi?
1.3 Tujuan
Dalam penulisan Karya Ilmiah ini, berikut adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai penulis:
1) Untuk memahami dan menggali lebih dalam pola pikir masyarakat Kabupaten Luwu Timur terkait pengelolaan
sampah yang berkelanjutan.
2) Untuk merancang dan membangun strategi yang efektif serta dapat diterima oleh masyarakat dalam mengubah
pola pikir mereka terkait pengelolaan sampah.
3) Untuk menyelidiki dan memahami bagaimana kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan industri seperti
PT Vale dapat membantu dalam mendorong perubahan pola pikir dan praktek berkelanjutan dalam pengelolaan
sampah.
4) Untuk mengidentifikasi dan memahami hambatan dan tantangan yang mungkin dihadapi dalam proses
transformasi ini dan merumuskan solusi untuk mengatasinya.

2. Kerangka Teori
Kajian teori yang digunakan dalam karya ilmiah ini terdiri dari 3 kajian teori, yaitu teori tentang pengelolaan
sampah, teori tentang paradigma masyarakyat tentang sampah dan teori tentang strategi perubahan paradigma
masyarakat terhadap sampah.
A) Teori tentang Pengelolaan Sampah
Menurut Terry (2012: 15), pengelolaan adalah proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (Dr. Rika Ariyani, 2020).
Menurut Azwar (1990:53), sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi,
yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian
rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi (Suryani, 2014).
Jadi, pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan
sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi: pengendalian timbulan
sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir (Sejati, 2004).
Pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan aspek teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan.
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan adalah pengelolaan sampah yang tidak hanya memenuhi kebutuhan saat
ini, tetapi juga tidak mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Pengelolaan sampah yang berkelanjutan harus
menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), yaitu mengurangi produksi sampah, menggunakan kembali barang
yang masih layak, dan mendaur ulang sampah menjadi produk baru.
B) Teori tentang Paradigma Masyarakyat Tentang Sampah
Menurut Thomas Khun, paradigma adalah sudut pandang pokok tentang hal-hal yang dipelajari oleh sebuah
ilmu pengetahuan (Inayatul Ulya, 2015). Jadi, Paradigma masyarakat tentang sampah adalah cara pandang, sikap,
dan perilaku masyarakat dalam menghadapi masalah sampah. Paradigma masyarakat tentang sampah dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu paradigma konvensional dan paradigma modern. Paradigma konvensional adalah
paradigma yang menganggap sampah sebagai barang tidak berguna yang perlu dibuang, tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap lingkungan dan potensinya sebagai sumber daya. Paradigma modern adalah paradigma yang
menganggap sampah sebagai barang yang memiliki nilai ekonomi dan lingkungan, yang dapat dimanfaatkan dengan
cara-cara yang ramah lingkungan.
Paradigma masyarakat tentang sampah sangat mempengaruhi pengelolaan sampah. Masyarakat yang memiliki
paradigma konvensional cenderung berpikir praktis dengan membuang sampah seadanya (tanpa perlakuan,
pemisahan). Mereka tidak peduli dengan dampak negatif sampah terhadap lingkungan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Mereka juga tidak memanfaatkan sampah sebagai sumber daya yang dapat meningkatkan pendapatan dan kualitas
hidup. Masyarakat yang memiliki paradigma modern cenderung berpikir kritis dan kreatif dengan memilah dan
mengolah sampah sesuai dengan jenis dan karakteristiknya. Mereka sadar akan dampak positif sampah terhadap
lingkungan, kesehatan, dan kesejahteraan. Mereka juga memanfaatkan sampah sebagai sumber daya yang dapat
menghemat biaya dan energi, serta menciptakan produk bernilai tambah.
C) Teori tentang Strategi Perubahan Paradigma Masayarakat Terhadap Sampah
Strategi mengubah paradigma mengacu pada serangkaian tindakan dan pendekatan yang digunakan untuk
mengubah pola pikir, keyakinan, dan pandangan seseorang atau kelompok secara mendasar. Paradigma mengacu
pada kerangka pemahaman yang melibatkan keyakinan, nilai, dan asumsi yang mendasari cara kita memahami dan
memandang dunia.
Stratergi untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap pengelolaan sampah secara berkelanjutan, adalah
suatu upaya mengubah pola pikir masyarakat guna memberikan pemahaman sekaligus mengajak masyarakat untuk
lebih bijak dalam melakukan pengelolaan sampah demi terciptanya lingkungan bersih dan sehat. Selama ini pola
pikir menganai penglolahan sampah hanya meliputi tahapan kumpul, angkut, dan buang. Pola pengelolaan tersebut
terjadi karena dilandasi oleh pola pikir bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna dan hanya harus segera
dibuang. Namun, pola pikir tersebut kini telah mengalami evolusi atau perubahan mendasar, bertahap dan sistem
yang berkembang di seluruh dunia. Indonesia sendiri sudah memiliki Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah yang mengamanatkan perubahan paradigma pengelolaan sampah yaitu Dari kumpul, angkut,
buang, menjadi pengurangan di sumber dan daur ulang sumber daya.

3. Metode Penelitian
Dalam menguji fenomena penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini lebih
berfokus pada kualitas data daripada kuantitas, dengan penekanan pada interpretasi, pemahaman, dan makna yang
muncul dari data (Kusumaningtyas, 2018).
Selanjutnya metode penelitian yang digunakan didalam mengungkapkan fenomena penelitian adalah studi
literatur. Kajian literatur adalah pendekatan di mana peneliti mengumpulkan dan menganalisis informasi yang sudah
ada dalam literatur ilmiah atau sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Penelitian ini
melibatkan penyusunan, pemahaman, dan sintesis informasi yang sudah ada (Ediana, 2018).
Dalam menguraikan data atau informasi penelitian digunakan analisis deskriptif, hal tersebut dimaksudkan
untuk merinci dan menjelaskan informasi penelitian yang telah dikumpulkan. Analisis deskriptif berfokus pada
memberikan gambaran umum tentang data yang dikumpulkan (Istiqomah, 2018).

4. Hasil dan Pembahasan


Pola pikir masyarakat Kabupaten Luwu Timur dalam pengelolaan sampah masih terjebak dalam paradigma
yang sangat sederhana dan kurang kritis. Masyarakat masih terpaku pada pendakatan akhir (end of pipe), yaitu
menganggap sampah hanya perlu diangkut, dikumpulkan, dan dibuang begitu saja, tanpa mempertimbangkan
dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan. Mereka seolah berpikir bahwa tugas mereka berakhir setelah
sampah meninggalkan lingkungan mereka. Namun, realitanya adalah proses pengelolaan sampah yang dilakukan
masih jauh dari efektif dan masih membutuhkan upaya pengembangan yang lebih serius. Kebutuhan akan
pengelolaan sampah yang lebih holistik, meliputi pengumpulan, pemilahan, pengolahan, pengangkutan, dan
pembuangan yang terencana dan berkelanjutan, harus menjadi fokus utama. Sudah saatnya masyarakat mengubah
pola pikir mereka dan mengadopsi pendekatan yang lebih kritis dan proaktif dalam menghadapi masalah serius ini.
Dengan perubahan paradigma yang diharapkan, pendekatan pengelolaan sampah tidak boleh lagi terfokus
hanya pada penyelesaian di tempat pemrosesan akhir. Sebaliknya, harus ada penggunaan prinsip reduce, reuse, dan
recycle (3R) yang lebih konkrit dan terimplementasi dengan serius. Selain itu, tanggung jawab produsen dalam
pengelolaan sampah perlu diperluas secara signifikan. Pengolahan dan pemanfaatan sampah sebagai sumber daya
harus menjadi prioritas utama, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi terbarukan. Tidak hanya itu,
pemrosesan akhir juga harus berwawasan lingkungan, dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem
dan kesehatan manusia. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih kritis dan progresif ini, diharapkan pengelolaan
sampah dapat menjadi lebih efektif, berkelanjutan, dan bertanggung jawab (Violleta, Menteri LHK: Perlu perubahan
paradigma pengelolaan sampah di Indonesia, 2021).
Untuk mengubah pola pikir masyarakat tersebut, diperlukan strategi-strategi yang lebih progresif dan berani
dalam implementasi pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa strategi yang disarankan
penulis untuk mencapai tujuan tersebut:
1. Melakukan advokasi marketing yang kritis dan progresif mengenai proses pengelolaan sampah berkelanjutan.
Program ini harus melibatkan media sosial sebagai sarana utama, namun tidak hanya sebatas sosialisasi
melalui pamflet, poster, iklan, dan spanduk. Diperlukan pendekatan yang lebih dalam dan interaktif, seperti
kampanye edukatif melalui video, podcast, dan konten-konten multimedia yang menarik perhatian dan
memunculkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Selain itu, sosialisasi juga
harus dilakukan melalui event-event yang tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga melibatkan partisipasi
aktif masyarakat dalam kegiatan seperti lokakarya, diskusi panel, dan aksi nyata pengelolaan sampah. Dengan
pendekatan yang lebih kritis dan terlibat secara aktif, diharapkan advokasi marketing ini dapat mencapai efek
yang lebih signifikan dalam mengubah pola pikir masyarakat dan mendorong pengelolaan sampah yang
berkelanjutan di Kabupaten Luwu Timur untuk menuju masyarakat yang peduli lingkungan.
2. Mengimplementasikan penerapan sistem Reverce Vending Machine akan menjadi langkah penting dan inovasi
luar biasa dalam penanganan sampah anorganik di Kabupaten Luwu Timur. Melalui sistem ini, masyarakat
dapat mengubah sampah yang memenuhi kriteria dan kategori yang ditentukan oleh mesin ini menjadi uang
tunai, sebagai contoh sampah kertas diberi harga Rp1.000,00/kg, sampah plastik dan botol kaca diberi harga
Rp1.500,00/kg, serta botol kaleng diberi harga Rp600,00/kg. Dalam mengimplementasikan sistem ini
diperlukan standar yang jelas dan objektif untuk menilai kelayakan sampah karena merupakan faktor krusial
dalam proses ini.
3. Mengubah sampah menjadi sumber energi pembangkit listrik. Salah satu strategi yang diusulkan adalah
melalui pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Luwu Timur (PLTSa). Sumber energi PLTSa ini
nantinya akan diperoleh dari sampah- sampah yang dikumpulkan di TPA yang ada di Luwu Timur. Selain itu,
sumber energi untuk PLTSa dapat diperoleh melalui Reverce Vending Machine, yang merupakan langkah
progresif dalam pengumpulan sampah. Dengan menerapkan metode ini, diharapkan dapat menghasilkan
energi listrik dari sampah yang sebelumnya dianggap tidak berguna. Namun, penting untuk memperhatikan
aspek teknis, lingkungan, dan keberlanjutan dalam operasionalisasi PLTSa, serta memastikan bahwa
prosesnya sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku. Dengan pendekatan yang lebih kritis dan
berkelanjutan, pengelolaan sampah di Kabupaten Luwu Timur dapat memanfaatkan potensi energi dari
sampah secara efisien dan bertanggung jawab.
4. Memperkenalkan dan memberi bantuan kepada masyarakat untuk membuat biogas agar dapat mengatasi
masalah sampah organik. Dengan memanfaatkan teknologi biogas, masyarakat dapat mengubah sampah
organik menjadi sumber energi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memasak dan
penerangan. Kerjasama antara pemerintah, lembaga, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan
keberhasilan program ini.
Strategi-strategi tersebut dapat terimplementasikan dengan lebih baik jika mendapat dukungan dari
pemerintah, masyarakat dan sektor industri, seperti PT Vale. Terutama jika ketiga komponen tersebut melakukan
kolaborasi, sebagai contoh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Timur telah melakukan kolaborasi bersama
PT Vale berupa kampanye pengelolaan sampah dan aksi bersih danau Matano, dimana Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Luwu Timur bersama PT Vale telah memfasilitasi upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dalam
hal ini, dengan fasilitas yang telah disediakan diharapkan masyarakat dapat termotifasi untuk turut berpartisipasi
dalam upaya tersebut (Safitri, 2021).
Hambatan utama dalam pengelolaan sampah di Luwu Timur adalah keragaman pola pikir penduduknya yang
berjumlah 310.582 jiwa dengan latar belakang yang beragam. Mengubah persepsi mereka tentang pengelolaan
sampah adalah tantangan besar, karena setiap individu memiliki pandangan unik. Ada yang mungkin terbuka untuk
perubahan, sementara yang lain merasa metode mereka sudah cukup. Oleh karena itu, tantangan utamanya adalah
merancang strategi yang dapat mengakomodasi keragaman ini dan mendorong adopsi praktek pengelolaan sampah
yang lebih baik.
Selain itu hambatan yang mungkin saja terjadi adalah mengenai biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan
Reverce Vending Machine. Hal tersebut dikarenakan Reverce Vending Machine adalah suatu inovasi yang berbasis
teknologi, yang tentunya dalam pembuatannya akan memerlukan peralatan, material, serta ahli yang akan menelan
biaya cukup tinggi. Demikian tantangan yang mungkin akan dihadapi adalah bagaimana pemerintah dapat mengatasi
kekurangan biaya dalam pengadaannya.
Selanjutnya, hambatan yang dapat saja terjadi adalah kurangnya kepedulian pemerintah terhadap program-
program yang sudah terlaksana. Sebagai contoh program Bank Sampah yang awalnya terlaksana dengan baik dan
mengundang antusias dari masyarakat, namun seiring dengan berjalannya waktu sudah tidak lagi dijalankan dengan
optimal oleh pemerintah dan mulai terlupakan. Tantangan utama dari hambatan tersebut adalah bagaimana membuat
pemerintah tetap peduli dan konsisten dalam menjalankan program-program yang sudah terlaksana.
Untuk mengatasi hambatan heterogenitas pola pikir penduduk di Luwu Timur terkait pengelolaan sampah,
solusi-solusi berikut dapat diimplementasikan. Pertama, diperlukan pendekatan komunikasi yang tepat untuk
mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Strategi komunikasi yang efektif, dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan mengaitkan dengan nilai-nilai lokal yang relevan, dapat membantu
menyampaikan pesan dengan lebih baik. Selanjutnya, pendidikan dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan
melalui program-program edukasi yang melibatkan sekolah, komunitas, dan lembaga pendidikan lainnya. Partisipasi
aktif masyarakat juga penting, dengan mendorong program-program partisipatif seperti pengumpulan, pemilahan,
dan pengolahan sampah. Selain itu, hambatan biaya dalam implementasi program dapat diatasi dengan pengelolaan
keuangan yang efektif dan mencari sumber dana alternatif dan sponsor dari industri-industri atau lembaga swasta.
Pemerintah juga perlu menjadi lebih responsif dengan memastikan komitmen yang kuat terhadap program
pengelolaan sampah, melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin, serta melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan. Dengan menerapkan solusi-solusi ini secara terpadu dan berkelanjutan, diharapkan dapat
mengatasi hambatan dan tantangan dalam pengelolaan sampah di Luwu Timur.

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian literatur tentang strategi penyelesaian masalah sampah, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan adalah kunci untuk mengatasi berbagai masalah yang
ditimbulkan oleh sampah (Ramadhan, et al., 2022). Penanganan masalah sampah memerlukan pendekatan holistik
yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat yang baik. Solusi yang efektif akan bervariasi sesuai
dengan konteksnya, tetapi perubahan pola pikir masyarakat terkait proses pengelolaan sampah dari angkut, kumpul,
dan buang, menjadi kumpul, pilah, olah, angkut, dan buang.
Penelitian menegaskan bahwa upaya pengurangan sampah organik maupun anorganik dapat dilakukan melalui
beberapa strategi. Yaitu strategi pertama, sampah organik tersebut akan digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan biogas. Lalu strategi selanjutnya, sampah anorganik nantinya akan dipilah melalui Reverce Vending
Machine, dimana hasil pemilahan berupa sampah plastik dapat dipergunakan sebagai sumber energi utama
Pembangkit Listrtik Tenaga Sampah (PLTSa), lalu sampah yang berbahan dasar kertas dan kaleng akan dijual
kepengepul yang merupakan spesialis dalam pengelolaan sampah. Strategi-strategi tersebut merupakan langkah
yang efektif dalam mengurangi jumlah sampah dan dampak negatif sampah, jika pemerintah mampu melaksanakan
strategi tersebut dengan baik dan konsisten. Kesadaran masyarakat juga tentang praktik ini diperlukan agar dapat
menghasilkan pengurangan signifikan dalam jumlah sampah yang dihasilkan.

6. Daftar Pustaka
Admindlh. (2020, april 21). Mengelola Sampah, Sebaiknya Dengan Mengubah Paradigma Lebih Dulu.
baihaki, e. (2023, februari 20). Mengubah Paradigma Pengelolaan Sampah.
Dr. Rika Ariyani, M. C. (2020, desember 19). Berikut Beberapa Pengertian Pengelolaan Menurut Para Ahli.
Ediana, D. F. (2018). Analisis Pengolahan Sampah Reduce,. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan,
238-246.
Inayatul Ulya, N. A. (2015). Pemikiran Thomas Kuhn dan Relevansinya terhadap Keilmuan Islam. Jurnal Ilmu
Aqidah dan Studi Keagamaan, 254.
isroi, i. (2015, juni 26). Merubah Paradigma Masyarakat Tentang Sampah.
Istiqomah, N. M. (2018). Konsep reduce, reuse, recycle dan replace dalam pengelolaan sampah rumah tangga di
Desa Polanharjo Kabupaten Klaten. SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Seni Bagi
Masyarakat), 30-38.
Kusumaningtyas, R. D. (2018). Penerapan teknologi pengolahan limbah minyak goreng bekas menjadi sabun cuci
piring untuk pengendalian pencemaran dan pemberdayaan masyarakat. Jurnal, 201-208.
Rusdianto, E. (2019, may 20). Danau-danau Ini Hadapi Masalah Sampah sampai Ikan Endemik Makin Langka.
Safitri, D. M. (2021, agustus 31). Keindahan Danau Matano Mulai Terkikis karena Sampah, PT Vale dan Pemda
Lutim Turun Tangan.
Sulistina, E. (2023, september 3). LINGKUNGAN HIJAU: Strategi Penyelesaian Masalah Sampah. Jurnal
Mahasiswa Humanis, 133-134.
Suryani, A. S. (2014, juni). PERAN BANK SAMPAH DALAM EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SAMPAH.
upeks. (2021, agustus 27). PT Vale Kampanye Pengelolaan Sampah dan Aksi Bersih Danau di Dermaga Sorowako.
Vale. (2023, juni 27). Beri Edukasi Soal Bank Sampah, PT Vale Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan.
Veranus Sidharta, W. M. (2021, Juli). KOMUNIKASI PENYADARAN KRITIS WARGA PERKOTAAN
DALAMPENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA. Jurnal Ilmu Komunikasi, 136.
Violleta, P. T. (2021, Februari 22). Menteri LHK: Perlu perubahan paradigma pengelolaan sampah di Indonesia. (E.
Sukarelawati, Ed.)
Yul. (2020, january 30). Tak hanya itu, PT Vale juga telah dilibatkan oleh pemerintah Kabupaten Luwu Timur dalam
pembenahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Dusun Kuari Gunung Batu Puti, Desa Asuli
Kecamatan Towuti. Kerjasama ini menunjukkan peran aktif PT Vale dalam upaya.

Anda mungkin juga menyukai