Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAMARTIOLOGI : PENGAJARAN TENTANG DOSA

Mata Kuliah : Teologi Sistematika

Dosen Pengampu :
Prof. DR. WOLDER MAKATIMBANG, M. Th., M.Mis., M.Pdk.

Disusun Oleh :
JANE KEZIA KRISDYANTO

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN
APOLLOS
MANADO
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan


rahmat dan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Teologi Sistematika yang diberikan oleh Prof. Dr. Wolder
Makatimbang M.Th., M.Mis., M.Pdk. ini dengan baik dan lancar.
Saya menyadari sepenuhnya bajwa masih banyak kekurangan
dalam makalah yang saya buat ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritikkan dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Manado, 02 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL ..............................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1 Pengertian Dosa ................................................................................................3
2.2 Hakekat Dosa....................................................................................................5
2.3 Pembagian Dosa ...............................................................................................6
2.4 Asal Mula Dosa .................................................................................................6
2.5 Natur Dosa ........................................................................................................7
2.6 Akibat Dari Dosa ..............................................................................................9
2.7 Sifat Universalitas Dosa ...................................................................................9
2.8 Dosa Imputasi ...................................................................................................9
2.9 Transmisi Dan Hukuman Dosa .....................................................................10
2.10 Orang Kristen Dan Dosa................................................................................10
2.11 Penanggulangan Dosa ....................................................................................10
2.12 Dosa Yang Tidak Dapat Diampuni ...............................................................11
BAB III PENUTUP ........................................................................................12
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari dosa, baik dosa besar
maupun dosa kecil, bahkan sejak lahirpun manusia sudah memiliki Dosa Asal. Dosa Asal atau
Dosa Leluhur menurut doktrin kristen adalah kondisi pertama kali manusia berbuat dosa di
Taman Eden (Roma 5:12 “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu
orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,
karena semua orang telah berbuat dosa.”). Dikatakan dosa asal karena dosa merupakan
perbuatan yang nyata dari masa ke masa tanpa ada solusi yang pasti. Meski manusia menyadari
telah berbuat dosa namun manusia sering sekali kesulitan untuk mengatasi sepenuhnya.
Pemahaman tentang dosa memiliki dampak signifikan pada tindakan nyata manusia.
Jika dosa dianggap hanya sebagai pelanggaran moral, praktik-praktik keagamaan dapat
terabaikan. Sebaliknya, jika dosa diartikan sebagai pelanggaran terhadap ritual keagamaan,
aspek moral cenderung diabaikan. Sebagai seorang Kristen yang beriman, pemahaman
menyeluruh terhadap konsep dosa dalam Alkitab menjadi penting, karena kekristenan berakar
pada konsep monotheisme dan dipengaruhi oleh sistem keagamaan di Yerusalem. Selain itu,
pemahaman tentang dosa juga perlu dikaitkan dengan pertemuan dengan Yesus Kristus. Untuk
memahami makna "dosa" dalam konteks kekristenan modern, diperlukan eksplorasi dalam
Alkitab dan dokumen terkait dengan ajaran dosa menurut pandangan orang Kristen.
Dalam ajaran Kristen, Yesus Kristus diakui sebagai "Penebus" dosa yang
mengorbankan dirinya dengan darahnya untuk "menghapus" dosa manusia di hadapan Allah.
Istilah "dosa" memiliki makna yang luas, mencakup pelanggaran moral atau norma hukum.
Dalam bahasa Yunani, kata "a`marti,a" berarti "meleset dari sasaran," setara dengan "tal'äx;"
dalam Perjanjian Lama yang artinya "meleset dari hukum Allah." Pemahaman akar kata "dosa"
mengindikasikan ketidaktaatan manusia terhadap Allah, menunjukkan bahwa dosa melibatkan
hubungan antara manusia dan Allah. Perspektif manusia terhadap dosa dipengaruhi oleh
pemahaman mereka terhadap konsep dosa, menentukan mana yang dianggap berdosa dan
mana yang tidak.
Istilah "dosa" juga berkait erat dengan pelanggaran terhadap Taurat, dianggap sebagai
hukum yang berasal dari Allah, bukan hukum berdasarkan konsensus manusia. Pelanggaran
utama terhadap hukum ini harus dipertanggungjawabkan kepada Allah sebagai pencipta
hukum. Melanggar hukum Allah dianggap sebagai pelanggaran terhadap hubungan manusia
dengan Allah. Hukum Allah mencerminkan keinginan-Nya agar manusia taat pada hukum
yang telah ditetapkan. Setiap tindakan manusia yang melanggar atau tidak sesuai dengan
standar yang Allah tetapkan dianggap sebagai dosa.
Memahami bahwa dosa terkait dengan perbuatan manusia yang akan dimintai
pertanggungjawaban kepada Allah, menjadi penting untuk mendalami pemahaman dan
pengertian mengenai dosa secara lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan dosa ?

1
2) Apakah hakekat dosa ?
3) Apa saja pembagian dosa itu ?
4) Bagaimana dengan asal mula dosa ?
5) Apa itu natur dosa ?
6) Bagaimana dengan akibat dosa ?
7) Bagaimana sifat universalitas dosa ?
8) Apa itu dosa imputasi ?
9) Apa transmisi dan hukuman dosa?
10) Apa hubungan orang kristen dan dosa ?
11) Bagaimana cara menanggulangi dosa ?
12) Apa saja dosa yang tidak dapat diampuni ?

1.3 Tujuan
1) Agar dapat memahami apa itu dosa.
2) Agar dapat memahami hakekat dosa.
3) Agat dapat mengetahui pembagian dosa.
4) Agar dapat mengetahui bagaimana asal mula dosa.
5) Agar dapat memahami apa itu natur dosa.
6) Agar dapat memahami bagaimana akibat dari dosa.
7) Agar dapat memahami bagaimana sifat universalitas dosa.
8) Agar dapat memahami apa itu dosa imputasi.
9) Agar dapat memahami apa itu transmisi dan hukuman dosa.
10) Agar dapat mengetahui hubungan orang kristen dan dosa.
11) Agar dapat memahami bagaimana cara menanggulai dosa.
12) Agar dapat mengetahui apa saja dosa yang tidak dapat diampuni.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dosa
Dosa merupakan konsep keagamaan, bukan semata konsep moral. Dalam konteks ini,
dosa melibatkan tindakan atau kelalaian, seperti pikiran, keinginan, emosi, perkataan, atau
perbuatan, yang tidak disetujui oleh Allah dan berhak mendapat kritikan. Penggunaan kata
"dosa" digunakan untuk merujuk pada tindakan atau kecenderungan berdosa. Definisi yang
diberikan bersifat kriteriologis daripada ontologis, menunjukkan cara mengidentifikasi dosa
daripada memberikan makna esensial dosa itu sendiri. Secara umum, dosa dianggap sebagai
penghinaan pribadi terhadap Allah.
Dalam perspektif Alkitab, dosa dapat diibaratkan sebagai anak panah yang meleset dari
target yang ditentukan, yang dalam hal ini adalah norma atau standar Hukum Allah. Ketika kita
tidak mencapai standar kebenaran yang telah ditetapkan oleh Hukum Allah, itu dianggap
sebagai dosa. Analogi ini menyoroti keterkaitan antara dosa dan pelanggaran terhadap norma
moral yang dinyatakan dalam Alkitab.
Alkitab menggambarkan bahwa manusia jatuh ke dalam dosa, dimulai dengan
penggunaan kehendak bebas yang diberikan oleh Allah. Keputusan untuk melanggar perintah
Tuhan, seperti mengambil buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat di taman,
mengakibatkan kerusakan pada gambar dan rupa Allah yang diberikan kepada manusia.
Kegagalan ini berdampak negatif dalam kehidupan manusia, membawa konsekuensi dosa
sebagai hasil dari penggunaan yang tidak tepat terhadap kehendak bebas.
Secara etimologis, kata "dosa" berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata "hamartia"
yang artinya "tidak mencapai target atau sasaran." Ketika Allah menempatkan manusia di
taman Eden, memberikan perintah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan baik
dan jahat, manusia melanggar perintah tersebut. Pada Kejadian 3, tergambar bahwa manusia
tergoda oleh iblis dan mengambil buah tersebut, mengakibatkan kegagalan dalam mematuhi
perintah Allah, yang disebut sebagai dosa.
Istilah “Dosa” muncul begitu banyak di Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun
dalam Perjanjian Baru. Berikut ini pemakaian istilah-istilah dosanya:
1) Dalam Perjanjian Lama
a. Hatta
Dosa dalam bahasa Ibrani adalah “hatta”, berarti “tidak kena atau tidak sampai.” Pengertian
tersebut dapat dihubungkan dengan anak panah yang “tidak kena” sasarannya. Dosa menurut
istilah ini berarti tidak kena, tidak sampai atau menyimpang dari tujuan dan maksud Allah
(Kejadian 4:7; Keluaran 9:27; Bilangan 6:11; Mazmur 51:4,6; Amsal 8:36). Ada 580 kali istilah
“hatta” muncul dalam perjanjian lama.
b. Avon
Dalam bahasa Ibrani, kata "avon" mengandung makna "bengkok atau diputar," merujuk
pada hati yang menyimpang dari kebenaran. Istilah ini tidak hanya terkait dengan perbuatan
jahat, melainkan lebih pada sifat hati dan tabiat yang jahat, seperti yang dijelaskan dalam
Kejadian 15:16, Mazmur 32:5, dan Yesaya 5:18. "Avon" sulit diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, tetapi akhirnya diterjemahkan sebagai suatu perasaan dalam diri manusia yang
merasa cacat atau kurang benar, mendorong kebutuhan untuk menegur diri sendin ri.

3
c. Pesha
Dalam bahasa Ibrani, istilah "pesha" merujuk pada tindakan melawan yang berhak,
menyalahi perintah Allah, dan melakukan bidat, seperti yang dijelaskan dalam Mazmur 51:3
dan Amsal 28:2. "Pesha" juga mencakup pelanggaran terhadap batas yang telah ditetapkan,
yang mana manusia melewati batas tersebut. Ini mengakibatkan kegagalan manusia karena
melampaui batas yang ditetapkan oleh Allah, dan penyelewengan dari jalan yang telah Tuhan
tetapkan disebut sebagai dosa.
Selain "pesha," terdapat beberapa istilah lain untuk dosa, seperti pendurhakaan,
kejahatan, pelanggaran karena ketidaktahuan, penyimpangan, kebencian, kenakalan, dan
lainnya, sebagaimana dicatat dalam Kitab Kejadian 41:9, Imamat 4:13, Yehezkiel 34:6,
Mazmur 119:21, Imamat 19:17, dan Mazmur 94:20. Semua istilah ini memberikan nuansa
beragam terkait dengan konsep dosa dalam konteks Alkitab.
2) Dalam Perjanjian Baru
a. Hamartia
Kata "Hamartia" adalah istilah dosa yang sering muncul dalam Perjanjian Baru. Kata
ini terdapat sebanyak 174 kali dalam Perjanjian Baru, dengan 71 kali penggunaannya terdapat
dalam tulisan-tulisan Paulus. Penting untuk dicatat bahwa "Hamartia" tidak hanya mencakup
perbuatan dosa, tetapi juga merujuk pada keadaan hati dan pikiran yang jahat. Arti dari kata
tersebut menunjukkan bahwa manusia berada dalam keadaan ditipu, seperti yang dinyatakan
dalam Roma 3:23.
b. Adikia
Kata "Adikia" memiliki arti "kejahatan" dan muncul dalam I Yohanes 1:9, di mana kata
tersebut diterjemahkan sebagai "kejahatan". Istilah ini juga muncul dalam I Yohanes 5:17, yang
juga diterjemahkan sebagai "kejahatan". "Adikia" merujuk pada keadaan hati dan pikiran yang
jahat. Oleh karena itu, Yohanes menyatakan bahwa dosa-dosa kita diampuni dan kita disucikan
dari kejahatan.
c. Parabasis
Kata "Parabasis" memiliki arti "menyimpang dari yang seharusnya" dan secara khusus
digunakan dalam konteks pelanggaran terhadap hukum yang pasti, seperti yang dijelaskan
dalam Roma 4:15. Dalam konteks ini, hukum-hukum Allah menuntut ketaatan, dan
ketidakpatuhan manusia terhadapnya dianggap sebagai pelanggaran hukum dan dosa.
Akibatnya, murka Allah dapat jatuh atas mereka, sebagaimana diungkapkan dalam Roma 4:15.
d. Anomia
Kata "Anomia" sebenarnya tidak mengandung pengertian "melanggar hukum dalam
suatu perbuatan yang pasti", melainkan lebih menjurus kepada pengertian "tidak menurut atau
tidak memedulikan hukum." Istilah ini lebih fokus pada keadaan hati dan sikap yang tidak
mempedulikan atau tidak patuh terhadap hukum, tanpa secara langsung merujuk pada tindakan
pelanggaran hukum yang pasti.
e. Asebeia
Kata tersebut mencakup makna "keadaan fasik," menunjukkan keadaan yang tidak
bercocok dengan ke-Tuhanan. Selain itu, kata tersebut mengandung arti bahwa sifatnya
bertentangan dengan sifat Allah, sebagaimana terungkap dalam Roma 1:8 dan Yudas 14:15.
f. Paraptoma

4
Arti dari kata ini adalah "tidak mempertahankan keteguhan pada saat yang seharusnya"
atau "tidak mencapai standar yang seharusnya" (Matius 6:14,15). Dalam Perjanjian Baru,
terdapat banyak istilah lain yang digunakan untuk menjelaskan perbuatan dosa, seperti
kefasikan, kelaliman, keinginan jahat, kecemaran, dendam, kedengkian, pembunuhan,
perkelahian, tipu daya, khianat, penghasut, pengumpat, kebencian, kemabukan, takabur, hawa
nafsu, zinah, cemburu, penyembahan berhala, dan sebagainya.

2.2 Hakekat Dosa


Dalam menjelaskan "hakekat dosa," pertimbangan terhadap "makna hakekat" dan studi
tentang "hakekat" menjadi penting, seringkali terkait dengan ontologi dalam filsafat. Studi ini
melibatkan pertanyaan ontologis yang terus menerus, di mana jawaban akhirnya sering kali
mengarah pada pemahaman bahwa sesuatu "sudah dari sananya." Ungkapan ini dianggap
sebagai inti dari permasalahan yang dihadapi, dengan pertanyaan ontologis yang terus
berkembang karena setiap 'akibat' memiliki 'sebab,' yang dianggap sebagai hakekat, yaitu
'sebab' yang tidak memiliki penyebab.
Ketika menjawab pertanyaan tentang "hakekat dosa," penting kembali kepada
penciptaan manusia sebagaimana dicatat dalam Kejadian 1:26, bahwa manusia diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Ini bukanlah kesamaan harfiah, melainkan derivasi dari Yang
Sempurna, dengan manusia yang tetap tidak sempurna.
Dalam Kejadian 2:7, kita melihat bahwa TUHAN Allah membentuk manusia dari debu
tanah dan memberikan nafas hidup. Hal ini menjelaskan mengapa manusia, meskipun
diciptakan menurut gambar Yang Sempurna, tidak segera menjadi sempurna. Manusia terdiri
dari dua substansi: debu tanah yang fana dan nafas hidup ilahi yang kekal, mengakibatkan sifat
keterbatasan dan kesementaraan, sekaligus sifat kemuliaan dan kekekalan.
Perlu dicatat bahwa pembentukan manusia menggunakan kata "yâtsar" (formed),
berbeda dengan kata dalam Kejadian 1:1 untuk "bâra'" (created). Penciptaan langit dan bumi
melibatkan creatio ex nihilo, yaitu penciptaan dari ketiadaan, sedangkan manusia dicipta dari
bahan yang sudah ada, yaitu debu tanah.
Manusia pertama memilih untuk melanggar perintah Allah dengan meragukan
pernyataan-Nya, terutama terkait dengan kematian. Dengan mempertanyakan motivasi Allah,
mereka mencurigai larangan-Nya sebagai upaya agar manusia tidak menyamai-Nya. Ini
mencerminkan penolakan atau penindasan terhadap kebenaran Allah, yang menyatakan bahwa
kematian pasti terjadi.
Dalam upaya menjadi seperti Allah, manusia mencoba memberontak dan mengambil
alih hak-hak Allah, termasuk pengetahuan tentang baik dan jahat. Hal ini merupakan
pemberontakan terhadap eksistensi Allah sebagai Yang Berdaulat dan Yang Berkehendak.
Kejadian 3:14-19 mencatat kutukan Allah terhadap ular, manusia, dan bumi sebagai
konsekuensi dosa. Manusia terpisah dari hadapan Allah dan mengalami pengusiran dari
Firdaus karena pilihan mereka sendiri. Kejatuhan manusia menjadi awal masuknya dosa ke
dalam dunia, diturunkan dari generasi ke generasi.
Dosa esensial manusia terletak pada penolakan eksistensi Allah dan penindasan
terhadap kebenaran-Nya. Akibat kejatuhan manusia, keberadaannya menjadi tidak bisa tidak
berdosa, kehilangan netralitas pilihan kehendaknya. Dalam hakekat dosa, manusia menolak
eksistensi Allah dan menindas kebenaran-Nya dengan menginginkan kualitas sebagaimana

5
Allah miliki, yang dapat dicapai dengan menolak keberadaan Allah dan menolak kebenaran-
Nya.

2.3 Pembagian Dosa


Dalam konteks Alkitab, dosa dibagi menjadi dua bagian, yaitu dosa asal dan dosa perbuatan.
1. Dosa Asal
Alkitab mengajarkan bahwa dosa pertama kali masuk ke dalam dunia melalui Adam,
menciptakan dosa asal. Firman dalam I Korintus 15:22 menyatakan bahwa seperti semua orang
mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian juga semua orang akan dihidupkan kembali
dalam persekutuan dengan Kristus. Dosa asal bersifat tunggal dan memberikan kekuatan fatal,
menyebabkan manusia tidak dapat melakukan perbuatan yang benar kepada Allah. Namun,
dosa asal ditebus oleh darah Kristus bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
2. Dosa Perbuatan
Ketika manusia mencapai tingkat pengetahuan untuk membedakan benar dan salah,
mereka bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Meskipun kita mewarisi dosa asal melalui
Adam, dosa dalam hidup kita menghasilkan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah
Allah. Dosa perbuatan mencakup tindakan langsung, keinginan, dan pikiran yang melanggar
prinsip kebenaran. Bagi mereka yang percaya kepada Kristus, dosa perbuatan telah ditebus
oleh Kristus, dan Allah tidak lagi memperhitungkannya karena jasa kematian dan penderitaan
Tuhan Kristus Yesus.

2.4 Asal Mula Dosa


Asal mula dosa dapat ditelusuri pada manusia pertama, Adam, yang diciptakan oleh
Allah dan ditempatkan di taman Eden. Meskipun Allah memberikan segala sesuatu yang
diperlukan dan memberikan kehendak bebas, manusia gagal bertanggung jawab terhadap
kehendak tersebut. Hal ini terjadi karena mendengarkan perdebatan dan mengabaikan perintah
Allah, sehingga manusia jatuh ke dalam dosa.
Pertanyaan mengenai asal dosa sering kali memunculkan perdebatan di ranah teologi
dan filsafat. Meskipun Alkitab tidak memberikan keterangan yang jelas, ia menegaskan bahwa
dosa bukan berasal dari Allah dan bukanlah ciptaan-Nya, karena segala sesuatu yang Tuhan
ciptakan adalah baik dan sempurna.
Alkitab menunjukkan bahwa asal dosa berasal dari hati Lucifer, malaikat yang menjadi
sombong dan memberontak terhadap Tuhan. Lucifer kemudian menjadi Iblis, yang melibatkan
manusia dalam memberontak terhadap Allah. Dengan demikian, manusia memiliki
pengetahuan dari Allah tetapi memilih untuk berdosa, dan semua orang bertanggung jawab atas
dosa mereka.
Roma 5:6, 8, 10 menjelaskan keberadaan dosa dalam diri manusia dengan menyoroti
ketidakmampuan manusia untuk tunduk pada hukum Allah, kesengajaan melanggar batas
larangan Tuhan, dan keputusan moral berdasarkan akal budi manusia.
Alkitab memandang dosa sebagai sesuatu yang serius dan berat, bukan hanya sebagai
kelemahan. Setiap dosa, sekecil atau sesedikit apapun, dianggap sebagai pelanggaran dan
membuat manusia menjadi seteru Allah. Pelanggaran terhadap satu hukum Allah dianggap

6
sebagai pelanggaran terhadap semua hukum. Terdapat pula perbedaan dalam kualitas
dan kuantitas dosa.

2.5 Natur Dosa


Pandangan tentang dosa ini mencakup berbagai aspek:
1. Perubahan Status Manusia Akibat Dosa
o Pergeseran dari "tidak berdosa" menjadi "berdosa" akibat dosa Adam.
o Dosa memasuki seluruh kehidupan manusia, memberikan dampak buruk dalam
aktivitas manusia.
2. Pandangan Umum tentang Dosa
o Teori Dualistis
Menganggap kebaikan dan dosa sebagai dua eksistensi kekal yang saling berperang.
o Teori Keterbatasan Manusia
Dosa sebagai akibat keterbatasan manusia.
o Teori Ilusi Dosa
Dosa sebagai ketidakcukupan pengetahuan melalui panca indra.
o Teori Kesadaran akan Kebutuhan akan Allah
Dosa sebagai kesadaran akan kebutuhan akan Allah.
o Teori Tindakan
Dosa mencakup tindakan, pikiran, dan keinginan.
3. Pandangan Alkitab tentang Sifat-Sifat Dosa
o Dosa tanpa Eksistensi Independen
Dosa sebagai kejadian kecelakaan yang menyebabkan kecacatan dalam manusia.
o Dosa sebagai Kejahatan Spesifik
Aktif, dipilih sengaja oleh manusia, menyebabkan permusuhan dengan Allah.
o Dosa Bersifat Mutlak
Tidak ada netral; perlu perubahan total bagi orang berdosa.
o Hubungan Dosa dengan Pelanggaran Kehendak AllahSelalu melibatkan pelanggaran
terhadap kehendak Allah.
o Dosa mencakup Kesalahan dan Pencemaran
Kesalahan Adam mencemari semua manusia, membawa pencemaran yang melekat.
o Dosa Menempati Kedudukan dalam Hati
Mengendap di hati, menyebar ke seluruh aspek kehidupan.
o Dosa Tidak Hanya Tindakan Tetapi Juga Pikiran
Berawal dari pikiran, memunculkan keinginan, dan dinyatakan melalui tindakan.
4. Sifat Universalitas Dosa
o Dosa mencakup relasi dengan diri sendiri, orang lain, setan, dan Allah.
o Relasi dengan diri sendiri melibatkan kuasa yang membelenggu.
o Relasi dengan orang lain: dosa sebagai kelakuan merugikan.
o Relasi dengan setan: dosa sebagai alat pemersatu dengan setan.
o Relasi dengan Allah: dosa sebagai sikap melawan-Nya.
5. Dosa dalam Perjanjian Baru
Dosa dalam Perjanjian Baru mencakup berbagai perilaku dan sikap yang dianggap
melanggar kehendak Tuhan. Beberapa contohnya melibatkan:

7
o Menajiskan tempat Kudus (Markus 11:15-18): Perbuatan yang merusak tempat ibadah.
o Kemunafikan (Matius 23:1-36): Kesalahan menunjukkan ketidakjujuran dan
ketidakbenaran.
o Ketamakan (Lukas 12:15): Keinginan berlebihan memiliki harta dunia.
o Menghujat (Matius 12:22-37): Perkataan yang merendahkan atau menghakimi.
o Melanggar Hukum (Matius 15:3-6): Menempatkan tradisi di atas kehendak Allah.
o Kesombongan (Matius 20:20-28; Lukas 7:14): Tindakan atau sikap yang
mencerminkan kesombongan.
o Menjadi batu sandungan (Matius 18:6): Perilaku yang menyesatkan atau menggiring
orang lain ke dalam dosa.
o Ketidaksetiaan (Matius 8:19-22): Tidak setia dalam mengikuti Kristus.
o Ketidaksopanan dan pelanggaran susila (Matius 5:27-32): Melibatkan perilaku tidak
senonoh atau pelanggaran moral.
o Tidak berbuah (Yohanes 15:16): Kehidupan yang tidak menghasilkan buah rohawi
yang baik.
o Amarah (Matius 5:22): Kemarahan yang tidak terkendali.
o Ucapan yang berdosa (Matius 5:33; 12:36): Ucapan yang tidak benar atau tidak
bijaksana.
o Pamer diri (Matius 6:1-18): Menunjukkan kebaikan atau keagungan diri.
o Kurang beriman (Matius 6:25; Roma 13): Kekurangan iman pada Tuhan.
o Sikap tidak bertanggung jawab dalam pelayanan (Matius 25:14-30; Lukas 19:11-27):
Tidak bertanggung jawab dalam pengelolaan talenta atau tugas.
o Kurang berdoa (Lukas 18:1-8): Kekurangan dalam berkomunikasi dan berserah diri
kepada Tuhan.
o Bebal (Amsal 24:9): Ketidakmengertian dan ketidakbijaksanaan.
o Kecongkakan (Amsal 21:4) Sikap sombong dan membanggakan diri.
o Tidak benar dan tidak adil (1 Yohanes 5:17) Pelanggaran terhadap kebenaran dan
keadilan.
o Tahu yang baik tetapi tidak menjalankan (Yakobus 4:17): Mengetahui yang baik namun
tidak melakukannya.
o Melanggar atau melampaui tuntutan Taurat (1 Yohanes 3:4): Pelanggaran
terhadap hukum Tuhan.
6. Dosa menurut perbedaannya
o Dosa-dosa roh dan dosa-dosa daging: Memisahkan dosa yang terkait dengan aspek
rohaniah dan jasmani.
o Derajat pengetahuan: Mengkategorikan dosa berdasarkan pengetahuan seseorang
tentang perbuatannya.
o Disengaja dan tidak disengaja: Membedakan dosa yang dilakukan dengan sengaja atau
tanpa kesengajaan.
o Sejauh mana seseorang menyerah kepada dosa: Menilai tingkat keterlibatan dan
penyerahan seseorang terhadap dosa.
o Dapat diampuni atau tidak diampuni: Memisahkan dosa yang dapat diampuni dengan
dosa yang dianggap sangat serius.

8
o Membawa maut atau tidak: Membedakan dosa yang memiliki konsekuensi fatal dan
yang tidak.
o Dosa kecil dan dosa besar/lebih besar: Menilai tingkat keparahan dosa, dengan
memisahkan dosa yang dianggap kecil dari yang dianggap besar atau lebih berat.

2.6 Akibat Dari Dosa


Dosa Adam dan Hawa memiliki dampak mendalam pada sikap manusia terhadap Allah,
mengubah hubungan dengan-Nya. Perubahan ini juga mencakup sikap Allah terhadap manusia,
menunjukkan adanya hukuman dan kutukan. Akibatnya tidak hanya dirasakan oleh Adam dan
Hawa tetapi juga oleh keturunan dan seluruh dunia, termasuk munculnya maut,
ketidakmampuan manusia, dan perubahan dalam alam semesta. Injil, sebagai Kabar Baik,
menawarkan kelepasan dari belenggu perhambaan dosa.

2.7 Sifat Universalitas Dosa


Universalitas dosa mencakup empat relasi yang signifikan:
1. Dosa sebagai kuasa yang membelenggu: Sejak jatuh dalam dosa, manusia mengalami
kuasa yang mengikat, yang seringkali membuat mereka tidak mampu melawan Allah,
mengganggu kebebasan manusia.
2. Dosa sebagai kelakuan yang merugikan: Dosa tidak hanya memengaruhi individu yang
melakukannya, tetapi juga merugikan orang lain, baik secara sadar maupun tidak sadar.
3. Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan: Selain sebagai kuasa dan kelakuan, dosa
juga berperan sebagai alat untuk menyatukan manusia dengan setan, menambah
dimensi kegelapan dalam hubungan rohaniah.
4. Dosa sebagai sikap melawan Allah: Akibat dosa, relasi manusia dengan Allah rusak,
bahkan lebih dari itu, manusia menjadi berani melawan Allah, tetapi paradoxically
menjadi lemah dalam melawan setan.

2.8 Dosa Imputasi


1. Dosa Imputasi dan Tiga Azas Imputasi:
o Imputasi dosa Adam kepada keturunannya/umat manusia (Roma 5:12-21): Adam's sin
is imputed to his descendants, affecting all of humanity.
o Imputasi dosa umat manusia kepada Kristus (2 Kor.5:19; 1 Ptr. 2:24): The sins of
humanity are imputed to Christ, emphasizing his role as a sin-bearer.
o Imputasi kebenaran Kristus kepada orang-orang beriman (2 Kor. 5:21): The
righteousness of Christ is imputed to believers, illustrating the transformative power of
faith.
2. Transmisi Dosa Imputasi:
o Dosa imputasi dipindahkan langsung dari Adam ke setiap orang dalam setiap generasi.
o Dosa warisan, sebaliknya, diturunkan melalui perantara, seperti dari orang tua ke anak.
3. Pinalti Terhadap Dosa Imputasi:
o Kematian fisik menjadi hukuman terhadap dosa imputasi (Roma 5:13-14).
o Pinalti terhadap dosa warisan adalah kematian rohani, mengindikasikan pemisahan dari
kehidupan rohaniah.
4. Penyelesaian Dosa Imputasi:

9
o Solusinya adalah imputasi kebenaran Kristus kepada manusia.
o Ketika seseorang percaya kepada Kristus, kebenaranNya diimputasikan, mencerminkan
konsep bahwa berada di dalam Kristus membuat kebenaranNya menjadi milik kita.

2.9 Transmisi Dan Hukuman Dosa


Penyebaran dosa dari Adam kepada keturunannya tidak melalui proses peniruan,
melainkan melalui imputasi. Adam, sebagai kepala dan wakil umat manusia, ketika berdosa,
mengakibatkan kesalahan dan hukuman dosanya diimputasikan kepada seluruh manusia.
Alkitab tidak memberikan penjelasan detail, tetapi jelas bahwa dosa Adam menjadi dosa kita.
Dampak dosa ini membuka peluang bagi pengaruh iblis untuk bekerja di dalam keadaan
manusia yang rusak. Keadaan manusia yang tercemar ini menjadi sumber dari berbagai dosa
perbuatan pribadi, baik dalam tindakan maupun pemikiran. Dosa asal memberikan kekuatan
fatal yang mendorong manusia untuk memberontak terus-menerus kepada Allah,
mengakibatkan penghukuman.

2.10 Orang Kristen Dan Dosa


Menjadi seorang Kristen tidak berarti bebas dari berbuat dosa atau ketaatan terhadap
ajaran Kristus. Kesalahpahaman muncul terkait kesempurnaan palsu dan keadaan tidak
berhukum (antinomianisme). Kesempurnaan palsu, seperti perfeksionisme, tidak didasarkan
pada Alkitab dan mengajarkan bahwa orang percaya tidak mungkin berbuat dosa.
Antinomianisme, sebaliknya, berpendapat bahwa orang Kristen tidak terikat oleh hukum
Taurat.
Alkitab tidak mendukung pandangan ini, melainkan mengajarkan bahwa standar
kehidupan Kristen adalah hidup dalam terang, bukan kesempurnaan tanpa dosa atau kebebasan
total dari hukum. Kesempurnaan menurut Alkitab berarti kematangan, kedewasaan,
kepenuhan, dan kelengkapan. Antinomianisme juga tidak sesuai, karena orang Kristen masih
diharapkan untuk hidup sesuai dengan hukum Kristus.
Pentingnya untuk memahami bahwa pengalaman kristiani haruslah bertumbuh menjadi
dewasa, dan standar kehidupan Kristen adalah kesucian Allah. Pergumulan orang Kristen dan
dosa terjadi dalam tiga bidang: dunia, daging, dan Iblis. Allah menyediakan bantuan melalui
Firman-Nya, pengantaraan Kristus, dan hadirnya Roh Kudus dalam hidup orang percaya.
Dalam melawan dosa, Allah memberikan pertolongan agar setiap orang percaya dapat
mengalami kemenangan.

2.11 Penanggulangan Dosa


Sejalan dengan pemahaman bahwa dosa merupakan pelanggaran terhadap Allah,
Alkitab menegaskan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk menyelesaikan atau
membuat dirinya benar dalam hubungannya dengan Allah. Segala usaha manusia, seberapa
pun baiknya, tetaplah tidak cukup, karena kebenaran manusia dianggap sangat kotor dan
menjijikkan (Yesaya 64:6). Karena semua manusia berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah
(Roma 3:23), manusia tidak mampu menyelamatkan diri sendiri.
Allah, sebagai pencipta manusia yang menganggapnya berharga, telah menyediakan
jalan keselamatan dari dosa, baik dosa yang diwarisi dari Adam maupun dosa-dosa pribadi.
Satu-satunya jalan keselamatan adalah melalui pertolongan Allah. Momen kelemahan manusia

10
menjadi waktu yang ditentukan Allah untuk Kristus mati bagi orang durhaka. Melalui kematian
Kristus, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, memberikan jalan keluar bagi manusia
yang terjerumus dalam dosa (Roma 5:6, 8).
Allah mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, sebagai Juruselamat bagi seluruh umat
manusia. Bagi yang percaya, akan memperoleh kehidupan kekal, sementara bagi yang tidak
percaya, akan mengalami kebinasaan (Yohanes 3:16-18). Inilah rancangan Allah untuk
memberikan jalan keluar kepada manusia berdosa.

2.12 Dosa Yang Tidak Dapat Diampuni


Alkitab memberikan peringatan serius terkait dosa yang tidak dapat diampuni,
khususnya berkaitan dengan penghujatan terhadap Roh Kudus, sebagaimana disampaikan oleh
Tuhan Yesus dalam Matius 12:31-32. Meskipun berbagai spekulasi mencoba mengidentifikasi
dosa ini, terdapat pemahaman bahwa dosa ini melibatkan ketidakpercayaan terus-menerus pada
Kristus hingga akhir hidup, yang berujung pada penolakan terhadap pekerjaan Roh Kudus.
Penghujatan dapat terjadi melalui lisan atau tulisan, dan dalam konteks peringatan
Yesus, hal ini terkait dengan tuduhan bahwa Yesus bekerja sama dengan Setan. Pada dasarnya,
dosa ini menunjukkan keadaan hati yang terus menerus menolak pekerjaan Roh Kudus,
sehingga membatasi kemungkinan pertobatan.
Meskipun Yesus memberikan peringatan serius, contoh kasus di kayu salib
menunjukkan bahwa Yesus berdoa untuk pengampunan terhadap mereka yang menghujat-Nya
karena ketidaktahuan. Oleh karena itu, ada harapan untuk pertobatan dan pengampunan selama
seseorang belum mencapai titik ketika hatinya terlalu keras untuk merasa bersalah atas dosa
tersebut.
Orang Kristen yang tulus dan merasa takut telah melakukan dosa yang tidak dapat
diampuni, seringkali menunjukkan tanda-tanda pertobatan, dan keyakinan bahwa Allah,
dengan pemeliharaan yang berdasarkan kasih karunia-Nya, akan menjaga orang-orang kudus
untuk tidak jatuh pada dosa semacam itu.
Penting untuk diingat bahwa konteks budaya dan pemahaman akan mempengaruhi
tingkat kesadaran dan pengetahuan seseorang terhadap kebenaran. Dalam keadaan
ketidaktaatan, Allah tetap memberikan kesempatan bagi pertobatan, namun, setiap individu
harus berhati-hati terhadap penghujatan terhadap pekerjaan Roh Kudus dan menjaga hati
mereka agar tidak terlalu keras terhadap kerohanian.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dosa merupakan konsep yang kompleks dalam konteks keagamaan, moral, dan filsafat.
Dalam perspektif agama, dosa merupakan pelanggaran terhadap kehendak Allah dan
menyebabkan kerusakan dalam hubungan manusia dengan-Nya. Konsep dosa asal, dosa
perbuatan, serta transmisi dan akibat dosa menjadi pokok pembahasan yang penting dalam
pemahaman mengenai dosa. Meskipun dosa memiliki akibat yang serius dan merugikan,
Alkitab menawarkan jalan keselamatan melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai
solusi dari dosa-dosa manusia.
ditegaskan dalam Alkitab, dan solusi untuk dosa bukanlah melalui usaha manusia
semata, tetapi melalui penerimaan anugerah dan pertolongan Allah. Allah menawarkan
keselamatan melalui Yesus Kristus, yang datang ke dunia untuk menebus dosa manusia melalui
kematian dan kebangkitan-Nya. Orang percaya dipanggil untuk percaya kepada Kristus,
bertobat dari dosa, dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Dalam menanggulangi dosa, Allah memberikan Roh Kudus kepada orang percaya,
yang membantu mereka mengerti Firman-Nya, menuntun mereka dalam ketaatan, dan
memberikan kekuatan untuk mengalahkan dosa. Orang percaya juga didorong untuk hidup
dalam persekutuan dengan sesama percaya, mempraktikkan kasih dan pertolongan kepada
yang membutuhkan, serta memuliakan Allah dalam segala aspek kehidupan mereka.
Penanggulangan dosa melibatkan kesadaran akan dosa, pertobatan, percaya kepada Kristus,
hidup dalam Roh Kudus, dan berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah.

12
DAFTAR PUSTAKA
[1] E. T. Lenia, “MAKALAH TENTANG DOSA,” p. 5, 2019.

[2] B. Sitompul , “TEOLOGI SISTEMATIKA,” 2022.

13

Anda mungkin juga menyukai