Anda di halaman 1dari 16

Maksiyat dan aspek yang mengikutinya

Tugas ini dikemukakan untuk memenuhi syarat mata kuliah

Nama : Aisha Nadela (1600023199)


Annisa Qhairia (1600023200)
Kelas :III C

Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan


2017
Daftar isi

Abstract ................................................................................................................................... i
Pendahuluan ............................................................................................................................ 1
a. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
b. Permasalahan .............................................................................................................. 2
c. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 2
d. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
e. Metode Penelitian ....................................................................................................... 3
f. Studi Literatur ............................................................................................................. 3
Pembahasan............................................................................................................................. 4
a. Definisi Maksiat .......................................................................................................... 4
b. Dasar Hukum tentang maksiat dalam Islam ............................................................... 5
c. Dampak-dampak Buruk Maksiat ................................................................................ 5
1. Menggelisahkan hati ............................................................................................. 5
2. Terjadi Bencana Alam .......................................................................................... 6
3. Konflik Antara Manusia ....................................................................................... 6
4. Terlambat Untuk Masuk Surga ............................................................................. 6
d. Keadaan masyarakat Indonesia saat ini ..................................................................... 8
e. Cara untuk menghindarkan diri dari maksiat .............................................................. 9
1. Membaca al-Quran .............................................................................................. 10
2. Mengosongkan perut ............................................................................................. 10
3. Shalat Malam ........................................................................................................ 10
4. Berdzikir ............................................................................................................... 10
5. Bergaul dengan orang shaleh ................................................................................ 11
Abstract

Immoral and the aspects that follow behind him. The paper is composed based on analysis from
experts including Ibn Qayyim al-Jawziyah. Understanding of what is immoral, what is including
immoral, how the consequences and ways to avoid self-slander read in this paper. On behalf of
slander or ma'shiyat is a thing or bad action that can be done by human consciousness and
unconsciously. An immoral can secrete self disease and the way the culprit is drowned in a state
that he is not aware of distancing himself from Allah's side. Immoral is now a problem that is
quite heavy in Indonesia, in the present. Based on the opinions of the biblical scholars and the
current problems, we are trying to explain in detail about them. This paper provides an
analytical view of the definition of immoral, what are the things that include immorality, some
bad impacts for the perpetrators of immoral and current cases of malice and how to avoid the
things that smelled immoral.
Keywords : consequences, immoral and self disease

Abstrak

Maksiat dan aspek-aspek yang mengikuti dibelakangnya. Karya tulis ini dirangkai berdasarkan
analisa dari para ahli termasuk Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Pemahaman tentang apa itu maksiat,
apa saja yang termasuk maksiat, bagaimana akibatnya dan cara-cara menghindarkan diri dari
perbuatan maksiat dibahas dalam karya tulis ini. Pada dasarnya maksiat atau mashiyat
merupakan hal ataupun tindakan buruk yang dapat dilakukan manusia dengan kesadaran ataupun
tanpa sadar. Maksiat dapat mengakibatkan penyakit hati dan membuat pelakunya tenggelam
dalam keadaan yang tidak disadarinya mengjauhkan dirinya dari sisi Allah SWT. Maksiat saat
ini sudah menjadi permasalahan yang cukup berat di Indonesia, terlebih pada generasi masa kini.
Berdasarkan pendapat para ahli kitab dan permasalahan yang terjadi saat ini, kami berusaha
memaparkan secara runut mengenai hal-hal tersebut. Karya tulis ini memberikan pandangan
analisa mengenai definisi maksiat, hal-hal apa saja yang termasuk maksiat, beberapa dampak
buruk bagi pelaku maksiat dan studi kasus mengenai bahaya maksiat saat ini serta bagaimana
menghindarkan diri dari hal-hal yang berbau maksiat.
Kata kunci : Konsekuensi, Maksiat dan Penyakit hati

i
Pendahuluan

a. Latar belakang

Manusia terlahir atas izin Allah dari tanah dengan berbagai sifat dan perbuatan yang
melekat pada dirinya sejak dalam kandungan sampai kembali lagi ke sisi Allah. Manusia yang
dapat melakukan kebajikan dan menghabiskan waktunya dalam kebaikan akan termasuk
kedalam golongan yang beruntung di sisi Allah swt. Alangkah beruntungnya mereka yang
termasuk kedalam golongan yang beruntung, sedangkan dilain sisi terdapat golongan yang
disebut oleh Allah sebagai golongan yang merugi. Mereka yang termasuk kedalam golongan
yang merugi salah satunya tidak dapat membuat hari ini lebih baik dari kemarin dan tidak dapat
membuat esok menjadi lebih baik dari hari ini dalam berbagai perkara dunia dan akhirat.

Salah satu perkara dunia yang mempengaruhi manusia adalah nafsu. Nafsu dapat
dipahami dalam dua sisi yakni nafsu baik dan nafsu yang buruk. Nafsu yang baik adalah nafsu
yang diikuti tindakan yang memberikan keuntungan bagi diri manusia tetapi tanpa merugikan
dirinya serta oranglain seperti nafsu makan. Sedangkan nafsu yang buruk dekat dengan namanya
keburukan dan maksiat. Keburukan muncul ketika nafsu tidak dapat dikendalikan dan dijaga
oleh manusia itu sendiri. Penyalahgunaan nafsu oleh manusia dapat berujung pada tindakan-
tindakan yang dapat merugikannya dan juga orang lain.

Munculah tindakan-tindakan buruk yang termasuk kedalam maksiat. Maksiat sering kita
dengar dalam sehari-hari, biasanya dihubungkan dengan tindakan kriminal. Tetapi dalam definisi
lebih luas, maksiat dapat dipelajari dan dipahami berdasarkan bukti-bukti dan kisah dari Allah
swt. Salah satu yang dapat dijadikan contoh pada saat awal mula penciptaan manusia yakni Nabi
Adam as. Nabi Adam as melanggar perintah Allah swt dengan mengambil buah khuldi.
Akhirnya Nabi Adam as dikeluarkan dari surga dengan izin Allah swt atas kemaksiatan yang
telah ia perbuat. Nabi Adam as melanggar perintah Allah swt dengan bujukan iblis, maka Allah
swt memberikan hukuman atas tindakannya. Maka seorang nabi pun telah Allah swt hukum
ketika ia melakukan tindakan maksiat. Tindakan maksiat tidak hanya yang berhubungan dengan
hukum atau kriminal, karena sudah ada sejak zaman penciptaan manusia pertama. Dapat kita
pahami bahwa maksiat merupakan tindakan yang buruk dan dimurkai Allah.

2
Maksiat tidak hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki keburukan atau kaum durjana,
ia juga dapat membuat seseorang yang baik dan yang termasuk sholeh tergelincir jatuh kedalam
maksiat. Tingkat iman manusia tidak dapat menjamin dirinya selalu dapat terhindar dari tindakan
maksiat, tetapi kita harus selalu menjaga tingkat iman kita di level yang stabil. Banyak kisah-
kisah para alim ulama yang terjerumus dalam maksiat sehingga ia dilaknat dan dimurkai oleh
Allah swt. Makalah ini disusun dengan berdasarkan pendapat para ahli tentang pendalaman-
pendalam tentang maksiat dan bahaya dari maksiat. Maka dari itu penting menurut kami untuk
mempelajari apa itu maksiat, apa saja yang termasuk dalam sebutan maksiat dan apa yang dapat
terjadi ketika kita melakukan maksiat.

b. Permasalahan

Dalam perumusan makalah ini, beberapa masalah mengenai maksiat dapat kita ketahui
antara lain apa itu maksiat, tindakan atau hal apa yang termasuk kedalam maksiat. Apa yang
menjadi dasar hukum maksiat dan dampak dari maksiat serta hal-hal yang dapat kita lakukan
untuk menghindari tindakan maksiat.

c. Pertanyaan penelitian
Dalam makalah ini, dapat kami susun beberapa pertanyaan tentang maksiat sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan maksiat?
2. Dasar-dasar apa yang menjadi hukum tindakan maksiat?
3. Apa yang menjadi dampak atau akibat dari perbuatan maksiat?
4. Bagaimana kita menghindari kegiatan maksiat dengan situasi saat ini?

d. Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk :


1. Untuk mengetahui apa itu maksiat
2. Memahami dasar-dasar hukum Islam tentang maksiat
3. Mengetahui dampak-dampak negatif yang dapat diakibatkan dari tindakan maksiat
4. Dapat menjadi pengetahuan untuk menghindari perbuatan-perbuatan maksiat

3
e. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian literature sehingga termasuk penelitian kualitatif,


karena data-data yang disajikan dalam penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan dan dapat
diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan angka statistik. Pendapat-pendapat ahli
yang dirujuk dalam penelitian ini dicantumkan dalam footnote atau catatan kaki.

f. Studi literature

Literature yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber bacaan yang
didapatkan dari buku, kitab maupun internet. Fokus kajian literature makalah ini adalah
mengenai maksiat dengan aspek-aspek yang mengikuti dibelakangnya. Salah satu ahli yang
diambil pendapatnya dalam makalah ini adalah Ibnu Qayyum al-Jauziyah tentang penyakit hati.
Jadi penelitian ini menghubungkan antara pemahaman tentang maksiat dengan penyakit hati
yang dapat terjadi karena tindakan maksiat.

4
Pembahasan

a. Definisi maksiat

Dalam bahasa arab, maksiat diambil dari kata Mashiyat yang berarti durhaka 1. Secara
penggunaannya, maksiat ditujukan pada hal-hal atau tindakan yang durhaka. Secara kaidah
bahasa, tindakan durhaka dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri
dan orang lain. Kata durhaka dalam pandangan Islam juga dapat diartikan sebagai tindakan-
tindakan yang melanggar ketentuan Allah swt.

Seorang ahli ushul fiqh, Fathi al-Duraini mengartikan bahwa maksiat adalah segala
perbuatan yang sifatnya meninggalkan yang wajib dan mengerjakan yang haram. Hal tersebut
menyangkut perbuatan itu berkaitan dengan hak-hak Allah swt ataupun yang berkaitan dengan
hak-hak pribadi orang lain2.

Dalam perspektif ilmu fiqh umumnya, tindakan maksiat tidak dibatasi pada perbuatan
zina atau mengonsumsi minuman keras dan sejenisnya, maksiat juga mencakup tindakan
pencurian, penistaan terhadap harkat seseorang, mengonsumsi segala sesuatu yang diharamkan
oleh Allah swt ataupun memberikan kesaksian dan sumpah palsu.

Maksiat yang diartikan dengan durhaka, dimaksudkan untuk menyebut tindakan atau
perbuatan durhaka yang melanggar ketentuan dan perintah Allah swt dan Rasul. Lebih kompleks
lagi, tindakan maksiat diartikan sebagai tindakan durhaka karena melakukan tindakan-tindakan
yang dilarang dalam Islam. Maksiat sendiri ada yang disebutkan sifatnya merusak dan menodai
ketentraman umum dan hak masyarakat, dan juga ada yang sifatnya merugikan secara personal
kepada orang lain. Dengan semikian segala perbuatan yang tidak sejalan dengan syariat Islam
disebut maksiat, apakah itu menyangkut hak Allah swt ataupun yang menyangkut hak orang lain.
Secara harfiyah, maksiat artinya durhaka atau tidak patuh kepada ketentuan Allah swt.
Maksudnya adalah suatu perbuatan yang tidak mengikuti apa yang telah digariskan oleh
ketentuan Allah swt. Lawan kata dari maksiat adalah taat, yang berarti mengikuti segala perintah
Allah swt dengan menjauhi larangan-larangannya.

1
Munawwir 2017
2
Taufiq, 2002, Hal. 133

5
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat kami simpulkan bahwa maksiat adalah
tindakan atau perbuatan secara fisik ataupun moril yang melukai hak-hak oranglain termasuk hak
Allah swt dengan melakukan kemunkaran atau melanggar ketentuan-Nya dan tidak melakukan
apa yang diperintahkan oleh Allah swt.

b. Dasar hukum tentang maksiat dalam Islam

Pada dasarnya, perbuatan maksiat adalah dosa, dan dosa diterangkan sebagai berikut :
Allah swt berfirman, maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa dengan dosanya,
maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantaranya
mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantaranya mereka ada yang Kami
benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah swt
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri (QS 29:40)

Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna
hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah
dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-
sebut Allah dalam ayat, Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutup hati mereka.(HR Tarmidzi)

c. Dampak-dampak buruk maksiat

Perbuatan maksiat dapat menyebabkan dosa bagi pelakunya dan juga dapat menyebabkan
hal hal lain seperti3:
1. Menggelisahkan hati.
Ketenangan hati merupakan sesuatu yang sangat diperlukan untuk oleh manusia
dalam menjalani kehidupannya, apalagi bagi para pejuang di jalan Allah swt. Sebagai
manusia, kehidupan ini dapat dijalani dengan baik apabila ada ketenangan batin, namun
bila ketenangan jiwa tidak dimiliki disebabkan oleh maksiat-maksiat yang dilakukan

3
Husni Mubaroq,2008 Hal 31

6
seperti permasalahan syirik cinta (virus pink) dan mengutamakan kehidupan dunia, tentu
saja kehidupan ini tidak mampu dijalani dengan baik.
Oleh sebab itu, sangat berbahaya bila pemimpin dan rakyatnya tidak memiliki
ketenangan jiwa disebabkan dosa yang dilakukannya. Hal ini karena dosa memang dapat
menggelisahkan hati pelakunya dan melahirkan tindakan-tindakan yang mendatangkan
perbuatan dosa berikutnya.
2. Terjadi bencana alam
Di dunia ini seringkali terjadi bencana alam mulai dari kemarau yang terlalu
panjang hingga masyarakat kesulitan air, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor,
banjir, kebakaran, angina kencang, wabah penyakit dan sebagainya. Hal-hal itu jangan
hanya dianggap sebagai peristiwa alam biasa, bias jadi bencana tersebut ada kaitannya
dengan dosa yang dilakukan oleh manusia sehingga Allah swt menunjuukkan
kemurkaan-Nya.
Terjadinya berbagai bencana alam pada hakikatnya adalah untuk mengingatkan
manusia agar menyadari kesalahannya sehingga mereka mau kembali ke jalan yang
benar. Allah swt berfirman, Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar merekan kembali ke jalan yang benar (QS 30:41).
3. Konflik antara manusia
Dosa yang dilakukan oleh manusia ternyata bisa menimbulkan konflik di antara
sesame mereka. Bahkan hingga terjadi tindakan-tindakan yang ganas antara satu dengan
lainnya. Sesuatu yang semula tidak kita duga sama sekali dapat terjadi. Hal ini karena
orang yang berbuat dosa tidak mau mengakui kesalahannya, meskipun tahu bahwa ia
telah berbuat maksiat atau dosa. Maka orang yang dianggap telah berbuat salah dan dosa
akan dipermasalahkan sehingga terjadilah konflik yang tidak sedikit melahirkan
tindakan-tindakan yang sadis diantara mereka.
4. Terlambat untuk masuk surga
Dalam rangkaian peristiwa pada hari kiamat, ada saat dimana manusia akan
menunggu keputusan Allah swt, apakah ia akan dimasukkan ke dalam surge atau ke
neraka. Orang yang berat timbangan amal sholehnya akan masuk ke surga, sedangkan
orang yang berat timbangan dosanya akan masuk ke neraka. Bagi orang-orang yang

7
gemar berbuat maksiat (dosa) dalam hidupnya di dunia, termasuk didalamnya dosa kecil
maupun dosa besar. Allah swt berfirman, Barang siapa yang berpaling dari Al-Quran,
maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di
dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat,
(yaitu) di hari (yang waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada
hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram (QS 20:100-102)
Selain beberapa dampak diatas, berbuat maksiat juga dapat terkena penyakit hati.
Penyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh
menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas dan menyayat
hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan
keinginan. Orang yang hatinya sakit akan tergambar pada persepsi dan keinginan. Karena
hatinya penuh dengan kebencian, mulutnya penuh dengan ujaran menyakitkan dan
pemikirannya yang selalu buruk terhadap hal-hal yang ada disekitarnya, penyakit hati
sangatlah menyakitkan bagi manusia. Pada dasarnya penyakit hati diawali dari tindakan-
tindakan maksiat yang dibiarkan sehingga menjadi kebiasaan.

Para ahli merumuskan lebih detail mengenai penyakit hati antara lain :

Hamka4 : penyakit hati terdiri dari marah, ujub, membanggakan diri


sendiri, mengolok-olok orang lain, dendam, dan mangkir dari
janji.
Amin Syukur5 : penyakit hati terdiri dari marah, egois, dengki, sombong, kikir,
boros, mudah berkeinginan, buruk sangka dan berbohong.
Mujtaba6 : penyakit hati terdiri dari pemberang, pesimis, dusta, zalim,
marah, melanggar janji, khianat, kikir dan serakah.

Coba bayangkan apabila penyakit hati ada didalam diri kita, betapa tersiksanya
diri ini untuk hidup tenang. Penyakit-penyakit hati dapat terjadi karena diri ini mulai

4
Hamka, 1983 hal : 154
5
Amin Syukur, 2004 halaman 5-11
6
Musawi, 1990 Hal. 5-7

8
melakukan maksiat dan terbiasa melakukannya7. Oleh karena itu maksiat merupakan hal
buruk yang dapat membuat kita secara perlahan jatuh kedalam keburukan baik dari sisi
Allah swt maupun dari pandangan makhluk lain.

d. Keadaan masyarakat Indonesia saat ini

Indonesia sudah merdeka 72 tahun pada tahun 2017 ini. Memasuki usia tersebut,
Indonesia semakin diresahkan dengan kemunduran nilai-nilai positif pada masyarakatnya. Sudah
berkurangnya nilai tenggang rasa, sosial dan nilai-nilai kebaikan yang dahulu pernah menjadi ciri
khas bangsa. Berkutangnya atau turunya kebaikan-kebaikan yang ada di Indonesia dapat terjadi
karena Indonesia memasuki masa yang cukup menyedihkan, yakni Indonesia masuk kedalam
masa darurat maksiat. Berikut beberapa portal media online yang khusus yang memaparkan
Indonesia darurat maksiat :
http://www.panjimas.com/news/2016/12/06/boyolali-darurat-maksiat-dalam-sehari-luis-grebek-
pelaku-pekat-di-3-tempat/
dalam berita diatas, daerah Boyolali darurat maksiat judi.
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2016/06/01/44422/luis-solo-darurat-
maksiat/#sthash.ObBEx96q.dpbs
dalam berita diatas, daerah Solo darurat prostitusi
https://www.arrahmah.com/2015/05/06/darurat-pelacuran-darurat-gaya-hidup-liberal/
Portal diatas memuat keterangan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan
persoalan praktik prostitusi perlu solusi untuk penyelesaiannya. Ia menuturkan, praktik pelacuran
merupakan persoalan di semua negara yang di dalamnya terdapat empat persoalan mendasar,
yaitu tindak perbudakan, kriminalitas, eksploitasi, dan perdagangan manusia. Menurutnya,
pelacuran dan pornografi sudah paralel dan saling terkait karena di situ ada hubungan seksual
sedarah atau incest, pedofilia, serta paket wisata yang mengandung unsur pornoaksi dan
pornografi. Termasuk pelacuran online yang merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai modus dari sekian banyak cara yang digunakan para mucikari untuk
menjalankan bisnisnya.
http://posmetropadang.co.id/padang-darurat-maksiat/

7
Syekh Ibn Taimiyah, 2006. Hal. 18-19

9
portal diatas, daerah Padang yang darurat prostitusi remaja
Berdasarkan beberapa portal berita diatas, dapat kita simpulkan bahwa kondisi Indonesia
saat ini memasuki era darurat maksiat. Sesuai definisi maksiat yang dapat diartikan dengan
beragam tindakan dan perbuatan seperti perjudian, prostitusi dan masih banyak lainnya. Hal ini
sudah seharusnya kita jadikan perhatian khusus tentang bagaimana kita menghadapi era darurat
maksiat.

e. Cara untuk menghindarkan diri dari maksiat

Kemaksiatan yang dilakuan manusia menjadikan Allah tidak ridho, atau menajadikan
manusia semakin jauh dari rahmat-Nya. Apalagi jarang menjalankan perintah-Nya; seperti sholat
puasa, sedekah, bahkan mengingat-Nya juga jarang dilakukan, apalagi beramal sholeh. Dengan
demikian, manusia nyaris dalam jurang kehancuran karena kemaksiatan, akan tetapi jika manusia
senantiasa mengingatnya kemabli, kemudian rajin beribadah; baik mahdoh atau nawafil, maka
Allah juga mengingat kita.

Amal sholeh baik yang mahdhoh atau sunnah akan menjadi penghapus dosa, kecuali
dosa-dosa besar. Allah berfirman QS.Huud 114. Artinya Dan dirikanlah sembahyang itu pada
kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Secara sederhana, Rasul saw telah mengajarkan beberapa hal dapat dilakukan oleh
manusia agar terhindar dari maksiat antara lain :

1. Ghadul Bashar atau menjaga pandangan. Menjaga pendangan tidak hanya berfokus pada
pandangan ke lawan jenis, tetapi juga terhadap peluang-peluang maksiat dapat dilakukan
demi mencari keungungan bagi diri sendiri. Barang siapa yang dapat menjaga pandangan
matanya, maka niscaya dirinya telah berusaha menghindarkan dirinya dari perbuatan
dosa.
2. Rasul mengajak ummatnya berpuasa. Pada dasarnya, manusia berbaut maksiat untuk
mencari keuntungan atau demi memuaskan dirinya. Hal tersebut dapat dicegah dengan
puasa. Sesuai yang kita pahami bahwa puasa adalah kegiatan yang menahan nafsu dari

10
awal terbitnya matahari hingga terbenam. Dengan berpuasa maka kita sudah berusaha
menjaga perut, lisan, mata hingga diri dari nafsu yang berlebihan. Hal ini sangat efektif
dalam menghadapi tantangan zaman yang darurat maksiat. insyaAllah dengan berpuasa,
setidaknya kita sudah berusaha menjaga diri dari maksiat yang dapat terjadi baik sengaja
maupun tidak disengaja.
3. Menikah. Rasul sangat menganjurkan ummatnya untuk menikah apabila sudah mampu.
Dengan menikah diharapkan kebutuhan biologis dan kemauan seseorang dapat terpenuhi
dengan baik, dengan tujuan tidak terjadinya maksiat-maksiat yang terjadi di Indonesia.
Sayangnya, menikah di Indonesia sangat rentan berbenturan dengan adat, usia dan
karakter manusianya. Padahal dengan menikah, seseorang telah memuliakan oranglain
demi mencari keridhoan Allah swt.

Apabila telah terjadi maksiat dalam diri, dan telah timbul penyakit hati. Ada beberapa
obat penyakit hati menurut Abi Bakar Ibnu Muhammad8 antara lain :

1. Membaca al-Quran
Membaca al-Quran termasuk obat pelipur lara dan pengobat hati, sebab dengan
sering membaca Quran maka hati akan menjadi jinak, lembut dan dipenuhi oleh kasih
sayang.

2. Mengosongkan perut
Mengosongkan perut juga termasuk obat pelipur hati, disini yang dimaksud
adalah dengan cara berpuasa. Sesuai anjuran Rasul, berpuasa dapat melatih menahan diri
dan nafsu manusia. Dengan berpuasa hati menjadi lapang dan gembira, badan akan
menjadi ringan untuk melaksanakan ibadah.

3. Shalat malam
Shalat malam dapat menangkal tipu muslihat syaitan, mencegah dosa dan
menghindari berbagai macam penyakit jasmani.

4. Berdzikir

11
Semakin banyak mengingat Allah swt, akan memudahkan datangnya hidayah
kedalam diri kita. Khususnya berdzikir pada waktu sahur dapat memberi kesenangan dan
mengobati hati, sebab waktu sahur adalah waktu yang tepat untuk bermujahadah kepada
Allah swt.

5. Bergaul dengan orang shaleh


Kepada siapa kita mendekatkan diri, disanalah diri kita dibentuk. Setidaknya
prinsip tersebut juga aplikatif dalam sudut pandang islam demi menjaga diri dari maksiat.
Semakin sering kita bersama ahli ibadah, maka kita juga akan semakin berniat untuk
mencari ilmu.

12
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya:
1. maksiat merupakan tindakan manusia yang melanggar hokum moral yang
bertentangan dengan perintah Allah swt. Maksiat dapat melemahkan dan memutuskan
jalan menuju Allah. Maksiat membuat seorang individu untuk berbuat suatu hal yang
condong kepada kemungkaran.
2. salah satu penyebab terjadinya maksiat adalah
Agar kita jauh dari konflik antar manusia kita harus bersabar, diselesaikan dengan
baik, tidak berburuk sangka, banyak beristighfar, serta kembali kepada Allah dan
mengamalkan al-Quran
3. orang berbuat maksiat karena :
a. Karena kebodohan, jiwa lemah dan pikiran pendek yang membuat orang ternoda
dengan perbuatan dosa. Oleh karena itu ia disebut sebagai pelaku maksiat.
b. Karena sengaja membangkang Allah swt

13
Daftar Rujukan

Abdullah, Taufik, et al. (2002) Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve,.

Amin Syukur, Insan Kamil (2004) Paket pelatihan Seni Menata Hati, Semarang, Lembkota.
halaman 5-11

Hamka (1983) Tafsir al-Azhar, Jakarta : Panji Mas, hal : 154

Husni Mubaroq (2008) Pengaruh Maksiat terhadap penyakit hati menurut Ibn Al-Qayyim Al-
Jauziyah, Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah, Hal 31

Munawwir,A.W. dan Fairuz M(2017), Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap,


Bandung, Pustaka Progresif

Musawi, Mujtaba (1990) Psikologi Islam, Membangun kembali Generasi Muda. Terj. Youth and
Moral, Bandung : Pustaka Hidayah, Hal. 5-7

Syekh Ibn Taimiyah (2008) Jangan Biarkan Penyakit Hati Bersemi,I, Jakarta PT. Serambi
Semesta, Hal. 18-19

14

Anda mungkin juga menyukai