Disusun oleh :
Wiqoyatul Fauziah 1910631120107
Zahra Yulmaica Iflami 1910631120109
Zulfa Haiatun Najah 1910631120110
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Masalah.............................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
1. Mencegah Korupsi Pada Diri Sendiri........................................................5
2. Mencegah korupsi di lingkungan keluarga...............................................7
3. Mencegah Korupsi di Masyarakat Sekitar..............................................10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentukbentuk dan
perwujudan korupsi jauh lebih banyak daripada kemampuan untuk melukiskannya. Iklim
yang diciptakan oleh korupsi menguntungkan bagi tumbuh suburnya berbagai kejahatan.
Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini. Kasus korupsi
sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat, meluas dimana–mana,
dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang canggih dan memanfaatkan teknologi
modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari kian marak. Hampir setiap hari berita
tentang korupsi menghiasi berbagai media.
Bahkan Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga
masyarakat sulit membedakan nama perbuatan korup dan mana perbuatan yang tidak
korup. Meskipun sudah ada komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan beberapa instansi
antikorupsi lainnya, faktanya negeri ini menduduki rangking teratas sebagai negara
terkorup di dunia. Tindak korupsi di negeri ini bisa dikatakan mulai merajalela, bahkan
menjadi kebiasaan, dan yang lebih memprihatinkan adalah korupsi dianggap biasa saja
atau hal yang sepele.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
korupsi, namun tetap saja korupsi menjadi hal yang sering terjadi. Pendidikan antikorupsi
melalui jalur pendidikan lebih efektif, karena pendidikan merupakan proses perubahan
sikap mental yang terjadi pada diri seseorang, dan melalui jalur ini lebih tersistem serta
mudah terukur, yaitu perubahan perilaku anti korupsi.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Mencegah Korupsi Pada Diri Sendiri,
2. Bagaiman Mencegah Korupsi di Lingkungan Keluarga
3. Bagaiman Mencegah Korupsi di Masyarakat Sekitar
3. Tujuan Masalah
4
1. untuk mengetahui Bagaimana Mencegah Korupsi Pada Diri Sendiri,
2. untuk mengetahui Bagaiman Mencegah Korupsi di Lingkungan Keluarga
3. untuk mengetahui Bagaiman Mencegah Korupsi di Masyarakat Sekitar
BAB II
PEMBAHASAN
5
Penanaman nilai-nilai kejujuran sebagai salah satu cara mencegah korupsi
mulai dari diri sendiri sangatlah penting dan kita bisa mengaplikasikan prinsip-
prinsip kejujuran ini dalam kegiatan kita di seluruh unit pelayanan teknis
pemasyarakatan yang kita lakukan sehari-hari. Seperti jujur dalam berbicara, jujur
dalam bertindak dan selalu jujur dalam melakukan semua aktivitas sehari-hari.
Dengan begitu, secara perlahan kita dapat menanamkan sifat kejujuran di dalam
diri kita dan agar kita bisa memiliki ketahanan terhadap tindakan korupsi yang
dapat dilakukan dengan mudah apabila di dalam seseorang sudah memiliki sikap
tidak jujur.
b. Memahami Hukum yang Berlaku
Setelah kita sadar bahwa pentingnya bersikap jujur, langkah selanjutnya
yang bisa dilakukan untuk bisa mencegah tindakan korupsi dari dalam diri sendiri
adalah dengan lebih memahami pengertian dari hukum yang berlaku di Indonesia.
Contohnya, ketika seseorang oknum pemasyarakatan melakukan suatu tindak
pidana korupsi. Maka ia akan diproses hukum oleh Negara melalui hukum yang
berlaku di Indonesia yaitu melalui proses penanganan tindak pidana korupsi,
khususnya berdasarkan Undang–Undang No. 31 Tahun 1999 Undang–Undang
No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang– Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Hal yang perlu mendapat perhatian bahwa hukum hendaknya ditegakkan secara
konsekuen. Aparat harus menindak siapa saja yang melakukan korupsi tanpa
pandang bulu atau tanpa melihat siapa saja pelakunya. Pemerintah dan
masyarakat melalui lembaga – lembaga yang ada harus berani melakukan
pembersihan. Terhadap siapa saja yang tidak jujur dalam mengelola atau
menggunakan uang Negara yang dengan mengetahui hal tersebut kita dapat
membentuk mental disiplin di dalam diri kita sehingga dengan adanya rasa
disiplin, kita akan selalu taat kepada hukum
c. Hidup Sederhana
Rasa yang selalu senantiasa bersyukur kepada tuhan yang maha esa akan
membentuk suatu kesederhanaan di dalam hidup kita. Rasa untuk dapat hidup
dengan sederhana dapat membuat kita selau merasa berkecukupan. Kita bisa
mulai menamkan nilai-nilai kesederhanaan lewat berbagai macam kegiatan.
Contohnya janganlah memaksakan kehendak apabila kita belum mampu untuk
membeli sesuatu dan janganlah kita biarkan sifat konsumtif hadir d idalam diri
kita. Lalu biasakanlah untuk membeli suatu barang yang baru apabila barang yang
lama benar-benar tidak bisa digunakan atau tidak bisa diperbaiki lagi. Tanamkan
di dalam diri kita bahwa yang paling penting dari suatu barang adalah fungsinya,
bukan bagus atau barunya
d. Mengajarkan Sifat Tanggung Jawab
Sugono menyebut definisi tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Artinya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan. Tanggung jawab berhubungan erat dengan
integritas diri pribadi karena apabila seseorang melakukan sesuatu pekerjaan
maka ia harus bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Rasa tanggung jawab
dapat ditanamkan dari dalam diri kita sendiri dengan menanamkan sikap bahwa
6
kita sebagai petugas pemasyarakatan untuk selalu melakukan tugas dengan
sebaik-baiknya dan bertanggung jawab atas tugas yang telah menjadi kewajiban
kita untuk melaksanakannya. Hal tersebut nantinya akan berkembang menjadi
sebuah prinsip untuk senantiasa hidup bertanggung jawab dan mematuhi aturan-
aturan yang ada pada hukum yang berlaku.
e. Meningkatkan Keberanian
Langkah selanjutnya sebagai cara mencegah korupsi dari dalam diri
sendiri adalah menumbuhkan rasa kepedulian. Rasa empati perlu ditanamkan oleh
petugas pemasyarakatan melalui beberapa contoh seperti menolong rekan kerja
yang sedang mengalami kesulitan dan lain sebagainya. Meskipun contoh ini
terlihat sederhana namun hal ini sebenarnya mengandung arti yang penting
mengenai kepedulian, terhadap sesama manusia dan makhluk hidup. Rasa
kepedulian ini harus terus dipupuk di dalam diri kita sehingga kita bisa menjadi
orang yang bijaksana dan dapat berpikir dengan jernih sebelum melakukan hal
yang dilarang seperti tindakan korupsi ini. Kepedulian yang tinggi akan
menyebabkan kita untuk berpikir dua kali terhadap tindakan yang akan kita
lakukan. Apakah tindakan tersebut akan memberikan dampak negatif terhadap
orang lain? Apakah tindakan tersebut akan memberikan kerugian atau kerusakan,
dan lain sebagainya. Dengan begitu, kita bisa terhindar dari korupsi karena
mengetahui bahwa tindakan tersebut akan memberikan kerugian terhadap negara
dan rakyatnya. Kita perlu menanamkan hal-hal tersebut secara berkelanjutan agar
menjadi suatu kebiasaan bagi kita petugas pemasyarakatan.
a) Kejujuran dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak
curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan
keluarga, tanpa sifat jujur dalam keluarga diantara suami, istri, anak dan orang
tua, tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya. Nilai kejujuran dalam
keluarga yang diwarnai dengan rasa kebersamaan dan rasa memiliki satu sama
lain sangatlah diperlukan. Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang
berlaku dimana-mana termasuk dalam kehidupan keluarga. Jika anggota keluarga
7
terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup rumah tangga
maupun sosial, maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk
mempercayai anggota keluarga tersebut. Sebagai akibatnya anggota keluarga
akan selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain karena selalu
merasa curiga terhadap orang tersebut yang terlihat berbuat curang atau tidak
jujur.
b) Nilai kepedulian sangat penting bagi anggota keluarga dan di masyarakat.
Apabila anak sebagai salah satu anggota keluarga merupakan calon pemimpin
masa depan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik di dalam
keluarga maupun diluar lingkungan keluarga. Rasa kepedulian seorang anak
harus ditumbuhkan sejak anak itu tumbuh dan berkembang dalam keluarga, anak
diajarkan untuk peduli kepada ayah, ibu maupun saudara-saudaranya, peduli
terhadap lingkungan disekitarnya. Bentuk kepeduliannya dengan cara tidak
berbuat kecurangan bagi orang lain, misalnya pada saat berada di sekolah tidak
mencontek waktu ujian, seorang anak dalam membuat laporan keuangan kelas
dengan jujur.
c) Nilai kemandirian dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya dimana masing-masing anggota
keluarga tersebut harus mengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada
dibawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin orang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain. Dengan
karakter kemandirian tersebut setiap anggota keluarga dituntut untuk
mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang
lain yang mengerjakan tanggung jawab itu.
Disamping itu, bentuk dari peran keluarga dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi sebagai individu-individu harus dimulai dari diri pribadi dengan cara
meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tidak terjerumus dan
berniat untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma
yang ada terutama norma agama, karena semua kejadian atau perbuatan berawal dari niat
di dalam diri pribadi (masyarakat). Apabila benteng keimanan dan ketakwaan sudah
sangat kokoh, serta niat yang telah bulat untuk tidak malakukan hal-hal yang berbau
korupsi, maka semua bentuk kejelekan atau keburukan yang ada dan kesempatan untuk
melakukan hal-hal yang terkait dengan perbuatan korupsi akan sulit masuk ke dalam diri
kita yang dikarenakan telah tertanam keimanan dan ketakwaan, serta niat yang baik
karena Tuhan Yang Maha Esa dan takut kepada-Nya.
Korupsi dapat merusak potensi ekonomi negara dan menjadi virus yang
meruntuhkan moralitas bangsa. Namun faktanya, kasus korupsi seolah-olah menjadi
penyakit yang membudaya di negeri ini, dengan melibatkan berbagai aktor baik elite
politik, kaum terdidik hingga pengusaha. Keberadaannya sudah menjadi hal yang tak
8
asing di negeri ini. Masalah korupsi menjadi topik yang selalu diperbincangkan di
berbagai media, baik elektronik maupun cetak. Setidaknya ada dua faktor mengapa
korupsi masih tetap tumbuh subur, yaitu adanya kesempatan dan keinginan. Faktor
kesempatan berkaitan dengan sistem. Jika sistemnya akuntabel dan transparan,
kesempatan seseorang untuk bertindak korup semakin minim. Adapun faktor keinginan
berkaitan dengan moral seseorang. Karena itu, perlu adanya penanaman nilai-nilai
antikorupsi sejak dini seperti di lingkungan keluarga.
Bila dibiarkan begitu saja, persoalan korupsi akan menghancurkan moralitas
bangsa dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena itu, masalah ini harus dapat
diatasi sejak dini dengan memfokuskan penyemaian nilai-nilai antikorupsi di lingkungan
keluarga. Orang tua dan anggota keluarga lainnya dapat berperan serta. Pendidikan
antikorupsi berbasis keluarga merupakan gerakan nyata untuk menanamkan nilai
kebaikan dan kejujuran anak sejak usia dini agar menyadari arti penting sebuah
tanggungjawab. Pendidikan ini dapat diterapkan sejak anak sudah bisa melakukan
komunikasi secara lancar dengan orang tuanya. Orang tua harus berkomitmen dalam
membentuk kepribadian dan karakter anak.
a) Upaya menyemai nilai-nilai antikorupsi tersebut dapat ditempuh dengan
tiga jalan. menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak sejak usia dini.
Penanaman kejujuran bukan berarti anak tidak boleh berbuat salah. Anak
hanya diarahkan untuk selalu bersikap jujur dalam segala hal. Misalnya,
saat anak berbuat salah dengan mengambil alat tulis temannya, maka tak
perlu dimarahi. Orang tua hanya perlu memintanya untuk mengembalikan
barang tersebut. Karena bukan haknya, orang tua juga mesti memberikan
penjelasan dan pemahaman tentang dampak yang dapat ditimbulkan
kemudian hari. Dari sinilah akan terbentuk persepsi bahwa jujur itu mudah
dan tidak menakutkan. Ikatan antara orang tua dan anak menjadi sesuatu
yang potensial untuk menanamkan nilai kejujuran berbasis keluarga.
b) menjalin sikap keterbukaan antaranggota keluarga. Anak perlu diajak
dialog dengan anggota keluarga lainnya, terutama tentang hal-hal yang
menyangkut dirinya. Dengan perlibatan semacam ini antaranggota
keluarga akan mampu menciptakan suasana yang harmonis dan hidup
lebih mengutamakan kepada kepentingan orang banyak.
c) menerapkan gaya hidup sederhana. Hal ini perlu diterapkan pada anak usia
dini tentang bagaimana pentingnya hidup sederhana. Lingkungan keluarga
harus berada di garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai
kesederhanaan. Perlu menyadarkan kepada anak-anak bahwa perilaku
korup disebabkan juga oleh gaya hidup mewah. Sebab, gaya hidup
semacam ini jika tidak terpenuhi, maka akan melakukan berbagai cara
seperti korupsi. Hidup sederhana dengan ketenteraman mesti selalu
meliputi setiap langkah kehidupan, dari pada hidup bergelimangan harta
tapi selalu diliputi oleh kecemasan.
9
Untuk mewujudkan pendidikan antikorupsi berbasis keluarga, tentu diperlukan
komitmen dalam memahami perannya masing-masing, terutama orang tua. Peran orang
tua begitu vital dalam upaya pencegahan perilaku korup sejak dini dalam lingkungan
keluarga. Dalam pasal 435 KUHP, korupsi berarti busuk, buruk, bejat dan dapat disogok,
suka disuap. Korupsi adalah tindak pidana yang memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu badan yang yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan keuangan
Negara (Hartanti, 2005:7). Secara teori (Handoyo, 2009:55) menyatakan bahwa korupsi
merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan sosial. Menurut Syam
(2000:67) memberikan pandangan bahwa penyebab korupsi adalah karena tergoda materi
Arifin mengemukakan faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi antara lain karena aspek
perilaku individu, aspek organisasi dan aspek masyarakat tempat individu dan organisasi
berada. Sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain karena sifat tamak
manusia, moral yang kurang kuat menghadapi godaan, gaya hidup konsumtif, tidak mau
bekerja keras. pemerintahan untuk memberantas korupsi. Kegiatan yang dapat dilakukan
berupa pengamatan terhadap perilaku keseharian anggota keluarga. Pelajaran yang dapat
diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap
aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah
dirugikannya orang lain karena haknya terampas.
10
b) Nilai Kemandirian merupakan hal yang sudah ditanamkan pada diri siswa
didalam keluarga, salah satu contoh kemandirian dalam kehidupan sehari-
hari yaitu membersihkan tempat tidur, mencuci baju
c) Nilai hidup sederhana, hal ini perlu diterapkan pada siswa tentang
bagaimana pentingnya hidup sederhana. Lingkungan keluarga harus
berada di garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai kesederhanaan.
Perlu menyadarkan kepada anak-anak bahwa perilaku korupsi disebabkan
juga oleh gaya hidup mewah. Sebab, gaya hidup semacam ini jika tidak
terpenuhi, maka akan melakukan berbagai cara seperti korupsi. Dalam
kegiatan ini sasaran utama adalah keluarga dalam lingkungan siswa saat
berada di rumah. Keluarga merupakan sasaran yang paling strategis dalam
menanamkan nilai anti korupsi di lingkungan keluarga karena merupakan
basis interaksidan komunikasi yang terjadi secara emosional antara orang
tua dan siswa dan tempat pertama dalam pembentukan dan nilai-nilai
karakter.
Untuk melakukan kegiatan pengabdian ini anti korupsi ini dengan
cara menyampaikan materi serta menjelaskan tiap materi yang diberikan.
Nilai-nilai anti korupsi yang dapat ditanamkan dari tiap-tiap nilai anti
korupsi dapat dilakukan melalui lingkungan keluarga, dengan
menanamkan nilai yang terdapat pada niali-nilai anti korupsi dapat
membangun karakter yang baik pada tiap individu dan menjadi budaya
yang dapat diterapakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan
demikian dapat berpartisipasi dalam program.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum
yang berlaku di masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar
biasa. Korupsi memiliki dampak yang masif dalam segala bidang, baik dalam
penyelenggaraan negara maupn ekonomi masyarakat maka sangat diperlukan peranan
dari segala pihak utnuk memeranginya. Keluarga sebagai komponen masyarakat yang
akan meneruskan kelangsungan penyelenggaraan negara dan masyarakat dimasa yang
akan datang harus dipersiapkan sejak dini untuk memiliki sikap anti korupsi mulai dari
lingkungan pendidikannya. Untuk itu didalam keluarga (suami, istri, anak dan orang tua)
perlu ditanamkan nilai-nilai anti korupsi yang meliputi kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian
dan keadilan. Disamping itu, bentuk dari peran keluarga dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi sebagai individu-individu harus dimulai dari diri pribadi dengan cara
meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tidak terjerumus dan
berniat untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma
yang ada terutama norma agama, karena semua kejadian atau perbuatan berawal dari niat
di dalam diri pribadi (masyarakat). Memang melihat fenomena korupsi yang ada saat ini
sepertinya sangat sulit untuk memberantas korupsi yang menggurita dinegeri ini, namun
ini adalah tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia untuk memberantasnya karena
pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) .
B. Saran
Karya yang tim Penyusun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu
yanglahir dari kerja keras. Tentunya hasil kerja keras penulis bukan tanpa kekurangan.
Maka Penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan Bapak Dosen
Pembimbing,rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat
menggali terus potensi yang kita miliki agar kita dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang “Program Bimbingan Konseling di Sekolah” yang tentunya dengan
izin Allah SWT.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sulastri, I. (2012). Perlunya Menanamkan Budaya Anti Korupsi Dalam Diri Anak Sejak
Usia Dini, Jurnal Mimbar Hukum, Vol.24, (No.1), pp.98-109, p.99
13