Anda di halaman 1dari 14

THE SIN AS THE FALL OF HUMANITY :

DOSA ASAL MANUSIA DALAM PEMAHAMAN DOGMATIKA DAN TRADISI


KEKRISTENAN

Abstract
The fall of humanity has been greatly discussed and explored by theologians from the
distant past to the present. It is also the root of understanding the salvation of humanity itself.
Because of their original sin, humans suffer the consequences of disobeying God. This is the
reason why human beings as a whole need a savior who can help them get on the right path. The
concept of sin has also been understood as the nature of humanity itself. All humans in this
world have their own sins, without exception. That is because of the original sin, back when
Adam and Eve disobeyed God. In this article, we will explore the original sin as a Christian
doctrine. This is done in order to find out how we can understand more about the original sin in
order to know how we can be justified away from it.
Keywords : Original Sin, Doctrine, Christian Tradition
Abstrak
Kejatuhan manusia ke dalam dosa telah banyak sekali didiskusikan oleh para teolog dari
dulu hingga sekarang. Pemahaman tentang kejatuhan ke dalam dosa ini jugalah yang menjadi
akar utama dalam memahami keselamatan dari manusia itu sendiri. Oleh karena dosa asal,
semua manusia menderita konsekuensi dari tindakan yang tidak taat kepada Allah. Hal ini
adalah alasan mengapa manusia secara keseluruhan membutuhkan penyelamat mereka.
Konsep dosa juga dipahami sebagai natur dari manusia itu sendiri. Semua manusia berdosa
tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan oleh dosa asal, yang terjadi ketika Adam dan Hawa
melanggar perintah Allah. Di dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dosa asal sebagai
doktrin Kristen. Hal ini dilakukan supaya kita dapat mencari tahu lebih banyak mengenai dosa
asal dengan tujuan supaya kita tahu cara untuk dibenarkan. Maksudnya adalah, kita perlu
mengenali dosa ini supaya kita dapat lebih mengenal lebih dekat mengenai keselamatan kita.
Kata kunci : Dosa asal, doktrin, tradisi Kristen

Latar Belakang
1. Rumusan masalah
Pada dasarnya, upaya untuk memahami keselamatan manusia tidak akan
pernah dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu melihat alasan di balik mengapa manusia
itu memerlukan keselamatan. Tentunya, manusia perlu diselamatkan dari dosa yang
upahnya adalah maut. Semua manusia juga telah berdosa tanpa ada pengecualian
sedikitpun (Rom. 3:23). Lantas yang menjadi suatu pertanyaan yang sangat penting di
sini adalah, mengapa manusia itu berdosa? Apa yang menjadi penyebabnya? Tentunya
jawaban dari pertanyaan ini adalah doa asal yang dimiliki oleh manusia. Dosa asal ini
terjadi ketika manusia secara sadar melawan apa yang telah diperintahkan oleh Allah.
Sehingga, dosa ini kemudian diwariskan secara turun temurun dari generasi ke
generasi. Dosa asal yang sering juga disebut dengan istilah “dosa waris” menjadikan
manusia tidak dapat menerima keselamatan. Maka, dari sinilah Allah bertindak melalui
Yesus untuk menebus manusia dari dosa-dosanya. Hal ini berlaku pada keseluruhan
dosa manusia, baik dosa asal maupun dosa yang ia lakukan secara sadar maupun secara

1
tidak sadar. Keselamatan ini juga diberikan secara cuma-cuma melalui iman kepada
Allah. Dengan demikian, perlu ditanyakan kembali mengenai seberapa pentingkah
pengetahuan mengenai dosa asal? Mengapa manusia harus dilahirkan ke dalam
keadaan yang berdosa dan bagaimanakah manusia dapat diselamatkan?
Tentunya permasalahan yang perlu disebutkan di dalam tulisan ini adalah
mengenai bagaimana dosa cenderung dikesampingkan di dalam diskusi teologi sehari-
hari. Orang-orang Kristen banyak sekali berbicara mengenai kasih Allah, ucapan syukur
atas berkat yang telah mereka terima, penyertaan Allah, bertahan di tengah suatu
keadaan yang sulit, dan lain-lain. Kebanyakan dari diskusi ini dengan berdasarkan
hemat penulis banyak sekali memusatkan perhatian kepada keselamatan Allah, namun
tidak cukup banyak membahas (terkadang bahkan sekedar menyebutkan saja) dosa
yang dimiliki oleh umat manusia secara ekstensif. Padahal apabila ditelusuri secara
lebih lanjut, justru dosalah alasan utama yang menjadikan manusia memerlukan
keselamatannya. Sudah menjadi natur dan juga bagian dari manusia untuk berdosa.
Masalahnya adalah, Allah yang suci dan tidak berdosa itu tentu tidak dapat
berhubungan dengan segala hal yang mengandung dosa di dalamnya. Ketika manusia
itu berdosa, tentu Allah tidak akan mendekatkan diri-Nya kepada manusia tersebut.
Inilah yang terjadi pada keadaan manusia yang berdosa oleh karena dosa asal. Dosa ini
dibawakan oleh Adam dan Hawa, dan diwariskan secara turun temurun kepada
generasi-generasi yang berikutnya. Maka hal yang menjadi tantangan utama yang ada
pada tulisan ini adalah, bagaimana kita dapat memahami dosa asal secara akurat?
Di dalam prinsip sederhananya, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita
memiliki dosa asal dan bagaimana caranya supaya kita dibersihkan dari dosa asal
tersebut? Tentunya untuk memahami hal ini sangatlah diperlukan suatu kajian doktrin
yang dogmatis dan ekstensif, guna melihat bagaimana dosa asal dapat menjadi bagian
dari diri manusia. Tentunya hal ini adalah penting di dalam pandangan penulis secara
pribadi. Dengan mengenal natur dosa asal dari manusia beserta pemahamannya dalam
penjelasan doktrinal, manusia dapat lebih mengenal dirinya sendiri. Perlu diingatkan
bahwa mengetahui dosa asal dari manusia bukan berarti merendahkan diri manusia.
Melainkan, pengetahuan dosa asal dapat menjadikan manusia itu sadar dan juga
merendahkan hatinya secara sungguh-sungguh di hadapan Allah dan semakin
bersandar juga kepada pertolongan dan keselamatan yang telah Ia berikan. Selain itu
dengan mengenal dosa asal, manusia juga dapat semakin memaknai keselamatan yang

2
telah Allah berikan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Dalam hemat
penulis secara pribadi, adalah penting untuk mengetahui semuanya ini terutama dalam
konteks pengertian orang beriman yang mengetahui apa yang diimani.
2. Batasan masalah
Di dalam penulisan, penulis akan membatasi permasalahan yang dibahas secara
murni hanya kepada dan berdasarkan penelitian dogmatis saja. Sehingga, penelitian
terapan (praktika) tidak akan menjadi bagian langsung dari tulisan ini. Sebagai
penelitian dogmatis, penulis akan melihat dan menjelaskan kajian Biblika. Namun kajian
terhadap teks Alkitab (studi biblis) ini akan dilakukan secara sederhana dan singkat
dengan tujuan untuk mendukung penelitian dogmatis yang akan dijelaskan nantinya.
Selain itu, pemahaman dogmatis ini akan dibatasi oleh tiga perspektif yang berbeda,
yaitu perspektif bapa-bapa gereja (church fathers), gereja Katolik, dan gereja Protestan
(secara khusus yakni gereja Lutheran dan Reformed). Kemudian setelah perspektif ini
diketahui dengan baik, penulis akan melakukan analisa teologi yang dibatasi dan juga
disesuaikan oleh ketiga perspektif ini beserta dengan landasan biblika yang juga sudah
disebutkan sebelumnya.
3. Tujuan penulisan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya melalui rumusan masalah, terdapat
beberapa tujuan dan juga target yang hendak dicapai oleh tulisan ini. Tujuan yang
pertama adalah untuk memahami doktrin mengenai dosa asal manusia secara
menyeluruh. Hal ini akan dilakukan dengan menggali pengetahuan doktrinal ini
menggunakan tiga perspektif berbeda yang sudah disebutkan sebelumnya (perspektif
dari bapa-bapa gereja, gereja Katolik, dan gereja Protestan khususnya Lutheran dan
Reformed). Tujuan yang kedua adalah untuk menggunakan pemahaman mengenai dosa
asal tersebut untuk memaknai keselamatan manusia secara lebih mendalam. Meskipun
keselamatan manusia itu diterima secara cuma-cuma melalui iman dan bukan melalui
perbuatan baik (sebagaimana diajarkan oleh Agustinus dan Luther), manusia perlu
mengetahui mengapa ia membutuhkan keselamatan. Kemudian tujuan yang ketiga dan
juga merupakan tujuan utama adalah untuk menyadarkan kembali dosa sebagai suatu
hal yang signifikan dan berpengaruh bagi hubungan antara manusia dengan Allah.
Seringkali ketika seseorang sudah tahu kalau ia sudah diselamatkan, maka ia
menganggap ia bebas untuk berbuat dosa dan tidak berbuat baik. Pandangan ini
tentunya keliru dan harus diluruskan kembali.

3
4. Manfaat dan kontribusi penulisan
Manfaat serta kontribusi yang diharapkan dapat dihasilkan oleh tulisan ini
adalah supaya pembaca dapat mengetahui doktrin dosa asal dengan menyeluruh. Hal
ini dilakukan dengan cara menjelaskan doktrin tersebut dengan menggunakan
penjelasan yang singkat namun konkrit dan padat. Selain itu, dengan menjelaskan
mengenai dosa asal, penelitian dan penulisan ini diharapkan akan dapat memberikan
kontribusi pemahaman bagi penelitian berikutnya mengenai dosa secara menyeluruh.
Tidak hanya dosa asal saja, melainkan juga dosa-dosa manusia lainnya yang tentu harus
dihindari karena berlawanan dengan kehendak Allah.
5. Hipotesa
Hipotesa adalah suatu pra duga di dalam penelitian yang masih harus dibuktikan
kebenarannya di dalam penelitian. Di dalam praduga ini, penulis beranggapan bahwa
dosa asali berhubungan langsung dengan kehendak bebas (free will) yang dimiliki oleh
manusia. Oleh karena kehendak bebas manusia, manusia menjadi terjatuh ke dalam
dosa yang kemudian menjadi dosa asal. Hal ini tentunya perlu dibuktikan kemudian
melalui penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
6. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang akan diikuti oleh tulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Latar Belakang
Pada bagian ini secara khusus dijelaskan mengenai landasan serta latar belakang
yang ada pada penelitian di tulisan ini. Hal ini juga termasuk kepada langkah yang akan
dilakukan untuk melakukan penelitian tersebut.
2. Metodologi penelitian
Pada bagian ini akan dibahas secara mendetail mengenai metode penelitian yang
akan digunakan di dalam tulisan ini. Adapun metode yang dijelaskan akan diaplikasikan
secara langsung kepada keseluruhan tulisan, dengan tujuan untuk menggali informasi
penting yang hendak di capai di dalam penelitian.
3. Pembahasan
Bagian ini akan terdiri dari dua bagian besar disertai dengan beberapa sub judul.
Pada bagian ini juga akan dijelaskan secara mendetail mengenai topik yang sudah
diperkenalkan sebelumnya di dalam latar belakang penulisan.
4. Kesimpulan
Pada bagian ini, penulis akan menyimpulkan hasil penelitian.

4
Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian kualitatif dan deskriptif


Secara sederhana, penelitian kualitatif dapat dimengerti sebagai sebuah
penelitian yang dilakukan dengan setting tertentu, terhadap suatu kasus yang relevan
dan masih aktif terjadi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menginvestigasi dan
memahami fenomena yang terjadi. Konsep penelitian kualitatif juga berdasarkan
kepada konsep penjelajahan di dalam penelitian yang melibatkan satu atau beberapa
kasus yang berbeda pada saat yang sama. Di dalam penelitian kualitatif, peneliti
melaksanakan suatu kegiatan penelitian yang dilakukan secara objektif terhadap subjek
yang diteliti. Metode penelitian yang dilakukan secara kualitatif juga menggunakan
proses pemikiran yang disebut dengan istilah pemikiran induktif. Artinya, peneliti
melibatkan dirinya secara langsung ke dalam fenomena atau situasi yang ditelitinya
tersebut. Peneliti juga memusatkan perhatiannya kepada apa yang diteliti dan seefektif
mungkin mencari informasi yang dibutuhkan. Informasi ini diusahakan untuk
menjawab pertanyaan mengenai latar belakang dari penelitian. Latar belakang ini dapat
berbentuk pertanyaan mengenai apa, bagaimana, dan mengapa suatu hal dapat terjadi
untuk kemudian diikuti dengan penjelasan terhadap jawaban dari pertanyaan tersebut.
Selain itu, penelitian kualitatif juga memiliki landasan pada pemahaman dan juga
filsafat post-positivisme. Artinya adalah, peneliti berusaha untuk meneliti objek secara
ilmiah dan berkontribusi untuk memberikan analisanya yang menyeluruh. Penelitian
kualitatif juga secara langsung akan berbeda dengan penelitian kuantitatif apabila
keduanya dibandingkan. Di dalam penelitian kuantitatif, data yang disajikan adalah data
yang berbentuk angka, statistik, dan semacamnya. Di dalam penelitian kualitatif, data
yang disajikan adalah informasi deskriptif. Informasi deskriptif ini disajikan melalui
analisa secara mendalam terhadap topik penelitian yang dilakukan beserta dengan hasil
yang didapat dari penelitian tersebut.1 Di dalam konteks penulisan pada tulisan ini,
penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini nantinya akan
diterapkan kepada penelitian dogmatika yang dimana hasilnya akan dideskripsikan,
dan juga akan menggunakan metode studi literatur sebagai cara untuk memperoleh
informasi yang dicari di dalam penelitian tersebut.

2. Metode penelitian dengan studi literatur


Pada dasarnya, metode studi pustaka, studi literatur, atau dikenal juga dengan
istilah library research ini adalah metode dengan pengumpulan data yang dilakukan
melalui berbagai teori yang berbeda. Teori ini kemudian dikumpulkan dari berbagai
literatur yang juga berhubungan langsung dengan penelitian yang hendak dilakukan. Di
dalam penelitian literatur, seorang peneliti terlebih dahulu menyiapkan sumbernya
terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Sumber ini dapat terdiri dari berbagai
jenis, yaitu buku, jurnal, dan riset yang sudah pernah dilakukan mengenai topik yang
diteliti. Tentunya penelitian sebelumnya bukanlah untuk diplagiasi atau ditiru,
1
Adlini. Miza N., Dinda, Anisya H., Yulinda. Sarah., Chotimah. O., Merliyana. Sauda J. 2022. “Metode
Penelitian Kualitatif Studi Pustaka” Edumaspul : Jurnal Pendidikan, Vol. 6. No. 1. 975.

5
melainkan untuk keperluan pengembangan yang lebih lanjut. Selain itu, bahan pustaka
atau literatur ini dapat menggunakan berbagai referensi yang dianalisa secara kritis. Hal
ini dilakukan secara mendetail dengan tujuan untuk mendapatkan data yang dicari di
dalam penelitian.2 Selain itu, metode literatur juga dapat disebut sebagai metode dalam
usaha untuk mengumpulkan informasi atau data data yang diperlukan di dalam
penelitian. Hal ini juga mengimplikasikan usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
mencari sumber-sumber tertulis maupun tidak tertulis yang akurat, yang dapat
mendukung penelitian yang dilakukan. Perlu diperhatikan juga bahwa studi literatur
bukanlah studi komparatif atau perbandingan di dalam artian bahwa peneliti hanya
membandingkan beberapa sumber yang ada untuk kemudian melakukan penelitian
tersebut. Melainkan, penelitian literatur yang dimaksud adalah penelitian yang
dilakukan dengan mengutamakan analisa yang mendetail terhadap setiap sumber yang
dalam bentuk apapun selagi ia masih digunakan di dalam penelitian. Perlu diperhatikan
juga bahwa metode kualitatif banyak melibatkan dirinya dalam penjelasan deskriptif.
Artinya, sajian yang dihasilkan dari penelitian juga akan dipaparkan menggunakan
metode penjelasan secara deskriptif.3 Secara khusus di dalam konteks penelitian pada
tulisan ini, penulis akan memakai jurnal dan buku yang membahas mengenai penelitian
dogmatika secara langsung. Penelitian dogmatika ini juga haruslah didasari oleh
sumber jurnal dan buku tidak hanya kredibel dan dapat dipercaya, tetapi juga memiliki
keterkaitan langsung dengan topik yang dibahas.

3. Metode penelitian dogmatika


Di dalam metode penelitian dogmatika, penulis akan menggunakan pemahaman
dogmatis dalam meneliti doktrin dosa asal yang dimiliki oleh manusia. Penelitian
dogmatika tentunya berfokus kepada penelitian yang memperhatikan doktrin yang
didasari baik oleh landasan Alkitab maupun dokumen gereja, konfessi, dan lainnya.
Metode penelitian dogmatika juga tidak mengandung unsur terapan atau praktika
dalamnya, dan dapat disebut juga sebagai metode penelitian yang bersifat teoritis.
Meskipun tidak mengandung unsur teologi terapan, penelitian dogmatika yang akan
dilakukan pada tulisan ini akan tetap memakai sebagian unsur dari penelitian biblika
sebagai landasannya. Hal ini perlu dilakukan mengingat doktrin ataupun dogma juga
memiliki landasan biblikanya tersendiri. Penelitian dogma juga akan melihat pemikiran
dogmatis yang ditawarkan oleh para pakar dogma. Di dalam penelitian, penulis juga
akan menjelaskan unsur-unsur dan juga aspek dogmatis ini secara sederhana. 4 Sesuai
dengan metode kualitatif dan deskriptif yang sudah disebutkan sebelumnya, maka
penelitian dogmatika pada tulisan ini akan mengikuti metode tersebut. Hal ini dilakukan
dengan penelitian dogmatis yang dilakukan dengan pengumpulan informasi secara
kualitatif, yang kemudian dijelaskan dengan bahasa deskriptif. Tentunya, cara yang

2
Adlini. Miza N., dkk. 2022. 974.
3
Christian, Imanuel. 2019. “Studi Literatur Penciptaan Timur Dekat Kuno : Sebuah Studi Komparatif
terhadap Kejadian 1:1-2:3 dan Enuma Elish” Pengarah : Jurnal Teologi Kristen. Vol. 1. No. 2. 122.
4
Naat, Dominggus E. 2020. “Tinjauan Teologis-Dogmatis tentang Sakramen dalam Pelayanan Gerejawi”
Pengarah : Jurnal Teologi Kristen. Vol. 2. No. 1, 3. 974.

6
dipakai dalam memperoleh informasi di dalam penelitian ini adalah melalui studi
literatur sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.

1. Landasan Alkitab terhadap Doktrin Dosa Asal


Sebelum secara langsung mengarah kepada pembahasan yang sudah disebutkan
sebelumnya pada bagian latar belakang, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai
landasan Alkitabiahnya. Landasan Alkitabiah ini dianggap perlu sebagai suatu dasar
biblis yang juga dipakai di dalam pemikiran doktrinal atau dogmatika yang akan
dijelaskan pada bagian-bagian berikutnya. Bagian landasan Alkitab ini juga akan dibagi
menjadi dua, yaitu landasan Alkitab dengan berdasarkan kanon Perjanjian Lama dan
juga Perjanjian Baru. Landasan Alkitab ini akan dibahas terlebih dahulu secara
mendetail sebelum masuk kepada pembahasan dogmatika tentang dosa asal.

A. Perjanjian Lama
Landasan Alkitab mengenai doktrin dosa asal sudah dimulai sejak tulisan-tulisan
Perjanjian Lama, tepatnya di dalam kitab Kejadian. Mazmur 51:7 juga mengakui bahwa
sejak berada di dalam kandungan, manusia sudah memiliki dosa sebagai akibat dari
dosa asal. Dosa yang dibawakan oleh Adam ini disebut dengan istilah dosa asal karena
ia bermula pada manusia yang pertama dan akan terus hadir di dalam kehidupan orang
sejak masa kelahirannya. Perlu diketahui juga bahwa dalam pandangan Perjanjian
Lama, dosa asal inilah yang akan menjadi akar dari dosa lainnya, dan pada saat yang
sama juga dapat menunjukkan bahwa dosa itu sendiri adalah natur dari manusia.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa juga selamanya akan mengakibatkan manusia hidup
di dalam suatu keadaan keberdosaan. Manusia yang berdosa ini tentunya tidak dapat
menyelamatkan dirinya sendiri, dan memerlukan pertolongan seorang penyelamat. 5
Peristiwa kejatuhan manusia dalam kisah Adam dan Hawa bukanlah suatu peristiwa
yang terisolasi. Melainkan, peristiwa ini memiliki dampak yang nyata terhadap semua
orang dan juga setiap keturunannya. Sebagaimana dituliskan oleh P. Marbun yang
mengutip William Dyrness, dosa memiliki konsekuensi dan artinya yang tersendiri di
dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, dosa adalah suatu keadaan bersalah
yang ada pada manusia. Oleh karena keadaan yang bersalah ini, manusia harus dihukum
sebagai konsekuensi dari kesalahan tersebut. Konsekuensi ini telah ditunjukkan di
dalam Kejadian 3:17-19 yang dampaknya menimpa bumi secara keseluruhan. Bahkan
tertulis juga bahwa semua hewan juga ikut menderita sebagai akibat dari dosa asal ini.
Lingkungan manusia tentunya juga berubah oleh karena dosa ini. Tempat tinggal
manusia yang sebelumnya bersih dan suci kemudian menjadi ternodai oleh dosa yang
telah diperbuat oleh Adam dan Hawa. Maka, maut kemudian hadir sebagai upah dari
semua dosa dan termasuk juga kepada dosa asal. Maut yang adalah hukuman dari dosa
ini sebenarnya telah diingatkan oleh Allah (Kej. 2:17). Kematian yang menjadi
penghukuman bagi perbuatan dosa tersebut pada dasarnya memiliki tiga aspek atau
bagian yang berbeda. Bagian yang pertama adalah kematian fisik, kedua yaitu kematian
5
Stevanus, Kalis. 2020. “Karya Kristus Sebagai Dasar Penginjilan di Dunia Non-Kristen” Fidei : Jurnal
Teologi Sistematika dan Praktika, Vol, 3. No. 1, 16

7
rohaniah, dan juga ketiga yaitu kematian yang kekal. Maka dengan demikian, manusia
harus keluar dari keadaan berdosa ini supaya ia tidak menerima maut.6
Di dalam konteks Perjanjian Lama, permulaan dosa sudah ada sejak Adam dan
Hawa sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini terjadi ketika Adam dan
Hawa termakan rayuan yang dikatakan oleh Iblis di taman Eden. Akan tetapi, tidak ada
terdapat teks Perjanjian Lama (maupun Perjanjian Baru) mengenai keterangan tentang
kejatuhan Iblis dan malaikatnya ke dalam dosa dan hanya menuliskan asal mula dosa
dalam kaitannya secara langsung dengan manusia. Di dalam konteks dosa manusia ini,
dapat dipahami bahwa dosa bermula dari kejatuhan. Kejatuhan yang dimaksud terjadi
ketika Adam dan Hawa melanggar larangan Allah secara langsung dan terang-terangan
dengan memakan buah “pengetahuan yang baik dan yang buruk” yang ada di tengah
taman Eden tersebut (Kej. 3). Sebagai akibatnya, manusia menjadikan dirinya berada di
luar tatanan yang telah Allah tentukan sebelumnya. Mengutip James M. Boice, dapat
dikatakan bahwa dosa asal berawal dari kejatuhan Adam dan Hawa di Taman Eden.
Sumber dosa ini juga berasal tidak hanya dari ketidaktaatan, melainkan juga dari naluri
dan keinginan manusia itu sendiri. Millard J. Erikson dalam hal ini menuliskan bahwa
dosa bersumber langsung dari keinginan pribadi manusia yang dapat dibagi menjadi
tiga bagian. Ketiga keinginan itu adalah untuk menikmati sesuatu, untuk mendapatkan
sesuatu, dan untuk melakukan sesuatu. Tentunya ketika keinginan ini berlawanan
dengan perintah dan kehendak Allah, maka ia dapat dinyatakan sebagai dosa. 7

B. Perjanjian Baru
Di dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus banyak menuliskan secara ekstensif
mengenai dosa dan termasuk juga kepada pemahamannya mengenai dosa asal. Pada
dasarnya, tidak ada perbedaan antara dosa yang ada di dalam Perjanjian Lama dengan
dosa di dalam Perjanjian Baru. Dosa di dalam Alkitab secara keseluruhan adalah suatu
pelanggaran atau kesalahan yang berlawanan dengan norma-norma moral hukum
Allah. Pelanggaran ini tentunya menghadirkan penghukuman sebagai konsekuensinya.
Di dalam dosanya, manusia telah dinyatakan gagal untuk memenuhi apa yang telah
diwajibkan oleh Allah. Ketika manusia berbuat dosa, maka ia telah berada di luar
ketetapan hukum Allah. Di dalam teologinya, Paulus menggambarkan dosa sebagai
daging (bahasa Yunani : sarx) sebagai suatu keadaan universal yang ada pada setiap
manusia tanpa terkecuali. Terdapat dua sisi dan juga pengertian dalam penggunaan
daging yang ada pada tulisan Paulus ini. Di dalam Rom. 7:5, 14; Gal. 5:19, 8:6; dan Ef.
2:3, Paulus memakai kata daging ini untuk menggambarkan kelemahan dan kerapuhan
manusia, serta bagaimana manusia harus bergantung kepada Allah dan tidak dapat
berbuat apa-apa secara sendirinya. Di sisi yang lain, Paulus menggunakan kata daging
untuk menggambarkan manusia yang tinggal di dalam dosanya tersebut, sehingga ia
menyebutkan bahwa menjadi manusia berarti serupa dengan menjadi seorang pendosa.
Dengan kata lain, Paulus melihat bahwa dosa adalah bagian dari manusia. Paulus juga

6
Marbun, Pardomuan. 2020. “Konsep Dosa dalam Perjanjian Lama dan Hubungannya dengan Konsep
Perjanjian” Caraka : Jurnal Teologi Biblika dan Praktika, Vol. 1. No. 1. 6-9.
7
Marbun, Pardomuan. 2020, 10.

8
meneruskan konsep dosa asal dalam Rom. 5:12 dimana ia menuliskan kesimpulannya
bahwa manusia menjadi orang berdosa bukan karena mereka melakukan dosa tersebut,
melainkan karena mereka mewarisinya secara langsung dari Adam. Maka dapat
dikatakan juga bahwa melalui Adam, semua manusia tanpa terkecuali menjadi memiliki
kecenderungan untuk berbuat dosa (Rom. 5:12). Di dalam penjelasan yang diberikan
oleh Rasul Paulus, dosa asal bukan berarti bahwa manusia harus secara langsung
bertanggungjawab atas dosa Adam. Sebab, manusia awalnya diciptakan di dalam
keadaan yang bersih dan juga tidak berdosa sama sekali. Bahkan Paulus sendiri
mengatakan bahwa manusia sebenarnya tercipta sesuai dengan citra dan juga
gambaran Allah (1 Kor. 11:7).8 Maka di dalam alam pemikiran Rasul Paulus, kita dapat
memahami bahwa dosa asal memang ada dan menjadi bagian dari diri manusia. Itulah
manusia harus terlepas dari ‘dagingnya’ tersebut dan diselamatkan dari dosa.

2. Doktrin Dosa Asal dalam Beberapa Perspektif dan Pengertiannya


Pada bagian ini, akan dibahas mengenai doktrin dosa asal dengan melihat
berdasarkan beberapa perspektif. Terdapat tiga perspektif penting yang nantinya akan
dibahas di dalam penulisan, yaitu perspektif bapa-bapa gereja atau yang dikenal juga
dengan istilah church fathers, perspektif gereja Katolik, dan juga perspektif gereja
Protestan yang beraliran Lutheran dan Reformed. Alasan mengapa ketiga perspektif ini
digunakan adalah supaya penulis dapat menghadirkan pandangan yang menyeluruh
mengenai doktrin dosa asal yang akan dibahas pada tulisan ini. Kemudian, penulis akan
melakukan analisa teologis berdasarkan ketiga perspektif tersebut. Perlu dituliskan
juga bahwa penulis tidak akan melakukan studi komparatif dengan membandingkan
ketiganya. Melainkan ketiganya ini akan dilihat secara bersama-sama dengan tujuan
untuk memperoleh pemahaman yang luas mengenai doktrin dosa asal yang diteliti.

A. Perspektif bapa-bapa gereja (church fathers)


Perspektif bapa gereja yang dipakai di dalam tulisan ini adalah Agustinus dari
Hippo, yang telah banyak menulis secara ekstensif mengenai dosa manusia. Dalam
pandangan Agustinus dari Hippo (354-430), dosa asal adalah dosa yang melekat pada
manusia sejak ia dilahirkan. Oleh karena manusia memiliki dosa asal di dalam dirinya,
manusia menjadi menerima kejatuhannya sendiri. Selain itu Agustinus juga menuliskan
bahwa karena dosa asal manusia juga dapat membuka kemungkinan untuk cenderung
melakukan dosa, yang akibatnya akan menjauhkan relasi antara manusia dengan Allah.
Agustinus memahami bahwa setiap manusia memiliki kecenderungannya masing-
masing untuk berbuat dosa. Kecenderungan yang disebut dengan istilah concupisentia
ini akan selalu hadir di dalam diri manusia, dan menjadi tantangan dalam usaha
manusia untuk mendapatkan keselamatan yang ia perlukan. Dalam tulisannya
mengenai gereja, Agustinus juga mengakui bahwa gereja dapat terdiri dari anggota-
anggota yang kuat dan juga anggota-anggota yang lemah. Anggota yang lemah ini
dianggap oleh Agustinus sebagai manusia yang di dalam perbuatan hidupnya cenderung
8
Simanjuntak, Fredy., Lahagu, Ardianto., Lase. Yasanto., & Priscilla, A. 2018. “Konsep Dosa Menurut
Pandangan Paulus” Real Didache : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Vol. 3. No. 2. 19.

9
berlawanan dengan apa yang menjadi kehendak Allah. 9 Menurut Agustinus, dosa
mewakili banyak sekali kesombongan manusia yang ingin menjadi tuan atas dirinya
sendiri. Manusia juga memberontak kepada Allah di dalam tindakannya ini kepada Allah
di dalam dosa-dosanya. Agustinus pada akhirnya kemudian menuliskan bahwa dosa
tidak akan pernah berhenti dari kehidupan manusia sebelum Iblis dapat dibelenggu dan
kemudian dibinasakan. Hal ini karena Iblis tetap senantiasa merajalela dan menjauhkan
manusia dari Allah. Oleh karena itu sebagaimana yang Agustinus tuliskan, dosa harus
dilawan dengan kerendahan hati manusia.10

B. Perspektif Gereja Katolik


Dalam pemahamannya terhadap doktrin dosa asal, gereja Katolik banyak
menggunakan pemikiran yang dituliskan oleh Tomas Aquinas (1225-1274). Sama
seperti Agustinus yang sudah dijelaskan sebelumnya, Tomas Aquinas juga mengakui
bahwa dosa adalah natur dari manusia yang juga menjadi bagian dari manusia tersebut.
Manusia berada di dalam keadaan dosa asal, yang menurut Tomas menjadikan manusia
itu tidak dapat memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Menurut Tomas, manusia
di dalam keseluruhan kehidupannya akan selalu mendapatkan dampak dari dosa asal
ini. Hal ini karena sifat dari dosa asal itu yang selalu melekat di dalam diri manusia.
Tomas menolak pemahaman bahwa hanya karena seseorang itu berdosa karena dosa
asalnya, bukan berarti esensinya sebagai manusia menjadi terhapus. Melalui
pemahaman filsafat teologisnya, Tomas Aquinas menuliskan bahwa dosa asa menjadi
perhatian utama secara langsung bagi Allah. Allah memberikan penghukuman-Nya
namun pada saat yang sama Ia juga menghadirkan solusi-Nya melalui keselamatan yang
dibawakan oleh Yesus Kristus. Namun perlu diperhatikan juga bahwa gereja Katolik
mengajarkan bahwa dosa asal memiliki hubungan langsung dengan ketidaksempurnaan
manusia. Artinya adalah, manusia yang berdosa menjadikan dirinya tidak lagi sempurna
dan memerlukan pertolongan dari Allah. Tomas menyebutkan dosa sebagai “natur
manusia yang ternodai” namun pada saat yang asma Tomas melihat prinsip oini bahwa
di dalam deprivasinya manusia masih dapat menerima kasih karunia dari Tuhan.
Thomas juga menuliskan bahwa manusia membutuhkan suatu pertolongan ilahi yang
berasal dari Allah, yang nantinya akan menyelamatkan mereka dari situasi mereka yang
terikat oleh karena dosa asal tersebut. Pada akhirnya, dosa asal bagi Tomas Aquinas
(dan juga pemahaman gereja Katolik secara keseluruhan) tidaklah terpusat kepada
sikap Allah yang merenggut natur manusia menjadi berdosa. 11 Melainkan, manusia
yang berdosa sejak dilahirkan itu tetap mendapatkan pertolongan dari-Nya. Selain
Tomas Aquinas, gereja Katolik juga banyak mempertahankan ajaran dogmatis, teologis,
dan filosofis dari Agustinus. Pada dasarnya dalam pemikiran khas Agustinus ini, gereja

9
Kurniawan, Valentinus F. B. 2020. “Tinjauan Kekudusan Pelayanan dari Pelayan Sakramen yang Berdosa
Menurut Santo Agustinus dari Hippo, Jurnal Focus, Vol. 1. No. 2. 29.
10
Adon, Mathias J. 2022. “Asal-usul Kejahatan dan Penderitaan Menurut Kejadian 3:1-24 dan Usaha
Manusia Melawan Dosa” Danum Pambelum : Jurnal Teologi dan Musik Gereja, Vol. 2. No. 2. 114.
11
Barry, Robert. 2018. “Original Sin and Pure Nature : What’s the Difference, and What Difference Does it
Make?” Josephinum Journal of Theology, Vol. 25. No. 2. 15.

10
Katolik mengajarkan bahwa manusia sudah mendapat posisi yang buruk dari Allah. Hal
ini karena manusia telah terjerembab masuk ke dalam dosa asal. Manusia dapat
diselamatkan dari dosa asal ini apabila ia menerima Yesus. Tujuannya adalah supaya
manusia tersebut dapat kembali kepada Allah sang pencipta. 12 Selain itu, Tomas
Aquinas juga menunjukkan bahaw doktrin dosa asal mengandung sebuah
pengungkapan yang berkaitan langsung mengenai bagaimana manusia membutuhkan
keselamatan, dan bagaimana pengorbanan Yesus dibutuhkan bagi keselamatan
tersebut.13Selanjutnya, akan dilihat mengenai doktrin asal berdasarkan perspektif
Lutheran dan Reformed.

C. Perspektif Gereja Lutheran dan Reformed


Sejak abad ke-5 ketika peristiwa reformasi terjadi, para reformator kembali
berusaha untuk dapat mengidentifikasikan kembali mengenai dosa asal yang telah
Adam dan Hawa lakukan melalui sikap tidak taat kepada Allah. Dalam pemahaman
reformasi ini, dosa pribadi tetap dipertahankan sebagai dosa yang diturunkan kepada
manusia dari generasi ke generasi. Sehingga, dosa asal membawa seluruh manusia
tanpa terkecuali ke dalam dosa. 14 Secara khusus, Martin Luther berperan dalam
menemukan dan memikirkan kembali pemahaman Agustinus mengenai konsep dosa
asal dan pada saat yang sama menolak pemahaman metafisika yang dibawakan oleh
Tomas Aquinas. Bagi Luther di dalam pemahaman eksegesisnya, ia menuliskan bahwa
dosa asal bukanlah hanya sekedar masalah moral (sebagaimana dituliskan oleh
Agustinus) maupun masalah ontologis (dituliskan oleh Tomas), melainkan dosa asal
adalah permasalahan religius. Luther melihat pemahaman dosa asal sebagai persoalan
yang letaknya berada pada hubungan manusia dengan Allah. Luther banyak
mendapatkan inspirasi tulisannya dari tulisan Rasul Paulus, terutama mengenai
bondage of the will dan bagaimana manusia pada hakikatnya mustahil untuk
menghindari dosa. Juga bagi Luther, dosa asal juga termasuk kepada kecenderungan
manusia untuk melakukan kejahatan maupun dosa. Baginya, justifikasi atau
pembenaran bagi manusia harus dilakukan dengan terlebih dahulu mengampuni dosa
asal namun tidak termasuk juga kepada penghapusan dosa sebagai natur dari umat
manusia. Inilah yang menjadi penyebab mengapa Luther menuliskan bahwa manusia
pada naturnya adalah pendosa. Hal ini banyak digumulkan olehnya di dalam kehidupan
sebagai biarawan yang ia lakukan. Di dalam pergumulan pribadinya sebagai seorang
rohaniawan, Luther bertanya-tanya mengapa Allah menciptakan manusia yang harus
memiliki dosa. Terlebih, mengapa manusia itu harus sedemikian lekat dengan dosa itu
sendiri sehingga cenderung sulit bagi manusia untuk menjadi lebih dekat dengan Allah.
Pergumulan ini ia jawab dalam pemahaman teologi salibnya, yang kemudian melihat

12
Alwino, Alfensius. 2018. “Memahami Konsep Kepentingan Diri Menurut Agustinus dan Hobbes” Jurnal
Melintas, Vol 34. No. 3. 243.
13
Brook, Angus. 2018. “Thomas Aquinas on the Effect of Original Sin : A Philosophical Analysis” The
Heythrop Journal, Vol 2. No. 2. 721.
14
Nainggolan, Manahan Z. 2020. “Kajian Teologis Tentang Dosa Berdasarkan Keluaran 34:6-7 Terhadap
Praktik Dinamisme” Providensi : Jurnal Pendidikan dan Teologi, Vol. 3. No. 2. 74.

11
sosok Yesus sebagai penyelamat yang telah mendekatkan manusia dengan Allah. Dalam
pemikiran Lutheran pada masa kini, dosa asal dianggap sebagai alasan mengapa
manusia membutuhkan keselamatan.15
Dalam pandangan gereja Calvinis atau Reformed, terdapat beberapa pemahaman
mengenai dosa asal. Pertama, gereja Reformed mengakui bahwa dosa asal ada pada
seluruh manusia tanpa terkecuali. Manusia juga tidak dapat membebaskan dirinya
sendiri dari dosa asal ini. Kedua, dosa asal juga membawakan kerusakan pada natur dan
diri manusia. Kondisi ini timbul dari setiap manusia dari generasi ke generasi.
Pemahaman ini melihat bahwa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah dan
kemudian menjadi lekat dengan dosa tersebut. Meskipun manusia pada masa kini dan
generasi setelah Adam tidak bersalah karena dosa asal tersebut (karena secara pribadi
bukan manusia masa setelah Adamlah yang melakukan dosa asal), dosa asal tetap
dihukumkan kepada manusia. Pemahaman ketiga adalah mengenai manusia yang di
dalam hidupnya akan melakukan dosa. Mengenai hal ini terdapat beberapa
pengecualian, salah satunya adalah bayi yang baru dilahirkan dan meninggal sebelum ia
mencapai kedewasaan. Terakhir, manusia yang memiliki dosa asal (yaitu semua
manusia tanpa ada pengecualian) membawa kepada maut dan pemisahan hubungan
dengan Allah, tanpa memperdulikan dosa yang sesungguhnya dilakukan di dalam
kehidupan manusia tersebut. Gereja Reformed dalam hal ini secara tegas menolak
ajaran Pelagius sebagai ajaran yang tidak Orthodox secara teologis. Hal ini karena
Pelagius menolak keberadaan dan juga doktrin dari dosa asal. Gereja Reformed juga
menolak pemahaman Katolik bahwa Maria adalah Theotokos (Maria sebagai ibu dari
Yesus Kristus) yang dilahirkan secara immaculate conception (dilahirkan tanpa dosa
apapun). Ajaran Katolik dalam pemahaman Mariologinya mencoba untuk
menghadirkan Maria bersama dengan Yesus sebagai manusia yang dilahirkan tanpa
memiliki dosa asal. Tentunya gereja Reformed menolak pemahaman ini dan hanya
menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya kelahiran yang tanpa disertai oleh dosa
asal. Selain itu, gereja Reformed dengan berdasarkan tulisan Calvin mengajarkan bahwa
ada suatu hal yang disebut dengan the bondage of sin yaitu dosa yang mengikat. Dosa ini
mengikat manusia sehingga manusia terbelenggu oleh dosa tersebut dan tidak bisa
secara bebas mendekati dengan Allah. Itulah mengapa para teolog Reformed
menempatkan penekanannya kepada Allah Bapa dan berbeda dengan teolog Lutheran
yang menempatkan penekanannya kepada Yesus Kristus. Meskipun demikian,
keduanya tidaklah jauh berbeda kecuali di dalam pandangan free will yang dianut gereja
Lutheran dan pemahaman predestinasi yang dianut oleh gereja Reformed. 16 Hal ini akan
dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikutnya.
D. Analisa Teologis
Di dalam pemahaman Martin Luther yang juga diadopsi oleh gereja Lutheran,
kejatuhan manusia ke dalam dosa berhubungan langsung dengan apa yang disebut

15
Tatha Wiley, A Reconceived View, dalam J. B. Stump & Chad Meister, Peny. Original Sin and The Fall : Five
Views, (Illinouis: InterVarsity Press, 2019), 123.
16
Oliver D. Crisp, A Moderate Reformed View, dalam J. B. Stump & Chad Meister, Peny. Original Sin and The
Fall : Five Views, 37.

12
dengan istilah Free Will. Free Will atau kehendak bebas adalah doktrin dimana manusia
memiliki kehendak bebas atas dirinya sendiri. Di dalam pemikiran seorang teolog
Lutheran bernama Martin Chemnitz (berperan dalam penulisan Formula Konkord,
meneruskan tradisi Lutheran, dan juga dekat dengan Philip Melancthon) yang
menuliskan bahwa meskipun Iblis menggoda manusia, manusia memiliki kehendak
bebas untuk menuruti godaan tersebut atau tidak. Inilah yang terjadi pada Adam dan
Hawa, yang oleh karena kehendak bebasnya memutuskan untuk tidak mentaati Allah. Di
dalam kehendak bebas ini, terjadi sebuah ataxia atau disorder yang mengakibatkan
kehancuran bagi seluruh umat manusia. Secara pribadi, Martin Luther juga menuliskan
suatu misteri dari dosa yang ada pada kehendak bebas manusia ini. Misteri ini menurut
Luther tampak ketika dosa dan kejahatan masih berlanjut di dalam kehidupan orang
percaya yang mengenal dan juga percaya kepada Allah. Maka Luther bersama dengan
Melanchthon menuliskan bahwa hidup manusia yang meskipun berdosa, harus
dijalankan dengan pertobatan dan pengampunan yang dilakukan secara terus menerus
selama seumur hidup.17 Di dalam analisa penulis secara pribadi, penulis menolak
pemahaman predestinasi yang mengatakan bahwa manusia sudah ditakdirkan untuk
berdosa. Hal ini karena pemahaman yang demikian secara tidak langsung akan
menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia supaya berbuat dosa dan menjauh dari-
Nya. Maka, penulis lebih menyetujui penjelasan Free Will yang dibawakan oleh tradisi
Lutheran yang sudah dijelaskan sebelumnya. Penulis juga menolak ajaran gereja Katolik
mengenai Immaculate Conception bagi Maria karena Maria hanyalah manusia biasa yang
juga memerlukan keselamatan, terlepas dari posisinya sebagai ibu dari Yesus.
Sebagaimana dikatakan oleh Agustinus, meskipun manusia memiliki kehendak bebas
yang membawanya kepada dosa, kehendak bebas itu tidak melemahkan kasih Allah.
Allah justru tetap mengasihi manusia dengan menyelamatkan manusia.18

Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dosa asal dimiliki oleh seluruh
manusia tanpa terkecuali. Manusia tidak dapat memisahkan dirinya sendiri dari dosa
ini, karena dosa ini melekat ketika manusia itu dilahirkan. Untuk itu, manusia
memerlukan pertolongan Allah untuk mengampuni mereka dari dosa asal ini.
Pengampunan yang diberikan oleh Allah dilakukan melalui cara justifikasi, yaitu
pembenaran bagi manusia. Manusia ini kemudian dibenarkan oleh karena imannya
kepada Yesus, yang berkorban untuk menebus dosa manusia. Di dalam penebusan dosa
ini, manusia yang memiliki dosa asal dapat diampuni dan menerima keselamatan.
Referensi

17
Robert Kolb, The Lutheran Doctrine of Original Sin, dalam Hans Madueme & Michael Reeves, Peny.
Adam, The Fall, and Original Sin : Theological, Biblical, and Scientific Perspectives, (Michigan: Baker
Academics, 2020), 112-113.
18
Tatha Wiley, Original Sin : Origins, Developments, and Contemporary Meaning, (New York: Paulist Press,
2022), 29.

13
Adlini. Miza N., Dinda, A. H., Yulinda. S., Chotimah. O., Merliyana. Sauda J. 2022. “Metode
Penelitian Kualitatif Studi Pustaka” Edumaspul : Jurnal Pendidikan, Vol. 6. No. 1.
Adon, Mathias J. 2022. “Asal-usul Kejahatan dan Penderitaan Menurut Kejadian 3:1-24
dan Usaha Manusia Melawan Dosa” Danum Pambelum : Jurnal Teologi dan Musik
Gereja, Vol. 2. No. 2
Alwino, Alfensius. 2018. “Memahami Konsep Kepentingan Diri Menurut Agustinus dan
Hobbes” Jurnal Melintas, Vol 34. No. 3
Barry, Robert. 2018. “Original Sin and Pure Nature : What’s the Difference, and What
Difference Does it Make?” Josephinum Journal of Theology, Vol. 25. No. 2
Brook, Angus. 2018. “Thomas Aquinas on the Effect of Original Sin : A Philosophical
Analysis” The Heythrop Journal, Vol 2. No. 2
Christian, Imanuel. 2019. “Studi Literatur Penciptaan Timur Dekat Kuno : Sebuah Studi
Komparatif terhadap Kejadian 1:1-2:3 dan Enuma Elish” Pengarah : Jurnal
Teologi Kristen. Vol. 1. No. 2
Kurniawan, Valentinus F. B. 2020. “Tinjauan Kekudusan Pelayanan dari Pelayan
Sakramen yang Berdosa Menurut Santo Agustinus dari Hippo, Jurnal Focus, Vol.
1. No. 2.
Madueme, Hans. & Reeves, Michael. Peny. Adam, The Fall, and Original Sin : Theological,
Biblical, and Scientific Perspectives, (Michigan: Baker Academics, 2020)
Marbun, Pardomuan. 2020. “Konsep Dosa dalam Perjanjian Lama dan Hubungannya
dengan Konsep Perjanjian” Caraka : Jurnal Teologi Biblika dan Praktika, Vol. 1.
No. 1.
Naat, Dominggus E. 2020. “Tinjauan Teologis-Dogmatis tentang Sakramen dalam
Pelayanan Gerejawi” Pengarah : Jurnal Teologi Kristen. Vol. 2. No. 1
Nainggolan, Manahan Z. 2020. “Kajian Teologis Tentang Dosa Berdasarkan Keluaran
34:6-7 Terhadap Praktik Dinamisme” Providensi : Jurnal Pendidikan dan Teologi,
Vol. 3. No. 2
Simanjuntak, Fredy., Lahagu, Ardianto., Lase. Yasanto., & Priscilla, A. 2018. “Konsep
Dosa Menurut Pandangan Paulus” Real Didache : Jurnal Teologi dan Pendidikan
Agama Kristen. Vol. 3. No. 2.
Stevanus, Kalis. 2020. “Karya Kristus Sebagai Dasar Penginjilan di Dunia Non-Kristen”
Fidei : Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, Vol, 3. No. 1
Stump, J. B. & Meister, Chad. Peny. Original Sin and The Fall : Five Views, (Illinouis:
InterVarsity Press, 2019)
Wiley, Tatha. Original Sin : Origins, Developments, and Contemporary Meaning, (New
York: Paulist Press, 2022)

14

Anda mungkin juga menyukai