Anda di halaman 1dari 4

Nama : Azril Wafa

Nim : 11220920000062
Kelas : 3C Agribisnis
Mata Kuliah : Tataniaga Pertanian

KEBIJAKAN KOMODITAS ASAM JAWA

TUGAS :
1. Kebijakan apa saja yang telah diberlakukan pada komoditas kapulaga?
Jawab :
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No 511/2006, terdapat 323 jenis komoditas binaan
dalam lingkup Ditjen Hortikultura, yang secara khusus kami arahkan perhatiannya pada
pertanian asam jawa. Jenis komoditas tersebut mencakup buah-buahan (60 jenis), sayuran (80
jenis), tanaman obat (66 jenis), dan tanaman hias (117 jenis). Dari tanaman obat, yang terdiri
dari rimpang dan non rimpang, hanya 15 jenis yang tercatat dalam statistik hortikultura.

Fokus pengembangan tanaman obat pada saat ini melibatkan jahe, kencur, kunyit,asam jawa
temulawak, kapulaga, dan lidah buaya, dengan tanaman purwoceng sebelumnya termasuk dalam
kelompok ini. Adapun target pengembangan meliputi: 1) Memenuhi permintaan dalam negeri, 2)
Mendukung bahan baku pengobatan tradisional, 3) Menyokong penyediaan bahan baku bagi
industri herbal dan saintifikasi jamu, serta 4) Mendorong penyediaan produk ekspor baik berupa
rimpang segar maupun olahan primer (simplisia, bubuk, bahan kering, dsb.).

Dalam hal produksi tanaman obat, terdapat peningkatan secara keseluruhan dengan rata-rata
14% per tahun. Khususnya, jahe, kapulaga dan asam jawa mencatatkan peningkatan masing-
masing sebesar 25% dan 14% per tahun. Peningkatan ini, antara lain, dapat diatribusikan pada
kegiatan pengembangan kawasan produksi yang telah konsisten dilakukan setiap tahun,
terutama pada kawasan komoditas jahe dan kapulaga.

● Kebijakan Pengembangan
Dalam pengembangan tanaman obat ini, seperti halnya, pengembangan tanaman sayuran,
telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu :
1. Peningkatan produksi tanaman obat dengan Pendekatan Pengembangan Kawasan,
yang dilakukan melalui fokus pengembangan komoditas dan fokus lokasi, yang
pelaksanaanya secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Pengembangan tanaman obat dengan pendekatan Pengembangan Kawasan telah
dilakukan sejak tahun 2008, yang tersebar di Provinsi : Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Aceh, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu,
Kepulauan Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Bali, NTT dan
Papua.

2. Fasilitasi sarana dan peralatan budidaya tanaman obat kepada kelembagaan petani di
kawasan pengembangan.
Komponen kegiatan ini berupa input pertanian, amelioran, sarana pengolahan lahan,
dll. Pemilihan lokasi kawasan dan sentra produksi yang difasilitasi dilakukan dengan
memperhatikan kesesuaian agroekosistem, permintaan pasar serta kesesuaian sosial
budaya masyarakat.

3. Pemberdayaan petani/pelaku usaha tanaman obat, merupakan pelaku usaha yang


diharapkan dapat menjadi penggerak usaha/agribisnis (Champion) di daerahnya,
kegiatan yang dilakukan antara lain memberikan bantuan sarana, temu teknologi dan
pendampingan intensif.

4. Penguatan akses pasar kepada kelembagaan petani dan pelaku usaha melalui
pembenahan manajemen rantai pasokan (SC) dan pengembangan kemitraan usaha
antara industri herbal dengan kelembagaan tani dan champion tanaman obat.

5. Pengembangan kerjasama antar stakeholders tanaman obat dan jamu, melakukan


pembinaan dengan melibatkan berbagai institusi terkait (BALITRO, Badan POM,
Kemen Kesehatan, Badan Litbang Pertanian, perguruan tinggi)

6. Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan terkait pengembangan tanaman obat,


mencakup kelembagaan tani seperti Kelompok tani, Gapoktan, Koperasi Tani, Badan
Usaha Milik Petani (BUMP), serta melakukan koordinasi dan peningkatan kapasitas
kepada kelembagaan pembina petani di lapangan (Dinas Pertanian, PPL, PPS, POPT,
dll)

2. Kebijakan apa saja yang belum ada saat ini yang sangat diperlukan pada komoditas kapulaga?
Jawab :
Kebijakan yang masih diperlukan pada komoditas kapulaga yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan Perlindungan Tanaman
Dibutuhkan kebijakan yang mendukung perlindungan tanaman kapulaga dari hama,
penyakit, dan serangan patogen. Sumbernya dapat berupa Kementerian Pertanian atau
lembaga riset pertanian terkait.

2. Kebijakan Standarisasi Kualitas


Kebijakan yang menetapkan standar kualitas untuk kapulaga baik untuk pasar
domestik maupun ekspor. Ini bisa berasal dari Badan Standardisasi Nasional (BSN)
atau Kementerian Perdagangan.

3. Kebijakan Pemasaran dan Promosi


Diperlukan kebijakan yang mendukung promosi dan pemasaran kapulaga baik di
pasar domestik maupun internasional. Sumbernya dapat berasal dari Kementerian
Perdagangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, atau
kementerian/lembaga terkait perdagangan dan investasi.

4. Kebijakan Riset dan Pengembangan


Kebijakan yang mendukung riset dan pengembangan varietas, teknik budidaya, dan
inovasi produk olahan dari kapulaga. Sumbernya dapat berasal dari Kementerian
Riset dan Teknologi atau lembaga riset pertanian.

5. Kebijakan Dukungan Petani


Diperlukan kebijakan yang memberikan dukungan kepada petani kapulaga melalui
program pelatihan, akses pembiayaan, dan bantuan teknis. Sumbernya bisa berasal
dari Kementerian Pertanian atau Kementerian Koordinator Perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA

Bahar Y. (2016). KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT. Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai