Anda di halaman 1dari 20

Kebijakan Korporasi dan

Insentif Pengembangan
Benih Hortikultura

Prof. Muhammad Firdaus, PhD

Departemen Ilmu Ekonomi


Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

26 Agustus 2021
CV
• Prof, Dept. of Economics Faculty of Economics and Management IPB

•PhD, graduated from Universiti Putra Malaysia (2006)


•Other activities:
1. Advisor for WTO team on agriculture agreement
2. Researcher in Center for Tropical Fruit Studies and
International Trade Analysis and Policy Studies
3. Vice chairman, Renumeration Board, Bogor
4. Chairman, SEAITFA: South East Asian International Trade
and Finance Association
5. National Board Indonesian Economist Association
CV KI and WIPO Awardee, 2016
ONE

Benih Sebagai
Derived Demand
Produk Hortikultura
Monetisasi Nilai Ekonomi Benih Hortikultura

2019: nilai PDB hortikultura Rp 238,8 T atau seperenam dari PDB pertanian
Nilai tambah per pekerja hortikultura 1,5 kali lipat dari sektor pertanian
Hortikultura Indonesia masih didominasi pertanian rakyat (open ground). Kontribusi green
house dan orchard masih kecil. Sebagai perbandingan di AS, pangsa luas open ground 52%,
namun total penjualan hanya 25%

Nilai ekonomi benih hortikultura berkisar antara Rp 25 sd 30 T per tahun


Industri benih hortikultura menyerap tenaga kerja setidaknya 400 sampai 500 ribu orang
Industri benih hortikultura adalah derived demand dari produk hortikultura (sayur, buah,
tanaman hias dna obat). Idealnya nilai ekonomi hortikultura setidaknya dua kali dari sekarang
(Rp 500 T per tahun), karena hortikultura adalah produk pertanian yang tidak sepenuhnya
mengikuti hukum Engel. Maka industri benih hortikutura akan terus bertumbuh positif
WHO: How To Stay Healthy During Covid-19? Horticuture

7 TIPS
1. Hydrate, hydrate: for flavor and
additional nutrients, add slices of
cucumber, lemon or orange to the
humble glass of water
2. GO foods: karbohidrat
3. GROW foods: protein
4. GLOW foods: colorful FRUITS AND
VEGETABLES

5. Fortified foods and supplements


(HERBS)
6. Exercise
7. NO food: GGL
Dimensi Ketahanan Pangan dan Gizi: Utilisasi
Diversifikasi Konsumsi Pangan : New Normal, New Diet

Analisis CGE: Pada new normal, pola konsumsi pangan Indonesia menuju pola pangan
yang lebih berimbang (new diet)

Dua skenario: pengalihan konsumsi ke sumber pangan karbohidrat non beras saja dan
pengalihan ke sumber pangan non karbohidrat. Diversifikasi pangan pada sumber non
karbohidrat (umbi, kacang, protein hewani, sayur dan buah) memberikan manfaat
makroekonomi yang lebih tinggi: meredam inflationary pressures pangan dan meningkatkan
pendapatan riil masyarakat

Jika pasokan dalam negeri tidak naik, maka diversifikasi pangan ke pola konsumsi yang lebih
berimbang akan meningkatkan defisit neraca perdagangan. Peningkatan
produktivitas pangan non karbohidrat 10 persen masih belum mampu menekan importasi
pangan yang menyebabkan defisit. Negara maju seperti AS juga mengalami hal ini
TWO

Kebijakan Korporasi
Pertanian untuk
Benih Hortikultura
Pentingnya Benih dalam Perspektif Ekonomi

Elastisitas produksi benih lebih tinggi daripada faktor produksi lain (pupuk, TK
dan pestisida): studi Kusnadi, 2011; Setyanto, 2008. Juga berlau untuk
peningktan efisiensi teknis (TE): studi Waryanto (2014); Huq and Arshad (2010)

Dampak ekonomi benih umbi vs TSS


Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura

Ada 3 kemungkinan bentuk organisasi dalam perakitan, produksi dan


distribusi benih nasional (Cromwell, 1992):
 1. Public sector seed organization: institusi pemerintah: Kementan dan
Pemda, PRONASE di Mexico dan the National Seed Corporation di India
 2. Private sector commercial seed companies: swasta baik
perusahaan multinasional, domestik atau BUMN: Ewindo, Bisi, Dhupont,
Monshanto, Cargill, Pertani, SHS.
 3. Community-oriented seed organisations: produsen penangkar
benih baik dalam kelompok, koperasi maupun individu
Dalam industri benih hortikultura, kedua dan ketiga dominan dan keduanya
harus berjalan seriing dengan peningkatan permintaan produk hortikultura
Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura
Kondisi perbenihan hortikultura di Indonesia antara lain:
 Industri benih biji (sayuran) dikuasai swasta besar, secara berurutan: kubis, cabe
merah, kentang, bawang merah, tomat dll. Keuntungan produsen benih dapat
mencapai 50 persen

 Perusahaan swasta kecil dan medium sudah berkembang terutama di Jogjakarta


dan Jatim. Pemulia (petani) sudah menghasilkan berbagai benih bermutu baik
untuk sayuran maupun buah (melon, semangka)

 Perlu penyediaan bibit buah dan tanaman hias seperti jeruk, pisang, durian,
alpukat, pete dan jengkol, anggrek, krisan, tanaman daun dll. Namun ada
tantangan ketidakpastian permintaan: benih atau bibit mempunya masa
kadaluarsa sehingga keseimbangan antara penawaran dan pemrintaan perlu
dijaga: pemetaan kebutuhan diperlukan
Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura
Korporasi Petani perlu dikembangkan untuk mendukung industri benih rakyat di
berbagai daerah dengan saran mengubah:

1. Takut 1. Berani
pada risiko pada risiko

2. Tidak akses 2. Akses pada


pada modal luar perbankan

Bandar Perbankan

3. Enggan untuk 3. Membutuhkan


bekerjasama lembaga ber-BH

Individu/poktan Koperasi/PT
Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura
Model bisnis Korporasi Petani:
Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura
Tahapan pengembangan Korporasi Petani:
Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura
Tahapan pengembangan Korporasi Petani:
THREE

Insentif Peningkatan
Daya Saing
Benih Hortikultura
Insentif Pengembangan Benih Hortikultura

Mengimplementasikan Uu Hortikultura/UUCipta Kerja


• Tujuan: produktivitas, daya saing, pangsa pasar dan kesempatan kerja
• Ada rencana nasional, provinsi dan kabupaten: Grand design
• Sumberdaya: manusia, air, genetik dan buatan
• Pengembangan perwilayahan/kawasan hortikultura: market based
• Usaha perbenihan, budidaya, panen dan pasca panen, pengolahan, wisata
agro dll.
• Regulasi ekspor dan impor
• Pembiayaan, penanaman modal
• Sitem informasi wajib disediakan oleh Pemerintah dan Pemda terkait a,l.
informasi pasar, harga, produksi, pasokan dll.
• Lembaga Pengembangan Hortikultura di nasional, provinsi dan kabupaten
Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura
Perlu dukungan kebijakan untuk:
1. Sinergi ABGC (dialog untk mencari solusi)
2. Mengembangkan peran swasta lokal untuk penyediaan benih setempat (Pemda)
3. Scaling-up benih/bibit unggul yang sudah dihasilkan produsen/penangkar
(Pembiayaan)
4. Meningkatkan kapasitas penangkar dan produsen benih: sertifikasi mutu dll.
5. Profiling pemulia dan penangkar dengan kapasitasnya dll. secara darling (sistem
informasi)
6. Mendorong petani muda seperti lulusan SMK, diploma dan sarjana untuk
berkiprah di Agribisnis Perbenihan
Kebijakan Pengembangan Benih Hortikultura

Negara-negara
menjalankan
strategi
PENTAHELIKS
dengan baik untuk
hortikultura
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai