Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS TERJEMAH KEMENAG 2019 SURAH YŪSUF

AYAT 51 DAN 52

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Terjemah Al-Qur`an

Dosen Pengampu:
Dr. Abdul Ghofur, M. A

Oleh:

Amririjal Solikhul Akmal: NIM: 2021.01.01.2144

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL ANWAR
SARANG REMBANG
2023
A. Redaksi dan Terjemah Kemenag Surah Yūsuf Ayat 51 dan 52

‫َّنْف ِس هٖۗ ْل ا ِلّٰل ِه ا ِل َن ا َل ِه ِم ْۤو ٍء ۗ َق اَلِت‬ ‫ِا‬


‫ُق َن َح َش َم َع ْم َع ْي ْن ُس‬ ‫َق اَل َم ا َخ ْطُبُك َّن ْذ َر اَو ْد ُّتَّن ُيْو ُس َف َعْن‬
)51( ‫اْم َر َاُت اْلَعِز ْيِز اْلٰٔـَن َح ْص َحَص اَحْلُّۖق َاَن۠ا َر اَو ْد ُّتهٗ َعْن َّنْف ِس ٖه َو ِاَّنهٗ َلِم َن الّٰص ِدِقَنْي‬

Dia (raja) berkata (kepada wanita-wanita itu), “Bagaimana keadaanmu ketika kamu
menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?” Mereka berkata, “Maha Sempurna
Allah. Kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya.” Istri al-Aziz berkata,
“Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya dan sesungguhnya
dia termasuk orang-orang yang benar.”

)52( ‫ٰذ ِلَك ِلَيْع َلَم َاْيِّن ْمَل َاُخ ْنُه ِباْلَغْيِب َو َاَّن الّٰل َه اَل َيْه ِدْي َك ْيَد اَخْلۤإِى ِنَنْي‬

(Yusuf berkata,) “Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa aku
benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah) dan bahwa
sesungguhnya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat.

B. Analisis Terjemah Kemenag

1. Ayat 51

Pada ayat 51, Kemenag menambahkan keterangan kata ‘raja’ dan


‘kepada wanita-wanita itu’ dalam tanda kurung sebagai tafsir dan penjelas
konteks ayat. Hal ini menunjukkan bahwa Kemenag menggunakan
terjemahan linguistik dalam menerjemahkan ayat ini. Adapun penambahan
kata ‘raja’ pada terjemah lafal qāla menunjukkan subjek atau fā’il dari kata
kerja tersebut merupakan sang raja, bukan utusan (al-rasūl) ataupun tuan (al-
rabbuka) yang juga disebut pada ayat sebelumnya. Hal ini selaras dengan
yang diungkapkan dalam tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr yang juga
menegaskan bahwa subjek dari kata kerja qāla adalah raja (al-malik).1

Kemudian, pada redaksi ‫ٖۗه‬ ‫َف َع ْن َّنْفِس‬ ‫ ِاْذ َر اَو ْد ُّتَّن ُيْو ُس‬Kemenag
menerjemahkannya dengan redaksi “ketika kamu menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya?”. Redaksi ini juga digunakan dalam Tafsir al-Misbah
1
Muḥammad Ṭāhir Ibn ‘Āshūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr (Tunisia, al-Dār al-Tūnisiyyah li al-
Nashr, 1984), 12: 290.
karya Quraish Shihab. Bila dikomparasikan pada redaksi ‫ َاَن۠ا َر اَو ْد ُّتٗه َع ْن َّنْفِسٖه‬yang
diterjemahkan ‘Akulah yang menggodanya’, nampak sekilas Kemenag seperti
menambahkan redaksi ‘menundukkan’ dalam terjemah redaksi pertama. Di
sini penulis tidak mengetahui apakah redaksi ‘menundukkan’ ini merupakan
akomodasi makna yang diperoleh dari kata rāwada, atau diperoleh dari kata
‘an nafsihī. Kata rāwada sendiri, dalam Tafsīr al-Marāghī, disebutkan juga
bermakna khāda’a (‫ )خ=ادع‬dan rawāgha (‫)رواغ‬2 yang keduanya berarti menipu,
membujuk dan memperdaya.3

Selanjutnya, pada frasa ‫ َح اَش ِهّٰلِل‬kemenag menerjemahkan dengan redaksi


“Maha Sempurna Allah”. Berbeda dengan Kemenag, Quraish Shihab
menerjemahkan frasa tersebut dengan redaksi “Mahasuci Allah” 4. Dalam hal
ini, agaknya penulis lebih cenderung lebih setuju terhadap terjemahan al-
Misbah. Hal ini karena dalam beberapa penafsiran frasa tersebut ditafsirkan
sebagai ungkapan tanzīh5 yang artinya menjauhkan atau mensucikan.6 Ibn
‘Āshūr menafsirkan frasa tersebut sebagai bentuk invalidasi dan kesucian
sesuatu dari sesuatu yang lain (‫)إبطال شيء عن ش=يء وبراءته من==ه‬.7 Maka dalam
penerjemahan frasa tersebut, penggunaan redaksi ‘Mahasuci Allah’ lebih
tepat karena ketika mensucikan Allah dari hal yang tidak pantas maka al-
Qur`an akan menggunakan redaksi subḥāna yang biasa diartikan sebagai
Mahasuci seperti ayat berikut.

8
ۗٗ‫َو َقاُلوا اَخَّتَذ الّٰل ُه َو َلًد اۙ ُس ْبٰح َنه‬

Mereka berkata, “Allah mengangkat anak.” Maha Suci Allah.

2. Ayat 52

2
Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī (t.tp.: Shirkat Maktabah wa Maṭbu’at Muṣṭafā al-
Bābī al-Ḥalbī, 1946), 12:129.
3
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,
2020), 326 dan 549.
4
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 6: 115.
5
Jalāluddīn al-Suyūṭī dan Jalāluddīn al-Maḥallī, Tafsīr al-Jalālayn (Rembang: ‘Alī Riḍā wa
Ikhwān, t.th.), 219.
6
Munawwir, al-Munawwir, 1410.
7
Ibn ‘Āshūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, 12: 263.
8
Al-Qur`an, al-Baqarah [2]: 116
Pada ayat selanjutnya juga ditemukan model terjemhan linguistik, yaitu
penambahan redaksi ‘Yusuf berkata’, ‘al-Aziz’ dan ‘di rumah’. Adapun
penjelasan bahwa ini adalah perkataan Yusuf dalam terjemahan Kemenag ini
sesuai dengan riwayat-riwayat yang dipaparkan oleh al-Ṭabarī dalam
kitabnya Jamī’ al-Bayān fī Tafsīr al-Qur`ān serta Tafsīr al-Jalālayn karya
Jalāluddīn al-Suyūṭī dan Jalāluddīn al-Maḥallī.9 Namun, berbeda dengan
keterangan dalam kitab al-Ṭabarī dan Tafsīr Jalālayn, Ibn ‘Āshūr, dan al-
Marāghī menjelaskan bahwa kalimat dalam ayat ini merupakan perkataan dari
istri al-Aziz.10 Perbedaan ini berimplikasi pada fā’il atau subjek dari kata
kerja ya’lama. Dalam tafsir al-Ṭabarī, disebutkan bahwa subjek dari kata
kerja tersebut adalah al-Aziz,11 sedangkan dalam al-Taḥrīr wa al-Tanwīr dan
Tafsīr al-Marāghī Ibn ‘Āshūr dan al-Marāghī merujuk Yusuf sebagai subjek
dari kata kerja tersebut.12 Lain lagi dengan Ibn Kathīr yang menerangkan
bahwa fā’il dari kata tersebut adalah al-Aziz dan perkataan ini merupakan
perkataan istri al-Aziz sembari menuturkan riwayat yang menyatakan
pendapat lainnya, termasuk riwayat dari al-Ṭabarī . 13 Dalam perbedaan ini,
Kemenag nampak lebih cenderung memilih penafsiran yang termuat dalam
kitab milik al-Ṭabarī dan Jalālayn. Adapun bila merujuk pada penafsiran al-
Marāghī dan Ibn ‘Āshūr, maka akan muncul variasi terjemah linguistik
seperti berikut.

(Istri al-Aziz berkata) “Yang demikian itu agar dia (Yusuf) mengetahui bahwa
aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (sejak dia di penjara).

Dalam terjemahan di atas redaksi Istri al-Aziz juga dapat dihilangkan


karena masih bersangkutan dengan kalimat sebelumnya yang juga diucapkan
oleh istri al-Aziz. Dalam terjemahan di atas pula, redaksi ‘di rumah’ diganti

9
Abū Ja’far Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta`wwīl Ayy al-Qur`ān (Makkah: Dār al-
Tarbiyyah wa al-Turāth, t.th.), 16:141, Jalāluddīn al-Suyūṭī dan Jalāluddīn al-Maḥallī, Tafsīr al-
Jalālayn, 221.
10
Al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, 12: 158, dan Ibn ‘Āshūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, 12:
292.
11
Al-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān, 16: 141.
12
Al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, 12: 158, dan Ibn ‘Āshūr, Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, 12:
292.
13
Abū al-Fidiā`Ibn ‘Umar Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur`ān al-‘Aẓīm (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah
1419 H.), 4: 338.
dengan redaksi ‘di penjara’ hal ini mengikuti konteks cerita yang diambil dari
sudut pandang istri al-Aziz sebagaimana dikutip dari Tafsīr al-Marāghī.14
Adapun penambahan ‘di rumah’ dalam terjemah Kemenag ini agaknya
mengikuti konteks di mana Nabi Yusuf yang menjadi penutur dari redaksi
ayat 52 ini.

Terakhir, dalam redaksi ‫ َ اَل َيْهِد ْي‬, Kemenag menerjemahkannya dengan


redaksi ‘Allah tidak meridai’. Berbeda dengan Kemenag, Quraish Shihab
menerjemahkan potongan ayat tersebut dengan redaksi ‘Allah tidak menyukseskan’.
Kata al-Hudā sendiri menurut al-Damīghānī memiliki 17 makna dan untuk makna
al-hudā pada ayat ini al-Damighānī menyebut makna la yuṣliḥū15 yang dapat
dipahami dengan arti ‘tidak membetulkan’. Dalm tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, Ibn
‘Āshūr menafsirkan penggalan ayat ini dengan kata ‫ ينفذ‬yang dapat diartikan dalam
beberapa arti, yaitu menyelesaikan, melaksanakan, mengimplementasikan, mulai
berlaku, menerapkan16. Berdasarkan beberapa makna dari kata ‫ اَل َيْه ِد ْي‬tersebut,
tanpa mendiskreditkan terjemahan Kemenag, penulis lebih cocok dengan
terjemah yang dihadirkan oleh Quraish Shihab yaitu ‘tidak menyukseskan’
karena lebih dekat dengan tafsir ‫ينفذ‬.

14
Al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, 12: 158.
15
Abū ‘Abdullāh al-Dāmighānī, al-Wujūh wa al-Naẓā`ir li Alfāẓ Kitāb Allāh al-‘Azīz (Beirut: Dār
al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th.), 458.
16
Al-Ma’āny, ‘makna kata ‫ ’ينفذ‬dalam https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D9%8A
%D9%86%D9%81%D8%B0/ (diakses pada 19 Desember 2023).
Daftar Pustaka

Al-Qur`an.
‘Āshūr, Muḥammad al-Ṭāhir Ibn. Tafsīr al-Taḥrīr wa al-Tanwīr. t.tp.: al-Kutub
al-Tūnisiyyah li al-Nashr, t.th.
Dāmighānī (al), Abū ‘Abdullāh. al-Wujūh wa al-Naẓā`ir li Alfāẓ Kitāb Allāh
al-‘Azīz. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th.
Marāghī (al), Aḥmad Muṣṭafā. Tafsīr al-Marāghī. t.tp.: Shirkat Maktabah wa
Maṭbu’at Muṣṭafā al-Bābī al-Ḥalbī, 1946.
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progresif, 2020.
Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2009.
Suyūṭī (al), Jalāluddīn dan Maḥallī (al) Jalāluddīn. Tafsīr al-Jalālayn. Rembang:
‘Alī Riḍā wa Ikhwān, t.th.
Ṭabarī (al), Abū Ja’far Ibn Jarīr. Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta`wīl Ayy al-Qur`ān.
Makkah: Dār al-Tarbiyyah wa al-Turāth, t.th.

Anda mungkin juga menyukai