DALAM MUSHAF-MUSHAF
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Studi Maṣāḥif dan Qirā`āt
Dosen Pengampu:
Dr. Muhammad Najib, Lc., M.Th.I
Oleh:
1
Abū ‘Abdillāh al-Ḥākim, Kitāb al-Mustadrak ‘alā Ṣaḥīḥayn (t.tp.: Dār al-Manhāj al-Qawīm li al-
Nashr wa al-Tawzī’, 2018), 1:370.
2
Abdul Qādir ‘Awdah, Al-Tashrī’ al-Janā`ī al-Islāmī Muqāranan bi al-Qānūn al-Waḍ’ī (Beirut:
Dār al-Kutub al-‘Arabī, t.th.), 1: 164
3
Saḥar As-Sayyid Abdul Aziz, Aḍwā’ ‘alā Muṣḥaf ‘Uthmān bin ‘Affān wa Riḥlatuh Sharqan wa
Gharban, (t.tp: Mu’assasah Shabāb al-Jāmi’ah, t.th.), 15.
Namun, adanya pengkodifikasian ini tidak memberhentikan
perkembangan pada mushaf. Generasi selanjutnya tetap melakukan inovasi
pada mushaf al-Qur`an selama proses pentrasmisian hingga melahirkan
inovasi-inovasi baru seperti pemberian ḍabṭ dan shakl. Sifat musḥaf al-imām
yang dinamis, penyebaran al-Qur`an di daerah-daerah Islam yang semakin
luas, dan kreatifitas para ulama dalam menginovasi mushaf (dalam arti positif)
ini juga memunculkan variasi-variasi mushaf dengan corak yang berbeda-beda.
B. Kerangka Teori
1. Kaidah Rasm
4
Ghānim Qaddūrī al-Jamad, al-Muyassar fī ‘ilm al-Rasm wa al-Muṣḥaf wa Ḍabṭihi (Jedah:
Markaz al-Dirāsāt wa al-Ma’lūmāt al-Qur`āniyyah, 2016), 121.
Penulisan rasm dalam mushaf ini mempunyai beberapa kekhususan
yang terangkum dalam lima kategori, yaitu (1) Al-hadfh: perwujudan suara
dalam pelafalan namun tidak ada ekuivalen dalam tulisan. Al-Ḥadhf
merupakan sebuah bentuk pembuangan pada huruf-huruf tertentu yang pada
asalnya ada dalam penulisan namun setelah terjadinya pembuangan huruf-
huruf tersebut dihilangkan dalam penulisannya, namun tetap dapat didengar
dalam pelafalannya; (2) Al-ziyādah: merupakan kebalikan dari ḥadhf, yaitu
penulisan sebuah huruf yang tidak memiliki ekuvalen dalam pelafalan; (3)
Al-badal: merupakan pelafalan fonem tanpa disertai grafem (al-rumz) yang
pada dasarnya merupakan simbol yang merepresentasikan pelafalan
tersebut. Gampangnya, al-badal ini merupakan penggantian huruf rasm
yang menimbulkan ketidak selarasan antara bunyi dan huruf yang menjadi
simbol dari bunyi tersebut; (4) Al-hamzah; merupakan salah satu huruf
hijaiyah yang mana masyarakat Arab memiliki dua mazhab dalam
pelafalannya, yaitu mazhab tashīl dan taḥqīq. Meskipun pembahasan al-
hamzah dalam ilmu rasm masih dalam cakupan kaidah al-badal dan al-
qalab, namun para ulama banyak yang mencantumkannya dalam satu bab
khusus karena meninjau banyaknya hukum-hukum dari hamzah ini; (5) Al-
faṣl dan al-waṣl: merupakan pembahasan dalam ilmu rasm yang membahas
tentang ketersambungan atau tidaknya satu kalimat dengan kalimat yang
lainnya.5
3. Ḍabṭ
5
Ghānim al-Jamad, al-Muyassar fī ‘ilm al-Rasm, 121.
6
Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur`an (Beirut: Resalah Publisher, 2008), 76.
sukūn, tashdīd, mādd, dan sebagainya. Pada masa-masa awal, ilmu ini
disebut juga dengan ilmu al-naqṭ dan ilmu shakl. Ilmu ini berkembang di
tangan-tangan ulama tabiin dan terus dikembangkan oleh generasi
selanjutnya hingga memunculkan tanda-tanda untuk mempermudah
pembacaan al-Qur`an.
1. Kaidah Rasm
a. al-Ḥadhf
b. Al-Ziyādah
Al-ziyādah atau penambahan terjadi pada tiga huruf yaitu alīf, yā`
dan wāw. Berikut adalah kaidah-kaidah pokok yang berada dalam kaidah
al-ziyādah.8
1). Alif ditambahkan ketika berada di tengah kata pada beberapa kalimat,
seperti lafal لشاىء, مائةdan جاىء.
2). Alif ditambahkan setelah lām alif pada beberapa kalimat, diantaranya
3). Yā` ditambahkan setelah hamzah yang berharakat kasrah atau hamzah
berharakat fathah setelah setelah huruf berharakat kasrah, seperti kedua
lafal .
c. Al-Badal
Al-badal atau penggantian huruf terjadi pada penulisan alīf, yā` dan
wāw serta huruf tā` ta`nīth yang ditulis dengan huruf hā`.Salah satu kaidah
yang ada pada kaidah badal ini adalah penulisan الحيوة, الصلوةdan الزكوة.
Seluruh kata tersebut merupakan badal atau ganti dari alif yang ditulis
dalam bentuk wahyu. Kaidah ini berlaku pada seluruh kalimat tersebut di
setiap tempat kata ini disebukan.9
d. Al-Hamzah
9
Ghānim al-Jamad, al-Muyassar fī ‘ilm al-Rasm, 144.
Dalam kaidah rasm, penulisan hamzah dapat dibagi menjadi tiga,
hamzah di awal, di tengah dan di akhir. Pada kali ini, penulis akan
mengambil salah satu kaidah hamzah yang berada di awal. Dalam sebuah
kaidah, disebutkan bahwa apabila hamzah di awal bertemu dengan hamzah
istifham, maka salah satu hamzah tidak ditulis. Untuk contoh dan
komparasinya dapat dilihat dalam kolom berikut ini.
e. Al-Faṣl wa al-Waṣl
Dalam poin ini, terdapat dua kaidah utama yang menjadi inti dalam
poin ini. Pertama, setiap kata ditulis terpisah dari kata sebelum dan
sesudahnya. Kedua, pada asalnya setiap kalimat ḥurūf yang terdiri dari dua
huruf maka akan disambung dengan kata setelahnya selama bukan berupa
ḍamīr muttaṣil.11 Keduanya merupakan kaidah inti dari bab ini yang
disebutkan di awal bab. Selanjutnya merupakan pengecualian-
pengecualian dari kedua kaidah tersebut dan peninjauan dari segi waṣal
10
Ghānim al-Jamad, al-Muyassar fī ‘ilm al-Rasm, 150.
11
Ghānim al-Jamad, al-Muyassar fī ‘ilm al-Rasm, 162.
atau faṣalnya. Pada tulisan ini, penulis mengambil contoh frasa فمن ماyang
terdapat dalam surah al-Nisā` 25. Untuk komparasinya dapat dilihat dalam
kolom berikut.
12
Ghānim al-Jamad, al-Muyassar fī ‘ilm al-Rasm, 164.
‘Asim, Khalaf, Ibnu Katsīr, Abu ‘Amr, Abu Ja’far, Ya’qub, Nāfi’. Namun,
Imam Abū Bakar membacanya dengan harakat dammah.
3. Ḍabṭ
D. Kesimpulan