Anda di halaman 1dari 87

PENYUSUNAN DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

PEMBANGUNAN REVITALISASI PASAR INDUK BANYUWANGI


JALAN SUSUIT TUBUN KEPATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

PROFIL PENGUSAHAAN KEGIATAN &


DESKRIPSI KEGIATAN KAWASAN 2
2.1. Gambaran Umum Pengusahaan.
Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi akan memperkuat daya tarik wisata mengingat letak
pasar induk ini berada tepat di jantung kota Banyuwangi. Selain itu, di dekat pasar juga terdapat
bangunan cagar budaya eks kantor Kamar Dagang Inggris, atau lebih dikenal dengan Arsama
Ingrisan. Pasar tradisional masih relevan dan penting bagi masyarakat pelosok dan kepulauan
karena di pasar tradisional masih mengedepankan hubungan kerjasama. Dalam hal ini bisa
dikatakan antara pedagang sayur, pedagang buah, dan pedagang sembako membentuk rantai
perekonomian yang bisa menunjang keberhasilan pasar tradisonal. Dengan demikian, mengingat
pasar tradisional punya peran penting dalam menunjang perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat, penting kiranya untuk dikaji lebih jauh dampak dari revitalisasi atau pengembangan
kembali pasar tradisioanal.

Bagi Kabupaten Banyuwangi, Pasar Induk Banyuwangi yang terletak di Jalan Sasuit Tubun
memiliki fungsi yang sangat vital sebagai pusat perdagangan dan jasa serta pergerakan ekonomi di
Banyuwangi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan
merevitalisasi pasar induk yang berada di pusat kota menjadi kawasan pusat perbelanjaan dan
Destinasi Wisata Sejarah. Hal tersebut karena lokasi pasar Banyuwangi berdekatan dengan
kawasan Asrama Inggrisan, yang bakal direvitalisasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2024 mendatang.

Dengan adanya rencana Pembangunan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi maka potensi
bangkitan dan tarikan akan muncul. Analisis dampak lalu lintas dipergunakan untuk memprediksi
apakah infrastruktur transportasi dalam daerah pengaruh pembangunan tersebut dapat melayani lalu
lintas yang ada (existing) ditambah dengan lalu lintas yang dibangkitkan atau ditarik oleh
pembangunan tersebut. Jika prasarana yang ada tidak dapat mendukung lalu lintas tersebut maka
harus dilakukan kajian penanganan prasarana tersebut atau pengaturan manajemen terhadap lalu
lintasnya. Secara umum telah diterima suatu konsep analisis “menginternalkan eksternalitis”
dengan konsekuensi “poluter pays” dengan pengertian bahwa pihak pengembang harus
memberikan kontribusi yang nyata di dalam penanganan dampak lalu lintas sebagai akibat
pengembangan suatu kawasan atau lokasi tertentu.

2.1.1. Lingkup Kegiatan

Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisai Pasar Induk Kabupaten Banyuwangi | II-1


DOKUMEN HASIL ANDALALIN

A. Lingkup Pelayanan (scope of service)


Lingkup pelayanan (scope of service) untuk pelaksanaan pekerjaan konsultan adalah
Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Revitalisasi Pasar Induk
Banyuwangi di Kabupaten Banyuwangi.
B. Lingkup Perencanaan
Lingkup wilayah Perencanaan adalah di Kawasan Revitalisasi Pasar Induk
Banyuwangi di Kabupaten Banyuwangi
C. Lingkup Tugas
Lingkup kegiatan konsultasi terdiri dari:
1. Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Revitalisasi Pasar Induk
Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi meliputi :
a) Pengumpulan data dan kompilasi data;
b) Analisis
1) Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat
pembangunan;
2) Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c) Penyusunan Dokumen Hasil Studi
Hasil akhir dari studi ini adalah tersusunnya laporan yang sekurang -
kurangnya memuat :
1) Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat
pembangunan;
2) Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
3) Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
4) Tanggung jawab pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam
penanganan dampak;
5) Rencana pemantauan dan evaluasi; dan
6) Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan.
d) Pengesahan Dokumen.
1) Melakukan penyampaian tentang hasil akhir pekerjaan kepada tim Forum
LLAJ atau tim penilai Analisis Dampak Lalu Lintas.
2) Melakukan perbaikan atas koreksi, masukan dan saran dari tim penilai
Analisis Dampak Lalu Lintas.
3) Pengesahan dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.1.2. Lingkup Wilayah Kegiatan
Ruang lingkup wilayah pekerjaan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit
Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Peta Lokasi kegiatan dapat
dilihat pada berikut :

| II-2
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.1. Lokasi Kegiatan Usaha.

Gambar 2.2. Jalur Akses Pasar Induk Banyuwangi (Sisi Selatan).

| II-3
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.3. Jalur Akses Pasar Induk Banyuwangi (Sisi Utara).

Gambar 2.4. Jalur Akses Pasar Induk Banyuwangi ke Pemukiman Warga.

| II-4
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.5. Siteplan Pasar Induk Banyuwangi.

Gambar 2.6. Tampak Vertikal Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi.

| II-5
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.7. Zonasi Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Lantai 1).

Gambar 2.8. Zonasi Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Lantai 2).

| II-6
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.9. Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Rencana Gerbang Masuk).

Gambar 2.10. Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Rencana Pedestrian).

Tabel 2.1. Legalitas Pasar Induk Banyuwangi

| II-7
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

| II-8
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Berikut ini adalah informasi mengenai rincian jumlah pekerja dan jumlah pedagang pasar
pon pada masa eksisting. Pasar pon beroperasi 24 Jam. Dengan keadaan eksisting saat ini
berjumlah 873 Toko/Los/Kios, sedangkan untuk jumlah pedagang 352. Jumlah pedagamg sebanyak
352 merupakan jumlah kebutuhan tempat untuk relokasi.
2.1.3. Lokasi Rencana Relokasi Sementara
Kondisi eksisting Pasar Induk Banyuwangi saat ini sudah dalam keadaan terbangun dan
beroperasi, untuk itu saat akan dilakukan revitalisais pada pasar maka pedagang, kios, los dan
beberapa komponen pasar lainnya akan dilakukan relokasi sementara agar pergerakan jual-bel
pasar dapat terus berjalan dan tidak terganggu.

. Gambar 2.11. Lokasi Rencana Relokasi Sementara.

| II-9
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Peta diatas merupakan beberapa titik rencana relokasi, dengan uraian sebagai berkut :
1. Area Gedung Wanita Paramitha Kencana, Jalan RA Kartini, Kelurahan Kepatihan,
Kecamatan Banyuwangi. (Aset Pemkab – BAPPENDA)
2. Lahan PDAU, Jalan Cakalang Nomor 1, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi.
(Aset Pemkab, luas tahan 1.745m2).
3. Area Pasar Segitiga Berlian, Jalan Ikan Cakalang , Kelurahan Kepatihan, Kecamatan
Banyuwangi. (Aset Pemkab – DISKOPUMDAG)

Berikut merupakan kondisi eksisting beberapa lokasi yang akan digunakan sebagai lahan
relokasi sementara :

Gambar 2.12. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Gedung Wanita).

Gambar 2.13. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Lahan PDAU).

Gambar 2.14. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Pasar Segitiga).

Selanjutnya merupakan tatanan rencana penataan Los Relokasi Sementara untuk pedagang :

| II-10
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.15. Denah Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Gedung Wanita dan Lahan PDAU).

| II-11
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.16. Penataan Los Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Gedung Wanita dan Lahan
PDAU).

Gambar 2.17. Denah Los Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Lahan PDAU).

2.1.4. Nama Rencana Usaha dan/ Kegiatan


Jenis Kegiatan : Pembangunan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada Jalan
Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi

| II-12
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.1.5. Rencana Kegiatan Konstruksi


1. Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi

Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi Tenaga kerja yang akan diserap selama konstruksi
berlangsung adalah tenaga kerja yang memprioritaskan tenaga kerja lokal dengan memiliki
kompetensi kualifikasi (keahlian) tertentu sesuai jenis pekerjaannya. Adapun prakiraan jumlah
tenaga kerja yang diperlukan untuk rencana kegiatan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada
Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi berjumlah 157
orang, dengan rincian yaitu :
Tabel 2.2. Jumlah Tenaga Kerja Pada Masa Konstruksi

No Posisi / Jabatan Jumlah (Orang)


1 Project Manager 1
2 Site Manager 1
3 Mandor 4
4 Tenaga Ahli dan Terampil 15
5 Tukang dan Pekerja 122
6 Operator 6
7 Security 8
Jumlah 50
Ketersediaan tenaga kerja dipenuhi dari kontraktor pelaksana pekerjaan dan
direkomendasikan dalam MoU kerjasama antara pemrakarsa dan kontraktor pelaksana untuk
mencantumkan prioritas tenaga kerja dari masyarakat setempat dengan mempertimbangkan
spesifikasi yang diperlukan. Jumlah tenaga kerja untuk tahap konstruksi akan mengalami
fluktuasi sesuai dengan tahap kegiatan yang dilaksanakan. Tenaga kerja merupakan tenaga kerja
sementara selama tahap konstruksi berlangsung. Kontrak kerja antar pelaksana dan tenaga kerja
akan berakhir sejalan dengan berakhirnya pelaksanaan kegiatan konstruksi.

2. Direksi Kit

Direksi kit akan dibangun pada lahan di lokasi Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi dan
merupakan bangunan semi permanen yang dilengkapi dengan fasilitas yang terdiri dari fasilitas
penerangan, alat komunikasi, dan fasilitas kamar mandi dengan septic tank yang digunakan
semasa konstruksi. Kebutuhan air bersih untuk pekerja konstruksi dan karyawan kantor akan
dicukupi dari sumur bor dan truk tangki sebagai cadangan. Basecamp tidak tersedia dikarenakan
tenaga kerja akan memprioritaskan dari masyarakat lokal di sekitar lokasi kegiatan.

3. Mobilisasi Peralatan dan Material

Kegiatan mobilisasi peralatan meliputi pengadaan alat berat yang dipergunakan selama
masa konstruksi. Mobilisasi alat berat dapat dilakukan pada malam hari berkoordinasi dengan
Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi dimana sebelumnya perlu dilakukan

| II-13
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

pemberitahuan kepada penduduk sekitar. Jumlah dan jenis alat berat yang akan digunakan untuk
kegiatan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan
Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, yaitu:
● Eksavator (1 buah);
● Roller (1 buah);
● Dump truck (3 buah);
● Bulldozer (1 buah);
● Pick Up (9 buah);
4. Demobilisasi Peralatan

Kegiatan demobilisasi peralatan meliputi pengembalian kendaraan dan alat berat setelah
digunakan selama masa konstruksi. Pengembalian dilakukan secara bertahap mengikuti jadwal
dan kontrak kerjasama kontraktor pelaksana terkait.

5. Demobilisasi Tenaga Kerja

Kegiatan demobilisasi tenaga kerja berupa pengurangan tenaga kerja secara bertahap
sesuai dengan bobot kegiatan konstruksi serta pengembalian tenaga kerja konstruksi kepada
kontraktor pelaksana yang terkait.
2.1.6. Detail Kegiatan Operasional
1. Fasilitas Umum Pasar Induk Banyuwangi

Pembangunan Pasar yang akan dilakukan, akan menyedikan beberapa fasilitas penunjang
untuk digunakan pengunjung maupun pedagang, yaout sebagai berikut :

a. Toilet (Wanita, Prida dan Difabel)


b. Layanan Klinik Kesehatan
c. Ruangan Menyusui
d. Ruang Ibadah (Musholla)
e. Gedung Untuk Parkir (Untuk Sepeda Motor)
2. Rencana Ketersediaan Kios dan Los
Berikut ini adalah informasi mengenai rincian jumlah kios dan los diantaranya meliputi
Tabel 2.3. Jumlah Pedagang Operasional Pasar Induk Banyuwangi
No Keterangan Jenis dan Ukuran Jumlah Fungsi

Partisi (Uk. 2 x 1,5) Sisi Utara : 85 Lapak Makanan Siap Saji,


1 Los Cubicle
Finish Cat Sisi Selatan : 399 Jajanan Pasar dan Konveksi
Sisi Utara : 0
2 Los Kavling Non Partisi (Uk. 2 x 1,5) Lapak Buah-buahan
Sisi Selatan : 95
Rolling Door Lapak Toko Sembako,
Dinding Bata 3,5 meter (Uk. Sisi Utara : 78 Depot Makanan, Elektronik,
3 Kios
2 x 2) Sisi Selatan : 76 Jasa, Perhiasan dan Bumbu
Plafon Gypsum Dapur
4 Kios Rolling Door Sisi Utara : 0 Lapak Toko Sembako, Depot
Dinding Bata 3,5 meter (Uk. Sisi Selatan : 58 Makanan, Elektronik, Jasa

| II-14
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

No Keterangan Jenis dan Ukuran Jumlah Fungsi

3 x 4)
dan Perhiasan
Plafon Gypsum

Gambar 2.18. Catchment Area Lokasi Kegiatan

| II-15
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.19. Lokasi Kegiatan Terhadap Citra Satelit

2.1.7. Luas Lahan Bangunan.


Berikut ini adalah penjelasan lokasi Andalalin Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada
Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Rekapitulasi
peruntukan lahan dan prasarana lingkungan pada lokasi kegiatan terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.4. Rincian Luas Lahan dan Luas Lantai Bangunan Kondisi Eksisiting
LUAS BANGUNAN
No. Uraian Luas (m²) Presentase
Bangunan TPA
1 Hanggar Non Pasar 2.893,69 1,36%
2 Tanki BBM 7,70 0,00%
3 Bengkel Truck & Alat Berat 219,61 0,10%
4 Garasi Alat Berat 219,61 0,10%
5 Parkir Mobil 254,50 0,12%
6 Parkir Truck 365,36 0,17%
7 Jembatan Timbang & Pos Pencatatan 82,33 0,04%
8 Cuci Roda Truck 52,01 0,02%
9 Musholla 41,60 0,02%
10 Toilet 9,61 0,00%
11 Gudang Serba Guna 60,20 0,03%

| II-16
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

LUAS BANGUNAN
No. Uraian Luas (m²) Presentase
12 Kantor Pengelola 107,60 0,05%
13 Gudang Labolatorium 38,71 0,02%
14 R. Panel & R. Genzet 44,82 0,02%
15 Pos Jaga 23,78 0,01%
16 Gapura Masuk 12,42 0,01%
17 Hanggar Pasar 3.368,70 1,59%
18 Sumur Resapan 12,57 0,01%
19 Bangunan Limbah B3 70,00 0,03%
Total 7.884,82 3,72%
BangunanIPL
1 Equalisasi 75,02 0,04%
2 Chemical Treatment 6,82 0,00%
3 Anaerobic 86,24 0,04%
5 Facultative Aerated Lagoon 187,08 0,09%
6 Maturasi 365,01 0,17%
7 Wetland 445,99 0,21%
8 Lagoon 848,68 0,40%
9 Sludge Drying Bed (SDB) 41,00 0,02%
Total 2.055,84 0,97%
1 Area Sel TPA Tahap 1 23.749,10 11,20%
Total 23.749,10 11,20%
Total Luas Bangunan 33.689,76 15,88%

LUAS TAK TERBANGUN

No Uraian Luas (m²) Presentase


1 Area akses dan Sirkulasi 17.435,67 8,22%
2 Ruang Terbuka Hijau 96.009,57 45,26%
3 Luas Lahan Yang Belum di ijinkan 64.998,00 30,64%
Total Luas Tak Bangunan 178.443,24 84,12%
TOTAL KESELURUHAN 212.133,00 100,00%

| II-17
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.5. Rincian Luas Lahan dan Luas Lantai Bangunan Kondisi Setelah Revitalisasi
LUAS BANGUNAN
No. Uraian Luas (m²) Presentase
Bangunan TPA
1 Hanggar Non Pasar 5.787,38 2,73%
2 Tanki BBM 7,70 0,00%
3 Bengkel Truck & Alat Berat 219,61 0,10%
4 Garasi Alat Berat 219,61 0,10%
5 Parkir Mobil 254,50 0,12%
6 Parkir Truck 365,36 0,17%
7 Jembatan Timbang & Pos Pencatatan 82,33 0,04%
8 Cuci Roda Truck 52,01 0,02%
9 Musholla 41,60 0,02%
10 Toilet 9,61 0,00%
11 Gudang Serba Guna 60,20 0,03%
12 Kantor Pengelola 107,60 0,05%
13 Gudang Labolatorium 38,71 0,02%
14 R. Panel & R. Genzet 44,82 0,02%
15 Pos Jaga 23,78 0,01%
16 Gapura Masuk 12,42 0,01%
17 Hanggar Pasar 6.737,40 3,18%
18 Sumur Resapan 12,57 0,01%
19 Bangunan Limbah B3 70,00 0,03%
Total 14.147,21 6,67%
BangunanIPL
1 Equalisasi 75,02 0,04%
2 Chemical Treatment 6,82 0,00%
3 Anaerobic 86,24 0,04%
5 Facultative Aerated Lagoon 187,08 0,09%
6 Maturasi 365,01 0,17%
7 Wetland 445,99 0,21%
8 Lagoon 848,68 0,40%
9 Sludge Drying Bed (SDB) 41,00 0,02%
Total 2.055,84 0,97%
1 Area Sel TPA 59.217,24 27,92%
Total 59.217,24 27,92%
Total Luas Bangunan 75.420,29 35,55%
LUAS TAK TERBANGUN
No Uraian Luas (m²) Presentase
1 Area akses dan Sirkulasi 30.972,97 14,60%
2 Ruang Terbuka Hijau 40.741,74 19,21%
3 Luas Lahan Yang Belum di ijinkan 64.998,00 30,64%
Total Luas Tak Bangunan 136.712,71 64,45%
TOTAL KESELURUHAN 212.133,00 100,00%

| II-18
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

3. Kondisi Sarana Prasarana Eksisting.


Berikut merupakan kondisi eksiting di sekitar Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi
Pasar Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi.

Tabel 2.6. Rincian Inventarisasi.


Perkerasan Jalan Fleksible Pavement

Tipe Jalan Satu Arah

Lebar Jalan 6,0 meter

Marka Ada

Perambuan Ada

Alat Penerangan Jalan Ada

2.2. Periode Analisis Lalu Lintas Angkutan Jalan


Periode analisis yang dilakukan untuk menganalisis hasil Dokumen Analisis Dampak Lalu
Lintas Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit
Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi adalah untuk Tersusunnya
Dokumen ANDALALIN Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi ini adalah :

PERIODE ANALISIS
2023 2023-2024 2025 2026 2036 2037 2042

Antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan dan dikawatirkan akan menimbulkan
konflik dan perlambatan pada ruas jalan tersebut sehingga terjadi inefisiensi perjalanan pada ruas
jalan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagai upaya
penanganan dampak lalu lintas yang timbul dari beroperasinya kawasan tersebut.

2.3. Kondisi Geografi dan Administrasi

2.3.1. Geografis Kabupaten Banyuwangi.

| II-19
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung Timur Pulau. Berpenduduk 1.735.845 jiwa pada
tahun 2018. Kabupaten Banyuwangi terletak pada titik koordinat 7o 43' - 8o 46’ BT dan 113o 53' -
114o 38' LS. Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 Km, serta Pulau
sejumlah 10 pulau. Wilayah Kabupaten Banyuwangi secara administratif terdiri dari terdiri dari
25 Kecamatan, 217 Desa / Kelurahan, 836 Dusun / Lingkungan, serta 3.011 RW dan 10.475 RT.
Batas administrasi Kabupaten Sidoarjo dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo.
Sebelah Selatan : Samudera Hindia.
Sebelah Timur : Selat Bali.
Sebelah Barat : Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember.

Tabel 2.7. Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Banyuwangi


Jumla
Luas Persentase terhadap
Kecamatan h Ketinggian (mdpl)
Wilayah (km²) Luas Kabupaten
Pulau
13,8
Pesanggaran 802,50 22 0 - 1 000
8
95,1 1,6
Siliragung 1 0 - 1 000
5 5
137,4 2,3
Bangorejo 0 0 - 500
3 8
3,4
Purwoharjo 200,30 0 0 - 500
6
23,1
Tegaldlimo 1 341,12 0 0 - 500
9
2,5
Muncar 146,07 0 0 - 100
3
97,4 1,6
Cluring 0 0 - 500
4 9
66,7 1,1
Gambiran 0 0 - 500
7 5
65,2 1,1
Tegalsari 0 0 - 500
3 3
7,3
Glenmore 421,98 0 0 - > 3 000
0
7,0
Kalibaru 406,76 0 100 - 3 000
3
82,3 1,4
Genteng 0 0 - 500
4 2
100,7 1,7
Srono 0 0 - 500
7 4
48,5 0,8
Rogojampi 0 0 - 500
1 4
67,1 1,1
Blimbingsari 0 0 - 500
3 6
94,1 1,6
Kabat 0 0 - 500
7 3
1,0
Singojuruh 59,89 0 0 - 500
4
174,8 3,0
Sempu 0 100 - 1 000
3 2
Songgon 301,84 5,2 0 100 - > 3 000

| II-20
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Jumla
Luas Persentase terhadap
Kecamatan h Ketinggian (mdpl)
Wilayah (km²) Luas Kabupaten
Pulau
2
76,7 1,3
Glagah 0 0 - 1 000
5 3
2,9
Licin 169,25 0 100 - 3 000
3
30,1 0,5
Banyuwangi 0 0 - 100
3 2
21,3 0,3
Giri 0 0 - 500
1 7
310,0 5,3
Kalipuro 0 0 -> 3000
3 6
8,0
Wongsorejo 464,80 1 0 - 3 000
4
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi

Gambar 2.20 Peta Kabupaten Banyuwangi

2.4. Topografi
2.4.1. Topografi Provinsi Jawa Timur

| II-21
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Letak ketinggian wilayah di Jawa Timur dari permukaan laut terbagi menjadi 3 (tiga)
bagian yaitu :
 Daratan tinggi ( > 100 meter ) meliputi 5 kabupaten dan 3 kota yaitu : Kabupaten Trenggalek ,
Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota
Blitar, Kota Malang, Kota Batu.
 Dataran sedang ( 45-100 meter) meliputi 9 kabupaten dan 2 kota yaitu : Kabupaten Ponorogo,
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Kediri, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngajuk, Kabupaten Ngawi, kota Kediri dan
Kota Madiun.
 Dataran rendah ( < 45 meter ) meliputi 16 Kabupaten dan 4 kota.
2.4.2. Topografi Kabupaten Banyuwangi
Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan utara pada umumnya
merupakan pegunungan, dan bagian selatan Sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat
kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata-rata curah hujan lebih
tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagian
besarmempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup
memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah.
Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara dimana di dalamnya terdapat
banyak sungai yang selalu mengalir di sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35
DAS, sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas juga berpengaruh
positif terhadap tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di
Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Jember.
Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di
Provinsi Jawa Timur. Disamping potensi di bidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan
daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian
rakyat. Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan, pengembangan
sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi
pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.

2.5. Iklim Dan Curah Hujan


Iklim di Jawa timur terjadi perubahan dibanding tahun lalu. Kelembapan udara meningkat,
yaitu dari 60% pada tahun 2019 menjadi 77% di tahun 2020, tercatat pada tahun 2020-2021 curah
hujan di Jawa Timur sebesar 2.420,40 mm, lebih tinggi dari tahun 2018 yang sebesar 2.030,90
mm. Suhu rata-rata Provinsi Jawa Timur pada tahun 2021 antara 29ºC.
Tabel 2.8. Iklim dan Cuaca Provinsi Jawa Timur
Bulan Suhu Udara Kelembapan Udara

| II-22
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Maks Min Rata-rata Maks Min Rata-rata


Januari 34,7 23,9 27,5 97 56 83
Februari 33,8 23,7 27,7 97 51 82
Maret 34 23 27,9 98 55 81
April 33,4 24 28,2 96 56 81
Mei 34 23 28,6 93 46 75
Juni 33 22,4 27,9 97 46 77
Juli 32,6 21,3 27,5 94 46 74
Agustus 32,6 20,7 27,3 90 42 71
September 35,1 21,5 28,3 89 28 69
Oktober 35,9 24 29,8 90 40 69
November 34,8 26,7 28,2 99 45 79
Desember 34,7 23,1 28 97 42 80
Sumber: Provinsi Jawa Timur dalam Angka 2021

2.5.1. Iklim dan Cuaca Kabupaten Banyuwangi

Iklim di Kabupaten Banyuwangi adalah iklim tropis. Angka temperatur berkisar antara
23ºC – 31ºC, dengan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan Agustus dan musim
hujan terjadi pada bulan September sampai bulan Januari.

Tabel 2.9. Iklim dan Cuaca Kabupaten Banyuwangi


Suhu Maksimum
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
33,00 33,00 31,70 34,00 34,80 35,20 32,60 31,40 34,80 34,90
33,40 32,60 32,30 32,80 34,00 33,50 33,00 31,70 34,60 34,20
33,20 34,00 32,00 33,40 33,60 34,40 33,60 32,20 34,80 33,90
33,20 32,60 31,70 33,40 33,40 34,00 33,80 34,00 32,70 34,00
32,00 32,40 31,50 33,00 32,00 33,80 32,50 29,60 32,70 33,40
31,60 30,60 30,30 32,50 31,00 34,20 31,20 30,40 32,30 32,20
30,60 29,80 29,60 31,60 31,00 32,20 31,00 30,60 30,40 30,00
30,60 30,20 29,40 31,00 30,40 32,20 32,00 30,60 30,70 32,20
31,80 32,00 30,10 31,40 31,60 33,80 32,00 32,70 30,80 32,40
33,20 34,00 32,50 33,80 33,40 34,00 32,80 32,20 31,70 32,00
33,60 34,40 31,90 34,60 34,60 34,60 33,80 32,80 33,20 33,20
34,10 34,80 31,70 34,20 34,40 34,00 33,20 32,80 34,70 33,70

Suhu Minimum
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 22,80 22,80 24,10 23,50 22,70 24,00 23,20 24,10 23,40 23,20
Pebruari 23,20 22,60 24,70 22,20 22,80 23,80 23,00 23,90 21,30 23,20
Maret 22,80 22,50 24,30 22,60 22,40 24,40 23,20 24,10 22,60 23,00
April 22,80 22,20 24,80 22,00 21,00 24,40 22,50 23,20 23,60 24,00
Mei 22,60 23,20 24,70 23,00 21,40 23,80 23,40 26,00 23,20 23,80

| II-23
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Suhu Minimum
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Juni 20,20 21,40 24,40 22,80 19,60 23,40 22,90 24,10 21,00 21,40
Juli 20,00 21,40 24,60 20,80 19,20 21,00 22,80 20,80 20,80 21,20
Agustus 20,80 19,80 23,30 20,60 20,50 21,00 21,80 21,00 21,50 22,20
Septemb
22,00 21,40 23,60 20,20 21,20 23,00 19,20 21,70 21,40 22,00
er
Oktober 22,00 22,60 24,70 18,20 22,60 23,80 22,50 24,60 24,20 22,30
Nopembe
22,40 24,00 24,60 23,40 23,80 24,00 21,00 25,10 25,10 23,20
r
Desembe
22,50 23,40 24,40 23,00 23,20 23,00 21,40 23,60 25,60 22,80
r

Suhu Rata-rata
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
26,9 26,0 26,7 27,6 27,4 28,0 28,5
Januari 27,40 28,70 27,60
0 0 0 0 0 0 0
27,4 27,1 27,7 27,6 28,1 28,4 28,0
Pebruari 27,00 27,40 27,60
0 0 0 0 0 0 0
27,0 27,5 27,4 27,5 28,0 27,9 28,2
Maret 28,00 28,00 28,50
0 0 0 0 0 0 0
27,3 28,2 24,8 27,4 28,6 28,6 28,7
April 28,00 29,00 29,50
0 0 0 0 0 0 0
27,3 27,0 27,5 27,2 28,2 28,1 28,0
Mei 28,50 28,80 28,10
0 0 0 0 0 0 0
26,1 26,1 27,0 26,5 26,9 26,5 27,0
Juni 27,40 28,20 27,00
0 0 0 0 0 0 0
25,8 25,5 26,1 25,6 26,1 25,7 26,3
Juli 26,20 27,50 26,20
0 0 0 0 0 0 0
25,7 25,5 26,0 25,6 26,1 25,8 26,3
Agustus 26,30 27,20 25,70
0 0 0 0 0 0 0
Septembe 26,3 26,3 26,3 26,3 27,1 27,1 26,2 27,0
26,20 28,50
r 0 0 0 0 0 0 0 0
26,4 27,8 28,2 27,6 28,3 27,7 27,2
Oktober 27,80 29,00 28,80
0 0 0 0 0 0 0
27,7 27,5 27,4 29,6 27,9 28,7 28,2
Nopember 29,20 29,10 29,20
0 0 0 0 0 0 0
28,2 27,5 27,2 28,7 27,7 29,6 27,2
Desember 27,90 27,90 29,20
0 0 0 0 0 0 0

2.6. Demografi
2.6.1. Demografi Provinsi Jawa Timur

Jumlah penduduk Jawa Timur pada bulan September 2020 menurut hasil SP2020 adalah
sebanyak 40,67 juta orang. Laju pertumbuhan penduduk periode 2010-2020 sebesar 0,79 persen
per tahun, meningkat dibandingkan periode 2000-2010 yang sebesar 0,75 persen. Dibandingkan
dengan sensus sebelumnya, jumlah penduduk Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Dalam
jangka waktu sepuluh tahun yaitu tahun 2010 hingga 2020, jumlah penduduk Jawa Timur

| II-24
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

mengalami penambahan sekitar 3,19 juta jiwa atau rata-rata 0,32 juta jiwa setiap tahun. Dari 40,67
juta penduduk Jawa Timur sejumlah 93,13 persen atau sekitar 37,87 juta penduduk berdomisili
sesuai KK/KTP. Sementara 6,87 persen atau sekitar 2,79 juta penduduk lainnya berdomisili tidak
sesuai KK/KTP. Jumlah ini mengindikasikan banyaknya penduduk yang bermigrasi dari wilayah
tempat tinggal sebelumnya karena sekarang sudah tidak tinggal pada alamat yang tercatat pada KK.
Jawa Timur masih dalam masa bonus demografi karena 71,65 persen penduduknya masih berada di
usia produktif (15-64 tahun).
Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal pembangunan ketika jumlah penduduk
usia produktif sangat besar. Hasil SP2020 mencatat mayoritas penduduk Jawa Timur didominasi
oleh Generasi Z dan Generasi Milenial. Pola komposisi penduduk menurut generasi Jawa Timur ini
sama dengan nasional. Proporsi Generasi Z sebanyak 24,80 persen dari total populasi dan Generasi
Milenial sebanyak 24,32 persen dari total populasi Jawa Timur. Kedua generasi ini termasuk dalam
usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dari sisi
demografi, seluruh Generasi X dan Generasi Milenial merupakan penduduk yang berada pada
kelompok usia produktif pada tahun 2020. Sedangkan Generasi Z terdiri dari penduduk usia belum
produktif dan produktif. Sekitar 7 tahun lagi, seluruh Generasi Z akan berada pada kelompok
penduduk usia produktif. Hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi Jawa Timur, baik di masa
sekarang maupun masa depan, karena generasi inilah yang berpotensi menjadi aktor dalam
pembangunan yang akan menentukan masa depan Jawa Timur.

| II-25
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Persentase penduduk usia lanjut 60 tahun ke atas di Jawa Timur meningkat menjadi 13,1
persen dari 10,40 persen dari hasil SP2010. Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,6. Penduduk Jawa
Timur paling besar pada kelompok Mataraman, yaitu sebesar 34,62 persen, diikuti oleh kelompok
Arek sebesar 30,86 persen, Kelompok Pandalungan sebesar 24,67 persen dan Kelompok Madura
sebesar 9,85 persen.
Tabel 2.10. Demografi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur.
Kelompok
Jenis Kelamin/Sex
Umur
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Age Group
Male Female Total
0–4 1,438,430 1,373,518 2,811,948
5–9 1,499,156 1,434,146 2,933,302
10–14 1,521,143 1,434,785 2,955,928
15–19 1,551,061 1,469,867 3,020,928
20–24 1,591,142 1,521,923 3,113,065
25–29 1,593,267 1,544,739 3,138,006
30–34 1,585,498 1,564,312 3,149,810
35–39 1,555,558 1,558,255 3,113,813
40–44 1,539,507 1,571,149 3,110,656
45–49 1,443,591 1,487,121 2,930,712
50–54 1,334,131 1,384,373 2,718,504
55–59 1,152,450 1,201,876 2,354,326
60–64 941,46 979,25 1,920,712
0 2
65–69 703,29 748,02 1,451,323
7 6
70–74 435,64 495,83 931,47
1 0 1
75+ 406,26 604,93 1,011,192
0 2
Jawa Timur 20,291,592 20,374,104 40,665,696
Sumber: Provinsi Jawa Timur Dalam Angka, 2021

2.6.2. Demografi Kabupaten Banyuwangi


Sedangkan untuk jumlah kependudukan Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki jumlah penduduk yang relatif cukup banyak di antara kabupaten lain di
Jawa Timur, berikut ini adalah jumlah data Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk.

| II-26
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.11. Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi


No Kecamatan Laki - Laki Perempuan Jumlah
1 Pesanggrahan 26.756 26.154 52.910
2 Bangorejo 33.643 32.753 66.396
3 Purwoharjo 35.670 34.913 10.583
4 Tegaldlimo 34.716 33.977 68.693
5 Muncar 69.886 68.092 137.978
6 Cluring 40.319 39.746 80.065
7 Gambiran 33.831 33.863 67.694
8 Srono 50.028 48.926 98.954
9 Genteng 47.294 46.407 93.701
10 Glenmore 38.519 38.709 77.228
11 Kalibaru 32.887 32.858 65.745
12 Singojuruh 26.850 26.989 53.839
13 Rogojampi 28.474 29.068 57.542
14 Kabat 32.734 32.500 65.234
15 Glagah 18.247 18.676 36.923
16 Banyuwangi 59.041 60.438 119.479
17 Giri 15.489 15.620 31.109
18 Wongsorejo 38.335 37.894 76.229
19 Songgon 29.650 29.592 59.242
20 Sempu 42.931 42.487 85.418
21 Kalipuro 41.845 41.545 83.390
22 Siliragung 25.268 24.279 49.547
23 Tegalsari 26.307 25.499 51.806
24 Licin 14.980 14.785 29.765
25 Blimbingsari 28.021 28.354 56.375
Jumlah 871.721 864.124 1.735.845
Sumber: Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka, 2021

Jumlah data Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk pada Kabupaten banyuwangi
sebanyak 1.735.845.

2.7. Transportasi
2.7.1. Kondisi Transportasi Provinsi Jawa Timur
Panjang jalan di Jawa Timur pada akhir tahun 2019 adalah 1.421 km. Jika dirinci menurut
jenis panjang ruas jalan pada kabupaten yang ada di dalam provinsi Jawa Timur maka panjang
jalan yang terpanjang berada pada kota Surabaya .

| II-27
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.12. Kondisi Jalan Provinsi Jawa Timur (2019-2020)


No Kabupaten/Kota Panjang Ruas
Kabupaten
1 Pacitan 102.29
2 Ponorogo 42.35
3 Trenggalek -
4 Tulungagung 9.58
5 Blitar 28.88
6 Kediri 78.46
7 Malang 69.71
8 Lumajang 38.50
9 Jember 127.58
10 Banyuwangi 91.07
11 Bondowoso 68.88
12 Situbondo 17.09
13 Probolinggo -
14 Pasuruan 86.14
15 Sidoarjo 29.13
16 Bondowoso 73.11
17 Jombang 61.25
18 Nganjuk 38.67
19 Madiun -
20 Magetan 39.06
21 Ngawi -
22 Bojonegoro 48.41
23 Tuban 82.08
24 Lamongan 56.49
25 Gresik 21.03
26 Bangkalan -
27 Sampang 56.30
28 Pamekasan 54.60
29 Sumenep 28.00
30 Kota
31 Kediri 2 574
32 Blitar 735
33 Malang 1 802
34 Probolinggo 1 227
35 Pasuruan 2 161
36 Bondowoso 773
37 Madiun 1 406
38 Surabaya 2 762
39 Batu 963
Jawa Timur 1 421.00
Sumber : BPS Prov Jatim 2021.

| II-28
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.7.2. Kondisi Transportasi Kabupaten Banyuwangi


Peningkatan pelayanan transportasi publik merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai
penyelenggara. Menjadi tugas dari pemerintah yang berkewajiban memenuhi dan memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik, melaksanakan
pelayanan sesuai dengan standar pelayanan dan menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas
pelayanan yang memadai. Selain itu adanya tuntuntan dari masyarakat terhadap peningkatan
pelayanan publik termasuk dengan optimalisasi pelayanan transportasi publik. Transportasi tak
dapat dipisahkan dari sarana dan prasaranaya salah satunya berupa jalan bagi kendaraan darat
untuk pergerakannya. Di laut perlu adanya dermaga sebagai pemberhentian kapal dan atau barang,
serta bandar udara bagi kegiatan angkutan pesawat terbang.

Tabel 2.13. Jumlah Penumpang Kereta Api 2011-2015

2.8. PEREKONOMIAN WILAYAH


2.8.1. Perekonomian Wilayah Provinsi Jawa Timur
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama 4 tahun terakhir dari tahun 2016 sampai tahun
2020 Pada PDRB menurut komponen pengeluaran, sumbangan yang terbesar adalah untuk
pengeluaran konsumsi rumahtangga, Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha (persen), 2014-2018
memiliki rata – rata prosentase sebesar 5,56%.
Tabel 2.14. PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2018 (Presentase)
Industry 2014 2015 2016 2017* 2018**
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3.54 3.28 2.41 1.58 -2.10
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian 2.95 2.70 2.32 0.51 -2.45
a. Tanaman pangan 2.98 3.13 1.76 -2.02 -3.82
b. Tanaman Hortikultura 3.06 5.03 6.88 -1.20 -3.08
c. Tanaman Perkebunan 4.97 1.25 -0.74 2.55 -0.07
d. Peternakan 1.15 2.01 3.49 3.90 -1.56
e. Jasa Pertanian dan Perburuan 3.59 3.00 2.44 1.58 -8.09
2. hutanan dan Penebangan Kayu 0.13 3.34 -8.75 7.23 -1.32
3. Perikanan 6.87 5.71 5.06 4.82 -0.88
B. Pertambangan dan Penggalian 3.07 7.96 14.18 7.48 2.38
1. Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi 2.21 9.99 19.19 8.32 2.42

| II-29
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Industry 2014 2015 2016 2017* 2018**


2. Pertambangan Batubara dan Lignit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3. Pertambangan Bijih Logam 11.51 -7.38 -6.06 2.34 -7.70
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 4.75 4.01 3.28 5.39 2.49
C. Industri Pengolahan 7.67 5.63 4.44 5.69 7.55
1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0.05 2.77 -0.66 11.77 7.97
2. Industri Makanan dan Minuman 7.75 10.17 8.48 10.56 14.04
3. Industri Pengolahan Tembakau 10.76 5.81 7.52 2.45 5.68
4. Industri Teks dan Pakaian Jadi 7.31 2.58 5.37 4.34 9.64
5. Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki 7.91 1.96 6.32 13.82 7.78
6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus; dan Barang 4.06 -1.89 -2.21 4.55 1.14
Anyaman dari Bambu, Rotan, dan Sejenisnya
7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan 0.51 4.48 4.56 2.42 9.79
Reproduksi Media Rekaman
8. Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional 9.23 5.16 -1.52 3.72 0.19
9. Industri Karet; Barang dari Karet dan Plastik 8.02 3.04 -2.97 1.54 -1.33
10. Industri Barang Galian bukan Logam 0.54 6.06 -1.00 12.65 9.69
11. Industri Logam Dasar 17.29 -1.47 4.56 11.46 9.78
12. Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, 4.55 5.98 0.32 -1.91 0.36
Optik; dan Peralatan Listrik
13. Industri Mesin dan Perlengkapan 1.76 1.39 2.32 -5.82 1.78
14. Industri Alat Angkutan 4.75 2.45 1.27 -1.51 -0.55
15. Industri Furnitur 4.18 3.54 1.14 -0.06 7.62
16. Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan 6.07 1.27 1.91 1.40 -3.61
Pemasangan Mesin dan Peralatan
D. Pengadaan Listrik dan Gas 3.76 -1.98 0.64 2.58 -2.19
1. Ketenagalistrikan 6.74 0.47 3.45 4.39 5.10
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es 2.37 -3.17 -0.78 1.62 -6.14
E. Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur 0.25 5.28 5.19 6.44 4.18
Ulang
F. Konstruksi 5.44 3.60 5.51 6.91 6.61
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda 5.01 5.55 5.81 6.26 6.29
Motor
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 5.05 1.51 3.85 3.97 4.76
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda 4.99 7.11 6.52 7.07 6.82
Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 6.49 6.68 5.71 6.62 6.56
1. Angkutan Rel 13.88 8.22 8.86 8.65 8.21
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es 8.31 6.60 8.12 8.78 7.23
3. Angkutan Laut 11.61 5.07 3.78 5.62 7.01
4. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 2.09 4.61 2.40 3.46 1.54
5. Angkutan Udara 0.22 7.09 7.16 4.71 4.10
6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir 7.23 6.95 3.16 5.85 7.27
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.88 7.72 8.49 7.91 7.63
1. Penyediaan Akomodasi 15.18 6.99 7.74 7.78 6.92

| II-30
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Industry 2014 2015 2016 2017* 2018**


2. Peneydiaan Makan Minum 8.12 7.81 8.58 7.92 7.72
J. Informasi dan Komunikasi 5.88 6.49 7.57 6.92 6.75
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 6.76 7.19 6.99 2.44 4.72
1. Jasa Perantara Keuangan 7.47 8.75 7.37 1.54 4.56
2. Asuransi dan Dana Pensiunan 6.98 5.71 4.61 3.52 2.42
3. Jasa Keungan Lainya 4.46 3.49 7.62 4.54 6.94
4. Jasa Penunjang 3.24 3.02 6.58 4.64 6.76
L. Real Estat 6.97 4.97 5.22 3.91 6.24
M,N. Jasa Perusahaan 8.52 5.44 5.18 5.53 7.15
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0.58 5.24 4.74 2.22 4.20
Wajib
P. Jasa Pendidikan 6.08 6.53 5.97 3.99 5.43
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.17 6.46 5.74 5.39 7.61
R,S,T,U. Jasa Lainya 5.46 4.88 4.77 4.46 4.98
Produk Domestik Regional Bruto 5.86 5.44 5.57 5.46 5.50
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 2021.

2.8.2. Perekonomian Wilayah Kabupaten Banyuwangi


Tingkat utilisasi dan pertumbuhan lalu lintas sangat dipengaruhi oleh factor ekonomi,
indikator utamanya adalah penentuan kenaikan tarif berdasarkan inflasi setempat. Kondisi ekonomi
Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dari PDRB sebagai salah satu indikator kesejahteraan rakyat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total nilai produksi barang dan jasa yang
diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu (satu tahun). Perekonomian
Kabupaten Subang yang paling unggul dapat diketahui dari Tabel 2.6 di tempati oleh sektor
pertanian, kehutanan,dan perikanan.
Tabel 2.15. PDRB Atas Dasar Menurut Pengeluaran Tahun 2011– 2016 (Juta Rupiah)

Komponen 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 3,15 4,20 5,59 6,29 4,18 4,43

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,89 6,13 5,76 10,90 1,41 0,71

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,79 5,86 6,24 2,78 2,1 (8,25)

4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 6,21 10,85 6,32 4,41 11,85 7,03

5. Perubahan Inventori - - - - - -

6. Ekspor Barang dan Jasa 7,98 7,40 7,90 26,1 6,30 6,90

7. Impor Barang dan Jasa (2,66) 3,7 5,9 27,7 4,4 3,1
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
6,95 7,24 6,71 5,72 6,01 5,38
(1)+(2)+(3)+(4)+(5)+(6)-(7)

| II-31
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.9. Rencana Tata Ruang


2.9.1. Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Timur
Pembangunan lnfrastruktur jalan Provinsi Jawa Timur dirnaksudkan untuk menyediakan
lnfrastruktur jalan yang handal dan terintegrasl, yang dilakukan melaluli pendekatan wilayah
Pembangunan, guna terdapatanya keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah serta
mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan.
Rencana Pembangunan lnfrastruktur jalan salah satunya jaringan jalan tol dikembangkan
dan di selenggarakan untuk menghubungkan antar PKN, PKN dan PKW, serta antar kota dalam
PKN, memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang, serta meningkatkan hasil guna
dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
Tabel 2.16. Rencana Sistem Jaringan Jalan Provinsi Jawa Timur
No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

1 PKN (Pusat Kegiatan a. Kab. Gresik Pusat pemerintahan


Nasional) Pusat perdagangan, jasa dan industry
Pusat wisata religi
b. Kab. Bangkalan Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri
c. Kab. Bondowoso Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan industry
Pusat wisata alam
d. Kab. Sidoarjo Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri
e. Kota Surabaya Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa ,industry dan
agroindustry
Pusat wisata religi
Pusat teknologi tinggi
f. Kab. Lamongan Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa, industri
g. Kab. Malang Pusat perdagangan, jasa dan industri
Pusat teknologi tinggi
Pusat wisata alam
2 PKW (Pusat Kegiatan a. Kab. Probolinggo Pusat pemerintahan
Wilayah) Pusat wisata alam
b. Kab. Tuban Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industry
Pusat wisata religi
c. Kab. Kediri Pusat pemerintahan
Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
d. Kab. Madiun Pusat pemerintahan
Pusat industri pertambangan
Pusat industry
e. Kab. Banyuwangi Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam

| II-32
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

Pusat industri pertambangan


f. Kab. Jember Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam
Pusat Pertambangan
g. Kab. Blitar Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam
Pusat Pertambangan
h. Kab. Pamekasan Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri

i. Kab. Bojonegoro Pusat pemerintahan


Pusat perdagangan, jasa dan industri

j. Kab. Pacitan Pusat pemerintahan


Pusat industri pertambangan
Pusat industry
3 PKWp (Pusat Kegiatan a. Kota Pasuruan Pusat pemerintahan
Wilayah Promosi) Pusat perdagangan, jasa dan industri

b. Kota Batu Pusat Pemerintahan


Pusat perdagangan dan jasa
Pusat wisata alam
4 a. Kab. Jombang Pusat pemerintahan
PKL (Pusat Kegiatan Pusat perdagangan, jasa dan industri
Lokal)
b. Kab. Ponorogo Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
c. Kab. Ngawi Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
d. Kab. Nganjuk Pusat pemerintahan
Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
e. Kab. Tulungagung Pusat pemerintahan
Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
f. Kab. Lumajang Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam

g. Kab. Sumenep Pusat pemerintahan


Pusat perdagangan, jasa dan industri

h. Kab. Magetan Pusat Pemerintahan


Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
i. Kab. Situbondo Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan
Pusat wisata alam

| II-33
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

j. Kab. Trenggalek Pusat pemerintahan


Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
k. Kab. Bondowoso Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
l. Kab. Sampang Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri

m. Kepanjen Pusat perdagangan dan jasa

n. Mejayan Pusat perdagangan dan jasa

o. Kraksaan Pusat perdagangan dan jasa

p. Kanigoro Pusat perdagangan dan jasa

q. Bangil Pusat perdagangan dan jasa

Sumber : Data RTRW Propinsi Jawa Timur.

Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi adalah mewujudkan Kabupaten sebagai kawasan
ekonomi berbasis sumber daya lokal yang didukung kegiatan industri dan pertanian yang maju
berkelanjutan, untuk mewujudkan masyarakat yang religius, beradat, berbudaya dan sejahtera.
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi yaitu Terwujudnya Ruang yang Produktif, Efisien,
Nyaman, dan Berkelanjutan untuk menjadikan Provinsi sebagai Pusat Perekonomian dan
Parawisata. Rencana struktur ruang wilayah Provinsi disusun berdasarkan kebijakan dan strategi
penataan ruang. Arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan struktur ruang dilakukan
melalui perwujudan pusat kegiatan berupa sistem perkotaan yang meliputi PKN, PKW, PKNp,
PKWp, PKL, dan perwujudan Pembangunan system prasarana wilayah.
Tabel 2.17. Rencana Pusat Kegiatan Provinsi Jawa Timur
No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

1 PKN a. Kab. Gresik Pusat pemerintahan


(Pusat Pusat perdagangan, jasa dan industry
Kegiatan Pusat wisata religi
Nasional) b. Kab. Bangkalan Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri
c. Kab. Bondowoso Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan industry
Pusat wisata alam
d. Kab. Sidoarjo Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri

| II-34
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

e. Kota Surabaya Pusat pemerintahan


Pusat perdagangan, jasa ,industry dan agroindustry
Pusat wisata religi
Pusat teknologi tinggi

f. Kab. Lamongan Pusat pemerintahan


Pusat perdagangan, jasa, industri
g. Kab. Malang Pusat perdagangan, jasa dan industri
Pusat teknologi tinggi
Pusat wisata alam
2 PKW a. Kab. Probolinggo Pusat pemerintahan
(Pusat Pusat wisata alam
Kegiatan b. Kab. Tuban Pusat pemerintahan
Wilayah) Pusat perdagangan, jasa dan industry
Pusat wisata religi
c. Kab. Kediri Pusat pemerintahan
Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
d. Kab. Madiun Pusat pemerintahan
Pusat industri pertambangan
Pusat industry
e. Kab. Banyuwangi Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam
Pusat industri pertambangan
f. Kab. Jember Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam
Pusat Pertambangan
g. Kab. Blitar Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam
Pusat Pertambangan
h. Kab. Pamekasan Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri

i. Kab. Bojonegoro Pusat pemerintahan


Pusat perdagangan, jasa dan industri

j. Kab. Pacitan Pusat pemerintahan


Pusat industri pertambangan
Pusat industry
3 PKWp a. Kota Pasuruan Pusat pemerintahan
(Pusat Pusat perdagangan, jasa dan industri
Kegiatan
Wilayah b. Kota Batu Pusat Pemerintahan
Promosi) Pusat perdagangan dan jasa
Pusat wisata alam
4 a. Kab. Jombang Pusat pemerintahan
PKL (Pusat Pusat perdagangan, jasa dan industri
Kegiatan
Lokal) b. Kab. Ponorogo Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan

| II-35
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

Pusat wisata alam


c. Kab. Ngawi Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
d. Kab. Nganjuk Pusat pemerintahan
Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
e. Kab. Tulungagung Pusat pemerintahan
Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
f. Kab. Lumajang Pusat pemerintahan
Pusat wisata alam

g. Kab. Sumenep Pusat pemerintahan


Pusat perdagangan, jasa dan industri

h. Kab. Magetan Pusat Pemerintahan


Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
i. Kab. Situbondo Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
j. Kab. Trenggalek Pusat pemerintahan
Pusat perikanan dan kelautan
Pusat industri pertambangan
k. Kab. Bondowoso Pusat Pemerintahan
Pusat pertambangan
Pusat wisata alam
l. Kab. Sampang Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan, jasa dan industri

m. Kepanjen Pusat perdagangan dan jasa

n. Mejayan Pusat perdagangan dan jasa


o. Kraksaan Pusat perdagangan dan jasa
p. Kanigoro Pusat perdagangan dan jasa

q. Bangil Pusat perdagangan dan jasa

Sumber : Data RTRW Propinsi Jawa Timur.

2.9.2. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi


Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah mewujudkan Kabupaten
sebagai kawasan ekonomi berbasis sumber daya lokal yang didukung kegiatan industri dan
pertanian yang maju berkelanjutan, untuk mewujudkan masyarakat yang religius, beradat,
berbudaya dan sejahtera. Rencana sistem pusat kegiatan pada wilayah studi dijelaskan sebagai
berikut:

| II-36
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

| II-37
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.18. Rencana Pusat Kegiatan Kabupaten Banyuwangi


No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

1 PKW (pusat kegiatan a. Kota Banyuwangi Pusat Pemerintahan


wilayah
2. PKLp (pusat kegiatan a. Perkotaan -
local promosi) Wongsorejo
b. Perkotaan Muncar
c. Perkotaan
Rogojampi
d. Perkotaan
Gambiran

3 PPK (pusat a. Perkotaan Glagah -


pelayanan kawasan) b. Perkotaan Giri
c. Perkotaan Licin
d. Perkotaan Kabat
e. Perkotaan Srono
f. Perkotaan Cluring
g. Perkotaan
Singojuruh
h. Perkotaan Sempu
i. Perkotaan
Songgon
j. Perkotaan
Purwoharjo
k. Perkotaan
Tegaldlimo
l. Perkotaan
Tegalsari
m. Perkotaan
Glenmore
n. Perkotaan Kalibaru
o. Perkotaan
Pesanggaran
p. Perkotaan
Siliragung
4 PPL (pusat a. Kec. Puger Pusat Pelayanan Antar Desa
pelayanan b. Kec. Gumukmas
lingkungan) c. Kec. Jombang
d. Kec. Umbulsari
e. Kec. Mumbulsari
f. Kec. Tempurejo
g. Kec. Wuluhan
h. Kec. Jenggawah
i. Kec. Sumberbaru
j. Kec. Sembroro
k. Kec. Bangsalsari
l. Kec. Sukowono
m. Kec. Ledokombo
n. Kec. Sumberjambe
o. Kec. Jelbuk

| II-38
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan

p. Kec. Silo
q. Kec. Panti
r. Kec. Sukorambi
s. Kec. Ajung
t. Kec. Pakusari
Sumber : Data RTRW Kabupaten Banyuwangi.

Metode pelaksanaan pekerjaan penyusunan


Analisis dampak lalu lintas
Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan
memiliki karakteristik yang
spesifik sesuai kawasan yang dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi
dikaji, metode pelaksanaan pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan
pekerjaan digunakan sebagai Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi adalah untuk
guidelines penyusunan dokumen
Tersusunnya Dokumen ANDALALIN Revitalisasi Pasar
hasil andalalin
Induk Banyuwangi diharapkan mampu memberi
alternatif metode untuk mengakomodasi berbagai parameter, membatasi permasalahan dan
menyusun integritas batasan yang sesuai untuk mendapatkan Dokumen Analisis Dampak Lalu
Lintas sesuai syarat kelulusan hasil studi standart teknis yaitu:
 Perbaikan/peningkatan yang diusulkankan akan menghasilkan tingkat pelayanan jaringan jalan
sekitar serendah-rendahnya sama dengan tingkat pelayanan sebelum adanya Pembangunan dan
Pengoperasian Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi.
 Adanya pernyataan kesanggupan untuk mengimplementasikan semua bentuk
penanganan/perbaikan yang diperlukan
Dalam pekerjaan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Revitalisasi Pasar Induk
Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi
i, Provinsi Jawa Timur adalah untuk Tersusunnya Dokumen ANDALALIN Revitalisasi Pasar
Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi, metodologi kerja yang disusun disesuaikan dengan pedoman standar dengan
modifikasi yang dilakukan berdasarkan hasil survei pendahuluan dan observasi yang telah
dilakukan. Pemantapan metodologi yang dilakukan sesuai kondisi setempat diharapkan akan
mampu berperan menghasilkan produk dokumen Andalalin yang lebih optimal. Ketepatan metode
pengumpulan data maupun analisis akan menjadi alat yang memudahkan dan memberikan
guidelines dalam penyelesaian pekerjaan sehingga dapat berjalan efektif dan efisien.

2.10. Diagram Alir Pelaksanaan


Secara Umum, metodologi pelaksanaan yang akan diterapkan dalam implementasi
pekerjaan Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan dan Pengoperasian
Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan
Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur terdiri dari beberapa tahapan kegiatan

| II-39
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

yang tersusun secara sistematis dan merupakan rangkaian kegiatan yang saling terkait dan
berkesinambungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan berikutnya guna tercapainya tujuan
dan sasaran yang direncanakan. Sekaligus dengan mempertimbangkan maksud pekerjaan untuk
adalah melakukan kajian dalam rangka mengantisipasi permasalahan lalu lintas pada ruas jalan
pada Andalalin Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi.
Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar
Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang tersusun secara
sistematis dan merupakan rangkaian kegiatan yang saling terkait dan berkesinambungan antara
kegiatan yang satu dengan kegiatan berikutnya guna tercapainya tujuan dan sasaran yang
direncanakan. Sekaligus dengan mempertimbangkan maksud pekerjaan untuk adalah melakukan
kajian dalam rangka mengantisipasi permasalahan lalu lintas pada ruas jalan pada terkait
Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi.
Secara umum tahapan umum dan metodologi dilakukan pelaksanaan pekerjaan akan
dilakukan sesuai dengan Gambar 11 untuk memenuhi requirement minimum pada regulasi
penyusunan andalalin (Pasal 9 Permenhub 75 2015) yang telah dijelaskan, meliputi:
a. perencanaan dan metodologi analisis dampak lalu lintas
b. analisis kondisi lalu lintas dan angkutan jalan saat ini
c. Simulasi kinerja lalu lintas pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi
d. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak
e. Rincian tanggung jawab Pemerintah & Pengembang dalam penanganan dampak
f. Rencana pemantauan dan evaluasi
g. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan

| II-40
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.21. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan

Pada tahap awal dilakuan persiapan administrasi dan personal meliputi persiapan tenaga ahli
dan non tenaga ahli serta administrasi proyek yang akan membantu kelancaran pekerjaan. Pada
tahap ini juga dilakukan survey pendahuluan berupa investigasi lapangan ini konsultan diharapkan

| II-41
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

sudah mendapatkan gambaran kondisi lokasi dan kebutuhapn pelaksanaan survei yang akan
dilaksanakan terkait dengan jenis survei, kebutuhan peralatan, kebutuhan tenaga survei, persiapan
administrasi yang perlu dilakukan dan lain-lain. Selain itu juga dilakukan pemantapan metodologi
yang akan diterapkan untuk menyelesaikan pekerjaan baik dengan studi literatur maupun dengan
melakukan kajian data sekunder.
Selanjutnya dilakukan tahapan pengumpulan data data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan meliputi volume lalu lintas, tata guna lahan, jumlah bangkitan dan
tarikan, geometrik jaringan jalan, sistem pengendalian dan perambuan, serta kondisi fasilitas untuk
pejalan kaki dan angkutan umum. Sementara data sekunder yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis data primer antara lain data history lalu lintas, data sosio ekonomi, kajian kebijakan
RTRW, data transaksi gerbang serta kajian dan perencanaan terdahulu

Kondisi Lalu Lintas


Kondisi Prasarana Jalan Data Sekunder
Eksisting

Perlengkapan jalan Volume lalu lintas ruas & Data sosio ekonomi dan
Dimensi potongan gerakan membelok tata ruang
melintang (Geometrik) Panjang antrian
Fungsi, status & kelas Kecepatan rata-rata
jalan Waktu perjalanan
Fasilitas pejalan kaki Karakteristik Angkutan
umum

Gambar 2.22. Kebutuhan Pengumpulan Data

Setelah selesainya pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis meliputi beberapa


variabel dan parameter yang diperlukan dalam peramalan (pemodelan) lalu lintas dan penyusunan
rencana rekayasa lalu lintas sebagai kegiatan utama pekerjaan, diantaranya meliputi analisis lalu
lintas, analisis bangkitan tarikan, angkutan umum & pejaan kaki, analisis akses dan sirkulasi,
analisis geometrik jalan serta analisis asal tujuan perjalanan.

| II-42
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Pada tahap akhir dilakukan penyusunan dokumen andalalin, meliputi simulasi lalu lintas
pada setiap periode timescope, mitigasi dampak lalu lintas, implementasi rekomendasi manajemen
rekayasa lalu lintas, pembagian tanggung jawab dan wewenang serta rencana pematauan dan
evaluasi penanganan dampak. Dokumen Hasil Akhir Laporan ini akan menjadi produk awal
pekerjaan. SK persetujuan Andallain akan diterbitkan setelah dilakukan perbaikan atas saran dan
masukan saat sidang pembahasan, dilengkapi Berita Acara Pembahasan dan Surat Pernyataan
Kesanggupan melaksanakan rekomendasi andalalin oleh pengembang.

Gambar 2.23. Alur Penerbitan SK Persetujuan Andalalin

2.11. Pedoman Legalitas


1) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d
dilakukan dengan kriteria yang dihitung berdasarkan:
a. luas lantai bangunan; atau
b. luas lahan.

2) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e dilakukan dengan

| II-43
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

kriteria yang dihitung berdasarkan jumlah siswa yang mampu ditampung dalam satuan
waktu tertentu.
3) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf f dilakukan dengan
kriteria yang dihitung berdasarkan:
a. jumlah tempat tidur; atau
b. luas lantai bangunan.
4) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf g dilakukan dengan
kriteria yang dihitung berdasarkan:
a. jumlah dispenser;
b. jumlah kamar;
c. jumlah tempat duduk; atau
d. luas lantai bangunan.
5) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan huruf b dilakukan
dengan kriteria yang dihitung berdasarkan jumlah unit. Kategori skala dampak Bangkitan
Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf c dilakukan dengan kriteria yang dihitung berdasarkan:
a. jumlah kamar; atau
b. luas lantai bangunan.
6) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a sampai dengan huruf e
dilakukan dengan kriteria yang dihitung berdasarkan volumelalu lintas sesuai dengan:
a. hierarki;
b. tipe; atau
c. kelas.
7) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf f dan hur'uf g"dilakukan
dengan kriteria yang dihitung berdasarkan kapasitas.
8) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
infrastruktur lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf h dilakukan dengan
kriteria yang dihitung berdasarkan volume lalu lintas.
9) Rencana pembangunan infrastruktur lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
merupakan akses dariy ke jalan eksisting wajib memiliki Analisis Dampak Lalu Lintas.
10) Dalam hal rencana pembangunan infrastruktur lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menghubungkan jalan yang belum pernah ada, tidak dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.

| II-44
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

11) Dalam hal rencana pengembangan pusat kegiatan dan permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan lebih besar dari 30% (tiga puluh persen) dari
kondisi awal, wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
12) Dalam hal rencana pengembangan infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) dilakukan lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dari fasilitas utama atau pokok, wajib
dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
13) Dalam hal dilakukan perubahan terhadap fungsi peruntukan bangunan dari fungsi awal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
14) Kriteria ukuran wajib kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

| II-45
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.19. Kriteria Ukuran Minimal Analisis Dampak Lalu Lintas (PM 17 Tahun 2021)
Kategori Bangkitan Lalu
No Jenis Rencana Pembangunan Ukuran Minimal
Lintas
1 Pusat Kegiatan
a Kegiatan perdagangan dan Di atas 3000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
perbelanjaan bangunan (Dokumen Andalalin)
1001 m² s.d 3000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
500 m² s.d 1000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
b Kegiatan perkantoran Di atas 10.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
4.001 m² s.d 10.000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
1.000 m² s.d 4000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
c Kegiatan Industri dan Pergudangan
1) Industri Di atas 10.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
5.001 m² s.d 10.000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
2500 m² s.d 5000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
2) Pergudangan Di atas 500.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
170.001 m² s.d 500.000 m² luas Bangkitan Sedang
lantai bangunan (Rekomendasi Teknis)
40.000 m² s.d. 170.000 m² luas Bangkitan Rendah (Standar
lantai bangunan Teknis)
d Kegiatan Pariwisata
1) Kawasan Pariwisata Wajib Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
2) Tempat Wisata Di atas 10,0 hektar luas lahan Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
5,0 s.d 10,0 hektar luas lahan Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
1,0 s.d 5,0 hektar luas lahan Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
e Fasilitas Pendidikan
Sekolah/Universitas Di atas 1500 siswa Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
500 s.d 1500 siswa Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
f Fasilitas Pelayanan Umum
1) Rumah Sakit Di atas 700 tempat tidur Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
201 s.d 700 tempat tidur Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
75 s.d 200 tempat tidur Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
2) Bank Di atas 3000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
1001 m² s.d 3000 m² luas lantai Bangkitan Sedang

| II-46
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Kategori Bangkitan Lalu


No Jenis Rencana Pembangunan Ukuran Minimal
Lintas
bangunan (Rekomendasi Teknis)
500 m² s.d 1000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
2 Perumahan dan Permukiman
a Perumahan dan Permukiman
1) Perumahan Sederhana Di atas 1000 unit Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
401 s.d. 1000 unit Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
150 s.d. 400 unit Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
2) Perumahan menengah Di atas 500 unit Bangkitan Tinggi
atas/Townhouse/Cluster (Dokumen Andalalin)
301 s.d 500 unit Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
100 s.d 300 unit Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
b Rumah Susun dan Apartemen
1) Rumah Susun Sederhana Di atas 800 unit Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
150 s.d 800 unit Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
2) Apartement Di atas 500 unit Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
301 s.d. 500 unit Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
50 s.d 300 unit Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
3 Infrastruktur
a Akses ke dan dari jalan tol Wajib
Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
b Pelabuhan
1) Pelabuhan Utama Wajib (melayani kegiatan Bangkitan Tinggi
angkutan laut dalam negeri dan (Dokumen Andalalin)
internasional)
2) Pelabuhan Pengumpul Wajib (melayani kegiatan Bangkitan Tinggi
angkutan laut dalam negeri (Dokumen Andalalin)
dengan jangkauan pelayanan
antar provinsi
3) Pelabuhan Pengumpan Wajib (melayani kegiatan Bangkitan Sedang
Regional angkutan laut dalam negeri (Rekomendasi Teknis)
dengan jangkauan pelayanan
dalam provinsi)

4) Pelabuhan Pengumpan Lokal Wajib (melayani kegiatan


angkutan laut dalam negeri Bangkitan Sedang
dengan jangkauan pelayanan (Rekomendasi Teknis)
dalam kabupaten/kota)
5) Pelabuhan Khusus Bangkitan Tinggi
Luas Lahan di atas 100.000 m2
(Dokumen Andalalin)
Luas lahan 50.001 m² s.d Bangkitan Sedang

| II-47
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Kategori Bangkitan Lalu


No Jenis Rencana Pembangunan Ukuran Minimal
Lintas
100.000 m² (Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah (Standar
Luas Lahan di bawah 50.000 m2 Teknis)
6) Pelabuhan Sungai, Danau dan
Penyeberangan Penyeberangan Lintas Propinsi Bangkitan Tinggi
dan/ atau antar negara (Dokumen Andalalin)

Penyeberangan Lintas Bangkitan Sedang


Kabupaten/Kota (Rekomendasi Teknis)
Penyeberangan Lintas dalam Bangkitan Rendah (Standar
Kabupaten/Kota Teknis)
c Bandar Udara
1) Bandar Udara Pengumpul Bangkitan Tinggi
Wajib ≥ 5 juta orang pertahun
Skala Pelayanan Primer (Dokumen Andalalin)

2) Bandar Udara Pengumpul Wajib ≥ 1 juta orang s.d. ≤ 5 juta Bangkitan Tinggi
Skala Pelayanan Sekunder orang pertahun (Dokumen Andalalin)
3) Bandar Udara Pengumpul Wajib ≥ 500 ribu orang s.d. ≤ 1 Bangkitan Sedang
Skala Pelayanan Tersier juta orang pertahun (Rekomendasi Teknis)
4) Bandar Udara Pengumpan Bangkitan Rendah
Wajib
(Spoke) (Standar)
d Terminal
1) Terminal Penumpang Tipe A Wajib (melayani hingga
kendaraan penumpang umum
Bangkitan Tinggi
untuk angkutan antar kota antar
(Dokumen Andalalin)
propinsi (AKAP). Dan angkutan
lintas batas antar negara)
2) Terminal Penumpang Tipe B Wajib ((melayani hingga
kendaraan penumpang umum
Bangkitan Sedang
untuk angkutan antar kota dalam
(Rekomendasi Teknis)
propinsi (AKDP), dan angkutan
KOTA (AK))
3) Terminal Penumpang Tipe C
Wajib (melayani kendaraan
Bangkitan Rendah
penumpang umum untuk
(Standar)
angkutan pedesaan (ADES))

4) Terminal Angkutan Barang Bangkitan Tinggi


Wajib
(Dokumen Andalalin)
5) Terminal Peti Kemas Bangkitan Tinggi
Wajib
(Dokumen Andalalin)
e Stasiun Kereta
1) Stasiun Kereta Api Kelas Bangkitan Tinggi
Wajib
Besar (Dokumen Andalalin)
2) Stasiun Kereta Api Kelas Bangkitan Sedang
Wajib
Sedang (Rekomendasi Teknis)
3) Stasiun Kereta Api Kelas Kecil Bangkitan Rendah
Wajib
(Standar)
f Pool Kendaraan Bangkitan Sedang
Wajib
(Rekomendasi Teknis)
g Fasilitas Parkir untuk Umum Bangkitan Tinggi
Di atas 300 SRP
(Dokumen Andalalin)
100 s.d. 300 SRP Bangkitan Sedang

| II-48
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Kategori Bangkitan Lalu


No Jenis Rencana Pembangunan Ukuran Minimal
Lintas
(Rekomendasi Teknis)
4 Pusat Kegiatan /Pemukiman/Infrastruktur lainnya :
a Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bangkitan Tinggi
Di atas 6 dispenser
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
3 s.d 6 dispenser
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah (Standar
1 s.d 2 dispenser
Teknis)
b Hotel Bangkitan Tinggi
Di atas 300 Kamar
(Dokumen Andalalin)
Bangkitan Sedang
121 s.d 300 Kamar
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah (Standar
75 s.d. 120 kamar
Teknis)
c Gedung Pertemuan Di atas 3.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
1.000 m² s.d 3.000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
d Restaurant Bangkitan Sedang
Diatas 300 tempat duduk
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah (Standar
100 s.d. 300 tempat duduk
Teknis)
e Fasilitas Olahraga (indoor atau Diatas 20.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
outdor) bangunan (Dokumen Andalalin)
5.001 m² s.d 20.000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
1.000 m² s.d. 5.000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
f
Kawasan TOD (Transit Oriented Bangkitan Tinggi
Wajib
Development (Dokumen Andalalin)
g Asrama Bangkitan Sedang
Di atas 700 kamar
(Rekomendasi Teknis)
Bangkitan Rendah (Standar
150 s.d 700 kamar
Teknis)
h Ruko Di atas 5.000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
2.000 m² s.d. 5.000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
i Jalan Layang (flyover) Bangkitan Tinggi
Wajib
(Dokumen Andalalin)
j Lintas Bawah (underpass) Bangkitan Tinggi
Wajib
(Dokumen Andalalin)
k Terowongan (Tunnel) Bangkitan Tinggi
Wajib
(Dokumen Andalalin)
l Jembatan Bangkitan Tinggi
Wajib
(Dokumen Andalalin)
m Rest Area
1) Rest Area Tipe A Bangkitan Tinggi
Wajib
(Dokumen Andalalin)
2) Rest Area Tipe B Wajib Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)

| II-49
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Kategori Bangkitan Lalu


No Jenis Rencana Pembangunan Ukuran Minimal
Lintas
3) Rest Area Tipe C Bangkitan Rendah (Standar
Wajib
Teknis)
n Kegiatan yang apabila
diperhitungkan telah
menimbulkan 1500 perjalanan
(kendaraan) baru pada jam padat
dan/atau menimbulkan rata-rata
diatas 10000 perjalanan Bangkitan Tinggi
Wajib
(kendaraan) baru setiap harinya (Dokumen Andalalin)
pada jalan yang yang dipengarui
oleh adanya bangunan atau
permukiman atau infrastruktur
yang dibangun atau di
kembangkan
o
Kegiatan yang apabila
diperhitungkan telah
menimbulkan 500 perjalanan
(kendaraan) baru pada jam padat
dan/atau menimbulkan rata-rata
diatas 3000 - 4000 perjalanan Bangkitan Sedang
Wajib
(kendaraan) baru setiap harinya (Rekomendasi Teknis)
pada jalan yang yang dipengarui
oleh adanya bangunan atau
permukiman atau infrastruktur
yang dibangun atau di
kembangkan

i Kegiatan yang apabila


diperhitungkan telah
menimbulkan 100 perjalanan
(kendaraan) baru pada jam padat
dan/atau menimbulkan rata-rata
diatas 700 perjalanan
(kendaraan) baru setiap harinya Bangkitan Rendah (Standar
Wajib
pada jalan yang yang dipengarui Teknis)
oleh adanya bangunan atau
permukiman atau infrastruktur
yang dibangun atau di
kembangkan

2.12. Metode Pengumpulan Data

2.12.1. Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder merupakan bagian penting dari sebuah proses perencanaan yaitu sebagai
pelengkap data pendukung perencanaaan yang tidak memungkinkan dengan data primer serta
untuk mengetahui history pada periode sebelumnya sebagai dasar memprediksi kondisi pada
masa yang akan datang. Pengumpulan data sekunder dilakukan sesuai dengan mekanisme yang
ada pada instansi dimana data tersebut ada. Dukungan pemberi kerja untuk penyedia jasa
dilakukan dengan pemberian surat pengantar pengumpulan data sekunder.

| II-50
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.12.2. Survei Lalu Lintas


Survei volume lalu lintas pada pekerjaan ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai tingkat penggunaan jaringan yang telah ada, seperti: volume lalu lintas per jam, volume
lalu lintas per hari, komposisi kendaraan, fluktuasi lalu lintas dan lain-lain. Data lalulintas ini
berfungsi sebagai dasar evaluasi kinerja lalu lintas pada ruas jalan yang sudah ada.
Pada pekerjaan ini survei pencacahan volume lalu lintas pada ruas jalan dilakukan selama
16 jam selama 2 hari (weekend dan weekday). Pencacahan lalu lintas ruas masing-masing arah
pergerakan dihitung secara terpisah dengan menggunakan perlataan survey berupa formulir
survei, alat tulis dan pencatat waktu (stop watch). Pencatatan data dilakukan secara terpisah untuk
masing-masing arah lalu lintas sesuai pengelompokan pada tabel berikut.
Tabel 2.20. Klasifikasi Kendaraan Untuk Perencanaan Perkerasan
Golongan /
Jenis Kendaraan
Kelompok
Sepeda Motor, Sekuter, Sepeda Kumbang dan Kendaraan
1
Roda 3
2 Sedan, Jeep dan Kendaraan Pribadi
Oplet, Pick Up, Suburban, Kombi dan Minibus (Mobil
3
Penumpang Umum / MPU)
4 Micro Truck dan Mobil Hantaran (Pick Up)
5a Bus Kecil
5b Bus Besar
6a Truck/ Truck Tangki 2 Sumbu 3/4”
6b Truck/ Truck Tangki 2 Sumbu
7a Truck/ Truck Tangki 3 Sumbu
7b Truck/ Truck Tangki Gandeng
7c Truck Semi Trailer dan Truck Trailer
8 Kendaraan Tidak Bermotor dan Gerobag
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga
Pemilihan lokasi survei dipengaruhi pada beberapa faktor pertimbangan, biasanya
dilakukan menurut penilaian subyektif dengan mempertimbangkan karakteristik lalu lintas.
Perbedaan karakteristik geometrik dan lalu lintas akan menentukan pembagian segmen pada
suatu jaringan jalan. Secara detail pelaksanaan survei pencacahan lalu lintas ini mengacu pada Pd.
T-19-2004-B Pedoman Pencacahan Lalu Lintas yang dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan
Umum. Secara umum pos pencacahan lalu lintas ditempatkan dengan memperhatikan kondisi
lokasi survei sebagai berikut :
1) Pos pencacahan ruas harus ditempatkan pada tempat dimana:
 Lokasi tidak dipengaruhi pergerakan lalu lintas dari persimpangan.
 Mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengamati kedua arah.
 Pos tidak mengganggu kebebasan pandang pengemudi.
2) Pos pencacahan simpang ditempatkan pada lengan persimpangan dimana:
 Pos mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengawasi pergerakan pada lengan-
lengan yang ditinjau.

| II-51
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

 Pos tidak mengganggu kebebasan pandang pengemudi.


 Lokasi pos dapat memberikan ruang pengamatan yang jelas untuk melihat lintasan dan
gerakan membelok.
3) Pos sebaiknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan dengan lampu penerangan dan tempat
berteduh.

Gambar 2.24. Pelaksanaan Survei Cacah Lalu Lintas

2.12.3. Travel Time Survey


Survei perjalanan merupakan survei perjalanan individu, dilakukan untuk mengumpulkan
data waktu tempuh suatu kendaraan dari satu titik yang lain pada ruas jalan yang dikaji. Survey
ini dilakukan selama 2 hari di 4 lokasi terpilih yang sekiranya dapat mewakili kondisi lalu lintas
yang ada. Kecepatan adalah tingkat pergerakan lalu lintas atau kendaraan tertentu yang sering
dinyatakan dalam kilometer/jam.
Terdapat dua kategori kecepatan rata-rata. Yang pertama adalah kecepatan waktu rata-rata
yaitu rata-rata dari sejumlah kecepatan pada lokasi tertentu. Yang kedua adalah kecepatan ruang
rata-rata atau kecepatan perjalanan yang mencakup waktu perjalanan dan hambatan. Kecepatan
ruang rata-rata dihitung berdasarkan jarak perjalanan dibagi waktu perjalanan pada jalan tertentu.
Kecepatan ini dapat ditentukan melalui pengukuran waktu perjalanan dan hambatan.

| II-52
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Lokasi pengamatan kecepatan setempat sebaiknya dipilih pada ruas jalan diantara
persimpangan, sedangkan waktu pengamatan tergantung pada tujuan penggunaan hasil survei.
Sampel yang perlu dipenuhi saat melakukan survei adalah
o kendaraan yang paling depan dari suatu arus hendaknya diambil sebagai sampel dengan
pertimbangan bahwa kendaraan kedua dan selanjutnya mempunyai kecepatan yang sama dan
kemungkinan tidak dapat menyiap
o sampel untuk truk hendaknya diambil sesuai dengan proporsinya
Dalam pengukuran kecepatan setempat, panjang jalan diambil sesuai dengan perkiraan
kecepatan, seperti direkondasikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.21. Rekomendasi Panjang Jalan untuk Studi Kecepatan Setempat
Perkiraan Kecepatan Rata-rata Arus Penggal Jalan
Lalu Lintas (km/jam) (m)
< 40 25
40 – 65 50
> 65 75

| II-53
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

c. Survey kecepatan eksisting;


d. Fasilitas pejalan kaki;
e. Jaringan pelayanan/trayek/rute dan fasilitas angkutan umum;
f. Fasilitas pengguna angkutan umum;

2.12.5. Survei Inventarisasi Jalan


Survai inventarisasi jalan dilakukan untuk mengetahui keadaan eksisting ruas jalan yang
meliputi kondisi geometrik (lebar jalan, lebar bahu jalan, saluran drainase dan median jalan) ruas
jalan persimpangan serta karakteristik parkir obyek andalalin yang juga mempengaruhi sirkulasi
di kawasan tersebut.
Pengamatan dilakukan oleh surveyor, dimana satu orang surveyor membawa alat ukur dan
bertugas untuk mengukur baik panjang maupun lebar objek yang akan didata, dan satu orang lagi
membawa form survei dan bertugas mencatat seluruh hasil pengukuran jarak dan data lain yang
diperlukan dalam analisis yang akan dilakukan. Adapun jenis objek Survai/pengukuran yang
perlu diukur pada kegiatan ini meliputi :
 Inventarisasi geometrik Jalan
Survai dilakukan untuk mengetahui karakteristik geometrik jalan seperti lebar jalan dan lebar
bahu jalan.
 Inventarisasi data perlengkapan jalan
Survai dilakukan untuk melakukan inventarisasi perlengkapan jalan meliputi marka jalan,
rambu dan lampu lalu lintas, drainase dan lampu penerangan.
 Inventarisasi Ruang Parkir
Survai dilakukan untuk mengetahui karakteristik ruang parkir obyek andalalin meliputi
kapasitas, tipe parkir dan sirkulasinya.
 Inventarisasi data utilitas publik di sekitar jalan
Survai dilakukan untuk melakukan inventarisasi utilitas public meliputi (sarana dan prasarana
pejalan kaki, fasilitas pengguna angkutan umum).

Gambar 2.25. Kondisi Lokasi

2.12.6. Survei Bangkitan dan Tarikan

| II-54
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Bangkitan perjalanan adalah langkah pertama dalam perencanaan transportasi empat tahap
(dikuti oleh distribusi perjalanan, pilihan moda dan pembebanan jaringan), digunakan dalam
memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan di suatu zona dalam analisis lalu
lintas.
Fokus utama dalam analisis bangkitan perjalanan adalah dipemukiman, dan bahwa
bangkitan perjalanan adalah fungsi dari kegiatan sosial, ekonomi keluarga. Pada tingkat zona
analisis lalu lintas, tata guna lahan akan menghasilkan atau membangkitkan perjalanan. Zona juga
merupakan tujuan perjalanan, menarik perjalanan. Analisis dari tarikan perjalanan difokuskan
kepada tata guna lahan yang bukan pemukiman. Untuk mengetahui besarnya bangkitan perjalan
suatu zona perlu dilakukan survei asal tujuan berupa pengambilan data karyawan, untuk
mendapatkan informasi pola perjalanan yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, informasi
mengenai sosial, ekonomi keluarga. Survai dilakukan dengan sampling, semakin kecil kota yang
akan disurvei semakin besar persentase sampel. Dan Survey pergerakan keluar – masuk
kendaraan terhadap beberapa kegiatan yang ada disekitar lokasi Andalalin Pembangunan dan
Pengoperasian Stadion Kediri.

2.13. Metode Analisis Data


Setelah pelaksanaan survei tahap selanjutnya adalah kompilasi data hasil survai. Data hasil
survai yang telah didapatkan selanjutnya akan direkap/tabulasi sesuai dengan form dari jenis-jenis
Survai yang dilakukan. Hasil tabulasi tersebut selanjutnya akan dikompilasi sesuai dengan metode
analisis yang akan digunakan dan sesuai dengan standar-standar ketentuan yang berlaku. Langkah
pengolahan dan analisis data. Pada tahap ini langkah-langkah yang ditempuh meliputi:
 pengolahan data
 pengorganisasian data
 penganalisaan data

2.13.1. Analisis Guna Lahan


Penyusunan Andalalin jalan pada hakekatnya adalah selain mengkaji perkembangan
wilayah (promoting) tetapi juga sebagai pelayanan (services) untuk tujuan mitigasi potensi
permasalahan yang ada akibat adanya pengembangan/pembangunan obyek. Analisis penggunaan
lahan merupakan metode yang efektif karena dapat mengetahui faktor pembangkit dan faktor
penarik lalu–lintas pada lokasi studi serta pengaruhnya terhadap perkembangan pergerakan lalu
lintas.
Analisis penggunaan lahan akan sangat membantu dalam proses penyusunan perkiraan
permintaan lalu lintas masa yang akan datang dari aspek bangkitan dan tarikan guna lahan sesuai
dokumen perwilayahan yang ada. Selain kondisi penggunaan lahan, konfisi fisik lahan juga
menentukan karakteristik lalu lintas dan kinerja jaringan jalan.
2.13.2. Analisis Tingkat Pelayanan Ruas Jalan

| II-55
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Analisis data lalulintas yang didapat dari survei lapangan digunakan untuk 2 kebutuhan,
yaitu untuk mengevaluasi tingkat pelayanan jalan eksisting pada saat ini dan masa yang akan
datang serta kebutuhan untuk memprediksi jumlah pembebanan lalu lintas pada rencana
Andalalin Pembangunan dan Pengoperasian Stadion Kediri. Volume lalu lintas adalah ukuran
jumlah kendaraan pada suatu badan jalan selama periode tertentu. Arus lalu lintas pada suatu
jalan terdiri dari berbagai macam tipe kendaraan. Masing-masing memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap arus lalu lintas di sekitarnya.
Pada umumnya kendaraan pada suatu ruas jalan terdiri dari berbagai komposisi kendaraan
sehingga volume lalu lintas menjadi lebih praktis jika dinyatakan dalam jenis kendaraan standar,
yaitu satuan mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan volume dalam smp, maka diperlukan
faktor konversi dari berbagai macam kendaraan menjadi satuan mobil penumpang, yaitu faktor
ekivalensi mobil penumpang atau emp. Tabel 7 memperlihatkan nilai emp berdasarkan jenis
kendaraan untuk jalan luar kota dan jalan perkotaan.

| II-56
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.26. Bagan Alir Analisis Kinerja Ruas Jalan

| II-57
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.22. Ekivalensi Mobil Penumpang Ruas Jalan


emp
Tipe Arus Total MC
Alinyemen (Kend/Jam) MHV LB LT Lebar Jalur Lalu Lintas (m)
<6m 6-8 m >8m
0 1,2 1,2 1,8 0,8 0,6 0,4
800 1,8 1,8 2,7 1,2 0,9 0,6
Datar
1350 1,5 1,5 2,5 0,9 0,7 0,5
>2150 1,3 1,5 2,5 0,8 0,5 0,4
0 1,8 1,6 5,2 0,7 0,5 0,3
800 2,4 2,5 5,0 1,0 0,8 0,5
Bukit
1350 2,0 2,0 4,0 0,8 0,6 0,4
>2150 1,7 1,7 3,2 0,5 0,4 0,3
0 3,5 2,5 6,0 0,6 0,4 0,2
800 3,0 3,2 5,5 0,9 0,7 0,4
Gunung
1350 2,5 2,5 5,0 0,7 0,5 0,3
>2150 1,9 2,2 4,0 0,5 0,4 0,3

Langkah pertama dalam menganalisis kinerja jalan adalah menyamakan satuan kendaraan
yang ada ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan
total) diubah ke dalam smp. Selanjutnya hasil tersebut ditampilkan dalam bentuk pola fluktuasi
lalu lintas selama periode survei. Pola ini penting untuk mengetahui jam sibuk/jam puncak pada
lokasi jalan tersebut serta untuk mengetahui pola rata-rata dari lalu lintas. Selanjutnya setelah
didapat jam puncak maka dilakukan analisis untuk mengetahui kinerja jalan pada ruas-ruas jalan
yang disurvei. Kinerja jalan dinyatakan dalam Tingkat Pelayanan Jalan atau Level of Service
(LoS), yang merupakan fungsi dari tingkat kejenuhan jalan (DS).
Kapasitas jalan adalah volume maksimum kendaraan dimana lalu lintas masih dapat lewat
sepanjang jalan tersebut pada keadaan tertentu. Hal ini berguna sebagai tolok ukur dalam
penetapan keadaan lalu lintas. Berbagai konsep yang berbeda digunakan untuk menyatakan
kapasitas jalan oleh kendaraan bermotor yang akan, atau harus, ditampung oleh ruas atau
persimpangan jalan. Kapasitas jalan bergantung pada kondisi yang ada, termasuk :
 Fisik jalan, meliputi lebar, jumlah dan tipe persimpangan, alinyemen, dan permukaan jalan.
 Komposisi lalu lintas dan kemampuan kendaraan meliputi proporsi berbagai tipe kendaraan
dan kemampuan penampilan.
 Kondisi lingkungan dan operasi meliputi cuaca dan tingkat aktifitas pejalan kaki.
Untuk jalan dua-lajur dua-arah dan tak terbagi, kapasitas ditentukan untuk dua arah, tetapi
untuk jalan dengan banyak lajur dan jalan terbagi, arus dipisahkan per arah dan kapasitas
ditentukan per lajur. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang/jam. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 memberikan panduan untuk menentukan kapasitas jalan
perkotaan, yaitu dengan menggunakan persamaan dasar:

C=C O∗FCW ∗FC SP∗FC SF∗FCCS


dimana : C = Kapasitas (smp/jam)

| II-58
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

CO = Kapasitas dasar (smp/jam)


FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
Rasio volume kapasitas (VCR) merupakan rasio arus terhadap kapasitas, digunakan
sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja ruas jalan. Nilai VCR ini menunjukkan
apakah ruas jalan tersebut mempunyai masalah dengan kapasitas atau tidak jika dihubungkan
dengan volume lalu lintas yang lewat. Nilai VCR ini dapat dihitung dengan formula :
Q
VCR=
C
dimana : VCR = rasio volume kapasitas
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)

2.13.3. Analisis Tingkat Pelayanan Simpang Tak Bersinyal


Kapasitas persimpangan sistem jaringan jalan tidak saja dipengaruhi oleh kapasitas ruas
jalannya, tetapi juga kapasitas persimpangannya (baik yang diatur oleh lampu lalu lintas maupun
tidak). Bagaimana pun juga baiknya kinerja ruas jalan dari suatu sistem jaringan jalan, jika
kinerja persimpangannya sangat rendah maka kinerja seluruh sistem jaringan jalan tersebut akan
menjadi rendah pula. (Tamin, 1997).

| II-59
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.27. Bagan Alir Analisis Kinerja Simpang Tidak Bersinyal

A. Kapasitas Simpang
Perhitungan kapasitas persimpangan tidak berlampu lalu lintas ditetnukan dengan
persamaan berikut: (MKJI, 1997: 3-39).
C = C0 x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI (smp/jam)
Dimana :
C : Kapasitas (smp/jam)
C0 : Kapasitas dasar (smp/jam)
FW : Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan persimpangan
FM : Faktor koreksi kapasitas jika ada pembatas median pada lengan persimpangan
FCS : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FRSU : Faktor koreksi kapasitas akibat tipe lingkungan dan gangguan samping
FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri

| II-60
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

FRT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan


Derajat Kejenuhan untuk simpang tidak bersinyal dihitung sebagai berikut : (MKJI,1997)
Qsmp
DS =
C
Dimana :
Qsmp = arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut :
Qsmp = Qkend x Fsmp
Fsmp = faktor smp, dihitung sebagai berikut :
emp LV x LV %+emp HV x HV % + empMC x MC %
Fsmp =
100
Dimana empLV, LV%, empHV, HV%, empMC dan MC% adalah emp dan komposisi lalu lintas
untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda motor.
C = kapasitas (smp/jam)
B. Tundaan
Tundaan merupakan waktu tempuh tambahan untuk melewati simpang bila dibandingkan
dengan situasi tanpa simpang, yang terdiri dari tundaan lalu lintas dan tundaan geometrik.
Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua sebab yaitu :
1. Tundaan Lalu Lintas (DT) akibat interaksi lalu lintas dengan gerakan lain dalam simpang.
2. Tundaan Geometrik (DG) akibat perlambatan dan percepatan kendaraan yang terganggu
dan tidak terganggu.
 Tundaan lalu lintas simpang (DTI) adalah tundaan lalu lintas, rata-rata untuk semua
kendaraan bermotor yang masuk simpang denga persamaan(MKJI, 1997) :
Untuk DS  0,6 : DTI = 2 + 8,2708 x DS – (1 - DS)2
Untuk DS > 0,6 : DTI = 1,0504/(0,2742 – 0,2042 x DS) – (1 – DS)2
 Tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI) : Tundaan lalu lintas jalan minor rata-rata, ditentukan
berdasarkan tundaan simpang rata-rata dan tundaan jalan utama rata-rata.
DTMI = (QTOT x DTI – QMA x DTMA)/QMI
Dimana :
DTMI = tundaan lalu lintas jalan minor
DTMA = tundaan lalu lintas jalan utama
QTOT = arus total
QMA = arus jalan utama
QMI = arus jalan minor
 Tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA) : Tundaan lalu lintas rata-rata semua kendaraan
bermotor yang masuk persimpangan dari jalan utama. (MKJI, 1997)
Untuk DS  0,6 : DTMA = 1,8 + 5,8234 x DS – (1- DS)1,8

| II-61
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Untuk DS > 0,6 : DTMA = 1,05034/ (0,346-0,246 x DS) – (1-DS)1,8


Dimana :
DTMA = tundaan lalu lintas jalan utama
DS = derajat kejenuhan
 Tundaan geometrik simpang (DG) adalah tundaan geometrik rata-rata seluruh kendaraan
bermotor yang masuk simpang. DG dihitung dari persamaan berikut. (MKJI, 1997)
Untuk DS < 1,0 :
DG = (1-DS) x (PT x 6 + (1- PT)3) + DS4 (det/smp)
Untuk DS  1,0 ; DG = 4
Dimana :
DS = derajat kejenuhan
PT = rasio arus belok terhadap arus total
6 dtk = tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang tak terganggau (det/smp).
4 dtk = tundaan geometrik normal untuk kendaraan yang terganggu (det/smp)
 Tundaan simpang (D), dapat dihitung sebagai berikut : (MKJI, 1997)
DG = DG + DTI (det/smp)
Dimana :
DG = tundaan geometrik simpang
DTI = tundaan lalu lintas simpang

| II-62
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

C. Peluang Antrian
Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antrian/derajat kejenuhan secara empiris.
(MKJI, 1997)
QP%= 47,71 x DS-24,68 x DS2 + 56,47 x DS3
QP% = 9,02 x DS +20,66 x DS2 + 10,49 x DS3
D. Tingkat Pelayanan Persimpangan Tidak Bersinyal
Tingkat pelayanan untuk persimpangan tidak bersinyal dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.23. Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Tidak Bersinyal
Kapasitas Tingkat
Tundaan untuk lalu lintas jalan minor
sisa pelayanan
> 400 A Sedikit dan tidak ada tundaan
300-399 B Tundaan lalu lintas singkat
200-299 C Tundaan lalu lintas rata-rata
100-199 D Tundaan lalu lintas lama
0-99 E Tundaan lalu lintas sangat lama
* F *
Sumber : Tamin, 2000

| II-63
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.13.4. Analisis Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal

Gambar 2.28. Bagan Alir Analisis Simpang Bersinyal


A. Kapasitas Persimpangan Bersinyal
Kapasitas lengan persimpangan berlampu lalu lintas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu nilai arus jenuh, waktu hijau efektif dan waktu siklus seperti yang dinyatakan dalam
persamaan berikut : (MKJI, 1997)
S.g
C=
c (smp/jam)
Dimana :
C : Kapasitas (smp/jam)
S : Arus jenuh
G : Waktu hijau efektif
C : Waktu siklus
1) Penentuan Arus Jenuh

| II-64
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Adanya nilai arus jenuh suatu persimpangan berlampu lalu lintas dapat dihitung dengan
persamaan (MKJI, 1997) :
S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FLT x FRT (smp/waktu hijau efektif)
Dimana
S : Arus jenuh (smp/waktu hijau efektif)
SO : Arus jenuh dasar (smp/waktu hijau efektif)
FCS : Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FSF : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping yang meliputi
faktor tipe lingkungan jalan dan kendaraan tidak bermotor
FG : Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan
FP : Faktor koreksi dengan arus jenuh akibat adanya kegiatan perparkiran dekat
lengan persimpangan
FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan
2) Penentuan Faktor Koreksi Arus Jenuh
 Arus Jenuh Dasar (S0)
Merupakan besarnya keberangkatan antrian dalam suatu pendekatan selama kondisi
ideal (smp/jam hijau). Perhitungan arus jenuh dasar untuk pendekat terlindung (P)
adalah (MKJI, 1997) :

SO = 600 x We, dimana (We = lebar efektif)


Untuk pendekat tipe terlawan (O), nilai S O ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif
pendekat (We) dan arus lalu lintas belok kanan pada pendekat tersebut (Q RT) dan juga
pendekat terlawan (QRTO).
B. Penentuan Waktu Sinyal
• Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang
Waktu antar hijau (IG) merupakan waktu dimana periode kuning + merah semua
antar dua fase sinyal yang berurutan (detik). Sedangkan waktu merah semua adalah waktu
dimana sinyal merah menyala bersamaan dalam pendekat-pendekat yang dilayani oleh dua
fase sinyal yang berurutan (det).

Merah semua =
[ ( LEV + I EV )
V EV
+
L AV
V AV ]
max

Dimana :
LEV, LAV = jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk
kendaraan berangkat dan datang (m)
IEV = panjang kendaraan yang berangkat (m)

| II-65
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

VEV, VAV = kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan


yang datang (m/det)
Waktu hilang (LTI) merupakan jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang
lengkap (det). Waktu hilang dapat juga diperoleh dari beda antara waktu siklus dengan
jumlah waktu hijau dalam semua fase yang berurutan.

LTI = ∑ ( Merahsemua + kuning ) = ∑ IG


• Waktu siklus sebelum penyesuaian (Cua) (MKJI, 1997)
Cua = (1,5 x LTI +5)/(1-IFR)
• Waktu Hijau (g) (MKJI, 1997)
Gi = (Cua – LTI) x Pri
• Waktu siklus yang disesuaiakan (MKJI,1997)

C= ∑ g+LTI
C. Penentuan Rasio Arus/Rasio Arus Jenuh
• Rasio Arus (FR) ditentukan dengan persamaan (MKJI,1997) :
FR = Q/S
• Rasio arus simpang (IFR) ditentukan dengan persamaan (MKJI, 1997) :

IFR = ∑ ( FRcrit )
Dimana FRcrit merupakan rasio arus kritis (tertinggi) pada masing-masing fase
• Rasio Fase (PR), ditentukan dengan persamaan (MKJI,1997) :
PR = FRcrit/IFR

D. Derajat Kejenuhan (DS)


Derajat kejenuhan untuk simpang bersinyal dihitung dengan persamaan berikut:
DS = Q/C =(Q x c)/(S x g)
Dimana :
Q = jumlah unsur lalu lintas yang melalui titik terganggu di hulu, pendekat per satuan
waktu
C = Kapasitas (smp/jam)
S= arus jenuh (smp/jam hijau)
c = waktu siklus sinyal (det)
g = waktu hijau (det)

| II-66
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

E. Panjang Antrian
Panjang antrian (QL) merupakan jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal
hijau (NQ) dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)
ditambah dengan jumlah smp yang datang selama fase merah (NQ2). (MKJI, 1997:)
NQ = NQ1 + NQ2
Dengan :

NQ1 = 0,25 x C x
[ √
( DS−1 + ( DS−1)2 +
8 x ( DS−0,5)
C ]
1−GR Q
x
NQ2 = c x 1−GR−DS 3600
NQ max ×20
QL =
W masuk
NQmax merupakan nilai penyesuaian dari NQ yang ditentukan dari grafik
hubungan jumlah antrian rata-rata dengan peluang untuk pembebanan lebih (POL). Gambar
2.7 digunakan dalam penentuan nilai Nqmax untuk menyesuaikan NQ dalam peluang yang
diinginkan terjadinya pembebanan lebih POL (%). Untuk perancangan dan perencanaan
disarankan POL  5% sedangkan untuk operasi suatu nilai POL = 5 – 10% mungkin dapat
diterima .

Gambar 2.29. Perhitungan Jumlah Antrian Nqmax


F. Kendaraan Terhenti
Laju henti (NS) merupakan jumlah rata-rata berhenti per smp (termasuk berhenti berulang
dalam antrian) dengan persamaan (MKJI,1997) :

| II-67
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

NQ
x 3600
NS = 0,9 x
Q XC
Jumlah kendaraan terhenti (NSV)
NSV = Q x NS
Angka Henti Total (NSTOT)

∑ N sv
NSTOT = Qtot
G. Tundaan
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila
dibandingkan lintasan tanpa melalui simpang. Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung
sebagai (MKJI, 1997) :
Dj = DTj + DGj
Dimana :
Dj = tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DTj = tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DGj = tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
Tundaan lalu lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari persamaan berikut
(MKJI,1997):

0 ,5 x (1 − GR )2 NQ1 x 3600
+
DTj = c x (1 − GR x DS ) C
Dimana :
DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat j (det/smp)
GR = rasio hijau (g/c)
DS = derajat kejenuhan
C = kapasitas (smp/jam)
NQ1 = jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya.
Tundaan geometrik rata-rata pada suatu pendekatan j dapat diperkirakan sebagai berikut
(MKJI, 1997) :
DGj = (1- PSV) x PT x 6 + (PSV x 4)
Dimana :
DGj = tundaan geometrik rata-rata pada pendekat j (det/smp)
PSV = rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
PT = rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
H. Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal
Tingkat pelayanan persimpangan bersinyal dapat dilihat dari tundaan dan kapasitas sisa
persimpangan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

| II-68
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.24. Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal


Tundaan per
ITP
kendaraan (detik)
A  5,0
B 5,1 – 15,0
C 15,1 – 25,0
D 25,1- 40,0
E 40,1 –60,0
F > 60,0

| II-69
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.14. Sistem Pengaturan Persimpangan


Berdasarkan buku “Menuju Lalu lintas Angkutan Jalan yang Tertib” yang di terbitkan oleh
Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat dalam menentukan jenis
pengaturan persimpangan yang haarus digunakan berdasarkan volume lalu lintas masing – masing
kaki persimpangan. Dalam menentukan sistem pengaturan dapat digunakan pedoman pada gambar
berikut :

Gambar 2.30. Pedoman Jenis Pengaturan Persimpangan


Sumber : Dirjen Perhubungan Darat 1996

2.15. Manajemen Pengelolaan Fasilitas Parkir


Berdasarkan Undang – Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
diterangkan bahwa parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa
saat dan ditinggalkan pengemudinya. Sedangkan berhenti adalah keadaan kendaraan tidak
bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat NOMOR :
272/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, dijelaskan
bahwa Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan
yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Penyelenggaraan
fasilitas parkir adalah suatu metode perencanaan dalam menyelenggarakan fasilitas parkir
kendaraan, baik di badan jalan maupun di luar badan jalan.
Tempat parkir di badan jalan (on street parking) adalah fasilitas parkir yang menggunakan
tepi jalan, sedangkan fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking) adalah fasilitas parkir

| II-70
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan yang dapat berupa
tempat parkir dan/atau gedung parkir.
Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil
penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu. Untuk hal-
hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil penumpang.
Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas
parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.
Penyelenggaraan kegiatan fasilitas parkir adalah bertujuan sebagai berikut :
1. memberikan tempat istirahat kendaraan;
2. menunjang kelancaran arus lalu-lintas.
Dalam melakukan penyelenggaran parkir ada beberapa hal yang perlu dianalisis yakni:
1. Durasi Parkir, rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu tempat (dalam satuan menit atau
jam). Durasi = T out – T in; T in à waktu saat kendaraan masuk lokasi parkir; T out à waktu
saat kendaraan keluar lokasi parkir
2. Akumulasi Parkir, untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada suatu lahan
parkir pada selang waktu tertentu dan dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud
perjalanan.
Akumulasi = Qin – Qout + Qs;
Qin à S kendaraan yang masuk lokasi parkir ;
Qout à S kendaraan yang keluar lokasi parkir;
Qs à S kendaraan yang telah berada di lokasi parkir sebelum pengamatan dilakukan.
3. Tingkat Pergantian (Parking Turn Over), diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah
memanfaatkan lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang
tersedia.
Turnover = Qp / Petak Parkir Tersedia;
Qp àS kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu, semisal dari jam 07:00 s/d 19:00
4. Tingkat Penggunaan (Occupancy Rate), diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang waktu
tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%
5. Volume Parkir, jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu lahan parkir
tertentu dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya per hari).
6. Kapasitas Parkir, banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama
waktu pelayanan.
7. Indeks Parkir, merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu
tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%. Indeks Parkir (IP), ukuran
untuk menyatakan penggunaan panjang jalan dan dinyatakan dalam persentase ruang yang
ditempati oleh kendaraan parkir.

| II-71
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

IP = (Akumulasi x 100%) / Petak Parkir Tersedia


8. Rata-rata Durasi Parkir, nilai rata-rata lama waktu parkir dari semua kendaraan.
D = (d1 + d2 + … + dn) / n; d1 ... dn à durasi kendaraan ke 1 s/d ke n; n à jumlah kendaraan
yang parkir
9. Jumlah Ruang Parkir : Z = ( Qp x D ) / T; Qp àS kendaraan yang parkir per periode waktu
tertentu, semisal dari jam 07:00 s/d 19:00; D à rata-rata durasi parkir (jam); T à lamanya
periode pengamatan (jam)

Jenis Fasilitas Parkir yang ada saat ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yakni:
1. Parkir di badan jalan (on street parking )
2. Parkir di luar badan jalan (off street parking )
Sedangkan penempatan fasilitas parkir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Parkir di badan jalan (on street parking )
a. Pada tepi jalan tanpa pengendalian parkir
b. Pada kawasan parkir dengan pengendalian parkir
2. Parkir di luar badan jalan (off street parking)
a. Fasilitas parkir untuk umum adalah tempat yang berupa gedung parkir atau taman parkir
untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan tersendiri.
b. Fasilitas parkir sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa gedung parkir atau
taman parkir yang disediakan untuk menunjang kegiatan pada bangunan utama.
Standart ukuran kebutuhan ruang parkir di luar badan jalan (off street parking) pada pusat
kegiatan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
NOMOR:272/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir,
ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.25. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Di Luar Badan Jalan
a) Pusat perdagangan

b) Pusat perkantoran

c) Pasar swalayan

d) Pasar

| II-72
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

e) Sekolah / Perguruan Tinggi

f) Tempat Rekreasi

g) Hotel dan tempat penginapan

h) Rumah sakit

i) Bioskop

j) Tempat pertandingan olah raga

Berdasarkan ukuran ruang parkir yang dibutuhkan yang belum tercakup pada uraian di atas
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.26. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Di Luar Badan Jalan Tambahan

Sumber : Kep Dirjen Phb Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96

Penentuan satuan ruang parkir (SRP) untuk kebutuhan ruang parkir didasarkan atas hal
berikut :

| II-73
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang, seperti Gambar berikut

Gambar 2.31. Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang


a = jarak gandar h = tinggi total
b = depan tergantung B = lebar total
c = belakang tergantung L = panjang total
d = lebar
2. Ruang bebas kendaraan parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan.
Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari
ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya.
Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan
kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan.
Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari benturan
dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil
sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.
3. Lebar bukaan pintu kendaraan
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang
memanfaatkan fasilitas parkir. Sebagai contoh, lebar bukaan pintu kendaraan karyawan kantor
akan berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat kegiatan perbelanjaan.
Dalam hal ini, karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir
dipilih menjadi seperti berikut :
Tabel 2.27. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan

| II-74
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Sumber : Kep Dirjen Phb Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96

Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan
penentuan SPR untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti pada
berikut ini.
Tabel 2.28. Penentuan SRP

Sumber : Kep Dirjen Phb Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96

2.16. Modelan Empat Tahap


Pemodelan transportasi adalah upaya merepresentasikan permintaan perjalanan pergerakan
secara sederhana yang akan digunakan untuk memprediksikan (forecasting) jumlah perjalanan pada
masa yang akan datang. Permintaan perjalanan ini umumnya dimodelkan dalam 4 tahapan (four
step models) yang terdiri atas (Salter, 1976) yaitu:
1. Model bangkitan dan tarikan perjalanan (trip generation model)
2. Model distribusi Perjalanan (trip distribution model)
3. Model pemilihan moda (modal split model)
4. Model pembebanan perjalanan (trip assignment model)
Keempat tahapan pemodelan transportasi ini dilakukan untuk mngetahui karakteristik
perjalanan untuk setiap guna lahan dengan menghitung jumlah perjalanan dari suatu zona dan yang
tertarik ke suatu zona, jenis kendaraan yang digunakan, distribusi perjalanan antar zona serta
pembebanannya pada rute yang tersedia. Masing - masing tahap dalam model berupa

| II-75
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

pengembangan hubungan secara matematis guna mensimulasikan situasi yang sebenarnya


berdasarkan hasil pengumpulan data dengan tahapan sesuai bagan alir pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum metode pemodelan yang akan dilakukan meliputi sub-sub tahapan berikut ini:
a) Pembagian zona
b) Pemodelan jaringan jalan
c) Perhitungan bangkitan dan tarikan perjalanan
d) Perhitungan sebaran perjalanan
e) Menghasilkan Matriks Asal Tujuan perjalanan di wilayah studi
f) Pembebanan rute jaringan jalan di wilayah studi
g) Perhitungan faktor pertumbuhan
h) Perhitungan Matriks Asal Tujuan masa depan di wilayah studi

Gambar 2.32. Diagram alir pemodelan empat tahap

2.16.1. Variasi Urutan Konsep Pemodelan


Urutan tahap utama pemodelan dipilih berdasarkan kesesuaian dengan kondisi yang ada.
Pemilihan variasi urutan pemodelan yang tepat akan mempengaruhi ketepatan model terhadap
kondisi yang sebenarnya. Tabel 3.7 menampilkan beberapa variasi urutan tahapan pemodelan dan
penggunaannya.
2.16.2. Prediksi Kebutuhan Transportasi
Proses pengembangan model juga akan termasuk prosedur peramalan/prediksi kebutuhan
penyediaan jaringan jalan pada saat proses kalibrasi dan validasi model telah dilakukan secara
keseluruhan. Prosedur tersebut membutuhkan persiapan data-data sebagai berikut:

| II-76
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

1. Data sosio-ekonomi dan demografi untuk masa mendatang sesuai dengan kebutuhan data
untuk pemodelan bangkitan perjalanan sesuai dengan zona dalam wilayah studi.
2. Data perencaraan pusat kegiatan , tata guna lahan dan perencanaan lainnya untuk masa yang
akan datang sesuai dengan kebutuhan data untuk pemodelan tarikan perjalanan sesuai dengan
zona dalam studi.
3. Kondisi jaringan jalan di masa mendatang, termasuk di dalamnya pekerjaan pengembangan
jaringan jalan dan angkutan umum yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah atau
pengembangan lainnya yang bersifat rencana.
Berdasarkan data-data masukan tersebut, model transportasi dapat dijalankan untuk
mendapatkan pembebanan arus lalu lintas pada jaringan jalan di masa yang akan datang dengan
tahapan sesuai bagan alir pada Gambar 3.14.
Tabel 2.29. Variasi Urutan Tahap Pemodelan
No Urutan Penjelasan

1 G-MS  D  A
Pada jenis I, perhitungan bangkitan/tarikan dilakukan dengan memisahkan
moda yang digunakan antara kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Dari
pernyataan di atas maka peubah dan parameter yang digunakan berbeda
untuk bangkitan/tarikan dan setiap moda transportasi. Jenis I
mengasumsikan bahwa peubah sosio-ekonomi sangat mempengaruhi
proses dari pemilihan moda.

2 G  MS  D  A Jenis II ini lebih banyak digunakan untuk pengkajian perencanaan


angkutan jalan raya, yang berarti untuk perencanaan angkutan umum
diabaikan. Konsep dari jenis II ini adalah proses sebaran pergerakan
langsung terkonsentrasi pada angkutan pribadi.

Pada pendekatan ini juga diasumsikan bahwa setiap moda dianggap saling
bersaing dalam merebut pangsa pasar sehingga penentu jenis pergerakan
menjadi faktor penting dalam penting dalam pemilihan moda.

3 G  D-MS  A Jenis III mengkombinasikan model pemilihan moda dengan model gravity
dari pesebaran pergerakan yang dilakukan secara bersamaan. Hal ini
menandakan bahwa dalam pemilihan moda ikut mempertimbangkan jenis
pergerakan dan bentuk pergerakannya.

4 G  D  MS  A Pemodelan jenis IV ini menggunakan pendekatan nisbah atau selisih


hambatan antara dua moda yang bersaing dan menggunakan variasi dari
model III.

G = Bangkitan MS = Pemilihan moda D = Distribusi A = Pembebanan


dan tarikan perjalanan jaringan

Sumber: Tamin, 2000

| II-77
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

G G Kete
rang
MS G G - MS D an :

G = Bangkitan Pergerakan
D D - MS D MS
(Trip Generation)

A A A A D = Sebaran/Distribusi
Pergerakan (Trip Distribution)

Gambar 2.33. Prosedur prediksi kebutuhan transportasi masa mendatang

Secara umum pemodelan transportasi di wilayah studi akan menggunakan metoda


pemodelan transportasi empat tahap (four step modelling). Model menghitung jumlah perjalanan
antara masing-masing zona asal dan tujuan untuk menghasilkan suatu Matriks Asal Tujuan
(MAT) perjalanan, dimana MAT ini akan ditambahkan dengan pergerakan yang terbangkitkan
akibat perubahan guna lahan.
Selanjutnya MAT yang dihasilkan dibebankan ke jaringan jalan untuk melihat penyebaran
dari jumlah perjalanan yang ada dalam MAT ke dalam model jaringan jalan yang sudah dibuat.
Hasil dari pemodelan harus divalidasi dan dibandingkan dengan data hasil observasi langsung di
lapangan guna menjamin tingkat akurasi model tersebut.
Dalam studi ini, urutan pentahapan sesuai dengan variasi III, di mana bangkitan pergerakan
(Trip Generation/G) dan pemilihan moda (Modal Split/MS) dimodelkan secara bersamaan
berdasarkan kajian yang pernah dilakukan, Sebaran pergerakan dalam kajian ini dimodelkan
dengan metode Furness, sedangkan proses pembebanan menggunakan perangkat lunak

| II-78
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

CONTRAM 5.09. Gambar 16 menampilkan kerangka pikir pemodelan lalu lintas pada wilkayah
studi.
2.16.3. Bangkitan dan Tarikan
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan
yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu
tata guna lahan atau zona seperti diilustrasikan pada Gambar 2.5. Pergerakan lalu lintas
merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas
ini mencakup :
 Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (traffict production atau trip production)
 Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi ((traffict attraction atau trip attraction)

i d

Pergerakan yang berasal Pergerakan yang menuju


dari zona i ke zona d

Gambar 2.34. Diagram bangkitan dan tarikan pergerakan


Sumber: Tamin, 2000

Model tarikan pergerakan adalah alat bantu untuk mencerminkan dan menyederhanakan
secara terukur besarnya tingkat pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona.
Sedangkan bangkitan pergerakan digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang
mempunyai tempat asal dan atau tujuan adalah rumah maupun pergerakan yang dibangkitkan
oleh pergerakan berbasis bukan rumah (Ortuzar,1994 dalam Tamin, 2000). Keluaran dari
perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan
barang per satuan waktu serta jumlah orang atau kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu
luasan tanah tertentu dalam satuan waktu untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan perjalanan.

2.16.4. Model Distribusi Perjalanan (Metode Furness)


Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan dalam bentuk arus pergerakan
yang bergerak dari zona asal ke zona tujuan selama periode waktu tertentu. Matriks asal tujuan
(MAT) yang berisi informasi mengenai besar pergerakan antar lokasi di dalam daerah tertentu
sering digunakan untuk menggambarkan pola pergerakan dimana baris menyatakan zona asal dan
kolom menyatakan zona tujuan.

| II-79
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Pola pergerakan dapat dihasilkan jika MAT dibebankan pada jaringan transportasi, dengan
mempelajari pola pergerakan permasalahan yang ada dapat diidentifikasi sehingga dapat
dihasilkan beberapa solusi. MAT dapat memberikan indikasi rinci mengenai kebutuhan akan
pergerakan sehingga MAT memegang peranan penting dalam berbagai perencanaan transportasi.
Metode Furness memodelkan sebaran pergerakan masa mendatang dengan mengalikan
sebaran pergerakan eksisting dengan tingkat pertumbuhan zona asal dan zona tujuan secara
bergantian sampai total sel MAT untuk setiap arah sesuai dengan total sel MAT yang diinginkan.
Pembentukan MAT melalui iterasi dengan metode Furness ini lebih efisien dibandingkan metode
analogi lainnya. Beberapa keuntungan penggunaan metode ini diantaranya:
• Mudah dimengerti dan digunakan dengan data dasar MAT eksisting
• Proses pengulangan sederhana
• Penggunaannya fleksibel

| II-80
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.17. Besaran Radius Putar Kendaraan


Masing – masing kendaraan dengan dimensi yang berbeda, akan membutuhkan besaran
radius yang berbeda untuk berbelok. Semakin panjang kendaraan, maka akan semakin besar radius
putar yang dibutuhkan oleh kendaraan agar dapat berbelok tanpa hambatan. Berikut ini adalah tabel
tentang besaran radius putar.
Tabel 2.30. Besaran Radius Putar Kendaraan

Sumber : Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kotaii038/TBM/1997,


Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga

| II-81
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.35. Radius Putar Kendaran Kecil


Sumber : Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota i038/TBM/1997, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga

| II-82
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.36. Radius Putar Kendaran Sedang

Sumber : Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota i038/TBM/1997, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga

| II-83
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Gambar 2.37. Radius Putar Kendaran Besar


Sumber : Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota i038/TBM/1997, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga

Contents

| II-84
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.1. Gambaran Umum Pengusahaan...........................................................................................................1


2.2. Periode Analisis Lalu Lintas Angkutan Jalan...................................................................................20
2.3. Kondisi Geografi dan Administrasi....................................................................................................21
2.3.1. Geografis Kabupaten Banyuwangi..........................................................................................21
2.4. Topografi...............................................................................................................................................23
2.4.1. Topografi Provinsi Jawa Timur...............................................................................................23
2.4.2. Topografi Kabupaten Banyuwangi..........................................................................................23
2.5. Iklim Dan Curah Hujan......................................................................................................................24
2.5.1. Iklim dan Cuaca Kabupaten Banyuwangi..............................................................................24
2.6. Demografi..............................................................................................................................................26
2.6.1. Demografi Provinsi Jawa Timur..............................................................................................26
2.6.2. Demografi Kabupaten Banyuwangi........................................................................................27
2.7. Transportasi..........................................................................................................................................28
2.7.1. Kondisi Transportasi Provinsi Jawa Timur...........................................................................28
2.7.2. Kondisi Transportasi Kabupaten Banyuwangi......................................................................30
2.8. PEREKONOMIAN WILAYAH.........................................................................................................30
2.8.1. Perekonomian Wilayah Provinsi Jawa Timur........................................................................30
2.8.2. Perekonomian Wilayah Kabupaten Banyuwangi..................................................................32
2.9. Rencana Tata Ruang...........................................................................................................................33
2.9.1. Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Timur............................................................................33
2.9.2. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi...........................................................38
2.10. Diagram Alir Pelaksanaan..................................................................................................................41
2.11. Pedoman Legalitas...............................................................................................................................44
2.12. Metode Pengumpulan Data.................................................................................................................52
2.12.1. Pengumpulan Data Sekunder...............................................................................................52
2.12.2. Survei Lalu Lintas..................................................................................................................52
2.12.3. Travel Time Survey...............................................................................................................54
2.12.4. Survei Identifikasi Sistem Transportasi..............................................................................55
2.12.5. Survei Inventarisasi Jalan.....................................................................................................55
2.12.6. Survei Bangkitan dan Tarikan.............................................................................................56
2.13. Metode Analisis Data...........................................................................................................................57
2.13.1. Analisis Guna Lahan.............................................................................................................57
2.13.2. Analisis Tingkat Pelayanan Ruas Jalan...............................................................................57
2.13.3. Analisis Tingkat Pelayanan Simpang Tak Bersinyal.........................................................61
2.13.4. Analisis Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal.................................................................66
2.14. Sistem Pengaturan Persimpangan......................................................................................................72
2.15. Manajemen Pengelolaan Fasilitas Parkir..........................................................................................72

| II-85
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

2.16. Modelan Empat Tahap........................................................................................................................78


2.16.1. Variasi Urutan Konsep Pemodelan......................................................................................79
2.16.2. Prediksi Kebutuhan Transportasi........................................................................................79
2.16.3. Bangkitan dan Tarikan.........................................................................................................82
2.16.4. Model Distribusi Perjalanan (Metode Furness)..................................................................83
2.17. Besaran Radius Putar Kendaraan......................................................................................................84

Gambar 2.1. Lokasi Kegiatan Usaha.................................................................................................................3


Gambar 2.2. Jalur Akses Pasar Induk Banyuwangi (Sisi Selatan)....................................................................4
Gambar 2.3. Jalur Akses Pasar Induk Banyuwangi (Sisi Utara).......................................................................4
Gambar 2.4. Jalur Akses Pasar Induk Banyuwangi ke Pemukiman Warga......................................................5
Gambar 2.5. Siteplan Pasar Induk Banyuwangi................................................................................................5
Gambar 2.6. Tampak Vertikal Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi............................................6
Gambar 2.7. Zonasi Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Lantai 1)...........................................6
Gambar 2.8. Zonasi Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Lantai 2)...........................................7
Gambar 2.9. Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Rencana Gerbang Masuk)............................7
Gambar 2.10. Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Rencana Pedestrian)...................................8
Gambar 2.11. Lokasi Rencana Relokasi Sementara..........................................................................................9
Gambar 2.12. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Gedung Wanita)..............................10
Gambar 2.13. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Lahan PDAU).................................10
Gambar 2.14. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Pasar Segitiga)................................11
Gambar 2.15. Denah Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Gedung Wanita dan Lahan PDAU).................11
Gambar 2.16. Penataan Los Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Gedung Wanita dan Lahan PDAU)......12
Gambar 2.17. Denah Los Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Lahan PDAU)...........................................13
Gambar 2.18. Overlay Lokasi Kegiatan Terhadap Citra Satelit......................................................................16
Gambar 2.19. Overlay Lokasi Kegiatan Terhadap Citra Satelit......................................................................17
Gambar 2.20 Peta Kabupaten Banyuwangi.....................................................................................................22
Gambar 2.21. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan........................................................................................42
Gambar 2.22. Kebutuhan Pengumpulan Data..................................................................................................43
Gambar 2.23. Alur Penerbitan SK Persetujuan Andalalin...............................................................................44
Gambar 2.24. Pelaksanaan Survei Cacah Lalu Lintas.....................................................................................54
Gambar 2.25. Kondisi Lokasi..........................................................................................................................56
Gambar 2.26. Bagan Alir Analisis Kinerja Ruas Jalan....................................................................................59
Gambar 2.27. Bagan Alir Analisis Kinerja Simpang Tidak Bersinyal............................................................62
Gambar 2.28. Bagan Alir Analisis Simpang Bersinyal...................................................................................66
Gambar 2.29. Perhitungan Jumlah Antrian Nqmax.........................................................................................70
Gambar 2.30. Pedoman Jenis Pengaturan Persimpangan................................................................................72
Gambar 2.31. Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang.............................................................76
Gambar 2.32. Diagram alir pemodelan empat tahap.......................................................................................79
Gambar 2.33. Prosedur prediksi kebutuhan transportasi masa mendatang.....................................................81
Gambar 2.34. Diagram bangkitan dan tarikan pergerakan..............................................................................82
Gambar 2.35. Radius Putar Kendaran Kecil....................................................................................................85
Gambar 2.36. Radius Putar Kendaran Sedang.................................................................................................86
Gambar 2.37. Radius Putar Kendaran Besar...................................................................................................87

| II-86
DOKUMEN HASIL ANDALALIN

Tabel 2.1. Legalitas Pasar Induk Banyuwangi...................................................................................................8


Tabel 2.2. Jumlah Tenaga Kerja Pada Masa Konstruksi..................................................................................14
Tabel 2.3. Jumlah Pedagang Operasional Pasar Induk Banyuwangi................................................................16
Tabel 2.4. Rincian Luas Lahan dan Luas Lantai Bangunan Kondisi Eksisiting..............................................17
Tabel 2.5. Rincian Luas Lahan dan Luas Lantai Bangunan Kondisi Setelah Revitalisasi...............................19
Tabel 2.6. Rincian Inventarisasi.......................................................................................................................20
Tabel 2.7. Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Banyuwangi........................................................................21
Tabel 2.8. Iklim dan Cuaca Provinsi Jawa Timur.............................................................................................24
Tabel 2.9. Iklim dan Cuaca Kabupaten Banyuwangi.......................................................................................24
Tabel 2.10. Demografi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur.....................................................................27
Tabel 2.11. Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi...................................................................................28
Tabel 2.12. Kondisi Jalan Provinsi Jawa Timur (2019-2020)..........................................................................29
Tabel 2.13. Jumlah Penumpang Kereta Api 2011-2015...................................................................................30
Tabel 2.14. PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2018 (Presentase)........................................................30
Tabel 2.15. PDRB Atas Dasar Menurut Pengeluaran Tahun 2011– 2016 (Juta Rupiah).................................32
Tabel 2.16. Rencana Sistem Jaringan Jalan Provinsi Jawa Timur....................................................................33
Tabel 2.17. Rencana Pusat Kegiatan Provinsi Jawa Timur..............................................................................36
Tabel 2.18. Rencana Pusat Kegiatan Kabupaten Banyuwangi.........................................................................39
Tabel 2.19. Kriteria Ukuran Minimal Analisis Dampak Lalu Lintas (PM 17 Tahun 2021)............................47
Tabel 2.20. Klasifikasi Kendaraan Untuk Perencanaan Perkerasan.................................................................53
Tabel 2.21. Rekomendasi Panjang Jalan untuk Studi Kecepatan Setempat.....................................................55
Tabel 2.22. Ekivalensi Mobil Penumpang Ruas Jalan......................................................................................60
Tabel 2.23. Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Tidak Bersinyal..............................................................65
Tabel 2.24. Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal.................................................................................71
Tabel 2.25. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Di Luar Badan Jalan.................................................................75
Tabel 2.26. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Di Luar Badan Jalan Tambahan...............................................76
Tabel 2.27. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan.....................................................................................................77
Tabel 2.28. Penentuan SRP...............................................................................................................................77
Tabel 2.29. Variasi Urutan Tahap Pemodelan..................................................................................................80
Tabel 2.30. Besaran Radius Putar Kendaraan...................................................................................................84

| II-87

Anda mungkin juga menyukai