BAB II - Gamum Lokasi Dan Perencanaan Metodologi
BAB II - Gamum Lokasi Dan Perencanaan Metodologi
Bagi Kabupaten Banyuwangi, Pasar Induk Banyuwangi yang terletak di Jalan Sasuit Tubun
memiliki fungsi yang sangat vital sebagai pusat perdagangan dan jasa serta pergerakan ekonomi di
Banyuwangi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan
merevitalisasi pasar induk yang berada di pusat kota menjadi kawasan pusat perbelanjaan dan
Destinasi Wisata Sejarah. Hal tersebut karena lokasi pasar Banyuwangi berdekatan dengan
kawasan Asrama Inggrisan, yang bakal direvitalisasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2024 mendatang.
Dengan adanya rencana Pembangunan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi maka potensi
bangkitan dan tarikan akan muncul. Analisis dampak lalu lintas dipergunakan untuk memprediksi
apakah infrastruktur transportasi dalam daerah pengaruh pembangunan tersebut dapat melayani lalu
lintas yang ada (existing) ditambah dengan lalu lintas yang dibangkitkan atau ditarik oleh
pembangunan tersebut. Jika prasarana yang ada tidak dapat mendukung lalu lintas tersebut maka
harus dilakukan kajian penanganan prasarana tersebut atau pengaturan manajemen terhadap lalu
lintasnya. Secara umum telah diterima suatu konsep analisis “menginternalkan eksternalitis”
dengan konsekuensi “poluter pays” dengan pengertian bahwa pihak pengembang harus
memberikan kontribusi yang nyata di dalam penanganan dampak lalu lintas sebagai akibat
pengembangan suatu kawasan atau lokasi tertentu.
| II-2
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-3
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-4
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-5
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Gambar 2.7. Zonasi Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Lantai 1).
Gambar 2.8. Zonasi Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Lantai 2).
| II-6
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Gambar 2.9. Rencana Pembangunan Pasar Induk Banyuwangi (Rencana Gerbang Masuk).
| II-7
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-8
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Berikut ini adalah informasi mengenai rincian jumlah pekerja dan jumlah pedagang pasar
pon pada masa eksisting. Pasar pon beroperasi 24 Jam. Dengan keadaan eksisting saat ini
berjumlah 873 Toko/Los/Kios, sedangkan untuk jumlah pedagang 352. Jumlah pedagamg sebanyak
352 merupakan jumlah kebutuhan tempat untuk relokasi.
2.1.3. Lokasi Rencana Relokasi Sementara
Kondisi eksisting Pasar Induk Banyuwangi saat ini sudah dalam keadaan terbangun dan
beroperasi, untuk itu saat akan dilakukan revitalisais pada pasar maka pedagang, kios, los dan
beberapa komponen pasar lainnya akan dilakukan relokasi sementara agar pergerakan jual-bel
pasar dapat terus berjalan dan tidak terganggu.
| II-9
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Peta diatas merupakan beberapa titik rencana relokasi, dengan uraian sebagai berkut :
1. Area Gedung Wanita Paramitha Kencana, Jalan RA Kartini, Kelurahan Kepatihan,
Kecamatan Banyuwangi. (Aset Pemkab – BAPPENDA)
2. Lahan PDAU, Jalan Cakalang Nomor 1, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi.
(Aset Pemkab, luas tahan 1.745m2).
3. Area Pasar Segitiga Berlian, Jalan Ikan Cakalang , Kelurahan Kepatihan, Kecamatan
Banyuwangi. (Aset Pemkab – DISKOPUMDAG)
Berikut merupakan kondisi eksisting beberapa lokasi yang akan digunakan sebagai lahan
relokasi sementara :
Gambar 2.12. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Gedung Wanita).
Gambar 2.13. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Lahan PDAU).
Gambar 2.14. Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Relokasi Sementara (Pasar Segitiga).
Selanjutnya merupakan tatanan rencana penataan Los Relokasi Sementara untuk pedagang :
| II-10
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Gambar 2.15. Denah Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Gedung Wanita dan Lahan PDAU).
| II-11
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Gambar 2.16. Penataan Los Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Gedung Wanita dan Lahan
PDAU).
Gambar 2.17. Denah Los Relokasi Sementara Untuk Pedagang (Lahan PDAU).
| II-12
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi Tenaga kerja yang akan diserap selama konstruksi
berlangsung adalah tenaga kerja yang memprioritaskan tenaga kerja lokal dengan memiliki
kompetensi kualifikasi (keahlian) tertentu sesuai jenis pekerjaannya. Adapun prakiraan jumlah
tenaga kerja yang diperlukan untuk rencana kegiatan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada
Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi berjumlah 157
orang, dengan rincian yaitu :
Tabel 2.2. Jumlah Tenaga Kerja Pada Masa Konstruksi
2. Direksi Kit
Direksi kit akan dibangun pada lahan di lokasi Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi dan
merupakan bangunan semi permanen yang dilengkapi dengan fasilitas yang terdiri dari fasilitas
penerangan, alat komunikasi, dan fasilitas kamar mandi dengan septic tank yang digunakan
semasa konstruksi. Kebutuhan air bersih untuk pekerja konstruksi dan karyawan kantor akan
dicukupi dari sumur bor dan truk tangki sebagai cadangan. Basecamp tidak tersedia dikarenakan
tenaga kerja akan memprioritaskan dari masyarakat lokal di sekitar lokasi kegiatan.
Kegiatan mobilisasi peralatan meliputi pengadaan alat berat yang dipergunakan selama
masa konstruksi. Mobilisasi alat berat dapat dilakukan pada malam hari berkoordinasi dengan
Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi dimana sebelumnya perlu dilakukan
| II-13
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
pemberitahuan kepada penduduk sekitar. Jumlah dan jenis alat berat yang akan digunakan untuk
kegiatan Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan
Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, yaitu:
● Eksavator (1 buah);
● Roller (1 buah);
● Dump truck (3 buah);
● Bulldozer (1 buah);
● Pick Up (9 buah);
4. Demobilisasi Peralatan
Kegiatan demobilisasi peralatan meliputi pengembalian kendaraan dan alat berat setelah
digunakan selama masa konstruksi. Pengembalian dilakukan secara bertahap mengikuti jadwal
dan kontrak kerjasama kontraktor pelaksana terkait.
Kegiatan demobilisasi tenaga kerja berupa pengurangan tenaga kerja secara bertahap
sesuai dengan bobot kegiatan konstruksi serta pengembalian tenaga kerja konstruksi kepada
kontraktor pelaksana yang terkait.
2.1.6. Detail Kegiatan Operasional
1. Fasilitas Umum Pasar Induk Banyuwangi
Pembangunan Pasar yang akan dilakukan, akan menyedikan beberapa fasilitas penunjang
untuk digunakan pengunjung maupun pedagang, yaout sebagai berikut :
| II-14
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
3 x 4)
dan Perhiasan
Plafon Gypsum
| II-15
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-16
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
LUAS BANGUNAN
No. Uraian Luas (m²) Presentase
12 Kantor Pengelola 107,60 0,05%
13 Gudang Labolatorium 38,71 0,02%
14 R. Panel & R. Genzet 44,82 0,02%
15 Pos Jaga 23,78 0,01%
16 Gapura Masuk 12,42 0,01%
17 Hanggar Pasar 3.368,70 1,59%
18 Sumur Resapan 12,57 0,01%
19 Bangunan Limbah B3 70,00 0,03%
Total 7.884,82 3,72%
BangunanIPL
1 Equalisasi 75,02 0,04%
2 Chemical Treatment 6,82 0,00%
3 Anaerobic 86,24 0,04%
5 Facultative Aerated Lagoon 187,08 0,09%
6 Maturasi 365,01 0,17%
7 Wetland 445,99 0,21%
8 Lagoon 848,68 0,40%
9 Sludge Drying Bed (SDB) 41,00 0,02%
Total 2.055,84 0,97%
1 Area Sel TPA Tahap 1 23.749,10 11,20%
Total 23.749,10 11,20%
Total Luas Bangunan 33.689,76 15,88%
| II-17
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Tabel 2.5. Rincian Luas Lahan dan Luas Lantai Bangunan Kondisi Setelah Revitalisasi
LUAS BANGUNAN
No. Uraian Luas (m²) Presentase
Bangunan TPA
1 Hanggar Non Pasar 5.787,38 2,73%
2 Tanki BBM 7,70 0,00%
3 Bengkel Truck & Alat Berat 219,61 0,10%
4 Garasi Alat Berat 219,61 0,10%
5 Parkir Mobil 254,50 0,12%
6 Parkir Truck 365,36 0,17%
7 Jembatan Timbang & Pos Pencatatan 82,33 0,04%
8 Cuci Roda Truck 52,01 0,02%
9 Musholla 41,60 0,02%
10 Toilet 9,61 0,00%
11 Gudang Serba Guna 60,20 0,03%
12 Kantor Pengelola 107,60 0,05%
13 Gudang Labolatorium 38,71 0,02%
14 R. Panel & R. Genzet 44,82 0,02%
15 Pos Jaga 23,78 0,01%
16 Gapura Masuk 12,42 0,01%
17 Hanggar Pasar 6.737,40 3,18%
18 Sumur Resapan 12,57 0,01%
19 Bangunan Limbah B3 70,00 0,03%
Total 14.147,21 6,67%
BangunanIPL
1 Equalisasi 75,02 0,04%
2 Chemical Treatment 6,82 0,00%
3 Anaerobic 86,24 0,04%
5 Facultative Aerated Lagoon 187,08 0,09%
6 Maturasi 365,01 0,17%
7 Wetland 445,99 0,21%
8 Lagoon 848,68 0,40%
9 Sludge Drying Bed (SDB) 41,00 0,02%
Total 2.055,84 0,97%
1 Area Sel TPA 59.217,24 27,92%
Total 59.217,24 27,92%
Total Luas Bangunan 75.420,29 35,55%
LUAS TAK TERBANGUN
No Uraian Luas (m²) Presentase
1 Area akses dan Sirkulasi 30.972,97 14,60%
2 Ruang Terbuka Hijau 40.741,74 19,21%
3 Luas Lahan Yang Belum di ijinkan 64.998,00 30,64%
Total Luas Tak Bangunan 136.712,71 64,45%
TOTAL KESELURUHAN 212.133,00 100,00%
| II-18
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Marka Ada
Perambuan Ada
PERIODE ANALISIS
2023 2023-2024 2025 2026 2036 2037 2042
Antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan dan dikawatirkan akan menimbulkan
konflik dan perlambatan pada ruas jalan tersebut sehingga terjadi inefisiensi perjalanan pada ruas
jalan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagai upaya
penanganan dampak lalu lintas yang timbul dari beroperasinya kawasan tersebut.
| II-19
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung Timur Pulau. Berpenduduk 1.735.845 jiwa pada
tahun 2018. Kabupaten Banyuwangi terletak pada titik koordinat 7o 43' - 8o 46’ BT dan 113o 53' -
114o 38' LS. Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 Km, serta Pulau
sejumlah 10 pulau. Wilayah Kabupaten Banyuwangi secara administratif terdiri dari terdiri dari
25 Kecamatan, 217 Desa / Kelurahan, 836 Dusun / Lingkungan, serta 3.011 RW dan 10.475 RT.
Batas administrasi Kabupaten Sidoarjo dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo.
Sebelah Selatan : Samudera Hindia.
Sebelah Timur : Selat Bali.
Sebelah Barat : Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember.
| II-20
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Jumla
Luas Persentase terhadap
Kecamatan h Ketinggian (mdpl)
Wilayah (km²) Luas Kabupaten
Pulau
2
76,7 1,3
Glagah 0 0 - 1 000
5 3
2,9
Licin 169,25 0 100 - 3 000
3
30,1 0,5
Banyuwangi 0 0 - 100
3 2
21,3 0,3
Giri 0 0 - 500
1 7
310,0 5,3
Kalipuro 0 0 -> 3000
3 6
8,0
Wongsorejo 464,80 1 0 - 3 000
4
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
2.4. Topografi
2.4.1. Topografi Provinsi Jawa Timur
| II-21
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Letak ketinggian wilayah di Jawa Timur dari permukaan laut terbagi menjadi 3 (tiga)
bagian yaitu :
Daratan tinggi ( > 100 meter ) meliputi 5 kabupaten dan 3 kota yaitu : Kabupaten Trenggalek ,
Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota
Blitar, Kota Malang, Kota Batu.
Dataran sedang ( 45-100 meter) meliputi 9 kabupaten dan 2 kota yaitu : Kabupaten Ponorogo,
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Kediri, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngajuk, Kabupaten Ngawi, kota Kediri dan
Kota Madiun.
Dataran rendah ( < 45 meter ) meliputi 16 Kabupaten dan 4 kota.
2.4.2. Topografi Kabupaten Banyuwangi
Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat dan utara pada umumnya
merupakan pegunungan, dan bagian selatan Sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat
kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 400, dengan rata-rata curah hujan lebih
tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagian
besarmempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujan cukup
memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah.
Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara dimana di dalamnya terdapat
banyak sungai yang selalu mengalir di sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35
DAS, sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas juga berpengaruh
positif terhadap tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di
Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Jember.
Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan di
Provinsi Jawa Timur. Disamping potensi di bidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan
daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian
rakyat. Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan, pengembangan
sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi
pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.
| II-22
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Iklim di Kabupaten Banyuwangi adalah iklim tropis. Angka temperatur berkisar antara
23ºC – 31ºC, dengan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan Agustus dan musim
hujan terjadi pada bulan September sampai bulan Januari.
Suhu Minimum
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 22,80 22,80 24,10 23,50 22,70 24,00 23,20 24,10 23,40 23,20
Pebruari 23,20 22,60 24,70 22,20 22,80 23,80 23,00 23,90 21,30 23,20
Maret 22,80 22,50 24,30 22,60 22,40 24,40 23,20 24,10 22,60 23,00
April 22,80 22,20 24,80 22,00 21,00 24,40 22,50 23,20 23,60 24,00
Mei 22,60 23,20 24,70 23,00 21,40 23,80 23,40 26,00 23,20 23,80
| II-23
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Suhu Minimum
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Juni 20,20 21,40 24,40 22,80 19,60 23,40 22,90 24,10 21,00 21,40
Juli 20,00 21,40 24,60 20,80 19,20 21,00 22,80 20,80 20,80 21,20
Agustus 20,80 19,80 23,30 20,60 20,50 21,00 21,80 21,00 21,50 22,20
Septemb
22,00 21,40 23,60 20,20 21,20 23,00 19,20 21,70 21,40 22,00
er
Oktober 22,00 22,60 24,70 18,20 22,60 23,80 22,50 24,60 24,20 22,30
Nopembe
22,40 24,00 24,60 23,40 23,80 24,00 21,00 25,10 25,10 23,20
r
Desembe
22,50 23,40 24,40 23,00 23,20 23,00 21,40 23,60 25,60 22,80
r
Suhu Rata-rata
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
26,9 26,0 26,7 27,6 27,4 28,0 28,5
Januari 27,40 28,70 27,60
0 0 0 0 0 0 0
27,4 27,1 27,7 27,6 28,1 28,4 28,0
Pebruari 27,00 27,40 27,60
0 0 0 0 0 0 0
27,0 27,5 27,4 27,5 28,0 27,9 28,2
Maret 28,00 28,00 28,50
0 0 0 0 0 0 0
27,3 28,2 24,8 27,4 28,6 28,6 28,7
April 28,00 29,00 29,50
0 0 0 0 0 0 0
27,3 27,0 27,5 27,2 28,2 28,1 28,0
Mei 28,50 28,80 28,10
0 0 0 0 0 0 0
26,1 26,1 27,0 26,5 26,9 26,5 27,0
Juni 27,40 28,20 27,00
0 0 0 0 0 0 0
25,8 25,5 26,1 25,6 26,1 25,7 26,3
Juli 26,20 27,50 26,20
0 0 0 0 0 0 0
25,7 25,5 26,0 25,6 26,1 25,8 26,3
Agustus 26,30 27,20 25,70
0 0 0 0 0 0 0
Septembe 26,3 26,3 26,3 26,3 27,1 27,1 26,2 27,0
26,20 28,50
r 0 0 0 0 0 0 0 0
26,4 27,8 28,2 27,6 28,3 27,7 27,2
Oktober 27,80 29,00 28,80
0 0 0 0 0 0 0
27,7 27,5 27,4 29,6 27,9 28,7 28,2
Nopember 29,20 29,10 29,20
0 0 0 0 0 0 0
28,2 27,5 27,2 28,7 27,7 29,6 27,2
Desember 27,90 27,90 29,20
0 0 0 0 0 0 0
2.6. Demografi
2.6.1. Demografi Provinsi Jawa Timur
Jumlah penduduk Jawa Timur pada bulan September 2020 menurut hasil SP2020 adalah
sebanyak 40,67 juta orang. Laju pertumbuhan penduduk periode 2010-2020 sebesar 0,79 persen
per tahun, meningkat dibandingkan periode 2000-2010 yang sebesar 0,75 persen. Dibandingkan
dengan sensus sebelumnya, jumlah penduduk Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Dalam
jangka waktu sepuluh tahun yaitu tahun 2010 hingga 2020, jumlah penduduk Jawa Timur
| II-24
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
mengalami penambahan sekitar 3,19 juta jiwa atau rata-rata 0,32 juta jiwa setiap tahun. Dari 40,67
juta penduduk Jawa Timur sejumlah 93,13 persen atau sekitar 37,87 juta penduduk berdomisili
sesuai KK/KTP. Sementara 6,87 persen atau sekitar 2,79 juta penduduk lainnya berdomisili tidak
sesuai KK/KTP. Jumlah ini mengindikasikan banyaknya penduduk yang bermigrasi dari wilayah
tempat tinggal sebelumnya karena sekarang sudah tidak tinggal pada alamat yang tercatat pada KK.
Jawa Timur masih dalam masa bonus demografi karena 71,65 persen penduduknya masih berada di
usia produktif (15-64 tahun).
Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal pembangunan ketika jumlah penduduk
usia produktif sangat besar. Hasil SP2020 mencatat mayoritas penduduk Jawa Timur didominasi
oleh Generasi Z dan Generasi Milenial. Pola komposisi penduduk menurut generasi Jawa Timur ini
sama dengan nasional. Proporsi Generasi Z sebanyak 24,80 persen dari total populasi dan Generasi
Milenial sebanyak 24,32 persen dari total populasi Jawa Timur. Kedua generasi ini termasuk dalam
usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dari sisi
demografi, seluruh Generasi X dan Generasi Milenial merupakan penduduk yang berada pada
kelompok usia produktif pada tahun 2020. Sedangkan Generasi Z terdiri dari penduduk usia belum
produktif dan produktif. Sekitar 7 tahun lagi, seluruh Generasi Z akan berada pada kelompok
penduduk usia produktif. Hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi Jawa Timur, baik di masa
sekarang maupun masa depan, karena generasi inilah yang berpotensi menjadi aktor dalam
pembangunan yang akan menentukan masa depan Jawa Timur.
| II-25
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Persentase penduduk usia lanjut 60 tahun ke atas di Jawa Timur meningkat menjadi 13,1
persen dari 10,40 persen dari hasil SP2010. Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,6. Penduduk Jawa
Timur paling besar pada kelompok Mataraman, yaitu sebesar 34,62 persen, diikuti oleh kelompok
Arek sebesar 30,86 persen, Kelompok Pandalungan sebesar 24,67 persen dan Kelompok Madura
sebesar 9,85 persen.
Tabel 2.10. Demografi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur.
Kelompok
Jenis Kelamin/Sex
Umur
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Age Group
Male Female Total
0–4 1,438,430 1,373,518 2,811,948
5–9 1,499,156 1,434,146 2,933,302
10–14 1,521,143 1,434,785 2,955,928
15–19 1,551,061 1,469,867 3,020,928
20–24 1,591,142 1,521,923 3,113,065
25–29 1,593,267 1,544,739 3,138,006
30–34 1,585,498 1,564,312 3,149,810
35–39 1,555,558 1,558,255 3,113,813
40–44 1,539,507 1,571,149 3,110,656
45–49 1,443,591 1,487,121 2,930,712
50–54 1,334,131 1,384,373 2,718,504
55–59 1,152,450 1,201,876 2,354,326
60–64 941,46 979,25 1,920,712
0 2
65–69 703,29 748,02 1,451,323
7 6
70–74 435,64 495,83 931,47
1 0 1
75+ 406,26 604,93 1,011,192
0 2
Jawa Timur 20,291,592 20,374,104 40,665,696
Sumber: Provinsi Jawa Timur Dalam Angka, 2021
| II-26
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Jumlah data Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk pada Kabupaten banyuwangi
sebanyak 1.735.845.
2.7. Transportasi
2.7.1. Kondisi Transportasi Provinsi Jawa Timur
Panjang jalan di Jawa Timur pada akhir tahun 2019 adalah 1.421 km. Jika dirinci menurut
jenis panjang ruas jalan pada kabupaten yang ada di dalam provinsi Jawa Timur maka panjang
jalan yang terpanjang berada pada kota Surabaya .
| II-27
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-28
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-29
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-30
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 6,21 10,85 6,32 4,41 11,85 7,03
5. Perubahan Inventori - - - - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa 7,98 7,40 7,90 26,1 6,30 6,90
7. Impor Barang dan Jasa (2,66) 3,7 5,9 27,7 4,4 3,1
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
6,95 7,24 6,71 5,72 6,01 5,38
(1)+(2)+(3)+(4)+(5)+(6)-(7)
| II-31
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-32
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-33
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi adalah mewujudkan Kabupaten sebagai kawasan
ekonomi berbasis sumber daya lokal yang didukung kegiatan industri dan pertanian yang maju
berkelanjutan, untuk mewujudkan masyarakat yang religius, beradat, berbudaya dan sejahtera.
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi yaitu Terwujudnya Ruang yang Produktif, Efisien,
Nyaman, dan Berkelanjutan untuk menjadikan Provinsi sebagai Pusat Perekonomian dan
Parawisata. Rencana struktur ruang wilayah Provinsi disusun berdasarkan kebijakan dan strategi
penataan ruang. Arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan struktur ruang dilakukan
melalui perwujudan pusat kegiatan berupa sistem perkotaan yang meliputi PKN, PKW, PKNp,
PKWp, PKL, dan perwujudan Pembangunan system prasarana wilayah.
Tabel 2.17. Rencana Pusat Kegiatan Provinsi Jawa Timur
No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan
| II-34
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-35
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-36
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-37
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-38
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
p. Kec. Silo
q. Kec. Panti
r. Kec. Sukorambi
s. Kec. Ajung
t. Kec. Pakusari
Sumber : Data RTRW Kabupaten Banyuwangi.
| II-39
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
yang tersusun secara sistematis dan merupakan rangkaian kegiatan yang saling terkait dan
berkesinambungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan berikutnya guna tercapainya tujuan
dan sasaran yang direncanakan. Sekaligus dengan mempertimbangkan maksud pekerjaan untuk
adalah melakukan kajian dalam rangka mengantisipasi permasalahan lalu lintas pada ruas jalan
pada Andalalin Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi.
Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar
Induk Banyuwangi pada Jalan Susuit Tubun Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang tersusun secara
sistematis dan merupakan rangkaian kegiatan yang saling terkait dan berkesinambungan antara
kegiatan yang satu dengan kegiatan berikutnya guna tercapainya tujuan dan sasaran yang
direncanakan. Sekaligus dengan mempertimbangkan maksud pekerjaan untuk adalah melakukan
kajian dalam rangka mengantisipasi permasalahan lalu lintas pada ruas jalan pada terkait
Pembangunan dan Pengoperasian Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi.
Secara umum tahapan umum dan metodologi dilakukan pelaksanaan pekerjaan akan
dilakukan sesuai dengan Gambar 11 untuk memenuhi requirement minimum pada regulasi
penyusunan andalalin (Pasal 9 Permenhub 75 2015) yang telah dijelaskan, meliputi:
a. perencanaan dan metodologi analisis dampak lalu lintas
b. analisis kondisi lalu lintas dan angkutan jalan saat ini
c. Simulasi kinerja lalu lintas pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi
d. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak
e. Rincian tanggung jawab Pemerintah & Pengembang dalam penanganan dampak
f. Rencana pemantauan dan evaluasi
g. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan
| II-40
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Pada tahap awal dilakuan persiapan administrasi dan personal meliputi persiapan tenaga ahli
dan non tenaga ahli serta administrasi proyek yang akan membantu kelancaran pekerjaan. Pada
tahap ini juga dilakukan survey pendahuluan berupa investigasi lapangan ini konsultan diharapkan
| II-41
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
sudah mendapatkan gambaran kondisi lokasi dan kebutuhapn pelaksanaan survei yang akan
dilaksanakan terkait dengan jenis survei, kebutuhan peralatan, kebutuhan tenaga survei, persiapan
administrasi yang perlu dilakukan dan lain-lain. Selain itu juga dilakukan pemantapan metodologi
yang akan diterapkan untuk menyelesaikan pekerjaan baik dengan studi literatur maupun dengan
melakukan kajian data sekunder.
Selanjutnya dilakukan tahapan pengumpulan data data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan meliputi volume lalu lintas, tata guna lahan, jumlah bangkitan dan
tarikan, geometrik jaringan jalan, sistem pengendalian dan perambuan, serta kondisi fasilitas untuk
pejalan kaki dan angkutan umum. Sementara data sekunder yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis data primer antara lain data history lalu lintas, data sosio ekonomi, kajian kebijakan
RTRW, data transaksi gerbang serta kajian dan perencanaan terdahulu
Perlengkapan jalan Volume lalu lintas ruas & Data sosio ekonomi dan
Dimensi potongan gerakan membelok tata ruang
melintang (Geometrik) Panjang antrian
Fungsi, status & kelas Kecepatan rata-rata
jalan Waktu perjalanan
Fasilitas pejalan kaki Karakteristik Angkutan
umum
| II-42
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Pada tahap akhir dilakukan penyusunan dokumen andalalin, meliputi simulasi lalu lintas
pada setiap periode timescope, mitigasi dampak lalu lintas, implementasi rekomendasi manajemen
rekayasa lalu lintas, pembagian tanggung jawab dan wewenang serta rencana pematauan dan
evaluasi penanganan dampak. Dokumen Hasil Akhir Laporan ini akan menjadi produk awal
pekerjaan. SK persetujuan Andallain akan diterbitkan setelah dilakukan perbaikan atas saran dan
masukan saat sidang pembahasan, dilengkapi Berita Acara Pembahasan dan Surat Pernyataan
Kesanggupan melaksanakan rekomendasi andalalin oleh pengembang.
2) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e dilakukan dengan
| II-43
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
kriteria yang dihitung berdasarkan jumlah siswa yang mampu ditampung dalam satuan
waktu tertentu.
3) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf f dilakukan dengan
kriteria yang dihitung berdasarkan:
a. jumlah tempat tidur; atau
b. luas lantai bangunan.
4) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf g dilakukan dengan
kriteria yang dihitung berdasarkan:
a. jumlah dispenser;
b. jumlah kamar;
c. jumlah tempat duduk; atau
d. luas lantai bangunan.
5) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dan huruf b dilakukan
dengan kriteria yang dihitung berdasarkan jumlah unit. Kategori skala dampak Bangkitan
Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf c dilakukan dengan kriteria yang dihitung berdasarkan:
a. jumlah kamar; atau
b. luas lantai bangunan.
6) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a sampai dengan huruf e
dilakukan dengan kriteria yang dihitung berdasarkan volumelalu lintas sesuai dengan:
a. hierarki;
b. tipe; atau
c. kelas.
7) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf f dan hur'uf g"dilakukan
dengan kriteria yang dihitung berdasarkan kapasitas.
8) Kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan pada rencana pembangunan
infrastruktur lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf h dilakukan dengan
kriteria yang dihitung berdasarkan volume lalu lintas.
9) Rencana pembangunan infrastruktur lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
merupakan akses dariy ke jalan eksisting wajib memiliki Analisis Dampak Lalu Lintas.
10) Dalam hal rencana pembangunan infrastruktur lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menghubungkan jalan yang belum pernah ada, tidak dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
| II-44
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
11) Dalam hal rencana pengembangan pusat kegiatan dan permukiman sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan lebih besar dari 30% (tiga puluh persen) dari
kondisi awal, wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
12) Dalam hal rencana pengembangan infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) dilakukan lebih besar dari 50% (lima puluh persen) dari fasilitas utama atau pokok, wajib
dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
13) Dalam hal dilakukan perubahan terhadap fungsi peruntukan bangunan dari fungsi awal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, wajib dilakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.
14) Kriteria ukuran wajib kategori skala dampak Bangkitan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
| II-45
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Tabel 2.19. Kriteria Ukuran Minimal Analisis Dampak Lalu Lintas (PM 17 Tahun 2021)
Kategori Bangkitan Lalu
No Jenis Rencana Pembangunan Ukuran Minimal
Lintas
1 Pusat Kegiatan
a Kegiatan perdagangan dan Di atas 3000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
perbelanjaan bangunan (Dokumen Andalalin)
1001 m² s.d 3000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
500 m² s.d 1000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
b Kegiatan perkantoran Di atas 10.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
4.001 m² s.d 10.000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
1.000 m² s.d 4000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
c Kegiatan Industri dan Pergudangan
1) Industri Di atas 10.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
5.001 m² s.d 10.000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
bangunan (Rekomendasi Teknis)
2500 m² s.d 5000 m² luas lantai Bangkitan Rendah (Standar
bangunan Teknis)
2) Pergudangan Di atas 500.000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
170.001 m² s.d 500.000 m² luas Bangkitan Sedang
lantai bangunan (Rekomendasi Teknis)
40.000 m² s.d. 170.000 m² luas Bangkitan Rendah (Standar
lantai bangunan Teknis)
d Kegiatan Pariwisata
1) Kawasan Pariwisata Wajib Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
2) Tempat Wisata Di atas 10,0 hektar luas lahan Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
5,0 s.d 10,0 hektar luas lahan Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
1,0 s.d 5,0 hektar luas lahan Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
e Fasilitas Pendidikan
Sekolah/Universitas Di atas 1500 siswa Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
500 s.d 1500 siswa Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
f Fasilitas Pelayanan Umum
1) Rumah Sakit Di atas 700 tempat tidur Bangkitan Tinggi
(Dokumen Andalalin)
201 s.d 700 tempat tidur Bangkitan Sedang
(Rekomendasi Teknis)
75 s.d 200 tempat tidur Bangkitan Rendah (Standar
Teknis)
2) Bank Di atas 3000 m² luas lantai Bangkitan Tinggi
bangunan (Dokumen Andalalin)
1001 m² s.d 3000 m² luas lantai Bangkitan Sedang
| II-46
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-47
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
2) Bandar Udara Pengumpul Wajib ≥ 1 juta orang s.d. ≤ 5 juta Bangkitan Tinggi
Skala Pelayanan Sekunder orang pertahun (Dokumen Andalalin)
3) Bandar Udara Pengumpul Wajib ≥ 500 ribu orang s.d. ≤ 1 Bangkitan Sedang
Skala Pelayanan Tersier juta orang pertahun (Rekomendasi Teknis)
4) Bandar Udara Pengumpan Bangkitan Rendah
Wajib
(Spoke) (Standar)
d Terminal
1) Terminal Penumpang Tipe A Wajib (melayani hingga
kendaraan penumpang umum
Bangkitan Tinggi
untuk angkutan antar kota antar
(Dokumen Andalalin)
propinsi (AKAP). Dan angkutan
lintas batas antar negara)
2) Terminal Penumpang Tipe B Wajib ((melayani hingga
kendaraan penumpang umum
Bangkitan Sedang
untuk angkutan antar kota dalam
(Rekomendasi Teknis)
propinsi (AKDP), dan angkutan
KOTA (AK))
3) Terminal Penumpang Tipe C
Wajib (melayani kendaraan
Bangkitan Rendah
penumpang umum untuk
(Standar)
angkutan pedesaan (ADES))
| II-48
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-49
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-50
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-51
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-52
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Lokasi pengamatan kecepatan setempat sebaiknya dipilih pada ruas jalan diantara
persimpangan, sedangkan waktu pengamatan tergantung pada tujuan penggunaan hasil survei.
Sampel yang perlu dipenuhi saat melakukan survei adalah
o kendaraan yang paling depan dari suatu arus hendaknya diambil sebagai sampel dengan
pertimbangan bahwa kendaraan kedua dan selanjutnya mempunyai kecepatan yang sama dan
kemungkinan tidak dapat menyiap
o sampel untuk truk hendaknya diambil sesuai dengan proporsinya
Dalam pengukuran kecepatan setempat, panjang jalan diambil sesuai dengan perkiraan
kecepatan, seperti direkondasikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.21. Rekomendasi Panjang Jalan untuk Studi Kecepatan Setempat
Perkiraan Kecepatan Rata-rata Arus Penggal Jalan
Lalu Lintas (km/jam) (m)
< 40 25
40 – 65 50
> 65 75
| II-53
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-54
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Bangkitan perjalanan adalah langkah pertama dalam perencanaan transportasi empat tahap
(dikuti oleh distribusi perjalanan, pilihan moda dan pembebanan jaringan), digunakan dalam
memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan di suatu zona dalam analisis lalu
lintas.
Fokus utama dalam analisis bangkitan perjalanan adalah dipemukiman, dan bahwa
bangkitan perjalanan adalah fungsi dari kegiatan sosial, ekonomi keluarga. Pada tingkat zona
analisis lalu lintas, tata guna lahan akan menghasilkan atau membangkitkan perjalanan. Zona juga
merupakan tujuan perjalanan, menarik perjalanan. Analisis dari tarikan perjalanan difokuskan
kepada tata guna lahan yang bukan pemukiman. Untuk mengetahui besarnya bangkitan perjalan
suatu zona perlu dilakukan survei asal tujuan berupa pengambilan data karyawan, untuk
mendapatkan informasi pola perjalanan yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, informasi
mengenai sosial, ekonomi keluarga. Survai dilakukan dengan sampling, semakin kecil kota yang
akan disurvei semakin besar persentase sampel. Dan Survey pergerakan keluar – masuk
kendaraan terhadap beberapa kegiatan yang ada disekitar lokasi Andalalin Pembangunan dan
Pengoperasian Stadion Kediri.
| II-55
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Analisis data lalulintas yang didapat dari survei lapangan digunakan untuk 2 kebutuhan,
yaitu untuk mengevaluasi tingkat pelayanan jalan eksisting pada saat ini dan masa yang akan
datang serta kebutuhan untuk memprediksi jumlah pembebanan lalu lintas pada rencana
Andalalin Pembangunan dan Pengoperasian Stadion Kediri. Volume lalu lintas adalah ukuran
jumlah kendaraan pada suatu badan jalan selama periode tertentu. Arus lalu lintas pada suatu
jalan terdiri dari berbagai macam tipe kendaraan. Masing-masing memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap arus lalu lintas di sekitarnya.
Pada umumnya kendaraan pada suatu ruas jalan terdiri dari berbagai komposisi kendaraan
sehingga volume lalu lintas menjadi lebih praktis jika dinyatakan dalam jenis kendaraan standar,
yaitu satuan mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan volume dalam smp, maka diperlukan
faktor konversi dari berbagai macam kendaraan menjadi satuan mobil penumpang, yaitu faktor
ekivalensi mobil penumpang atau emp. Tabel 7 memperlihatkan nilai emp berdasarkan jenis
kendaraan untuk jalan luar kota dan jalan perkotaan.
| II-56
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-57
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Langkah pertama dalam menganalisis kinerja jalan adalah menyamakan satuan kendaraan
yang ada ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan
total) diubah ke dalam smp. Selanjutnya hasil tersebut ditampilkan dalam bentuk pola fluktuasi
lalu lintas selama periode survei. Pola ini penting untuk mengetahui jam sibuk/jam puncak pada
lokasi jalan tersebut serta untuk mengetahui pola rata-rata dari lalu lintas. Selanjutnya setelah
didapat jam puncak maka dilakukan analisis untuk mengetahui kinerja jalan pada ruas-ruas jalan
yang disurvei. Kinerja jalan dinyatakan dalam Tingkat Pelayanan Jalan atau Level of Service
(LoS), yang merupakan fungsi dari tingkat kejenuhan jalan (DS).
Kapasitas jalan adalah volume maksimum kendaraan dimana lalu lintas masih dapat lewat
sepanjang jalan tersebut pada keadaan tertentu. Hal ini berguna sebagai tolok ukur dalam
penetapan keadaan lalu lintas. Berbagai konsep yang berbeda digunakan untuk menyatakan
kapasitas jalan oleh kendaraan bermotor yang akan, atau harus, ditampung oleh ruas atau
persimpangan jalan. Kapasitas jalan bergantung pada kondisi yang ada, termasuk :
Fisik jalan, meliputi lebar, jumlah dan tipe persimpangan, alinyemen, dan permukaan jalan.
Komposisi lalu lintas dan kemampuan kendaraan meliputi proporsi berbagai tipe kendaraan
dan kemampuan penampilan.
Kondisi lingkungan dan operasi meliputi cuaca dan tingkat aktifitas pejalan kaki.
Untuk jalan dua-lajur dua-arah dan tak terbagi, kapasitas ditentukan untuk dua arah, tetapi
untuk jalan dengan banyak lajur dan jalan terbagi, arus dipisahkan per arah dan kapasitas
ditentukan per lajur. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang/jam. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 memberikan panduan untuk menentukan kapasitas jalan
perkotaan, yaitu dengan menggunakan persamaan dasar:
| II-58
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-59
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
A. Kapasitas Simpang
Perhitungan kapasitas persimpangan tidak berlampu lalu lintas ditetnukan dengan
persamaan berikut: (MKJI, 1997: 3-39).
C = C0 x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI (smp/jam)
Dimana :
C : Kapasitas (smp/jam)
C0 : Kapasitas dasar (smp/jam)
FW : Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan persimpangan
FM : Faktor koreksi kapasitas jika ada pembatas median pada lengan persimpangan
FCS : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FRSU : Faktor koreksi kapasitas akibat tipe lingkungan dan gangguan samping
FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
| II-60
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-61
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-62
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
C. Peluang Antrian
Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antrian/derajat kejenuhan secara empiris.
(MKJI, 1997)
QP%= 47,71 x DS-24,68 x DS2 + 56,47 x DS3
QP% = 9,02 x DS +20,66 x DS2 + 10,49 x DS3
D. Tingkat Pelayanan Persimpangan Tidak Bersinyal
Tingkat pelayanan untuk persimpangan tidak bersinyal dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.23. Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Tidak Bersinyal
Kapasitas Tingkat
Tundaan untuk lalu lintas jalan minor
sisa pelayanan
> 400 A Sedikit dan tidak ada tundaan
300-399 B Tundaan lalu lintas singkat
200-299 C Tundaan lalu lintas rata-rata
100-199 D Tundaan lalu lintas lama
0-99 E Tundaan lalu lintas sangat lama
* F *
Sumber : Tamin, 2000
| II-63
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-64
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Adanya nilai arus jenuh suatu persimpangan berlampu lalu lintas dapat dihitung dengan
persamaan (MKJI, 1997) :
S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FLT x FRT (smp/waktu hijau efektif)
Dimana
S : Arus jenuh (smp/waktu hijau efektif)
SO : Arus jenuh dasar (smp/waktu hijau efektif)
FCS : Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FSF : Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya gangguan samping yang meliputi
faktor tipe lingkungan jalan dan kendaraan tidak bermotor
FG : Faktor koreksi arus jenuh akibat kelandaian jalan
FP : Faktor koreksi dengan arus jenuh akibat adanya kegiatan perparkiran dekat
lengan persimpangan
FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya pergerakan belok kanan
2) Penentuan Faktor Koreksi Arus Jenuh
Arus Jenuh Dasar (S0)
Merupakan besarnya keberangkatan antrian dalam suatu pendekatan selama kondisi
ideal (smp/jam hijau). Perhitungan arus jenuh dasar untuk pendekat terlindung (P)
adalah (MKJI, 1997) :
Merah semua =
[ ( LEV + I EV )
V EV
+
L AV
V AV ]
max
Dimana :
LEV, LAV = jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk
kendaraan berangkat dan datang (m)
IEV = panjang kendaraan yang berangkat (m)
| II-65
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
C= ∑ g+LTI
C. Penentuan Rasio Arus/Rasio Arus Jenuh
• Rasio Arus (FR) ditentukan dengan persamaan (MKJI,1997) :
FR = Q/S
• Rasio arus simpang (IFR) ditentukan dengan persamaan (MKJI, 1997) :
IFR = ∑ ( FRcrit )
Dimana FRcrit merupakan rasio arus kritis (tertinggi) pada masing-masing fase
• Rasio Fase (PR), ditentukan dengan persamaan (MKJI,1997) :
PR = FRcrit/IFR
| II-66
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
E. Panjang Antrian
Panjang antrian (QL) merupakan jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal
hijau (NQ) dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)
ditambah dengan jumlah smp yang datang selama fase merah (NQ2). (MKJI, 1997:)
NQ = NQ1 + NQ2
Dengan :
NQ1 = 0,25 x C x
[ √
( DS−1 + ( DS−1)2 +
8 x ( DS−0,5)
C ]
1−GR Q
x
NQ2 = c x 1−GR−DS 3600
NQ max ×20
QL =
W masuk
NQmax merupakan nilai penyesuaian dari NQ yang ditentukan dari grafik
hubungan jumlah antrian rata-rata dengan peluang untuk pembebanan lebih (POL). Gambar
2.7 digunakan dalam penentuan nilai Nqmax untuk menyesuaikan NQ dalam peluang yang
diinginkan terjadinya pembebanan lebih POL (%). Untuk perancangan dan perencanaan
disarankan POL 5% sedangkan untuk operasi suatu nilai POL = 5 – 10% mungkin dapat
diterima .
| II-67
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
NQ
x 3600
NS = 0,9 x
Q XC
Jumlah kendaraan terhenti (NSV)
NSV = Q x NS
Angka Henti Total (NSTOT)
∑ N sv
NSTOT = Qtot
G. Tundaan
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila
dibandingkan lintasan tanpa melalui simpang. Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung
sebagai (MKJI, 1997) :
Dj = DTj + DGj
Dimana :
Dj = tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DTj = tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DGj = tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
Tundaan lalu lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari persamaan berikut
(MKJI,1997):
0 ,5 x (1 − GR )2 NQ1 x 3600
+
DTj = c x (1 − GR x DS ) C
Dimana :
DTj = Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat j (det/smp)
GR = rasio hijau (g/c)
DS = derajat kejenuhan
C = kapasitas (smp/jam)
NQ1 = jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya.
Tundaan geometrik rata-rata pada suatu pendekatan j dapat diperkirakan sebagai berikut
(MKJI, 1997) :
DGj = (1- PSV) x PT x 6 + (PSV x 4)
Dimana :
DGj = tundaan geometrik rata-rata pada pendekat j (det/smp)
PSV = rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
PT = rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
H. Tingkat Pelayanan Persimpangan Bersinyal
Tingkat pelayanan persimpangan bersinyal dapat dilihat dari tundaan dan kapasitas sisa
persimpangan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
| II-68
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-69
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-70
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan yang dapat berupa
tempat parkir dan/atau gedung parkir.
Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil
penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu. Untuk hal-
hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil penumpang.
Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas
parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.
Penyelenggaraan kegiatan fasilitas parkir adalah bertujuan sebagai berikut :
1. memberikan tempat istirahat kendaraan;
2. menunjang kelancaran arus lalu-lintas.
Dalam melakukan penyelenggaran parkir ada beberapa hal yang perlu dianalisis yakni:
1. Durasi Parkir, rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu tempat (dalam satuan menit atau
jam). Durasi = T out – T in; T in à waktu saat kendaraan masuk lokasi parkir; T out à waktu
saat kendaraan keluar lokasi parkir
2. Akumulasi Parkir, untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada suatu lahan
parkir pada selang waktu tertentu dan dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis maksud
perjalanan.
Akumulasi = Qin – Qout + Qs;
Qin à S kendaraan yang masuk lokasi parkir ;
Qout à S kendaraan yang keluar lokasi parkir;
Qs à S kendaraan yang telah berada di lokasi parkir sebelum pengamatan dilakukan.
3. Tingkat Pergantian (Parking Turn Over), diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah
memanfaatkan lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang
tersedia.
Turnover = Qp / Petak Parkir Tersedia;
Qp àS kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu, semisal dari jam 07:00 s/d 19:00
4. Tingkat Penggunaan (Occupancy Rate), diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang waktu
tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%
5. Volume Parkir, jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu lahan parkir
tertentu dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya per hari).
6. Kapasitas Parkir, banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama
waktu pelayanan.
7. Indeks Parkir, merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu
tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%. Indeks Parkir (IP), ukuran
untuk menyatakan penggunaan panjang jalan dan dinyatakan dalam persentase ruang yang
ditempati oleh kendaraan parkir.
| II-71
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Jenis Fasilitas Parkir yang ada saat ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yakni:
1. Parkir di badan jalan (on street parking )
2. Parkir di luar badan jalan (off street parking )
Sedangkan penempatan fasilitas parkir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Parkir di badan jalan (on street parking )
a. Pada tepi jalan tanpa pengendalian parkir
b. Pada kawasan parkir dengan pengendalian parkir
2. Parkir di luar badan jalan (off street parking)
a. Fasilitas parkir untuk umum adalah tempat yang berupa gedung parkir atau taman parkir
untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan tersendiri.
b. Fasilitas parkir sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa gedung parkir atau
taman parkir yang disediakan untuk menunjang kegiatan pada bangunan utama.
Standart ukuran kebutuhan ruang parkir di luar badan jalan (off street parking) pada pusat
kegiatan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
NOMOR:272/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir,
ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.25. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Di Luar Badan Jalan
a) Pusat perdagangan
b) Pusat perkantoran
c) Pasar swalayan
d) Pasar
| II-72
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
f) Tempat Rekreasi
h) Rumah sakit
i) Bioskop
Berdasarkan ukuran ruang parkir yang dibutuhkan yang belum tercakup pada uraian di atas
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.26. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Di Luar Badan Jalan Tambahan
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) untuk kebutuhan ruang parkir didasarkan atas hal
berikut :
| II-73
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-74
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan
penentuan SPR untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti pada
berikut ini.
Tabel 2.28. Penentuan SRP
| II-75
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-76
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
1. Data sosio-ekonomi dan demografi untuk masa mendatang sesuai dengan kebutuhan data
untuk pemodelan bangkitan perjalanan sesuai dengan zona dalam wilayah studi.
2. Data perencaraan pusat kegiatan , tata guna lahan dan perencanaan lainnya untuk masa yang
akan datang sesuai dengan kebutuhan data untuk pemodelan tarikan perjalanan sesuai dengan
zona dalam studi.
3. Kondisi jaringan jalan di masa mendatang, termasuk di dalamnya pekerjaan pengembangan
jaringan jalan dan angkutan umum yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah atau
pengembangan lainnya yang bersifat rencana.
Berdasarkan data-data masukan tersebut, model transportasi dapat dijalankan untuk
mendapatkan pembebanan arus lalu lintas pada jaringan jalan di masa yang akan datang dengan
tahapan sesuai bagan alir pada Gambar 3.14.
Tabel 2.29. Variasi Urutan Tahap Pemodelan
No Urutan Penjelasan
1 G-MS D A
Pada jenis I, perhitungan bangkitan/tarikan dilakukan dengan memisahkan
moda yang digunakan antara kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Dari
pernyataan di atas maka peubah dan parameter yang digunakan berbeda
untuk bangkitan/tarikan dan setiap moda transportasi. Jenis I
mengasumsikan bahwa peubah sosio-ekonomi sangat mempengaruhi
proses dari pemilihan moda.
Pada pendekatan ini juga diasumsikan bahwa setiap moda dianggap saling
bersaing dalam merebut pangsa pasar sehingga penentu jenis pergerakan
menjadi faktor penting dalam penting dalam pemilihan moda.
3 G D-MS A Jenis III mengkombinasikan model pemilihan moda dengan model gravity
dari pesebaran pergerakan yang dilakukan secara bersamaan. Hal ini
menandakan bahwa dalam pemilihan moda ikut mempertimbangkan jenis
pergerakan dan bentuk pergerakannya.
| II-77
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
G G Kete
rang
MS G G - MS D an :
G = Bangkitan Pergerakan
D D - MS D MS
(Trip Generation)
A A A A D = Sebaran/Distribusi
Pergerakan (Trip Distribution)
| II-78
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
CONTRAM 5.09. Gambar 16 menampilkan kerangka pikir pemodelan lalu lintas pada wilkayah
studi.
2.16.3. Bangkitan dan Tarikan
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan
yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu
tata guna lahan atau zona seperti diilustrasikan pada Gambar 2.5. Pergerakan lalu lintas
merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas
ini mencakup :
Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (traffict production atau trip production)
Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi ((traffict attraction atau trip attraction)
i d
Model tarikan pergerakan adalah alat bantu untuk mencerminkan dan menyederhanakan
secara terukur besarnya tingkat pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona.
Sedangkan bangkitan pergerakan digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang
mempunyai tempat asal dan atau tujuan adalah rumah maupun pergerakan yang dibangkitkan
oleh pergerakan berbasis bukan rumah (Ortuzar,1994 dalam Tamin, 2000). Keluaran dari
perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang atau angkutan
barang per satuan waktu serta jumlah orang atau kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu
luasan tanah tertentu dalam satuan waktu untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan perjalanan.
| II-79
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Pola pergerakan dapat dihasilkan jika MAT dibebankan pada jaringan transportasi, dengan
mempelajari pola pergerakan permasalahan yang ada dapat diidentifikasi sehingga dapat
dihasilkan beberapa solusi. MAT dapat memberikan indikasi rinci mengenai kebutuhan akan
pergerakan sehingga MAT memegang peranan penting dalam berbagai perencanaan transportasi.
Metode Furness memodelkan sebaran pergerakan masa mendatang dengan mengalikan
sebaran pergerakan eksisting dengan tingkat pertumbuhan zona asal dan zona tujuan secara
bergantian sampai total sel MAT untuk setiap arah sesuai dengan total sel MAT yang diinginkan.
Pembentukan MAT melalui iterasi dengan metode Furness ini lebih efisien dibandingkan metode
analogi lainnya. Beberapa keuntungan penggunaan metode ini diantaranya:
• Mudah dimengerti dan digunakan dengan data dasar MAT eksisting
• Proses pengulangan sederhana
• Penggunaannya fleksibel
| II-80
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-81
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-82
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Sumber : Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota i038/TBM/1997, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga
| II-83
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
Contents
| II-84
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-85
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-86
DOKUMEN HASIL ANDALALIN
| II-87