Anda di halaman 1dari 2

DETEKSI BAKSO TIKUS DARI SUMENEP : SEMUT SUMENEP SEBAGAI

BIODETEKTOR SENYAWA VOLATILE ORGANIC COMPOUND (VOC) BAKSO


TIKUS MEMANFAATKAN TEORI PATLOV DENGAN METODE GCMS, DAN UJI
MIKROBA
Siti Holifatul Khomaria, Nadira Berliana Cyril, Nailul Karomah
Universitas Brawijaya
sitiholifatulkhomaria@gmail.com

Abstrak

Bakso merupakan makanan yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai rentang usia. Bakso
sangat umum ditemukan di berbagai daerah di indonesia, salah satunya di daerah Sumenep. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan pegawai negeri dinas pertanian dan pangan, terdapat setidaknya 73 pedagang
bakso di daerah ujung timur pulau Madura ini. Antusiasme tinggi masyarakat terhadap bakso seringkali
dimanfaatkan secara tidak etis oleh para produsen dalam proses pengolahannya. Pensubstitusian daging ayam, sapi,
dan kambing dengan daging tikus menjadi salah satu contoh praktik tidak etis yang kerap terjadi. Hasil wawancara
dengan penggiling daging dan penjual bakso di Sumenep menunjukkan bahwa sekitar 55% pelanggan melaporkan
adanya substitusi daging tikus dalam bakso. Kenaikan harga daging ayam dan sapi di Sumenep menjadi faktor
pendorong bagi produsen untuk mencari solusi substitusi yang dapat meningkatkan keuntungan. Penelitian ini
bertujuan menyusun metode efektif melatih semut sebagai pendeteksi bakso tikus, menilai efektivitasnya, dan
menentukan spesies semut terbaik. Dengan memanfaatkan semut sebagai detektor bakso tikus melalui classical
conditioning, empat spesies semut dipilih dan dilatih untuk mengenali aroma bakso tikus. Pengujian melibatkan uji
pembiasan semut serta analisis karakteristik bakso menggunakan FTIR, GC-MC untuk senyawa volatile, dan uji
mikroba dalam mendeteksi mengidentifikasi karakteristik, perubahan, dan kandungan bakso tikus.

Kata Kunci : Daging Tikus, Classical Conditioning, uji FTIR, uji GC-MC, dan Uji Mikroba.

Anda mungkin juga menyukai