BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioassay merupakan analisis atau pengukuran dari sesuatu zat untuk
menentukan keberadaan dan dampaknya. umumnya yang diuji adalah efek
obat dan kadar hormon.pengujiannya boassay merupakan estimasi atau
penentuan konsentrasi atau potensi fisik ,kimia atau zat biologi yang sesuai
dibawah standar set kondisi .dalam bioanalisis respon yang dihasilkan oleh
senyawa uji dibandingkan dengan sampel standar .
Bioassay terutama digunakan untuk standarisasi obat-obatan vaksin,toksin
atau racun ,desinfektan antiseptik dan lain-lain karena ini semua digunakan
atas sistem biologi dalam beberapa atau bentuk lainya .pada praktikum ini
dilakukan pengujian terhadpa beberapa sampel untuk mengetahui adanya
residu dari antibiotik yang diberikan pada hewan .
Secara biologis kerusakan pada telur disebabkan oleh mikroorganisme
diantaranya adalah bakteri. Masuknya bakteri ke dalam telur setelah telur
berada di luar tubuh induknya,misalnya berasal dari kotoran yang menempel
pada kulit telur. Kotoran diantaranya adalah feses, tanah, atau suatu bahan
yang banyak mengandung bakteri perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur
melalui kulit telur yang retak atau menembus kulit ketika lapisan tipis protein
yang menutupi kulit telur telah rusak,dan lubang-lubang kecil yang terdapat
pada permukaan telur yang disebut pori-pori sehingga menyebabkan
kerusakan pada telur.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam prcobaan ini yaitu bagaimana cara
mengetahui sampel daging dan telur mengandung residu antibiotik?
C. Tujuan
Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui sampel daging dan telur
mengandung residu antibiotik.
D. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini yaitu mampu menberikan informasi terkait
bahan makan asal hewan berupa daging maupun telur yang mengandung
residu antibiotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Produksi senyawa antibiotik baru penghambat/pembunuh mikrobia eu-
kariot patogen.Selain sulitnya menemukan antibiotik baru juga sulit
memproduksinya . Beberapa medium dan kondisi optimal yang cocok perlu
dicoba untuk penghasilan antibiotik. Beberapa faktor substrat berpengaruh
terhadap mekanisme biosintesis antibiotik yang bersangkutan,misalnya sumbe
karbon (C), nitrogen (N) dan beberapa vitamin (margino,2008).
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika dapat digolongkan menjadi
beberapa golongan, yaitu golongan -laktam seperti penisilin, ampisilin,
golongan aminoglikosida seperti gentamisin, streptomisin,golongan
tetrasiklin seperti tetrasiklin,oksitetrasiklin, golongan makrolida seperti tilosin,
tilmikosin,golongan peptide seperti basitrasin,colostin golongan polieter
seperti salinomisin,monensin dan golongan kloramfenikol contohnya seperti
kloramfenikol, tiamfenikol. Berdasarkan daya kerja antibiotik dapat
digolongkan menjadi 2 sifat, yaitu bersifat kemampuan spektrum luas (Broad
Spectrum), yang artinya antibiotika memiliki kemampuan melawan sejumlah
besar bakteri patogen (daya kerja luas). Sebagai contoh dalam golongan ini
adalah tetrasiklin. Kemudian sifat lainnya adalah spektrum sempit (Narrow
Spectrum), yang artinya antibiotika memiliki daya kerja sempit atau spesifik,
misalnya antibiotika penisilin(Yuningsih,2010).
Analisis residu antibiotik dalam makanan asal hewan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode instrumen berbasis kimia, seperti Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Spektrofotometri Massa (MS) dan metode
bioassay, seperti mikrobiologi, Enzyme Linked ImmunoSorbent Assay
(ELISA). Metode Bioassay berbasis mikrobiologi memberikan keuntungan
seperti, proses analisis mudah dan ekonomis, karena tidak memerlukan
instrument yang sangat mahal (Daode,2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Autoclave
- Batang pengaduk
- Botol Selai
- Bunsen
- Cawan Petri
- Erlenmeyer 100 ml, 250 ml, 500 ml
- Gelas Kimia 100 ml, 500 ml
- Gelas Ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml
- Hot Plate
- Inkubator
- Labu Takar 25 ml, 100 ml, 1000 ml
- LAF (Laminar Air Flow)
- Lumpang dan Alu
- Ose Bulat
- Ose Lurus
- pH meter
- Pipet Mikro
- Pipet Tetes
- Pinset
- Rak Tabung
- Sentrifuge
- Spatula
- Spoit 3 ml, 5 ml, 10 ml
- Tabung Reaksi
- Tabung sentrifuge
- Timbangan analitik
- Vial
- Vortex
- Waterbath
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Agar
- Alkohol 70%
- Aluminium foil
- Aquades
- Aqua Pro Injection (API)
- Daging Ayam
- Daging Kambing
- Daging Sapi
- Ekstrak Beef
- Injeksi Kanamisin
- Kapas
- Kassa
- KH2PO4
- NaCl
- NaCl fisiologis
- Na2HPO4
- Paper Disk
- Pepton
- Spiritus
D. Uraian Obat
1. Kanamycin Sulfat Injeksi (Kanamycini Sulfatis Injection) (Ditjen POM,
1979;334-335)
Kandungan : Injeksi kanamycin sulfat mengandung
kanamycin sulfat. C18H36N4O11 H2SO4
tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari jumlah yang tertera pada
etiket.
Struktur Kimia :
(Bacillus Subtilis)
E. Prosedur kerja
Pepton
- Ditimbang 5 g
Pepton
- Ditimbang 5 g
- Dikocok
Hasil Pengamatan
- Dilarutkan - Dilarutkan
dengan sedikit dengan sedikit
aquades - Dicampurkan aquades
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Kanamisis
4. Preparasi Sampel
- Dipotong kecil-kecil
LarutanUji
LarutanUji
5. PengujianMikrobiologi
Media Cair
- Dimasukkansporasebanyak 5 ml
- Dihomogenkan
Media Padat
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hari ke Hari ke 5
Hari ke Hari ke 6
Hari ke 3 Hari ke 7
Hari ke 4
1. - - - - -
2 - - - - -
3 - - - - -
Keterangan :
1. Larutan Baku Kanamycin 4 ppm
2. Larutan Baku Kanamycin 2 ppm
3. Larutan Baku Kanamycin 1 ppm
4. Larutan Baku Kanamycin 0,5 ppm
5. Larutan Baku Kanamycin 0,25 ppm
b) Daging Ayam
1 0,6 - -
2 2,3 - 0,1
c) Daging Kambing
1 2,43 - -
2 1 - -
3 1,2 - -
d) Daging Sapi
1 1,76 - -
2 1,66 - -
3 1,76 - -
1 2,43 - -
2 2,2 - -
3 1,36 0,36 -
1 1,13 - -
2 0,83 - -
3 1,9 - -
g) Telur Bebek
1 1 - -
2 1,2 0,23 -
3 0,9 1,2 -
4 . 20
x = 1000
x = 0,08 ml
80 l
2. 20
x = 1000
x = 0,04 ml
40 l
1. 20
x = 1000
x = 0,02 ml
20 l
0,5. 20
x = 1000
x = 0,01 ml
10 l
0,25. 20
x = 1000
x = 0,005 ml
5 l
1) Daging Ayam
a) Kontrol Positif
Cawan Petri 1
0,9+ 0,5+0,4
= 3
1,8
= 3
= 0,6 cm
Cawan Petri 2
1,6+ 2,4+2,9
= 3
6,9
= 3
= 2,3 cm
Cawan Petri 3
0,9+ 0,8+0,5
= 3
2,2
= 3
= 0,73 cm
b) Kontrol Negatif
Cawan Petri 3
1
= 3
= 0,33 cm
c) Sampel
Cawan Petri 2
0,3
= 3
= 0,1 cm
Cawan Petri 3
0,4+0,4 +0,4
= 3
1,2
= 3
= 0,4 cm
2) Daging Kambing
Kontrol Positif
Cawan Petri 1
2,9+ 1,7+2,6
= 3
7,2
= 3
= 2,4 cm
Cawan Petri 2
1+1+1
= 3
3
= 3
= 1 cm
Cawan Petri 3
1,1+1,3+1,2
= 3
3,6
= 3
= 1,2 cm
3) Daging Sapi
Kontrol Positif
Cawan Petri 1
2+1,5+1,8
= 3
5,3
= 3
= 1,76 cm
Cawan Petri 2
1,7+ 1,6+1,7
= 3
5
= 3
= 1,67 cm
Cawan Petri 3
1,8+ 1,7+1,8
= 3
5,3
= 3
= 1,76 cm
Kontrol Positif
Cawan Petri 1
1,5+1+ 0,9
= 3
3,4
= 3
= 1,13 cm
Cawan Petri 2
0,9+ 0,8+0,8
= 3
2,5
= 3
= 0,83 cm
Cawan Petri 3
2,8+ 1,5+1,4
= 3
5,7
= 3
= 1,9 cmp
a) Kontrol Positif
Cawan Petri 1
3,3+ 1,7+2,3
= 3
7,3
= 3
= 2,43 cm
Cawan Petri 2
6,6
= 3
= 2,2 cm
Cawan Petri 3
1,3+1,4 +1,4
= 3
4,1
= 3
= 1,36 cm
b) Kontrol Negatif
Cawan Petri 3
0,4+0,4 +0,3
= 3
1,1
= 3
= 0,36 cm
6) Telur Bebek
a) Kontrol Positif
Cawan Petri 1
0,9+ 1,1+ 1
= 3
3
= 3
= 1 cm
Cawan Petri 2
1,3+1,1+1,2
= 3
3,6
= 3
= 1,2 cm
Cawan Petri 3
0,9+ 0, 9+0,9
= 3
2,7
= 3
= 0,9 cm
b) Kontrol Negatif
Cawan Petri 2
0,3+ 0,3+0,1
= 3
0,7
= 3
= 0,23 cm
Cawan Petri 3
1,3+1,1+1,2
= 3
3,6
= 3
= 1,2 cm
B. Pembahasaan
Residu antibiotika adalah senyawa asal dan/atau metabolitnya yang
terdapat dalam jaringan produk hewani dan termasuk residu hasil uraian
lain nya dari antibiotika tersebut. Residu dalam bahan pangan meliputi
senyawa asal yang tidak berubah, metabolit dan/atau konjugat lain.
Beberapa metabolit obat diketahui bersifat kurang atau tidak toksik
dibandingkan dengan senyawa asalnya, namun beberapa metabolit
bersifat lebih toksik.
Metode uji tapis pada umumnya merupakan Uji kualitatif atau
semi kuantitatif. Uji ini didesain agar dapat memberikan hasil positif atau
negatif yang mengindikasikan hadir atau tidaknya residu antibiotika dalam
daging dan telur atau dalam bentuk lainnya. Uji tapis ini tidak dapat
mengidentifikasi secara spesifik residu antibiotika yang ada dalam
sampel. Uji ini berfungsi untuk mengidentifikasi kehadiran residu
antibiotika dengan cepat, mudah digunakan dan relatif tidak mahal. Salah
satu metode uji tapis yang umum digunakan untuk mendeteksi residu
antibiotika pada pangan, termasuk daging dan telur adalah bioassay.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hsil uji maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan
yang dilakukan pada sampel daging ayam ,daging kambing ,daging sapi
,telur ras ,telur ayam kampung ,dan telur bebek, positif mengandung
antibiotic adalah daging ayam.
B. SARAN
Sebaiknya dalam pengerjaan praktikum ini tetap dilakukan secara
aseptik dan dengan ketelitian tinggi agar tidak ada mikroorganisme yang
tidak diharapkan tumbuh.
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional (BSN) 2010. Standar Nasional Indonesia SNI
7587.3:2010. Metode Uji Residu Antibiotik secara Enzyme Linked
Immunoassay (ELISA) pada ikan dan udang-Bagian 3:
Chloramphenicol (CAP) Dewan Standarisasi Nasional DSN. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN) 2007. SNI 01-2705-2005. Udang Beku.
Dewan Standarisasi Nasional DSN. Jakarta.
Daodee, S., Wangboonskul, J., Jarukamjorn, K., Sripanidkulchai, B., dan
Murakami, T. (2007). Membrane Transport of Andrographolide in
Artificial Membrane and Rat Small Intestine. Pakistan Journal of
Biological Sciences 10(12): 2078-2085.
Ditjen POM ( 1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:Departemen
Kesehatan RI. Hal. 15, 746, 748.
Ditjen POM ( 1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I. Hal. 450-451, 1124, 1144, 1165, 1210.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang
Hatmanti, A. 2000. Penganalan Bacillus spp. Oseana, Vol. XXV, No.1, 200: 31-
41, ISSN 0216-1877.
Margino, S., 2008. Produksi metabolit sekunder (antibiotik) oleh isolat jamur
endofit Indonesia. Majalah Farmasi Indonesia,1 9: 86 94.
Noviana, L. dan Budi R., 2009, Viabilitas Rhizobakteri Bacillus sp. DUCC-BR-
K1.3 pada Media Pembawa Tanah Gambut Disubstitusi dengan Padatan
Limbah Cair Industri Rokok, Bioma, Vol. 11, No. 1, ISSN: 1410-8801.
Windyaswari sri ari , Faramayuda Fahrauk dan Dessy Ratnasari, 2015 , Kajian
Pendahuluan Potensi Anti Kanker Dengan Uji Toksisitas Metode Brine
Shrimp Test (Bslt) Terhadap Ekstrak Etanol Dan Fraksi-Fraksi Dari
Kulit Batang Kemiri Aleurites Moluccana (L.) Willd.Jurnal Ilmiah
Farmasi, Jun 2015, 3(1), 1-7ISSN 2354-6565.
LAMPIRAN
Skema Kerja
500 ml
AquadesPepton
5 g Pepton 1,25 g NaCl
Pepton
3,7 g Beef Extract 15-18 g bacto agar
NaCl fisiologis 20 ml
- Dipanaskan
- Disentrifus
- Dibuang supernatant
- Ditambahkan NaCl
fisiologis
- Dikocok
- Dimasukkan dalam
refrigerator 18-24 jam
Tabung Sentrifus - Dipanaskan kembali 30
menit
- Disentrifus
- Diambil supernatant
- Disimpan sebgai spora
Disterilkan
Disterilkan
- Diencerkan
dengan 20 ml
4 ppm 2 ppm 1 ppm 0,5 ppm 0,25 ppm
larutan dapar
fosfat nomor 2
- Direndam paper
disk
e. Preparasi sampel
1) Preparasi Sampel Daging
- Dihaluskan
- Ditambahkan 10 ml dapar
fosfat Nomor 2
- Disentrifus
- Diambil supernatan
- Direndam paper disk
2) Preparasi Telur
f. Pengujian Mikrobiologi
Dihomogenkan
Diambil 10 ml dan dimasukkan
ke dalam cawan petri
1 2
c a
5 3 Paper disk berisi larutan
4 b
Keterangan:
a : Kontrol Positif (Larutan stok kanamisin 1000 ppm)
b : Kontrol Negatif (Larutan Dapar Fosfat Nomor 2)
c : Sampel Uji(Larutan sampel daging dan telur)
1 : Larutan Kanamisin 4 ppm
2 : Larutan Kanamisin 2 ppm
3 : Larutan Kanamisin 1 ppm
4 : Larutan Kanamisin 0,5 ppm
5 : Larutan Kanamisin 0,25 pp