Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS BIOMEDIK

APT. DIAN INDRAYANTI., M.FARM | UNIK


KONTRAK
PERKULIAHAN
• Perkuliahan Dilakukan Secara Daring
• Maksimal Keterlambatan 15 Menit
• Penilaian :
 Kehadiran 10%
 Tugas Individu / Kelompok / Aktif dalam Diskusi 30%
 UTS 30%
 UAS 30%
DEFINISI BIOLOGI MOLEKULER
Ilmu yang mempelajari fungsi dan organisasi jasad hidup
(organisme, ditinjau dari struktur dan regulasi molekuler unsur atau
komponen penyusunnya.

PERAN BIOMOLEKULER DALAM


KEHIDUPAN
• Beberapa Teknik Molekuler telah digunakan secara luas seperti penelitian
mengenai gen, protein, interaksi antar gen, lingkungan dan penyakit
• Penemuan baru dalam bidang biologi molekuler dapat menyingkap misteri dibalik
penyakit dahulu yang tidak diketahui asal usulnya, terapi gen, dan produk produk
bioteknologi.
Bioanalisis merupakan salah satu ilmu terapan yang bermanfaat dan memberikan dukungan yang
cukup besar terhadap kemajuan berbagai aspek ilmu yang lain, diantaranya untuk pengembangan obat
baru, studi bioavailabilitas dan bioekivalensi, studi dasar penelitian biomedik dan farmasetik, serta
penyalahgunaan obat dan farmasi forensik.

Perkembangan dan aplikasi dalam bioanalisis sendiri tidak lepas dari dukungan ilmu-ilmu terkait
diantaranya ilmu farmakologi, mikrobiologi, farmakokinetika, toksikologi, kimia analisa dan
rancangan obat (Quantitative Structure Activity Relationship/QSAR).

Pengetahuan tentang sifat fisika-kimia suatu senyawa, berbagai metode ekstraksi, dan metode analisa
misalnya kromatografi, spektroskopi, atau radiokimia sangat mendukung dalam penanganan awal
sampel biologis serta penetapan kadar obatnya.
PERBEDAAN BIOASSAY DAN BIOANALISIS ADALAH:
 Bioassay : analisa kuantitatif atau kualitatif suatu senyawa (obat), sediaan
obat atau wadah obat dengan melibatkan sistem hayati
 Bioanalisis: analisa kuantitatif atau kualitatif suatu senyawa (obat) dalam
sampel biologis (penetapan kadar obat dalam cairan hayati)
BIOASSAY
Paul Ehrlich

• Sejarah bioassay

BERMULA PADA AKHIR ABAD KE-19 PAUL EHRLICH


MENELITI STANDARISASAI ANTITOKSIN DIFTERIA,
SEJAK SAAT ITU BIOASSAY TIDAK HANYA
DIGUNAKAN DALAM FARMAPOLOGI, NAMUN JUGA
DIGUNAKAN PADA CABANG SCINCE YANG LAIN,
SEPERTI PATOLOGI TUMBUHAN.
• Bioassay adalah sebuah metode yang
dirancang untuk menganalisis suatu
senyawa oleh dosis yang sesuai terhadap 
sistem biologi seperti binatang, jaringan,
Pengertian Bioassay mikroba dll
• analisa kuantitatif atau kualitatif suatu
senyawa (obat), sediaan obat atau wadah
obat dengan melibatkan sistem hayati.
• Sistem hayati adalah: media hidup yang
digunakan untuk analisis hayati.
Media
1. Hewan utuh (whole animal) atau organ terisolasi
(isolated organ) pada analisis hayati dengan
binatang.
2. Mikroorganisme
3. Enzim atau antibodi pada reaksi antigen-antibodi
4. Kultursel
RUANG LINGKUP DAN ARTI PENTING BIOASSAY
Ruang Lingkup Bioassay
 Farmakologi dan Mikrobiologi
• Menentukan potensi dan efi obat
• Menentukan nilai ED (effective dose) suatu obat
• Keperluan diagnosa
 Farmakokinetika
• Menetapkan nilai MEC, MTC suatu obat atau MIC (antibiotika)
• Menetapkan nilai parameter farmakokinetika (Vd, Kel, T ½ , Ka, dsbnya)
• Analisis obat di dalam material biologis, bila analisis Fisika Kimia tidak
memadai
 Toksikologi
• Mencari toksisitas obat (obat baru)
• Menetapkan Dosis Toksik (TD-50 atau LD-50, IC-SO)
 Rancangan Obat (QSAR = Quantitative Structure – Activity Relationship)
• Meneliti Hubungan Struktur Obat dengan Aktivitas Biologis (untuk
menentukan potensi suatu obat
Arti Penting Bioassay
Latar Belakang Analisis obat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Fisikokimiawi (F-K)
2. Analisis hayati Namun analisis secara fisikokimiawi tidak selalu menggambarkan potensi
obat, sehingga analisis atau uji hayati lebih menguntungkan. Juga karena adanya beberapa
alasan spesifik lain diantaranya:
 Identitas zat aktif belum jelas (misalnya hormon paratiroid).

 Struktur kimia diketahui, metode fisikokimia yang memadai belum ada (insulin). Gugus
aktif fisikokimiawi belum tentu merupakan gugus aktif biologi/farmakologi.
 Obat/sediaan merupakan campuran kompleks dengan berbagai struktur dan aktivitas
(preparat digitalis).

 Belum ada cara pemumian yang memadai untuk suatu senyawa sehingga analisa fisika
kimia tidak memungkinkan (contoh: vitamin D dari minyak ikan masih belum dapat
dipisahkan secara murni sehingga belum benar-benar bebas dan kontaminan).

 Analisa F-K tak mampu membedakan isomer aktif dan tidak aktif sehingga yang
ditetapkan merupakan kadar isomer total, jadi hasil analisis F-K tidak menggambarkan
aktifitas biologis yang sebenarnya.[contoh: kalsium pantotenat ada dua bentuk isomer
dektro (D) dan levo (L) tetapi yang aktif Ca-D-Pantotenat sedangkan bentuk Ca-L-
Pantotenat tidak aktif].
 Untuk beberapa obat analisis hayati lebih spesifik, sensitive dan praktis dibandingkan
dengan analisa fisikokimiawi (contoh untuk vitamin B12 dan INH) 7.
 Pada perkembangan QSAR

Disamping memiliki kelebihan, analisis hayati memiliki kekurangan yaitu:


1. Presisi dan akurasinya lebih rendah dibanding analisis secara fisika kimia, hal ini
bisa dilihat dariharga ralat rawu dan ralat sistematiknya
2. Teknik pelaksanaan lebih rumit dan perlu keahlian tertentu
3. Biaya biasanya lebih mahal
4. Waktu pelaksanaan lebih lama
KLASIFIKASI BIOASSAY
Bioassay Kualitatif
Bioassay kualitatif merupakan cara pemeriksaan kualitatif
obat/sediaan obat atau wadah obat (alat-alat infuse, injeksi)
dengan memanfaatkan fenomena biologis yang timbul.

Termasuk dalam bioassay kualitatif diantaranya:


1. Uji pirogen
2. Uji sterilitas
3. Uji mikrobia
4. Uji toksisitas
5. Penetapan angka antigen
Bioassay atau uji hayati diklasifikasikan dalam uji hayati kualitatif dan kuantitatif.
• Uji hayati kualitatif diantaranya meliputi uji pirogen, uji sterilitas, uji mikrobia,
uji toksisitas dan penetapan angka antigen,
• Uji hayati kuantitatif mempelajari hubungan dosis respon, baik dari efek quantal
maupun efek gradual.

Interaksi antara obat dan organisme hidup akan dipelajari dalam dua bagian ilmu
yaitu:
• Farmakodinamika (mempelajari pengaruh obat terhadap tubuh organisme) ƒ
• Farmakokinetika (mempelajari pengaruh tubuh organisme terhadap obat)
UJI PIROGENITAS
• Uji pirogenitas yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu Sediaan Uji Steril bebas pirogen atau tidak ƒ
• Pengujian dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci
yang disebabkan penyuntikan intravena sediaan uji steril
• Heƒwan percobaan: kelinci (syarat: seminggu sebelum pengujian
tidak menunjukkan penurunan bobot badan) ƒ
• Hewan percobaan tidak dapat digunakan jika:
 Tiga hari sebelumnya dipakai untuk pengujian pirogenitas,
hasil negative.
 Tiga minggu sebelumnya digunakan untuk pengujian
pirogenitas sediaan uji tidak memenuhi syarat.
 Telah digunakan kapan saja untuk pengujian pirogenitas
tetapi respon rata-rata kelompok kelinci melebihi 1,2
UJI PIROGENITAS
Alat:
1. Termometer atau termometer listrik - ketelitian skala 0,10 - dapat dimasukkan ke dalam rektum
kelinci sedalam ±5 cm
2. Alat suntik (terbuat dan kaca atau bahan lain yang cocok, tahan pemanasan pada suhu 25 derajat

Sediaan uji :
3. Dibuat dari zat uji dengan melarutkan atau mengencerkannya menggunakan larutan natrium
klorida P steril bebas pirogen atau jika zat uji berupa larutan yang sesuai dapat langsung
digunakan.

Pengujian
pengujian meliputi dua tahap yaitu:
4. Pendahuluan hewan uji disuntik dengan larutan NaCl P steril bebas pirogen (10 ml/kgBB, i.v.)
1-3 hari sebelum pengujian.
5. Pengujian Utama: sediaan uji (dihangatkan, ± 38,50 )
6. Disuntikkan perlahan ke dalam vena auricularis tiap kelinci dan dilakukan evaluasi
PENAFSIRAN HASIL (penafsiarn hasil dilakukan menurut Farmakope
Indonesia Edisis III atau IV).
Penafsiran hasil dibedakan untuk:
1. Hewan pencobaan (kelinci)
2. Sediaan uji Persyaratan penafsiran hasil pembacaan suhu (respon)
dibaca sesuai petunjuk dan dibandingkan dengan daftar pada tabel
UJI STERILITAS
Maksud Uji: untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi/yeast yang
hidup dalam sediaan zat yang diperiksa.
Jumlah sampel: kecuali dinyatakan lain digunakan jumlah sampel seperti tertera
dalam table.
Sediaan Uji: dibuat menggunakan zat uji sejumlah tertera pada tabel atau sisa pada
membran penyaring 450 nm yang diperoleh sebagai berikut:
1. Zat uji berupa larutan atau cairan (> 10 ml) atau antibiotika disaring lebih dahulu
dengan penyaring membran.
2. Zat uji berupa serbuk: dilarutkan atau disuspensikan menggunakan pelarut steril
yang cocok.
3. Larutan atau suspensi minyak dikocok dahulu dengan pelarut yang cocok, disaring
melalui penyaring membran.
Medium Perbenihan (Ada dalam daftar Farmakope Edisi III) ƒ
• Kuman Indikator
 B. aerob
 Bacillus substillis DKBS
 Sarcina lutea DKSL
 B. anaerob:
 Bacteoroides vulgatus DKBV
 Clostridium sporogenes DKCS
 Ragi/yeast dan jamur: Candida albicans DKCA

Uji Pendahuluan: (FI ed. III)


 Uji fertilitas medium perbenihan
 Uji efektifitas medium penbenihan ƒ

Penafsiran Hasil
Zat uji dinyatakan memenuhi syarat sterilitas, jika pada masing-masing tabung tidak
terdapat pertumbuhan jasad renik
UJI MIKROBIAL UJI BATAS JASAD RENIK (BACTERIOLOGICAL TEST)
Uji dilakukan untuk: menetapkan banyaknya mikroba (jasad renik) aerob hidup yang
terdapat dalam zat atau untuk menyatakan zat bebas cemaran jasad renik tertentu. ƒ

Pengujian meliputi:
a. Perhitungan banyaknya mikroba aerob dihitung jumlah koloni pertumbuhan
bakteri tiap gram atau ml sediaan yang diuji.
b. Pengujian bebas jasad renik meliputi: ƒ
• Uji bebas Staphyllococcus dan Pseudomonas
 Uji koagulasi (untuk Staphyllococcus aureus)
 Uji oksidase (untuk Pseudomonas aeruginosa) ƒ
• Uji bebas Salmonella dan Escherichia coli

Sediaan uji dinyatakan bebas, jika tiap cawan uji tidak menunjukkan tanda-tanda
seperti tertera pada persyaratan Farmakope Indonesia ed. III).
UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas (ketoksikan) secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Uji ketoksikan tak khas: uji ketoksikan akut, sub akut/subkronis,
kronis dan uji potensiasi.
2. Uji ketoksikan khas, meliputi: uji keteratogenikan, kemutagenikan,
kekarsinogenikan dan uji reproduksi
UJI KETOKSIKAN AKUT
• Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik sesuatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat
(24 jam).
• Takrif: uji ketoksikan sesuatu senyawa yang diberikan atau dipejankan dengan dosis tunggal
pada hewan uji tertentu, dan pengamatannya dilakukan selama 24 jam.
• Tujuan:
 Untuk menetapkan potensi ketoksikan akut, yakni kisaran dosis letal atau dosis
toksik obat terkait pada 1 jenis hewan uji atau lebih.
 Untuk menilai berbagai gejala toksik yang timbul, adanya efek toksik yang khas, dan
mekanisme yang memerantarai kematian
• Data:
 Tolok ukur kuantitatif : kisaran dosis Ietal/toksik,
 Tolok ukur kualitatif: gejala toksik, wujud, mekanisme efek toksik
Dosis letal tengah (LD-50) atau dosis toksik tengah (TD-50): suatu besaran yang diturunkan
secara statistik, guna menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat
mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan uji. Beberapa metode
yang digunakan untuk menghitung harga LD-50:
o Metode grafik Lithfield dan Wilcoxon
o Metode kertas garfik probit logaritma (Miller -Tainter)
o Metode rata-rata bergerak Thompson-Weil
o Menurut Farmakope Indonesia
Dasar : kekerabatan antara dosis dan % hewan yang menunjukkan respon
PENETAPAN HAYATI ANTIGEN DAN ZAT ANTI
 Antigen: Senyawa asing yang masuk/dimasukkan ke dalam tubuh dan menyebabkan timbulnya
respon.
 Hewan percobaan : Kecuali dinyatakan lain, digunakan marmut atau mencit yang memenuhi
persyaratan berikut:
 Marmut: Sehat, bobot tidak kurang dari 250 g; untuk perc. kulit, digunakan marmut putih atau
berwama muda; untuk percobaan Bebas keracunan, bobot tidak lebih dari 350 g.
 Mencit: Sehat, bobot tidak kurang dari 17 g dan tidak lebih dari 20 g, umur dan galur
seragam.
 Syarat umum: hewan belum pernah diberi zat yang dapat mengganggu percobaan
 Sediaan baku. Kecuali dinyatakan lain, digunakan baku yang tertera pada baku hayati dan satuan
aktivitas
PENETAPAN HAYATI (P.H.) ANTIGEN (FARMAKOPE INDONESIA ED. II)
MELIPUTI:

1. P. H. SERUM ANTITOKSIN DIFTERI


2. P.H. SERUM ANTIRABIES
3. P. H. SERUM ANTITOKSIN TETANUS
4. P. H. SERUM ANTIBISA ULAR MONOVALEN
5. P.H. VAKSIN CHOLERA
6. P.H. VAKSIN PERTUSIS
7. P.H. VAKSIN POLIO
8. P.H. TOKSIN PERCOBAAN SCHICK
• BIOASSAY KUANTITATIF
• Bioassay kuantitatif merupakan cara penetapan potensi obat dengan mengamati efek biologis.
Efek biologis ini digolongkan dalam dua bagian besar yaitu respon farmakologis (respon yang
terjadi atau mempengaruhi satu system tertentu pada tubuh organisme) dan respon biologis
(respon terjadi atau mempengaruhi pada seluruh tubuh organisme). Contoh respon farmakologis
misalnya: efek hipoglikemik insulin, efek isoproterenol pada denyut jantung, efek norepinefrin
pada tekanan darah dan efek oksitosin pada kontraksi otot uterus. Contoh untuk respon biologis
adalah stimulasi pertumbuhan mikro organisme karena pemberian vitamin.

• Pada bab ini akan dijelaskan tentang:


• 1. Hubungan dosis - respon secara kuantitatif
• 2. Efek quantal
• 3. Efek gradual
HUBUNGAN DOSIS - RESPON
•Yaitu: hubungan antara jumlah obat dan besarnya efek (respon) yang ditimbulkan.
•Syarat agar dapat dilakukan evaluasi hubungan dosis respon, efek obat harus memiliki 2 sifat yaitu:
•o Harus dapat diukur (bila berupa data kualitatif harus diubah ke data kuantitatif)
•o Harus mempunyai nilai Nol pada saat Dosis = 0, sehingga perubahan dosis dapat diamati perubahan
efeknya
•Penggambaran kurva:
•o Dosis: digambar pada bagian absis (independent variable)
•o Efek: digambar pada sisi ordmnat (dependent variable)

•Setelah pemberian obat:


•Efek tergantung waktu dan dosis sehingga efek merupakan fungsi dan keduanya.
•E =f(t,D)
•Respon farmakologi dapat dibedakan menjadi 2:
•1. Graded respon (respon bertingkat)
•2. Quantal respon

•Respon Bertingkat
•- Kenaikan dosis akan menyebabkan kenaikan respon individu secara teratur (pada satu sistem hayati)
• Efficacy obat: ukuran kemampuan intrinsik obat untuk menghasilkan efek
(kemanjuran obat), penting dalam terapi.
• Potency obat:
• - Menunjukkan besaran dosis
• - kurang penting dalam terapi (Iebih penting efek)
• - dipengaruhi oleh proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi Suatu obat
kadang memiliki efikasi lebih besar dibanding obat lain tetapi potensinya lebih kecil,
namun bisa juga memiliki efikasi dan potensi yang lebih besar dibanding obat lain.

• Misal: obat B (obat-obat basa lemah: morfin, digoxin, diazepam)


• obat A (obat-obat asam lemah: asam salisilat, parasetamol)
RESPON QUANTAL

• Pada respon quantal ada dua kemungkinan: yaitu ada atau tidak ada efek,
disebut juga All or None effect dan sistem hayati yang digunakan adalah
satu kelompok bukan perindividu. Contoh: uji efek tidur untuk obat
golongan Barbiturat, maka yang diperhatikan adalah efek bisa menidurkan
atau tidak bisa, intensitas tidurnya tidak diperhatikan, sehingga data yang
diperoleh berupa frequensi tidur hewan uji (berapa jumlah hewan uji yang
tidur dalam tiap kelompoknya).
PENETAPAN HAYATI DENGAN HEWAN PERCOBAAN
• Penetapan hayati dengan hewan percobaan bisa dilakukan dengan hewan utuh maupun
dengan mengambil bagian khusus dari hewan uji (organ terisolasi). Kelebihan
penggunaan hewan utuh dibanding organ terisolasi yaitu:
• • Pada hewan utuh (whole animal) memberikan overall/net effect dari suatu obat karena obat tetah
mengalami penistiwa
• o Absorpsi
• o Distribusi
• o Metabolisme
• o Ekskresi

• Seperti halnya saat digunakan pada manusia.


• • Faktor koreksi karena perbedaan kondisi percobaan diharapkan tidak terlalu besar. Penggunaan
organ terisolasi juga memiliki keuntungan dibanding uji dengan hewan utuh:
• • efek obat bisa langsung pada tempat sasaran
• • dibutuhkan dosis yang lebih kecil untuk menimbulkan efek
PENETAPAN HAYATI DENGAN HEWAN UTUH
Materi yang akan disampaikan meliputi:
• 1. Jenis-jenis hewan uji, dan persyaratan untuk hewan uji yang bisa digunakan dalam percobaan.
• Syarat-syarat Media Hidup:
• Hewan Utuh: strain dan jenis kelamin sama, berasal dari biakan murni, berat badan seragam.
• Organ Terisolir: berasal dan satu binatang, biakan murni dan persyaratan lain sama dengan hewan utuh.
• Mikroorganisme : dipilih yang sesuai dengan tujuan penelitian; berasal dari biakan murni; satu strain; pembiakan.,
pemeliharaan dan penyimpanan memenuhi standar baku.

• Alternatif Biakan Murni:


• Diketahui asal usulnya
• Bersumber dan satu induk

• Sebelum digunakan untuk pengujian hewan uji harus dikondisikan selama kira-kira 2 minggu dan diamati perkembangan
:
• kesehatan hewan uji
• pertumbuhan hewan uji (korelasi umur dengan berat badan)
• pertambahan berat badan rata-rata (± 10 %)
• suhu badan normal (± 1 0C)
• tinja normal (tidak ada parasit)
• makanan (komposisi, kadar, jumlah), diusahakan tetap
Jenis-jenis hewan uji yang sering digunakan dalam percobaan:
• 1. Mencit
• 2. Tikus
• 3. Marmot
• 4. Kelinci
• 5. Merpati
• 6. Kucing
• 7. Anjing
• 8. Domba
Persyaratan pemeliharaan meliputi kandang, pakan, minum dan cara penanganan hewan uji
Kandang :
• ukuran dan jenis bahan harus disesuaikan dengan hewan uji
• bahan plastic, sifat ringan dan mudah dipindahkan
• alas kandang bisa berupa grajen, kawul atau sekam padi
• alas sebaiknya diganti tiap 3 hari sekali
• jumlah hewan uji tiap kandang harus proporsional, jangan sampai berdesakan
Pakan :
• komposisi komponen penyusun harus disesuaikan dengan syarat ideal pertumbuhan masing-
masing hewan uji
• jumlah dan jenis makanan juga harus disesuaikan
Minuman :
• direbus lebih dulu
• jumlah cukup
• wadah dibersihkan minimal 3 hari sekali

Penanganan hewan uji:


• Hewan uji harus diperlakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang untuk mencegah stress
• Kucing, kelinci, marmot dipegang pada bagian tengkuk
• Tikus dan mencit dipegang pada ekor

Berat badan ideal untuk percobaan:


• Mencit : 20 - 40 g
• Tikus : 150 - 250 g
• Marmot : 300 - 500 g
• Kelinci : 1,5 - 2,5kg
• Kucing : > 2,5 kg
• Merpati :100 – 200 g
• Anjing :10 – 16 kg
Pemilihan hewan uji:
􀂃 Kesesuaian atau kesamaan dengan manusia: misalnya susunan saluran pencernaan,
susunan kulit, sisitem enzim atau fungsi lain.
􀂃 Kepraktisan dipandang dari sisi analisis dan ekonomis: meliputi jumlah dan harga.
􀂃 Ekstrapolasi hasil harus mempertimbangkan adanya variasi antar spesies
• Faktor penyebab variasi antar spesies:
• a. Fase Absorbsi
• - waktu transit (lama waktu pengosongan lambung)
Cara pengorbanan hewan uji:
- secara kimiawi, menggunakan eter, C02,
• - pH tempat absorbsi (saluran cerna)
pentobarbital
• - keadaan makanan (puasa atau tidak)
- secara fisik, dislokasi leher
• - microbial
• - aliran darah
• - jenis hewan (carnivore atau herbivore)

• b. Fase Distribusi
• - aliran darah organ
• - koefisien partisi
• - derajat ionisasi
• - ikatan obat dengan protein plasma

• c. Fase Metabolisme
• - aliran darah organ
• - defisiensi enzim
• d. Fase Ekskresi
• - aliran darah organ
• - pH urin
CONTOH-CONTOH UJI HAYATI MENGGUNAKAN HEWAN UTUH
GLUKAGON
(HGF = Hypoglycemic Glycogenolytic
Factor)
Prinsip:
• Pengukuran peningkatan kadar gula darah
pada kucing: sehat, dipuasakan atau
dianesthesi
• Pemberian secara intravena
• “alternating dosis” sampel dan standard
DIGITALIS (Tanaman, Digitalis purpurea)
Prinsip:
o Glikosida kardioaktif terdiri atas: digitosin dan gitoxin
o Saponin like glicosides: golongan digitonin tetapi hampir tidak mempunyai efek pada jantung.
• digitoflavin
• digitophyllin
• lipid dan karbohidrat
o Glikosida kardioaktif: mempunyai struktur kimia dan aktivitas farmakodinamika yang sama, tetapi berbeda pada:
• potensi
• absorpsi di saluran gastro intestinal.
• onset dan durasi

Prosedur:
• hewan uji: digunakan merpati teranesthesi
• cara pemberian: infus, intravena
• akhir penetapan: matinya merpati karena berhentinya denyut jantung

(evaluasi: sejumlah obat (dosis tertentu) yang menyebabkan kematian merpati)


• o Kerugian dan keterbatasan metode
• 1. Pada percobaan pemberian secara oral, sedangkan pada pasien secara oral sehingga kemungkinan terjadi perbedaan dosis atau efek
• 2. Akhir penetapan: lebih keefek toksik dan pada efek terapetik
TUBOCURARIN CHLORIDE INJEKSI
Prinsip:
• Relaksasi otot sketet
• Hewan uji: kelinci, obat diberikan secara intravena
• Data: Head-drop (paralisis dan otot skelet leher)

CHORIONIC GONADOTROPIN
Prinsip:
• Gonad stimulating
• Hewan uji: tikus betina
• Pemberian: injeksi subkutan setiap hari selama 3 hari
• Data: peningkatan bobot uterus

HEPARIN (SODIUM)
Prinsip uji:
• Anticoagulant
• Media uji: darah domba
• Metoda: penambahan heparin pada plasma darah
• Data: penghambatan terjadinya clot (penjendalan)
PENETAPAN HAYATI DENGAN ORGAN TERISOLASI
Materi yang akan disampaikan meliputi :
• Kelebihan:
• Efek obat lebih spesifik untuk suatu organ
• Dapat diketahui letak atau jenis reseptornya
• Kelemahan:
• Tidak 100% menggambarkan keadaan in-viva karena:
a. tidak ada supply darah ke organ
b. system faali berubah (enzim, syaraf)
c. bila teknik preparasi kurang cermat hasil tidak valid karena timbul variabel baru yang tak terkendali, misalnya:
larutan garam fisiologis tidak sesuai, kurang oksigenasi, preparasi organ terlalu lama sehingga banyak sel yang
mati, suhu tidak sesuai

Jenis-jenis larutan fisiologis untuk uji Beberapa contoh garam fisiologis yang digunakan untuk uji
menggunakan organ terisolasi:
a. Frog ringer, digunakan untuk jaringan amfibi
b. Krebs ringer, digunakan untuk jaringan mamalia
c. Tyrode solution, digunakan untuk jaringan intestine
d. Locke ringer, digunakan untuk otot jantung
e. Solutio de Jalon, digunakan untuk jaringan uterus
Prinsip Preparasi Jaringan Secara Umum Dan Prinsip Kerja
a. Prinsip prosedur penetapan
• penyiapan larutan fisiologis
b. Preparasi jaringan
c. Perlakuan dan pencatatan respon
d. Pengolahan data
e. Evaluasi dan pengambilan kesimpulan

Prinsip preparasi jaringan secara umum


• hewan uji dikorbankan secara fisik, dan diletakkan pada papan fiksasi, dibuka badannya, dan diambil organ atau jaringan
yang diperlukan
• preparat dibersihkan dari jaringan lain yang tidak dikehendaki
• pencucian jaringan:
• menggunakan larutan fisiologis yang sesuai
• over flow, larutan sekali pakai dan langsung dibuang
• intestine, jaringan sangat lunak sehingga harus hati-hati untuk menghindari penekanan mekanik
• perlu diperhatikan alat-alat yang digunakan karena jaringan sensitive terhadap logam (Cu, Mg dan Fe) sehingga
disarankan digunakan stainless steel, platina atau yang lain
• organ diikat dengan benang dan dipasang pada kait yang tersedia
• penting untuk diperhatikan, temperature dan aliran gas untuk menjaga kondisi organ tetap baik
• Jenis-jenis jaringan yang sering digunakan untuk uji organ terisolasi
yaitu: thoracic aorta pada kelinci, ileum, trachea marmot, fundus strip
dari tikus dan jantung terisolasi dari kelinci
• Membandingkan sampel yang diuji dengan
zat standar internasional dengan perlakuan
Prinsip Bioassay yang sama. 
• Menentukan jumlah sampel uji yang
diperlukan untuk mengukur respon biologis
yang setara dengan substansi standar.
• Bioassay secara khusus melibatkan
stimulus/rangsangan (misalnya Vitamin B,
obat-obatan, atau pestisida) yang di
Struktur of a aplikasikan terhadap subjek/sampel
biological assay (misalnya, hewan, tumbuhan, atau mikroba).

• Intensitas yang dipakai dalam mengetahui


efektifitas rangsangan biasanya digunakan
istilah “Dosis”
Sumber : Gutleb_et_al_2004_8th_OSG_Proc-1
• Bioassay kontak langsung (residu)
Macam-macam • Bioassay kontak tidak langsung (air
bioassay bioassay) (residu)

• Bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)


• Merupakan uji dosis standart dan uji
preparasi untuk menghasilkan respon
yang spesifik, dan dapat diukur secara
langsung. Perbandingan antara dosis

Bioassay langsung estimasi dari uji preparasi relatif standar

• Misalnya :

• Serangan jantung Digitalis yang


diinduksi pada marmut , dosis
diukur ketika senyawa
diinjeksikan, menyebabkan jantung
berhenti (menyebabkan kematian)
• Merupakan hubungan antara dosis dan
respon pada persiapan yang dipastikan.
Bioassay tidak
Dosis yang diberikan disesuaikan terhadap
langsung respon yang dihasilkan dari hubungan
terhadap masing-masing preparasi secara
terpisah
Prinsipnya adalah pengukuran efektivitas dari
pengasapan / fogging atau penyemprotan ULV.
Bioassay untuk Misalnya :

pengasapan Nyamuk dalam kurungan dapat diletakkan dalam


ruangan lalu disemprot, atau digantung pada
(fogging/ULV) jarak tertentu ( didalam atau diluar ruangan ) dari
tempat penyemprotan lalu disemprot. Waktu
pemaparan 1 jam, tiap 15 menit/selama
pemaparan dihitung nyamuk yang pingsan.
• 1. Graded Response Assay

Metode bioassay

• 2. End Point or Quantal Assay


• Dalam metode ini, jika dosis ditingkatkan,
Graded Response maka Respon juga akan meningkat, dan
akhirnya mencapai tingkat yang stabil yang
Assay
disebut celling effect
• Memunculkan respon 'Semua atau Tidak'
 

pada hewan yang berbeda


End Point or Misalnya.
Serangan jantung Digitalis diinduksi pada marmut
Quantal Assay kejang hipoglikemik pada tikus. Digitalis diinduksi
penurunan kepala pada kelinci
Perhitungan LD50 pada tikus atau tikus
Teknik bioassay 1. Teknik in vivo
2. Teknik in vitro
3. Teknik ex vivo
• Teknik ini menggunakan hewan hidup
yang direkomendasikan untuk tujuan
uji. Teknik ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh biologis atau respon
1. Teknik in vivo dari senyawa di bawah pemeriksaan dalam
sistem hidup secara langsung.

• misalnya: Dengan menggunakan tikus,


kelinci dll
• Teknik ini menggunakan kultur sel sistem
biologi yang dianjurkan untuk mempelajari
pengaruh senyawa pada kondisi standar 
2. Teknik in vitro yang tidak mirip dengan lingkungan
hidup. Di sini kultur sel bertahan dengan
pemanfaatan nutrisi di media.

• misalnya: penggunaan sel induk, kultur


sel, mikroba (bakteri) dll
• Teknik ini menggunakan jaringan atau sel-
sel dari sistem kehidupan dianjurkan untuk
3. Teknik ex vivo
mempelajari pengaruh senyawa yang diuji
dalam kondisi yang sesuai dalam waktu
yang ditentukan terhadap kelangsungan
hidup organ luar tubuh 
Penggunaan
Bioassay

PENGGAMBARAN DARI TRANSKRIPSI GEN DAPAT DIUKUR OLEH ADANYA


KONTAMINASI YANG MENYERTAINYA. DALAM HAL INI AKTIVITAS DARI
AH-RECEPTOR TERGANTUNG PADA AKTIVITAS GEN. SEHINGGA DAPAT
DILAKUKAN ANALISIS DENGAN MENGUKUR CAHAYA YANG DIBERIKAN
SETELAH PENAMBAHAN LUCIFERIN. BIASANYA UNTUK KEBUTUHAN
ANALISIS DIGUNAKAN MICROPLATE FLUOROSCEIN READER
Aplikasi
• 1. bioassay tidak hanya membantu
untuk menentukan konsentrasi, tetapi juga
dapat menentukan potensi sampel. (Potensi

Kelebihan adalah istilah yang menunjukkan aktivitas


senyawa per basis molekul. Yaitu jika
senyawa menunjukkan aktivitas yang lebih
baik pada konsentrasi menit, semakin besar
potensi, dan jika aktivitasnya rendah pada
konsentrasi yang lebih rendah, maka lebih
rendah pula populasinya).
kelebihan • 2. bioassay digunakan untuk standarisasi
obat-obatan, vaksin, toksin atau racun,
desinfektan, antiseptik dll. 
3. Membantu menentukan kekhususan
suatu senyawa yang akan digunakan

misalnya: Penisilin, Penisilin efektif


kelebihan terhadap Gram ve tapi tidak pada Gram-
ve.Pengujian pasien yang terinfeksi
sputum membantu menentukan anti-
biotik yang diberikan untuk pemulihan
cepat.
• 4. senyawa kompleks tertentu seperti vitamin
B-12 yang tidak dapat dianalisis dengan

kelebihan teknik uji sederhana dapat efektif jika


diperkirakan oleh Bioassays.

• 5. Kadang-kadang komposisi kimia sampel


berbeda tetapi memiliki aktivitas biologis
yang sama.
• Antimitosis
Macam-macam • Brine Shrimp Lethality Test (BST)
bioassay • Pengujian sel kanker
• Aktivitas antimikroba
• Merupakan salah satu metode uji toksisitas yang
menunjukkan aktifitas farmakologi yang luas, tidak
spesifik dan dimanifestasikan sebagai toksisitas
senyawa terhadap bulu babi (Tripneustes gratilla)
Antimitosis
• Pengujian antimitosis ekstrak sampel terhadap zigot dari
sel telur dan sel sperma bulu babi (Tripneustes gratilla)
dengan melihat jumlah sel yang membelah dimana hasil
yang diperoleh berupa persentase sel yang tidak
membelah terhadap total sel kemudian ditentukan nilai
IC50
• Dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan dapat
diulangi sehingga dapat digunakan sebagai Bioassay
Guided Isolation yaitu isolasi komponen kimia
berdasarkan aktifitas yang ditunjukkan oleh bioassay
tersebut
• Lethal Concentration 50 atau biasa disingkat LC 50
adalah suatu perhitungan untuk menentukan keaktifan
dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna LC 50 adalah
pada konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 %
dari organisme uji, 
• BSLT merupakan salah satu cara yang cepat
dan murah untuk uji aktifitas farmakologi dari
ekstrak tanaman dengan menggunakan hewan
laut yaitu larva udang Artemia salina Leach

Brine Shrimp • Uji ini mengamati mortalitas larva udang


yang di sebabkan oleh senyawa uji
Lethality Test • prosedurnya sederhana, cepat dan tidak
(BST) membutuhkan biaya yang besar, serta
hasilnya dapat di percaya. Disamping itu
metode ini sering dikaitkan  dengan metode
penapiasan senyawa antikanker.
(JUMLAH YANG MATI / JUMLAH TOTAL
LARVA) × 100 %
• Uji sitotoksik adalah kemampuan sel untuk
bertahan hidup karena adanya senyawa
toksik yang diberikan
Pengujian sel kanker /
• Mengukur kemampuan sel kanker untuk
uji sitotoksis bertahan hidup karena adanya senyawa uji
yang di berikan
• Parameter yang digunakan untuk uji
sitotoksik yaitu nilai IC50
• Dua metode umum yang digunakan untuk
uji sitotoksik adalah metode perhitungan
langsung (direct counting) dengan
menggunakan biru tripan (trypan blue) dan
metode MTT assay
• Metode difusi agar
Aktivitas antimikroba • Metode dilusi
• Metode bioatugrafi
• Mengamati daerah bening sebagai zona
hambat yang mengindikasikan adanya
Metode difusi hambatan terhadap pertumbuhan mikroba
agar • Cara silinder plate
• Cara cakram
• Cara cup plat
• Mengetahui seberapa banyak jumlah zat
antimikroba yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh
bakteri uji (MIC dan MBC)
Metode dilusi • Sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke
dalam medium bakteriologi padat atau cair.
• Biasanya digunakan pengenceran dua kali
lipat zat antimikroba.
• Medium diinokulasikan dengan bakteri uji
dan diinkubasi
1. CARA PENAPISAN LEMPENG AGAR
2. CARA PENGENCERAN TABUNG
3. TURBUDIMETRI
• Metode pendeteksian untuk menemukan
suatu senyawa antimikroba yang belum
Metode teridentifikasi dengan cara melokalisir
bioautografi aktivitas antimikroba tersebut pada suatu
kromatogram
• KLT
1. BIOAUTOGRAFI • Didasarkan atas tehnik difusi agar, dimana
LANGSUNG senyawa antimikrobanya dipindahkan dari
2. BIOAUTOGRAFI KONTAK lapisan KLT ke medium agar yang telah
3. BIOAUTOGRAFI diinokulasikan dengan bakteri uji.
PENCELUPAN • Setelah diinkubasi akan terlihat zona
hambatan di sekeliling spot dari KLT yang
ditempelkan pada medium agar

Anda mungkin juga menyukai