Anda di halaman 1dari 116

616.

98
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, sehingga Buku Petunjuk Teknis Penvelenggaraan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular di Puskesmasdapat diselesaikan.

Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah kesehatan yang cukup


memprihatinkan dengan angka kesakitan dan kematian yang semakin meningkat.
Penderita PTM maupun kegawatdaruratan PTM, umumnya terlambat datang ke
pelayanan kesehatan dan sudah pada tahap lanjut atau sudah disertai komplikasi
penyakit.

Untuk mendekatkan akses pelayanan penyakit tidak menular, puskesmas


sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan melalui revitalisasi Puskesmas
harus mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan penyakit tidak menular
secara komprehensif mulai dari prornotif preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
meliputi kegiatan promosi kesehatan, deteksi dini, tindak lanjut dini, respon cepat
kegawat daruratan PTM dan pengobatan PTM sampai dengan rehabilitatif /
paliatif.

Puskesmas dengan pelavanan penyakit tidak menular memberikan pelay


anan terhadap Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Diabetes Mellitus dan
Penyakit Metabolik, Kanker, Penyakit Kronis dan penyakit degeneratif lainnya
ditambah dengan gangguan akibat kecelakan dan tindak kekerasan beserta faktor
risikonya lainnya secara terintegrasi.

Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pengendalian Penyakit Tidak


Menular di puskesmas dapat menjadi acuan bagi puskesmas maupun pihak lain
yang berkepentingan. Diharapkan terwujud puskesmas yang mampu melak
sanakan program pengendalian PTM dan mampu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang efisien, efektif, merata, bermutu, terjangkau, dan memenuhi
kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya, serta dapat mengintegrasikan program
pencegahan primer, sekunder, dan tersier melalui pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan, didukung dengan sistem rujukan kesehatan yang memadai.

Buku petunjuk teknis ini merupakan bagian dari Buku Pedoman Pengem
bangan Pelavanan Penyakit Tidak Menuiar di puskesmas, meliputi penatalaksa
naan faktor risiko secara terintegrasi di fasilitas pelayanan dasar yang mengadap
tasi dari protokol PEN (Package Essensial Non Communicable Diseases interven
tion in Primary Health Care) dari WHO yang telah mengalami penyesuaian dengan
situasi dan kondisi di Indonesia serta memperhatikan masukan dari berbagai pihak
( PDPI, PERKENI, PERKI, HOG I, POGI, kedokteran komunitas, dan lintas program)

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan


setinggitingginya kepada semua pihak yang telah memberikan konstribusi ilmu
pengetahuan yang dimilikinya dalam penyusunan buku ini serta semangat dan
kerja sama yang menguntungkan. Semoga buku petunjuk teknis ini dapat berman
faat dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia, sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit tidak menular.

Jakarta, Mei 2012

Direktur PPTM

~~ • 0 ,
..
Dr. Ekowati RahaJeng,SKM, M.Kes
NIP 196006101982022001

ii
DAFTAR lSI

Halaman
KATAPENGANTAR ..
OAFTARlSI iii

Bab I PENDAHUlUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 4
1.3 Sasaran 4
1.4 Kebijakan operasional 4

Bab" UPAYAPELAYANANPTM 01 PUSKESMAS 5


2. 1 Upaya prornotif 6
2.2 Upaya skrining dan deteksi dini 12
2. 2. 1 Skrining / Uji Tapis 12
2. 2. 2 Deteksi Dini 16
2. 3 Upaya penatalaksanaan PTM 19
2. 3. 1 Pengendalian faktor risiko PTM terintegrasi 19
2.3. 2 Tatalaksana 20
2. 3. 3 Respon cepat kegawatdaruratan PTM 53
2. 5 Sistem rujukan PPTM 66
2.6 Rehabilitasi PTM dan Pelayanan Paliatif 66

Bab III SARANADAN PRASARANA 69


3.1 Sumber daya manusia 69
3.2 Peralatan medis untuk Pelayanan PTM 70
3.3 Obat esensial PTM 70

Bab IV SISTEMPENCATATANDAN PELAPORANPPTM


73 4.1 Pencatatan 73
4.2 Pelaporan . 73

Bab V PENUTUP 74

DAFTARPUSTAKA 75
TIM PENYUSUN 77
LAMPIRAN 80

iii
DAFTAR AlUR

1. Alur-l. Pengendalian PTM mulai dari Posbindu PTM, 8


Puskesmas, dan Rumah Sakit
2. Alur-2. Konseling berhenti merokok 11
3. Alur-3.a Skrining kanker Ieher rahim .. 14
4. Alur-3.b Skrining kanker payudara .. 15
6. Alur-4. Deteksi dini Diabetes dan Penyakit Jantung -Pembuluh Darah..... 16
7. Alur-S. Deteksi dini PPOKdan Asma 17
8. Alur-6. Pemeriksaan Faktor Resiko Kecelakaan 18
9. Alur-7. Tatalaksana hipertensi dan diabetes terintegrasi pencegahan 24
serangan jantung, stroke, dan ginjal yang terintegrasi dengan
hipertensi, diabetes dan rokok sebagai faktor risiko sebagai
pendekatanawal ( entery point)
10. Alur-8. Keluhan/tanda dan gejala yang diduga menderita kanker............. 27
11. Alur-9. Sesak nafas/batuk 31
12. Alur-l0. Pembengkakan tungkai 32
13. Alur-11. Penurunan berat badan 33
14. Alur-12. Gagaljantung kronik 35
15. Alur-13. Tatalaksana asma terkontrol dan tidak terkontrol 39
16. Alur-14. Tatalaksana PPOKstabil 42
17. Alur-15. Alur Pengelolaan DM Tipe-2 Tanpa Dekompensasi 44
18. Alur-16 a. Pengendalian kanker anak pada leukemia 45
19. Alur-16 b. Pengendalian kanker anak pada Retinoblastoma 46
20. Alur-16 c. Pengendalian kanker anak pada Osteosarkoma 47
21. Alur-16 d. Pengendalian kanker anak pad a Neuroblastoma 48
22. Alur-16 e. Pengendalian kanker anak pada Limfoma Malignum 49
23. Alur-16 f. Systemic Lupus Eritematous (SLE) 50
24. Alur-16 g. Rujukan Systemic Lupus Eritematous (SLE) 51

iv
25. Alur-16 h. Thalasemia 51

26. Alur-17a. Penanganan eksaserbasi asma/PPOK 54

27. Alur-17b. Penanganan asma eksaserbasi 56

28. Alur-17c. Serangan PPOK eksaserbasi 57

29. Alur-18. Kemungkinan diagnosis berdasarkan keluhan nyeri dada 59

30. Alur-19. Tidak sadar atau seml-tidak sadar 60

31. Alur-20. Transient Ischemic Attack ( TIA ) dan stroke 61

32. Alur-21. Sindroma koroner akut 62

33. Alur-22. Tatalaksana trauma ( KKL, jatuh,tenggelam dan terbakar 63

34. Alur-23. Upaya rehabilitanf perawatan kaki diabetes untukpenderita 67

OM non ulkus
35. Alur-24. Pelayanan dan rujukan kasus di puskesmas ...... ......... .......... ...... 68

v
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar-l. Distribusi penyebab kematian dunia 1
3. Gambar-2. Distribusi penyebab kematian akibat PTM 1
3. Gambar-3. KIEdan Konseling Kesehatan 9
4. Gambar-4. Pengendalian Faktor risiko terintegrasi . 19
5. Gambar-5. Merokok merupakan faktor risiko bersama terhadap PTM 21

DAFTAR TABEL
1. Tabell Gejala Kanker Tertentu yang prognosisnya baik jika dilakukan ...... 28
deteksi dini
2. Tabel 2 Angina Stabil, Riwayat Infark Miokard 34
3. Tabel 3 Nasehat kepada Pasien Asma dan Keluarganya 34

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Pencatatan dan Pelaporan 80
2. Lampiran 2 Pendekatan Faktor Resiko dan Gejala Penyakit 83
Tidak Menular

vi
BABI
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penva
kit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa
PTM utama meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, lebih
diperparah lagi oleh munculnya penyakit baru dan penyakit lama yang
muncul kembali.
Gambar 1. dikutip dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases Preven
tion and Control2011. PTM mengakibatkan 36juta kematian di dunia antara
lain: penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) 48% (17,3 [uta),
kanker 21% (7,5 juta), penyakit saluran pernapasan kronis 12% (4,3 [uta),
penyakit diabetes melitus 3% (1 juta)
Gambar 2. dikutip dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases Preven
tion and Control 2011 Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di negara
negara berpenghasilan rendah dan sedang. Sekitar 17 juta kematian akibat
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh
darah perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia dibawah 60 tahun.

.---..
PTMt..a:nnya ~tw!-t~'S me!itus
Pen.,.~\.itKardiOYlKUlar 16" 3"
MIA la!n1'lya 31"
33"

V', -
DIt~,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Pen~ \it K.rdiovlKu!.ar
48%

Gambar 1: Gambar2 :
Distribusi penyebab kematiandi DistribusLpenyebabkematian akibat PTM
dunia
1
Menurut berbagai penelitian epidemiologi, masalah penanganan PTM
dan faktor risikonya justru terjadi pada masyarakat golongan sosial ekonomi
rendah. Kematian akibat PTM di negara-negara maju terus menurun, seba
liknya di negaranegara berkembang justru meningkat.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa
10 besar penyebab kematian di Indonesia, enam diantaranya tergolong PTM.
Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi 15,4%, disusul Tuberkulosis
7,5%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, perinatal 6,0%, diabetes melitus 5,7%,
tumor 5,7%, penyakit hati 5,2%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit
saluran nafas bawah 5,1%.
Riskesdas2007 juga menyebutkan bahwa, prevalensi hipertensi umur >18
tahun di Indonesia mencapai 31,7%, namun hanya 23,9% kasus saja yang
terdiagnosis/minum obat. Prevalensi diabetes mellitus adalah 5,7%, sudah
terdiagnosis 1,5%, sedangkan 4,2% baru terdiagnosis saat penelitian
dilaku kan.

Penyaklt Maternal,
Perinalal dan
M,lnulnsi 28 %

Gamba, 3.
Menurut Data WHO 2011, prediksi kcmungkin<ln
kemanan tahun 2030 Indonesia, Penyaldt
K. rdrovaskular 30%. kanker 13 %, penya"it
respiraSt 7" , drabetes 3%. PTM lalnnya 10%
Cedera 9% dab Penyak,t Menul.r, maternal,
perin~tal, dan malnutrisi 28%.

DIabetes Gan88uan
3% Pern.pasan
".

Sejalan dengan perkembangan perekonomian dan layanan kesehatan di


Indonesia, terjadi pula perubahan demografis -struktur umur penduduk
Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing
population). Perubahan ini ikut berperan terhadap pergeseran pola penyakit
(transisi epidemiologi), penyakit menular cenderung menurun sedangkan
PTM cenderung meningkat. Untuk menghadapi perubahan pola penyakit ini,
diperlukan perubahan strategi pelayanan kesehatan.

2
WHO memperkirakan bahwa 90% penyakit diabetes tipe-2, 80% penyakit
kardioserebrovaskular dan 33% penyakit kanker sebenarnya dapat dicegah
dengan mengkonsumsi tinggi serat, olahraga cukup dan tidak merokok.
Maka, upaya prevensi dan promosi harus digalakkan dan diupayakan dapat
menjangkau seluruh golongan sosial ekonomi, termasuk golongan sosial
ekonomi rendah.
Dewasa ini, pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat
terbebani oleh peningkatan kebutuhan terhadap penanganan penyakit
jantung, stroke, kanker, diabetes, dan penyakit paru kronik. Upaya penarnba
han fasilitas di rumah sakit tersier yang disertai pengadaan alat-alat canggih
memakan sebagian besar anggaran kesehatan, padahal fasilitas semacam itu
hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil saja dad masyarakat. Akibatnya
upaya prornosi, preventif dan deteksi dini terhadap mereka yang mempunyai
faktor risiko PTM, tidak terlaksana.
Langkah-Iangkah yang dijalankan dalam Pengendalian PTM mencakup :
tujuan dan penetapan target nasional, penilaian hasil penanganan PTM,
memperluas jaringan kemitraan, dan melakukan pendekatan "kesehatan
dalam berbagai kebija:kan", memperkuat sistem kesehatan dan pelayanan
kesehatan di tingkat primer seperti pelayanan di Pusat Kesehatan Masyara
kat (Puskesmas), serta membentuk kapasitas nasional maupun institusional
yang mampu melaksanakan program pengendalian PTM.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan perlu direvital
isasi, agar mampu memberikan kontribusi besar dalam upaya pengendalian
PTM. Dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua pihak untuk meningkat
kan kualitas pelayanan puskesmas. Jejaring yang efektif dan efisien perlu
diciptakan, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia hendaknya dittng
katkan, tersedianya standar pelayanan minimum (SPM) yang komprehensif
(holistik) dan sarana/prasarana diagnostik, serta pengobatan sesuai dengan
standar pengobatan di Puskesmas,juga didukung oleh sistem informasi yang
memadai.
Puskesmas mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai : 1) pusat peng
gerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan
masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, 3) pusat pelay
anan kesehatan primer.
Dari penjelasan fungsi puskesmas ini, jelaslah bahwa puskesmas bukan
saja berperan menjalankan teknis medls, tetapi juga mengorganisasikan
modal sosial yang ada di masyarakat, agar terlibat dalam penyelenggaraan
kesehatan secara mandiri, sehingga pelayanan yang dilaksanakan oleh pusk
esmas dapat memberikan hasil yang lebih baik karena mampu menjangkau
masyarakat luas dengan biaya lebih rendah.

3
Kombinasi antara teknologi mengelola PTM yang sudah tersedia dengan
personil yang terlatih dan sistem rujukan yang terorganisir, memungkinkan
kebanyakan kasus PTM dapat ditangani dan dikelola di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Berdasarkan hal tersebut perlu disusun petunjuk teknis PPTM sebagai
acuan dalam Penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Memberikan Petunjuk Teknis dalam Pelayanan Pengendahian PTIv1 yang
dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, KabupatenjKota
dan Puskesmas, serta jajarannya.
Tujuan Khusus :
Dengan adanya Buku Petunjuk Teknis ini, diharapkan :
1. Terselenggaranya Pelayanan PTM di Puskesmas secara efektif dan efisien.
2. Terkendalinya faktor risiko dan PTM di masyarakat

1.3 Sasaran
1) Dinas Kesehatan Propinsi
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
3) Puskesmas dan jaringannya

1.4 Kebijakan Operasional


1) Mengembangkan dan memperkuat kegiatan pencegahan dan penanggu
langan faktor risiko PTM berbasis masyarakat.
2) Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini (skrining) faktor
risiko PTM
3) Meningkatkan tata kelola pelayanan PTM sesuai standar.
4) Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegiatan pengendalian PTM.
5) Meningkatkan dan memperkuat manajernen, pemerataan, dan kualitas
peralatan deteksi dini faktor risiko PTM dengan merencanakan, menye
diakan dan memanfaatkannya secara optimal.
6) Meningkatkan peran masyarakat dalam melakukan KIE yang benar
tentang faktor risiko PTM
7) Meningkatkan advokasi dan sosialisasi (kepada carnat, lurah/kepala
desa, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, Lembaga keta
hanan masyarakat desa/dewan kelurahan, Lembaga sosial masyarakat)
pengendalian PTM
8) Memperkuat surveilans PPTM
9) . Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian PTM
10) Merencanakan dan menyepakati pembiayaan pengendalian PTM
11) Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian PTM

4
BAB II
UPAYA PELAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR 01 PUSKESMAS

Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan mempu


nyai tiga fungsi yaitu 1) sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan
kesehatan, 2) Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, 3) Pusat pelayanan
kesehatan strata pertama. Dalam rangka penyelenggaraan pengendalian PTM,
puskesmas melakukan upaya pencegahan penyakit melalui kegiatan primer,
sekunder dan tertier.
Pencegahan Primer adalah segala kegiatan yang dapat menghentikan atau
mengurangi faktor risiko kejadian penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.
Pencegahan primer dapat dilaksanakan di puskesmas, melalui berbagai upaya
meliputi: promosi PTM untuk meningkatkan kesadaran serta edukasi untuk menin
gkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengendalian PTM. Promosi PTM dapat
dilaksanakan melalui berbagai upaya, contohnya : kampanye pengendalian PTM
pada hari-hari besar PTM (Hari Kanker Sedunia, Hari Tanpa Tembakau Sedunia,
Hari Diabetes Sedunia, Pekan Keselematan di Jalan, dan lain-lain).
Upaya meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan masyara
kat untuk melaksanakan upaya pencegahan primer dengan cara melindungi
dirinya dari risiko PTM contohnya: pemakaian alat pelindung diri (pemakaian helm
berstandar SNI untuk mengurangi fatalitas cedera kepala saat terjadi benturan),
pemakaian sarung tangan saat melakukan pemeriksaan darah. pemberian obat
suntikan, dan pelaksanaan skrining IVA. (Inpeksi Visual' dengan menggunakan
Asam asetat).
Kesadaran dalam pemakaian alat pelindung diri melalui pelayanan
kesehatan primer, utamanya menekankan upaya-upaya pencegahan agar
masyarakat tidak jatuh sakit dan masyarakat yang sehat dapat memelihara
kesehatan dan kebugarannya secara optimal. Puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan serta dalam penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas.
Pencegahan Sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk
menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan
dini agar penyakit tersebut tidak menjadi parah. Pencegahan sekunder dapat
dilaksanakan melalui skrining fuji tapis dan deteksi dini

5
Pencegahan Tersier adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertah
ankan kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat
yaitu dengan cara rehabilitatif dan paliatif. Pencegahan tertier merupakan upaya
yang dilaksanakan pada penderita sesegera mungkin agar terhindar dari kom
plikasi yang lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang
lama ketahanan hidup. Pencegahan tertier dapat dilaksanakan melalui tindak
lanjut dini dan tata laksana kasus termasuk penanganan respon cepat menjadi hal
yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit tidak menular dapat
tercegah dengan baik.
Tatalaksana kasus dan respon cepat terhadap kondisi kegawatan PTM
harus dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Penanganan pra rujukan yang memadai menjadi tolak ukur
keberhasilan setiap pelayanan kesehatan yang diberikan di fasilitas layanan
kesehatan dasar terhadap kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut di
rumah sakit.
Pengendalian PTM difokuskan terhadap faktor risiko PTM, jika sudah
men derita PTM maka akan sulit disembuhkan dengan sempurna, bahkan dapat
men imbulkan kecacatan dan kematian. Disamping itu, PTM memerlukan
perawatan dan pengobatan yang memakan waktu cukup lama dengan biaya
yang tidak sedikit.

2.1 Upaya Prornotif


Upaya promosi kesehatan dipuskesmas dilakukan agar masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),upaya promosi kesehatan dilaku
kan melalui sosialisasi, penyuluhan, komunikasi, diseminasi-informasi dan
edukasi, dengan menggunakan media prornosi, seminar/workshop dan meli
batkan pemuka rnasvarakat, keluarga dan dunia usaha. Promosi kesehatan
juga ditujukan dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif seperti
adanya kawasan tanpa rokok (KTR),sarana umum untuk melakukan aktivitas
fisik, olahraga dan untuk mencegah gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan dilakukan promosi peningkatan perilaku sehat di jalan melalui
penggunaan helm, penggunaan sabuk pengaman, dan lain-lain.
Pengendalian faktor risiko PTM dilakukan melalui gaya hidup sehat seperti
tidak merokok, cukup aktivitas fisik, diet sehat (gizi seimbang, rendah garam,
gula, lemak), tidak mengkonsumsi alkohol serta dapat mengelola stres.

6
Promosi kesehatan mengajak masyarakat untuk jargon "CEROIK" menuju
masa muda sehat dan hari tua nikmat tanpa PTM, yang secara harfiah adalah:

C Cek kesehatan secara berkala


E Enyahkan asap rokok
R Rajin aktifitas fisik
D Diet sehat dengan kalori seimbang
I Istirahat yang cukup
K Kelola stres

Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat di komunitas melalui


posbindu PTM, UKBM, Posdaya, Poslansia, dan Pos lainnya dimana
masvara kat berkontribusi dalam peningkatan kesehatan melalui
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat
dan berpartisipasi secara total dalarn pencegahan dan penanganan
kegawatdaruratan yang sederhana. Oiharapkan masyarakat dapat merubah
perilakunya untuk men capai hidup sehat.
Pengembangan Desa Siaga merupakan revitalisasi Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Oesa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu
dihidupkan kembali, dipertahankan, dan ditingkatkan.
Posbindu PTM adalah kegiatan pembinaan terpadu untuk mengendalikan
faktor risiko PTM dan merupakan bentuk kemandirian masyarakat dalam
mendeteksi dan memonitor faktor risiko PTM secara rutin. Petugas puskes
mas melakukan pengawasan melalui kegiatan monitoring program.
Pembinaan kegiatan Posbindu PTM, dapat dilakukan melalui kemitraan
organisasi profesi (PPNI, IAKMI" IDI, IBI, Forum Kota Sehat, dan lain-lain).
Selain sebagai pembina dan pengawas dalam penyelenggaraan Posbindu
PTM, Puskesmasjuga menjadi tempat rujukan untuk kasus yang memerlukan
penanganan atau tindak lanjut selain dokter keluarga dan klinik swasta.
Dalam hal kasus sudah ditangani dan sudah mendapat pengobatan, pus
kesmas dapat mengajurkan agar kasus dimonitor melalui kegiatan posbindu
PTM, selanjutnya secara berkala tetap kontrol ke Puskemas untuk mendapat
kan pengobatan dan penanganan medis lainnya jika diperlukan. Berikut alur
penyembuhan.

7
Alur-1
PENGENDALIAN PTM MULAI DARI POSBINDU
PTM, PUSKESMAS, DAN RUMAH SAKIT
............-.a:tMl_,.... '"f8falttftt'mllmtl~ttU~

PENY AKIT TIDAK


FR PTM: MENULAR:
HasH DIAGNOSIS: - PJPD
- Hipertensi
wawncara dan ~ - Dislipidemia - Pemeriksaan - Stok

pemeriksaan •Hiperglikemia
-+ - Pemeriksaan r+ - Diabetes Melitus
-Obesitas Penunjang - Kanker
- dan lain-lain - PPOK dan Asma
- Gakce dan tisan
- dan lain-lain

POSBINDU
PUSKESMAS
PTM
TATALAKSANA DINI
-Respon cepat
-Pengobatan dini

KONSELING : CERDIK
- Cek kesehatan secara berkala
1
RUJUKAN: - Enyahkan asap rokok
- Rajin aktifitas fisik KIE
RUMAH SAKIT - Diet sehat dengan kalori seimbang
-Istirahat yang cukup
- Kelola stress

Puskesmas sebagai pembina Posbindu dan rujukan Posbindu, berperan


memberikan penanganan penyakit serta memberikan pendidikan kesehatan
dan konseling. Pendidikan kesehatan dan konseling ini merupakan tatalak
sana dini untuk pengendalian faktor risiko maupun pengendalian penyakit di
posbindu maupun di puskemas.
Berikut ini adalah panduan dalam memberikan pendidikan kesehatan
maupun konseling kepada masyarakat untuk pencegahan PTM dengan
melakukan pengendalian faktor risiko (Iihat Gambar-2)

8
Gambar 3 - KIE dan Konseling Kesehatan

Mendorong samoa masyarakat untuk mau memeriksakan diri untuk melakukan deteksi dini
khususnya bagi yang be(isiko tinggi PTM.
Manfaatkan pelayanan kesehatan terdekat, dengal) atau tanpa keluhan.

ENYAHKAN ASAP ROKOK

Mendorong semua bukan perokok untuk tidak mulai merokok


Menganjurkan sem ua perokok u ntuk berhenti merokok da n me mba ntu upaya merek
a untuk berhenti m erokok
Masyarakat yang menggunakan bentuk lain dari tembakau harus di sarankan untuk berhenti

DIET SEHAT DENGAN KALOR'! SEIMBANG

1. Perhatikan konsunsi garam (natrium klorida) dengan cara: membatasi sampai < 5 gram (lsendok
the) per hari, kuran~ garam saat memasak, dan membatasi makanan olahan dan cepat saji
2. Konsumsi buah -buahan dan sayuran : 5 porsi (400 -500 gram I buah buahan dan sayuran per
hari (satu porsi setara dengan 1 buah jeruk, apel,mangga I pisang atau 3 sendok makan sayuran
dimasak
3. Hindari makanan berlemak dengan cars: membatasi daging berlemak, lemak susu dan minyak
goreng « 2 sendok makan perharij, ganti minyak sawit menjadi minyak kelapa dengan zaitun,
kedelai,jagung, minyak bunga matahari dan gantidaging lainnya dengan avam (tanpa kulit)
4. Konsumsi Ikan: Makan ikan sedikitnya 3 kali per minggu, utamakan ikan berminyak sepern
tuna,makarel, salmon, dan kurangi kons umsi gula, dengan anjuran konsumsi gula tidak melebihi
dela'pansendok teh per hari

9
LAKUKAN AKTIVITAS FISIK SECARA TERATUR

Tingkatkan aktivitas fisik secara progresif untuk mencapai tingkat moderat (seperti jalan
cepat), sedikitnya 30 menit per-han ( lima hari dalam seminggu)
Kontrol berat badan dan hindari kelebihan berat badan dengan mengurangi makanan
berkalori tinggi dan melakukanak tivitas fisik yang cukup

BERHENTI MINUM AlKOHOl

- Pantangalkohol harus dipertahankan :


Orang seharusnya tidak disarankan untuk mulai mengkonsumsi alkohol untuk alasan
kesehatan.

KElOLA STRES

Berpikir positif, tidur yang cukup, tertawa, berolah raga, meditasi, dengarkan rnusik,
libatkan indera tubuh, lakukan pemijatan, miliki sikap mental pemenang, bangun
hubungan positif, seleksi yangkita baea,dengardanlihat, mendekatkan diri pada sangp
encipta

PATUH TERHADAP PENGOBATAN

- Bila pasien diberi resep obat, maka ajarkan: cara rninum obat di rumah,
jelaskan perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka
paniang (misalnya obat Hipertensi) dan pemakaian jangka pendek
menghilangkan gejala (misalnya pelega untuk mengatasi mengi) menjelaskan
efek samping obat, konsultasikan ke Dokter jika ada keluhan setelah minum
obat.
_ Jelaskancara kerja tiap-tiap obat, jelaskan dosis yang digunakan untuk
tiap obat dan berapa kali minum sehari, bungkus masing-masing tablet dan
berikan label.
- Memastikan pemahaman pasien sebelum meniggalkan tempat pengambilan obat.
Jelaskanpentingnya untuk menjaga kecukupan obat-obatan.
- Minum obat secara teratur seperti yang disarankan.
10
Sehubungan dengan pengendalian faktor risiko merokok, alur berikut digu
nakan sebagai pendidikan kesehatan dan konseling untuk berhenti merokok
(lihat Alur-2)

Alur 2 Konseling Berhenti Merokok

A1. Ask
(tanyakan)
[ Apakahandarnerokok?
B-? IngatJcan kembali banwa
meningkatkanrisikopenyakitjantung
merokoi
J
YA I
A2. Advice
1
(na.sihatkan) Nasihatkan untuk berhenti rnerokok dengan memberikan pandangan yang jernih,
kuat dan individualistis.
NTembakau meningkatkan fisiko serangan jantung, stroke, kanker paru, penyakit
respirasi. Berhenti merokok merupakan hal terpenting yang perlu anda lakukan untuk
melindungi
jantung dan kesehatan anda, stop merokok sekarang. "
'-¥
A3:ASSESS Apakaihanda ingin berhenti
(kajian) I merokok sekarang? I
W
~ ~

I
Va Tidak
I I I
I ~
Bantu mempersiapkan rencana berhenti
M enyediakan Informasi
merokok:
kesehatan tentang
A4: ASSIST - Tetapkan tanggal berhenri
(memberika . Informasikan kepada keluarga dan
bahaya merokok dan
n dukunqan) mernberiken leaflet-
teman
leaflet terkait kepada
- Meminta dukungan mereka
pasien
- Buang jauh-jauh rokok I ternbakau
. Singkirkan benda-benda I artikel yang
menimbulkan keinginan merokok
- Mengetur kunjungan tindak lanjut •

Pada tindak lanjut kynjl,lngan


A5: . Ucapkanselamatsuksesbernentimerokokdan
ben semangat
ARRANGE . Jika pasisn karnbuh marokok, pertimbangkantindak lanjut lebih
(MGngatur) intensifdan dukungandad keluarga

rd~alnya . kunjungan follow ·up kedua dianjurkan da/am bulan yang same, kemudian setiap bulan
sesudahnya se/ama empat bulan dal) eva/uasi setelah satu tahun. Jika tidak memungkinkan,lakukan
konse/ing setisp ka/i pasien da/ang unluk pemeriksaan tekanan darah
11
2.2 Upaya Penapisan dan Deteksi Dini
Dalarn perjalanan penyakit tidak menular selain faktor risiko perilaku,
faktor risiko antara dapat dikendalikan karena itu perlu dilakukan deteksi dini
dan diintervensi secara dini agar tidak berlanjut menjadi fase akhir terjadinya
penyakit TM yang akan memberikan beban biaya kesehatan sangat mahal.
Faktor risiko PTM ada yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat di modifi
kasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu riwayat penyakit dalam
keluarga, kelahiran prematur, usia, dan jenis kelamin. Faktor risko yang dapat
dimodifikasi antara lain adalah : kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak
sehat dan seimbang, gaya hidup tidak sehat {merokok, mengkonsumsi alko
hoi, kurang sayur dan buah, berat badan lebih, dan obesitas (obesitas umum
dan obesitas sentral), stres, dislipidemia (metabolism lemak yang abnormal),
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), dan perilaku yang berkaitan dengan
kecelakaan dan cedera, seperti perilaku berlalu lintas yang tidak benar. Sema
kin dini penyakit tidak menular ditemukan akan sernakin baik dalam penata
laksanaannya dan mengurangi terjadinya komplikasi yang bersifat fatal.

Upaya Skrining/uji tapis dan deteksi dini.


Faktor resiko PTM tersebut diatas dideteksi dengan upaya perapisan dan
deteksi dini Upaya Skrining/uji tapis dan deteksi dini dapat dilaksanakan di
masyarakat secara massal, di luar gedung maupun di gedung puskesmas
yang dapat dilaksanakan secara terintegrasi.

2.Z.1. Skrining/Uji Tapis


Uji tapis/screening adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu
populasi untuk mendeteksi faktor risiko atau penyakit pada individu
dengan atau tanpa tanda dan gejala, dan yang sudah menderita PTM
Skrining fuji tapis bukan untuk diagnosis tetapi untuk menjaring dan
rnenemukan apakah yang bersangkutan memiliki faktor risiko PTM
atau sudah menderita PTM. Pada saat skrining luji tapis ditemukan
faktor risiko PTM atau PTM maka perlu ditindaklanjuti yang cepat dan
pengobatan yang tepat.
Pelayanan skrining luji tapis PTM di Puskesmas dilaksanakan dengan
dua cara :
1) Pelayanan aktif
Dilaksanakan melaui penyaringan massal (mass screening) saat
kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak seperti seminar/ work
shop, peringatan hari-hari besar nasional, keagamaan, dan lain-lain.

12
2) Pelayanan pas if
Skrining dapat dilaksanakan secara terintergrasi misalnya melakukan
pemeriksaan Tinggi Badan, B erat Badan, Tekanan Darah, Lingkaran
Perut, Index Masa Tubuh, disertai pemeriksaan Gula Darah Sewaktu
-waktu, kolesterol, albuminurin , IVA dan terintegrasi dengan program
lain (misalnya pemeriksaan Tekanan Oarah, Gula Darah Sewaktu dan
dalam pemeriksaan darah rutin untuk ibu hamil saat ANC(Ante Nata I
Care); pemeriksaan IVA sadari dan CBEbersama pad a ibu yang
berusia
30-50 tahun dengan kontrol KB, dan pemeriksaan mata pada pende
rita OM)

Puskesmas dan jajarannya sebagai ujung tombak pelayanan dasar di


komunitas, juga dapat melakukan skrining kepada masyarakat berisiko, yaitu
perempuan umur 30 -SOtahun dan dapat dilakukan pemeriksaan dan tatalak
sana pada sekali kunjungan yang disebut Single Visite Approac ( SVA) (Iihat
Alur-3)

13
Alur 3a Uji tapis / Screening Kanker leher rahim

Tingkat Komunitas Mengajak ibu - ibu usia 30-50 tahun untuk melakukan penapisan kanker leher rahim

Tingkat Yankes Melakukan konseling. ttg kanker leher rahim, faktor risiko dan pencegahanova
Prime'r/Sekunder

lbu memilih
dirujuk

1tahun yang akan datang L.,m,


6 Bulan pertama

Langsung
Krioterapi

Evaluasi
-Apakab sudah bisa
Kembali setela h satu bulan pasea krioterapi melakukan hubungan seksual
-lesi sudah sembuh

1- L_K_e_m_ba_el_oi
_a_m_b_u_13_n_p_3s_c_a_k_r_io_t_e_ra_p_i_
lesi prakanker
Acetowbite (.) atau
.. 6 bulan ke-l
-··6 bulanke-II

IVA (-J f-. Ulangi setelah lima tahun bila tidak ada keluhan
Ket:
• lesi > 75% meluas ke dinding vagina atau leblh dan 2mm
dari diameter k(ioprob atau kedtrn saturan diluar jangkauan
krioprobc
•• 6 bulan I: 6 bulan pasca krio
pertama
••• 6 bulallil ; 6 bulall oasca kriQ kedu
a
14
Skrining kanker payudara dapat juga dilakukan secara terintegrasi dengan
leher rahim pada kelompok umur yang sarna, dengan menggunakan alur di
bawah ini (Iihat Alur-3b)

ALUR 3b Skrinlng Kanker Payudara

Mengajak ibu - ibu dalam kelompok usia ~O-50lahun uniuk melakukan penapisan kanker payudara

Tingkat Komunitas

Tingkat Vankes Primer

Ajarkan SADARI

Ada benjolan / kelainan lai nnya ?

Lakukan caE (Clinical Breast Examination)

Ada benjolan / kelainan Iainnva ?

Tlngkat Yankes Sekunder

Radiolog Dokter Bedah Umum I Onkologi

Keterangan:
RS yang betum memlliki fasilitas mammografi. cukup dllakukan USG olen Radiolog

15
2.2.2. Deteksi Dini
Melalui kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM diharapkan dapat
dilakukan penanganannya sesegera mungkin, sehingga prevalensi
faktor risiko, angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PTM
dapat diturunkan serendah mungkin. Deteksi dini faktor risiko PTM
dapat mencegah dampak yang memiliki konsekuensi sosial dan
ekonomi, karena untuk pengobatan PTM perlu waktu yang lama dan
dengan biaya mahal, misalnya miokard infark, stroke, gagal ginjal,
amputasi, dan gangguan penglihatan, PPOKderaiat berat.
Deteksi dini PTM dilakukan terhadap faktor risiko dan dengan men
genali tanda dan gejala, seperti pada :
a. Penyakit Kanker, dapat dilaksanakan pada beberapa jenis kanker,
dengan cara yang lebih mudah dan dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan di tingkat dasar sekalipun, yaitu: pada kanker leher rahim
menggunakan metode IVA (Inspeksi Visual dengan menggunakan
Asam asetat), kanker payudara (mengajarkan SADARI (PerikSA
payuDAra sendiRI) dan melaksanakan metode CBE=Clinical Breast
Examination), dan menggunakan senter atau pemeriksaan fundus
kepi untuk mendeteksi Retinoblastoma
b. Penyakit Jantung, dengan tanda utamanya adalah adanya keluhan
sakit dada yang khas disertai peningkatan enzim-enzim jantung
seperti CPK-CKMBtroponin, bila positif jelas terjadi suatu penyum
batan koroner.
c. Penyakit jantung-pembuluh darah dan DM (melalui pemeriksaan
kadar kolesterol dan gula darah), Obesitas (melalui pemeriksaan
IMT, dan lingkar perut).
Deteksi dini diabetes dan penyakit jantung-pembuluh darah dapat
dilaksanakan secara terintegrasi dengan mengikuti alur di bawah ini
(Lihat Alur-4)

Alur 4 Deteksldlni Diabetesdan PenvakitJantung·PembuluhDarah


-.--..-~
RIWAYAT FAKTOR RISIKO: PENGUKURA,., FR OM
Berat Badan
- Apa kah ustaova > 40 Tahun 'lingg i Badan
- Rlwayat keluarga menderlla DM Indek.s Massa Tubuh
- Pemah melahir1<anl>ayi dengan BB > 4 k9 LinglearPerut
Tekanan Oarah
- Kehamilan den.gank.adar 9ula darah linggi
- Riwayat lahir dengan BB < 2.5 kg
- Beret badan Iqbih (IMT > Z3 kglm2)
- Kurangnya aktivitas (lsi!<
PEMERIKSAAN
- Hipertens.i(> 140/90 mmHg)
- Oisllpldemla (HOL < 35 mgldL dan atau trigtiserida Kadal Glukosa darah sewaktu
Kadar Glukosa darah IVuasa
> 250 mgldL)
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
- Diet tak sehat (unhealthydiet) dengan Iinggi gula. Kadar lipid darah
EKG
Ung91 garam. dan rendah serat, mora kok.
- Perokok aktif rnaupun pasl!

16
d. PPOK dengan tanda utama adanya keluhan batuk/sesak, untuk
PPOK usia diatas 40 tahun dengan riwayat merokok disertai gang
guan pernapasan berupa batuk kronik yang berulang dan bersifat
progresif disertai perubahan warna sputum, asrna dengan tanda
utama sesak disertai mengi, gejala episodik, dengan riwayat alergi .
PPOKdan Asma
dapat dideteksi dengan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE)
menggunakan peak flow rate meter dan dilanjutkan dengan pemer
iksaan spirom et rio
e. Hipotiroid (melalui pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) pada Wanita Usia Subur, Wanita hamil, dan Neonatus)
f. Osteoporosis, adanya faktor risiko riwayat patah tulang secara tiba
-tiba karena trauma ringan atau tanpa trauma, tubuh makin pendek
dan bongkok, skrining dengan tes 1menit
g. Gagal Ginjal Kronik
h. Thalasemia dengan adanya riwayat thalasemia dalam keluarga,
sering anemia tanpa perdarahan, pemeriksaan darah tepi ditemu
kan anemia mikro
i. Systemic Lupus Eritematous (SlE) dengan periksa Lupus sendiri
"SALURI"
Deteksi dini PPOKdan asma secara terintegrasi dapat juga dilakukan
di ouskesmas dan [ajarannva dengan memperhatikan alur di bawah
ini (Lihat Alur-6)

Alur 5 Deteksi dlnl PPOKdan Asma

Subjek Perokok /
Mantan Perokok Oatang dengan infeks;
Deng"n Usia = 35 tahun Pcrnapasan akut / berulang

Mcmpunyai : 1 Jika Ada


Gejala pernapasan Fasilitas

Pemeriksaan APE

Pemeriksaan Spirometri
dan Uji bronkoc!ilator jlk3
ada obstruksl sal. Napas

17
Catatan :
Perokok adalah subjek yang telah merokok minimal 100 batang
rokok dan sampai dengan penilaian dilakukan masih merokok.
Mantan perokok adalah perokok yang telah berhenti merokok mini
mal satu bulan sebelum penilaian dilakukan.
j. Faktor risiko kecelakaan pacta pengemudi (melalui pemeriksaan
tekanan darah, kadar gula darah, alkohol, amphetamin) dan tindak
kekerasan dalarn rurnah tangga (melalui pengenalan cedera tidak
wajar yang mengarah pada kekerasan dan pembuatan visum).
Berikut diberikan contoh alur pemeriksaan faktor risiko kecelakaan
pada pengemudi dimana pelaksanaannya melibatkan lintas sektor
terkait yaitu perhubungan dan kepolisian.
Berikut diberikan contoh alur pemeriksaan sektor risiko kecelakaan
pada pengemudi dim ana pelaksanaanya melibatkan lintas sektor
terkait yaitu Perhubungan dan kepolisian .
Pada pengendalian faktor risiko kecelakaan dan tindak kekerasan
di jalan raya dengan menggunakan alur di bawah ini (Lihat Alur-7)

Alur 6 Pemeriksaan Faktor Risiko Kpcelakaan

Perhubungan Polisi Kesehatan

A
(jI --~
R ~
M
A KendaraanJBus
0
A
1Pt
8 ,
... Pemulihan
a.Pendaftaran kondisi 1. Layak
~"iNg) Kelengkapan
adminislrasi
b.Pemeriksaan pasien
(Tekanan carat, gula Pemberian
2. Layak
dengan
Pengemudi (SIM, STNK) darah, alkohol dan obat catatan

/ amfelamin) 3. Tidak layak


c.Pencatatan

l
Puskesmas atau Pos

18
Kegiatan pemeriksaan deteksi dini faktor risiko PTM, dapat dilak
sanakan dengan cara aktif (memberikan pelayanan kesehatan sedekat
mungkin ke masvarakat melalui kegiatan di luar gedung joutreach
activities) dan secara pasif (dengan melakukan kegiatan deteksi dini
pada Masyarakat Khususj Kelompok Khusus bahkan pada suatu event
atau kegiatan tertentu dimana berkumpul banyak orang seperti rapat
kerja, seminar, workshop, rnenunggu kunjungan masyarakat ke pusk
esrnas.

2.3. Upaya Penatalaksanaan Pengendatian PTM


2.3.1 Pengendalian faktor risiko PTM terintegrasi
Faktor risiko umum 'common risk faktor' yaitu pola konsumsi makanan
yang tidak sehat (tinggi gula dan garam, tinggi lemak, dan rendah
serat), kurangnya aktivitas fisik (tidak cukup dan tidak teratur), mero
kok dan konsumsi alkohol, jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya
faktor risiko antara yaitu hipertensi, dislipidemia, kadar gula darah
tinggi, dan kegemukanjobesitas. Jika faktor risiko dapat diketahui
lebih dini, maka intervensi yang tepat dapat dilakukan sehingga PTM
dapat dicegah atau paling tidak mengurangi komplikasi penyakit. Beri
kut adalah gambaran faktor risiko penyakit dan kemungkinan penyakit
tidak menular yang mungkin terjadi berdasa rkan faktor risiko tersebut.
(Lihat Gambar-2) .
Gambar-4 Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular secara
terintegrasi

GAMBAR 4 PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO TERINTEGRASI

PENYAKITJANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH

KANKER

DIABETES

KURANG
AKTIVITAS
FISIK
PENYAKIT PERNAFASAN
KRONIK

OSTEOPOROSIS

GAKTI
19
Oalam menentukan diagnosis dan selanjutnya untuk tatalaksana
penyakit tidak menular berdasarkan faktor risiko utarna ditambah
dengan keterangan mengenai keluhan dan gejala yang ada, sebagai
pengendalian faktor risiko teritegrasi.

l.3.2. Tatalaksana
Tatalaksana pengobatan dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilan
dasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan risiko sekecil mung
kin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengo
batan yang rasional.
wataupun pengendalian PTM lebih difokuskan pada faktor risiko
perilaku dan penyakit antara, namun fase akhir penyakit tetap menjadi
perhatian. Tatalaksana penderita PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efek
tif dan efisien, yCing didukung kecukupan obat, ketenagaan,
sarana/prasarana. sistem rujukan, jaminan pembiayaan dan regulasi
memadai, untuk menjamin akses penderita PTM dan faktor risiko
terhadap tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan kesehatan
primer, sekunder maupun tertier.
Pengobatan yang tepat, cepat, efektif dan rasional dilakukan untuk
PTM beserta faktor risikonya, yaitu Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah, Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik, Kanker dan Penyakit
Kronis dan penyakit degeneratif lainnya ditambah dengan gangguan
cedera dan tindak kekerasan.
Tatalaksana PTM di puskesmas dapat dilaksanakan secara terinte
grasi mulai saat ditemukan faktor rislko sampai pada penatalaksa
naannva. merokok sebagai suatu faktor risiko bersama PTM dapat
menyebabkan PTM, maka jika pasien dengan riwayat merokok/bekas
perokok datang ke puskesmas dengan gejala pernapasan (Asma,
PPOKJcuriga kanker paru) maka dokter juga harus memikirkan
kemungkinan-kemungkinan apakah pasien tersebut juga memiliki
penyakit jantung/kardiovaskular atau metabolik (OM) atau kemungki
nan PTM yang lainnya. Demikian pula jika datang dengan riwavat
merokok dengan gejala sering makan, sering minum, sering kencing,
gemuk karena penyakit metabolik maka dokter juga harus memikirkan
apakah pasien juga memilikf kemungkinan PTM lainnya seperti penya
kit jantung.

20
Gambar 5. Merokok Merupakan Faktor Risiko
Bersama terhadap PTM

• BATUK
KRONIS
GANGGUAN
5ESAK
PERNAPASAN

- HIPEIHENSI ANGINA,
SESAK INFARK
- NYERI DADA GANGGUAN
JANTUNG OAN MIOCARD
HIPERKOLESTEROL
SAKIT KEPALA PEMBULUH DARAH

- OBESITAS
- SERING MAKAN
GANGGUAN
- SERING MINUM METABOLIK
- SERING
I'<ENCING

2.3.2.1 Tatalaksana Hipertensi dan Diabetes Terpadu


Alur tatalaksana hipertensi dan diabetes terintegrasi dipergunakan
pada kondisi berikut : Usia> 40 tahun , perokok, obesitas, hipertensi,
diabetes, riwayat penyakit Kardiovaskuler prernatur pada orang tua/
saudara kandung, riwayat diabetes atau penyakit ginjal pada orang
tua/ saudara kandung .
Tatalaksana hipertensi dan diabetes dapat dilaksanakan secara
terintegrasi dengan memperhatil<an Alur-7 Tatalaksana hipertensi
dan diabetes terintegrasi pencegahan serangan jantung, strok dan
ginjal yang terintegrasi dengan hipertensi, diabetes dan rokok
sebagai faktor risiko sebagai pendekatan awal (entry point)

21
Untuk menilai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah digu
nakan Carta prediksi faktor risiko. carta ini memprediksi seseorang
untuk berisiko menderita penyakit jantung dan pembuluh darah 10
tahun kemudian berdasarkan umur, jenis kelamin, tekanan darah.
merokok, total cholesterol dan ada tidaknya Diabetes Mellitus. Carta
ini dapat digunakan di Indonesia menggunakan carta sub regional B
(SEARB} seperti dibawah ini ;
Nama :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Umur:
tahun

SUBYEK DENGAN DIABETES MELLITUS

Age Male Female SAP


(year) Non Smoker Smoker Non Smoker Smoker (mg)
180
r::
IL-..!l • _ 160
70
.Dl:.1 ' 140
••• G 120
.. ' 180
160
140
120
180
160
140
120
180
160
140
120
4 5 6 7 8
4 5 6 7 8 456
Cholesterol (mmoJ)

KESETARAAN KADAR CHOLESTEROL


TINGKAT RISIKO MENURUT WARNA:
mmolfL DEN~N mg/dL

- 4 mmol/L:154.7 mgJdL - Hijau a <10%


- 5 mmoIlL:193.3 mg/dL - Kuning 10% sId <20%,
- 6 mmollL: 232 mg/dL - Orange I 20% sid
- 7 mmollL: 270.7 mg/dL - Merah <30%, I 30%
- 8 mmolfL:309,4 mg/dL - Merah tua I> 40%
22
Nama :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. Umur: tahun

SUBYEK TANPA DIABETES MELITUS


,J

Umur
Tahun Laki - Laki Perempuan

m
Bukan Perokok Perokok Bukan Perokok Perokok

l~:~
" I,', I
140

• 120

4567845678 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8

KESET ARAAN KADAR


TINGKAT RISIKO MENURUT WARNA:
CHOLESTEROL mmol/L DENGAN
mg/dL

- 4 mmo1JL:154,7mg/dL - Hijau CI <10%

- 5 mmo1/L:193,3 mg/dL - Kuning 10% sId <20%,

- 6 mmollL: 232 mg/dL - Orange III 20% sId <30%,


- 7 mmol/L: 270,7 mg/dL - Merah I 30% sId <40%,
- 8 mmol/L:309,4mg/dL - Merah tua I > 40%

23
Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan dengan talaksana
yang harus dilakukan sesuai dengan ringkat, lihat alur 7 di bawah ini:

Alur-7
Tatalaksana hipertensi dan diabetes terintegrasi pencegahan seran
gan jantung, strok dan ginjal yang terintegrasi dengan hipertensi,
diabetes dan rokok sebagai faktor risiko sebagai pendekatan awal
(enterypoint)

Langkah 1.Tanyakan tentang : GUNAKAN ALUR INI PAD A


K
KONOISI:
Diketahui penyakit [antunq, strok, TIA, diabetes, penyakit ginjat
Nyeri dada carvateu sesak saat aktifitas, nyeri I tungkai saat
U [ata Usia> 40 tahun, Perokok,
Obat-obatan yang dlminwm pasien
N Merokok saat lni (ya/tldak) Obesilas', Hipertensi, Diabetes,
Konsumsi alkohol (yalticlak)
Pekerjaan (duduk Sa)8 atau banyak gerak)
Riwayat Penyakil Kardiovaskuler
J Berolah raga teramr minimal 30 menit senan 5 han prematurepadaorangtua/saudara
dalam seminggu (ya/lidak)
U
kandungd, an Riwayatdiabetes
Langkah 2.Lakukan penilaian :
ataupenyakitginjalpadaorangtua
N Lingkar perur
Palpasi nadi perller saudarakandun
Auskultasi jantung dan paru
G
Tekanan darah
Gula daran puasa dan sewaklu ( DM puasa ~ 126 mgldl) atau sewaklu? (200 mgfdl
A Proteinuria
Llpid darah (bila dimungkinkar.)
Test sensasi (rasa) pada tungkai dan nadi dorsalis pedis/tibialis pada DM
N

Langkah 3. Kriteria rujukan untuk ssmua kunjungan :


I
p
Tekanan darah systole?. 140 atau diastole?. 90 mmHg pada subyek usia c 40 tanun
(unwk menyingkirkan hipertensi sekunder)
E Diketahui menderita hipertensi. strok, TIA, OM. penyakit ginjal ( untuk penilaian bila mana diperlukan )
Angina pektoris, klaucllkaslo
Perburukan gagal jantung
R
Kenaikan lekanan darah ;> 140190 mmHg ( pada OM> 130{80 mmHg) meskipun suoan
mendapat terapi dengan 2-30bat
T Proteinuria
Bila penderita terapi 8-12 minggu kadar HbA1c >7%
OM dengan il'lfeksl berat dan/atau luka di kaki
A
OM yang baru saja mengalami perburukan penglihalan atau lidak dilakukan pemeriksaao mala
dalam 2 tahun terakhlr.
M

Gunakan usia. jenis kelamin. status merokok. tekanan darah sislol, diabetes
A (kadar kolesl~rol darah bila ada)
Bila usia 50-59 tahun pilih kolom kelompok usia 50, bila 60-69 tahun pilih kolom kelompok usia 60 dst;
untuk usia c 40 tahun pilih kolom 40 tahun

24
- ,-----------------------------------------,
I Langkah 4.Tetapkan risiko ~rdi~~aSkUler bagi yang tidak dirujuk K Bila risiko < 20% :
r--+ Check ulang tiap 12 bulan untuk dinilai kembali risiko
------- -_._----------------, kardiovaskuler Konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti rnerokok
u
Semua subvek dengan tekanan darah >160/100 mmHg harus Ulangi langkah
diberikan obat anti hipertensi N 2,3,4. Bila risiko 20% - < 30% :
Semuapasien dengandiagnosisdiabetes dan penyakit Ikuti kriteria rujukan Lanjutkan seperti langkah 4 dan check ulang tiap 3 bulan
kardiovaskuler untuk semua
K kunjungan (sesuai
(penyakit jantung coroner, infark miokard, serangan iskemik
langkah-3) Bila risiko masih tetap > 30%
~ transien/TIA, penyakit cerebrovaskuler atau penyakit vaskuler
u perifer), bila stabll hendaknya terus minum obat yang sudah Tatalaksana
Setelah 3 - 6 bulan intervensi obat-obatan pada kunjungan pertarna,
u sebagai berikut lajutkan ketingkatberikutnya
diresepkan dan dianggap mempunyai risiko > 30%. Semua subyek

L
N dengan kadar kolesterol total> 320 mg/dl harus diberikan nasihat
N
pola hidup sehat dan terapi statin

Jangan tambahkan garam di meja makan dan hindari makanan asin, makanan cepat saji,
G
Risiko < 20% : makanan kaleng dan burnbu penyedap makanan
u
Ukur kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin anda secara teratur
- Perlu konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti merokok (alur A
N konseling faktor risiko PTM) NASIHAT KHUSUS BAGI PENDERITA DIABETES
- Bila risiko < 10% check kembali dalam waktu 12 bulan N
G - Bila risiko 10 - < 20% check kembali tiap 3 bulan hingga target Bila anda dalam terapi diabetes yang dapat mengakibatkan hipoglikernik, bawalah selalu

tercapai, selanjutnya tiap 6-9 bulan gula atau gula-gula, Bila memungkinkan periksakan mata teratur setiap tahun
Langkah 5.
A Jangan berjalan tanpa alas kaki atau kaos kaki, cuci kaki dengan air hangat dan jaga agar
Obati
r--.------- ------------------_,
sebagaimana 1----310 selalu kering terutama di sela-sela jari kaki
N
Risiko 20 - < 30% : K
Tercantum Jangan potong atau bubuhi bah an kimia pada callus atau corns
disamping: Perlu konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti merokok (alur
Periksa kaki anda setiap hari dan bila bermasalah atau ada luka segera temui dokter anda
konseling faktor risiko PTM) E
Langkah tambahan : Bila dengan diet diabetes kadar gula puasa tetap di atas normal, berikan
Tekanan darah menetap > 140/90 mmHg (pada DM dengan TD
p > 130/80 mmHg) pertimbangkan salah satu obat dosis rendah : o Obat hipoglikemik oral (metformin, sulfonilurea, glinid}, Titrasi metformin hingga kadar gula
Hydrochlorthiazide 25-50 rng perhari, Enalapril 5-20 mg mencapai target yang diingin kan (dosis maksimal 2 g/hari)
E perhari, Atenolol 50-100 mg perhari atau Amlodipine 5-10 mg
u Nasehatkan cara memelihara kaki: Check teratur tiap 3 bulan, bila sarana tersedia, berikan
perhari
statin bagi subyek usia> 40 tahun meskipun risiko kardiovaskuler rendah
R check teratur nap 3-6 bulan.
A Rujuk untuk pemeriksaan mata setiap dua tahun
L_

T
Risiko > 30% :
A Perlukonsultasidiet, aktifitas fisik, berhenti merokok (alur konseling) 2.3.1.2 Tatalaksana berdasarkan gejala dan Tanda
Tekanan darah menetap = 130/90 mmHg harus diberikan salah
M satu dosis rendah obat : thiazide, ACEinhibitor beta-blocker atau
Gambaran gejala dan tanda yang muncul dapat menjadi dasar
calcium channel blocker, PerlukonsuItasidiet, aktifitas fisik, berhenti
merokok (alur konselingFRPTM)) dalam menentukan kemungkinan diagnosis suatu penyakit penyakit,
Tekanan darah nrenetap = 130/80 mmHg : pertimbangkan salah khususnya pada penyakit kanker seringnya tanpa geja!a, bila sudah timbul
satu gejala kemungkinan sudah menderita stadium lanjut, untuk itu sangat
obat dosis rendah : Hydrochlorthiazide 25-50 mg perhari atau,
diperlukan pengetahuan yang benar terhadap dokter umum yang ada di
Enalapril 5-20 mg perhari atau, Atenolol 50-100 mg perhari atau
Amlodipine 5-10 mg perhari, Berikan golongan statin (Check teratur
puskesmas untuk mengerti tanda dan gejala,dapat dilihat seperti
tiap 3 bulan) dibawah ini (Lihat Alur-8)
25
Alur 8. KELUHAN/TANDA dan GEJALA YANG DIDUGA MENDERITA KANKER
TERTENTU:

KONSUUASIINDIVIDU KE PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Batuk kronik, berdarah sedikil, nyeri dada, sesak nafas, bendungan di leher, riwayal merokok
aklif atau pasif (curiga kanker paru)
Benjolan di payudara, retraksi kulit, puling susu mengeluarkan cairan f darah, payudara membesar
sebelah (curiga kanker payudara)
Keputihan,pendarahan per-vaginam: pasca coital, antar-menstruasi, pasca-menopause, nyen perut
bagian bawah'(curiga kanker leher rahim)
Perubahan kebiasaan buang air besar, perdarahan reklum (kanker kolorektal)
Kesulitan dalam buang air kecil, pancaran seni tidak beraturan. rasa ingin buang air kecil
terus rnenerusJ anyang-anyang (kanker prostat)

Menilai kemungkinan Kanker


I I
Nilai keluhan dan gejala: riwayat, intensitas, durasi, perkembangannya
Diagnosis banding: menyingkirkan infeksi * (klamidia, gonokokus), ulkus genetalia*
Mengidentifikasi faktor-faktor risiko kanker dan co-morbiditas / penyakit penverta
kelompok usia, pengguna tembakau, dan lain-lain
Pemeriksaan klinis berfokus pada area yang bermasalah (misalnya payudara teraba nodul,
leher rahim : Lesi putlh , limbul ulserasi pada mulut rahim)

DIPERKIRAKAN OAPAT DlTANGANI 01 DIDUGA KUAT KANKER


PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Obati bila memungkinkan Anjurkan kontrol Rujuk seqera ke Pelayanan


Kesehatan SekunderlRS

Saat Kontrol : Evaluasi keluhan/gejala, lakukan I


pemeriksaan klinis

Rujuk ke tingkat Pelayanan Kesehatan Sekunder


bila keluhanfgejala menetap atau memburuk

26
PERLU DIINGAT BAHWA:
Jenis Kanker ya ng geja lanya muncul hanya pada tahap lanjut dan tidak mem baik/prognosis-
nya buruk:
- Lambung (penurunan berar badan, disfagia, dispepsia, nyeri perut, cepat kenyang,
pencernaan terganggu, keasaman dan bersendawa, diare, berulang, sembelit, anemia
defisiensizat besi)
Paru (batuk kronis > 3minggu, dispnea, pneumonia berulang, hemoptisis, suara serak, nyeri dada)
Esofagus (disfagia)
Kantong erncedu/saturanernpedu (ikterik)
Ovarium (sa kit perut, distensi, penurunan berat badan, asites)
Hati (hipoglikemia, pendarahanintraperitoneal, mengangkatserumalfa - fetoprotein - diagnosis
banding: kan ker ovarium dan testis - asites, hepatomagali)
SSP /glioblastoma ( sakit kepala, kejang, muntah pagi dini hari, epilepsi )

Untuk mengetahui gejala dan tanda pada kanker tertentu dapat


merujuk pada Tabel 1 di bawah ini

Tabel1
GEJALA KANKER TERTENTU YANG PROGNOSISNYA BAlK JIKA DILAKUKAN
OETEKSI DINI
Tanyakan A : Dipahami oleh paslen

Dilakukan oleh
Kemungkinan
Kanker di Doktor Non Doktor
Organ

A : Baluk darah kronis dan sesak Paru Jika memungkinkan Rujukke


napas lakukan Pemeriksaan Pelayanan
Rontgen Thorax, Kesehatan
B : Sesak napas, Benjolan di
Rujuk ke Pelayanan sekunder
leher
danlalau bendungan di leher,
Kesehatan sekunder
pembesaran kelenjar getah bening
di lsher
A: Perubahan bentuk dan ukuran Payudara Rujuk ke Pelayanan Rujuk ke
pada perabaan payudara. Kesehatan sekunder Pelayanan
A, B : Benjotan atau penebalan pada
Kesehatan payudara atau ketiak,
sekunder

- Puting! kulit retraksi. put1ingkeluar


cairan,kulit payudara seperti eksim
- Benjolan di aksila

A: Pendarahan per-vaginam Cervix Singkirkan Rujuk ke dokter


(postcoital. intermenstrual, post ke mungkinan
infeksi msnopausa)
27
(Sambungan Tabel1)

A : Mual, pembesaran di peru! Ovarium USG, Rujuk ke Rujuk ke

A,B : Benjolan di perut Pelayanan Kesehatan Pelayanan


sekunder Kesehatan
sekunder

A: Pendarahan per-vaginam (post Endometrium Singkirkan Rujuk ke dokter


menopause bleeding} kemungkinan infeksi,

curetage
I
A: Diare persisten dan/atau Colorectal Adakah anemia Rujuk ke dokter
konstipasi, perubahan kebiasaan defisiensi zat besi,
buang air besar, obstruksi - Singkirkan infeksi dan
pendarahan per-rektum. berat badan haemorrhoid FOBT
turun drastis.

A, B : - Persistent Keratosis (bibir) Oral - Berhenti merokok Rujuk ke


- Benjolan di leher atau mengunyah PeJayanan
- Ulkus atau daging tumbuh di tembakau Kesehatan
mulutllidan > 3 mrnggu -Rujuk bila menetap > 2 sekunder
- Mulut bau, gigi goyang minggu
B: Bercah merah atau putih di mulut
Laring
A: Baluk persstea alau suara parau
Nasofaring
>3 minggu
-Rujuk ke Pelayanan
A,B: - Kelulian pada satu sisi telinga, Kesehatan
disfagia. otalgia,palsi pada saraf sekunder
Cranial, epistaxis, obstruksi nasal,

A,B: •Lesi kulil dengan wama merah- Kaposi sarcoma Rujuk ke Pelayanan Rujuk ke

ungu Kesehatan Pelayanan

sekunder Kesehatan
B:a infilirasl di kulit
sekunder

28
A, B: • Tumbuh tahi lalal baru atau !

membesar dan yang sudah ada Kulit

•Pendarahan, perubahan warna dan


bentuk dari 1ahilalat yang ada
(asymmetrical), tahi lalat dengan
berbagai wama mengalami inflamasi
atau tepinya berwarna merah
(aluran A, B ,e,D)

. keratosis persisten atau luka kulit I


yang tak sembuh·sembuh
I
A,B: •Sering kencing, pancaran seni Prostat Pemenksaan Rujuk ke dokter
tak beraturan,rasa inginkencing RektaVAnus
terus, rasa ingin kencingtapi sulit I i
I
I
I
mulai. I I
I
A,B : Bintik putih oi pupil, convergent Retinoblastoma, Rujuk ke Pelayanan Rujuk ke
strabismuspadaanak·anakh,ilangnya Kesehatan
Pelayanan visus, penonjolan bola mata. sekunder
Kesehatan sekunder

A,B : Pembengkakan pada satu testis Testis Rujuk ke Pelayanan Rujuk ke

Kesehatan Pelayanan

sekunder Kesehatan
sekunder
A,B : Kencing berdarah, lidak nyen, Kandung Singkirkan infeksi Rujuk ke dokter
strangury kencing

Terdapat beberapa penyakit pada paru yang menimbulkan gejala


yang sama, seperti sesak dan batuk sehingga membutuhkan pemer
iksaan lanjutan, alur di bawah ini (Iihat Alur-9) dapat membantu
untuk men diagnosis suatu penyakit.
29
Alur 9 Sesak Napas I Batuk

Buat Dugaan Diagnosis Berdasarkan Hal·hal Berikut :

TANYAKAN :Beratnya sesak napas(saat beijalan, naik tangga, berbicara atau saat istirahat),
BercakJ batuk berdarah, nyen dada, riwayat TB/asmaiPPOK, gagal jantung. merokok
(ya/tidak).

.
CU.r Iga atau kanker paru-
Jika sesak na~as ringan dan Jika sesak napas berat Isesak saat
istirahat atau saat be~alan) den9an : '
sedal1g dengan : TBC
paru jika:
-Mengi alau dada rasa berni, ·Frekuensi napas >30per menn • Baluk> 2minggu atau sering,alau
dahak banyak 'Gelisah • Ada riwayalTB alau
-Frekuensi napas 20-30 kali ·Menggunakan 0101 banlu napas (oto! • penurunan berat badan tanpa
-Riwayat kekambuhan leher, otot peru!) alasan jelas
·Gejala kronis 'APE<50% • menderita HIVaiau
'Saturasi 02 (oximetry<90%) , Nyeri dada saat bemapas
• Batuk darah
,I,}

t
APE 50-80% ~
APE >80% ~
Asm~IPPOK Asma IPPOK -Mengi
eksaserbasi eksaserbasi -Suhu > 38°C
ada/tidak Edema Pemeriksaan lanjutan
ringan sedang • denganltanpa nyen
sama sekali kedu unluk TB atau Kanker
-dahak belwama
(silent chest), lungkai pau
·ronki kering (pitting
oedem)#

l
~I
Foto thorax dall
Infeksi saluran sputum BTA
napas bagian bawah
Kemungkinan
AsmafPPOK Sesuai alur
Alur tatalaksana Gagal jantung
( eksaserbasi latalaksana infeksi
AsmaJPl>OK Sesuai alur
berat saluran napas Jika T61
gagal jantung
Sesuai
tatalaksana TB
30
Bila ditemukan edema pada kedua tungkai (pitting oedem), maka
dokter umum di puskesmas perlu memikirkan beberapa kemung
kinan penyakit yang diduga oleh penderita, untuk memudahkan
beberapa kemungkinan penyakit dapat dilihat pada alur di bawah ini
(Lihat alur-10)

ALUR 10
PEMBENGKAKAN TUNGKAI
'W4iW··i

Ibu hamilatau
setelahmelahirkan

penyakitjantung,

cy
Peminum alkohol, keluhanpusing,

Sesak,
danlataudengan
orthopnea,

,
!
TANYAKAN
J
OM, hipertensi

Edema keduatungkai
~
Edema keduatungl<ai Edema keduatungkai
~
pandangankabur
Edema keduatungkai

!
PERIKSA

t
OIDUGA Ronkhl basah halus,
!
Ikterik, CVP Wajah ben9kak,CVP
1
Tekanan darah meningkal, perut meningkat. Ronkhi Hipertensi, Paru,
Pemeriksaan

! meningkat,
Takhikardia,CVP
meningkat, Bising
jantung
membuncit,
Ascites,
hepalomegali
basah di basal paru,
peningkatanTD,
pucal, infeksi kulit
pelvis,
Ukuran uterus

TEST
1 1 1
1
GagalJantung Gagal Hati Gagal Ginjal Pre - ekfampsi

TERAPI 1 1
AIbumin dalam Urin ~bumin dalamUrin
1
Albumin dalam Urine Albumin dalam

1
Serum creatinin Serum crealinin Serum crealinin Urin
Oikamemungkinkan) Uika memungkinkan) Oikamemungkinkan)

RUJUK 1
Satasikonsumsi
t
Batasi konsumsi
t
Batasi konsumsi Elevasikan tungkai,
ga garam dan air garam stocking, Batasi
ra Furosemide40-80 Furosemide 40-80 mg, konsumsi garam
m mg ACE dosis rencah
ACEdosisrendah

~ ~ t
RUJUK RS UNTUK KONFIRMASI DIAGNOSIS

31
Bila ditemukan terjadi penurunan berat badan pada penderita > 10%
dari berat badan sebelurnnva dan hal ini terjadi secara berturut-turut
dalam enam bulan terakhir, maka dokter umum di puskesmas perlu
memikirkan kearah diagnosis penyakit tidak menular dengan mern
bandingkan dengan diagnosis penyakit lainnya, seperti pada Alur 11
di bawah ini

ALUR 11
PENURUNAN BERAT BADAN

-~-----------------------
.1 TANYAKAN Tanyakan riwayat penyakit
kronik

:' 1
I Nafsu makan buruk I
/
PERIKSA

1
~
Batuk Demamtak
Sp{Jtum berdarah jelas Haus berlebihan
Berkeringat malam Penyebabnya
DIDUGA
~ 1
1
TIdak ada rasa nyen Tremor
Pembengkakan kelenjar Takillardja

TEST
I'" ,II
\

1
TUBERKULOSIS
KANKER_jl
HIVIAIDS I THYROTOXICOSI
S

TERAPI

! Gula Darah

1
RUJUK

\It

RlIJUK RUMAH SAKll' UNTUK KONFIRMASI DIAGNOSIS (Subyek del'lgan dialleles lebih mudah
'
terjangkitTB)
~, "
• ""
..
},,",
"
'_
"

32
2.3.1.3 Tatalaksana Berdasarkan PenyakitTatalaksana penyakit jantung,
membutuhkan penanganan yang cepat dan akurat dengan mern
perhatikan tabel 2 di bawah ini :

TABEL· 2
ANGINA STABIL, RIWAYAT INFARK MIOKARD

~------------------------------~
ANGINA STABIL

Lakukan konseling dan edukasi kesehatan


Berikan Isosorbid Dinitrat Smg sublingual untuk mengatasi nyeri dada Gika tidak ada kontraindikasi)
Aspirin (yang dapat laruVsoluble)80·160 mg per hari
Atenolol 50 - 100 mglhari atau Bisoprolol 5 mg/hari. terapi Hni pertama untuk mengalasi gejala Oika tidak
ada konlraindikasi}
Jika pasien intoleran terhadapreseptor •bfockeratau tidak dapat dikontrol dengan ·blocker, tatalaksana
dengall Ca·channef Blockers (contoh : Amlodipin 5-10mglhari)
Berikan Simvastann 10-40 mgfhsri

RIWAYAT INFARK MIOKARD


Lakukan konseling dan edukasi kesellatan
Berikan Aspirin (yang dapat larutlsoluble) 75-150 mg per hari
Penghambat(reseptor·blockerj setidaknya selama 1 lahun (AtenoloISO-100 mglhari alau Bisoprolol
5 mglhari) ijika tidak ada kontraindikasi)
ACE-inhibilorjika gagal janlung atau infark luas (conloh: EnalapriI10-20mglhati)
Simvastatin 10-40mgfhari
lsosorbid Dinitrat 5 mg sublingval untuk mengatasi nyeri dada ijika tidak ada kontraindikasi)

PASlEN YANG MEMILIKI RIWAYAT INFARK MIOKARO (OALAM 30 HARI) HARUS OILAKUKAN
FOLLOW-UP SETIAP 142 MINGGU

KRITERIA RUJUKA~ UNTUK PASIEN OENGAN ANGINA STABIL DAN RIWAYAT INFARK MIOKARO

- Nyeri yang persisten sehingga membatasi aktivitas sehari -hari pada pasien angina stabil atau riwayat infark
miokard
- Ny-eri angina pads pasien dengan riwaya! inlark miokard
• Gagal jantung
•Aritmia
- Tidak tersedianya pemeriksaan lanjutan unluk menilai faktor risiko

PERHATIAN/KONTRAI NDIKASI

- Aspirin: riwayat tuk~k larnbunq, pencaranan serebrt, alergi dan trauma mayor
• Penghambat reseptor : asma, penyakit paru obstruktif kr~nik, gagal jantung, blok janlung
atau bradikardia (nadi<20ximenit)
- Penghambat pompa kalsiu m (ca-channel blockers) : gaga I jantung
- Penghambat pompa angiotensin (ace-i) : alergi, hamil, intoleransi terhadap batuk

33
Pada kasus gagal jantung kronik, seorang dr.umum di
puskesmas harus cermat dalam melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan memperhatikan alur 12 di bawah ini.

ALUR 12
GAGAL JANTUNG KRONIK

T ANYAKAN TENT ANG PEMERIKSAAN


Seringnya olahraga TO. denyut dan ritme jantung
Sesak nafas Edema (pergelangan kaki. sacrum. asites)
.-
Riwayal penyakil jantung Fre kuensi nafas, ronkhi -
Merokok Pembesaran, konsislensi lunak hepar
Obat-obatan yang digunakan Murmur jantung. bunyi ke·3 janlung

INVESTIGASI AWAL JIKA MEMUNGKINKAN :

- Darah rutin
Ureum-krealin in,
EKG,
- Rolgen Thorax Uika memungkinkan)

RUJrUK RS SECEPAT MUNGKIN, IUNTUK DILAKUKAN :

--
EKG, ronlgen dada, Echokardiogram atau natriuretic peptide darah (pilih salah satu)
Tes darah: Hb, hilung darah lengkap, Gula Darah Puasa, Na+, K+. urea. Cr.

-
glikosa. liroid, lipid. enzim hati.
A~bumin urine

Tidak Gaga.1Jantung
Cari penyebab lain dari gejala Gagal Jantung
klinis Lakukan Tatalaksana

TATALAKSANA
NILAI KElEB!HAN CAIRAN: RESEPKAN DIURETIK JIKA TERDAPAT KELEBI'HAN
CAIRAN:

- Tiazide dirasa cukup unluk latalaksana kelebihan cairan (contoh : Hydrochlortiazide


(HeT) 25-50mg)
- Pada kasus yang lebih berat. gunakan Furosemide (awal 40 mg. dosis pemeliharaan
2040mg)
- Selanjutnya kombinasi diuretic furosemide dan tiazide
- Tambahan pengobatan (misal : Spironolakton 25·200 mglhari) hanya pada pasien
tertentu
~ Lakukan Protokol 3 dan 4 untuk konseling dan edukasi Icesehatan (hindari
jumlah garam yang oanyak dalam makanan)

Rujuk RS Ike tilllgkat berikutnya untuk :ACE:·inhibitor (eek ele'ktrolit dan fungsi ,giojal)
-blocker (seleksi dosis)

34
Pada pasien asma yang harus diperhatikan dengan teliti adalah
anamnesis
tentang keluhan penyakit, pemeriksaan fisis, riwayat pemakaian
obat, dan menilai kontrol asma dengan jelas apakah dia termasuk
asma yang terkontrol, terkontrol sebagian atau tidak terkontrol,
dengan memperhatikan alur 13 di bawah ini

TATALAKSANAASMA

Tujuan tatalaksana asma adalah asma terkontrol. Yang disebut


asma terkontrol adalah kondisi asma dalam keadaan baik yaitu dalam
beberapa waktu terakhir tidak ada/minimal gejala, kebutuhan
pelega, tidak ada asma malam, eksaserbasi serta tidak ada keterba
tasan aktifitas. Untuk memudahkan penilaian digunakan instrument
asma kontrol test (ACT) yang dilakukan setiap 2-4 minggu.

Penilaian kondisi kontrol asma:


Minta pasien menjawab setiap pertanyaan (no. 1 s.d 5) dengan
seJujurnya dan Iingkari nilai sesuai jawaban pasien serta tuliskan nilai
tersebut di kotak yang tersedia di ujung kanan.
Jumlahkan nilainya sehingga mendapatkan nilai total.

35
,
1. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering asma anda mengganggu anda untuk
melak ukan pekerjaan sehari-hari di kantor, di sekolah atau di rumah ?

Nilai

Selalu Sering Kadang Jarang Tidak


(1) (2) kadang (4) pernah
(3) (5 )

2. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa sering anda mengalami sesak napas ?

>1 I han 1 xl hari 3-6 xl 1-2 xl Tidak


(1) (2) mgg mgg pernah
(3) (4) (5)

3. Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering gejala asma (bengek, batuk-batuk,


sesak napas, nyeri dada atau rasa tertekan di dada) menyebabkan anda ter
bangun di malam hari atau lebih awal dari biasanya ?

I = 4 xl 2-3xl 1 xl mgg 1-2 xl Tidak


mgg mgg (3) bin pernah
(1) (2) (4) (5)

4. Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering menggunakan obat pel ega inhalasi ?

= 3xl 1-2 x] 2-3xl =lxl Tidak


hari hari mgg mgg pernah
(1) (2) (3) (4) (5)

5. Menurut anda, dalam 4 minggu terakhir bagaimana kondisi asma anda ?

Tidak Kurang Cukup Terkontrol Terkontrol


terkontrol terkontrol terkontrol balk Total!
sarna (2) (3) (4) sangat
sekali (1) naik (S)

36
Penilaian Asma kontrol dengan Asthma Control Test(ACT)

Interpretasi Hasil ACT

Nilai/skor Artinya Apa yang harus Strategi pelaksanaan


dilakukan
s 19 Tidak Tingkatkan Cari faktor penyebabtidak terkontrol:
terkontrol tahapan pengobatan yang digunakan
pengobatan cara menggunakan obat inhalasi
sampai kepatuhan menggunakan obat
mencapai pengontrol
terkontrol kendala bila ada Penyakit penyerta
Upayakan mencapai terkontrol
dengan menqatasi masalahdi atas
Tingkatkan tahapan pengobatan
20-24 Terkontrol Upayakan Idem strategi di atas
Sebagian mencapai
Teruskan penggunaan pelega dan
terkontrol total
evaluasi setelah 3 bulan.
atau paling tidak
pertahankan
tetap terkontrol

25 Terkontrol Pertahankan Pertahankan pengobatan sampai


total kondisi ini agar kondisi stabil; Kemudian turunkan
tetap stabil pengobatan secara bertahap
dengan tetap mempertahankan
kondisi terkontrol.

Dokter umum di Puskesmas Pelayanan PTM, harus melakukan


penilaian kontrol asrnakepada pasien yang menderita asma agar
dapat melakukan tatalaksana yang sesuai dengan memperhatikan
Alur 13 di bawah ini:

37
Alur: 13 Tatalaksana Asma terkontrol dan tidak terkontrol

Tanyakan: Nilai kontrol terhadap ASMA dengan ACT

Tatalaksana I
I Tenkontrol (ACT 20-25) Tidak terkontrol (ACT< 19) I
I
Koreksi tekhnik pemakaian inhaler dan
pastikan kepatuhan pasien terhadap
Dalam pengobatan saar ini:

Lanjutkan kortikosteroid inhalasi


sebagai pengontrol (budesonid) pengobatan

!
dengan dosis sesual yang digunakan
Gunaxan bronxooilator sebagai pelega
(Salbutamol), JllCA PERLU
Selum mendapatlcan Sudah mendapatkan pengontrol :
Nilai setelah 3 bulan
pengontrol : Tingkatkan dosis kortikosteroid
Komkosleroid inhalasi inh"Iasi (buclesonid) sesuai
dosis rendah (budesonid tah~pan pengoba tan,bila
2x 200 ug) mungkin gunakan kombinasi
Bronkodilator inhalasl kortikosteroid dan
(Salbutamol)J JIKA PERlU agonis ~2 kerja lama
Nilai setelah 3 bulan Bronkodllator (Salbutamol), JIKA
PERLU

I
Jika ada efak sampmg yang berarti
Inginmengurangiatau Jikadiagnosisragu-ragu
menghentikankortikosteroidin Jika Kortikosteroid inhalasi sudah mencapal 2x 400 ugJhari dan
belum terkontrol RUJUK
halasi
(pengontrol)

Dokter umum di puskesmas pelayanan PTM, wajib memberikan


edukasi tentang asma, penanganan asrna, dan bagaimana menggu
nakan obat pel ega dan pengontrol, serta bagaimana menilai control
asma dengan memperhatikan Tabel -3 di bawah ini :
38
Tabel- 3
NASEHAT KEPADA PASIEN ASMA DAN
KELUARGANYA

WAKTU BAHAN EOUKASI


BERKUNJUNG DEMONSTRASI

Kunj,ungan • Apa itu asrna • Penggunaan obat


awal
• Diagnosis asma • inhalasilspacer:

• Identifikasi dan mengontrol pencetus Memonitor kondisi asma

• Dua tipe pengobatan asma sendiri berdasarkan gejala

(pengontrol & pelega) dan kebutuhan obat pelega

• Tujuan pengobatan

Kunjungan • tdentifikasl & mengontrol pencetus Penderita menunjukkan cara

pertama • Penilaian kontrol


menggunakanobat inbalasi/

asma(denganACT)
spacer, koreksi oleh dokter

(Hrst fol/ow-up) • Pengobatanyang


bila perlu Monitor asma &
digunakan (bagaimana

tindakan apa yang dapat


& kapan, adakah masalahdengan

dilakukan (idem di atas)


pengobatan tsb.)

Penangananseranganasma di

rumah

Kunjungan • ldentifikasi & mengontrol pencetus • Penderita rnenuniukkan ke

dua • Penilaiankontrol asrna (denganACT) cara menggunakan obat

(second • Penanganan serangan asma di rumah inhalasi & koreksi bila

perlu

tollow-up) • Pengobatan Monitor asma (gejala & • Demonstrasi pengukuran


pemeriksaan APE) APE dengan peak flow

meter (oleh penderita/

dokter)

39
(Sambungan Tabel - 3)

Setiap Strategi mengontrol. pencetus • Obat inhalasi

kunjungan Penilaian kontrol asma (dengan ACT) • Pengukuran APE dengan

berikut PengobatanMonitoring asma Peakflow meter

(gejala & pemeriksaan APE)

Nasehat untuk pasien dan keluarga untuk menghindari kekambuhan/eksaserbasi


Hindari faktor pencetus
Bers!hkan rumah dan serangga (ketika pasien tidak berada di rumah)
Gunakan sarung banta I dan guling denganbahan sintetik
Singkirkan karpet dari rumah, terutama kamar tidur
Jemur kasur, bantal, dan guling dibawah matabarl
Membersihkan rumah tanpa memicu banyak debu :
Tebar sedikit air sebelum menyapu, Bersihkan perabotan dengan lap lembab,
Bersihkan kipas angin, Hindari menyimpan buku, mainan, baju, sepatu, dan lain-lain
yang mengakumulasi debu dikamar tidur

Ajari bagaimana menggunakan inhalasl pada asrna

Ajari dan oek cara penggunaan obat inhalasi: inhalasi dosis terukur (IOT)/

metered-doseinhaler (MDI) dan dry powder inhaler {DPI) Gunakan inhalasi melalui

mulut, kecuali pasien tidak dapat mentoleransi atau sesak.napas,


Pada kasus seperti itu, gunakan masker sebagai perantara inhalasL

40
Pada pasien dengan PPOK yang stabil perlu dilakukan tatalaksana
sesuai dengan tanda dan gejala, derajat PPOK,spirometri dengan
memperhatikan alur 14 ini:

Alur 14
TATALAKSANA PPOK STABIL

EDUKASI
SEMUA Berhenti merokok
DERAJAT Hindari faktor pencetus

Derajat I: Gejala batuk kronik YEP l/KVP < 70% Bronkodilator keqa singkat
PPOK Ringan dan produksi sputum VEP1 80 % prediksi (SABA, Antikolinergik kerja
ada tetapi tidak senng. Dengan atau tanpa gejala cepat, Santin) bila perlu
Pada derajat ini pasien
sering tidak menyadari
bahwa fungsi paru
mulai menurun

Derajatll: Gejala sesak mulai VEPt/KVP < 70% 1. Pengobatan reguler dengan
PPOK Sedang dirasakan saat aktivitas 50 % < VEPt< 80 % bronkodilator ke~a lama
dan kadang ditemukan prediksi, Agonis -2 keria (LABA)
gejala batuk dan Dengan atau tanpa gejala Antikolinergik ke~a lama
produksi sputum. Pada (LAMA)
derajat ini biasanya Simptomatik (SABA)
pasien mulai 2. Rehabilitasi paru (edukasi, nutrisi,
memeriksakan
latihan, dukungan psikososial)
kesehatannya

41
(Sambungan Alur 14)

Gejala sesak lebih VEP,/KVP 70% 1. Pengobatan reguler dengan 1


Derajat III:
berat, penurunan 30 % VEP, 50 %. atau tebih bronkodllalor:
PPOK6erat
aktivitas. rasa lelah prediksi dengan atau tanpa Agonis -2 kerja lama LA8A)
dan serangan ge;ala Anti kolinergik kerja lama
eksaserbasi semasm (LAMA)
sering dan berdarnpak
Simptomatik
pada kualitas hidup
Kortikosteroid inhafasi bila
paslen
sering eksaserbasi berulang,
dan mem.berikan (aspens klinis
2. Rehabililasi paru (edukasi. nutrisi.
latihan . psikososial)

Derajat IV; Gejala di atas Vt;,P, IKVP < 70% 1. Pengobatan reguter dengan 1
PPOK Sangat ditambah tanda-tanda VEP, < 30 % prediksi atau lebih bronkcdtlator:
Berat gagal napas atau gagal atau gagal napas atau Agonis -2 karja lama
jantung kanan dan gagal jantung kanan (LABA)
ketergantungan Anlikolinergik kerja lama
oksigen. Pada derajat (LAMA)
ini kulitas hidup pasien Pengobatan komplikasi
memburok dan [ika Kortikosteroid lnhalasi bila
eksaserbasi dapat memberikan respons klinis
mengancam jiwa atau eksaserbasl berulang
PDE-4 inhibitor
2. Rehabilitasi (edukasi. nutnsi,
Latihan , pslkososlal)
3. Terapi oksigen jangks ,panjang
bila gagal napas kronik
4. Ventilasi mekanis noninvasif
5. Pertimbangkan terapi intervensi
untuk mengurangi hiperinnasi paru
?

Nasehat untuk pasien PPOKdan keluarga


Rokok dan polusi udara di dalam dan luar ruang adalah resiko mayor untuk PPOK
Hal pennng untuk penderita PPOK harus berhenti rnerokok dan menghindari debu,
asap rokok, dan asap apapun
Kondisikan asap dari proses memasak dapat keluar rnelalui jendela atau pintu
Memasak dengan menggunakan kayu atau karbon dilakukan di luar rumah
Gunakan masker untuk proteksi pernafasan atau pada area yang berdebu dan polusi

4Z
Pada penderita DM tipe-2, tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut
juga sebagai gikhohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat
sebagai AieL merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek
perubahan terapi 8-19 minggu sebelumnya. Tes ini tidak dapat digu
nakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan
Al C dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam seta
hun, seperti pada Alur-15.

AlUR ·15
ALUR PENGELOlAAN OM TlPE ·2 TANPA OEKOMPENSASI

Algoritmen Penqelolaan OM tipe ·2 Tanpa Oekompensasi

['-- D_M1 ,){'-- Ta_h_a_p _.I ,J ('-- Ta_h_a_p-_II _,J [._ Ta_h_3_p_-I_II_---'

GHS

GHS.
+
Monoterapi

GHS
+
Kombinasi 20HO
Catalan;
1. Gejala-gaya hid up sehat
2. Oinyatakan gagal bila
terapi selama 2·3 bulan GHS
pada nap tahap tidak +
mencapa i target terapi Kombinasi 2 OHO
HbA 1 c<7% Jalur pilihan alternative, bila : +
3. Sila tidak ada pemeriksaan Tidak terdapat insulin Basal Insulin
HbAlc dapat dipergunakan - Diabetisi betul-betul
pemeriks.aan glukosa menolak insulin
darah Kendali glukosa belum
Rat.a-Z hasll perneriksaan optimal
bsberapa kali gluko~a
darah sehari yang
dikonversikan ke HbAlc.
menurut kriteria ADA,

H
GHS
2010 + Rujuk
Kombinasi 3 OHO '----'

Ket: OHO-+Obat yang Hipsotrik Oral


GHS -Gaya Hidup Sehat

43
Selain 4 (empat)penyakit tidak menularseperti jantung dan pembu
luh darah, DM, Kanker pada orang dewasa, dan penyakit kronis pada
orang dewasa, Program pengendalian penyakit tidak menular juga
melaksanakan pengembangan kepada pengendalian penyakit kanker
pada anak, Thalasemia, dan SLE dengan memperhatikan Alur 16a
sampai dengan 16h, seperti di bawah ini

Alur 16 a
-- - - - - - - - -
PE NG END AL IAN KA NK ER
..,.. )

- - _ . _ .
AN AK PA DA L EU KEMI A

ANAMNESIS
Pucat} Demam tanpa sebab yang jelas} Perdara~an kulit, Nyeri tulang, Lesu, berat badan turun

PEMERIKSAAN filSIS
Pucat} Epitaksis/petekie/ekimosis, Pembesaran keleniar getah bening, Hepatomegali, Splenomegali

PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

PUSKESMAS RS Tipe C dan B RS Tipe A

Darah rutin dan hitung jenis - Darah rutin dan hitung . Darah rutin dan hitung jenis
(perhalikan kadar haemoglobin jenis . Foto toraks AP dan lateral
dan trombosil yang rendah, - Folo toraks AP dan - Aspirasi sum sum lulang
lateral - Pungsi lumbal
kadar leukosit yang rendah atau - Aspirasi sumsum - Sitokimia sumsum tulang
meningkat > 100.000/~1, ada tulang - Imunofenoliping Silogenetik
tidaknya sel blast, dan hitung - Pungsi lumbal
jenis limfositer) 2 dari 3 kel - Sitokimia sumsum
darah lepi tulang
44
Alur 1Gb :
PENGENDALIAN KANKER ANAK PADA RE~I~BLASTOMA j

ANAMNESIS
1. Tampak bintik putih pada bagian hitam bola mata
2. Tampak mata seperti mata kucing

PEMERIKSAAN FISIS (pemeriksaan bola mala ekstemal, segmen anterior, dan funduskopi)
· Leukokoriafwhite pupil, cars eye
· Mata juling (strabismus)
· Proptosis/bola mata menonjol : Tanda stadium lanjut!!
· Red reflex fundus (.)

1
PEMERIKSMN PENUNJANG

RS Tipe C dan 8 RS Tipe A


Darah lengkap Darah lengkap
· CT-scan Biopsi·histopatologi
· Aspirasi sumsum tulang CT·scan/MRI
· Pungsi lumbal USG mata
Aspirasi sum sum tulang
Pungsi lumbal

45
Alur 16c

rnmuI

-
J,",,""'iI!t(f'M' 5 _. """" ..... .,J.'"'"
PENGENDALIAN KANKER ANAK PADA OSTEOSARCOMA

ANAMNESIS
Nyeri tulang, lebih terasa malam hari atau setelah beraktifitas
Pembengkakan, kemerahan dan teraba hangat pada daerah dimana terasa nyeri tulang
Terjadi gejala patah tulang setelah aktifitas rutin bahkan tanpa trauma
Gerakan terbatas pada bag ian yang terkena kanker
Nyeri tulang belakang yang persisten
Gejala lain adalah demam, cepat lelah, berat badan turun dan pucat.

PEMERIKSAAN FISIS
Pembengkakan pada tulang, lebih hangat, peningkatan vaskularisasi di kulit,
Gerakan terbatas,
Pembesaran getah bening,.
Sesak nafas bila metastase ke paru

PEMERIKSAAN PENUNJANG
I J

PUSKESMAS RS Tipe C dan B RS Tipe A


- Darah rutin, Laju Endap Darah rutin, LED
Foto tulang yang Darah (LED) Laktat dehidrogenase
terkena, ada kelainan dan alkali fosfatase
- Laktat dehidrogenase
rujuk Foto tulang yang terkena
(LDH) dan alkali fosfatase dan toraks (metastase)
• Foto tulang yang terkena Biopsi·h istopatologi
dan toraks (metastasis) CT-scan tulang
- B iopsi-histopatologi
- CT-scantulang
46
Alur 16 d
PENGENDALIAN KANKER ANAK PADA NEUROB
-
LASTOMA

ANAMNESIS
Benjolan di perut
Kebiruan di sekitar mata
,r

PEMERIKSAAN FISIS
Teraba benjolan di perut
Proptosis
Perdarahan di sekitar mata (hematoma periorbita)
I

PEMERIKSAAN PENUNJANG
( ,). ,.

RS Tipe C dan 8 RS Tipe A


Darah rutin Darah rutin
Fungsi hati, fungsi ginjal, feritin, Fungsi hati, fungsi ginjal, Vannyl Mandelic
l

Acid (VMA)j feritin, LDH, aspirasi sumsum


LDH" aspirasi sumsum tulang
tulang
USG abdomen atau CT·
I USG abdomen atau CT·Scan abdomen
Scan abdomen Biopsi
Siopsi Metaiodobenzylguanidine (MIBG)
I Baca ulang
i hasil PA & CT -SCAN
I
47
Alur 16 e
PENGENDALIAN KANKER ANAK PAD A lIMFOMA MALIGNUM

ANAMNESIS

Benjo~an (>2cm) tanpa rasa nyeri dan cepat membesar, Sesak nafas, Demam,
Keringat malam, Lemah, lesu, dan nafsu makan berkurang

PEMERIKSAAN FISIS

- Pembengkakan kelenjar getah bening yang sulit digerakkan di leher (spesifik:


supraklavikula], ketiak, pangkal paha, tanpa rasa nyeri.
- Pembengkakan kelenjar tunggal atau multiple pada 1 atau beberapa tempat
- Gejala sesak nafas dan sindrom vena cava superior yang disebabkan desakan masse
di rongga dada/mediastinum
- Obstruksi saluran pencernaan (pada limfoma di abdominal)
- Sistemik: demam, keringat malam, lemah, lesu nafsu makan berkurang (berat
1

badan turun secara progresif)

PEMERIKSAANPENUNJANG

RS Tipe C dan B RS Tipe A


Darah rutin, LDH, Foto toreks, Darah rutin, LDH
Foto abdomen 1 biopsi Foto: toraks dan abdomen
Aspirasi sumsum tulang Biop$i
USGabdomen Aspirasi sumsum tulang
CT-Scan USG abdomen
Patologi anatomi CT·Scan
Patologi anatomi
lmunohistokirnia
MR!

48
Alur 16 f
Systemic Lupus Eritematous (SLE)

Alur deteksi dini pada pasien SLE dapat dilakukan dengan mengingat 11 kriteria
berupa pertanyaan. yang terangkum di dalam SALURI (Periksa Lupus Sendiri):

1. Apakah Persendian anda sering terasa sa kit. nyeri atau bengkak lebih dari tiga
bulan?
2. Apakah jari tangan dan atau jari kaki pucat, kaku atau tidak nyaman di saat dingin?
3. Apakah anda pernah menderita sariawan lebih dari dua minggu?
4. Apakah anda mengalami kelainan darah seperti : anemia, leukositopenia, atau
trombositopenia?

5. Pernahkah pada waja'h anda terdapat ruarn kemerahan berbentuk kupu-kupu yang
sayapnya meiintang dari pipi ke pipi?
6. Apakah anda sering demam diatas 38° C dengan sebab yang tidak jelas?
7. Apakah anda pernah mengalami nyeri dada selama beberapa hari sa at menarik
nafas?
8. Apakah anda sering merasa sangat lelah dan sangat Iemas, bahkan setelah cukup
beristirahat?
9. Apakah kulit anda hipersensitif terhadap sinar matahari?
10. Apakah terdapat protein pada pemeriksaan urine and a?
11. Pernahkah anda mengalami serangan atau kejang?

ALUR RUJUKAN SLE

Terdapat empat tugas utama sebagai dokter umum di puskesmas. yaitu :

WasPClda terhadap kemungkinan penyakit SLE diantara pasien yang dirawat


dan melakukan rujukan diagnosis
2 . Melakukan tatalaksana serta pemantauan penyakit SLE ringan dan kondisinya

stabil (pasien SLE tanpa keterlibatan organ vital dan atau terdapat komorbiditas)

49
Mengetahui saat tepat untuk melakukan rujukan ke ahli reumatik
pada kasus SLE.Melakukan kerjasama dalam pengobatan dan
pemantauan aktivitas penyakit pasien SLEderajat berat, merujuk ke
alur, di bawah ini:

Alur 16 9
Rujukan systemic Lupus Erltematous
(SLE)

OOKTER UMUM
PUSAT PEL. KES
PRIMER
c:============::::;:::::=-( KECURIGAAN SLE )
+
I Reumatologis/lnternist
I
- Penegakan diagnosis
- Kajian Aktivitas dan
derajat penyakit
- Perencanaan
pengobatan
- Pemantauan aktivitas
penyakit secara teratur
/terprogram

SLE derajat ringan


n
- - SLE Derajat sedang
dan berat
SLE dengan - SLE yang mengancam
komplikasi!aktivitas jiwa
meningkat

Alur 16 h Thalasemia

PEMERIKSAANFISIS:
ANAMNESIS
Adanya riwayat Ihalasemia -- Pucat
Infeksi berulang
----+
.-
dalam keluarga, riwayat Jantung berdebar-debar
anemia berulang lanpa
Tidak nafsu makan
pendarahan . Ikterus
- Benluk muka mongoloid
- Terdapat gangguan pertvmbuhan
- PerlJl membesar karena hepatomegali
Isplenomegali

J
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Skrining anemia mikrositik
hipokrom
~
Rujuk ke RS

so
Orang tua dengan Orang tua dengan
Thalassaemia Traitj Thalassaemia Trait/
bawaan bawaan

, Darah
Thalassaemia
Trait/bawaan Normal

Thalassaemia Thalassaemia
Mayor Trait/bawaan

Hindari perkawinan sesama pembawa sifat thalasemia

51
Pengendalian Faktor Risiko Thalassaemia
Thalessemia diartikan sebagai sekumpulan gangguan genetik yang
mengakibatkan berkurang atau tidak ada sama sekali sintesis satu
atau lebih rantai globin. Pengendalian faktor risiko dapat dimulai dari
seseorang yang memiliki thalessaemia trait/bawaan, pernbawa Thal
assaemia yang sehat, maka untuk mencegah terjadinya keturunan
yang menderita thalassaemia, hindarilah perkawinan sesama pern
bawa sifat thalassaemia, berikut adalah kernungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi jika terjadi tali perkawinan:
- Jika pasangan anda merniltki darah normal maka tidak mungkin
anak-anak anda akan menderita Thalassaemia Mayor
- Jika anda dan pasangan anda memiliki Thalassaemia Traitjbawaan
maka dalarn setiap kehamilan terdapat kemungkinan satu diban
ding empat, bahwa anak anda akan menderita Thalassaemia Mayor

2.3.2. Respon Cepat Kegawatdaruratan PTM


Tindak lanjut dini, tata laksana kasus, dan respon cepat terhadap
kondisi kegawatan penyakit tidak menular harus dapat dilak.,u.... k,._ ~n
oleh
setiap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ·®'Sar.
Penanganan rujukan yang memadai menjadi tolak ukur keberhasi
Ian setiap
pelayanan kesehatan yang diberikan di fasilitas layanan kesehatan
dasar terhadap kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut di
rurnah sakit.
Pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali, menilai, dan
memberikan pertolongan pertama atau mengelolaan pada keadaan
darurat PTM harus dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di puskes
mas, yang meliputi (1) sesak napas, (2) nyeri dada, (3) penurunan
kesadaran, dan (4) trauma.

1) KEGAWATDARURATAN SESAK NAPAS

PPOIKeksaserbasi dengan gejala: Sesak yang bertambah, produksi


sputurn/dahak yang bertambah, perubahan warna sputum (kuning,
kehijauan atau purulen)
Asma eksaserbasi dengan gejala: meningkatnya gejala (sesak napas,
batuk, mengi, rasa berat di dada,kombinasi gejala terse but, APE
menurun)
52
BEDAKAN ANTARA ASMA DAN PPOK
Kegawatdaruratan sesak napas ditemukan pada PPOK eksaserbasi,
dan Asma eksaserbasi. Bila diagnosis kedua penyakit tersebut masih
ragu dapat menggunakan alur 17-a. Jika sudah dapat dipastikan seran
gan Asma eksaserbasi dapat menggunakan aim i7-b, dan jika PPOK
eksaserbasi dapat menggunakan alur 17-c, seperti di bawah

Alur 17a penanganan eksaserbasi asma/ PPOK

----------------~--------------------------/

Eksaserbasi Ringan
Eksaserbasi Sedang
Kondisi: Kondisi: Eksaserbasi Berat
rnengi atau dada te rasa berat,
meogi atau dada Kondisi;
dahak banyak
terasa berat, dahal< Sesak napas berat (sesak saat istiranat atau
banyak
Frekuensi napas 2.0·30xjmenit, saat berjalan)
Frekuensi napas 20· menggunakan otot bantu Frekuensi napas: >30 per menit
30xlmenit napas Gelisah
Riwayat kekambuhan Meriggunakan otot bantu napas (otot leher &
Riwayat kekambu nan perut)
Gejala kranis
APE: < 50%
APE >80% Geiala kronis
Saturasi Oksigen < 90%
Ber~kan:
APE SO ·80%
02 kanula hldung Berikan:
13erikan;
Salbutamol
Inhalasi dapat Berikan oksigen 4liter/menit (30%)
diu lang setiap 20 02 kan ula hidung 3-4 melalui nasal kanul, dan dimonitor
menlt (3x dalam 1 IHer/menit monitor saturasi ) sampai dengan sat 02 diatas 90%
jam) 90%
Salbutamol nebullsasl 2,Sug
Neb ullsasi 2,5 ug Pasang infuse (iv line)
atau altematif lOT dapat diulang setiap 2.0 menlt
dengan spacer 400 (3 x dal'am seiam], Dapat
ug dikombinasi dengan Salbutamol 2,5 ug kombinasi dengan
Illra.tro!)ium brornida inhalasi lpratroplum Bromida lnhalasl solution
Jlka. suhu > 38 solution 10·20 tetes/ satu kali 10·20 tetes dapat diu lang setiap 20 menit
danlatau sputum
nebulisasl (3 x dalam sejam)
yang purulen
berlkan erltromlsln Berikan kortikosterobd
atau amoksilin sistemik : iriJeksl [iv] 1 Ji ka temperatur > 38 Cd an/atau
mg/kg BB metilprednisolon sputum yang purulen : 8erikan
atau analognya Eritromisin (2.50-
dexamethasone 5-
500 mg/6jam) atau Amoksisilin dengan
10mg/ kali pemberlan,
prednisone oral 1mg/kg88, asam klavulanat (Z50·S00mg/8jam)
selama Shari
Jika suhu >38 dan/atau Nilai ulang respon terhadap pengobatan
sputum yang purulen: berikan dalam sejam
antibiotik (erythromycin,
amoksilin dengan RUJUK
asam klavulanat)
Nilai ulang respon terhadap
pengobatan dalam 1 jam

53
(Sambungan alur 17 a)

I Nilai respon terhadap pengobatan


I
I
RESPON BAlK RESPON BURUK
J
1 jam setelah penanganan, kondisl - Rcspon Buruk : Jika APE menurun, atau kesadaran
pasien: menurun (bingun9fgelisah). atau sesak Mfas yang
- Stabil mernberat : RUJUK segera
Tidak sesak Tidak ada respon : setelah pengobalan awal
APE perbaikan, frekuensi nafas (salbutamol inhalasi 3x dalam sejam. kortikosteroid
berkurang (normal: <20xjmenit) dengan Salbutamol RUJUK
Kondisi pasien stabil Sambi! menunggu transport Ke tempat rujukan:
Pasang infus (iv line)
Pasang oksigen (30% masker atau .4 titer/menit nasal
Pasien diperbolehkan pulang dengan
kanul) untuk menjaga saturasi :>90% jika memungkinkan
terapi: Pasnkan pasien menggunakan Lanjulkan salbulamol inhalasi 3x dalam 1jam
Salbutamol oral 2mg/kali • Berikan amlnofilin bolus (5·6 mg/kg aa Slav setengah
,metilprednisolon 20-30 mg/hari, dosis jika 12 jam sebelumnya menggunakan
prednisone oral 40 mg. sekali/hari, aminofilin).dilanjulkan dengan aminofilin drip (0.5-0.7
selama lima-tujuh hari, mukolitik bila mg/kgbbljam
perlu, antibiotik jika ada infeksi Nilai • AIltibiotik (golongan kuinolon respirasi) amoksilin dengan
ulang dalam seminggu asarn klavvlanal atau of!oxacin atau levolloxacin

FOLLOW UP SETELAH SEMINGGU :

Nflai gejala (sesak nafas dan mengi) dan tanda (frekuensi nafas. pemeriksaan paru, dan pulse
ox/melty)
Jlka TIDAl< ada perubahan, tatataxsana seba.gal eksaserbasl sedanglberat (Iihat di alas).
Jika tidak ada respon terhadap pengobalan. RUJUK.
Jika respon baik, lanjutkan pengobatan jangka panjang dan follow-up (gunakan alur)

NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

Rokok dan polusi udara di dalam dan luar ruang adalah risiko mayor untuk PPOK
Hal penling untuk penderita PPOK harus bd'iperhalil<an adalah: bementi merokok. menghindari
debu. asap rokok, dan asap apapun
Kondisikan asap dari proses memasak dapat ketuar melalui jendela atau pintu
Memasak dengan menggunakan kayu atau karbon dilakukan di luar rumah
Jika memungkinkan. ban.gun oven dalam dapur dari batu bata dan terdapal cerobong asap yang
menghantarkan asap keluar
Gunakan masker untuk proteksi pernafasan atau pada area yang berdebu dan potusr

NASE'HAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

Rokok dan polusi udara di dalam dan luar ruang adalah risiko mayor untuk PPOK
Hal panting untul< panderita PPOK harus bdiperhallkan adalah: bementi msrokok, menghindari
debu. asap rokoK. dan asap apapun
Kondisikan asap dari proses memasak dapat keluar melalui jendela atau pintu
Memasak dengan menggunakan kayu atau karbon dilakukan di luar rumah
Jika memungkinkan. bangun oven dalam dapur dan batu bata dan terdapat cerobong asap yang
menghantarkan asap keluar
Gunakan masker untuk proteksi pernafasan atau pada area yang berdebu dan polusl

S4
Alur 17 - b Penanganan Asma Eksaserbasi

Jika diagnosis Asma eksaserbasi sudah ditegakkan, dengan


gejala: batuk,sesak, mengi, dada terasa berat yang bertambah

Penilaian awal
Riwayat dan pemeriksaan fisis (auskultasi. otot bantu napas,
denyut jantung. frekuensi napas) dan bila mungkin faal paru (APE
atau VEP1, seturasi 02). perneriksaan lain atas indikas!

Se,angan
Ringan
Asma II Serangan Asma Sedang/ Berat II Serangan As rna Mengancam Jiwa

1
~
P!i!ngQbak1n ~wal
Oksigenasi deng an kanul nasal
Inhalasi agonis beta-z keria sing kat (nebulisasl), seuap
20 me nil dalam satu jam) atau agonis oota·2 injeksi
(Terbutalin
0.5 ml subkutan atau Adrenarin 111000 0.3 ml
I RUJUK RUMAH SAKIT

subxutan)
Kor~kosteroid sistemik :
• sarangan asma berat
· Tidak ada raspon de n9an pengobatan bronkodilator
· Dalam kortikosteroid oral
· Tidak ada respons segera dengan eengobatan
brollkodilator d alam ~ortikosteroid oral

( P~nilalan Ulang w~lah 1 i~m


Pem.hsis. saturasi O~dengan pulsoxyrnetri

,l.

Resoons baik
J +
ResQQnstidak semQurna ResQ2ns buruk dalam
Respons balk dan
Risiko !ioUi dim es
1ill..ru
stabll dalam 60 Pern.fisls : .gejala Risikolinggi dtstres
me-nit riogan -s.daog Pern.filil : bem,
Pern.fists normal
APE> SO*.'etapi < gelisah dan
APE> 71m
70% kHadaran
prediksi/ nil.i menurun
Saturasi 0: tida" Pulang
t.rbaik perbalkan APE < 30S Bita APE> 60% prediksi I terbaik .
Saturasi Q, >
9<()l6
...
... Dirawat RUJUKRS
Tetap berikan pengcbatan oral

I
I
/
Inhalosi agonis beta·2 atau inhalasi
Pulang
Pengobatan di lanjutkan anti·l<ollne'gik
Korti~ostcroidststerntk
..
dengan inhalasi agonis
be,a·2
Mernbut uhkar.
AminofHin drip
Te",pi oks.gen
I Perbaikan I
kortikosteroid oral pertimbangkankanul
EduKasipenoerita naS3'
M~rnakai obat yang Pantau APE. Sat 0,. Nadi
b@nar
Ikoti rencana
pengcbatan selanjutnya
ss
Alur 17-c Serangan PPOK Eksaserbasi

PPOK eksaserbasi dengan gejala : Sesak yang bertambah, produksi


TATALAKSANA
sputum/dahak yang bertambah,perubahan warna sputum(kuning,
kehijauan atau purulen)

Eksaserbasi IRingan Eksaserbasi Sedang (jika terdapat 2


(terdapat 1 geiala dari 3 gejala diatas) Eksaserbasi Berat (memiliki 3
disertai keluhan lain gejala diatas)
mis demam) Dapat diberikan obat sistemik (injeksi)
kemudian dilanjutkan dengan oral
- Pasang infus (iv line)
Dapat diberikan:
- Salbutamol nebulisasi 2,5ug dapat - Jika sesak nafas be rat dan
Salbutamol pulse oximetry rendah
diulang setiap 20 menit (3 x dalam
inhalasi dapat «90%),
J
sejam), Dapat dikombinasi dengan
diulanq setiap 20 - Kombinasi Ipratropium
ipratropium bromida inhalasi solution
menit (3x dalam 1 10-20 tetes/ satu kali nebulisasi Bromida solution 10·20 tetes
jam) inhalasi atau 2ml
ipratropiu m solution+
Nebulisasi 2,5 ug
salbutamol 2,5 ug untuk
alau alternalif lOT - Berikan kortikosteroid sistemik :
dengan spacer 400 injeksi (iv) 1 mg/kgBBJhari nebulisasi, dapat diu lang
ug metilprednisolon atau analognya setiap 20 menit selama 1
dexamethasone S-10mg! kali jam)
Mukolitik bila perlu - Kortikosteroid injeksi
pemberian,m etilpredsinolon 0 ral

Jika temperatur > 24·40mg/hari, prednisone oral - Jika temperatur > 38 C


Img/kgBB, selama 5 hari dan/atau sputum yang
38 C dan/atau purulen : Berikan Eritromisin
- Jika suhu >38 dan/atau sputum
sputum yang (250-S00 mg/6jam) atau
yang puru len: berikan antibiotik
purulen : Berikan (erythromycin, amoksilin dengan Amoksisilin dengan asam
Eritromisin atau asarn klavulanat) klavulanat (250- SOOmg/8jam)
Amoksisilin - Nilai ulang respon terhadap
dengan asam pengobatan dam 1 jam - RUJUK RS
klavulanat

56
lanjutan alur 17c

Nilai respon terhadap pengobatan


I

Respon baik Respon Buruk: Jika APEmenurun, atsu turun


kesadaran, atau sesak nafas yang memberat :
APE meningkat, frekuensj nafas
RUJUK segera
berkurang (normal: <20xfmenit)

Diperbolehkan pulang : nilai Tidak ada respon : setelah 2 jam dalam


ulang dalam 1minggu pengobatan dengan Salbutamol RUJUK
Sambil menunggu transport ke tempat
Pastikan pasien menggunakan ruiukan;
Salbutamol inhaler di rumah : Pasang oksigen (30% masker at au 204
perintahkan 2 puff, setiap 4 liter/menit nasal prongs) untuk menjaga
jam, untuk sessk nafas atau saturasi >90% jika memungkinkan
mengi
lanjutkan Salbutamol, nebulisasi jika
Resepkan prednisone oral 40 mg, memungkinkan (1-2 ml Salbutamol, setiap 20

lx/hari, selama 7 hari menit atau kontinyu, jika terjadi distress


pernafasan berat)

Folfow up setelah 1 minggu ;

Nilai gejala (sesak natas, mengi) dan tanda (frekuensi nafas, pemeriksaan paru, pulse oximetry)

Jika TIDAKada perubahan, tatalaksana sebagai eksaserbasi sedangfberat (Iihat di atas). Jika
tidak ada respon terhadap pengobatan, RUJUK.

Jika respon baik, lanjutkan pengobatan jangka panjang dan/ollow-up (gunakan alur)

57
2) NYERI DADA

Alur 18 Kemungkinan diagnosis berdasarkan keluhan nyeri dada

I Tanyakan Sifat nyeri: lokasi, menjalar, berat, kapan mulai dirasakan, berapa lama, apakah
berhubungan dengan aktifilas, apa gejala yang mengikuti (mual, muntah,
berkeringat, palpitasi, pusing)

Gambaran angina stabil kronik


j_

Gambaran bukan karena
- Sakit di daerah pusat atau nyeri akibat jantung:Lokasi
retrosternal sakit dapat ditunjuk dan
· Saat aktivitas, menghilang saat berubah dengan
istirahat perubahan posisi tubuh
· Rasasesak, berat Waktu < 10
menit dapat menjalar ke leher;
rahang,
tangan atau perut bagian atas
KEMUNGKINAN
Manifestasi angina bisa bukan merupakan nyeri dada, namun
PENYEBABNYA:
dapat berupa manifestasi yang berbeda (sesak napas) : pada
Pleuritis, Pericarditis,
wanita, orang tua, dan pasien diabetes. Tromboemboli paru,
Gastritis Akut, Serangan,
herpes, zooster, panik
dan lain·lain.

I Tanyaka~ I RIWAYAT PENYAKIT


· Pernah mengalami sakit seperti ini, dan diagnosis (jika diketahui)
· Ookumen penyakit jantung, atau diagnosis medis

· Riwayat serangan jantung sebelumnya, OM, Tekanan darah tinggi dan merokok

Riwayat keluarga: Penyakit jantung prematur «55 tahun pada pria; <65 tahun pada
wanita), diabetes atau strok.

6 Tekanan darah, Nadi : bradikardi, takikardi, tidak teratur, Gagal jantung : S3, gallop
EKG Oikamemungkinkan)
TanganV
Rujuk ke RS
dengan Infark Miokard • Akut dengan 8T

Infark Miokard Akut Angina Pektoris
fasilrlas elevasi tanpa ST elevasi TidakSiabil

58
ALUR 19 TIDAK SADAR ATAU SEMI TIDAK-SAOAR (LANJUTAN)
)

Tindakan 4. Tatalaksana sesuai di bawah ini

Trauma dengan TD sistolik<90


Mulai Infus i.1JNaCI0,9% dan rujuk ke RS

Konvulsi/kejang
Jika konvulsi/kejang pada kehamilan, berikan Magnesium Sulfat (MgS04) i.v,
selama 5-15 menit. Jika tidak berikan Diazepam 10 mg i.v atau rektal,
rujuk ke RS(kecuali diketahui Epilepsi)

Suspek anafilaksis dengan TO sistolik <90


Posisikan secara supine dan masukkan alat bantu jalan nafas
Berikan adrenalin i.m (paha sarnping) 0.Q1 mg/kg, dosis maksimal 0.5 mg
Berikan NaCI 0_9% i.v (20 ml/kgBB, ulangi hingga totalSOmljkgBB selama it:
jam pertama)
Jika tidak ada respon, ulangi adrenalin setiap 5 menit
Hidrokortison i.v lOO-30Dmg

Gula Darah <sO mg/dl Keton urin +3 dan/atau Glukosa darah


Jikadapat minum, berikan satu sendok makan 20-30 250 mg/dl
g glukosa dicampur dengan air, atau 1 gelas jus Rehidrasi dengan NaCI 0.9% 500 ml - 1 liter
buah, madu, minuman bergula. Jikatidak ada selama 1 jam, sambil di rujuk ke RS
respon selama
15 menit, ulangi Demam > 38 C dan/atau kaku kuduk
Jika tidak sadar/tidak dapat rninum, berikan SO ml Protokol untuk meningitis/malaria
50% glukosa i.v. Rujuk ke RSjika tidak ada
Gigitan ular
respon selama 10 menit (Sebelum dirujuk jika
Antivenom jika tersedia, rujuk ke RS
fasiJitas tersedia, dapat dilakukan pemasangan infus
dextrose sambil dilakukan pemantauan GS secara
ketat (tiap jam). Jika respons baik juga sebaiknya
tetap dirujuk) ke RS terdekat untuk
pemantauan ketat krn hipoglikemia bisa
berulang

Suspek keracunan herbesida/pestisida


Jika agen diketahui, masukkan antidot jika
tersedia sebelum rujuk ke RS

Paralisis
Jaga jalan nafas, ruiuk ke RS
59
ALUR 20 TRANSLENT ISCHEMIC ATTACK (TIA) DAN STROKE j
Gunakan alur berikut jika pasien mengalami secara tiba-tiba :
- Kelemahan atau kehilangan sensori pada satu sisi tubuh atau
anggota gerak
- Kesulitan berbicara atau pemahaman
- Gangguan penglihatan
- Saki! kepala hebat atau yang tidak biasa
- Gangguan keseimbangan

- Kapan hal itu terjadi? Sedang berada dimana? Apa yang Jika pasien memiliki
sedang dilakukan? ----+ defisit neurologi yang
- Apakah mengalami kelemahan atau basal? persisten >24 jam
- Oapatkah berbicara seperti biasa?
- Apakah dapat melihat seperti biasa?
- Apakah mengalami sakit kepala?
- Apakah gejala masih terasa, atau sudah menghilang? RUJUK segera ke level
- Apakah pernah TIA atau stroke sebelumnya? berikutnya
- Apakah ada riwayat Hipertensi, Diabetes, Penyakit Jantung?
- Apakah merokok? Jika tidak, apakah sebelumnya pernah
merokok?
- Apakah mengkonsumsi alkohol?
- Apakah ada diagnosis lain?
- Apakah pernah ada riwayat Jatuh atau trauma sebelumnya?

Tatalaksana:
- Aspirin (dosis pertama:300-500 mg,
Jika defisit naurologi hilang selama 24 jam kemudian 75-150mg per hari)
~ - Antihipertensif jika TD 140/95 mm Hg atau
lebih
- Simvastatio (10-40 mg per hari)

Rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut :


Untuk CT Scan, Ultrasound untuk
ateri karotis EGG dan pemeriksaan
jantung jika dibutuhkan

60
Tin~a~an:
Barin~Kan~asien,~eriK~atanda vita" ~eKaligusailaKuKananamnesasin~Katla~ang ivline

Tinaakan : Tatalak~ana :

· ~eri~anO~si~enL·~liter per menit aen~anna~alKanul


· As~irin tanpa ~alut~ula (~i~unyan)1@ - j~~m~, oeriKansece~atn~a
· l~o~orDiaeainitrate (I~DN)~uDlin~ual) m~ aa~at diulan~i 1-j Kaliselamaselan~waKtu W menit
(ji.KandaK aaa Kontra~naiKasi misalnya ni~otensi)

• UntuK nyeri oa~a nebat ~an~ belum teratasi oengan ooat ·ooat oi atas, beriKan Mor~nine ). W

m~ 1M atau IV (jiKa teraapat apoteKer)

· la~u~a~nemeriK~aa~n~Gcan emim tro~oninatau (KM~,


· nnaa~an Ruju ~eR~setepat mungKin

61
4. TRAUMA
Pada klien yang mengalami trauma, baik kecelakaan lalu lintas,
jatun, tenggelam, danterbakar memerlukan tatalaksana

/llu, Zl
TATALAKSANA TRAUMA (KLL. JATUH. TENGGELAM. DAN TERBAKAR)

Kasus Codora: Jatuh. KLL. tldak s.adar Lnkukan rosusltasl

Porhatikan Lakukan Penllalan

Pastlkan kOtldisi SCkllar ~da" tidak membahayakan


penolong. korban. dan org lain Aman: yaltidak
PGnoiong harus menggunakanAPD bGrupa: masker. Bola va: I;)njutkan
Hubungi nomor
0: Dengar sarung langan. poJam;>ung. kaca mata pellndung ke langkah darIJrat:,....~sampaika
berikutnya.
n Lokast korean
sesuai dongan kooois> bahaya tertentu
No.Up yan9 dapat

1'' ' ' ) ~rtJndak b,13keadaan tetah aman biJa tidak. pangs,I dihubungi
bantuan
Pashkan tida1l ada lagl korban Jumlah korban

Apa yang
1
tsrjadi.
tidak sadar. jatuh.Kll

MonU01 reaks, ko rban Aman: yaltidak


Bila ya: tanjutk.an
I Dlbutuhkan
PanS91paslen dGngan cukup keras
R: Response
Goya ngkan bahunya dengan lembul
------i ke langkah .. arnbulans.per-
(reaksi) benlrutnya. lolongan segera
t>ila tidale panggil
bantuan

Penksa I Cck Nadi KAROnS(potu,gas kesehatan


... ..
TIDAKAOA VA
lakukan KOMPRESI JANTUNG WAR Berlkan 1 kali
C=Circulation 30:2. Evaluasi sotlap 5 aktiva bila napas buatan
tidak respon RJP dilanjutkan. soua p, s.-a
detik
Adrenalin 1mQ iv
PGlnat1kan kesadaran.
Pernapasan dan J)8rdarahan hebat

IMembu.'<.adan membeba$kanI"!an naru chon loftj.:lw tshws


(, ka (UI1()8 ada 1)3:ah llhno 1ehGrJ
Mcmenksa dan pasuxan jalan nates dari bondCl aslng Jlk.a leraengar suara
A=AJrway s6J)8rti berkumur
(Jalan natas) (gunlln9) maka
kemungkinan
terdapatcalran _
bersihkan latan natas

1
Amali gerakan naik turun dado (look) Waklu penilaian ~ 5
Bo:Breathing d stlk svaluasi setiap
ftttout. ~Ias.,cI.tlentti.;a'fl
Dengan suara natas (IiSlen) 1 menU
8~J
Rasakan aoanva aliran udara (feet)

l Co I .. o /". .....
_ IN '
n~ln ib'tUJA
n>e<f4dmr!

~'''~I~n
KOfb.n{~>J+"
Din-y~,~ynmtnlnua1
Oithd~\t~r
62
Keterangan Pemberian:

A. Kompresi Jantung luar


1. Posisikan pasien / korban ditempat yang keras dan rata.
2. Posisi penolong berlutut pada samping kiri atau kanan korban .
3. Posisi kedua telapak tangan berada pada tulang dada pasien /
korban, lengan lurus.
4. Lakukan penekanan pada tulang dada, lakukan dengan cepar
dan kuat, jangan ragu - ragu.
5. Lakukan penekanan sebanyak 30 kali.
6. Setelah 30 kali, buka jalan nafas, beri nafas buatan, dengan cara
dengakkan kepala pasien / korean, tutup hidung dengan jari,
hembuskan nafas kuat - kuat ke dalam mulut korban sebanyak
2 kali.
7. Bila belum ada tanda - tanda kesadaran atau perbaikan dari
pasien / korban, lanjutkan kompresi jantung luar.
8. Hal ini terus menerus dilakukan sampai lima siklus.
9. Setelah lima siklus, periksa kembali denyut nadi jantung.
10. Bila ada denyut nadi leher, hentikan kompresi.
11. Bila tidak ada denyut nadi leher, lanjutkan siklus kompresi dan
pemberian nafas buatan dengan perbandngan 30 : 2.
12. Siklus ini terus menerus dilakukan sampai datang penolong yang
lebih ahli atau syarat - syarat lain.

63
B. Pembebasan [alan napas :

Tehnik chin lift adatah meletakkan dua jari dibawah dagu kemudian hati PI'()!)!;
- .:a1r';11!
,]inc~
hati angkat ke atas hingga rahang bawah terangkat kedepan.selama ,
tindakan ini perhatikan leMr jangan sampai menengadah berlebihan. (:~ t
nstlll1ter

Tehnik chin lift adalah meletakkan dua jan dibawah dagu kemudian hati -
hati angkat ke atas hingga rahang bawah terangkat
kedepan.selama tindakan ini perhatikan leher jangan sampai
menengadah berlebihan.

Tehnil<Jaw trust doronglah sudut rahanq bawah ke depan hingga rahang


bawah terdorong ke depan.

Pemberian napas :
Kelingking penolong disudut rahang bawah I [ari tengah dan jari manis

didagu dan mengangkat ke atas telunjuk dan ibu jari memegang face

mask agar hidung dan mulut pasien / korban tertutup dengan rapat (

C - E posisi ).

Tahap Penilaian :
• Kasuskegawatdaruratan jantung dan trauma,
I
Circulation - Airway - Breathing I
• Kasus asfiksia, misalnya karena tenggelam dan kegawatan nafas
karena terbakar,
I
Airway - Breathing - Circula.tion I
Selanjutnya dilakukan penatalaksanaan dan rujukan berdasarkan
hasil yang ditemukan. Demikian juga pada kunjungan kedua penilaian
terus dilakukan untuk ditindak lanjuti sebagaimana hasil yang dlternu
kan dan dilakukan rencana penatalaksanaan lebih lanjut serta dilaku
kan intervensi pada pasien maupun keluarga.
64
2.5 Sistem Rujukan PPTM
Mekanisme rujukan kasus secara timbal-
balik.

1. Posbindu PTM, Kader Kesehatan, dan UKBM lainnya, dapat


membantu pasien untuk menunjukkan dan atau mengantarkan
nya menuju fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat serta
mampu memberikan layanan sesuai kebutuhannya.
2. Demikian pula institusi kesehatan, mulai dari Puskesmas Pem
bantu, Poskesdes/Bidan di desa, dan puskesmas, sebagai insti
tusi pelayanan kesehatan dasar terdekat di masyarakat, dapat
merujuk pasien dengan kondisi "sakit cukup berat dan atau
kegawatdaruratan rnedik", langsung ke institusi pelayanan
kesehatan terdekat yang mampu mengatasi masalahnya secara
tepat, misalnya ke Puskesmas PTM yang sudah dapat difungsi
kan sebagai pusat rujukan-antara, atau pusat rujukan medik
spesialistik terbatas dan bila dipandang perlu dapat langsung ke
RSrujukan medik terdekat sebagaimana disebutkan diatas, bila
memungkinkan.
3. Pada kondisi Puskesmasyang tidak mampu memberi layanan
rujukan medis pada kasus dengan kondisi sakit cukup berat dan
atau kegawat-daruratan medik, maka pasien harus secepatnya
dirujuk ke rumah sakit rujukan medik spesialistik terdekat. Dari
pasien yang dlrujuk ke fasilitas pelayanan rujukan medik
spesialistik/spesialistik terbatas, umpan balik hasil layanan
dikirim kembali kepada pengirimnya agar penyelenggaraan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota berjalan dengan baik.
4. Umpan balik hasil pelayanan dan saran-saran tindak-Ianjutnya,
disampaikan kepada puskesmas atau institusi pelayanan
kesehatan yang mengirim semula, yang dipastikan dapat
menindak-Ianjuti saran yang diberikannya, agar pelayanan dapat
diselesaikan.

Pelayanan pengendalian penyakit tidak menular dan rujukan


kasus, dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari posbindu PTM,
Puskesmas,PuskesmasPTM, sampai ke Rumah sakit, sebagai ruju
kan, lihat alur 23

65
Alur 23 Pelayanan dan rujukan kasus di puskesmas )

RUjllkan Puskesmaslain
Rujukan masyarakat Rujukan Posbindu yang belum
Perorangan
mengembangkan
PelayananPTM

~\ I
Puskesmaspengembangan
pelayanan PTM

PemeriksaanFisik
dan Penunjang

_,.-------...
.>:
Kasusdapat dita- Kasusdapat dita- KasusTdk dpt dita-
ngani di Puskesmas ngani dgn ngani di Puskesmas Rujukan
tuntunan dari RS Barik
rujukan Ke
PPTM
~
Tindakan/Yankes SesuaisPa, / "'\
Tindakan/Yankes Dirujuk ke R5 Rujukan
SesuaiSOP& Bimbing dgn Bimbingan dari RS Rujukan Terdekat yang mempunyai
an Kemandirian Klg Terdekat, melalui Komunikasi Iasititas memadai sesuai
Radio-medik,TIp, atau e-Heaith dengan Kebutuhan ITPKB

\
Spesialis yg datang ke

I ~
Puskesmas

Monev hasHTindakanl
Yankes di Puskesmas
Hasil tindakan I
Yankes di RS baik,
Pasiendikembalikan
ke Puskesmas

Belum Sembuh, dirujuk Pasiensernbuh, Pulang,


ke RSRUjukan/TPKB lanjutkan Rawat [alan,
Perkesmas follow-up

66
2.6 Upaya rehabilitatif

Rehabilitasi PTM bertujuan untuk meminimalkan komplikasi


melalui pengobatan yang tepat serta meningkatkan kualitas hidup
dan lama ketahanan hidup pad a penderita. Rehabilitasi dilak
sanakan pada penderita pasca stroke (survivor), pasca
cedera/kecelakaan (penyandang cacat}, DM dengan Kaki Diabetes
(diabetesi), Kanker (survivor) dan lain-lain. Rehabiltasi dilakukan
dengan perawatan kasus PTM melalui kunjungan rumah (home
care) dengan tenaga terlatih dalam rehabilitasi medik. Kegiatan
paliatif antara lain meliputi penatalaksanaan nyeri.

Keluhan ftsik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikolog, soslal


cultural dan spiritual, persiapan dan selama masa dukacita
(breavement). Keluhan utama pasien stadium lanjut yang paling
sering adalah nyeri. Nyeri hebat dan tidak mampu lagi diobati
dengan obat standar, Pengobatan di maksud, dapat secara medika
mentosa/obat-obatan khusus termasuk morphin ataupun tinda
kan operasi. Terapi paliatif bisa dilakukan di rumah sakit atau di
rumah penderita (home care). Terapi paliatif dan bebas nyeri
adalah suatu kesatuan, dengan tujuan agartercapai kualitas hidup
yang baik, secara pribadi maupun sebagai komunitas sosial.

Tindakan yang dilakukan pada terapi paliatif sama dengan terapi


utama, modalitas terapinya meliputi operasi, kemoterapi,
radioterapi atau salah satu atau kombinasi ketiganya. Misalnya,
dilakukan operasi untuk mengeluarkan cairan di perut sehingga
pasien tidak sesak, operasi atau radioterapi untuk mengurangi
besarnya tumor atau kanker supaya tidak menekan saraf sehingga
keluhan nyeri berkurang, dan lain-lain.

Salah satu upaya rehabilitatif untuk penderita OM adalah


perawatan kaki Diabetes, seperti yang tergambar dalam Alur-24,
di bawah ini

67
Alur 24
UPAYA REHABILITATIF PERAWATAN KAKI
DIABETES UNTUK PENDEF{ITA OM NON ULKUS

ANAMNESIS
Identifikasi faktor risiko kaki diabetik (kalus, liMa pedis, deformitas jari, fisura, dan lain-lain
Riwayat pernakaian alas kaki dan kaos kaki sehari-hari

PEMERIKSAANFISIS(ISCHEMIK)
- Pemeriksaan ftsis umum
Kelainan arteriosklerotik
. Aritmia

I
I LESI KULIT NEUROPATI
J
SEPATU DEFORMITAS KELAJNAN VASCULAR
Pemakaian Deformitas jari -Refleks tendon achiles Pulsasi arteri
·Kalus,korn
-Persepsi vibrasi pedis
alas kaki yg - Pes cavus -Oeformitas kuku
-Persepsi tekanan AB(P)
sesuai Charcot foot -Tinea pedis
Hallus vagus -Fisura, lepuh - MCV, gelombang-~
Hallus rigidus -Ederna, bengkak -SCV
-CVak

Evaluasi kaki berisiko

Risiko
Risiko
Tinggi
Rendah

Perawatan kaki
Perawatan kaki non-ulkus
Edukasi perawatan kaki
Edukasi dan pembuatan Inspeksi
alas kaki yang sesuai
kakijenam bulan

68
BAB III
SARANA DAN PRASARANA

Untuk terlaksananya upaya pengendalian PTM di puskesmas, sewajarnya diperlu


kan pentahapan penerapan kriteria, baik menyangkut sumber daya (tenaga,
anggaran/biaya, metode!SPO, peralatan medis), obat essensial PTM.

Sesuai dengan target yang telah ditetapkan pad a pedoman pengembangan


pengendalian PTM di Puskesmas bahwa pada tahun 2014 terdapat minimal satu
Kabupaten/Kota memiliki satu puskesmas pelayanan PTM yang dapat dilak
sanakan di puskesmas perawatan maupun non perawatan, tergantung pad a
sumber dava, sarana-prasarana yang dimiliki. Adapun standar yang ditetapkan
dimiliki oleh puskesrnas untuk pelayanan PTM adalah:

3.1 Sumber Oaya Manusia

• Untuk dapat melaksanakan pelayanan PTM terintegrasi di puskesmas diper


lukan sumber daya manusia yang kompeten, terdiri dari
• 1 (satu) orang dokter umum, terlatih PTM terintegrasi, Practical approach to
Lung Health (PAL), ACLS, GELS.
• 1 (satu) orang perawat, terlatih BTCLS,GELS,
• 1 (satu) orang Bidan, terlatih GELS,
• 1 (satu) orang sarjana kesehatan masyarakat, terlatih surveilans
• 1 (satu) orang ahli gizi (minimal D3)
• 1 (satu) orang penata kesehatan lingkungan
• 1 (satu) orang fungsional penyuluh kesehatan masyarakat
• 1 (satu) orang apoteker
• Serta tenaga pendukung sesuai dengan kebutuhan puskesrnas

• Upaya pelayanan PTM terintegrasi di puskesmas sebaiknya dilaksanakan


dalam satuan kerja tim dinamis, yang mendapatkan pelatihan yang terpro
gram, melalui pelatihan formal maupun non formal.

69
3.2. Peralatan medis untuk pelayanan PTM
• Beberapa contoh peralatan dasar tersedia dalam jumlahnya cukup, antara
lain:
- Sarana penyuluhan PTM untuk berhenti merokok, gizi sehat, aktivitas fisik
yang terdiri dari media cetak (flipchart, lembar batik), media elektronika
(CD, kaset,sound system, monitor), media wawancara tatap muka (diskusi
kelompok terarah, wawancara dan bermain peran/roleplay r konseling)
- Sarana deteksi dini : Tensimeter merkuri, alat pengukur: TB, BB, LP}
stetoskop, EKG, Rontgen paru, peak flow meter, IVA kit, glukometer, tes
albumin urin, tes cholesterol, amphetamine test, alcohol test
- Sarana penatalaksanaan kegawatdaruratan PTM: tabung oksigen, tabung
N20/C02, monitor 4 parameter (TD, nadi, EKG,pulseoxymetri), nebulizer,
trauma kit, spirometri, defibrillator, resusitasi kit, cryo-gun.
- Sarana pendukung seperti kreatinin, keton urine, dan troponin test,
Thiroid Check, HbA1C, CKMB (Creatine kinase Miyocardial Band), Mioglo
bin.

Standar pemeliharaan alat dengan melakukan kalibrasi dengan teratur dan


pembuangan limbah medis sesuai standar internasional untuk Alat suntik
disposible dan sampah medis lainnya.

3.3. Obat essensial PTM


Aminofilin Melformin Hydrocortisone (injection)
Amoxycillin Sulfon ilurea (glibenclamide, Salbutamol injectable
Amoxicillin + as.klavulanat Glimepirid.Glikazid. Insulin basal (NPH. Glargine.
Adriamin Glikuidon) Detemir)
Adriamycin Sta lin(lovastalin/simvaslalin) Promethazine injection
Glucose injectable solution
Aspirin Hydrochlorothiazide
Sodium chloride infusion
Bisoprolol Isosorbide dinitrate
Sulfas Atropin
Budesonid Enalapril Povidon lodi ne
Burnazine eCB (nifedipine R. Dexamethaso
Beclometasone inhaler amlodipine) Efedrin
Cyclophospamide Glukosa Injeksi Erythromycin
Cotri moxazole Metotrexate Furosemide
Captopril Tamoxifen Ibuprofen
Codein Tablet 'Phenoxymethyl penicillin Methilprednisolon
Doksisiklin Paracetamol Metronidazole

70
Ipratropium bromide Preduison
Ipratropium bromide +

Salbutamol
Tiotropium
Salbutamol tablet
Salbutamol inhaler

Beberapa daftar obat kemoterapi yang sering dipakai oleh orang dengan
kanker harus diketahui oleh dokter yang bertugas di puskesmas pelayanan
PTM, mengenal efek samping obat seperti dibawah ini:

AC (Adriamin, Cyclophospamide) Benzathine benzylpenicillin (inject)

CAF (Cyclophospamide,Adriamycin,S Fluoro Uracil)

CEF (Cyciophospamide,Epiburicin,S FluoroUracil)

CMF(Cydophospamide,Metrotrexate,5Fluoro Uraci I) Epirubicin

Fluoro Uracil

Morphine (injection dan Oral)

MTX

Obat essensial ini harus ada di puskesmas sehubungan dengan pengenda


lian PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam hal lama pemberian
obat, karena PTM membutuhkan pengobatan dalam waktu lama, maka obat
obatan diberikan paling sedikit untuk waktu 1(satu) bulan sebagaimana pedo
man masing-masing penyakit dan jika tidak ada keluhan lain yang mendesak
dan perlu penanganan lebih lanjut. Dalam hal perhitungan dan manajemen
obat di puskesmas dapat dilihat pedoman dan petunjuk teknis yang ada
terkait pengadaan dan manajemen obat di puskesmas.

71
BAS IV
SISTEM PENCATATAN DAN PElAPORAN PPTM

4.1. Pencat.atan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan pengendalian PTM menjadi


bagian penting dari pencatatan di puskesmas dan jajarannya, dengan penam
bahan kolom untuk beberapa format pencatatan yang diperlukan seperti
jumlah skrining maupun deteksi dini, jumlah kasus yang ditangani, jumlah
pasien yang dirujuk, secara detail mengenai pencatatan dapat merujuk pada
pedoman pengendalian yang tersedia. Disarankan untuk tidak membuat
format baru, mengingat bahwa format pencatatan kegiatan puskesmas untuk
data penyusunan profil kesehatan Kabupaten/Kota, masih tetap dibuat pusk
esmas.

Laporan kegiatan puskesmas, merupakan bagian dari laporan kegiatan pela


yanan puskesmas secara keseluruhan. Hasil evaluasi/penilaian kinerja pela
yanan puskesmas akan menjadi bagian dari hasil kinerja pelayanan
puskesmas induknya. Bersama dengan hasil kinerja pelayanan lainnya, akan
menjadi hasil kinerja puskesmas. Pengiriman laporan dan urnpan-balik analisis
hasil evaluasi kinerja pelayanan di setiap fasilitas pelayanan PTM akan
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

4.2. Pelaporan

Pelaporan pengendalian PTM di Puskesmas disesuaikan dengan format


pelaporan yang ada di Puskesmas setempat. Bila memungkinkan dalam
pengembangannya dapat ditambahkan jenis penyakit PTM lainnya.
Pencatatan penyakit tidak menular di puskesmas untuk pencatatan berdasar
kan individu maupun kasus digunakan rekam medis atau catatan klinis (Lihat
lampiran-2).

72
BABV
PENUTUP

Petunjuk teknis penyelenggaraan Pengendalian Penyakit tidak menular di


puskesmas merupakan upaya dalam mengakomodasi berbagai perkembangan di
bidang kesehatan maupun sektor lain yang berdampak pada derajat kesehatan.

Dukungan yang optimal dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta,


maupun LSM, organisasi profesi, akademisi, sangat dibutuhkan pada penerapan
kebijakan pengendalian penyakit tidak menular di Puskesmas

Buku Petunjuk teknis penyelenggaraan Pengendalian Penyakit tidak menu


lar di puskesmas ssbagai acuan bagi Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Oinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Puskesmas, dalam mengembangkan kebijakan
operasional dan penyelenggaraan puskesmas, disesuaikan dengan kondisi dan
situasi daerah.

Pengendalian PTM secara terintegrasi merupakan kunci keberhasilan


dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular di puskesmas PTM.

73
DAFTAR PUSTAKA

1. Asaria P,Chisholm 0 Mathers C, Ezzati M, Beaglehole R, 2007. Chronic


disease prevention: Health effects and financial costs of strategies to reduce
salt intake and control tobacco use. Lancet, 370:2044-2053.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehat an Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2008. Riset kesehatan Dasar2007.
3. Cecchini M, Sassi F.lauer JA, Lee Y'GGuajardo -Barron V, Chisholm 0 (2010).
Tackling of unhealthy diets, physical inactivity, and obesity: health effects and
cost-effectiveness. Lancet, 376:1775-84.
4. Depkes RI, 2011. Revitalisasi Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Revisi Kepmenkes, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Jakarta.
5. Dr. Djoko Maryono DSPD, DSPJ,FASE,2009. Mitos dan Fakta Seputar
Penyakit Jantung, PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta
6. Depkes RI, 2009. Pedoman Tatalaksana penyakit Kanker di Komunitas,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
7. Depkes RI, 2008. Pedoman Penanganan Evakuasi Medik, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
8. Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
9. Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
10. Depkes RI, 2008. Pedoman Pengendalian Osteoporosis, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
11. Depkes RI, 2009. Renstra Kemenkes Tahun 2010 -2014, Pengendalian PTM,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
12. Depkes RI, 2008. Rencana Program Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan PTM tahun 2010-2014.
13. Depkes RI, 2010. Rencana operasional promosi kesehatan dalam
pengendalianpenyakittidakmenular, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
14. Depkes RI, 2012. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan,
Oeparternen Kesehatan RI, Jakarta,

74
15. Ginsberg GM, Lauer JA, Johns B, Sepulveda C, 2009. Screening, prevention,
and treatment 'Ofcervical cancer: a global generalized cost -effectiveness
analysis, 27:6060-79.
16. Johns S, Baltussen R, Adam T, Hutubessy R, 2003. Programme cost in the
ecenomic evaluation 'Of health interventien. Cost effectiveness and Resource
allocation" :1.
17. Mason W.Freeman, M.D dan Christine Junge, 2008. Associate Professor The
Harvard Medical Scheel. Lewering Your Cholesterol, PT.BhuanaIImu Populer,
Jakarta.
18. Mendis S, Lindhelm LH, Anderson SGet a/., 2011. Total cardiovascular
risk approach to improve efficiency of cardiovascular prevention in
resource constrained settings. Journal of Clinical Epidemiology;Apr 27.
19. Murray Cj,Lauer JA, Hutubessy RC,Niessen L, Temijima N, Redgers A, Lawes
CM, EvansDB, 2003. Effectiveness and costs of interventions to lower systolic
blood pressure and cholesterol: a global and regional analysis en reduction of
cardiovascular disease risk. Lancet,361:717-2S
20. Ministry of Health, 2008. National list of essential medicines, Jakarta, The
Republic of Indonesia.
21. WHO, 2010. ~ackage 'Of Essential Non Cemmunicable Disease intervention
fer Primary Healt Care in Lew resouese settings, Ge neva, Wold Health
Organization
22. WHO, 2008. 2008 -2013 Action Plan for the WHO Global Strategy fer the
Prevention and Control of Noncommunicable Diseases.Geneva,World Health
Organization.
23. Willett WC, Koplan JK, Nugent R, Dusenbury C, Puska P,Gaz iano TA, 2006.
Prevention 'Ofchronic disease by means 'Of diet and lifestyle changes, In:
Jamison 0, Breman J, Measham A, Alleyne G.vans D.Jha P,Mills A,
Musgrove.Disease Control Priorities in Developing Countries (Second Edition),
New York, Oxford University Press.

75
TIM PENYUSUN

- Ditjen PPdan PL Kementerian Kesehatan R.I


- Ditjen Bina Yanmedik Kementerian Kesehatan R.I

Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes


Siti Sundari, MPH, Dsc
drg. Ratih Ariningrum, Mkes
dr. Fatum Basalama, MKM Dr.
Sony Warauw, SKM.M.Kes
Sumarsihan, SKM, M.Epid
Titi sari Renowati, SKM, MScPH
dr. Lily Banokah, M.Epid
dr. Dwisangka
FX. Budiyono, SKM. M.Kes
Margaretha, SKM. M.Kes
dr. Farina Andayani, M.Sc
dr. Esti Widiastuti MScPH
dr Aris Hamzah
Robert Saragih, SKM.
M.Epid dr. Sylviana, M.Sc.
dr. Chita Septiawati, MKM
Veronica Tarigan, SKM.M. Kes
dr. Yeni Afrina
dr. Tristiyenny Pubianturi, M.Kes
dr. Novi Indriastuti
dr. Prihandriyo Sri Hijranti
dr. Fristika Mildya
dr. Meilina Farikha
dr. Frides Susanty
dr. Sorta Rosniulu, M.sc.
Siti Aisyah, 5si
Mugi Wahid, SKM
dr. Tiersa Vera Junita
dr. Uswatun Hasanah

76
Yuli Hernita, Amd. Kep
dr. Rezavitawanti
dr. Mauliate DC Gultom
dr. Hernani Ojahrir (WHO-Representative to Indonesia)
dr. Daru Ameli Apt. MM (Oit Bina Yanfar)
dr. Yetty M.P Silitonga (Dit Bina Gizi Kemenkes)
dr. EM Yunir, SpPD, KEMD (PERKENI)
dr. Dianiati SpP (K) (Kepala Departemen Pulmonologi RS
Persahabatan/PDPI)
Prof. Faisal Yunus (RS. Persahabatan)
dr. Nella Abdullah (RS.Fatmawati)
dr. Herbert SpKj (Oir. Kes. Jiwa)
Yudiawati (Sudinkes Jakarta Pusat)
Tinexcelly MS, SKM, MKM (Dit BUKO, OJ Kemkes)
dr. Daniel P.L.Tobing, SpJP (K), FIHA, FICA (PERKI)
dr. Dafsah A. Juzar, Sp. JP (PERKI)
dr. Dara Amelia, Apt, MM (Dit Bina Kefarmasian dan Alkes)
dr. Astrid W. Sulistomo, MPH, SpOK (FKUI)
dr. Herbert.5, 5pKJ (Kasie Bina Pencegahan dan Penanggulangan
masalah NAPZA, Rokok, Alkohol)
dr. Yetty M.P. Silitonga (Oit Bina Gizi Klinik)
drg. Yudiawati (Sud in Kesehatan Jakarta Pusat)
drg. Syayadi, M. Kes (Pusat Promosi Kesehatan)

77
~ 'iii
VI

~ 0
c
c ~ «
>-
en
:
(II
~
:
8.
(II
-" iii
(II :::; en
Qj en
Q, : e
e ; IV
(II
"C .. .. ...... "
C
I1l
;
;v
u
C ~
Q) 'e
0-
~ zen
C: <~~...J
e I-<en<~
~:;UJ(!)w~
:x VI
'0. 2 ::l

E alt3i:5~O::O:: en iii
VI
.9
I1l ~w:::><
~Q.t-zz00 u; .0 IV
...J 0 E
0
z 2 .s!
'c
(ii e 'c;;
(II
a. 'c;; w -"
'c
E ~ VI (II
.0
(II

~ 0 ~ :;2
~ '" Q) (II .0
en
Qj
VI
::l
C.
e
-"
en >-
e (II

'"
'0 ::l
~ 'E ...J
iii E
-
1= en en V
'c
~(i
Q)
o, Q) 's .2 (II
c
VI .)£ Q) U IV
en 'E
Q) Q)

:Q~ Q) co (Q ~ :5
.0
Q)
0>
(Q
::l
IV Q) iii (.)
.0
EE 0 0 0> ...J E 0>
c ::l
~ ~
c3 ~ (Q
<f) a. a.
0 -c -cVI a. a. .J::: ~ o ...J
~
C'O 0 Q) Q)
~
E'E~ I- (f) U l- I-
~~-o
: .. c
: en ,91
::::> ~
: ~ 0.
::~ 1::::>: VI
: ro 'iii
~=;~ 0
:::>
E <i en
:::> >- :c
Q "' iiien
~...,
en
~ c
(II
I-

"'E" ~ ~
~
S
Q)

(/)
"as" E 1
u; .:c E
~ 0>
(.)

1
:C 'O
0
z ~
c
::l ~
«
:; -e .. .
"" ""
e
z
<.!)
:5 C
« co 'c . ..
Q )
~
~ . .. ,
C'O
,~
z-
,:>t;
0 .J::: ~
.. .. > t;
::E ~ ~
en 0 -c (Q

E
(
"5 s
.. :;2 CD C Qj
Qj
< -e
"" "" ...
Q) 0
Q.
(Q
>- c
>

ro
sa ~ c
en
~
E c
Q 0
"e" c:::> ~
C

s
'c;; .;,,:.
u ..5 (Q
0
c:
a.
S
C
~ E ..., (Q

...
0
:::>

c: :::> (ij .:.: ii5 C'O .;,,:.


(
a.
(I) C 'O
c 't:
-t= c -" C
e Q

,~ (Q
Q)
Q)
,~ ~ IV iii c. ~
i= 't":: "0
Z (1)(1)'<: Q)
c
~ c
UJ E"" :::> en 0> 'c;; en E '0,
c. 's, e ~ (Q ro :::>

o_z"'a<.ll~i!l
a. o I ..5 ~ ~ii5 i:i) 0:
Q)
...J (f)
=>
I-

79
.... ... "'" ~ -.'".,'~
~
" ' B" :'g" :g :g c:
~ ~
'~ "
~
I--

~ ~ ~ ',"... '>"- ':>". '""'" ~


I
~ i
c :>

B "~'"~" ;g"" :'g" e:


..><:
-
~
:.!: F-
~ ~ ~ ~ ee
> ll!. '>" - · :..::

-'"
-g ~ ~ -8 :'g"
<0

i
r- :B ""
."=
oX oX

:.!:
S
e,,e_,
'."... ~ ~ '",,_, > ;:
~ <:

', "_
.,., _,.. -'" .>< .>< .>< <0

.g i -E
l
<0
~ ~

~
:..:
~ ~ ~ ~ ~ e, ~
:g
.
'>"- .>< to

t
~
0;>
....
:B ~ 1 ;g : g :'g"
~
I--
:.:
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
:g
" "
.g
..,. -"" .>< . .. on
><:

i
i
e
~ ~ :g

,
".g"
><: I--

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ :..::
..,.
~ ~ .g :g~ .g
.>< e c -e-
-'" -""

-:
:g
'9
:..:: ~
B .~

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
... on
.g ~ ~ ::g~;g : cg
-'"
~
o n
>< : - s :

~ ~ ~ ~~ ~!
',"_
..,. .....
1:g~ :'g" ;B
t
-'"" oX

- ""
:B ~
~ r
B
-
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ :..::
.>< ... -'" ...;g o X -> <
:g :g ':i5"
,.,
:B ~ ~ i
I
<':'
"" ~ ~ ~ ~ ~ ~ :x::
'"
> -

-'"
..,. ..¥ .>< e-"" -e"e"
B ~ :8
e
:B
N
: g :g :g c:
-
'>"<:
~
ee

~ ~ ~ >'"
-
<,_
'0
'"I
>- ::>
:..::
~ ~ "'"" c:
I
I :s 15 :s ~
~ .~
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ :..:

1~ I
- . .
I
i
z
c:
!
~=
c-
.><
~ :>
0
0

.It !t l ... 2

s::>
.!9
~
:5 ~Ii Ii g> c:
~ ~
Si
~ t
j t :[I
S? C!. C ! .

f fI i
~ ~ c
=c: ~ '"=
4>

i 11
<0 ::> c:
~ s s; ~ §
~ ~l ~ j J1
l:" ~ ~ ~'" i .9/ .i!1

II
'"

I
0
:s~ , ,g ..Iii
to
~ .;:;;
= ~~ ~ ~~
~ ~ 'S u;

1I ~ :5 ~ u ..

a
~ "c
§'8 ~~=;o::"~~ -2
:::> '0

j1
~ 5::l < '0
< . .)~'C' v
~ 3
r: r: ~
~
g
3 ! ! j ~
~ lSi

J
~

ffi 0 ~ 19 '" i
- ~
(l.:": .... 0::
=-- ~ ~ s:.. ~ \.;>
::>
\.;> 0:: 1-' 0.. ><:0 <=

80
c:
m
'?i5
s:
(/)
m
§
~
C'Cl
'en
C'Cl

~
E
Q)
E

s:::
C
~
1l
: :
.:JS
'
, ....
I
, s:::
, C1l
.:.::
,
(/)
I
:::J '(j)
, ~ c:
CU
E
cu o
,......, E I;:
C'Cl
..¥.
c: 0> ..c
C'Cl s:: C'Cl
.:.:: cu is :::J
"'5 'iii .S 'S
..0 C1l ..0
Q) Q. ~C'Cl 'i5 VI
.e ..!.!! en 0
s:::
:::J
(/)
:::J
~
c:
:.c ~
c: C'Cl
>.
x:
..><:
s::: s:: ro a. c
ro
' .....J s::: ro ..0
0
:::l
.!:!1
C1l 0>
0 ...!.. ~
0
c.o '0, c: C'Cl .....
-e--'
C r .Q 0 Q)
.. I- 0 u.. o,
1l
c
81
....-- 1_-----,

o
...J
:J:
~
-
- --
«

-
'

~
-c
...J
=>
Z e/)
w e/)
:E lJJ
~ 0::
f0-
-c e/)
a

-
i=

-
l
i ro ro
:"' c
rtlCoo
:
« (/)
g" Q)

Z
w
> Ii: ::>
"
ro
a. "0 0)
Q) r o
~
z
(6
.>C
::> ro
ro c:
w "iii Q)
-'" Q.ctl
0.. .><:
W E (6
'"
ro
0... :E ~;-:::
D C/I :.>< "!'"

Q)

.
CI)
c:-'"

.
Q)
«
Q) "0
_ CI) ~ ro Q)

...J s:
CI) ::> ::> '" CI) .J::J
....,
w
o

-
z ~
ro
D

-
ro
c: ro Q)
ro
" ro 1:
o tel
"0
:; Q
C. Q)
D
~ 0c: E
Q) ro ro Co
:;c:
§ ~ U) .J::J CI)
.0
0= Z
0=
~
~ I
-
u..
z
«
SIS3NII\J'VN'V
~
w
a
z
U.J
0...

o
:::c::
o
0::
:::c::

-
..x

Q
)

-
e c: l}l
ro ~
Q ~ Q)
) E E

i
r
o

Q
)
U) ~
'v'1'Vr38 N'V8N3Q en
J:! -
0:: O>ilS3C1 ClOl.>fv=l
o

82

Anda mungkin juga menyukai