Oleh:
Preseptor :
dr. Nice Rachmawati Masnadi, SpA(K)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Batasan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Metode Penulisan 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sindroma Nefrotik Akut ec GNAPS
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Epidemiologi 4
2.1.3 Klasifikasi 5
2.1.4 Etiologi dan Faktor Resiko 5
2.1.5 Patogenesis 6
2.1.6 Manifestasi Klinis 7
2.1.7 Diagnosis 8
2.1.8 Tatalaksana 11
2.1.9 Edukasi 14
2.1.10 Komplikasi 14
2.1.11 Pencegahan 15
2.1.12 Prognosis 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pasien dewasa.4
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
secara akut.6
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan suatu istilah yang lebih bersifat umum
dan lebih menggambarkan suatu proses histopatologi berupa proliferasi & inflamasi sel
glomeruli akibat proses imunologik. GNA merupakan istilah yang lebih bersifat
lain:5
• Glomerulonefritis kronik eksaserbasi akut
• Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria
- Glomerulonefritis fokal
- Nefritis herediter (sindrom Alport)
- Nefropati IgA-IgG (Maladie de Berger)
- Benign recurrent hematuria
• Glomerulonefritis progresif cepat
• Penyakit – penyakit sistemik
- Purpura Henoch-Schöenlein (HSP)
- Lupus erythematosus sistemik (SLE)
2
- Endokarditis bakterial subakut (SBE)
2.1.2 Epidemiologi
GNAPS terus menjadi penyebab paling umum nefritis akut pada anak-anak
secara global, dan terutama terjadi pada negara berkembang, diperkirakan dari
470.000 kasus baru GNAPS di seluruh dunia, 97 persen-nya terjadi di wilayah dunia
dengan status sosial ekonomi yang buruk, dengan insiden tahunan berkisar antara 9,5
4
Faktor-faktor inilah yang secara keseluruhan menyebabkan retensi Na dan air,
sehingga dapat menyebabkan edema dan hipertensi. Efek proteinuria yang terjadi pada
GNAPS tidak sampai menyebabkan edema lebih berat, karena hormon- hormon yang
mengatur ekpansi cairan ekstraselular seperti renin angiotensin, aldosteron dan anti
diuretik hormon (ADH) tidak meningkat. Edema yang berat dapat terjadi pada GNAPS
GNAPS lebih sering terjadi pada anak usia 6 sampai 15 tahun dan jarang pada
simtomatik.5
1. Periode laten
5
Pada GNAPS yang khas harus ada periode laten yaitu periode antara
6
infeksi streptokokus dan timbulnya gejala klinik. Periode ini berkisar 1-3
minggu; periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului
oleh ISPA, sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit/piodermi.
Periode ini jarang terjadi di bawah 1 minggu. Bila periode laten ini
berlangsung kurang dari 1 minggu, maka harus dipikirkan kemungkinan
penyakit lain, seperti eksaserbasi dari glomerulonefritis kronik, lupus
eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schöenlein atau Benign recurrent
haematuria.5
2. Edema
Merupakan gejala yang paling sering, umumnya pertama kali timbul, dan
menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering terjadi di daerah
periorbital (edema palpebra), disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi cairan
hebat, maka edema timbul di daerah perut (asites), dan genitalia eksterna
glomerulonefritis kronik.5
4. Hipertensi
Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus GNAPS.
Albar mendapati hipertensi berkisar 32-70%. Umumnya terjadi dalam minggu
pertama dan menghilang bersamaan dengan menghilangnya gejala klinik
yang lain. Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan (tekanan
7
diastolik 80- 90 mmHg). Adakalanya hipertensi berat menyebabkan
ensefalopati hipertensi yaitu hipertensi yang disertai gejala serebral, seperti
sakit kepala, muntah-
8
muntah, kesadaran menurun dan kejang-kejang.5
5. Oliguria
Keadaan ini jarang dijumpai, terdapat pada 5-10% kasus GNAPS dengan
produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari. Oliguria terjadi bila fungsi
ginjal menurun atau timbul kegagalan ginjal akut. Seperti ketiga gejala
sebelumnya, oliguria umumnya timbul dalam minggu pertama dan
menghilang bersamaan dengan timbulnya diuresis pada akhir minggu
pertama. Oliguria bisa pula menjadi anuria yang menunjukkan adanya
10
resolusi infeksi.14
2.1.6 Diagnosis
GNAPS harus dicurigai pada semua anak dengan hipertensi dan gagal jantung,
bahkan jika mereka tidak mengeluh tentang hematuria atau memberikan riwayat sakit
11
hemolitikus grup A.5
12
2.1.7 Diagnosa Banding
A. IgA Nephropathy
IgA nephropathy biasanya terjadi setelah infeksi saluran pernapasan atas,
tetapi berbeda dari GNAPS dalam periode latensi yang lebih pendek.10
B. Glomerulonefritis Membranoproliferatif
Glomerulonefritis membranoproliferatif juga disertai gambaran nefritik
dan hipokomplementemia setelah infeksi saluran pernapasan. Waktu yang
dibutuhkan agar level komplemen kembali menjadi normal lebih lama
daripada GNAPS.10
C. Lupus Nephritis
Terkadang GNAPS memiliki gambaran yang mirip dengan lupus
nephritis. Pengujian laboratorium untuk antibodi yang spesifik pada setiap
2.1.8 Tatalaksana
Pada banyak kasus, GNAPS adalah kondisi yang sembuh sendiri, sehingga hanya
pengobatan simtomatik yang diperlukan. Perawatan suportif bertujuan mengendalikan
komplikasi volume berlebih seperti hipertensi dan edema, yang menonjol selama fase
akut penyakit.10
A. Istirahat
Istirahat di tempat tidur terutama bila dijumpai komplikasi yang biasanya timbul
dalam minggu pertama perjalanan penyakit GNAPS. Sesudah fase akut, tidak dianjurkan
lagi istirahat di tempat tidur, tetapi tidak diizinkan juga melakukan kegiatan seperti
sebelum sakit. Lamanya perawatan tergantung pada keadaan penyakit. Penderita
dipulangkan sesudah 10-14 hari perawatan dengan syarat tidak ada komplikasi. Bila
masih dijumpai kelainan laboratorium urin, maka dilakukan pengamatan lanjut pada
waktu berobat jalan. Istirahat yang terlalu lama di tempat tidur menyebabkan anak tidak
dapat bermain dan jauh dari temantemannya, sehingga dapat memberikan beban
psikologik.5
13
B. Diet
Jumlah garam yang diberikan perlu diperhatikan. Bila edema berat, diberikan
makanan tanpa garam, sedangkan bila edema ringan, pemberian garam dibatasi
sebanyak 0,5-1 g/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum meninggi, yaitu sebanyak 0,5-1
g/kgbb/hari. Asupan cairan harus diperhitungkan dengan baik, terutama pada penderita
oliguria atau anuria, yaitu jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan
pengeluaran, berarti asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (20-25 ml/kgbb/
hari) + jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal (10
ml/kgbb/hari). 5
C. Antibiotik
Terapi medikamentosa golongan penisilin dapat diberikan untuk eradikasi kuman,
yaitu Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Jika terdapat alergi
furosemid.5
2. Hipertensi
Tidak semua hipertensi harus mendapat pengobatan. Pada hipertensi
ringan dengan istirahat cukup dan pembatasan cairan yang baik, tekanan
darah bisa kembali normal dalam waktu 1 minggu. Pada hipertensi sedang
atauberat tanpa tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2
mg/kgbb/hari) atau furosemid atau kombinasi keduanya. Selain obat-obat
tersebut diatas, pada keadaan asupan oral cukup baik dapat juga diberi
nifedipin secara sublingual dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hari yang dapat
diulangi setiap 30-60 menit bila diperlukan. Pada hipertensi berat atau
hipertensi dengan gejala serebral (ensefalopati hipertensi) dapat diberi
klonidin (0,002-0,006 mg/kgbb) yang dapat diulangi hingga 3 kali atau
diazoxide 5 mg/ kgbb/hari secara intravena (I.V). Kedua obat tersebut dapat
2.1.9 Prognosis
GNAPS memiliki prognosis yang sangat baik terutama pada anak-anak dengan
pemulihan lengkap yang biasanya terjadi dalam 6 hingga 8 minggu. 16 Kematian dapat
terjadi walaupun prognosis GNAPS baik, terutama dalam fase akut akibat komplikasi
berupa gangguan ginjal akut, edem paru akut atau ensefalopati hipertensi.5
15
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. CA
No MR : 00.92.33.45
Umur : 12 tahun
Tanggal lahir : 18 Juni 2011
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ibu kandung : Ny. A
Alamat :
Tanggal masuk : 8 Febuari 2023
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
16
+ BP + udem paru, telah mendapat terapi nifedipin 3 mg dan 6 mg sublingual, lasix 1 x
30 mg, KAEN 1B 600cc/hari, NRM 10 liter. Dengan hasil labor hb 8,2 , leukosit 17.000,
Trombosit 562.000, SGOT 16, SGPT 9, ur 35, Cr 0,9, Na 140, K 5,8, Ca 7,6, Cl 105
urinalisis protein +3, leukosit 10-40, eritrosit 0-10
Tidak ada anggota keluarga mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
G. Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar (umur) Booster (umur)
17
BCG 0 bulan -
18
DPT 1 2 bulan -
DPT 2 3 bulan -
DPT 3 4 bulan
-
Polio 1 2 bulan -
Polio 2 3 bulan -
Polio 3 4 bulan
-
Hepatitis B 1 0 bulan -
Hepatitis B 2 2 bulan -
Hepatitis B 3 3 bulan
-
Haemofilus influenza B 1 2 bulan -
Haemofilus influenza B 2 3 bulan -
Haemofilus influenza B 3 4 bulan
-
Campak 9 bulan -
Bicara - Apatik -
19
20
Kesan: Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Saudara Kandung
Jenis Kelamin Umur Keterangan
1. An. IN Laki-laki 6 tahun Pasien
2. An. B Laki-laki 2,5 tahun sehat
Rumah : Permanen.
Pekarangan : Cukup luas.
Buang air besar : Jamban di dalam rumah.
Sampah : Dibakar di halaman depan rumah.
Sumber air minum : Air sumur (jarak dari septic tank lebih dari 10 meter). Dimasak.
Kesan : Higiene dan sanitasi kurang baik.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 143/60 mmHg
Frekuensi nadi : 112 x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Suhu : 40 oC
Edema : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Anemis : Tidak ada
21
Sianosis : Tidak ada
Berat badan : 22 kg
Tinggi badan : 115 cm
BB/U : 100%
TB/U : 97%
BB/TB : 104,7%
Status gizi : Gizi baik
Kulit : Turgor kembali cepat, teraba hangat
Kepala : Bulat, simetris
Rambut : Hitam dan tidak mudah dicabut
Mata :konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ada nafas cuping
Tenggorokan : Tonsil T3-T3 hiperemis, faring hiperemis
Gigi dan mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks : Normochest, retraksi dada tidak ada
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
retraksi dinding dada, napas cepat dan dalam tidak ada
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, tidak ada rhonki dan tidak ada
wheezing
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
22
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Alat kelamin : Status pubertas A1P1G1
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, turgor kembali cepat
Hematologi (3/10/2019)
Hb : 11,9 g/dl
Leukosit : 25.200 /mm3
Hematokrit : 34 %
Hitung jenis : 0/0/3/80/8/9
Trombosit : 289.000/mm3
Kesan : leukositosis
Kimia Klinik (3/10/2019)
Total protein : 7 g/dl
Ureum : 36 mg/dl
LFG : 70
Natrium : 134 mmol/L
Kalium : 3,8 mmol/L
Kalsium : 7,6 mg/dl
Klorida : 106 mmol/L
Mikroskopis
V. Diagnosa
SIndrom Nefritik Akut ec GNAPS
Hiperpireksia ec TFA
Hipertensi stage 1
EDUKASI
-
FOLLOW UP
24
O/ Ku Kesadaran HR RR T TD
Sedang CM 94x 19x/i 36,5o C 100/60
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorak : Simetris, retraksi (-), Sn bronkovesikuler,
rhonki (-/-), wheezing (-/-).Irama jantung regular, bising (-)
Abdomen : turgor kembali cepat, supel, distensi (-), nyeri
tekan epigastrium-umbilikal (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Hasil labor :
Urinalisa :
Warna : coklat
Kekeruhan : +
BJ : 1025
pH : <5.0
Mikroskopis :
Eritrosit : 100-120
Leukosit : 150-200
Silinder : -
Kristal : -
Epitel : +
Protein : +3
Glukosa : -
Bilirubin : -
Urobilinogen : +
Kesan : Leukosituria, Proteinuria,
Hematuria A/ Sindrom nefritik akut ec
GNAPS
TFA
Hipertensi stg I
P/ Amoxicillin 3x375 g (PO)
Captropril 2x3/4 tab @ 12,5 g (PO)
Parasetamol 3x250 g (PO)
Ambroxol 3x15 mg (PO)
ML nefritik 1500 kkal
20/12/2019 S/ - Demam (-), sakit kepala (-),
- Batuk (+), nyeri tenggorok (+)
- Mual (+), muntah (-). Makan mau.
- Urin berwarna merah-kecoklatan
- BAB warna, konsistensi, jumlah biasa
O/
25
26
Ku Kesadaran HR RR T TD
Sedang Sadar 98 20x/i 36,6 C 100/65
o
O/ Ku Kesadaran HR RR T TD
Sedang Sadar 80x 20x/i 37 C 90/60 kg
o
27
28
P/ Amoxicillin 3x375 g (PO)
Captropril 2x3/4 tab @ 12,5 g (PO)
Parasetamol 3x250 g (PO)
Ambroxol 3x15 mg (PO)
ML nefritik 1600 kkal
Protein 40 gr
Garam 1 gr
29
BAB IV
DISKUSI
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Eison TM, Ault BH, Jones DP, Chesney RW, Wyatt RJ. Post-streptococcal acute
glomerulonephritis in children: Clinical features and pathogenesis. Pediatr
Nephrol 2011;26:165-80.
13. El-Desoky SM, Al-Sulimani LK, Alkhatieb MT, Alhasan KA, Albanna AS, Kari
JA. Pediatric acute poststreptococcal glomerulonephritis: A single-center
experience. Asian J Pediatr Nephrol 2019;2:36-40.
32
14. Sethi S, Fervenza FC, Zhang Y, Zand L, Meyer NC, Borsa N, et al. Atypical
post-infectious glomerulonephritis is associated with abnormalities in the
alternative pathway of complement. Kidney Int. 2013;83(2):293-9
25