PEKERJAAN STRUKTUR
Proyek
HOLDWELL BUSINESS PARK
LAMPUNG, INDONESIA
SEPTEMBER 2023
Pemberi Tugas:
Konsultan Struktur:
DAFTAR ISI
Bab 1
Umum dan Syarat-syarat Umum
1.1. Umum
1.2. Syarat-syarat Umum
1.2.1. Umum
1.2.2. Lingkup Pekerjaan
1.2.3. Sarana Kerja
1.2.4. Gambar-Gambar Dokumen
1.2.5. Gambar-Gambar Pelaksanaan dan Contoh-Contoh
1.2.6. Jaminan Kualitas
1.2.7. Nama Pabrik atau Merek yang ditentukan
1.2.8. Contoh-Contoh
1.2.9. Substitusi
1.2.10. Material dan Tenaga Kerja
1.2.11. Klausal Disebutkan Kembali
1.2.12. Koordinasi Pekerjaan
1.2.13. Perlindungan Terhadap Orang, Harta Benda dan Pekerjaan
1.2.14. Peraturan Hak Paten
1.2.15. Iklan
1.2.16. Peraturan Teknis Pembangunan yang Digunakan
1.2.17. Shop Drawing
Bab 2
Pekerjaan Persiapan atau Pendahuluan
Bab 3
Pekerjaan Tanah
3.1. Umum
3.2. Pekerjaan Persiapan
3.3. Pekerjaan Galian
3.4. Pekerjaan Galian Pondasi
3.5. Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
3.6. Pembuangan Material Hasil Galian
3.7. Pengujian Mutu Pekerjaan
Bab 4
Pekerjaan Beton Bertulang
4.1. Umum
4.1.1. Lingkup Pekerjaan
4.1.2. Dokumen yang Berhubungan
4.1.3. Pengendalian Mutu
4.2. Material
4.2.1. Bahan Bekisting
4.2.2. Baja Tulangan
4.2.3. Bahan Beton
4.2.4. Bahan Lain yang Berhubungan
4.2.5. Adukan Rencana
4.2.6. Admixture
4.2.7. Mengaduk Beton
4.3. Pelaksanaan
4.3.1. Bekisting
4.3.2. Pemasangan Vapor Retarder
4.3.3. Pengecoran Beton
4.3.4. Sambungan (joint)
4.3.5. Pemasangan Bagian yang Tertanam
4.3.6. Persiapan Permukaan Bekisting
4.3.7. Persiapan Pengecoran Beton
4.3.8. Pengecoran Beton
4.3.9. Finishing Permukaan
4.3.10. Finishing Pelat Monolit
4.3.11. Beton Lainnya
4.3.12. Perawatan dan Perlindungan Beton
4.3.13. Penunjang dan Penyangga
4.3.14. Pembongkaran Bekisting
4.3.15. Penggunaan Ulang Bekisting
Bab 5
Pekerjaan Konstruksi Baja
5.1. Umum
5.1.1. Lingkup Pekerjaan
5.1.2. Standar Material
5.1.3. Fabrikasi
5.1.4. Contoh Bahan
5.1.5. Penyimpanan dan Pengiriman Bahan
5.1.6. Tanda-tanda pada Konstruksi Baja
5.1.7. Pemotongan Besi
5.1.8. Perencanaan dan Pengawasan
5.1.9. Pemeriksaan dan lain-lain
5.2. Pelaksanaan
5.2.1. Pengelasan
5.2.2. Sambungan
5.2.3. Lubang-lubang Baut
5.2.4. Pemasangan Percobaan atau Trial Erection
5.2.5. Pengecatan
5.2.6. Grouting
5.2.7. Pemasangan Akhir atau Final Erection
5.2.8. Pengujian Mutu Pekerjaan
5.2.9. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan
Bab 6
Pekerjaan Jalan untuk Paving Block
6.1. Umum
6.1.1. Lingkup Pekerjaan
6.2. Bahan-Bahan
6.2.1. Bahan Lapis Pasir untuk Paving Block
6.2.2. Bahan Paving Block
6.3 Pelaksanaan
6.3.1. Pekerjaan Timbunan Tanah
6.3.2. Pekerjaan Lapis Pasir untuk Paving Block
6.3.3. Pekerjaan Lapis Permukaan untuk Paving Block
Bab 7
Pekerjaan Waterproofing dan Waterstops
7.1. Umum
7.2. Lingkup Pekerjaan
7.3. Persyaratan Bahan dan Penggunaan
7.4. Pengujian
7.5. Jaminan
7.6. Kualifikasi Kontraktor
7.7. Gambar Detail Pelaksanaan
7.8. Syarat Pengamanan Pekerjaan
7.9. Waterstops
Bab 1
Umum dan Syarat-syarat Umum
1.1 Umum
Jenis dan uraian pekerjaan dan persyaratan teknis khusus gambar-gambar rencana
(Design) adalah merupakan satuan dengan RKS ini.
Adapun standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut diatas ialah berdasarkan :
• Badan Standardisasi Nasional (BSN)
• ASTM (American Society for Testing & Materials)
• ASSHO (American Association of State Highway Officials).
Bila terdapat ketidakjelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini,
Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Perencana/Pengawas untuk
mendapatkan penyelesaian.
mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan
memudahkan kerja di lokasi dapat tercapai.
b. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
f. Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau menyetujui
gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu secepatnya, sehingga
tidak mengganggu jalannya pekerjaan.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanan
bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana dengan persetujuan tertulis
dari Pemberi Tugas akan menentukan sendiri alternatif merek lain dengan spesifikasi
minimum yang sama. Setelah 1 (satu) bulan penunjukan pemenang, Kontraktor harus
memberikan kepada pemberi tugas fotocopy dari pemesanan material yang diimport
pada agen ataupun importir lainnya, yang menyatakan bahwa material-material tersebut
telah dipesan (order import).
1.2.8 Contoh-Contoh
a. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus
segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti. Contoh-
contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
untuk dijadikan dasar penolakan tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun
sifatnya.
c. Barang-barang contoh (sampel) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti atau
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang atau material-material
tersebut.
1.2.9 Substitusi
a. Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material, peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama pabriknya dalam
RKS, Kontraktor harus melengkapi produk yang disebutkan dalam Spesifikasi
Teknis, atau dapat mengajukan produk pengganti yang setara, disertai data-data yang
lengkap untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Perencana sebelum pemesanan.
Seluruh peralatan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap pekerja harus
mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi Pekerja sangat
diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya.
Kontraktor harus melengkapi surat Sertifikat yang sah untuk setiap personil ahli yang
menyatakan bahwa personal tersebut telah mengikuti latihan-latihan khusus ataupun
mempunyai pengalaman-pengalaman khusus dalam bidang keahlian masing-masing.
Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi
Teknis, maka diambil sebagai acuan adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau
yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain-lain untuk segala "claim" atau
tuntutan dari pihak lain.
proyek ini, harus di koordinir lebih dahulu agar gangguan dan konflik satu dengan
lainnya dapat dihindarkan.
c. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap
waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan terhadap
kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak
berarti Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
d. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat- syarat pelaksanaan (spesifikasi)
atau gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas harus diperbaiki atau dibongkar.
Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
1.2.15 Iklan
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun dalam sempadan
(batas) site atau di tanah yang berdekatan tanpa seijin dapi pihak Pemberi Tugas.
b. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat
pula :
1. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh
Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Direksi.
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan.
3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
4. Berita Acara Penunjukkan.
5. Surat Keputusan Pemimpin Proyek tentang Penunjukan Kontraktor.
6. Surat Perintah Kerja (SPK).
7. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
8. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
9. Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan.
e. Semua baut, baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan harus selalu
memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang baut tersebut.
Bab 2
Pekerjaan Persiapan
Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Perencana/Pengawas untuk dimintakan
keputusannya.
Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass
atau Theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
Pengurusan sudut siku dengan prisma atau barang secara asas Segitiga Phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Perencana/
Konsultan Pengawas.
Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan
dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Perencana/Konsultan Pengawas
untuk membongkarnya.
Papan patok ukur dibuat dati kayu Meranti, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm,
lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya (waterpass).
Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki
lain oleh Perencana/Pengawas.
Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas
persetujuan Pengawas.
Arah aliran ditujukan ke daerah/permukaan yang terendah yang ada di tapak atau ke
saluran yang sudah ada dilingkungan daerah pembuangan.
Khusus untuk tempat menyimpan bahan-bahan seperti: pasir, kerikil harus dibuatkan
kotak simpan yang dipagari dinding papan yang cukup rapat, sehingga masing-masing
bahan tidak tercampur.
Bab 3
Pekerjaan Tanah
3.1. Umum
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “Pekerjaan Tanah” seperti tertera pada gambar
rencana dan spesifikasi ini, termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pembersihan lahan.
b. Pengurugan dan Pemadatan.
c. Pembuatan Bouwplank.
d. Pengukuran dan Penggambaran kembali
b. Semua daerah urugan harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau
bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan dikemudian hari.
f. Pemborong harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM)
pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan perancangan kembali,
pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang
akan dilakukan. Patok monumen yang permanen harus dibangun di atas tanah yang
tidak akan terganggu/dipindahkan.
g. Untuk pekerjaan jalan Pemborong harus menentukan titik patok konstruksi yang
menunjukan garis dan kemiringan untuk lebar perkerasan, lebar bahu dan drainase
saluran samping sesuai dengan penampang melintang standar yang diberikan dalam
gambar rencana dan harus mendapat persetujuan MK sebelum memulai konstruksi.
Jika terjadi perubahan dari garis dan kemiringan, baik sebelum maupun sesudah
penentuan patok perlu persetujuan lebih lanjut.
b. Pekerjaan penggalian tanah dan perataan tanah harus dikerjakan lebih dahulu
sebelum kontraktor memulai pekerjaan. Pekerjaan galian tersebut disesuaikan dengan
kebutuhannya sesuai dengan elevasi (level) pada lokasi yang telah ditentukan di
dalam gambar, dan mendapatkan persetujuan pengawas.
c. Daerah yang akan digali harus dibersihkan dari semua benda penghambat seperti,
sampah-sampah, tonggak bekas-bekas lubang dan sumur, lumpur, pohon dan semak-
semak. Bekas-bekas lubang dan sumur, harus dikuras airnya dan diambil lumpur atau
tanahnya yang lembek, yang ada didalamnya. Pohon yang ada, hanya boleh
disingkirkan setelah mendapat persetujuan pengawas. Tunggak-tunggak pepohonan
dan jalinan-jalinan akar harus dibersihkan dan disingkirkan sampai pada kedalaman
+ 1,5 m di bawah permukaan tanah. Segala sisa dan kotoran yang disebabkan oleh
pekerjaan tersebut, harus disingkirkan dari daerah pembangunan oleh kontraktor,
sesuai dengan petunjuk pengawas.
b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-lain
yang masih digunakan, maka secepatnya memberitahukan kepada pengawas atau
kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk seperlunya.
Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari
pekerjaan galian tersebut.
d. Kontraktor harus menjaga agar lubang galian pondasi tersebut bebas dari longsoran
tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi oleh alat penahan tanah dan bebas
dari genangan air) sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan spesifikasi. Pemompaan, bila dianggap perlu, harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak mengganggu struktur bangunan yang sudah jadi.
e. Pengisian kembali dengan tanah (batuan) bekas galian, dilakukan selapis demi
selapis dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya boleh
dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan pengawas dan
bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah dan memenuhi sebagai
tanah urug.
b. Material bekas galian jalan dan strippingnya tidak boleh digunakan sebagai material
timbunan.
c. Material timbunan harus didatangkan dari lokasi lain yang disetujui oleh MK. Bahan
urugan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Tanah yang digunakan untuk penimbunan adalah tanah yang gradasinya bagus
serta bebas dari humus/akar-akaran.
- Terlebih dahulu diadakan test dan hasilnya harus tertulis serta diketahui oleh
MK.
e. Material-material bahan urugan yang terletak pada daerah yang tidak memungkinkan
untuk dipadatkan dengan alat-alat berat, urugan dilakukan dengan ketebalan
maksimum 10 cm material lepas dan dipadatkan dengan mesin stamper.
g. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus ditest di laboratorium, untuk
mendapat nilai standard proctor. Dengan bahan yang sama, material yang akan
dipadatkan harus ditest juga di lapangan dengan sistem “Field Density Test” dengan
hasil kepadatannya sebagai berikut :
- Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari permukaan rencana,
kepadatannya 95% dari standard proctor.
- Untuk lapisan yang dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana,
kepadatannya 90% dari standard proctor.
Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Pengawas. Semua hasil-hasil
pekerjaan diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui
sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Bagian permukaan tanah yang telah dinyatakan padat, harus dipertahankan dan
dijaga jangan sampai rusak, akibat pengaruh luar dan tetap menjadi tanggung jawab
kontraktor sampai dengan masa pemeliharaan.
Pekerjaan pemadatan dianggap cukup apabila telah mendapat persetujuan Pengawas.
h. Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan
berikutnya. Lapisan berikutnya tidak boleh dihampar sebelum hasil pekerjaan lapisan
sebelumnya mendapat persetujuan dari Pengawas.
b. Material dari hasil galian tersebut atas persetujuan pengawas telah diseleksi bagian-
bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan dan urugan. Sisanya
harus dibuang ke luar site atau tempat lain atas persetujuan pengawas.
c. Lakukan uji kepadatan lapangan sesuai dengan ASTM D1556 berdasarkan penerapan
yang sesuai. Nilai CBR untuk jalan, parkir, trotoar, pelat bangunan, ditentukan dalam
gambar rencana.
e. Untuk subgrade pondasi, pengujian kepadatan dilakukan sedikitnya satu test untuk
setiap lapisan tanah guna memeriksa daya dukung rencana.
Bab 4
Pekerjaan Beton Cor di Tempat
4.1. Umum
4.1.1. Lingkup Pekerjaan
Pasal ini mensyaratkan pekerjaan beton cor ditempat (cast in place), termasuk
bekisting, penulangan, mix design, prosedur pengecoran, dan finishing.
Pekerjaan beton cor ditempat meliputi: pondasi, kolom, balok dan pelat.
4.2. Material
4.2.1. Bahan Bekisting
a. Bekisting untuk beton expose
Plywood, metal, dan plywood berangka metal, atau bahan panel lain yang disetujui
untuk memberikan permukaan expose yang menerus, lurus, halus. Sediakan ukuran
praktis terbesar untuk mengurangi jumlah sambungan dan sesuai dengan system
sambungan sesuai gambar.
b. Bekisting untuk beton bukan expose
Plywood kayu, metal, atau bahan lain yang disetujui. Kayu diserut sedikitnya pada
dua ujung dan satu sisi.
c. Bekisting untuk beton dengan finishing bertekstur
Design muka, ukuran, pengaturan dan konfigurasi sesuai sampel yang disetujui
Arsitek. Berikan pengaku dan penyangga bekisting untuk menjamin stabilitas
bekisting.
c. Portland cement: ASTM C 150 type I, atau sesuai SNI 15-2049-2004 (Semen
Portland). Gunakan satu merk selama pekerjaan, kecuali disetujui oleh Pengawas
/Perencana
d. Fly ash: ASTM C 618, type F.
e. Agregat berat normal ASTM C 33 dan seperti diisyaratkan. Agregat dari satu
sumber, diusulkan kepada dan disetujui oleh Pengawas/Perencana untuk menjamin
konsistensi mutu dan grading.
- Untuk muka luar expose, jangan menggunakan agregat halus dan kasar yang
mengandung bahan yang menyebabkan spalling.
- Agregat lokal yang tidak memenuhi ASTM C 33 yang telah menunjukan
bahwa dapat menghasilkan beton dengan kekuatan dan daya tahan yang
memadai melalui test khusus atau penggunaan sebenarnya, dapat digunakan
jika disetujui Pengawas dan Perencana.
f. Air: yang dapat diminum.
g. Admixture
Gunakan admixture beton yang mengandung tidak lebih dari 0,1 persen ion chloride.
Admixture dapat berupa air-entraining admixture (ASTM C 2260), water-reducing
admixture (ASTM C 494 type A), high range water reducing admixture atau
superplasticizer (ASTM C 494 type F atau G), water reducing acceleration
admixture (ASTM C 494 type E), water reducing retarding admixture (ASTM C 494
type D).
• Untuk menentukan umur beton waktu pelepasan cetakan dan perancah (pada
pekerjaan beton) dan untuk memberi prategang (prestressing) pada pekerjaan
beton prategang (prestress); kuat tekan beton diambil dari contoh benda uji
silinder yang dibuat mengikuti ketentuan yang berlaku, selanjutnya diletakkan
dan dirawat sama dengan struktur beton pada tempat yang bersangkutan.
b. Penggunaan fly ash untuk mass concreting tidak melebihi 15 persen kadar semen
menurut berat.
c. Slump
Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan/kondisi normal :
Konstruksi beton Nilai Slump (cm)
Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12±2
Pelat, balok, kolom dan dinding struktural 12±2
Pembetonan massal 16±2
4.2.6. Admixture
a. Gunakan water reducing admixture (plasticizer) atau high-range water reducing
admixture (superplasticizer) dalam beton, seperti disyaratkan untuk pengecoran dan
workability.
b. Gunakan high-range waterreducing admixture dalam beton yang dipompa, beton
untuk pelat heavy-duty, beton arsitektural, pelat struktur parkir, beton yang
diisyaratkan kedap air, dan beton dengan water cement ratio dibawah 0,50.
c. Gunakan admixture untuk reduksi air dan mempercepat set atau retarding sesuai
dengan petunjuk pabrik secara ketat.
b. Beton ready-mix
Sesuai dengan ketentuan ASTM C 94, dan seperti diisyaratkan:
• Waktu digunakan beton ready mix, supply adukan oleh supplier yang
disetujui. Masukan nama, alamat supplier ready mix kepada Pengawas untuk
persetujuan. Pengaturan akan dibuat oleh Kontraktor untuk inspeksi oleh
Pengawas ke plant readymix. Inspeksi dan/atau persetujuan oleh Pengawas
4.3. Pelaksanaan
4.3.1. Bekisting
a. Umum
Design, pasang, sangga, dan pelihara bekisting untuk menyangga secara vertikal,
lateral, statis, dan dinamis beban yang mungkin bekerja sampai struktur beton dapat
menahan beban tersebut. Susun bekisting supaya elemen beton dan struktur
mempunyai ukuran, bentuk, alignement, elevasi dan posisi yang benar.
Jaga toleransi konstruksi bekisting dan ketidakteraturan permukaan menurut batas
berikut ini:
1. As semua permukaan finish plus minus 5 mm dari as yang diinginkan.
2. Dimensi struktur yang kurang dari 3 m, plus minus 5 mm.
3. Dimensi struktur yang lebih dari 3 m, plus minus 10 mm.
4. Pakai batas pada ACI 347 untuk toleransi lainnya, pakai toleransi kelas A
untuk beton expose, dan kelas C untuk muka beton lainnya.
b. Sediakan lubang, offset, coakan, sudut, block out, pengangkeran, insert, bentuk-
bentuk permukaan yang disyaratkan. Gunakan bahan pilihan supaya menghasilkan
finishing yang disyaratkan. Tutup celah dan sambungan untuk mencegah bocoran
pasta beton.
c. Penyangga bekisting
Pasang penyangga vertikal untuk semua bekisting supaya memberikan kekuatan
yang diperlukan dan mencegah lendutan bagian struktur yang sedang dikerjakan
akibat beban overload atau getaran. Kecuali dinyatakan dalam gambar detail, susun
bekisting dengan camber anti defleksi keatas sebagai berikut:
• Untuk semua pelat dan balok: 0,2 % dari bentangan pada tengah bentangan.
• Untuk semua balok dan pelat cantilever: 0,4 % dari panjang pada ujung
cantilever.
h. Pengecoran beton untuk kolom dan dinding: Pengecoran vertical harus dibuat
kontinu untuk mencegah segregasi. Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian
lebih dari 1,5 m, jika tidak pipa tremi harus digunakan. Untuk dinding, kolom dan
unit yang tinggi lainnya, beton tidak diijinkan dituang dari puncaknya, tetapi harus
diatur dituang melalui sisi bekisting.
i. Talang tidak boleh digunakan untuk menuang beton, kecuali diijinkan oleh
Pengawas / Perencana. Jika talang boleh digunakan, maka harus dibuat dari metal
dan memungkinkan aliran beton tanpa segregasi. Talang harus ditempatkan pada
sudut kemiringan vertikal banding horisontal 1:2.
j. Pengecoran pada cuaca panas: Waktu keadaan cuaca panas, cor beton sesuai ACI
305 dan seperti disyaratkan.
1. Dinginkan bahan sebelum pengadukan untuk menjaga suhu beton pada saat
pengecoran dibawah 32 derajat C. Campuran air boleh didinginkan atau es
batu boleh digunakan untuk mengendalikan suhu, air yang diberikan oleh es
diperhitungkan dalam jumlah campuran air. Pemakaian cairan nitrogen untuk
mendinginkan beton merupakan pilihan yang dapat digunakan Kontraktor.
2. Tutup baja tulangan dengan karung basah jika terlalu panas, sehingga suhu
baja tidak akan melebihi suhu udara ambient segera sebelum tertanam dalam
beton.
3. Semprot bekisting, baja tulangan dan subgrade segera sebelum pengecoran
beton. Jaga kelembaban subgrade secara merata.
4. Gunakan water-reducing retarding admixture jika diperlukan untuk suhu
tinggi, kelembaban rendah, atau kondisi pengecoran lainnya seperti
persetujuan pengawas.
d. Finishing poles grout: Buat finishing polesan grout pada permukaan beton bekisting
halus yang diolah.
1. Campur satu bagian Portland Cement dengan satu setengah bagian pasir halus
berdasarkan volume, dan suatu campuran admixture acrylic atau styrene
butadiene 50:50 dengan air untuk membentuk bahan poles. Campur Portland
Cement Standar dengan Portland Cement Putih dalam jumlah yang ditentukan
dengan coba-coba sehingga warna akhir grout kering mendekati warna
permukaan.
2. Dengan seksama basahkan permukaan beton, gunakan grout untuk permukaan,
dan isi lubang kecil. Singkirkan grout berlebih dengan mengerok dan
menggosok dengan karung bersih. Pertahankan kelembaban dengan semprotan
selama sedikitnya 36 jam setelah menggosok.
e. Permukaan tanpa bekisting: pada puncak dinding, offset horisontal, dan permukaan
tanpa bekisting yang berdekatan dengan permukaan berbekisting dihaluskan dan
buat finishing dengan tekstur mendekati permukaan berbekisting. Lanjutkan
pengolahan akhir pada permukaan berbekisting melewati batas permukaan tanpa
bekisting yang berdekatan, kecuali dinyatakan lain.
g. Gunakan curing compound pada pelat ekspos interior dan pelat trotoir ekspos
interior.
1. Gunakan curing compound pada pelat beton segera setelah pekerjaan finishing
beton selesai (dalam 2 jam dan setelah air permukaan pelat terlihat hilang).
Gunakan secara merata dalam pekerjaan yang kontinu menggunakan spray
listrik atau roller sesuai petunjuk pabrik pembuat. Lapis ulang untuk area yang
terkena hujan besar dalam 3 jam pemakaian awal. Jaga secara kontinu pelapisan
dan perbaikan kerusakan selama masa curing.
2. Gunakan membrane curing compound yang tidak akan mempengaruhi
permukaan beton terhadap finishing permukaan beton yang akan digunakan.
e. Perbaiki keretakan acak dan lubang tunggal setempat dengan diameter 25 mm atau
kurang dengan metode dry-pack. Buat jalur (groove) pada retakan dan cungkil
lubang sampai beton yang keras dan bersihkan debu, kotoran dan bahan lepas.
Lembabkan permukaan beton yang sudah bersih dan gunakan bonding agent. Cor
dry-pack sebelum bonding agent mongering. Padatkan adukan dry-pack pada
tempatnya dan selesaikan supaya sesuai dengan beton yang berdekatan. Jaga bidang
tambalan terus menerus dengan melembabkan selama sedikitnya 72 jam.
f. Lakukan perbaikan struktur dengan terlebih dahulu diijinkan Pengawas untuk
metode dan prosedurnya, menggunakan epoxy adhesive dan mortar yang
disyaratkan.
g. Metode perbaikan yang tidak disyaratkan dapat digunakan dengan seijin Pengawas.
2. Untuk beton yang cor ditempat, contoh beton diambil acak dengan jumlah
contoh masing-masing 2 benda uji sebagai berikut:
• Beton kelas-1: 1 buah setiap 10 m3 atau 10 adukan.
• Beton kelas-2: 1 buah setiap 20 m3 atau 20 adukan.
• Beton kelas-3: 1 buah setiap 50 m3 atau 50 adukan.
3. Untuk beton ready-mix, benda uji untuk uji kekuatan setiap mutu beton yang
dicor setiap hari harus diambil dari tidak kurang dari sekali sehari, atau tidak
kurang dari sekali untuk setiap 110 m3 beton, atau tidak kurang dari sekali
untuk setiap 460 m2 luasan permukaan lantai atau dinding.
4. Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah sedemikian hingga
frekuensi pengujian yang disyaratkan oleh poin 3 hanya akan menghasilkan
jumlah uji kekuatan beton kurang dari lima untuk suatu mutu beton, maka
benda uji harus diambil dari paling sedikit lima adukan yang dipilih secara
acak atau dari masing-masing adukan bilamana jumlah adukan yang
digunakan adalah kurang dari lima.
5. Jika volume total dari suatu mutu beton yang digunakan kurang dari 38 m3,
maka pengujian kekuatan tekan tidak perlu dilakukan bila bukti terpenuhinya
kekuatan tekan diserahkan dan disetujui oleh Pengawas.
6. Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan rata-rata dari
paling sedikit dua silinder 150 kali 300 mm atau paling sedikit tiga silinder
100 kali 200 mm yang dibuat dari adukan beton yang sama dan diuji pada
umur beton 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan fc’.
7. Tingkat kekuatan suatu mutu beton individu harus dianggap memenuhi syarat
jika dua hal berikut dipenuhi :
• Kuat tekan rata-rata setiap 3 hasil uji berturut- turut sama atau melebihi
fc’.
• Untuk beton kelas mutu fc’ ≤ 35 MPa, tidak ada satu pun hasil uji yang
jatuh di bawah fc’-3,50 MPa, dan untuk beton dengan kelas mutu fc’ >
35 MPa, tidak ada satu pun hasil uji yang jatuh di bawah 0.90fc’.
c. Jika mutu beton yang disyaratkan tidak terpenuhi, maka harus diambil langkah-
langkah untuk meningkatkan hasil uji kekuatan tekan rata-rata pada pengecoran
beton berikutnya. Jika persyaratan B.7(b) tidak terpenuhi, maka dapat dilakukan test
tambahan.
d. Hasil pengujian akan dilaporkan secara tertulis kepada Pengawas, Perencana,
produsen ready-mix, dan Kontraktor dalam 24 jam setelah test. Laporan test
kekuatan tekan harus menyatakan identifikasi proyek (nama dan nomor), tanggal
pengecoran, nama agen pengujian beton, jenis dan kelas beton, lokasi pengadukan
beton, kekuatan tekan rencana untuk 28 hari, komposisi adukan beton dan bahan,
kekuatan hancur beton pada 7 dan 28 hari.
e. Nondestructive testing: Impact hammer, sonoscope, atau alat nondestructive lainnya
boleh diijinkan, tetapi tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk
penerimaan atau penolakan.
f. Test tambahan: Jika suatu uji kekuatan tekan dari benda uji silinder menghasilkan
nilai fc’ dibawah dari nilai yang dibatasi dalam B.7(b), maka dapat dilakukan test
tambahan berupa uji beton inti (cores) dengan benda uji sebanyak 3 (tiga) pada
daerah yang dipermasalahkan sesuai dengan ASTM C42M.
Benda uji beton inti harus dikondisikan lembab dengan penyimpanan dalam kantong
atau tempat kedap air. Benda uji beton inti harus diuji dalam rentang waktu 48 jam
s/d 7 hari setelah pengambilan, kecuali disetujui oleh Pengawas. Hasilnya harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata benda uji tidak kurang dari 85% fc’.
2. Tidak satupun nilai benda uji kurang dari 75% fc’.
g. Jika tidak memenuhi syarat dapat dilakukan load-test dengan beban langsung pada
struktur, untuk beton yang dipakai untuk pelat dan balok lantai.
h. Jika test gagal, Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua biaya
pembongkaran dan perbaikan yang berhubungan dengan bagian struktur sesuai
petunjuk Pengawas / Perencana.
1. Setelah pengecoran beton, jaga permukaan beton tetap basah dan lindungi
permukaan dari sinar matahari langsung dan kehilangan kelembaban yang
cepat.
2. Ukur dan amati suhu beton pada permukaan dan dalam beton, setelah
pengecoran beton. Suhu pada berbagai tempat harus dimonitor dengan
menggunakan alat tertentu seperti Thermocouple.
3. Curing beton harus dilakukan untuk menahan peningkatan suhu yang cepat.
Jaga gradient suhu antara permukaan dan dalam beton serendah mungkin.
Beda suhu yang diperbolehkan antara suhu puncak dan suhu ambient akhir
harus dibatasi sebesar 20 derajat C.
4. Sebelum mencapai suhu tertinggi, tutup permukaan beton dengan
menggunakan material yang dapat mengisolasi panas dan mengurangi
perbedaan suhu. Setelah membongkar penutup (cover), permukaan beton harus
dilindungi terhadap pengeringan yang terlalu dini.
Bab 5
Pekerjaan Konstruksi Baja
5.1. Umum
5.1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan yang
diperlukan untuk melaksanakan dan membuat konstruksi baja.
b. Pengikat: baut, mur atau sekrup, dan ring harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk sambungan bukan baja ke baja.
Pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A370
dan harus digalvanis.
2. Untuk sambungan baja ke baja.
Pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A325
dan atau ASTM A490 dan harus terlapis cadmium.
3. Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat-pengikat
harus baja tahan korosi memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321 atau
type lainnya dari baja tahan korosi.
4. Ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi A.N.S.I. B27, type A.
d. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan
yang belum pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus
disertai sertifikat dari pabrik.
5.1.3. Fabrikasi
a. Seluruh pekerjaan fabrikasi harus dilakukan di workshop, kecuali hal-hal yang tidak
dapat dilakukan di workshop dan dapat dikerjakan di lapangan setelah mendapat
persetujuan Pengawas.
b. Semua bagian baja sebelum dan setelah difabrikasi harus lurus dan tidak ada tekukan
dan ukuran disesuaikan dengan gambar. Sebelum semua pekerjaan fabrikasi dimulai
pelat-pelat baja harus rata dan tidak boleh tertekuk dan bengkok.
c. Semua pekerjaan baja harus disimpan rapi dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh
pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan sikat
baja dan dicat zincromate 2 (dua) kali.
f. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk dan puntir, dengan berat sesuai
gambar rencana.
g. Semua fabrikasi yang dilakukan Pemborong harus mengajukan gambar kerja (Shop
Drawing) sesuai dengan gambar rencana untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas,
dan Pemborong tidak diperkenankan memulai pekerjaan sebelum gambar kerja
tersebut disetujui.
Gambar kerja harus menunjukkan detail pelaksanaan secara jelas untuk hal-hal
berikut:
- Dimensi layout dalam metrik.
- Type dan lokasi sambungan.
- Dimensi bagian-bagian konstruksi bentuk, detail dan berat setiap unit
konstruksi.
h. Permukaan yang akan disambung harus rata satu sama lain, digurinda dahulu
sebelum dilakukan penyambungan dan tidak boleh bergeser selama pengelasan
dilakukan. Sisa-sisa atau material las yang berlebih atau kerak-kerak las harus
dibersihkan.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh MK akan dipakai sebagai standar atau
pedoman untuk pemeriksaan atau penerimaan material yang dikirim oleh Kontraktor
ke site.
c. Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu setiap akan ada pengiriman dari
pabrik ke lapangan, guna pengecekan pengawas. Kontraktor harus memberitahukan
pengawas sebelum pengiriman konstruksi baja dan menjamin bahwa setelah di
lapangan konstruksi baja tersebut tetap tidak rusak dan kotor. Bilamana ternyata
yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor harus mengganti dengan yang baru.
e. Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan dan ketinggian daerah lainnya diukur
dengan theodolite oleh Kontraktor dan disetujui Pengawas.
g. Dasar kolom dan bidang bawah pelat pemegang angker harus dalam satu bidang
yang rata betul.
i. Tali pengikat dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari kabel baja.
j. Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh lebih dari
1/1000 panjang batang/komponen batang.
l. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak akan diperbolehkan
dipakai untuk erection.
o. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya, oleh
sebab itu Kontraktor diminta untuk memberi perhatian khusus pada masalah erection
ini.
c. Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh pengawas, tidaklah berarti
mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat kesalahan atau
perubahan dalam gambar. Tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran
selama erection tetap ada pada Kontraktor.
2. Ukuran-ukuran.
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran
yang tercantum pada gambar kerja. Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak
diperkenankan.
3. Kelurusan.
Toleransi dari keseluruhan tidak lebih dari L/1000 untuk semua komponen.
5.2. Pelaksanaan
5.2.1. Pengelasan
a. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin pengawas dan menggunakan mesin las listrik.
d. Elektrode las yang dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat tetap
menjamin komposisi dan sifat-sifat dari electrode selama masa penyimpanan.
e. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan electrode tersebut.
f. Teknik atau cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan
kualitas dari las yang dikerjakan.
g. Permukaan daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran yang memberi pengaruh
besar pada kawat las. Permukaan yang akan dilas juga harus bersih dari aspal, cat,
minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar, bekas potongan api harus
digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
h. Pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal lebih rendah 0F.
Pada temperatur 0F, permukaan las dari titik dimulainya las sampai sejauh 7.5 m
juga dijaga temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan.
i. Pemberhentian las harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan
berputar atau berbengkok.
j. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu
kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapis terdahulu harus
dibersihkan dari kerak-kerak las atau slag dan percikan-percikan logam yang ada.
Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
5.2.2. Sambungan
a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus mampu memikul gaya-gaya yang bekerja,
selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.
c. Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul atau full
penetration butt weld.
b. Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis (maksimum
10mm), boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali
tidak diperkenankan.
d. Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang
digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar perencanaan.
e. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut untuk baut
dengan diameter 22 mm ke bawah, dan 3 mm untuk baut dengan diameter di atas 24
mm.
g. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih terdapat
paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan
pada ulir baut tersebut.
h. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya.
i. Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang sudah
dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya baut yang
tidak dapat dikencangkan.
5.2.5. Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus di cat. Permukaan profil harus dibersihkan dari
semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya dengan cara mencuci dengan
white spirit atau solvent lain yang cocok. Karat dan kerak harus dihilangkan dengan
cara menggosok dengan wire brush mekanik.
b. Paling lambat 2 jam setelah pembersihan ini, pengecatan dasar pertama sudah harus
dilakukan. Baja yang akan ditanam didalam beton tidak boleh di cat.
d. Cat dasar pertama adalah cat zinchromat primer 2 (dua) kali di Workshop dengan
menggunakan kuas (brush). Cat dasar ini setebal 2 (dua) kali 50 mikron.
e. Cat finish dilakukan setebal 2 (dua) kali 30 mikron di lapangan, setelah semua
konstruksi selesai terpasang dengan menggunakan kuas (brush).
f. Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat ulang sesuai dengan
persyaratan cat yang digunakan.
5.2.6. Grouting
Untuk grouting disekitar angker dan dibagian bawah dari base plate minimum setebal
2.5 cm. Pekerjaan ini harus menggunakan injection pump.
b. Setiap komponen diberi kode atau marking sesuai dengan gambar pemasangan
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan.
c. Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara harus
digunakan untuk mencegah tegangan-tegangan yang melewati tegangan izin. Ikatan-
ikatan itu dibiarkan sampai konstruksi selesai. Sambungan-sambungan sementara
dari baut harus diberikan kepada bagian konstruksi untuk menahan beban mati, angin
dan tegangan-tegangan selama pembangunan.
d. Baut-baut, baut angkur, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus dipasang
sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar detail. Baut kekuatan tinggi harus
dikencangkan dengan kunci momen (torque wrench).
e. Pelat dasar kolam untuk kolom penunjang dan pelat perletakan untuk balok, balok
penunjang dan yang sejenis harus dipasang dengan luas perletakan penuh setelah
bagian pendukung ditempatkan secara baik dan tegak. Daerah dibawah pelat harus
diberi adukan lembab atau kering yang tidak susut dan disetujui Konsultan atau MK.
f. Toleransi terhadap penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari
1/1500 dari tinggi vertikal kolom.
b. Bila tidak ada “Certificate Test”, maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas
baja profil, baut, kawat las di laboratorium.
c. Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap tipe dari pengelasan dan tiap tipe dari
bahan yang akan di las. Pengujian bersifat merusak contoh dari produsen dan
kualifikasi pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370.
2. Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” untuk las dan teknik serta standar yang
dipakai harus sesuai dengn lampiran C dari AWS.D.1.0 atau – 75 : Ultrasonic
Contact Examination or Weldments : E273-68 : Ultrasonic Inspection of
Longitudinal and Spiral Welds or Welded Pipe and Tubing (1974).
e. Jumlah pengujian.
Jumlah pengujian yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor harus seperti yang
ditentukan di lapangan oleh MK.
f. Pemeriksaan visual pengelasan harus dilakukan ketika operator membuat las dan
setelah pekerjaan diselesaikan. Setelah pengelasan diselesaikan, las harus disikat
dengan sikat kawat dan dibersihkan merata sebelum MK membuat pemeriksaannya.
Konsultan atau MK akan memberikan perhatian khusus pada permukaan yang pecah-
pecah, permukaan yang porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan,
potongan bawah, lewatan atau overlap, kantong udara dan ukuran lasnya. Pengelasan
yang srusak harus diperbaiki sesuai dengan persyaratan AWS.D.1.0.
h. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan atau las dan sebagainya,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Baja yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat atau rusak yang
diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lain.
Bab 6
Pekerjaan Jalan untuk Paving Block
6.1. Umum
6.1.1. Lingkup Pekerjaan
Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan jalan untuk paving block. Ada beberapa hal
yang terkait dalam pekerjaan ini, yaitu:
a. Pembersihan lahan
b. Persiapan tanah untuk timbunan
c. Pekerjaan pemadatan
d. Pembuatan lapis pasir
e. Pemasangan paving block
6.2. Bahan-Bahan
6.2.1. Bahan Lapis Pasir untuk Paving Block
a. Sumber Bahan
Kontraktor harus mencari lokasi sumber bahan untuk lapis ini biaya dari pencarian
dan pekerjaan muat, angkut, bongkar ke lokasi pekerjaan harus sudah diperhitungkan
dalam penawaran Kontraktor. Kontrak harus melaporkan lokasi tersebut kepada
Konsultan Pengawas secepatnya secara tertulis disertai keterangan tentang kualitas
bahan, perkiraan kuantitas bahan dan rencana operasi pengangkutan bahan ke lokasi
proyek. Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan dalam spesifikasi.
b. Bahan pasir tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi limit seperti di bawah ini:
Ukuran tapis Prosentase (%) terhadap berat :
9,25 mm 100
4,75 mm 95 - 100
2,36 mm 80 - 100
1,18 mm 50 - 95
600 mm 25 - 60
300 mm 10 - 30
150 mm 5 - 13
75 mm 0 - 10
c. Bahan pasir dapat berbentuk runcing lebih baik karena memberikan hasil yang stabil,
tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air yang lebih ketat pada saat pemadatan.
Butir pasir yang berbentuk runcing lebih baik karena membersihkan hasil yang
stabil, tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air lebih ketat pada saat
pemadatan. Untuk menghindarkan karakteristik pemadatan yang berbeda-beda harus
diusahakan agar sumber dari pasir tersebut adalah satu.
6.3. Pelaksanaan
6.3.1. Pekerjaan Timbunan Tanah
Bahan timbunan harus baik untuk pekerjaan lapisan jalan, jika dipadatkan harus dapat
mencapai hasil nilai CBR minimal yang disyaratkan sebesar dry 95 % standard
proctor. Jika digunakan bahan timbunan yang tidak atau kurang baik dan tidak tercapai
nilai CBR minimal tersebut, ini harus dibongkar dan diganti dengan bahan yang baik
tanpa adanya tambahan pembiayaan untuk itu. Kontraktor harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas tentang tahapan-tahapan persiapan untuk pekerjaan subgrade dan
Kontraktor harus mengulangi pekerjaan pemadatan, jika dianggap perlu, untuk
tercapainya derajat kepadatan yang diinginkan atau disyaratkan. Sebelum dipadatkan,
dalamnya suatu lapisan yang akan dipadatkan tidak boleh lebih dari 20 cm. Setiap
lapisan lepas harus dipadatkan dengan stamper yang ukurannya telah ditentukan oleh
Konsultan Pengawas. Pemadatan harus dimulai dari tepi timbunan dengan arah
longitudinal, kemudian menggeser kearah sebelah dalam (ketengah jalan). Lapisan
terakhir harus diselesaikan dalam keadaan rata atau halus sampai pada suatu lapisan
dengan kerataan yang diinginkan. Lereng-lereng urugan harus dibuat serapih mungkin
dan tidak longsor.
c. Pemadatan Awal:
Alat kompaksi untuk keperluan ini harus merupakan "mechanical flat plate vibrator",
dengan karakteristik sebagai berikut :
- Pelat dasar mempunyai luas: 0,25 - 0,50 m2.
- Gaya pemadatan yang dapat diberikan sebesar 1,5 ton sampai 2,0 ton.
- Frekuensi getaran: 75 - 100 Hz.
Paving Block harus terletak dengan mantap diatas bedding sand. Pemadatan harus
dilakukan segera setelah pemasangan paving block dengan minimal 2 passes. Jarak
antara bagian yang dipadatkan sampai bagian dimana sedang dilakukan pemasangan
block tidak boleh kurang dari 1,50 m. Adalah sangat penting untuk memadatkan
bedding sand segera setelah pemasangan block sehingga dapat dihindari
berpindahnya pasir yang masih dalam keadaan lepas karena bergeraknya block yang
tidak diletakkan dengan baik atau adanya air yang mengalir ketempat tersebut.
Pemadatan harus diulangi pada daerah selebar 1,00 m diukur dari akhir pemasangan/
pemadatan yang dilakukan pada hari sebelumnya melanjutkan dengan pekerjaan
selanjutnya. Semua block yang rusak selama pemadatan dan selama masa
pemeliharaan harus segera diganti dengan yang baru tanpa adanya biaya tambahan.
Pejalan kaki boleh menggunakan jalan concrete block ini setelah pemadatan awal
sebelum penghamparan pasir pengisi, tetapi sebaiknya setelah sambungan atau celah
antar block terisi pasir dan dipadatkan.
Pasir ini harus cukup kering sehingga dapat mengisi celah-celah dengan baik. Bahan
ini bebas dari garam dan zat-zat lain yang dapat merusak material paving block.
Segera setelah pemadatan awal dan pengisian akhiran-akhiran, pasir pengisi harus
segera dihamparkan dan diratakan dengan sapu sepanjang permukaan jalan atau
trotoar dan dimasukkan ke dalam celah-celah antara dengan bantuan kompaktor.
Celah harus benar-benar terisi oleh pasir kasar.
Kompaktor dari jenis lain boleh dipergunakan setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
e. Lubang/alur pada grass block harus diisi dengan tanah subur hingga ke dasar block,
guna penanaman rumput.
f. Toleransi :
1. Toleransi ukuran bahan :
Bahan harus mempunyai panjang dan lebar yang seragam dengan toleransi
maximum tidak lebih dari 3 mm terhadap tebal nominalnya.
2. Toleransi kerataan permukaan jalan :
Toleransi kerataan permukaan akhir level blok harus 10 mm dari permukaan
yang tercantum di gambar, sehubungan dengan peil permukaan saluran air dll.
Deviasi diukur dengan jidar lurus sepanjang 3 meter atau template tidak boleh
melebihi 8 mm dan perbedaan level dari satu blok terhadap blok disebelahnya tidak
boleh melebihi 2 mm.
Bab 7
Pekerjaan Waterproofing dan Waterstops
7.1. Umum
Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada Direksi/MK untuk
mendapatkan persetujuan tertulis, lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang
bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
Sebelum dilaksanakan pekerjaan harus diadakan trial mix beton dengan bahan
waterproofing, untuk memberi bukti kepada Pengawas bahwa beton tersebut memenuhi
persyaratan kekuatan, water absorpsi, water over cement ratio, slump dan performance
requirements lainnya.
Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan dan atas petunjuk Direksi/MK. Bila ada perbedaan dalam hal apapun
antara gambar, spesifikasi dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada
Direksi/MK sebelum pekerjaan dimulai.
Untuk dinding beton dan pelat lantai untuk GWT, STP, Pit Lift, bak netralisasi, area
genset, sumpit digunakan integral waterproofing. Bahan integral waterproofing tidak
boleh mengandung chlorida. Water absorption yang disyaratkan < 1.5 % (BS 1881:Part
122:1983, tes dilakukan pada umur 7 hari). Produk yang disarankan adalah ex
CEMENTAID atau setara.
Untuk pelat lantai atap/dak, kolam, balancing tank, ramp digunakan crystalline
waterproofing dan coating waterproofing. Water absorption yang disyaratkan < 1.5 %
(BS 1881:Part 122:1983, tes dilakukan pada umur 7 hari). Produk yang disarankan
untuk sistem coating adalah ex SIKA atau setara. Produk yang disarankan untuk
Untuk area kamar mandi digunakan waterproofing dengan sistem coating. Produk yang
disarankan adalah ex SIKA atau setara.
Semua sambungan beton, pipa sparing, tie rod, floor drain yang menembus beton
waterproof harus menggunakan waterstop.
7.4. Pengujian
Prosedur pengujian water absorption dilakukan menurut British Standard (BS 1881:
Part 122:1983), tes dilakukan pada umur 7 hari, tentang metode penentuan water
absorption.
Kontraktor wajib melakukan tes water absorption setiap pengecoran beton waterproof
atau setiap 40 m3 beton dan menyerahkan laporan tes ke Konsultan Pengawas/MK
proyek.
Kontraktor harus menyediakan biaya test absorpsi oleh Laboratory Independent yang
disetujui jika Konsultan Pengawas/MK meminta diadakan tes memenuhi persyaratan
absorpsi dalam 7 hari dan bila dibutuhkan, dapat diambil absorption sampel dengan
arahan dari Pengawas. Sampel ini harus dites menurut standard yang telah ditentukan
dan harus memenuhi syarat absorpsi yang diminta.
7.5. Jaminan
Jaminan pada waktu penyerahan, Kontraktor harus memberikan jaminan atas produk
dan performance yang digunakan termasuk sambungan beton, sparing pipa, floor drains
dan titik tie rod yang sesuai spesifikasi pabrik, terhadap kemungkinan bocor, keretakan
shrinkage, pecah dan cacat lainnya selama 10 (sepuluh) tahun. Jaminan diserahkan ke
Pemilik Proyek.
Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan, baik yang terdapat pada Rencana Kerja
dan Syarat-syarat, dokumen kontrak maupun yang tercantum dalam gambar-gambar
atau peraturan-peraturan yang berlaku.
Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat diperlukan bisa
berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis di lapangan.
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam gambar kerja atau dokumen kontrak.
Semua shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapatkan persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas/MK.
Kalau terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik atau pemakai
pada waktu pekerjaan ini dilaksanakan maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi/MK. Biaya yang timbul untuk pekerjaan
perbaikan ini adalah tanggung jawab kontraktor.
7.9. Waterstop
Untuk dinding beton, GWT, roof tank, STP, pelat lantai GF (area parkir, driveway,
landscape, gutter dan ramp), pelat lantai atap/dak serta elemen struktur beton lainnya
yang beresiko terhadap terjadinya rembesan air, maka kontraktor harus memasang
waterstop pada setiap penghentian pengecoran / cold joint.
Waterstop yang digunakan adalah jenis dengan expansion ratio minimum 300%. Produk
yang disarankan adalah Cementaid, Fosroc Supercast SW 10, Sika, RBX, atau setara.
Lokasi penempatan waterstop adalah di tengah-tengah pelat beton atau dinding beton.