Apakah
komunikasi Anda dengan rekan kerja dan atasan lancar? Seberapa loyalkah Anda
terhadap perusahaan? Apakah Anda merasa ketidakjelasan peran? Apakah Anda
memiliki komitmen kerja? Seberapa besar tingkat kepuasan Anda saat ini? Apakah
iklim kerja di perusahaan Anda kondusif? sebagian aspek atau faktor kerja
karyawan. Segenap kondisi karyawan seperti sedang stres, tidak loyal, berkomitmen
rendah, merasakan ketidakjelasan peran, dan lain-lain ini bisa diungkap melalui riset
sumber daya manusia.
0.1 Employee's Self Testing (EST): Menguji Baik Buruknya Faktor-Faktor Kerja
Anda
Jika Anda saat ini bekerja sebagai karyawan, Anda tentu menghadapi banyak situasi
baik yang menyenangkan maupun tidak. Kalau kondisinya menyenangkan tentu
bekerja di kantor menjadi nyaman dan berdampak pada prestasi kerja yang bagus.
Sebaliknya, kalau kondisinya tidak mendukung tentu kita merasa tertekan selama
bekerja. Ujung-ujungnya prestasi atau produktivitas kerja kita memburuk. Itulah
sebabnya kondisi kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Riset sumber daya
manusia berupaya mengetes aspek atau faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan, seperti rasa aman (job security), kejelasan peran (role ambiguity),
komitmen kerja (work commitment), motivasi, stres kerja (work stress), komunikasi
dengan atasan, dukungan keluarga, kepuasan kerja (job satisfaction), dan lain-lain).
Sebagai pemanasan, coba Anda jawab kuesioner Employee’s Self Testing (EST)
berikut.
01. Saya mendapat banyak tugas pekerjaan yang tak mungkin dapat diselesaikan
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
02. Tugas dan sasaran pekerjaan yang harus saya lakukan tidak jelas.
1
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
03. Perusahaan menuntut lebih dari kemampuan yang saya miliki, tanpa fasilitas
kerja yang memadai.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
04. Gaji saya adil dikaitkan dengan pendidikan, pengalaman kerja atau keterampilan
yang saya miliki.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
05. Saya mendapat kenaikan gaji yang adil dibandingkan kenaikan gaji rekan kerja
di perusahaan ini.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
07. Rekan-rekan di tim kerja saya menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
10. Atasan saya akrab dengan karyawan karyawan lain termasuk dengan saya.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
11. Keputusan yang dibuat atasan saya membuat saya merasa nyaman
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
2
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
13. Jika saya sakit dan harus rawat inap di rumah sakit, saya merasa tidak risau
dengan biaya rumah sakit tersebut
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
14. Saya mampu membiayai liburan keluarga saya kel luar kota di kala libur panjang
seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
15. Saya mampu membayar tepat waktu dan lancar angsuran atau cicilan yang ada
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
19. Saya akan gembira sekali jika dapat menghabiskan seluruh karier saya di
perusahaan ini.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
20. Saya tidak akan meninggalkan perusahaan ini, meskipun ada tawaran yang lebih
menarik di perusahaan lain.
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
21. Bagi saya, perusahaan ini merupakan satu-satunya tempat kerja yang terbaik
☐ SS ☐S ☐ AS-TS ☐ TS ☐ STS
3
Anda sudah mengisi kotak-kotak pilihan di atas sesuai dengan yang Anda rasakan.
Nah untuk mengetahui artinya, berikut petunjuknya.
Pertanyaan nomor 4-6 untuk mengukur faktor rasa keadilan terhadap kompensasi
Pertanyaan nomor 10-12 untuk mengukur faktor kualitas hubungan dengan atasan
Hitunglah nilai rata-rata untuk tiap faktor di atas. Caranya, jumlahkan tiga jawaban
untuk tiap faktor lalu bagilah dengan 3. Sebagai contoh, jika jawaban Anda untuk
nomor 1 adalah TS, nomor 2 adalah STS, dan nomor 3 adalah TS, maka nilai faktor
stres kerja Anda (2+1+ 2)/3=1,67. Demikian juga hitung nilai rata-rata Anda untuk
faktor- faktor lainnya.
Dari sini Anda akan menemukan tujuh nilai faktor kerja Anda.
4
Faktor loyalitas Anda....
Selanjutnya, bandingkan nilai rata-rata dari tiap faktor di atas dengan skala berikut.
Misalnya, kalau nilai rata-rata faktor stres kerja adalah 1,67 berarti Anda mengalami
stres kerja yang sangat rendah. Lakukan juga perbandingan terhadap nilai rata-rata
faktor yang lain. Di sinilah kita bisa mengetahui faktor-faktor kerja mana yang sudah
baik atau masih buruk sehingga perlu diperbaiki untuk membuat prestasi kerja
membaik.
Bagian SDM dapat meneliti dengan fokus pada topik tertentu atau meneliti secara
integratif yang meliputi semua aspek. Tentu saja di sini dibutuhkan pengetahuan dan
prosedur pelaksanaan riset SDM yang tepat. Bab ini hanyalah pemanasan. Untuk
memahami lebih mendetail dan menjadikan Anda ahli di bidang riset sumber daya
manusia, mari kita simak bab-bab berikutnya.
5
.
6
BAB 1
7
sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Jika seluruh karyawan
memiliki produktivitas tinggi, kinerja perusahaan secara keseluruhan menjadi lebih
baik. Berikut diberikan gambaran mengenai perlunya keberadaan informasi dalam
pengelolaan SDM sehingga manajer yang lebih tepat.
Tentu saja, untuk mendukung tugas ini dibutuhkan medical representative dalam
jumlah besar. Untuk memenuhi kebutuhan akan medical representative, perusahaan
merekrut 150 orang. Sayang, dalam tempo 2-3 bulan, sekitar 50 medical
representative mengundurkan diri. Ini mengakibatkan jumlah medical representative
yang tersisa tidak mencukupi pemasaran obat. Jika keadaan ini dibiarkan, dalam
setengah tahun jumlah medical representative yang tersisa hanya 25-50 orang.
Perputaran (turn over) karyawan yang terlalu tinggi ini mengharuskan perusahaan
menanggung biaya besar, seperti biaya rekrutmen, tes karyawan, pelatihan, dan
administrasi lain. Pak Anthoni sebagai direktur SDM PT PH cukup pusing
menghadapi masalah ini, sebab bagaimanapun juga turnover yang tinggi
mengganggu operasional penjualan produknya.
8
melakukan penyelidikan terlebih dulu untuk mendapatkan informasi mengapa
sejumlah medical representative selalu mengundurkan diri.
Karyawan atau SDM yang bekerja dalam perusahaan umumnya diterima melalui
proses seleksi terlebih dulu. Dalam proses ini, data-data karyawan dikumpulkan
sebagai catatan internal. Nama karyawan, tempat dan tanggal lahir, alamat rumah,
status pernikahan, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan merupakan
contoh sebagian data yang biasa disimpan bagian SDM. Data-data ini
menggambarkan profil karyawan dan biasanya diberikan sendiri oleh karyawan.
Selanjutnya, data-data ini dilengkapi data-data karyawan yang diperoleh selama
proses tes seleksi, seperti tingkat kecerdasan (IQ), tingkat emosional (EQ), aspek
psikologis, dan kesehatan.
Selain data di atas, seperti telah disinggung sebelumnya, tidak semua informasi
karyawan dimiliki bagian SDM perusahaan. Sebagai contoh, informasi mengenai
kepuasan kerja karyawan tidak pernah diperoleh perusahaan jika perusahaan tidak
mengadakan penyelidikan. Dalam praktik, penyelidikan terhadap SDM sering kali
9
disebut penelitian/riset SDM. Riset merupakan bagian yang lazim terdapat dalam
perusahaan, misalnya bagian riset pengembangan produk baru. Namun,
departemen atau bagian khusus riset SDM belum begitu populer di kalangan
perusahaan, sebab bagian ini biasanya disatukan dengan bagian SDM. Hal ini
berbeda dengan riset pemasaran yang merupakan bagian mandiri dan terpisah dari
bagian marketing (Istijanto, 2009). Di masa mendatang, peranan riset SDM semakin
penting dan dibutuhkan manajer untuk menghasilkan informasi yang membantu
pembuatan keputusan SDM.
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, secara umum riset dijalankan dengan tujuan
menghasilkan informasi. Secara khusus, pengertian/definisi riset SDM belum banyak
dijadikan buku teks. Hal ini sangat berbeda dengan riset pemasaran yang banyak
ditulis para akademisi. Sebenarnya, esensi proses riset SDM tidak jauh berbeda dari
riset pemasaran. Riset SDM dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang
10
melibatkan proses perancangan, pengumpulan, penganalisisan, dan pelaporan
informasi, dengan tujuan memperbaiki pembuatan keputusan yang berkaitan dengan
pengidentifikasian, pemecahan masalah, dan penentuan peluang dalam SDM.
Beberapa poin utama yang termuat dalam pengertian riset SDM dapat disebutkan di
sini:
Riset SDM diharapkan memberi informasi berkualitas sebagai "kompas" (alat bantu)
pengambilan keputusan. Informasi dikatakan berkualitas jika memenuhi kriteria
relevan, akurat, reliabel, valid, dan aktual, yang berguna bagi manajemen. Relevan
berarti informasi yang disediakan berhubungan dengan masalah riset SDM. Akurat
menunjukkan tingkat atau derajat ketepatan informasi yang diberikan. Reliabel
berarti informasi tersebut dapat diandalkan/dipercaya kebenarannya. Valid artinya
informasi tersebut memiliki kekonsistenan. Aktual artinya informasi masih baru atau
tidak ketinggalan zaman, sehingga masih sesuai dengan konteks waktu saat
keputusan akan dibuat.
Riset di bidang SDM bisa dijalankan sendiri oleh perusahaan atau di- kontrakkan ke
pihak luar. Karena umumnya bagian riset SDM dijadikan satu dengan bagian SDM,
orang-orang SDM-lah yang biasanya menjalankan riset, dibantu karyawan bagian
penelitian dan pengembangan. Kadang kala manajer SDM sendiri yang berperan
sebagai periset SDM. Hal ini tidak jadi masalah, sejauh manajer SDM memiliki
kemampuan riset atau memahami proses riset yang benar dan punya waktu untuk
menjalankannya. Sebaliknya, jika perusahaan menghadapi kendala sumber daya
untuk melakukan riset SDM sendiri, manfaatkan saja pihak luar, seperti melakukan
kontrak dengan perusahaan riset. Tentu saja, perusahaan harus memilih
perusahaan riset reliabel sehingga dapat dihasilkan informasi yang berguna bagi
manajer SDM.
11
1.5 Tahap-Tahap Riset SDM
Untuk menyediakan informasi yang reliabel, riset SDM menggunakan metode yang
sistematis dan objektif. Artinya, dalam riset SDM diterapkan beberapa tahap yang
merupakan kesatuan logis, sehingga hasilnya dapat diterima semua pihak secara
objektif. Penggunaan tahap-tahap dalam riset SDM diperlukan untuk menjamin
informasi yang dihasilkan benar-benar berkualifikasi. Namun, perlu dipahami bahwa
tahap-tahap riset SDM tidak bersifat baku, sehingga tahapan di sini lebih sebagai
kerangka yang memudahkan dan menjamin hasil riset sesuai harapan.
Dalam buku ini, penulis mengajukan 10 tahap proses riset SDM yang biasa dilalui
dalam riset. Dalam struktur buku ini, setiap tahap sehingga mudah diikuti pembaca.
12
Kesepuluh tahap di atas menunjukkan urutan tahap secara logis, yang diawali
penentuan masalah riset SDM dan diakhiri pelaporan hasil riset berupa informasi.
Bab-bab selanjutnya dalam buku ini berisi pembahasan setiap tahap di atas.
2. Apa manfaat-manfaat yang dapat dipetik perusahaan yang melakukan riset SDM?
3. Apa jenis informasi yang tidak dapat dimiliki perusahaan tanpa riset SDM?
Berikan contohnya!
13
BAB 2
Seperti riset pada umumnya, penerapan masalah merupakan langkah pertama dan
yang paling penting dilakukan dalam riset SDM. Ketidaktepatan perumusan masalah
mengakibatkan berbagai konsekuensi negatif, mulai dari penentuan desain riset
yang tidak tepat, pengambilan sampel yang salah, pengumpulan data yang tidak
relevan yang akhirnya berdampak pada hasil riset yang tidak berguna, bahkan bisa
menyesatkan pembuatan keputusan manajemen (Butler, 1994).
14
Untuk memperoleh pemahaman yang baik, berikut diberikan ilustrasi
perbedaan masalah manajemen SDM dengan masalah riset SDM melalui contoh
kehidupan sehari-hari. Seorang ibu yang memiliki anak balita merasa resah sebab
badan anaknya terlalu kurus untuk usianya serta cenderung mengalami penurunan
berat badan. Sang ibu datang ke dokter untuk berkonsultasi tentang kondisi
anaknya. Setelah bertemu dokter, ibu itu berkata masalahnya adalah badan anaknya
selalu kurus. Ibu itu menjelaskan, selama ini tindakan yang dilakukan untuk
menambah berat badan anaknya adalah memberinya banyak makanan. Namun,
berat badan anaknya tetap tidak bertambah. Dokter yang memeriksa kondisi anak
itu memandang kekurusan badannya sebagai gejala yang tampak, sedangkan
masalah sesungguhnya adalah sesuatu yang menyebabkan anak tetap kurus.
Dokter kemudian melakukan tes laboratorium dengan meneliti feses anak. Dari tes
laboratorium ini diketahui bahwa anak menderita cacingan. Dari informasi ini,
tindakan dokter adalah mengobati anak agar sembuh dari cacingan. Jika anak
tersebut telah bebas dari cacing, masalah badannya yang kurus dapat diatasi.
Namun, bisa dibayangkan kalau sang ibu dan dokter hanya terfokus pada
berat badan anak. Mereka hanya akan sekadar meningkatkan nafsu makan anak
dengan jalan memberinya makanan bergizi tinggi. Cara ini tentu saja tidak akan
berhasil jika penyebab kekurusan badan yang sebenarnya yaitu penyakit cacingan
tidak teridentifikasi. Ilustrasi diatas dapat dianalogikan dengan riset SDM :
● Gejala yang tampak: badan anak kurus dan beratnya cenderung turun
● Masalah riset SDM: berhubungan dengan informasi yang dicari, yaitu apa
15
● Keputusan: mengobati anak agar sembuh dari penyakit cacingan.
Tabel 2.1 Perbedaan masalah manajemen SDM dan masalah riset SDM
Pertanyaan Apa keputusan yang perlu Apa informasi yang dibutuhkan dan
diambil? bagaimana mendapatkannya?
16
Perbedaan cara pandang terhadap masalah antara manajer dan periset
mensyaratkan perlunya manajer dan periset bekerja sama sehingga pemahaman
mereka sejalan dalam menetapkan masalah. Manajer dan periset perlu
memilah-milah gejala, masalah manajemen SDM, dan masalah riset SDM, untuk
menghasilkan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Oleh karena
itu, tahap penentuan masalah merupakan bagian yang paling penting dalam proses
riset, sebab penentuan masalah memberi pedoman jenis informasi yang nantinya
akan dicari.
17
Disini tugas riset SDM adalah mengetahui lebih dalam masalah sebenarnya
dibalik munculnya gejala-gejala tersebut. Untuk bisa memahami alur dengan baik,
periset harus mendapatkan informasi mendasar mengenai karyawan yang diteliti.
Masalah dalam riset SDM yang dihadapi perusahaan bersifat kasus per
kasus. Artinya, kasus yang terjadi di perusahaan yang satu belum tentu terjadi di
perusahaan yang lain, demikian juga sebaliknya. Pengkategorian masalah riset SDM
hanya bertujuan memudahkan pengidentifikasian masalah riset. Untuk itu, ditinjau
dari ruang lingkupnya, masalah riset SDM bisa dibedakan menjadi dua macam:
masalah yang berhubungan dengan lingkungan makro atau lingkungan luar (politik,
ekonomi, sosial, budaya, hukum) dan masalah yang berhubungan dengan
lingkungan mikro (kebijakan rekrutmen, promosi jabatan, rotasi kerja, pelatihan atau
training, PHK).
18
dengan lingkungan hukum atau peraturan. Tentu saja informasi ini dengan mudah
dapat dijumpai dalam UU Tenaga Kerja yang berlaku, sehingga riset yang dilakukan
cukup sederhana. Sedangkan contoh masalah SDM berkaitan dengan lingkungan
mikro: Apakah karyawan puas dengan jenis pekerjaan yang mereka jalankan selama
ini? Apakah program pelatihan atau training yang telah dilaksanakan bermanfaat
bagi karyawan? Informasi ini berhubungan dengan kebijakan perusahaan dan belum
tersedia ketika karyawan direkrut, sehingga perusahaan perlu melakukan riset
sendiri untuk memperoleh informasi.
Riset SDM juga dapat dikelompokkan atas dasar tujuannya: riset untuk
mengidentifikasi masalah dan riset untuk memecahkan masalah (Malhotra, 2010).
Riset identifikasi masalah dilakukan untuk membantu menemukan atau melihat
masalah yang mungkin belum tampak atau berpotensi muncul di waktu mendatang.
Riset pemecahan masalah dijalankan untuk membantu memecahkan masalah SDM
yang spesifik (disesuaikan dari Malhotra, 2010).
Berikut ringkasan dan contoh riset identifikasi masalah dan riset pemecahan
masalah.
Tabel 2.2 Perbedaan riset identifikasi masalah dan riset pemecahan masalah
• Bagaimanakah wewenang
karyawan bagian pelayanan
pelanggan?
19
2. Riset pemecahan Membantu •Apakah bentuk atau jenis
masalah memecahkan kompensasi karyawan yang mampu
masalah SDM menormalkan kembali produktivitas
yang spesifik kerja yang menurun?
1. Apakah riset SDM dapat dijalankan tanpa penetapan masalah terlebih dulu?
2. Apakah periset dan manajer SDM harus memiliki titik temu dalam menetapkan
masalah riset?
5. Apakah riset SDM perlu dilakukan meskipun selama ini manajer SDM tidak
menghadapi masalah?
20
Bab 3
Secara umum desain riset SDM menyerupai desain riset lain, misalnya desain riset
pemasaran. Malhotra (2010) mendefinisikan desain riser sebagai kerangka kerja
yang secara detail rinci prosedur yang diperlukan untuk memperoleh informasi guna
menjawab masalah riset dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan. Penetapan masalah yang dilakukan pada tahap pertama
dalam proses riset sangat menentukan desain riset yang digunakan. Dengan kata
lain, periset perlu mengembangkan desain riset yang sesuai dengan masalah riset.
Pada dasarnya, desain riset dapat dibagi menjadi tiga jenis: riset eksploratori, riset
deskriptif, dan riset kausal. Ketiga macam riset ini menghasilkan informasi yang
berbeda-beda, sehingga penentuan desain riset yang digunakan tergantung pada
informasi yang akan dicari dalam riset SDM. Jika informasi yang dicari sekadar
untuk mengetahui permasalahan awal atau ada tidaknya masalah, riset eksploratori
dapat dilakukan. Sedangkan jika informasi yang dibutuhkan bertujuan
menggambarkan sesuatu, riset deskriptif bisa diterapkan. Selanjutnya, jika informasi
yang ingin diperoleh adalah menguji hubungan sebab-akibat, manfaatkan riset
kausal.
21
3.2.1 Riset Eksploratori
Sesuai dengan kata eksploratori yang berasal dari kata kerja bahasa Inggris
"to explore" (menyelidiki), riset eksploratori (exploratory research) berusaha
menemukan masalah yang mungkin dihadapi manajer SDM. Riset eksploratori
bersifat "meraba-raba" masalah atau peluang SDM perusahaan. Dengan demikian,
riset eksploratori merupakan desain riset yang bertujuan utama memperoleh
pandangan mendalam dan menyeluruh tentang masalah manajemen SDM yang
sebenarnya. Hasil riset eksploratori dapat digunakan sebagai pedoman menentukan
jenis informasi yang dibutuhkan.
Riset deskriptif berasal dari kata "to describe" (kata kerja bahasa Inggris)
berarti menggambarkan bertujuan utama menggambarkan sesuatu. Contoh hal yang
bisa digambarkan dalam riset deskriptif adalah profil SDM, sikap karyawan terhadap
pekerjaan, motivasi kerja, tingkat kepuasan karyawan, aliran komunikasi antar
karyawan, dsb.
Sering kali riset ini merupakan lanjutan dari riset eksploratori yang dijalankan
sebelumnya, sehingga tidak menutup kemungkinan riset eksploratori dan riset
deskriptif dilakukan berurutan.
Sebagai contoh, kasus produktivitas kerja yang menurun. Dari hasil riset
eksploratori diidentifikasi penyebabnya adalah faktor kepuasan kerja karyawan.
Peranan riset deskriptif dalam hal ini adalah mengungkapkan informasi yang
menggambarkan seberapa besar tingkat kepuasan/ketidakpuasan kerja karyawan
secara keseluruhan, apa variabel yang menyebabkan karyawan tidak puas,
ada-tidaknya perbedaan kepuasan kerja antar bagian, dsb. Riset deskriptif relatif
banyak dilakukan dalam riset SDM.
22
3.2.3 Riset Kausal
Kata kausal berasal dari kata kerja bahasa Inggris "to cause" yang berarti
menyebabkan atau memengaruhi. Artinya, riset kausal merupakan riset yang
bertujuan utama membuktikan hubungan sebab akibat atau hubungan
mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang diteliti. Periset berusaha
mengungkapkan variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan perubahan
variabel lain. Variabel yang memengaruhi ini disebut variabel independen,
sedangkan variabel yang dipengaruhi oleh perubahan variabel independen disebut
variabel dependen.
Dalam riset SDM, variabel independen bisa berwujud kebijakan SDM (seperti
perubahan kompensasi, pakaian seragam kerja, pelatihan kerja, rotasi jabatan,
piknik karyawan) maupun kondisi lingkungan luar (seperti adanya perubahan UU
Tenaga Kerja, perubahan UMR). Variabel dependen dapat berupa produktivitas kerja
karyawan, tingkat kepuasan kerja karyawan, loyalitas karyawan, dsb. Dalam riset
kausal, hubungan sebab akibat dapat pula diekspresikan dalam pernyataan
"jika…..". Sebagai contoh: Terhadap kebijakan kesehatan karyawan, manajer SDM
ingin mengetahui jika anggaran pengobatan karyawan dinaikkan 10%, bagaimana
pengaruhnya terhadap jumlah karyawan yang izin tidak bekerja karena sakit?
Ketiga desain riset di atas memiliki ciri-ciri yang berbeda, sehingga periset
perlu menetapkan desain riset yang sesuai dengan masalah risetnya. Berikut
diberikan rangkuman yang dapat digunakan sebagai pedoman membantu periset
menentukan desain riset.
23
pandangan kerja, tingkat
terhadap masalah/ kepuasan karyawan,
peluang SDM. aliran komunikasi
antar karyawan, dsb.
Catatan: Riset deskriptif dan kausal sering kali disebut riset konklusif, sebab
keduanya berusaha memberikan kesimpulan akhir (conclusion).
24
Berkaitan dengan tiga desain riset di atas, periset harus memutuskan desain
riset yang tepat agar riset yang dijalankan mampu menghasilkan informasi sesuai
kebutuhan manajer SDM. Beberapa pertanyaan dasar berikut memberikan
pertimbangan bagi periset dalam memilih desain riset.
● Apakah desain riset cocok dengan masalah atau tujuan riset? Ketiga jenis
desain riset-eksploratori, deskriptif, dan kausal menyediakan informasi yang
berbeda. Periset perlu menghubungkan kembali setiap desain riset dengan
masalah risetnya.
Jika tujuan riset memahami permasalahan atau memperoleh
pandangan mendalam, terapkan riset eksploratori. Jika tujuannya
menggambarkan sesuatu, gunakan riset deskriptif, sementara jika tujuan riset
menguji hubungan "sebab akibat", pilih riset kausal.
● Apa jenis data yang akan dikumpulkan?
Untuk pertanyaan ini, periset perlu memikirkan kesesuaian desain riset
dengan jenis data yang dikumpulkan. Riset eksploratori cenderung
memanfaatkan data sekunder dan data kualitatif, sementara riset deskriptif
dan kausal relatif banyak menggunakan data primer dan kuantitatif.
● Siapa penyedia informasi atau data tersebut?
Penyedia informasi atau data akan mempengaruhi desain riset.
Sebagai contoh: Jika penyedia data adalah beberapa ahli, gunakan riset
eksploratori. Sebaliknya, jika penyedia data adalah para karyawan secara
langsung, gunakan riset deskriptif atau kausal.
● Bagaimana cara mengumpulkan data?
Cara untuk memperoleh data akan mempengaruhi desain riset. Jika data
dikumpulkan dengan menanyai karyawan secara langsung. gunakan riset
deskriptif dan/atau eksploratori. Jika data dikumpulkan dengan mengamati
hubungan sebab akibat dari perilaku karyawan, gunakan riset kausal.
● Bagaimana cara menyampaikan pertanyaan?
Jika pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan tidak terstruktur sehingga
dapat menggali pendapat yang mendalam dari partisipan, gunakan riset
eksploratori. Sebaliknya, jika pertanyaan yang disampaikan kepada para
karyawan menggunakan kuesioner terstruktur, gunakan riset deskriptif.
Observasi dan sebagian besar riset kausal tidak membutuhkan pertanyaan
sebagai sarana pengumpulan informasi.
25
● Apa tindakan selanjutnya terhadap data yang nantinya terkumpul?
Riset eksploratori umumnya menggunakan analisis kualitatif terhadap data
yang terkumpul, sementara riset deskriptif dan kausal cenderung
menggunakan analisis kuantitatif.
26
Bab 4
Seperti telah dibahas pada bab-bab awal, hasil akhir proses riset adalah
informasi. Jika ditelusuri ke belakang, informasi ini berasal dari bahan mentah yang
disebut data. Istilah data mentah (raw data) menunjukkan sesuatu yang perlu diolah
terlebih dahulu sehingga menjadi informasi yang bermakna. Bentuk atau macam
data dalam bidang SDM sangat beragam, seperti usia karyawan, lama kerja
karyawan, jumlah absensi karyawan, keluhan karyawan, pendapat karyawan,
kata-kata yang diucapkan karyawan, perilaku karyawan saat jam istirahat, dsb.
Data mentah relatif tidak banyak memiliki makna atau arti jika tidak diproses
lebih lanjut. Sebagai contoh, data keterlambatan 10 karyawan bagian pelintingan
rokok (dalam menit selama bulan Maret): 45, 25, 65, 75, 30, 50, 80, 55, 35, dan 45.
Jika data ini tetap dalam kondisi mentah, yang tampak hanyalah angka-angka.
Sebaliknya, jika data ini dihitung dengan penjumlahan, akan menghasilkan informasi
total jam keterlambatan seluruh karyawan selama bulan Maret, yaitu sebesar 505
menit. Jika dalam 1 menit tiap karyawan bisa menghasilkan 2 linting rokok, ada
1.010 rokok yang hilang selama bulan Maret. Informasi ini menjadi lebih bermakna
jika diolah lagi dengan cara membandingkan jumlah jam keterlambatan bulan-bulan
sebelumnya. Dengan demikian, bisa diketahui kecenderungan atau trennya,
meningkat atau menurun, sehingga keputusan SDM bisa dibuat untuk menghindari
27
Jadi, proses pengolahan data dapat menghasilkan informasi yang lebih
bermakna dan lebih berguna untuk pembuatan keputusan SDM. Oleh karena itu,
informasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan data yang lebih berarti atau
bermakna setelah melalui proses pengolahan. Dari gambar diatas tampak bahwa
informasi merupakan hasil (output) pemrosesan (analysis) satu data atau lebih
(input). Oleh karena itu, data merupakan sesuatu yang harus dikumpulkan terlebih
dulu olch periset sebelum diolah menjadi informasi.
Ada berbagai sumber data yang bisa dikumpulkan atau diakses oleh periset
untuk menghasilkan informasi. Dilihat dari asal atau sumbernya, data dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yang disebut data sekunder dan data
primer. Pembagian data dalam riset SDM dapat dilihat pada gambar berikut.
Perbedaan mendasar antara data primer dan sekunder terletak pada siapa
yang mengumpulkan data tersebut: Periset sendiri atau pihak lain. Jika data tersebut
dikumpulkan sendiri oleh periset, data tersebut disebut data primer; sebaliknya, jika
data dikumpulkan oleh pihak lain, data tersebut dinamai data sekunder. Penjelasan
lebih rinci akan dimulai dari pembahasan data sekunder.
28
4.3 Data Sekunder
Sesuai dengan arti kata sekunder (bahasa Inggris "secondary") yang berarti
kedua bukan secara langsung dari sumbernya data sekunder dapat didefinisikan
sebagai data yang telah dikumpulkan pihak lain, bukan oleh periset sendiri, untuk
tujuan lain. Artinya, periset adalah "tangan kedua" yang sekadar mencatat,
mengakses, atau meminta data tersebut (yang kadang sudah berwujud informasi) ke
pihak lain yang telah mengumpulkannya di lapangan. Periset hanya memanfaatkan
data yang ada untuk penelitiannya. Keberadaan data sekunder tidak dipengaruhi
riset yang akan dijalankan peneliti, sebab data tersebut sudah disediakan pihak lain
secara berkala atau pada waktu tertentu.
Contoh data sekunder adalah data upah pekerja yang diterbitkan secara
berkala oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Jika ada periset ingin meneliti besar upah
mingguan pekerja untuk sektor-sektor industri di Indonesia, periset tidak perlu terjun
sendiri ke lapangan untuk mencatat data upah dari satu perusahaan ke perusahaan
lain. Tidak terbayangkan betapa sulit, mahal, dan lelahnya pekerjaan ini jika
penghitungannya dilakukan sendiri oleh periset. Sebagai alternatif, periset dapat
mengakses data tersebut melalui BPS, sebab BPS selalu menyediakan data itu
sesuai tujuan keberadaan organisasi tersebut. Karena periset tidak
mengumpulkannya sendiri, data ini disebut data sekunder. Secara lebih mendalam,
data sekunder bisa dikelompokkan lagi atas dasar asal atau sumber penyedianya:
Berasal dari dalam atau luar perusahaan. Pembagian ini memunculkan dua istilah,
yaitu data internal dan data eksternal.
Data ini bersifat intern atau dari dalam perusahaan yang bersangkutan. Data internal
yang tersedia dalam perusahaan biasanya berkaitan dengan data pribadi karyawan
serta kegiatan kerja karyawan selama bergabung dengan perusahaan. Data pribadi
karyawan biasanya dikumpulkan saat karyawan pertama kali diterima bekerja, yang
tertulis dalam surat lamaran kerja beserta curriculum vitae-nya. Nama karyawan,
jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, alamat rumah, agama, latar belakang
pendidikan, dan pengalaman kerja merupakan contoh data pribadi karyawan yang
hanya diperbarui bagian SDM jika ada perubahan data. Sedangkan data yang rutin
dicatat bagian SDM atau personalia perusahaan biasanya berupa aktivitas kerja
29
karyawan, jam masuk dan keluar kantor, jumlah jam kerja efektif, jumlah output kerja
tiap karyawan, atau jumlah cuti yang digunakan karyawan. Data internal umumnya
disimpan secara rapi oleh bagian SDM, sehingga jika membutuhkan data ini, periset
bisa langsung memintanya. Contoh database seorang karyawan dapat dilihat
berikut.
Karena data internal telah dikumpulkan bagian SDM atau bagian internal
perusahaan, data ini relatif cepat diperoleh periset yang ingin mendapatkannya
tanpa biaya besar. Dengan demikian, pemanfaatan data internal bisa menghemat
30
tenaga, biaya, dan waktu periset. Hanya saja, perlu dipahami bahwa penggunaan
data internal mungkin sudah memadai untuk riset SDM bertopik profil karyawan,
produktivitas kerja karyawan, pola absensi karyawan, atau yang secara umum lebih
berkaitan dengan kegiatan kerja. Namun, jika topik riset bertujuan mengetahui
pengetahuan atau perasaan para karyawan, seperti sikap karyawan, motivasi kerja,
dan loyalitas karyawan, data internal tidak mencukupi. Oleh karena itu, periset harus
mengumpulkan data sendiri.
Jenis data sekunder kedua yang telah tersedia karena dikumpulkan pihak lain
adalah data eksternal. Sesuai dengan kata "eksternal" yang berarti "dari luar", data
eksternal merupakan data dari luar perusahaan. Artinya, yang mengumpulkan atau
● Badan Pusat Statistik (BPS) yang menerbitkan data berkaitan dengan upah
kerja berbagai sektor industri di Indonesia.
● Organisasi-organisasi dunia yang menangani masalah SDM, seperti
International Labor Organization (ILO), Human Rights Watch (HRW), Bureau
of Labor Statistics (BLS).
● Departemen-departemen pemerintah yang relevan dengan SDM, seperti
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).
● Organisasi yang menangani urusan SDM, seperti organisasi Jamsostek
(Jaminan Sosial Tenaga Kerja), Astek (Asuransi Tenaga Kerja).
● Perusahaan konsultan SDM seperti Experd.
● Media SDM seperti majalah Human Capital.
● Organisasi-organisasi lain yang berupaya melindungi atau memperjuangkan
hak-hak SDM, termasuk Serikat Pekerja Indonesia.
31
Cara mudah untuk mendapatkan data eksternal dengan sumber beragam
adalah dengan mengunjungi berbagai perpustakaan yang lengkap. Perpustakaan
adalah tempat yang mengoleksi dan menyediakan berbagai sumber data sekunder
dalam bentuk buku dan berbagai terbitan, seperti majalah, surat kabar, jurnal
akademik, dan database yang telah dikomputerisasi dalam bentuk piringan CD.
Selain itu, periset juga dimungkinkan mengakses perpustakaan terkini berupa
perpustakaan elektronik (e-library) yang memungkinkan periset menjelajah data
sekunder di perpustakaan-perpustakaan dunia tanpa harus berpindah tempat.
Contoh perpustakaan elektronik adalah proquest.com atau emerald.com.
daftar mesin pencari untuk memperoleh dan memilih data sesuai kebutuhan
risetnya.
32
Data sekunder baik internal maupun eksternal memiliki beberapa keterbatasan dari
segi informasi yang diberikan, sebab lebih bersifat umum. Data sekunder
bermanfaat bagi periset karena memberi pandangan awal tentang suatu masalah.
Untuk informasi spesifik mengenai SDM perusahaan yang bersangkutan, seperti
informasi kepuasan kerja karyawan, motivasi kerja, loyalitas karyawan, atau
pengukuran sikap karyawan, tentu tidak bisa dipenuhi hanya dari data sekunder jika
riset terhadap karyawan belum pernah dilakukan. Selain itu, kalaupun sudah pernah
dilakukan, mungkin saja jangka waktu pelaksanaannya sudah terlalu lama atau
kadaluarsa, sehingga informasinya tidak terkini. Jika data sekunder tidak bisa
diandalkan, periset harus mengumpulkan sendiri data di lapangan sebagai data
primer.
33
4.4.1 Data Kualitatif
Data kualitatif bersifat tidak terstruktur, sehingga variasi data dari sumbernya
mungkin sangat beragam. Penyebabnya adalah para partisipan atau karyawan yang
terlibat dalam riset diberi kebebasan mengutarakan pendapat. Berbagai data ini
seperti pendapat, kata-kata, atau kalimat yang diungkapkan para karyawan selama
ditanyai periset menghasilkan ide/pandangan karyawan yang mendalam terhadap
suatu topik riset. Tentu saja, meskipun data yang diberikan olah sumber sangat
beragam, data ini tetap harus dikontrol agar tetap sesuai dengan masalah yang
Bertolak belakang dengan data kualitatif, data kuantitatif bersifat terstruktur. Ragam
data yang diperoleh dari sumbernya misalnya pendapat para karyawan yang
ditanyai atau objek yang diamati cenderung berpola lebih terstruktur, sehingga
mudah dibaca periset. Kondisi ini dimungkinkan sebab, dalam mengumpulkan data,
periset menggunakan alat yang terstruktur, misalnya alternatif jawaban terhadap
pertanyaan yang disampaikan kepada responden. Alhasil responden sekadar
memilih jawaban yang sesuai pendapatnya. Karena pilihan jawaban sudah
34
ditentukan, misalnya "Ya" atau "Tidak", data yang terkumpul berkisar pada kedua
alternatif tersebut. Selanjutnya, periset berusaha mengubah data atau jawaban para
responden menjadi satuan kuantitatif atau angka, misalnya "Ya" 1 dan "Tidak"= 2.
Data ini bisa dikaitkan dengan angka, oleh karena itu dinamakan data kuantitatif. Gb.
4.5 merupakan contoh data yang dikumpulkan dari para karyawan yang diberi
pertanyaan tentang pengalaman kerja mereka (menyenangkan atau tidak
menyenangkan) selama kerja disuatu perusahaan.
Penyebab utama perbedaan data kualitatif dan data kuantitatif terletak pada
perbedaan alat yang digunakan untuk mengumpulkan kedua data tersebut. Data
kualitatif dikumpulkan melalui alat atau pertanyaan tidak terstruktur. Sebagai contoh:
Suatu riset ingin mengetahui apakah karyawan puas terhadap gaji per bulan yang
diterima dari perusahaan tempatnya bekerja. Jika ingin mengumpulkan data
kualitatif, pertanyaan yang diajukan kepada karyawan bisa berbentuk: "Bagaimana
tanggapan Anda terhadap gaji yang Anda terima setiap bulan dari perusahaan ini?"
Dengan topik yang sama, jika ingin memperoleh data kuantitatif, alat atau
pertanyaan yang digunakan harus bersifat terstruktur, misalnya: "Apakah Anda puas
dengan gaji yang Anda terima setiap bulan dari perusahaan ini?", dilengkapi
alternatif jawaban: "Ya" dan "Tidak". Jika kedua pertanyaan itu diajukan kepada 10
karyawan yang berbeda-beda, ilustrasi data yang terkumpul dapat digambarkan
sebagai berikut.
35
Tabel 4.1 Ilustrasi perbedaan data kualitatif dan kuantitatif
36
besar, tentu saya akan keluar dari
perusahaan ini.”
37
adalah data kualitatif. Kita bisa melihat variasi datanya, yaitu kata atau kalimat yang
diucapkan, sangat tidak terstruktur atau bersifat bebas, sehingga memberi
pemahaman yang mendalam tentang topik gaji yang diteliti. Kita bisa mengetahui
alasan yang melandasi karyawan puas atas gajinya, yaitu karena merasakan
kesulitan mencari pekerjaan, bisa untuk menghidupi keluarga, atau mampu
menyekolahkan anak sampai jenjang sarjana. Sebaliknya, kita juga bisa mengetahui
alasan karyawan yang tidak puas atas gajinya, yaitu karena biaya hidup mahal, tidak
mampu membeli rumah, biaya obat tidak terjangkau. Melalui data kualitatif ini kita
juga memperoleh pemahaman tentang tindakan karyawan untuk mengatasi gaji
yang tidak mencukupi, yaitu dengan berhemat, istri bekerja, berhutang ke tetangga,
mencari pekerjaan dengan gaji lebih besar, atau nyambi kerja di hari Minggu.
Sebaliknya, dari data kuantitatif yang dikumpulkan dari contoh diatas
diperoleh data berupa Tidak, Ya, Tidak, Tidak, Tidak, Ya, Ya, Tidak, Tidak, dan Tidak.
Variasi datanya terstruktur antara "Ya" dan "Tidak" saja.
Karena ada perbedaan struktur data kualitatif dan kuantitatif ini, proses
mengubah data asli menjadi angka lebih dimungkinkan untuk data kuantitatif. Untuk
contoh di atas, data Ya = 1 dan Tidak = 2. Karena variasi data kuantitatif lebih
terstruktur, dengan mudah dapat diketahui bahwa jumlah jawaban angka 1 tiga buah
dan jumlah jawaban angka 2 tujuh buah. Untuk data kualitatif dengan variasi sangat
beragam, proses penguantitatifan data relatif sulit dilakukan.
Perbedaan data kuantitatif dan kualitatif juga tercermin dari hasil yang
terkumpul. Data kuantitatif berpola lebih terstruktur. Untuk contoh diatas, tampak
bahwa pola jawaban "Tidak" lebih mendominasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar karyawan (70%) mengatakan mereka tidak puas atas gaji mereka.
Proses generalisasi ini mudah dilakukan untuk data kuantitatif, namun ada
kekurangannya, yaitu sulit mengetahui alasan kepuasan atau ketidakpuasan
karyawan atas gaji mereka. Sebaliknya, dalam data kualitatif proses generalisasi
relatif sulit dilakukan (bukan berarti tidak bisa sama sekali). Namun, seperti telah
38
Tabel 4.2 Rangkuman perbedaan data kualitatif dan kuantitatif
Kriteria Data Kualitatif Data Kuantitatif
Sifat Bervariasi/tidak terstruktur Berpola/terstruktur
Tujuan Cenderung untuk Cenderung untuk
pemahaman (riset kesimpulan (riset
eksploratori) konklusif)
Informasi yang Mendalam, mungkin sekali Generalisasi untuk
dihasilkan disertai berbagai faktor yang mewakili semua karyawan
melandasinya
Jumlah data yang Relatif sedikit (misalnya Banyak (bisa ratusan
dikumpulkan pendapat dari 10 karyawan bahkan
ribuan karyawan,
saja)
tergantung jumlah total
karyawan)
Alat analisis Kualitatif atau nonstatistik Kuantitatif atau statistik
4.4.4.1.1 Wawancara
39
responden ditanya pewawancara guna mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap,
atau keyakinannya terhadap suatu topik SDM (diadaptasi dari Malhotra, 2010).
Untuk riset SDM, para responden adalah karyawan perusahaan yang akan
diteliti. Para karyawan diundang secara perorangan ke suatu tempat yang
representatif, misalnya dalam ruangan kantor. Ruang yang digunakan sebaiknya
tertutup, tenang atau kedap suara, dilengkapi meja dan kursi yang saling
berhadapan untuk karyawan dan pewawancara. Selanjutnya, proses wawancara
dilakukan secara individu dan tatap muka dengan rentang waktu kira-kira 30 menit-1
jam. Wawancara menggunakan daftar berisi topik yang akan digunakan sebagai
pedoman selama proses wawancara. Karena wawancara bersifat tidak terstruktur,
karyawan diberi kebebasan mengekspresikan pikiran atau tanggapannya dengan
lebih bebas. Dari wawancara ini, periset memperoleh informasi spontan dan
mendalam untuk tiap karyawan. Kondisi ini memang sesuai dengan tujuan
wawancara, yaitu memperoleh pandangan lebih mendalam dari setiap karyawan,
yang bermanfaat untuk memahami masalah atau menemukan peluang di bidang
SDM.
40
memberikan pertanyaan yang memancing ide peserta. Moderator diharapkan tidak
mendominasi pembicaraan, dengan kata lain hanya mendorong tiap peserta agar
mengungkapkan ide secara aktif. Jalannya diskusi dan ide-ide yang disampaikan
peserta dicatat atau direkam dengan kamera video tersembunyi sehingga mereka
dapat berdiskusi secara leluasa. Ciptakan kondisi diskusi yang hangat atau ramah
sehingga karyawan yang berdiskusi tidak merasa tertekan atau dapat
menyampaikan pendapat secara jujur. Rekaman video hasil diskusi grup akan
dianalisis lebih lanjut.
Perbedaan wawancara dengan diskusi grup terfokus terletak pada proses
pelaksanaan dan hasil yang diinginkan. Wawancara dilakukan orang per orang, jadi
tidak ada interaksi pendapat antar karyawan. Dalam diskusi grup terfokus,
sebaliknya, para peserta yang berdiskusi diharapkan saling berinteraksi, sehingga
diharapkan hasil diskusi mencerminkan ide kelompok secara keseluruhan. Diskusi
grup terfokus sering kali dilakukan beberapa kali terhadap grup-grup yang berbeda,
misalnya diskusi grup terfokus karyawan administrasi, diskusi grup terfokus
karyawan produksi, atau departemen lain. Hasil diskusi dianggap mencerminkan
pendapat setiap departemen tersebut.
Perlu juga diperhatikan, para karyawan yang berdiskusi sebaiknya bukan
karyawan yang memiliki hubungan sosial sangat dekat atau memiliki hubungan
atasan-bawahan untuk menghindari terjadinya konfirmasi pendapat karena
pengaruh hubungan sosial. Misalnya, bawahan hanya mengiyakan jawaban atasan
karena rasa sungkan atau takut berselisih.
dengan pertanyaan tidak langsung dan tidak terstruktur (Malhotra, 2010). Pengertian
tidak langsung di sini adalah peserta bebas memproyeksikan apa saja yang muncul
dalam pikirannya berkaitan dengan objek atau topik SDM yang akan diteliti. Karena
peserta bebas menyampaikan pikirannya, hal-hal yang diungkapkan peserta
memiliki cakupan luas, baik sisi positif maupun negatif berkaitan dengan topik
tersebut.
41
Bagi manajer SDM, informasi yang didapat dari teknik proyeksi ini akan
memperkaya pandangannya terhadap masalah yang sedang diteliti dan menambah
ide-ide baru, seperti apa harapan karyawan, bagaimana motivasi kerja karyawan,
serta perasaan atau pengetahuan karyawan. Teknik proyeksi dapat dilaksanakan
melalui beberapa cara, seperti asosiasi kata, tes melengkapi kalimat, atau tes
gambar.
📌Asosiasi Kata
Dalam tes asosiasi kata, karyawan yang berpartisipasi diminta menyebutkan satu
atau beberapa kata yang langsung muncul di benak mereka saat kata-kata tertentu
disebutkan atau ditampilkan oleh periset. Partisipan bebas mengasosiasikan atau
mengidentikkan makna kata-kata yang disebutkan periset dengan rangkaian kata
yang mereka pikirkan. Kata-kata yang diucapkan partisipan merupakan data yang
berguna bagi manajer SDM untuk memahami apa yang dipikirkan karyawan.
Contoh: Dalam tes asosiasi kata, setiap karyawan diminta mengungkapkan apa
kata-kata yang muncul saat mereka mendengar kata "THR". Jawaban karyawan
mungkin beragam, misalnya "gaji ketiga belas", "bisa belanja macam-macam",
"relaks", "happy", "piknik bersama", "keluarga gembira", "lega", dsb. Data yang
terkumpul akan sangat berguna bagi manajer SDM, misalnya untuk melihat apakah
karyawan sangat mengharapkan THR, untuk membuat slogan perusahaan yang
dapat memotivasi semangat karyawan selama hari raya, memberi nama untuk
program piknik bersama, dsb.
42
"Orang yang bekerja di PT Pareto merasa...."
"Bekerja di bagian Customer Service PT Pareto merupakan...."
📌Tes Gambar
Dalam teknik proyeksi ini digunakan alat bantu berupa gambar atau foto yang
mewakili objek atau karyawan yang diteliti. Cara ini membantu partisipan mengingat
kembali dengan baik objek yang menjadi perhatian periset. Dalam pelaksanaannya,
karyawan diminta melihat sebuah atau beberapa gambar atau foto, lalu karyawan
tersebut diminta menceritakan apapun yang muncul spontan dalam pikirannya
begitu melihat gambar tersebut.
43
setiap karyawan yang diteliti, lalu secara terpisah mereka diminta mengomentari foto
tersebut. Jawaban setiap karyawan mungkin beragam. Andaikata jawaban yang
terkumpul "perlu dilakukan", "harus kita dukung", "yes", "sudah wajar dan sudah
saatnya", "maju terus", dan sejenisnya, hal itu menandakan karyawan memiliki sikap
mendukung demo yang digelar karyawan.
Ketiga alat pengumpulan data yang dibahas di atas wawancara, diskusi grup
terfokus, dan teknik proyeksi-menghasilkan data dalam bentuk rangkaian kata-kata
yang tidak terstruktur. Oleh karena itu, data yang dihasilkan disebut data kualitatif
atau data verbatim. Hal ini sangat berbeda dengan data kuantitatif yang dibahas
pada sub-bab berikut.
Dalam pengumpulan data kuantitatif, jika data dihasilkan dari bertanya kepada
responden, pertanyaan- pertanyaan tersebut dibuat terstruktur. Salah satu cara yang
dilakukan adalah memberikan pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan yang
diajukan kepada responden agar data yang terkumpul "tidak" memiliki banyak variasi
dibandingkan data kualitatif. Metode-metode populer yang banyak digunakan untuk
mengumpulkan data kuantitatif adalah survei, observasi, dan eksperimen.
4.4.4.2.1 Survei
44
kecil karyawan, misalnya 200 karyawan untuk mewakili semua karyawan. Karena
jumlah data yang dikumpulkan cukup besar, konsep- konsep statistik seperti
pengambilan sampel atau analisis kuantitatif cocok diterapkan. Kondisi ini tentu
sangat berbeda dengan metode kualitatif, misalnya wawancara, yang cenderung
menggunakan lebih sedikit partisipan dan menerapkan analisis kualitatif.
Dalam pelaksanaannya, survei melalui kuesioner terstruktur berarti semua
pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden merupakan pertanyaan standar.
Standar di sini berarti antara satu responden dengan responden lain diberi
pertanyaan yang sama dan tertulis secara rinci dalam kuesioner (bedakan hal ini
dengan riset kualitatif). Responden hanya menjawab pertanyaan sejauh tercantum
dalam kuesioner. Selain itu, biasanya kuesioner memuat alternatif jawaban tertentu,
sehingga karyawan yang disurvei cukup memilih jawaban sesuai pendapatnya.
Untuk mengumpulkan data melalui survei dapat diterapkan beberapa cara,
yaitu survei individu, survei intersep, survei melalui telepon, survei melalui surat, dan
survei melalui jaringan komputer atau internet.
📌Survei Individu
Dengan metode ini, periset secara individu langsung bertatap muka dengan
karyawan yang disurvei. Sebelum pelaksanaan, terlebih dulu periset membuat janji
dengan karyawan, menentukan waktu dan tempat pelaksanaan survei. Ruangan
yang digunakan untuk survei sebaiknya berada satu gedung dengan tempat
karyawan bekerja untuk meminimalkan waktu dan biaya transport periset. Ruangan
diupayakan bebas dari gangguan luar, seperti suara bising, orang lalu lalang, dan
pandangan orang. Pilih waktu pelaksanaan yang nyaman bagi karyawan, misalnya
saat istirahat siang setelah makan. Selanjutnya, karyawan yang disurvei diundang
masuk ke dalam ruangan, lalu periset atau asistennya menanyai karyawan tersebut
dengan sejumlah pertanyaan terstruktur atau kuesioner yang sudah disiapkan
sebelumnya. Jabatan karyawan dicatat periset untuk dianalisis lebih lanjut.
Survei individu juga bisa dilakukan dengan mendatangi rumah setiap
karyawan. Namun, cara ini meningkatkan biaya transportasi dan menghabiskan
lebih banyak waktu serta tenaga periset.
45
📌Survei Intersep
Survei intersep dari bahasa Inggris "intercept" yang berarti memotong atau
menghentikan sementara waktu merupakan bentuk survei yang dilakukan dengan
"menghentikan" aktivitas karyawan. Karena karyawan paling mudah ditemui saat
bekerja, survei dijalankan dengan meminta kesediaan karyawan meluangkan waktu
sejenak guna berpartisipasi dalam survei. Sebagai contoh, jika survei dilakukan di
bagian mesin produksi, karyawan yang sedang bekerja didekati periset dengan cara
sopan, tanpa paksaan sedikit pun, lalu dimohon berpartisipasi dalam riset. Jika
karyawan setuju, survei dilakukan di tempat itu juga. Periset menanyai karyawan
46
teknologi ini, jawaban responden langsung di input melalui papan ketik komputer.
Survei melalui telepon punya kelebihan, sebab dapat dilakukan di luar jam kerja,
sehingga karyawan cenderung tidak letih menjawab pertanyaan yang dibacakan
lewat telepon. Kelemahan riset ini terletak pada ketersediaan jaringan telepon dan
periset tidak bisa menampilkan gambaran visual sehingga terbatas pada verbal saja.
47
laman, kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan riset bisa langsung
di-download. Karyawan cukup mengetik jawabannya atau mengklik jawaban yang
dipilih dengan tetikus. Setelah semua pertanyaan dijawab, responden bisa langsung
mengirimnya dengan mengklik pilihan "send" atau "submit".
Survei melalui internet mensyaratkan semua karyawan punya akses ke
komputer. Sering kali, karyawan bagian tertentu, seperti bagian produksi atau rumah
tangga, tidak punya akses ke komputer, sehingga perusahaan perlu mengatur
fasilitas ini. Survei melalui internet sangat berdaya guna jika para karyawan memiliki
lokasi tugas terpencar atau saling berjauhan, sehingga petugas survei tidak perlu
mendatangi karyawan satu per satu. Perusahaan-perusahaan global yang para
karyawannya tersebar di negara-negara yang berbeda paling cocok melakukan
survei melalui internet. Cara ini menghilangkan batas geografis dan kendala waktu
dalam pelaksanaan survei.
4.4.4.2.2 Observasi
48
bekerja. Kamera ini akan merekam objek yang diamati sehingga periset dapat
menganalisis gerak atau tingkah laku karyawan dalam konteks riil. Ini menjadi salah
satu keunggulan metode observasi yang mampu menangkap perilaku karyawan
secara nyata sehingga tidak terjadi manipulasi yang dilakukan orang tersebut.
Keunggulan ini belum tentu dimiliki metode sebelum- nya, yaitu survei. Sebagai
contoh: Suatu riset ingin mengetahui bagaimana kedisiplinan karyawan dalam
mematuhi peraturan perusahaan "Dilarang merokok di tempat kerja!". Dalam contoh
ini, penggunaan observasi lebih tepat daripada metode lain, seperti wawancara atau
survei. Mengapa? Menanyai karyawan satu per satu dengan pertanyaan: "Apakah
Anda merokok selama kerja di ruangan kerja Anda belum tentu menghasilkan
jawaban yang sesuai dengan perilaku sebenarnya. Agar dipandang mematuhi
peraturan, bisa jadi jawaban yang diberikan karyawan adalah "Tidak", meskipun
kenyataannya ia merokok selama kerja. Akibatnya, karyawan ini memberikan
informasi tidak valid tentang perilaku yang sesungguhnya. Jika metode observasi
dilakukan, bisa diketahui dengan pasti apakah sebenarnya ia merokok atau tidak di
ruangannya. Namun, ada beberapa kelemahan observasi. Observasi membutuhkan
kontinuitas dalam memantau perilaku seseorang, sebab perlu menunggu
ada-tidaknya suatu kejadian. Observasi juga kurang mampu mengungkapkan
perasaan atau sikap orang dalam berperilaku. Sebagai contoh, periset tidak tahu
pasti apa alasan karyawan tetap merokok meskipun ada larangan tertulis. Selain itu,
observasi kadang kala terhadang kendala etika, sebab memasang kamera pengintai
bisa. dianggap melanggar kerahasiaan dan kenyamanan pribadi karyawan yang
sedang bekerja.
4.4.4.2.3 Eksperimen
49
eksperimen perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu atau
membingungkan karyawan yang sedang bekerja di perusahaan.
Berikut dua contoh eksperimen.
Contoh pertama, suatu perusahaan memiliki empat departemen yang
menempati ruangan kantor berbeda-beda, setiap departemen memiliki ruangan
kantor yang cukup luas dan dihuni 10 karyawan tanpa dinding sekat antar karyawan.
Ruangan kantor seperti ini memberi efek keakraban yang tinggi di antara karyawan.
Dalam rangka memperbaiki produktivitas karyawan, perusahaan ingin melihat
apakah ruangan kantor bersekat berpengaruh terhadap produktivitas. Untuk
mengetahuinya, perusahaan melakukan eksperimen dengan mengubah salah satu
ruangan kantor departemennya. Satu ruangan kantor diberi dinding penyekat antar
karyawan, sedangkan tiga ruangan kantor lain dipertahankan seperti semula, yaitu
tanpa sekat. Setelah dijalankan selama seminggu, periset kemudian mencatat
perbedaan hasil yang terjadi sebelum dan setelah diberi dinding penyekat. Tiga
ruangan lain dipertahankan tetap sebagai variabel pengendali untuk memastikan
tidak ada perubahan variabel selain dinding sekat antar karyawan. Apabila hasil
eksperimen menunjukkan bahwa produktivitas karyawan meningkat setelah ruangan
kantor diberi dinding penyekat, efek ini dipandang sebagai akibat variabel kausal,
yaitu adanya dinding penyekat.
Contoh kedua, perusahaan mobil sedang mempertimbangkan penggunaan
masker bagi para karyawan bagian perakitan. Perusahaan ingin mengetahui apakah
50
tempat kerja sesungguhnya. Contoh pertama dari kasus diatas merupakan
eksperimen lapangan, sedangkan contoh kedua termasuk eksperimen laboratorium.
Perbedaan kondisi eksperimen lapangan dan laboratorium ini memunculkan
dua isu populer dalam eksperimen, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.
Validitas internal menggambarkan kecenderungan eksperimen dalam
mengendalikan efek variabel-variabel lain yang tidak digunakan untuk manipulasi,
sedangkan validitas eksternal menunjukkan sejauh mana eksperimen dilakukan
pada kondisi nyata. Oleh karena itu, eksperimen laboratorium memiliki validitas
internal tinggi, sementara eksperimen lapangan punya kecenderungan tinggi dalam
validitas eksternalnya.
digunakan untuk memecahkan masalah yang hampir sama. Namun, tentu saja ada
salah satu metode yang cenderung lebih cocok dibandingkan metode lain.
Untuk memberikan pemahaman yang baik, berikut diberikan contoh ilustrasi
pemilihan metode pengumpulan data primer dengan kasus perusahaan sepatu.
PT XXX adalah perusahaan sepatu olahraga di Jawa Barat. Setiap bulan
perusahaan ini menghasilkan 1.000 pasang sepatu dengan dukungan 800 karyawan
di berbagai departemen. Salah satu departemen yang cukup besar adalah
departemen administrasi yang memiliki 50 karyawan. Selama ini bagian administrasi
sering mengalami masalah sehingga tugas- tugas pekerjaan administrasi banyak
tidak terselesaikan. Manajer SDM ingin mengetahui dengan pasti apakah para
karyawan bagian administrasi sudah memahami pekerjaan mereka dengan jelas.
Dalam contoh ini, informasi yang ingin diketahui adalah kejelasan atau
ketidakjelasan karyawan administrasi dalam hal tugas yang mereka jalankan. Ada
beberapa metode kumpulan data yang bisa dipilih.
● Memanggil lima karyawan administrasi ke suatu ruangan kantor, dan satu per
satu dimintai pendapat mengenai ruang lingkup pekerjaan mereka. Periset
dapat mengajukan pertanyaan, misalnya "Apakah Anda mengetahui apa saja
51
ruang lingkup pekerjaan yang harus Anda selesaikan di bagian administrasi?"
Ini merupakan metode wawancara.
● Mengundang delapan atau sepuluh karyawan administrasi untuk berkumpul di
suatu ruangan dengan duduk melingkar berhadapan, lalu meminta mereka
berdiskusi dengan topik "Sejauh mana Anda memahami tugas-tugas yang
menjadi pekerjaan Anda di bagian administrasi? Apa saja yang menjadi tugas
Anda dan apa yang seharusnya bukan menjadi tugas Anda namun Anda
kerjakan?" Metode ini merupakan diskusi grup terfokus.
● Menemui 5-10 karyawan, kemudian setiap karyawan diminta
menyempurnakan kalimat tidak lengkap, misalnya "Tugas-tugas yang harus
saya selesaikan dibagian administrasi...." Ini merupakan penerapan teknik
proyeksi.
● Membagikan kuesioner kepada seluruh karyawan administrasi yang
berjumlah 50 orang dan meminta mereka mengisi kuesioner tersebut.
Kuesioner berisi beberapa pertanyaan antara lain.
"Pekerjaan saya menuntut saya menyelesaikan tugas-tugas yang seharusnya
dikerjakan secara berbeda."
☐ STS ☐ TS ☐R ☐S ☐ SS
☐ STS ☐ TS ☐R ☐S ☐ SS
☐ STS ☐ TS ☐R ☐S ☐ SS
Keterangan:
STS: Sangat Tidak Setuju; TS: Tidak Setuju; R: Ragu-Ragu; S: Setuju; dan
SS: Sangat Setuju
Setelah diisi oleh para karyawan, kuesioner tersebut dikumpulkan periset untuk
dianalisis. Cara ini disebut survei.
52
● Melakukan pengamatan terhadap para karyawan administrasi yang sedang
bekerja. Hal-hal yang diamati adalah perubahan raut wajah karyawan, apakah
menunjukkan kebingungan, mengerutkan kening, menggelengkan kepala,
cemberut, normal, atau yang lain. Frekuensi terjadinya perubahan raut muka
dicatat, termasuk seberapa sering para karyawan tampak kebingungan, jalan
ke sana kemari tanpa kejelasan. Cara ini merupakan observasi.
Dalam kasus ini, observasi agak sulit dilakukan, sebab riset dalam kasus di
atas lebih melihat perasaan karyawan, bukan perilaku fisik. Meskipun karyawan
mengalami kebingungan kerja, belum tentu hal itu selalu ditunjukkan melalui
ekspresi muka. Observasi juga membutuhkan waktu yang lama, sebab kebingungan
kerja tidak muncul terus-menerus. Alhasil periset perlu melakukan penyelidikan
kontinu terhadap karyawan yang bekerja.
Jadi, untuk kasus diatas, untuk mengungkapkan masalah, lebih baik periset
menggunakan metode pengumpulan data kualitatif terlebih dulu (wawancara atau
grup terfokus) untuk memperoleh pemahaman awal yang mendalam. Selanjutnya
dapat ditindaklanjuti dengan menjalankan survei untuk melihat gambaran umum.
53
Satu hal terpenting yang perlu diingat adalah periset harus mempertimbangkan
kesesuaian metode dengan jenis informasi yang ia cari.
1. Jika diolah, data yang sama bisa menghasilkan berbagai informasi yang berbeda.
Setujukah Anda dengan pernyataan di atas? Beri penjelasan!
2. Apa yang menyebabkan perbedaan antara data kualitatif dan data kuantitatif?
3. Mengapa suatu wawancara cukup melibatkan sedikit responden sementara survei
mensyaratkan jumlah responden yang lebih besar? Kaitkan jawaban Anda dengan
tujuan setiap metode tersebut?
4. Apakah perbedaan antara wawancara dan survei individu? Bagaimana Anda
dapat membedakan keduanya?
5. Berikan perbedaan mendasar antara metode pengumpulan data dengan survei
dibandingkan observasi. Apa informasi yang dapat terungkap melalui survei namun
sulit terungkap melalui observasi, dan juga sebaliknya?
54
Bab 5
Desain pertanyaan, penentuan jenis skala, dan alat analisis merupakan tahap
riset yang saling berhubungan. Namun, ketiga komponen tersebut tidak mutlak
harus ada, tergantung jenis risetnya. Sebagai contoh, observasi tidak membutuhkan
daftar pertanyaan, sebab observasi dijalankan dengan mengamati karyawan, tidak
bertanya secara langsung. Sedangkan riset kualitatif, seperti wawancara atau
diskusi grup terfokus, relatif tidak membutuhkan skala pengukuran, sebab datanya
berwujud kata-kata atau kalimat. Riset dengan survei selalu membutuhkan ketiga
komponen tersebut dan ketiganya saling berhubungan. Perancangan pertanyaan-
pertanyaan yang digunakan dalam survei mempengaruhi jenis skala yang
digunakan. Jika jenis skala sudah ditentukan, alat atau metode analisis yang paling
cocok dengan skala tersebut perlu ditetapkan.
55
5.2 Desain Pertanyaan Terbuka dan Tertutup
56
Sebaliknya, riset deskriptif cenderung menggunakan daftar pertanyaan
terstruktur. Artinya, semua pertanyaan yang diajukan kepada karyawan tertulis
secara terperinci dalam kuesioner, ditanyakan langsung, dan setiap karyawan diberi
kuesioner yang sama. Sebagai contoh, dalam metode survei, semua karyawan
diberi kuesioner standar dan mereka cukup menjawab semua pertanyaan dalam
kuesioner. Oleh karena itu, dalam pengumpulan data kuantitatif, penggunaan
pertanyaan tertutup lebih banyak dilakukan. Dalam pertanyaan tertutup, responden
diberi alternatif jawaban dan cukup memilih jawaban yang dianggap paling cocok
dengan pendapatnya. Dalam pertanyaan tertutup, jawaban responden cenderung
singkat, sebab responden cukup memilih alternatif yang tersedia.
57
☐ Mobil
☐ Rumah
☐ Pendidikan
☐ Hiburan
Daftar pertanyaan atau kuesioner memiliki peranan sangat besar dalam riset yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan berkomunikasi atau bertanya kepada
responden. Pertanyaan yang disusun harus dirancang dengan baik agar bisa
menghasilkan informasi yang dicari. Dalam menyusun pertanyaan, hal-hal yang
perlu dipertimbangkan oleh periset antara lain:
58
karyawan, schingga pertanyaan yang diajukan dapat mereka jawab. Sebagai
contoh: Menanyakan hari dan tanggal cuti karyawan lima tahun lalu
cenderung sulit dijawab karyawan.
59
dilakukan berulang kali (Malhotra, 2010). Dalam hal timbangan berat badan,
jika timbangan orang berpostur normal menunjukkan berat 60 kg, 1 jam lagi
pada kondisi yang sama, timbangannya tetap menunjukkan hasil 60 kg.
Pengujian validitas dan reliabilitas merupakan proses menguji butir-butir
pertanyaan dalam kuesioner. Jika butir-butir pertanyaan sudah valid dan
reliabel, butir-butir tersebut bisa digunakan dalam penelitian yang
sebenarnya.
60