Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis

Dosen Pengampu: Dede Riswandi SE, M.Ak

KELOMPOK 4
- Ica Khoerunnisa
- Laura Anggia Putri
- Misbahul Khoer
- Taniari
- Tia Bilkis

STUDI KASUS HUKUM BISNIS TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN


PADA PERUSAHAAN NETSLE

Hukum bisnis merupakan seperangkat hukum tertulis dan tidak tertulis yang mengatur
cara pelaksanaan kegiatan usaha dagang, industri, keuangan yang memiliki tujuan untuk
memperoleh keuntungan, sehingga dari kegiatan usaha tersebut muncul perjanjian dan
kesepakatan yang harus ditaati oleh pelaku usaha. Aturan hukum dan etika yang cukup
ketat dengan ikatan sanksi yang berlaku tidak lantas menyebabkan hilangnya
permasalahan ataupun pelanggaran ataupun pelanggaran hukum dan etika Bisnis.
Permasalahan hukum etika bisnis sangat sering terjadi di Indonesia, mulai dari
perseteruan Hak kekayaan intelektual, merek dagang, perizinan usaha, pelanggaran biaya
sosial, pengelolaan ketenagakerjaan, penipuan bisnis, hingga penipuan produk yang
merugikan konsumen.

Salah satu kasus pelanggaran hukum dan etika bisnis yang berkaitan langsung dengan
kesalahan prosedur perusahaan yang menyebabkan kerugian konsumen adalah kasus yang
terjadi oleh Perusahaan Nestle dengan produk yang tersebar luas di beberapa negara di
dunia termasuk Indonesia, terutama pada produk olahan susu.

Perusahaan nestle indonesia adalah anak perusahaan Nestle yang berkantor pusat
di Vevey, SWISS. Perusahaan ini bergerak di bidang gizi dan kesehatan yang beroperasi
di Indonesia sejak tahun 1971 dengan karyawan 2600 lebih yang tersebar luas di beberapa
daerah yakni Pabrik Kejayan di Pasuruan yang khsuus pada pengolahan susu Dnacow,
Bear brand, dan Nestle Dancow Ideal; Pabrik Panjang yang berlokasi di Lampung dalam
pengolahan kopi instan serta pabrik Cikupa di Banten yang memproduksi kembang gula.
Perusahaan berkomitmen terhadap kepuasan konsumen, salah satunya melalui motto
"Good Food , Good Life).

Produk agroindustri olahan susu Nestle pernah ditarik dari peredaran pasar di beberapa
negara Eropa pada tahun 2004 karena susu olahannya mengandung bakteri Sakazakii
yang membahayakan bagi kesehatan konsumen karena dapat menyebabkan penyakit
meningitis, infeksi pembuluh darah dan menginfeksi sistem pencernaan hingga
menyebabkan kematian bagi bayi maupun orang dewasa. Berdasarkan penelitian para ahli
terhadap produk susu formula, ditemukan bakteri E. Sakazakii pada debu lantai pabrik
agroindustri susu. Kesalahan kontrol keamanan produk dari perusahaan dapat berakibat
fatal pada keberlanjutan usaha

Kemudian pada tahun 2008-2011 dilakukan uji Lab terhadap susu Nestle yang
beredar di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan
pengambilan sampel sebanyak 96 pada susu formula berbagai merek. Menurut BPOM
tidak ada satupun produk susu formula yang tercemar bakteri Enterobacter Sakazaki dan
tidak menemukan cemaran bakteri termasuk produk NESTLE.

ANALISIS:

Menurut analisis kami, pada tahun 2004, perusahaan Nestlé mengalami kasus di
mana produk mereka terkontaminasi bakteri sazakii. Sebagai perusahaan produksi yang
diatur oleh undang-undang, Nestlé seharusnya memastikan manajemen bisnis yang baik
dan selalu menjaga kualitas produknya. Data menunjukkan bahwa dari tahun 2008 hingga
2011, terdapat 96 kali pemeriksaan di Indonesia yang menyatakan produk Nestlé tidak
mengandung bakteri sazakii.

Perusahaan Nestlé merupakan produsen yang produknya diminati oleh berbagai


kalangan usia. Oleh karena itu, untuk mencegah kasus kontaminasi produk seperti yang
terjadi sebelumnya, Nestlé harus memprioritaskan kualitas produknya. Sebagai
perusahaan yang juga terlibat dalam perdagangan internasional dengan mengirimkan
produknya ke berbagai negara, hal ini dapat menjadi kunci keberhasilan Nestlé dalam
membangun citra positif dan dikenal sebagai penyedia susu berkualitas yang mendukung
kesehatan konsumen. Nestlé harus terus berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi
konsumennya dan terus meningkatkan kualitas susu mereka

Permasalahan etika hukum dan bisnis yang dialami perusahaan Nestle yang tersebar
luas di seluruh dunia termasuk Indonesia yakni terkait produk susu Nestle yang ditarik
peredarannya di sejumlah negara Eropa dikarenakan terkontaminasi Bakteri Sakazakii
yang berbahaya bagi konsumen baik bayi maupun orang dewasa. Maka dari itu kontrol
kualitas tentu harus dilakukan, dimulai dari penghasil susu segar, yakni mulai proses
budidaya sapi, pemerahan, pengolahan di pabrik hingga produk susu siap dipasarkan.
Terkait permasalahan ini dapat berakibat fatal pada keberlanjutan usaha, mulai dari
hilangnya kepercayaan konsumen, pemboikotan produk, penetapan kebijakan pemerintah,
pencabutan ijin usaha, dan sanksi hukum denda dan pidana jika menyebabkan kerugian
material dan jiwa.

Kasus ini bertentangan dengan UU Perlindungan Konsumen, ada lima asas yang
dianut dalam ketentuan UU Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999 pasal 2
menerangkan bahwa upaya perlindungan bagi konsumen dilakukan dengan beberapa asas
perlindungan, antara lain: manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan
konsumen, serta kepastian hukum. Perlindungan ini mencakup proteksi agar konsumen
tidak memperoleh barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan kesepakatan atau
melanggar ketentuan undang-undang, serta perlindungan terhadap syarat-syarat yang
tidak adil.

Permasalahan ini juga bertentangann dengan undang undang lalu lintas produksi
meliputi aturan dan dan hukum yang mengatur aliran produksi, distribusi dan logistik
barang, termasuk keamanan produk terhadap konsumen dan kualitas produk.

Hukum bisnis termasuk dalam ruang lingkup perdagangan internasional dan


perjanjian internasional. Sebagai perusahaan besar, Nestlé memiliki standar operasional
(SOP) yang mengatur produksi produk mereka sesuai standar internasional. Standar ini
mencakup segala hal, mulai dari pemilihan bahan baku, penggunaan peralatan, hingga
kebersihan lingkungan produksi untuk memastikan kesterilan dan bebas dari kuman dan
bakteri yang berpotensi membahayakan.

KESIMPULAN:

Berikut adalah kesimpulan dari kasus kontaminasi produk makanan yang melibatkan
perusahaan Nestlé:

Kasus kontaminasi produk makanan yang melibatkan Nestlé adalah kejadian di mana
produk-produk makanan yang diproduksi oleh Nestlé terkontaminasi oleh bakteri yang
membahayakan kesehatan, seperti bakteri sazakii. Kontaminasi ini berpotensi
membahayakan konsumen yang mengonsumsi produk tersebut. Perusahaan Nestlé,
sebagai perusahaan besar dalam industri makanan, memiliki standar operasional (SOP)
yang diatur sesuai dengan standar internasional untuk memastikan keamanan dan kualitas
produk yang dihasilkan. Namun, kegagalan dalam mematuhi atau melaksanakan SOP ini
dapat mengakibatkan kontaminasi produk, yang menjadi isu serius dalam hal kesehatan
masyarakat dan kepercayaan konsumen.

Dalam menghadapi kasus seperti ini, perusahaan Nestlé harus mengambil tindakan
tanggap cepat dan tepat untuk menarik produk yang terkontaminasi dari pasaran,
memberikan informasi yang jelas dan transparan kepada konsumen, serta melakukan
perbaikan pada proses produksi guna memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa
mendatang. Selain itu, Nestlé juga harus memastikan bahwa produksinya selalu
mematuhi standar dan regulasi yang berlaku, baik di tingkat nasional maupun
internasional, terutama dalam hal keamanan pangan.

Kasus seperti ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap standar dan regulasi dalam
industri makanan, serta perlunya transparansi dan akuntabilitas dari produsen terkait
dengan produk yang mereka hasilkan untuk menjaga kepercayaan konsumen dan
memastikan keselamatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai