Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS MASALAH ETIKA BISNIS PERUSAHAAN NESTLÉ DI INDONESIA

Kelompok 10
Oleh:
Regina Amalia 194101035
Rally Mutiara Yoke 194101036
Mila Romadhatun Nisa 194101108
Salma Haya 194101114

TUGAS MATA KULIAH ETIKA ORGANISASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
A. Deskripsi Perusahaan.....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................1
C. Sebab Masalah...............................................................................................2
D. Dampak Masalah............................................................................................3
E. Alternatif Penyelesaian Masalah.....................................................................4
F. Lampiran.........................................................................................................5

i
A. Deskripsi
Perusahaan Nestle Indonesia adalah anak perusahaan Nestle yang
berkantor pusat di Vevey, Swiss. Perusahaan ini bergerak di bidang gizi dan
kesehatan. Nestlé SA didirikan lebih dari 140 tahun lalu oleh Henri Nestlé,
seorang ahli farmasi yang berhasil meramu bubur bayi guna membantu
seorang ibu menyelamatkan bayinya sangat sakit dan tidak mampu
menerima air susu ibu.
Nestlé telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1971, dan pada saat
ini PT tersebut telah mempekerjakan lebih dari 2.600 karyawan untuk
menghasilkan beragam produk Nestlé di tiga pabrik: pabrik Kejayan,
Pasuruan, Jawa Timur untuk mengolah produk susu seperti dancow, bear
brand, dan nestlé dancow ideal, pabrik Panjang di Lampung untuk mengolah
kopi instan nescafé serta pabrik Cikupa di Banten untuk memproduksi produk
kembang gula fox's dan polo. Saat ini sedang dibangun pabrik ke-empat di
Karawang yang direncanakan akan beroperasi pada tahun 2013 untuk
memproduksi dancow, milo, dan bubur bayi nestlé cerelac.
Moto Nestlé adalah “Good Food, Good Life” menggambarkan
komitmen perusahaan yang berkesinambungan untuk mengkombinasikan
ilmu dan teknologi guna menyediakan produk-produk yang mampu
memenuhi kebutuhan dasar manusia akan makanan dan minuman bergizi,
serta aman untuk dikonsumsi serta lezat rasanya..

B. Identifikasi Masalah
Corporate Business Principal Nestlé merupakan pondasi dari budaya
perusahaan PT Nestlé yang telah berkembang selama 140 tahun. Sejak
pertama kali Henri Nestlé berhasil meramu bubur bayi "Farine Lactée" guna
membantu seorang ibu yang ingin menyelamatkan bayinya yang sedang sakit
dan tidak mampu menerima air susu ibu, mereka telah membangun bisnis
pada keyakinan bahwa untuk memiliki keberhasilan jangka panjang bagi
pemegang saham, maka harus mematuhi semua persyaratan hukum yang
berlaku dan memastikan bahwa semua kegiatan berkelanjutan serta
menciptakan nilai yang signifikan bagi masyarakat.
Pada 2011, program pelatihan modular diluncurkan pada berbagai
komponen Corporate Business Principal. Kedalaman dan fokus dari

1
pelatihan dibentuk sesuai dengan materialitas untuk fungsi yang berbeda
dalam perusahaan. Sebagai contoh, pelatihan tentang komponen hak asasi
manusia akan fokus pada manajer dan karyawan di negara-negara yang lebih
tinggi risiko hak asasi manusia sebagai prioritas. Corporate Business
Principal Nestlé akan terus berevolusi dan beradaptasi dengan perubahan
dunia. Landasan dasar kita tidak berubah dari waktu dan asal-usul
Perusahaan mereka, dan mencerminkan ide-ide dasar keadilan, kejujuran,
dan perhatian umum untuk kesejahteraan orang-orang. Nestlé berkomitmen
untuk menganut Prinsip Bisnis berikut ini di semua negara, disesuaikan
dengan undang-undang lokal, praktek-praktek budaya dan agama:
1. Gizi, Kesehatan dan Keafiatan.
Tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan
para konsumen setiap hari, dimanapun mereka berada dengan
menawarkan pilihan produk makanan dan minuman yang lezat dan
sehat, serta mendorong gaya hidup sehat. Diungkapkan melalui melalui
motto: 8Good Food, Good Life9.
2. Jaminan Mutu dan Keamanan Produk
Dimana saja di seluruh dunia, nama Nestlé menjanjikan produk
yang aman dan berkualitas baik kepada konsumen.
3. Komunikasi kepada Konsumen
Berkomitmen terhadap komunikasi kepada konsumen yang
bertanggung jawab dan dapat dipercaya, yang memberdayakan
konsumen untuk menggunakan hak mereka atas pilihan yang
bersandarkan pada informasi yang benar, mempromosikan pola makan
yang lebih sehat dan menghargai privasi konsumen.
4. Hak Asasi Manusia dan Kegiatan Usaha
Mendukung penuh prinsip-prinsip Global Compact – Persatuan
Bangsa Bangsa tentang hak asasi manusia dan ketenagakerjaan, dan
bertujuan untuk memberikan contoh-contoh mengenai hak asasi manusia
dan praktik ketenagakerjaan di seluruh kegiatan bisnis.
5. Kepemimpinan dan Tanggung Jawab Pribadi
Keberhasilan perusahaan tercipta berkat dukungan para karyawan.
Karyawan diperlakukan dengan rasa hormat dan bermartabat,
mengharapkan setiap karyawan mempunyai rasa tanggung jawab
pribadi. Tenaga kerja yang dipekerjakan kompeten dan mempunyai

2
motivasi, serta menghargai nilai-nilai perusahaan. Perusahaan
memberikan kesempatan yang sama untuk pengembangan dan
kemajuan mereka, melindungi privasi mereka, dan tidak mentoleransi
segala bentuk pelecehan dan diskriminasi. Dimana saja di seluruh dunia,
nama Nestlé menjanjikan produk yang aman dan berkualitas baik kepada
konsumen.
6. Keamanan dan Kesehatan Kerja
Berkomitmen untuk mencegah kecelakaan, cedera dan penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan, melindungi para karyawan, mitra usaha
dan pihak-pihak lain yang terlibat di sepanjang mata rantai perusahaan.
7. Pemasok dan Hubungan dengan Pelanggan
Perusahaan mensyaratkan kepada para pemasok, agen,
subkontraktor dan karyawan mereka untuk bersikap jujur, adil dan
berintegritas, serta mematuhi standar yang tidak dapat ditawar.
Perusahaan memiliki komitmen yang sama kepada para pelanggan.
8. Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Berkontribusi dalam perbaikan di bidang produksi pertanian,
status sosial ekonomi para petani, masyarakat pedesaan, dan dalam
sistem produksi agar lebih berwawasan lingkungan.
9. Lingkungan dan Keberlanjutan
Berkomitmen pada praktik bisnis yang berwawasan lingkungan.
Pada semua tahap masa pakai produk, perusahaan berupaya untuk
menggunakan sumber daya alam secara efisien, lebih memilih
menggunakan sumber daya yang terbarukan yang dikelola secara
berkelanjutan, dan menetapkan sasaran limbah nol.
10. Air
Berkomitmen pada penggunaan air secara berkelanjutan dan
perbaikan pengelolaan air. Perusahaan menyadari bahwa dunia
menghadapi tantangan ketersediaan dan kebutuhan air yang semakin
besar dan bahwa pengelolaan sumber-sumber daya dunia yang
bertanggung jawab oleh semua pengguna air merupakan suatu kebutuhan
mutlak.
Pada tahun 2004 produk susu Nestlé telah ditarik dari peredaran di
sejumlah negara Eropa karena mengandung Bakteri E. Sakazakii yang
menyebabkan meningitis, infeksi pembuluh darah atau inflamasi sistem

3
pencernaan yang mematikan bagi bayi maupun orang dewasa. Industri susu
nasional Indonesia rupanya telah meremehkan masalah dari bakteri
Enterobacter sakazakii yang mencemarkan produk susu formula anak-anak.
Penelitian yang diadakan oleh The Lancet (30 Desember 2003) menunjukan
bahwa pencemaran bakteri E. Sakazakii pada susu formula telah menyebar
dibeberapa negara. Riset yang dilaksanakan oleh Chantal Kandhai dari
Wageningen University di Belanda yang dibiayai oleh Nestlé menemukan
bahwa delapan dari sembilan pabrik susunya tercemar oleh bakteri E.
Sakazakii.
Tidak diketahui bagaimana penyebaran bakteri ini. Bakteri ini sangat
berbahaya bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah dan
dapat menyebabkan meningitis, infeksi pembuluh darah atau inflamasi sistem
pencernaan yang mematikan bagi bayi maupun orang dewasa. Meningitis
menyebabkan kematian pada 33% - 80% kasus.
Menurut situs Sciences News Online dari penelitian yang dilakukan di
35 negara ditemukan bahwa tingkat pencemaran bakteri Enterobacter
sakazaii ini pada susu formula bayi sebesar 14% atau 20 kaleng dari 141
kaleng yang diteliti. Penelitian ini juga lebih lanjut menemukan bahwa bakteri
E. Sakazakii ini ditemukan pada debu yang ada dilantai pabrik pembuatan
susu formula bayi tersebut padahal pabrik pembuatan susu formula atau
makanan apapun menurut standar sudah seharusnya bersih dari semua
virus, kuman ataupun bakteri yang berbahaya.
Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak di antaranya adalah
diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran
menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak hingga
kejang, bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan
penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling
berisiko untuk mengalami infeksi ini. Meskipun jarang bakteri patogen ini
dapat mengakibatkan bakterimeia dan osteomyelitis (infeksi tulang) pada
penderita dewasa. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis
strain E. sakazakii untuk bertahan hidup pada suhu 58 derajat celsius dalam
pemanasan rehidrasi susu formula.  

C. Sebab Masalah

4
Permasalahan ini disebabkan karena kesalahan kontrol keamanan
produk dari perusahaan Nestlé yang berakibat fatal pada keberlanjutan
usaha. Perusahaan besar tentu mempunyai standar (SOP) dalam
memproduksi produknya sesuai standar internasional mulai dari bahan baku,
peralatan, hingga lingkungan produksi yang steril serta terbebas dari kuman
dan bakteri yang membahayakan. Kontrol kualitas tentu harus dimulai dari
penghasil susu segar, yakni mulai proses budidaya sapi, pemerahan,
pengolahan dipabrik hingga produk susu siap dipasarkan. 
Nestlé telah dikecam karena memproduksi susu formula untuk bayi
yang mengandung bakteri E. Sakazakii, khususnya untuk produk susu
formula yang dipasarkan dinegara berkembang. Berbeda dengan pemerintah
kita yaitu lembaga BPOM yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun susu
formula yang tercemar bakteri Enterobacter sakazakii di Indonesia. Tapi tetap
bagi mereka yang ingin membeli lebih berhati-hati dengan susu formula
terutama untuk bayi agar menghindari susu yang berasal dari produk susu
Nestlé.
Lalu pada tahun 2011 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
melakukan pengambilan 96 sampel produk susu formula dari berbagai merek
untuk menguji kemungkinan adanya bakteri Enterobacter Sakazaki. Dalam
pengujian sampel tersebut, BPOM tidak menemukan satu pun satupun produk
susu formula yang tercemar bakteri Enterobacter Sakazakii. Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) ini melakukan pengambilan sampel sebanyak 96
sampel pada susu formula berbagai merek pada tahun 2008 hingga 2011 dan
tidak menemukan pencemaran bakteri termasuk produk Nestlé. Hal itu
terungkap saat jumpa pers BPOM di kantor kemkominfo, Kamis (10/2/2011).

D. Dampak Masalah (Terhadap Organisasi dan Karyawan)


Dampak masalah dari kesalahan kontrol keamanan produk berakibat
fatal pada keberlanjutan usaha Nestlé, mulai dari hilangnya kepercayaan
konsumen, pemboikotan produk, penetapan kebijakan pemerintah,
pencabutan ijin usaha, dan sanksi hukum denda serta pidana jika
menyebabkan kerugian material dan jiwa.
Perusahaan Nestlé sempat diboikot oleh konsumen yang selalu
membeli produknya karena hilangnya kepercayaan pada perusahaan
tersebut. Selain itu, dampak lain terhadap perusahaan dan karyawan yaitu

5
tentang keberlanjutan perusahaan dimana jika sudah tidak ada kepercayaan
dari konsumen berakibat pada perusahaan akan bangkrut dan para karyawan
akan di PHK. Dampak lainnya semua produk Nestlé pada tahun 2004 tidak
diizinkan beredar dan dipasarkan dimana-mana, yang membuat perusahaan
Nestlé tercoreng namanya pada tahun 2004.

E. Alternatif Penyelesaian Masalah


Permasalahan etika hukum dan bisnis yang dialami perusahaan
Nestlé yang tersebar luas di seluruh dunia termasuk Indonesia yakni terkait
produk susu Nestle di sejumlah Negara Eropa dikarenakan terkontaminasi
bakteri E. Sakazakii yang berbahaya bagi konsumen dan langsung disikapi
dengan penarikan peredaran produk di seluruh negara di Eropa.
Pengawasan produk dan quality control semakin diperketat dengan SOP
yang berstandar internasional. 
Pengawasan produk Nestle di Indonesia oleh BPOM pada tahun
2008-2011 menguji produk susu nestle namun tidak menemukan adanya
kontaminasi bakteri. Hal ini menjadi hal yang merugikan konsumen karena
hak dan jaminan mutu produk yang didapat tidak diperoleh bahkan konsumen
mendapat kekhawatiran karena indikasi cemaran bakteri pada produk susu
yang dikonsumsinya. 
Perusahaan besar tentunya memiliki sytyand produksi yang sesuai
standar internasional dengan penjagaan sanitasi disetiap prosesnya,
sehingga kejadian ini menjadi perhatian yang besar dalam pemenuhan
prinsip bisnis perusahaan nestle yang sesuai hukum dan etika bisnis general.
Perusahaan Nestlé menjadi salah satu perusahaan terbesar dunia
dengan fokus produk untuk meningkatkan gizi, kesehatan, dan keafiatan dari
konsumennya. Produk-produk Nestlé diproduksi dengan dedikasi para
karyawannya agar menghasilkan produk yang berkualitas dan membangun
brand guna memnuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan
konsumen. 
Upaya Perusahaan Nestlé sebagai perusahaan global yakni terus
meningkatkan dan melakukan penelitian dan pengembangan dalam
menyempurnakan produk yang bertujuan pada kehidupan yang sejahtera dan
lebih berkualitas. Tujuan bisnis perusahaan Nestlé mewakili tujuan umum
suatu bisnis mulai dari mendapatkan keuntungan, mempertahankan

6
kelangsungan hidup perusahaan, meningkatkan pertumbuhan perusahaan,
dan yang terpenting dapat bertanggung jawab secara sosial terhadap
lingkungan dan masyarakat (Febrianty dkk, 2020).
Perusahaan Nestlé melakukan kemitraan disetiap tahapan proses
pengembangan produk dengan pemasok, proses awal hingga akhir hingga
biotek. Jalinan kemitraan tersebut diharapkan setiap proses dapat terkontrol
dengan baik dan diawasi oleh para ahli sehingga aman dikonsumsi bagi
konsumen diseluruh dunia dalam hal gizi, nutrisi, rasa, kenyamanan, dan
kesehatan, sebagai bentuk upaya agar para karyawan lebih teliti lagi dalam
hal pengecekan suatu produk.
Upaya selanjutnya dari perusahaan Nestlé yaitu edukasi konsumen
melalui informasi kesehatan yang tercantum pada kemasan produk. Standar
perilaku bisnis sangat dijaga ketat sesuai Nestlé Corporate Business
Principle. 
Jalannya prinsip tersebut sesuai dengan landasan strategi prinsip
global Compact Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak Asasi Manusia,
ketenagakerjaan, lingkungan dan korupsi. Salah satu program tanggung
jawab sosial yang dilaksanakan PT. Nestlé indonesia yaitu program CSV
sebagai program Corporate Social Responsibility untuk melaukan bina
lingkungan, kemitraan dengan UMKM, koperasi dan program langsung
kepada masyarakat yang bisa mempererat customer relationship (Farida dkk,
2019).
Founder Nestlé sejak awal 140 tahun membangun bisnis dengan
perencanaan dan pelaksanaan untuk tujuan jangka panjang dan memberikan
keuntungan yanag sustainable bagi para pemegang saham. Prinsip bisnis
Nestlé yaitu dapat melaksanakan semua kegiatan sesuai syarat hukum yang
berlaku serta dapat menciptakan nilai yang tinggi di masyarakat.

F. Lampiran
Aritonang, R. (2019, 6 23). Pelanggaran Etika Bisnis Pada Pt Nestlé. Online].
Tersedia: https://id.scribd.com/document/414217690/Pelanggaran-
Etika-Bisnis-Pada-PtNestle?
language_settings_changed=Bahasa+Indonesia. [Diakses pada 01
Desember 2022]

7
Jember Universitas. (2013). Contoh Beberapa Perusahaan yang Melanggar
Etika Bisnis. [Online]. Tersedia:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-nusa-mandiri/interm
ediate/contoh-beberapa-perusahaan-yang-melanggar-etika-bisnis/
31358970. [Diakses pada 29 November 2022]

Anda mungkin juga menyukai