Anda di halaman 1dari 16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMAN 1 Narmada


Mata pelajaran : Pendidikan agama hindu dan budhipekerti
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Upaveda
Alokasi Waktu : 3 x Pertemuan (3 x 135 menit)

A.Kompetensi inti
KI.1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
K.I.3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
K.I.4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian kompetensi


N KD IPK
O
1 1.2.Mengamalkan ajaran Upaveda 1.2.1. Menampilkan ajaran upaveda sebagai
sebagai tuntunan hidup tuntunan hidup

2 2.2.Mengamalkan ajaran Upaveda 2.2.1. Menampilkan ajaran upaveda sebagai


sebagai tuntunan hidup tuntunan hidup

3 3.2.Memahami ajaran Upaveda 3.2.1. Menjelaskan tentang pengertian


sebagai upaveda
tuntunan hidup 3.2.2. Menyebutkan cabang-cabang ilmu
dalam
kitab upaveda
3.2.3. Menjelaskan pengertian kitab itihasa,
purana, artasastra, ayurweda, gandarwa
weda
3.2 4. Menalar ajaran upaveda sebagai
tuntunan
hidup
3.2.5. Menghayati keteladanan nilai-nilai
yang
terkandung dalam ajaran upaveda

4 4.2. Menyajikan bagian-bagian 4.2.1 Menunjukan keteladanan nilai-nilai


Upaveda yang
sebagai tuntunan hidup terkandung dalam ajaran upaveda
4.2.2. Menyesuaikan ajaran dharsana dalam
Konteks kehidupan saat ini
4.2.3 Mendemonstrasikan ajaran dharsana
dalam
tatanan kehidupan

D.Tujuan Pembelajaran
Melalui Diskusi kelompok siswa dapat Memahami ajaran Upaveda sebagai tuntunan
serta dapat Menyajikan bagian-bagian Upaveda sebagai tuntunan hidup

E.Materi pelajaran
 Pengertian Upaveda
 Kedudukan Upaveda dalam Veda
 Itihasa
 Purana
 Arthasastra
 Ayur Veda
 Gandharwa Veda

F.Metode pembelajaran
Diskusi,(Dharma tula) ,ceramah(Dharma wacana),tanya jawab, penugasan, presentasi

G.Media Pembelajaran
 Papan tulis
 Spidol

H.sumber belajar
 Buku Agama Hindu Kelas X
 Kitab Dharmasastra

G.Langkah langkah pembelajaran


Pertemuan 1
Langkah Diskripsi kegiatan belajar Alokasi waktu
langkah

pendahuluan  Mengucapkan mantram saraswati dan mantram guru 15 menit


(religious)
 Guru memberi salam pembuka panganjali umat
 Melakukan absensi kehadiran siswa
 Melakukan apersepsi dengan menanyakan
pembelajaran yang terdahulu
 Memotivasi siswa sehingga dalam proses
pembelajaran terjadi interaksi timbal balik yang
maksimal.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran ini.
 Membagi siswa satu kelompok 4 orang

Inti Fase 1 105 menit


1.Stimulation(Memberikan stimulus)
 Pendidik memberikan stimulus berupa bacaan
pengertian upaweda dan itiahasa
 Peserta didik memberikan stimulus berupa
pertanyaan: (berpikir kritis )
Apa pengertian dari upaweda dan itihasa
 mengapa kita harus belajar upaweda dan itihasa
Fase 2
2.Probem statement (Mengidentifikasi masalah)
 Peserta didik menemukan permasalahan yang
dihadapi dalam dalam mempelajari upaweda dan
itihasa
 Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya
tentang permasalahan yang dihadapi dari ajaran
upaweda dan itiahasa (berpikir kritis )

Fase 3
3.Data collection (Mengumpulkan data)
 Peserta didik mengumpulkan data untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
mempelajari upaweda dan itihasa (kreatif)
 Peserta didik mencari inpormasi tentang pengertian
upaweda dan pentingnya belajar upaweda dan itihasa
(berpikir kritis)

Fase 4
4.Data processing (Mengolah data)

 Peserta didik menulis permasalahan yang dihadapi


dalam mempelajari upaweda dna itihasa (literasi)
 Peserta didik mencatat pengetian upaweda dan
pentingnya belajar upaweda dan itihasa (literasi)
 Peserta menulis data yang dikumpulkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
mempelajari upaweda dan itihasa (literasi)

Fase 5
5.Probem statement (Memperifikasi)
 Peserta didik mengecek kebenaran data yang
diperoleh tentang kebenaran pengertian upaweda dan
itihasa dan juga pentingnya belajar upaweda dan
itihasa melalui membaca atau bertanya pada orang
lain (berpikir kritis)

Fase 6
Generalisasi (Menyimpulkan)
 Peserta didik menyimpukan hasil pembahasan
tentang pengertian dan pentingnya belajar upaweda
dan itihasa melalui membaca atau bertanya pada
ornag lain (berpikir kritis)
 Peserta didik mengumpulkan catatan yang sudah
dirangkum (kreatif)

Penutup 15 menit
 Pendidik bersama peserta didik menyimpulkan hasil
pembahasan tentang pengertian dan pentingnya
belajar upaweda dan itihasa
 Pendidik memberikan penguatan tentang kesimpulan
yang dibuat oleh peserta didik
 Pendidik memberikan tes lisan untuk mengetahui
ketercapaian pembelajaran
 Pendidik memberikan tugas mandiri terstruktur untuk
pertemuan berikutnya
 Pendidik menginformasikan materi yang akan
dipelajari minggu depan
 DIahir pelajaran ditutup dengan doa (religious)

Pertemuan 2
Langkah Diskripsi kegiatan belajar Alokasi waktu
langkan
Pendahuluan  Mengucapkan mantram saraswati dan mantram guru
(religious) 15 menit
 Guru memberi salam pembuka panganjali umat
 Melakukan absensi kehadiran siswa
 Melakukan apersepsi dengan menanyakan materi
sebelumnya
 Memotivasi siswa sehingga dalam proses
pembelajaran terjadi interaksi timbal balik yang
maksimal.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada hari ini

Inti Fase 1 105 menit


1.Stimulation(Memberikan stimulus)
 Pendidik memberikan stimulus berupa bacaan
pengertian purana
 Peserta didik membaca pengertian kitab purana dan
arthasastra (literasi)
 Peserta didik memberikan stimulus berupa
pertanyaan: (berpikir kritis )
Apa pengertian dari purana dan arthasastra
 Apa yang anda ketahui tentang purana dan arthasastra

Fase 2
2.Probem statement (Mengidentifikasi masalah)
 Peserta didik menemukan permasalahan yang
dihadapi dalam dalam mempelajari purana dan
arthasastra
 Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya
tentang permasalahan yang dihadapi dari bagian
ajaran purana dan arthasastra (berpikir kritis )

Fase 3
3.Data collection (Mengumpulkan data)
 Peserta didik mengumpulkan data untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam mempelajari ajaran
purana dan arthasastra (kreatif)
 Peserta didik mencari inpormasi tentang ajaran purana
dan arthasastra (berpikir kritis)

Fase 4
4.Data processing (Mengolah data)
 Peserta didik menulis permasalahan yang dihadapi
dalam mempelajari ajaran purana dan arthasastra
(literasi)
 Peserta menulis data yang dikumpulkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
mempelajari kitab purana dan itihasa (literasi)

Fase 5
5.Probem statement (Memperifikasi)
 Peserta didik mengecek kebenaran data yang
diperoleh tentang kebenaran pembagian purana dan
arthasastra melalui membaca atau bertanya pada
ornag lain (berpikir kritis)

Fase 6
Generalisasi (Menyimpulkan)
 Peserta dididk menyimpukan hasil pembahasan
tentang pembagian purana dan arthasastra (kolaborasi
dan berpikir kritis )

Penutup  Pendidik bersama peserta didik menyimpulkan hasil 15 menit


pembahasan tentang bagian kitab purana dan
arthasastra
 Pendidik memberikan penguatan tentang kesimpulan
yang dibuat oleh peserta didik
 Pendidik memberikan tes lisan untuk mengetahui
ketercapaian pembelajaran
 Pendidik memberikan tugas mandiri terstruktur untuk
pertemuan berikutnya
 Pendidik menginformasikan materi yang akan
dipelajari minggu depan
 Diahir pelajaran ditutup dengan doa (religious)

Pertemuan 3
Langkah Diskripsi kegiatan belajar Alokasi waktu
langkan
Pendahuluan  Mengucapkan mantram saraswati dan mantram guru
(religious) 15 menit
 Guru memberi salam pembuka panganjali umat
 Melakukan absensi kehadiran siswa
 Melakukan apersepsi dengan menanyakan materi
sebelumnya
 Memotivasi siswa sehingga dalam proses
pembelajaran terjadi interaksi timbal balik yang
maksimal.
 Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada hari ini
 Membagi siswa satu kelompok 4 orang

Inti Fase 1 105 memit


1.Stimulation(Memberikan stimulus)
 Pendidik memberikan stimulus berupa bacaan
pengertian ayurveda dan gandharwaveda
 Peserta didik membaca pengertian kitab ayurveda
dan gandharwaveda (literasi)
 Peserta didik memberikan stimulus berupa
pertanyaan: (berpikir kritis )
Apa yang anda ketahui tentang ayurveda dan
gandharwaveda

Fase 2
2.Probem statement (Mengidentifikasi masalah)
 Peserta didik menemukan permasalahan yang
dihadapi dalam dalam mempelajari ayurveda dan
gandharwaveda
 Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya
tentang permasalahan yang dihadapi dari bagian
ajaran ayurveda dan gandharwaveda (berpikir kritis )
Fase 3
3.Data collection (Mengumpulkan data)
 Peserta didik mengumpulkan data untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam mempelajari ajaran
ayurveda dan gandharwaveda (kreatif)
 Peserta didik mencari inpormasi tentang ajaran
ayurveda dan gandharwaveda (berpikir kritis)

Fase 4
4.Data processing (Mengolah data)

 Peserta didik menulis permasalahan yang dihadapi


dalam mempelajari ajaran ayurveda dan
gandharwaveda (literasi)
 Peserta didik mencatat isi kitab ayurveda dan
gandharwaveda (literasi)
 Peserta menulis data yang dikumpulkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
mempelajari kitab ayurveda dan gandharwaveda
(literasi)

Fase 5
5.Probem statement (Memperifikasi)
 Peserta didik mengecek kebenaran data yang
diperoleh tentang kebenaran kitab ayurveda dan
gandharwaveda melalui membaca atau bertanya pada
orang lain (berpikir kritis)

Fase 6
Generalisasi (Menyimpulkan)
 Peserta ddidik menyimpukan hasil pembahasan
tentang kitab ayurveda dan gandharwaveda melalui
membaca atau bertanya pada ornag lain (berpikir
kritis)
 Peserta didik mengumpulkan catatan yang sudah
dirangkum (kreatif)

Penutup  Pendidik bersama peserta didik menyimpulkan hasil 15 menit


pembahasan tentang kitab ayurveda dan
gandharwaveda
 Pendidik memberikan penguatan tentang kesimpulan
yang dibuat oleh peserta didik
 Pendidik memberikan tes lisan untuk mengetahui
ketercapaian pembelajaran
 Pendidik memberikan tugas mandiri terstruktur untuk
pertemuan berikutnya
 Pendidik menginformasikan materi yang akan
dipelajari minggu depan
 Diahir pelajaran ditutup dengan doa (religious)

I.Penilaian hasil pembelajaran


1.Tehnik penilaian
a. penilaian pengetahuan
Tes uraian
b penilaian ketrampilan
Obserpsi(presentase)
c penilain sikap
Melalui obserpasi sikap
2.Instrumen penilaian
a. Instrumen pengetahuan
Tes tertulis uraian
b instrument ketrampilan
instrument obserpasi presentase
c penilain sikap
instrumen obserpasi sikap

Mataram, Oktober 2018


Guru Pamong, Mahasiswa PLL,

Dewa Putu Sumbawa, S.Ag Hitajaya Pratistha


NIP. 19641231 200003 1 012 NIM. 151 111 41

Mengetahui,
Kepala Sekolah SMAN 1 Narmada

Drs. Maryadi, M.M


NIP. 19670304 199303 1 275
Lampiran 1

Penilaian pengetahuan
Mata Pelajaran : Pendidikan agama hindu dan budhipekerti
Kelas/ semester : X/ ganjil
KD : Upaveda

Petunjuk :jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas


Pertemuan 1
1. jelaskan pengertian dari upa weda dan itihasa.
2.jelaskan kedudukan upaweda dalam weda.

Pertemuan2.
1.jelaskan bagian dari purana dan arthasastra.
2. nilai nilai apa yang dapat anda ambil dari ajaran purana dan arthasastra.

Petemuan 3.
1. Jelaskan pembagian dari Ayurveda.
2.jelaskan pentingnya kehidupan Ayurveda dan Gandharwaveda bagi umat hindu
PENILAIAN PRESENTASI
Tanggal /bulan :
Nama/kelompok:
Kelas/Smt :

No Aspek Penilaian Bobot Skor Nilai


1 KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN GAGASAN 15%
a. Ide pokok laporan
b. Keruntutan berpikir dari latar belakang, masalah,
tujuan, hasil, dan kesimpulan.
c. Penggunaan Bahasa Indonesia.
2 KEMAMPUAN MENJELASKAN ISI 15%
PRESENTASI
a. Kelancaran penyampaian gagasan
b. Kejelasan metode dan prosedur kerja
3 KEMAMPUAN MENUNJUKKAN ORISINALITAS 15%
a. Bukti empirik atas argumen
b. Konsistensi argumentasi
4 KEMAMPUAN MENJELASKAN INOVASI DAN 15%
MANFAAT
a. Sifat kebaruan hasil karya
b. Kesesuaian antara materi penulisan dengan
penugasan dari guru
5 KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KONSEP 20%
DALAM MENJAWAB PERTANYAAN
a. Kemampuan berargumentasi, ketangguhan dan
konsistensi, berkomunikasi lisan
b. Keruntutan dalam penalaran
c. Ketepatan dalam menjawab pertanyaan
d. Akurasi uraian materi dengan kesimpulan
6 KEMAMPUAN MENJELASKAN HASIL 15%
a. Originalitas atas keaslian karya
b. Keefektifan atau pencapaian tujuan/prestasi
c. Dampak atau manfaatnya
7 SIKAP DALAM PRESENTASI 5%
a. Kerapihan
b. Kesopanan
Catatan : Skor 1-5 (1. Sangat Kurang, 2. Kurang, 3. Cukup, 4. Baik, 5. Sangat Baik)
Lembar Penilaian Sikap
Nama Aspek
NO Nilai Keterangan
siswa Menghargai Santun Harmoni Kerjasama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Lampiran 2

A. Pengertian Upaveda
Seseorang yang mengucapkan mantram (Veda) dan tidak memahami makna yang terkandung
dalam mantram (Veda) itu, tidak pernah memperoleh penerangan seperti halnya sebatang
kayu bakar, walaupun disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut
dengan api. Demikian orang yang hanya mengucapkan (membaca) mantram (Veda) tidak
mendapatkan cahaya pengetahuan yang sejati.
Agama Hindu sebagaimana agama-agama lainnya, juga memiliki kitab suci yang disebut
Veda. Veda adalah sumber dari ajaran Agama Hindu sebagai wahyu Tuhan (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa). Di dalam ajaran agama Hindu tersebut, termuat tentang ajaran agama,
kebudayaan, dan filsafat.
Umat Hindu berkeyakinan bahwa Veda bersifat anādi ananta, yakni tidak berawal dan tidak
berakhir dan sebagai śabda Brāhmān. Sebagai śabda, Veda telah ada semenjak Tuhan Yang
Maha Esa ada. Tradisi sekolah pada jaman Veda dikenal dengan nama sākhā yang pada
awalnya berarti cabang dan kemudian berarti tempat mempelajari Veda. Selanjutnya
pengertian sākhā ini berkembang menjadi sampradaya atau āśrama, yaitu tempat atau pusat
mempelajari Veda. Kata Veda berasal dari Bahasa Saṅskṛta yang artinya Ilmu Pengetahuan
atau Pengetahuan Suci.
Istilah Upaveda diartikan sebagai Veda yang lebih kecil dan merupakan kelompok kedua
setelah Vedāngga. Upa berarti dekat atau sekitar dan Veda berarti pengetahuan dan dapat
pula berarti Veda. Dengan demikiam Upaveda dapat diartikan sekitar hal- hal yang
bersumber dari Veda. Dilihat dari materi isinya yang dibahas dalam beberapa kitab Upaveda,
tampak kepada kita bahwa tujuan penulisan Upaveda sama seperti Vedāngga. Hanya saja
dalam pengkhususan untuk bidang tertentu. Pengkhususan yang dibahas adalah aspek
pengetahuan atau hal-hal yang terdapat di dalam Veda dan kemudian difokuskan pada bidang
itu saja sehingga dengan demikian kita memiliki pengetahuan dan pengarahan mengenai
pengetahuan dan peruntukan ilmu pengetahuan yang dimaksud.

B. Kedudukan Upaveda dalam Veda


Sebagai kitab suci agama Hindu, maka ajaran Veda diyakini dan dipedomani oleh umat
Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari ataupun untuk melakukan pekerjaan- pekerrjaan tertentu. Veda
dinyatakan sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkannya pun adalah Tuhan
yang diyakini Maha Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran oleh Tuhan kepada umat
manusia kesemuanya itu merupakan ajaran suci. Lebih-lebih isinya dapat dijadikan pedoman
bimbingan tentang bagaimana hidup yang suci harus dijalankan.
Sebagai kitab suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu sebab dari Vedalah mengalir
ajaran yang merupakan kebenaran agama Hindu. Ajaran Veda dikutip kembali dan
memberikan vitalitas terhadap kitab-kitab susastra Hindu pada masa berikutnya. Dari kitab
Veda (Sruti) mengalirlah ajarannya dan dikembangkan dalam kitab-kitab Smrti, Itihāsa,
Puraṇa, Tantra, Darśaṇa dan Tatwa-tatwa yang kita warisi di Indonesia.
Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia ini dan di akhirat nanti.
Ajaran Veda tidak terbatas hanya sebagai tuntunan hidup individual saja, tetapi juga dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Veda menuntun hidup manusia sejak lahir hingga
akhir menutup mata. Segala tuntunan hidup ditunjukkan kepada kita oleh ajaran Veda.

Veda Śruti dan Veda Smṛti adalah merupakan dua jenis kitab suci agama Hindu, yang
dijadikan sebagai pedoman dalam penyebaran dan pengamalan ajaran-ajarannya.
Pengelompokan ini didasarkan pada sistem pertimbangan jenis, materi, dan ruang lingkup isi
dari kitab-kitab tersebut yang sangat banyak. Berbagai aspek tentang kehidupan yang ada di
dunia ini ada diuraikan dalam kitab suci Veda tersebut.

Kelompok Veda Śruti isinya memuat dan menguraikan tentang wahyu Tuhan. Sedangkan
kelompok Smṛti memuat tentang kehidupan manusia dalam bermasyarakat, bernegara dan
semua didasarkan atas hukum yang juga disebut Dharma Śāstra.
Dharma berarti hukum, Śāstra berarti ilmu. Smṛti adalah kitab suci Veda yang ditulis
berdasarkan ingatan oleh para Maharṣi yang bersumber dari wahyu Sang Hyang Widhi Wasa
atau Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu kedudukannya sama dengan kitab Veda Śruti.
Menurut tradisi dan lazim telah diterima dibidang ilmiah istilah Smṛti adalah untuk
menyebutkan jenis kelompok Veda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan
ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara lebih sistematis manurut bidang profesi.
Mengenai kedudukan Upaveda dalam Veda, dilihat dari materi isinya sudahlah jelas sesuai
arti dan tujuannya serta apa yang menjadi bahan kajian dalam kitab Upaveda itu, maka
Upaveda pada dasarnya dinyatakan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Veda.
Tiap buku merupakan pengkhususan dalam memberi keterangan yang sangat diperlukan
untuk diketahui dalam Veda itu. Jadi kedudukannya sama dengan apa yang kita lihat dengan
Vedāngga. Kalau kita pelajari secara mendalam, maka beberapa materi kejadian yang dibahas
di dalam Purāna dan Vedāngga maupun apa yang terdapat dalam Itihāsa, banyak dibahas
ulang di dalam kitab Upaveda dengan penajamam-penajaman untuk bidang-bidang tertentu.
Dengan demikian untuk meningkatkan pengertian dan pendalaman tentang berbagai ajaran
yang terdapat dalam Veda, maka kitab Upaveda akan dibicarakan pokoknya satu persatu.
Kitab Upaveda artinya dekat dengan Veda (pengetahuan suci) atau Veda tambahan. Kitab
Upaveda terdiri atas beberapa cabang ilmu antara lain Itihāsa (Rāmāyana dan Mahābhārata),
Purāṇa, Arthaśāstra, Āyur Veda dan Gandharwa Veda.

C. Itihasa
Itihāsa adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah-kisah
epik/kepahlawanan para Raja dan ksatria Hindu pada masa lampau dan dibumbui oleh filsafat
agama, mitologi, dan makhluk supernatural. Itihāsa berarti “kejadian yang nyata”. Itihāsa
yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahābhārata.
Kitab Itihāsa disusun oleh para Rsi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya Rsi
Walmiki dan Rsi Vyāsa. Cerita dalam kitab Itihāsa tersebar di seluruh daratan India sampai
ke wilayah Asia Tenggara. Pada zaman kerajaan di Indonesia, kedua kitab Itihāsa
diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa kuno dan diadaptasi sesuai dengan kebudayaan lokal.
Cerita dalam kitab Itihāsa diangkat menjadi pertunjukkan wayang dan digubah menjadi
kakawin.
Ramayana
Kitab Ramayana merupakan salah satu Itihāsa yang terkenal. Kitab Ramayana terdiri dari
24.000 sloka dan memiliki tujuh bagian yang disebut Sapta Kanda. Setiap Kanda merupakan
buku tersendiri namun saling berhubungan dan melengkapi dengan Kanda yang lain. Kitab
Ramayana disusun oleh Rsi Walmiki.
Daftar kitab:
1. Balakanda
2. Ayodhyakanda
3. Aranyakanda
4. Kiskindhakanda
5. Sundarakanda
6. Yuddhakanda
7. Uttarakanda

Mahābhārata
Kitab Mahābhārata merupakan salah satu Itihāsa yang terkenal. Kitab Mahābhārata berisi
lebih dari 100.000 sloka. Mahābhārata berarti cerita keluarga besar Bharata. Kitab
Mahābhārata memiliki delapan belas bagian yang disebut Astadasaparwa. Selayaknya
Ramayana, setiap Parwa merupakan buku tersendiri namun saling berhubungan dan
melengkapi dengan Parwa yang lain. Kitab Mahābhārata disusun oleh Rsi Vyāsa.
Daftar kitab:
1. Adiparwa
2. Sabhaparwa
3. Wanaparwa
4. Wirataparwa
5. Udyogaparwa
6. Bhismaparwa
7. Dronaparwa
8. Karnaparwa
9. Salyaparwa
10. Sauptikaparwa
11. Striparwa
12. Santiparwa
13. Anusasanaparwa
14. Aswamedikaparwa
15. Asramawasikaparwa
16. Mosalaparwa
17. Prasthanikaparwa
18. Swargarohanaparwa

D. Purana
Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-
kisah zaman dulu. Kata Purana berarti sejarah kuno atau cerita kuno. Ada 18 kitab Purana
yang terkenal dengan sebutan “Mahapurana”. Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan
dimulai pada tahun 500 SM.
Daftar kitab Purana (Mahapurana):
1. Matsyapurana
2. Wisnupurana
3. Bhagawatapurana
4. Warahapurana
5. Wamanapurana
6. Markandeyapurana
7. Wayupurana
8. Agnipurana
9. Naradapurana
10. Garudapurana
11. Linggapurana
12. Padmapurana
13. Skandapurana
14. Bhawisyapurana
15. Brahmapurana
16. Brahmandapurana
17. Brahmawaiwartapurana
18. Kurmapurana

E. Arthasastra
Arthashastra adalah risalah India Kuno tentang administrasi negara,
kebijakan ekonomi dan strategi militer yang konon ditulis oleh
Kautilya dan Viṣhṇugupta, yang secara tradisional diidentifikasi sebagai Cāṇakya, seorang
sarjana di Takshashila dan kemudian menjadi perdana menteri Kemaharajaan Maurya.
Identifikasi Kautilya atau Vishnugupta dengan perdana menteri Maurya, Chānakya, akan
menentukan masa penulisan Arthaśāstra sekitar abad ke-4 SM. Meski demikian, kesamaan
dengan berbagai smrti dan kitab referensi lainnya akan menimbulkan anakronisme sehingga
kemungkinan Arthaśāstra ditulis dari abad ke-2 hingga ke-4 M. K.C. Ojha mengemukakan
pandangan bahwa penyamaan Vishnugupta dengan Kautilya disebabkan karena kesalahan
dalam mengenali editor dan penulisnya sehingga ia berpendapat bahwa
sesungguhnya Vishnugupta adalah redaktur karya yang murni ditulis oleh Kautilya. Thomas
Burrow berpendapat bahwa Chānakya and Kautilya sesungguhnya adalah dua orang yang
berbeda.

F. Ayurveda
Manuskrip Atreya Samhita, Caraka dan Susruta adalah salah satu dari beberapa manuskrip
yang memuat ilmu pengobatan yang merupakan Upaveda atau cabang kitab suci Atharva
Veda. Selanjutnya kumpulan kitab-kitab pengobatan ini disebut sebagai Ayurveda. Kata
Ayurveda tersusun dari dua suku kata, yaitu Ayu dan Veda, yang secara harfiah berarti “Ilmu
tentang umur”, sehingga Ayurveda dapat dikatakan sebagai ilmu yang mengajarkan tentang
kesehatan individu dan teknik-teknik menyembuhkan penyakit, sehingga diharapkan kualitas
hidup dan batas usia seseorang akan menjadi lebih baik.
Beberapa sejarahwan Barat mengatakan bahwa Ayurveda setidaknya telah ada 1500 SM,
bahkan beberapa diantaranya meyakini angka yang lebih tua lagi, yaitu 3000 SM. Sehingga
semua pakar sejarah dan arkeolog meyakini bahwa Ayurveda merupakan buku medis tertua
di dunia. Mereka meyakini Dhanvantari dan Divodasa (Raja Kasi) sebagai pelopor
pengembangan teknik pengobatan Ayurveda.
Mengingat kedudukan Ayurveda yang merupakan bagian dari Catur Veda, kitab Sruti tertua
umat Hindu. Maka jika kita merunut umur ilmu pengobatan Ayurveda berdasarkan sloka-
sloka yang ada dalam Veda itu sendiri maka kita akan menemukan angka tahun yang jauh
lebih mengejutkan lagi, yaitu 55,52 triliun tahun SM. Ayurveda diturunkan dari dewa
Brahma, Sang Pencipta alam material sendiri, kepada Dewa Kembar Aswin, dan kemudian
kepada Indra. Kemudian dikatakan Ayurveda bercabang ke dalam dua aliran, pengobatan dan
ilmu bedah. Bharadvaja, Atreya Punarvasu dan enam muridnya seperti Agnivesa dan
Ksirapani kemudian mendirikan ilmu pengobatan/kedokteran umum, sementara Susruta
mendirikan ilmu bedah. Tentunya angka ini adalah angka yang sangat mengejutkan bagi para
sejarahwan dan arkeolog kaum indologis karena kitab suci agama mereka meyakini Bumi
baru diciptakan 6000 SM. Itulah penyebab utama yang mengakibatkan semua hipotesa kaum
Indologis akan segala hal di dunia ini tidak pernah melampaui angka 6000 SM.
Ayurveda adalah ilmu pengobatan yang sangat lengkap yang meliputi teknik operasi dan
pembedahan, terapi warna dan aroma, serta ilmu gizi dan gaya hidup sehat. Dalam Ayurveda
kita juga akan menemukan bahasan yang lengkap prihal asal-usul penyakit dan teknik
penyembuhannya.

G. Gandarwaveda
Gandarwaveda sebagai kelompok upaveda, menduduki tempat yang penting dan ada
hubungannya dengan Sama Veda. Di dalam kitab purana kita jumpai pula keterangan
mengenai Gandharwa Veda. GandharwaVeda juga mengajarkan tentang tari, music, atau seni
suara. Adapun nama-nama buku yang tergolong gandharwaveda tidak diberi nama
Gandharwaveda, melainkan dengan nama lain.
Penulis terkenal sadasiwa, brahma dan bharata. Bharata menulis bukunya yang dikenal
dengan Natyasastra, dan sesuai menurut namanya, Natya berarti tari-tarian, karena itu isinya
pun jelas menguraikan tentang seni tari dan musil. Sebagaimana diketahui music, tari-tarian
dan seni suara tidak dapat dipisahka dari agama. Bahkan siva terkenal sebagai Nataraja yaitu
Dewa atas ilmu seni tari. Dari kitab itu di peroleh keterangan tentang adanya tokoh penting
lainnya, Wrddhabharata dan bharata. Wrddhabharata terkenal karena telah menyusun sebuah
Gandharwaveda dengan nama Natyavedagama atau dengan nama lain, Dwadasasahari.
Natyasastra itu sendiri juga dikenal dengan satasahasri. Adapun bharata sendiri membahas
tentang rasa dan mimic dalam dRama. Dattila menulis kitab disebut Dattila juga yang isinya
membahas tentang music. Atas dasar kitab-kitab itu akhirnya berkembang luas penulisan
Gandharwaveda antara lain Natya sastra, Rasarnawa, dan rasarat Nasamucara.

Anda mungkin juga menyukai