PERSIAPAN SUPERVISI
KONSTRUKSI SIPIL
JARINGAN
3. PERSIAPAN SUPERVISI
KONSTRUKSI SIPIL JARINGAN
DURASI : 1 JP
i
DAFTAR ISI
TUJUAN PELAJARAN...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................ iv
Setelah dilakukan perencanaan jadwal supervisi konstruksi, maka pada tahap persiapan yaitu
memastikan bahwa jadwal supervisi konstruksi sudah dibuat sesuai dengan jadwal konstruksi
yang telah disepakati bersama. Apabila ada perubahan jadwal proyek, maka segera dilakukan
perubahan jadwal supervisi konstruksi, karena jadwal supervisi konstruksi mengikuti jadwal
proyek.
Alat kerja untuk pengawas supervisi konstruksi berupa prosedur, instruksi kerja dan check list.
Semua alat kerja dipastikan telah disepakati bersama dan kemudian dipelajari secara seksama
oleh pengawas supervisi konstruksi.
Setiap pengawas dipastikan terbekali dengan alat ukur sesuai dengan bidangnya dan lokasi
kerjanya. Alat ukur yang dibutuhkan disiapkan dan diperiksa untuk memastikan befungsi baik
dan aman. Khusus untuk alat ukur agar dapat diperiksa kalibrasinya, apakah sudah
kadalurasa atau belum, jika sudah kadaluarsa maka harus dilakukan kalibrasi untuk
memastikan bahwa alat ukur tersebut dapat secara akurat dalam pengukuran.
Setiap pengawas dipastikan terbekali dengan peralatan K3 sesuai dengan bidangnya dan
lokasi kerjanya. peralatan K3 yang dibutuhkan disiapkan dan diperiksa untuk memastikan
befungsi baik dan aman. Berikut contoh peralatan K3 :
a. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-
pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat karakter lokasi
proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka
selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang
dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor.
b. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan
dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari
bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau
tertimpa benda dari atas.
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih
besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat
kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan
perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
d. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
selama menjalankan kegiatannya.
e. Helm
f. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu
atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt.
Fungsi utama talai pengaman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja
pada saat bekerja pada ketinggian.
g. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin
yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka
panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
Gambar 8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi
lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil
yang merupakan sisa dari suatu kegiatan.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat SMK3 merupakan
Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP
50/2012).
Tujuan dan sasaran SMK3 adalah sebagai upaya pengendalian resiko dengan penciptaan
suatu system k3 di tempat kerja dengan melibatkan unsure manajemen tenaker dan kondisi
serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan PAK serta terciptanya lingkungan kerja yang nyaman, efisien dan produktif
Ada beberapa checklist yang biasanya dipakai untuk mengontrol kegiatan K3 di suatu proyek
yang meliputi:
b. Lantai kerja yang aman dari cairan yang membuat lantai licin dan apabila lokasi
merupakn lokasi basah, seberapa seringkah tempat itu dibersihkan.
Sampah:
a. Tempat sampah harus ada di seluruh lokasi proyek dan dibersihkan secara berkala.
b. Ada sarana untuk membuang sampah dari lantai atas ke bawah.
c. Ada tempat untuk menampung sisa-sisa material cair.
d. Semua sampah yang dihasilkan proyek harus diproses sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
e. Ada tempat khusus untuk sampah yang mudah terbakar.
f. Ada jadwal rutin pembersihan sampah-sampah yang tersebut di item 5.
g. Sampah yang mudah terbakar harus ditempatkan tersendiri di lokasi yang aman.
Proses koordinasi dalam proyek merupakan proses koordinasi yang terjadi antara tim dalam
proyek itu sendiri (internal) maupun koordinasi yang terjadi dengan para pihak-pihak yang
terkait (eksternal). Koordinasi dalam proyek konstruksi diperlukan tidak saja untuk kebutuhan
interaksi, kolaborasi dan kooperasi antar anggota tim proyek namun lebih jauh lagi membantu
meyakinkan para menajer proyek bahwa aktivitas proyek dari hari kehari sesuai dengan
rencana yang ada, koordinasi juga dilakukan untuk memberikan kemudahan dan kejelasan
struktur organisasi baik bagi pihak eksternal (pemilik proyek, konsultan, kontraktor dan
sebagainya), maupun bagi pihak internal (pelaku proyek dan perusahaan). Selain itu
berkoordinasi yang efektif dapat menimbulkan banyak keuntungan lain seperti :
Sumber daya yang ada dapat lebih dikelola dan dipantau ketersediaannya.
Koordinasi yang efektif terjadi secara terus-menerus antara semua level organisasi.
Proses koordinasi dilakukan disetiap tingkatan dalam suatu perusahaan, dari tingkat terendah
hingga tingkat tertingi, dimana semakin tinggi tingkatan seseorang maka tuntutan akan
kemampuan koordinasi semakin besar. Proses koordinasi dalam suatu proyek ialah sebagai
berikut :
Koordinasi ke atas (upward) merupakan koordinasi yang mengalir ke tingkatan yang
lebih tinggi dalam suatu organisasi, seperti subkontraktor yang melaporkan kemajuan
serta hambatan pekerjaan yang mereka temui di lapangan, dengan maksud dari pihak
pimpinan dapat membuat suatu kebijakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.
Koordinasi ke bawah (downward) merupakan koordinasi yang berlangsung dari tingkat
tertentu dalam suatu organisasi ke tingkat yang lebih rendah, seperti pemberian
instruksi atau penjelasan bagaimana kontraktor menginginkan suatu pekerjaan yang
akan diselesaikan oleh subkontraktor. Pola ini digunakan oleh pemimpin untuk
menetapkan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan
prosedur kepada bawahan.
Koordinasi horizontal merupakan koordinasi yang terjadi diantara anggota dari
kelompok kerja yang sama, terjadi antara manager proyek dan orang yang
berkepentingan di dalam proyek seperti koordinasi antara quality control (QC) dengan
engineer. Adapun yang dibahas antara lain negosiasi sumber daya, schedule,
anggaran, aktifitas koordinasi antara kontraktor dan subkontraktor, perencanaan,
pengembangan untuk periode yang akan datang.