KOGNITIF - By. Aad Satria Permadi - "Kagetan" adalah istilah dalam masyarakat jawa untuk menggambarkan keterkejutan yang berulang-ulang. Orang yang sehari-harinya mudah terkejut, dikatakan "kagetan". Rasa bahasa dari "kagetan" bukanlah terkejut dalam arti sesungguhnya, namun saat ini bergeser kepada makna satire yaitu terkejut karena tidak tahu apa-apa. Lalu, apa yang akan terjadi jika yang "kagetan" itu adalah seorang pemimpin? sebelum sampai pada penjelasan itu, perlu diulas terlebih dahulu tentang hakikat kaget itu sendiri. - Dalam jurnal ilmiah tahun 2015 yang berjudul "Why some surprise are more surprising than others: Surprise as a metacognitive sense of explanatory difficulty", Foster dan Keane membuat sebuah eksperimentasi untuk menjelaskan faktor kognitif (akal) yang menimbulkan keterkejutan alias kaget. Ada empat percobaan yang dilakukan, namun saya hanya akan menceritakan dua percobaan yang mereka lakukan. Dua percobaan tersebut cukup untuk menjelaskan akar masalah keterkejutan seseorang. - Percobaan 1: sekumpulan orang dipertontonkan dua kejadian yang berbeda. Kejadian pertama adalah seorang perempuan yang pergi ke ATM untuk mengambil uang, namun setelah itu dia mendapati uangnya raib dari dompet. Kejadian kedua adalah seorang lelaki yang terlihat marah masuk ke dalam ruang boss nya. Lalu tiba-tiba, lelaki itu memeluk mesra si boss. Dari dua kejadian tersebut, orang-orang lebih terkejut melihat kejadian kedua. Kejadian kedua dianggap lebih absurd daripada kejadian pertama. - Percobaan 2: Masih berkaitan dengan percobaan 1. Hanya saja, ada penambahan sedikit informasi dari kedua kejadian tersebut. Pada kejadian perempuan yang kehilangan uang setelah mengambil ATM, ditambahkan informasi bahwa dompetnya robek, Pada kejadian lelaki yang memeluk boss nya, ditambahkan informasi bahwa lelaki tersebut menerima promosi jabatan dari boss nya. Setelah ditambahkan sedikit informasi pada dua kejadian tersebut, orang-orang menurun drastis keterkejutannya. Mereka tidak terkejut karena paham sebab-musabab kejadian itu. - Dari kedua percobaan tersebut, disimpulkan bahwa keterkejutan disebabkan oleh ketidakmampuan akal menjelaskan sebuah kejadian secara rasional. Jika seseorang dapat menjelaskan sebuah kejadian abnormal secara rasional, maka dia tidak akan terkejut. Namun, orang-orang yang terkejut dengan kejadian abnormal, membutuhkan tambahan pengetahuan untuk memudahkan akalnya. Secara sederhana, kecerdasan dan luasnya pengetahuan, memainkan perana penting dalam keterkejutan seseorang. Semakin cerdas dan banyak pengetahuan, maka semakin jauh dari sifat "kagetan". - Mari berbicara yang lebih praktis! Andai yang "kagetan" itu saya dan anda, atau orang-orang yang tidak memiliki kuasa, maka "kagetan" adalah fenomena yang tidak punya efek sosial. tidak merugikan siapa-siapa, bahkan hanya sedikit efek negatifnya pada diri sendiri. Namun, jika yang "kagetan" itu adalah seorang penguasa, maka efeknya sosialnya akan dirasakan seluas kekuasaannya itu. Seorang penguasa, punya tugas membuat kebijkan yang adil dan memakmurkan rakyatnya. Dan itu hanya dapat dilakukan jika sang penguasa memiliki kemampuan memahami tanda-tanda zaman secara rasional. Seorang penguasa yang kemampuan akal dan literasinya rendah, akan "kaget" ketika menemukan fakta bahwa gaji guru hanya Rp.400.000/ bulan (empat ratus ribu rupiah per bulan). Dia kaget karena tidak mampu memahami sebab mengapa gaji guru bisa serendah itu.Jika sebabnya saja tidak tahu, maka mustahil dia dapat memberikan solusi jitu. Akhirnya kaget adalah solusi terbaik yang bisa dia lakukan. - Jangan anggap sepele sifat "kagetan", apalagi jika sifat itu dimiliki oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang "kagetan" akan selalu salah mengambil kebijakan, karena kemampuan akal dan buruknya literasi membuat ia tak mampu menemukan akar masalah. Akhirnya kebijakan yang dibuatnya serampangan. Banyak mengeluarkan biaya untuk menyejahterakan rakyat, namun justru rakyat makin menderita. Kerja, kerja, dan kerja tanpa pikiran, hanya akan menyebabkan keterkejutan-keterkejutan yang berulang-ulang. Itulah yang selama ini kalian sebut, "kagetan"! (end) -
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita