Anda di halaman 1dari 114

MEKANISME PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB

PEMILIK HEWAN TERNAK TERHADAP


KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN MASYARAKAT
(Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten
Nagan Raya)

SKRIPSI

FITRI RAHMI
NIM : 1805905040016

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2022
MEKANISME PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB
PEMILIK HEWAN TERNAK TERHADAP KERUSAKAN
LAHAN PERTANIAN MASYARAKAT
(Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Dalam Bidang Ilmu Hukum

Disusun Oleh :

FITRI RAHMI
NIM : 1805905040016

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2022
PERSEMBAHAN

Sesungguhya Allah selalu menjaga dan mengawasimu (Q.S An-nisa’ 1), Wahai manusia,
kamulah yang memerlukan Allah (Q.S Fatir :15). Alhamdulillah Ya Rabbi...
Segala Puji ku panjatkan kepada Mu Ya Rabb.....
Dengan setulus hati, Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang tua
tercinta Ayahanda Suhaimi dan Ibunda Nur Ralabah sebagai tanda bakti,
hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga. Karena keduanyalah segala
hal yang tidak mungkin menjadi mungkin dan hidup terasa begitu mudah serta
penuh kebahagiaan. Ku persembahkan karya sederhana ini kepada ayah dan
mamak yang telah memberikan segala bentuk cinta dan kasih sayang,
perjuangan, pengorbanan, nasehat, serta do’a tulusnya yang tiada terhingga
yang tiada mungkin dapat ku balas hanya dengan selembar kertas yang
bertuliskan kata cinta dalam kata persembahan.
Terima kasih kepada saudara sepupuku, milda Chandra ilona, TR. Lukman, S.H
dan indrawati, Amd.Keb yang telah memberikan segala bentuk cinta dan kasih
sayang yang tiada terhingga, selalu mendukung, serta menemani dalam segala
keadaan.
Ibu dosen pembimbing yang sabar dan baik hati ibu Dara Quthni Effida,
S.H., M.H izinkanlah saya mengantarkan ucapan terimakasih untuk ibu, sebagai
dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing segala proses dalam skripsi
ini mengantarkan untuk mengantungiku gelar sarjana. Serta kepada ibu Putri
Kemala Sari, S.H., M.H yang telah meluangkan waktu untuk menguji serta
memberikan dukungan dan kesempatan untuk saya dapat melakukan konsultasi
diluar jam kerja ibu demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini dan kepada
bapak Apri Rotin Djusfi, S.H., M.H yang telah meluangkan waktu untuk menguji
karya skripsi ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntun saya menjadi
manusia yang bermanfaat didunia dan diakhirat.
Terima kasih ku ucapkan kepada sahabat seperjuangan Susi Maila, Mutia
Rosni, Mahfuzah, NurBaiti, Nelisma dan teman lainnya yang telah saya anggap
sebagai saudara dan keluarga saya sendiri yang selalu menemani dan mendukung
dalam segala situasi dan kondisi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi
dengan baik. Terimakasih juga kepada Syahril Amd.rad yang sudah menemani,
mendukung, dan mempermudah segala proses dalam skripsi saya selama ini dan
juga teman-teman Ilmu Hukum seangkatan yang selama ini telah bersedia
mendampingiku sehingga mampu menyelesaikan karya skripsi ini. Terimakasih
kepada senior dan junior ku di HIMA-IH yang tiada henti memberikan
dukungannya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. Karya ini ku
persembahkan untuk kalian orang-orang baik yang pernah hadir dihidupku.

Alhamdulillah…
FITRI RAHMI, S.H

ii
4i
5

vi
MEKANISME PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB PEMILIK
HEWAN TERNAK TERHADAP KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN
MASYARAKAT (Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya)

Fitri Rahmi 1
Dara Quthni Effida,S.H.,M.H 2

ABSTRAK

Berdasarkan Pasal 14 Bab VI Qanun Gampong Meunasah Teungoh


Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Ketertiban Dan Keamanan Gampong menyatakan
pemilik hewan ternak berkewajiban membuat kandang untuk ternak, tidak
melakukan pembiaran ternak di tempat umum dan area persawahan dari musim
teumabu sampai musim panen selesai, setiap kerusakan disebabkan hewan ternak
pemilik ternak berkewajiban untuk bertanggung jawab. Namun dalam
kenyataannya pembiaran ternak masih terjadi dan pemilik ternak tidak
mengindahkan kewajibannya untuk bertanggung jawab serta penerapan Qanun
belum berjalan maksimal.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan tanggung
jawab pemilik hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat serta
mengetahui kendala dalam pelaksanaan tanggung jawab pemilik hewan ternak.
Penelitian ini mengunakan metode penelitian yuridis empiris yang jenis penelitian
secara deskriptif analisis, yaitu melakukan penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan
kepustakaan.
Mekanisme pelaksanaan tanggung jawab Jika terjadi pelanggaran terhadap
Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 tahun 2019 tentang ketertiban dan
keamanan gampong berupa pembiaran hewan ternak, Maka terdapat beberapa
tahapan; Pertama, pemilik ternak dan pemilik sawah melakukan musyawarah
dengan melibatkan pihak ke-3 yakni Keujreun Blang jika mencapai kesepakatan
permasalahan selesai. Kedua, jika tidak mencapai kesepakatan keujreun Blang
melapor pada Tuha Peut, dan Tuha Peut melapor pada Keuchik. Ketiga, Keuchik
memanggil para pihak untuk melakukan pemeriksaan kerusakan. Keempat,
melakukan perdamaian dan menentukan denda dibayarkan berdasarkan Qanun
Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Ketertiban Dan
Keamanaan Gampong. Kelima, Jika terjadi perkelahian, maka pihak memulai
harus bertanggung jawab mengobati pihak yang dicederai. Dalam pelaksanaan
tanggung jawab pemilik ternak diantaranya Terdapat beberapa kendala, tidak
diketahui secara pasti hewan ternak yang melakukan perusakan lahan, tidak ada
itikad baik dari pemilik ternak, kurang sosialisasi terkait peraturan dan larangan
pembiaran ternak, tidak ada lahan khusus yang disediakan pemilik ternak untuk
melepas ternaknya.
Diharapkan kepada aparatur gampong memberikan sosialisasi terkait
larangan pelepasan hewan ternak pada musim menanam padi khususnya pemilik
ternak sehingga tidak terjadi kembali pembiaran hewan ternak.

Kata kunci : Mekanisme Tanggung Jawab, Hewan Ternak, Lahan Pertanian

1
Mahasiswa
2
Dosen Pembimbing

vi
ABSTRACT

Based on Article 14 Chapter VI of Qanun Gampong Meunasah Teungoh


Number 1 of 2019 concerning Village Order and Security, it is stated that
livestock owners are obliged to make cages for livestock, not to leave livestock in
public places and rice fields from the teumabu season until the harvest season is
over, any damage caused livestock owners are obliged to be responsible.
However, in reality cattle omission still occurs and livestock owners do not heed
their obligations to be responsible and the implementation of Qanun has not run
optimally.
The purpose of this study was to determine the mechanism for
implementing the responsibility of livestock owners to damage to community
agricultural land and to find out the obstacles in implementing the responsibilities
of livestock owners. This study uses an empirical juridical research method which
is descriptive analysis type of research, namely conducting research using a
qualitative approach with data collection techniques through field research and
literature.
Mechanisms for implementing the responsibility of livestock owners If
there is a violation of the Qanun Gampong Meunasah Teungoh Number 1 of 2019
concerning village order and security in the form of neglecting livestock, then
there are several stages; First, livestock owners and rice field owners conduct
deliberations by involving a 3rd party, namely Keujreun Blang if an agreement is
reached, the problem is resolved. Second, if an agreement is not reached, then
Blang will report to Tuha Peut, and Tuha Peut will report to Keuchik. Third,
Keuchik summoned the parties to carry out a damage inspection. Fourth, make
peace and determine the fine to be paid based on the Qanun Gampong Meunasah
Teungoh Number 1 of 2019 concerning Village Order and Security. Fifth, if there
is a fight, the starting party must be responsible for treating and replacing the
damaged rice fields. In carrying out the responsibilities of livestock owners,
among others, there are several obstacles, it is not known with certainty what
livestock animals are destroying land, there is no good faith from livestock
owners, lack of socialization related to regulations and prohibitions on livestock
abandonment, there is no special land provided by livestock owners to release
their livestock. .
It is hoped that the village apparatus will provide socialization related to
the prohibition of releasing livestock during the rice planting season, especially
livestock owners so that there is no reoccurrence of neglect of livestock.
Keywords: mechanism of responsibility, livestock, agricultural land

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulliahirrobbil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, rahmat serta

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

Shalawat salam selalu dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang

telah mengalirkan ilmu pengetahuan sehingga mengubah pola pikir manusia dari

kesesatan sampai pada kehidupan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulisan skripsi dengan judul Mekanisme Pelaksanaan Tanggung

Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian

Masyarakat (Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten

Nagan Raya) merupakan salah satu kriteria untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Universitas Teuku Umar.

Meskipun banyak kendala dalam penulisan skripsi ini, namun dapat

terselesaikan dengan baik atas bantuan, inspirasi, arahan, dan doa dari banyak

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moril dan materil untuk

menyelesaikan skripsi ini, serta kedua orang tuaku tercinta yang selalu

mendoakanku di setiap sujud.

2. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si selaku Rektor Universitas Teuku Umar.

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL (COVER) ..................................................................


HALAMAN JUDUL SKRIPSI ...................................................................... i
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJIError! Bookmark not defined.
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1


A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Hipotesis (Asumsi Penelitian) ...............................................................7
C. Identifikasi Masalah ..............................................................................7
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ..............................................8
E. Ruang Lingkup Dan Tujuan Penelitian ...............................................10
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................11
G. Keaslian Penelitian ..............................................................................13
H. Kerangka Pemikiran ............................................................................15
I. Metode Penelitian................................................................................19
J. Sistematika Pembahasan ....................................................................23

BAB II TANGGUNG JAWAB, PERBUATAN MELAWAN HUKUM ...24


A. Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab, Perbuatan Melawan
Hukum Dan Ganti Kerugian ...............................................................24
1. Definisi Tanggung Jawab Menurut KUHPerdata .......................24
2. Istilah Dan Pengertian Perbuatan Melawan Hukum ....................26
3. Ganti Kerugian Dan Bentuk Ganti Kerugian ...............................31
B. Kerangka Teoritik................................................................................34
1. Teori Tanggung Jawab ................................................................34
2. Teori Kesadaran Hukum .............................................................38

BAB III MEKANISME PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB


PEMILIK HEWAN TERNAK TERHADAP KERUSAKAN
LAHAN PERTANIAN MASYARAKAT (Studi Penelitian
Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya) ...............42
A. Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak
Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat .............................42
B. Kendala Dalam pelaksanaan tanggung Jawaban Pemilik hewan
Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Masyarakat .................................57
1. Tidak Diketahui Secara Pasti Hewan Ternak yang melakukan
perusakan lahan. ...........................................................................58
2. Tidak Ada Itikat Baik Dari Pemilik Ternak. ................................59

x
3. Kurang Sosialisasi Aparatur Gampong Terhadap Qanun Dan
Larangan Pembiaran Hewan Ternak. ...........................................60
4. Tidak Ada Lahan Khusus Yang Disediakan Pemilik Hewan
Ternak Untuk Melepas Ternaknya ...............................................61

BAB IV PENUTUP ............................................................................................63


A. Kesimpulan..........................................................................................63
B. Saran ....................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................65
LAMPIRAN .......................................................................................................69
BIODATA PENULIS ......................................................................................102

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Nagan Raya merupakan daerah agraris, dimana sektor

pertanian menjadi sektor paling menentukan dalam pembangunan masyarakatnya.

Produktifitas pertanian yang tinggi merupakan keberhasilan daerah yang perlu

dipertahankan dan dikembangkan. Namun pencapaian keberhasilan usaha

pertanian memerlukan suatu rencana kerja yang terarah dan sasaran. Disamping

penggunaan sarana produksi anjuran, pengembangan dan pendayagunaan sumber

daya manusia, sarana dan prasarana usaha pertanian serta optimalisasi

penggunaan lahan juga sangat di perlukan.1

Hewan berperan penting dalam kehidupan manusia, termasuk sebagai

sumber sarana matapencarian guna untuk mendapatkan keuntungan, hewan yang

dipelihara oleh orang-orang sebagai sumber kehidupannya akan berdampak positif

apabila dikekola dengan baik dan diawasi, akan tetapi memimbulkan masalah

dalam masyarakat apabila hewan tersebut dilepas secara bebas oleh pemiliknya.

Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014

tentang peternakan dan kesehatan hewan, pasal 1 angka 5 yang berbunyi;

“(Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai

penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait

dengan pertanian)’’ ternak dimaksud pasal di atas adalah hewan yang dipelihara

1
http://distannak.naganrayakab.go.id/sejarah-distannak di akses pada tanggal 27 oktober
2021 pukul 10.30 Wib.

1
2

(sapi, kerbau, kambing, bebek, ayam dan sebagainya) yang dibiarkan untuk tujuan

produksi.2

Dilain sisi terdapat masalah-masalah yang akan muncul dari hewan ternak

apabila tidak dipelihara dengan baik antara lain: tidak bersihnya lingkungan

pemukiman masyarakat akibat kotoran ternak, terganggunya lalu lintas yang

disebabkan oleh ternak di jalan, rusaknya lahan persawahan masyarakat, Pemilik

ternak bertanggung jawab penuh atas segala akibat yang ditimbulkan oleh hewan

yang mereka pimpin. Pemilik ternak seharusnya tidak melepaskan ternaknya

kepublik tanpa pengawasan karena hal itu dapat merugikan orang lain, pemilik

ternak seharusnya memantau ternak mereka dengan ketat sehingga hal itu dapat

dianggap sebagai tindakan ilegal. Kelaian yang menimbulkan kerugian bagi orang

disebut perbuatan melawan hukum.3

Menurut Kitab Undang-Undang hukum perdata Pasal 1365 menyatakan:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut.”4

Berlandaskan pasal ini, suatu perbuatan dinyatakan sebagai perbuatan

melawan hukum jika perbuatan tersebut memenuhi empat unsur berikut :

1. Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatig)

2. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian

3. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan

2
Pasal 1 angka (5) Udang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang peternakan dan
kesehatan hewan.
3
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
4
Subekti R, Tjitrosudibio R, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta, PT Pradnya
Paramita, 2001, hlm. 346.
3

4. Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan kausal

empat unsur di atas ialah syarat yang harus terpenuhi agar suatu perilaku

dianggap melanggar hukum. Adapun Perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan

sebagai perbuatan melawan hukum jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi.

Terhadap Seseorang yang telah terbukti bersalah atau melanggar hukum dan

merugikan pihak lain maka dapat menuntut ganti rugi dan tanggung jawab atas

kerugian apa pun yang ditimbulkannya.5

Menurut KUHPerdata Pasal 1368 disebutkan “pemilik binatang atau siapa

saja yang memakainya, selama hewan itu dipakai, bertanggung jawab atas setiap

kerugian yang disebabkan oleh hewan ternak tersebut, baik hewan itu ada

dibawah pengawasannya maupun hewan tersebut tersesat atau terlepas dari

pengawasannya”. Maksud kata memakai hewan dalam Pasal ini adalah

penggunaanya untuk kepentingan pribadi pemilik hewan tersebut, termasuk

menyewa dan meminjamkan hewan ternak untuk suatu kepentingan tertentu.

Ketidak hati-hatian dan kelalaiannya sendiri, serta barang yang berada dibawah

pengawasannya, sepenuhnya pemilik ternak harus bertanggung jawab atas

kerugian yang disebabkan oleh hewan- hewan peliharaan miliknya. Selain diatur

didalam KUHPerdata terdapat aturan Gampong mengenai hewan ternak.6

Qanun gampong merupakan aturan pada tingkat gampong yang harus

dipatuhi oleh masyarakat, berdasarkam Qanun Gampong Meunasah Teungoh

Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Keamanan Dan Ketertiban Gampong terdapat poin

5
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
2012, hlm, 260.
6
Pasal 1368 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
4

penting tentang pengaturan pemeliharaan hewan ternak, Terletak Pada Bab 6

Pasal 14 Mengenai Mekanisme Pengelolaan Hewan Ternak Antara Lain :

(1) Pemilik hewan ternak harus memiliki kandang (Weu) dan memasukkan

ternaknya kekandang.

(2) Dilarang melepaskan hewan ternak ditempat umum dan lingkungan

masyarakat malam hari pada segala musim.

(3) Pada musim padi teumabu7 sampai kemeukoh8 hewan kambing, biri-biri,

lembu dan kerbau dilarang berkeliaran diarea persawahan masyarakat.

(4) Penjagaan hewan seperti disebutkan pada poin 3 di atas menjadi tanggung

jawab pemilik ternak sepenuhnya.

(5) Setiap kerusakan atau kerugian masyarakat yang diakibatkan oleh ternak

menjadi tanggung jawab pemilik ternak yang bersangkutan dan besarnya

nilai kerusakan atau kerugian ditaksir dan di putuskan oleh musyawarah

gampong.

(6) Setiap pemilik sawah /kebun wajib membuat pagar yang telah ditentukan

oleh Keujruen Blang.

(7) Bila ternak (kerbau, sapi, kambing dan biri-biri) masuk lewat pagar dan

ternyata pagarnya tidak sesuai menurut ketentuan adat, maka ganti rugi

tidak akan dipenuhi.

(8) Apabila pada malam hari ternak (kerbau, sapi, kambing dan biri-biri)

masuk dalam area kebun dan persawahan masyarakat melewati/melalui

Pemilik Sawah atau sawah yang tidak buat pagar maka resiko ganti
7
Musim Teumabu merupakan musim penyemain bibit padi disawah.
8
musim kemeukoh merupakan musim dimana padi yang berada disawah sudah siap
untuk dipanen.
5

kerugian dibebankan pada pemilik ternak dan Pemilik sawah /sawah yang

tidak dipagari tersebut.

(9) Hewan ternak ayam dan bebek tidak dilepas mulai diawal tanaman

pertanian masyarakat ( teumabu) hingga masa panen selesai.9

Pembentukan Qanun Gampong ini diharapkan dapat memberikan

hukuman atau sebagai landasan hukum bagi pemilik ternak agar dapat menjaga

hewan ternaknya sehingga ketertiban Gampong terpenuhi, namun pada

kenyataanya masih terdapat banyak hewan ternak yang berkeliaran diarea

persawahan masyarakat, seperti yang terjadi di Gampong Meunasah Teungoh

Kabupaten Nagan Raya umumnya hal ini terjadi akibat pemilik ternak yang

melepaskan ternaknya secara bebas hingga memasuki kawasan persawahan

masyarakat yang sedang digunakan untuk menanam padi dan kawasan

perkebunan masyarakat, ternak-ternak dilepaskan oleh pemiliknya tanpa diawasi

dan diikat, sehingga tanpa diketahui oleh pemiliknya ternak tersebut telah

melakukan pengrusakan terhadap padi dan benih padi milik orang lain.

Pemilik hewan ternak sangat sering melakukan pelanggaran-pelanggaran

terkait dengan hewan ternak baik pada siang hari maupun pada malam hari dan

membuat masyarakat pemilik sawah khawatir dikarnakan oleh hewan ternak

tersebut merusak tanaman dan padi pada lahan persawahan, aliran air

dipersawahan juga ikut diinjak, tidak hanya dilahan persawahan saja akan tetapi

hewan ternak tersebut mengganggu ketertiban dan meninggalkan kotoran di

9
Pasal 14 Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun 2019 Tentang
Keamanan Dan Ketertiban Gampong Meunasah Teungoh, kabupaten Nagan Raya.
6

jalanan umum, yang mengakibatkan ketidak nyamanan orang-orang yang

berkendara hingga terkadang menyebabkan kecelakaan.

Berdasakan hasil observasi awal yang telah dilakukan jenis hewan ternak

yang dilepaskan oleh pemilik ternak di Gampong Meunasah Teugoh adalah

seperti sapi, kerbau, ayam, kambing, dan bebek. Hal tersebut menjadi

pemandangan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Meunasah Teungoh baik

disiang maupun pada malam hari. Hingga saat ini terdapat beberapa kasus

mengenai hewan ternak yang memasuki lahan pertanian masyarakat yang

berujung pada ganti kerugian oleh pihak pemilik ternak, salah satunya terjadi pada

tahun 2020 antara Safrizal selaku pemilik hewan ternak dengan Ardiyus selaku

pemilik sawah. Kasus tersebut berawal ketika hewan ternak memasuki lahan

persawahan Ardiyus dan memakan padi seluas satu petak hingga dilakukannya

proses ganti kerugian oleh pemilik ternak terhadap pemilik sawah. Namun pihak

pemilik Ternak tidak bersedia menggati kerugian sebagaimana yang dimintai oleh

pihak yang dirugikan, sehingga kasus ini diserahkan ke tingkat gampong dengan

melibatkan unsur gampong seperti tuha peut, keujruen blang sebagai fasilitator

atau mediator. Hasil dari musyawarah tersebut pemilik ternak tersebut bersedia

menggantikerugian sebagaimana yang diminta oleh pemilik lahan.

Berdasarkan deskripsi di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak

Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian Gampong

Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya)”.


7

B. Hipotesis (Asumsi Penelitian)

Hipotesis diartikan sebagai asumsi atau dugaan sementara dalam

penelitian. Peneliti berasumsi bahwa masih banyak masyarakat Aceh khususnya

masyarakat Meunasah Teungoh Kabupaten Nagan Raya yang masih banyak

meliarkan ternaknya secara bebas tanpa diamati pemiliknya hingga berkeliaran

secara bebas diarea kawasan persawahan masyarakat yang sedang digunakan

untuk menanam padi hingga mengakibatkan kerusakan terhadap padi dan bibit

padi orang lain. Hal ini dapat merugikan pihak lain misalnya habisnya bibit padi

yang sudah lama ditanam pada saat mau mencabut untuk ditanam kembali sudah

tidak ada lagi/habis dimakan hewan ternak tersebut.

Mekanisme Pelaksanaan tanggung jawab pemilik hewan ternak terhadap

kerusakan lahan pertanian masyarakat (Studi penelitian Gampong Meunasah

Teungoh, Kabupaten Nagan Raya) belum terlaksana dengan maksimal. Adapun

kendala dalam pelaksanaan antara lain, pengetahuan masyarakat yang minim

mengenai qanun yang telah dibuat dan peran serta masyarakat yang belum

maksimal dalam pengimplementasikan Qanun Nomor 1 Tahun 2019 Tentang

Keamanan dan Ketertiban Gampong serta peyelesaikan permasalahan terkait

hewan ternak yang melakukan pelanggaran dengan ganti kerugian yang

ditanggung oleh pemilik ternak harus sesuai.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik ingin membahas atau

melakukan penelitian mengenai Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab

Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi


8

Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya) Dengan

identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1) Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan

Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian

Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya)?

2) Apa kendala dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak

Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian

Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya)?

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel ialah kerangka yang menggambarkan dan

menjelaskan hubungan antara definisi atau konsep khusus yang akan diteliti.

Adapun penelitian ini yang menjadi definisi operasional variabel sebagai berikut :

1. Tanggung Jawab

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah suatu

keadaan dimana seseorang diharuskan untuk melakukan segala tindakan yang

diperlukan dan menanggung akibat yang ditimbulkan. Adapun tanggung jawab

secara definisi merupakan perbuatan yang berada diluarnya tidak dapat

dipertanggungjawabkan. Kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan

baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.10 Tanggung jawab diartikan

sebagai kewajiban dan pedoman hidup yang mencakup semua perilaku yang benar

secara moral, sopan, dan religius. Urutan nilai tanggung jawab adalah norma, nilai

moral, agama, dan seterusnya.

10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka), 1989, hlm, 899.
9

2. Hewan Ternak

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1976 Pasal 1 Angka 4 Ternak

adalah (hewan peliharaan yang hidupnya yakni mengenai tempatnya, makanannya

dan berkembang biaknya serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia,

dipelihara khusus sebagai penghasil bahan - bahan dan jasa yang berguna bagi

kepentingan hidup manusia).11

Menurut penjelasan di atas, semua hewan yang dipelihara, dirawat, dan

dipelihara dengan cara apapun dianggap hewan ternak. Namun, yang

dimaksudkan adalah upaya manusia untuk membiakkan dan merawat spesies

hewan tertentu untuk memperoleh manfaat sosial ekonomi seperti susu, daging,

telur, pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain.

Dalam buku peternakan umum Menurut M. Samad Sosroadmijoyo

memberikan pengertian beternak dalam dua arti, yaitu :

1. Dalam arti luas yaitu, kegiatan memelihara, merawat, mengatur kehidupan,

perkawinan, kelahiran, pemeliharaan kesehatan, dan pemanfaatan hasil ternak

yang dibudidayakan.

2. Dalam arti khusus yaitu kegiatan yang lebih menitikberatkan pada upaya

pengendalian pembiakan ternak dengan mengatur perkawinannya, memilih

jenis ternak yang baik, dan menjaganya dari kemandulan dan ternak bunting.12

Pengertian di atas dapat dipahami bahwa peternakan ialah semua bentuk

usaha yang dilakukan oleh seorang peternak untuk mengembangbiakkan dan

11
Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1976 Tentang ketentuan-ketentuan
pokok peternakan dan kesehatan hewan ternak.
12
M. Samad Sosroamidjoyo, dkk, Peternakan Umum, (Jakarta : Yagasuna, 1978) hlm 1.
10

memelihara hewan tertentu, baik itu usaha yang mempunyai cakupan dalam skala

khusus maupun cakupan yang luas untuk mendapatkan keutungan dari padanya.

3. Lahan Pertanian

Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi yang mencakup semua unsur

biosfer di atas dan dibawah tanah yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklus,

seperti atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan, dan hewan,

serta segala dampak aktivitas manusia dimasa lalu dan masa kini yang berdampak

pada cara manusia menggunakan lahan sekarang dan dimasa depan.13

E. Ruang Lingkup Dan Tujuan Penelitian

Dalam hal ini agar tidak terjadi pembahasan yang tidak terarah agar tujuan

pokok penulisan tercapai dan mudah untuk dipahami, maka perlu untuk

membatasi ruang lingkup pembahasan dibidang hukum perdata yang berfokus

atau menitik beratkan pada Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik

Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi

Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya).

Dengan melihat rumusan masalah yang sudah dipaparkan di atas, Berikut

ini adalah tujuan penelitian dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan Mekanisme Pelaksanaan Tanggung

Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian

Masyarakat (Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten

Nagan Raya).

13
Juhadi, Pola-Pola Pemanfaatan Lahan Dan Degradasi Lingkungan Pada Kawasan
Perbukitan, Jurnal Geografi, Vol 1 2007, hlm 42.
11

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kendala dalam Pelaksanaan Tanggung

Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian

Masyarakat (Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten

Nagan Raya).

F. Kegunaan Penelitian

Seperti yang sudah dijelaskan didalam tujuan penelitian diatas, maka dari

itu peneliti sangat berharap penelitian yang dilakukan dapat membantu pemerintah

Kabupaten Nagan Raya dalam hal mengetahui kendala atau keluhan yang dialami

masyarakat yang masih melanggar aturan perundang-undang yang sudah berlaku

dan peneliti berharap penelitian ini membantu pemerintah Kabupaten Nagan Raya

khususnya Gampong Meunasah Teungoh untuk menegakkan hukum perdata

tentang pelanggaran ini baik secara lansung maupun secara tidak langsung. Maka

dari itu manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Peniliti sangat berharap penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis

maksudnya:

a. Peneliti berupaya dengan adanya penelitian ini peneliti bisa memberikan

bantuan kepada pemerintah Gampong berupa bantuan atau sumbangan

pemikiran untuk pemerintah menghadapi Mekanisme Pelaksanaan

Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan

Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh,

Kabupaten Nagan Raya).


12

b. Peneliti menginginkan penelitian ini bisa membantu masyarakat seperti

memberikan bantuan atau sumbangan pemikiran kepada masyarakat untuk

ikut serta melakukan atau menjalankan larangan hewan ternak masuk ke

lahan pertanian masyarakat.

c. Memberikan pengetahuan dan referensi bagi peneliti dalam hal Mekanisme

Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan

Lahan Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian Gampong Meunasah

Teungoh, Kabupaten Nagan Raya).

2. Manfaat praktis

penelitian ini juga bisa dimanfaatkan secara praktis maksudnya:

a. Manfaat bagi peneliti

Kegunaan bagi peneliti sendiri yaitu dapat memberikan ilmu pengetahuan

dan wawasan baru tentang Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik

Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi

Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya) apabila

melangar aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh undang-undang dan Qanun

Gampong.

b. Manfaat bagi pemerintah Gampong

Bagi pemerintah Gampong peneliti berharap penelitian ini bisa dapat

memberikan solusi tentang Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik

Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi

Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya).


13

c. Manfaat bagi masyarakat

Bagi masyarakat sendiri peniliti berharap penelitian ini bisa memberikan

penjelasan dan memberikan kesadaran kepada masyarakat betapa penting nya

menjaga hewan ternak sehingga terciptanya Keamanan Dan Ketertiban Gampong

di Gampong Meunasah Teungoh Kabupaten Nagan Raya.

G. Keaslian Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

penelitian terlebih dahulu sebagai berikut:

Penelitian Saidil Awwalin, 2017, Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak

Terhadap Pemilik Tanaman Akibat Adanya Kerusakan Oleh Hewan Ternak

(Suatu Penelitian Di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar). Skripsi ini

menjelaskan mengenai pertanggung jawaban terhadap perbuatan melawan hukum.

Hasil dari Penelitian menunjukkan bahwa pertanggung jawaban pemilik hewan

terkait perbuatan melawan hukum masih belum efektif berdasarkan hukum adat di

kecamatan ingin jaya, serta ganti kerugian yang belum optimal.14

Perbedaan antara skripsi di atas dengan skripsi yang akan diteliti adalah

titik fokus dikaji pada skripsi di atas mengfokuskan pada perbuatan melawan

hukum serta upaya yang di lakukan dalam penyelesaian ganti kerugian sedangkan

pada skripsi yang akan diteliti yaitu Mekanisme tanggung jawab pemilik hewan

ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian serta kendala dalam pelaksaan

tanggung jawab.

14
Saidil awwalin, Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Pemilik Tanaman
Akibat Adanya Kerusakan Oleh Hewan Ternak (Suatu Penelitian Di Kecamatan Ingin Jaya
Kabupaten Aceh Besar). Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, 2017.
14

Andi Bastian, 2018, Efektivitas Peraturan Daerah Kabupaten Seluma

Nomor 19 Tahun 2007 tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak ditinjau

dari hukum islam. (studi kasus desa suka bulan kec. Talo kecil). Pada skripsi ini

menjelaskan mengenai bagaimana evektifitas dalam pemeliharaan dan penertiban

menurut peraturan daerah seluma nomor 19 tahun 2007 di desa suka bulan dan

bagaimana pandangan syariat islam dalam pemeliharaan dan penertiban menurut

peraturan daerah kabupaten seluma Nomor 19 Tahun 2007 di Desa Suka Bulan

serta bagaimana pandangan hukum islam terhadap pemeliharaan dan

penertibannya di desa suka bulan. hasil dari penelitian menunjukan bahwa sistem

pemeliharaan dan penertiban masih belum efektif sesuai dengan peraturan daerah

nomor 19 tahun 2007 serta pemeliharaan dan penertiban berdasarkan hukum islam

sejatinya tidak terdapat larangan akan tetapi memelihara dan penertiban juga

terdapat aturan, seperti memelihara, menyayangi, menjaga agar tidak merugikan

orang lain yang telah di jelaskan didalam Al- Qur’an.15

Perbedaan skripsi di atas dengan skripsi yang akan diteliti adalah titik

fokus yang dikaji pada skripsi di atas mengfokuskan pada sistem pemeliharaan

dan penertiban berdasarkan peraturan daerah serta pandangan hukum islam

terhadap pemeliharaan dan penertibannya sedangkan pada skripsi yang akan

diteliti yaitu Mekanisme tanggung jawab pemilik hewan ternak Terhadap

Kerusakan Lahan Pertanian serta kendala dalam pelaksaan tanggung jawab.

15
Andi Bastian, Efektivitas peraturan daerah kabupaten seluma nomor 19 tahun 2007
tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak ditinjau dari hukum islam. (studi kasus desa
suka bulan kec. Talo kecil), skripsi, fakultas syariah dan hukum, institut agama islam negeri
Bengkulu, 2018.
15

Yulia Astuti, 2015 tanggung jawab akibat perbuatan melawan hukum oleh

pemilik hewan ternak terhadap pengendara kendaraan akibat kecelakaan yang

terjadi dijalan raya pada skripsi tersebut menguraikan bagaimana penyelesaian

kasus atas terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh hewan ternak, hasil dari

penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab pemilik hewan Dengan cara

mengganti kerugian dan menyelesaikannya melalui diskusi antara kedua belah

pihak, dengan sanksi perbaikan mobil, dan keuangan untuk pengobatan adalah

bentuk kompensasi yang dapat diterima dan peusijuk.

Perbedaan skripsi di atas dengan skripsi yang akan diteliti adalah titik fokus

yang dikaji pada skripsi di atas menfokuskan pada penyelesaian kasus atas

kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh hewan ternak sedangkan pada skripsi

yang akan diteliti yaitu Mekanisme tanggung jawab pemilik hewan ternak

Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian serta kendala dalam pelaksaan tanggung

jawab.16

Dari ketiga judul Skripsi di atas perbedaan dengan judul skripsi penulis

adalah Penulis memfokuskan pada Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab

Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi

Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya).

H. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dimaksud disini adalah batasan-batasan teori

yang diambil peneliti sebagai landasan peneliti melakakukan penelitian.

16
Yulia Astuti, tanggung jawab akibat perbuatan melawan hukum oleh pemilik hewan
ternak terhadap pengendara kendaraan akibat kecelakaan yang terjadi di jalan raya, skripsi,
fakultas hukum, universitas syiah kuala, 2015.
16

a. Teori tanggung Jawab

Tanggung jawab dalam kamus hukum dapat diistilahkan sebagai liability

dan responsibility, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum

yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum,

sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik. 17

Teori tanggung jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab yang lahir

dari ketentuan Peraturan Perundang-Undangan sehingga teori tanggung jawab

dimaknai dalam arti liabilty, sebagai suatu konsep yang terkait dengan kewajiban

hukum seseorang yang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu

bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan

dengan hukum.18

Gagasan tentang hak dan kewajiban sangat terkait dengan gagasan

tanggung jawab hukum. Dalam penafsiran hak yang sejalan dengan pengertian

kewajiban, konsep hak merupakan konsep yang berbeda. Menurut kebijaksanaan

yang berlaku, kewajiban yang terutang kepada orang lain dan hak untuk satu

orang selalu terjalin. Seseorang bertanggung jawab atas suatu tindakan jika

mereka melanggar hukum, atau mereka bertanggung jawab secara hukum untuk

aktivitas tertentu. Dalam teori tanggung jawab hukumnya, Hans Kelsen

mengklaim bahwa seseorang bertanggung jawab atas tindakan tertentu atau

bertanggung jawab atas tindakan yang berlawanan.19

17
HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.
337.
18
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary,
Raja Grafindo Perss, Jakarta, 2011, hlm. 54.
19
Youky Surinda, Konsep Tanggung Jawab Menurut Teori Tanggung Jawab Dalam
Hukum https://id.linkedin.com/ diakses pada tanggal 7 November pukul 19.30 WIB.
17

Tujuan teori dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan arahan

serta menjelaskan peristiwa-peristiwa yang dapat diamati. Akibatnya, difokuskan

pada hukum positif yang relevan, yaitu: Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab

Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi

Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya) dengan dasar

teori pertanggung jawaban menjadi pedoman guna menentukan bagaimana bentuk

pertanggungjawab pemilik hewan ternak.

b. Teori Kesadaran Hukum

Kesadaran hukum dan hukum berjalan beriringan dalam rangka

meningkatkan kesadaran hukum positif dikalangan aparat penegak hukum

maupun masyarakat umum. Ada dua kategori kesadaran hukum yaitu :

a. Kesadaran hukum positif, identik dengan ketaatan hukum

b. Kesadaran hukum negatif, identik dengan ketidaktaatan hukum20

Kesadaran hukum merupakan konsepsi abstrak didalam diri manusia

tentang keserasian antara ketertiban dan ketentraman yang dikehendaki. Jadi

kesadaran hukum dalam hal ini berarti kesadaran untuk bertindak sesuai dengan

ketentuan hukum. Kesadaran hukum dalam masyarakat merupakan semacam

jembatan yang menghubungkan antara peraturan – peraturan dengan tingkah laku

hukum anggota masyarakat. Menurut Sudikno Mertokusumo sadar akan hukum

berarti sadar akan tindakan kita, terutama terhadap orang lain. Ini menyiratkan

kesadaran akan tanggung jawab pribadi kita kepada orang lain.21

20
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012,
hlm.13.
21
Sudikno Mertokusumo, Menigkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat,Edisi Pertama
(Yogyakarta : Liberti, 1981), hlm.13.
18

Menurut Prof.Soerjono Soekanto mengemukakan empat indikator

kesadaran hukum yang secara beruntun (tahap demi tahap) yaitu :

1) Pengetahuan tentang hukum merupakan pengetahuan seseorang berkenan

dengan perilaku tertentu yang diatur oleh hukum tertulis yakni tentang apa

yang dilarang dan apa yang diperbolehkan.

2) Pemahaman tentang hukum adalah sejumlah informasi yang dimiliki oleh

seseorang mengenai isi dari aturan (tertulis), yakni mengenai isi, tujuan,

dan manfaat dari peraturan tersebut.

3) Sikap terhadap hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima atau

menolak hukum karena adanya penghargaan atau keinsyafan bahwa

Aturan hukum tersebut bermanfaat bagi keberadaan manusia, dan dalam

situasi ini, sudah ada beberapa apresiasi terhadap aturan hukum.

4) Perilaku hukum yaitu berkenaan dengan berlaku atau tidaknya suatu aturan

hukum dalam masyarakat, jika berlaku, seberapa banyak aturan itu

diterapkan, dan seberapa ketat masyarakat mematuhinya.22

Dari pengertian yang dijelaskan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa kesadaran hukum dalam suatu program yang telah ditetapkan harus sesuai

dengan kondisi yang ada dilapangan maupun diluar lapangan kegiatannya

melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha dan disertai dengan alat

penunjang.

22
Soerjono Soekanto kesadaran dan kepatuhan hukum : Jakarta Rajawali Pers 1982
hlm.122.
19

I. Metode Penelitian

Metode Penelitian pada hakekatnya adalah suatu kegiatan ilmiah yang

menggunakan metodologi, sistematika, dan gagasan tertentu dengan tujuan

mengkaji satu atau lebih fenomena hukum tertentu dengan cara menganalisis..23

1) Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Ini Di Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan

Raya

2) Populasi Penelitian

Populasi penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

a. Keuchik Gampong Meunasah Teungoh

b. Keujreun Blang

c. Tuha Peut

d. Pemilik hewan ternak

e. Pemilik sawah

3) Cara Penentuan Sampel

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara

Purposive sampling (kelayakan), dimana dari keseluruhan penelitian yang akan

dilakukan diambil beberapa orang sebagai sampel yang selanjutnya bisa dijadikan

atau bisa mewakili sebagai responden dan informen,24 oleh karna itu yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah:

23
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, hlm. 38.
24
Amiruddin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penilitian Hukum, Jakarta, PT
Rajagrafindo Persada, 2014, hlm. 106.
20

1) Responden adalah orang yang dianggap dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan secara terstruktur dan sistematis berupa opini, pengalaman, saran dan

gagasan25

1) Keuchik Gampong Meunasah Teungoh : 1 Orang

2) Keujruen Blang : 1 Orang

3) Tuha Peut : 1 Orang

2) Informan adalah orang yang dapat memberikan penjelasan arahan tentang apa

yang sedang diteliti26

1) Pemilik ternak : 3 Orang

2) Pemilik sawah : 3 Orang

4) Jenis dan Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang menggunakan

metode penelitian deskriptif, yang mana penelitian ini menggambarkan tentang

penerapan Qanun Gampong terhadap Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab

Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi

Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya). Metode

penelitian empiris juga disebut dengan penelitian hukum sosiologis, hal ini

disebabkan metode dalam penelitian ini juga dilakukan penelitian berkaitan

dengan orang dalam menjalani suatu hubungan dalam kehidupan yang berkaitan

dengan orang lainnya atau masyarakat. Menurut Ronny Soemitro mendefinisikan

studi hukum empiris atau sosiologis sebagai penelitian hukum dengan


25
Responden, dan Partisipan, Puplish, https://dosen.perbanas.id/subyek-responden-
informan-dan-partisipan/, Diakses Pada Tanggal 06 November 2021, Pukul 10.30
26
ibid
21

menggunakan informasi tangan pertama atau informasi yang telah dikumpulkan

langsung dari sumbernya.27 Dalam penelitian empiris, hal yang diteliti terutama

adalah data primer.

5) Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam hal pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian yang

akan dilakukan maka penelitian yang dilakukan ialah :

a. Penelitian Lapangan

Penelitian dilakukan dengan langsung turun kelapangan bertujuan untuk

memperoleh data primer, perolehan data ini dilakukan dengan beberapa cara yakni

dengan melakukan wawancara dengan reponden dan informan yang bertujuan

mendapatkan data akurat dan dapat dipertangungjawabkan mengenai masalah

yang diteliti.

b. Penelitian Kepustakaan

Penelitian melakukan kepustakaan bertujuan mendapat data skunder, hal

tersebut dilakukan dengan cara mempelajari buku dan membaca peraturan

perundang-undangan dan hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian yang

akan dilakukan, hingga memperoleh pengertian, teori-teori dan konsep yang akan

digunakan dalam melakukan penelitian ini. Data yang sudah didapat oleh peneliti

selanjutnya diproses lagi melalui sitem “editing” yaitu memeriksa dan meneliti

apakah data yang telah diperoleh sudah memenuhi syarat dan mampu

dipertanggungjawabkan oleh peneliti.28

27
Ronny Hanitijo Soemitro, Dualisme Penelitian Hukum (Normatif dan Empiris),
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 154.
28
Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrum, Nomor 9 Vol. 5 Januari 2009,
hlm. 2.
22

6) Analisis Data

Data yang didapatkan peneliti dari penelitian yang dilakukan di lapangan

serta yang telah dilakukan di perpustakaan dianalisis lagi menggunakan

pendekatan kualitatif. Yang mana pengumpulan data di lapangan dilakukan

peneliti dengan cara membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan

Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap

Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian Gampong Meunasah

Teungoh, Kabupaten Nagan Raya), dan kemudian peneliti melakukan wawancara

dengan informan dan responden yang telah ditentukan di atas sebelumnya.

Sedangkan penyusunan informasi data yang telah didapat dilakukan dengan

metode deskriptif, yang mana maksudnya disini adalah dengan memberikan

gambaran-gambaran secara spesifik tentang apa yang ditemukan dilapangan

berupa kenyataan-kenyataan yang ditemukan didalam praktek dan memaparkan

hasil penelitian yang telah didapat kan dilapangan, yang mana didalamnya

terdapat uraian-uraian dasar hukum yang diberlakukan, serta

menyambungkannnya dari data perpustakaan kemudian melakukan penarikan

kesimpulan serta pemberian saran oleh peneliti dari semua hasil yang sudah

diteliti.
23

J. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan, latar belakang permasalahan, hipotesis (asumsi

penelitian), identifikasi masalah, definisi operasional variabel, ruang

lingkup dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, keaslian

penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika

penulisan.

BAB II : KERANGKA PEMIKIRAN

Bab ini berisikan, mekanisme pertanggungjawaban pemilik hewan

ternak berdasarkan Kuhperdata, perbuatan melawan hukum,

pertanggungjawaban dalam kuhperdata serta ganti kerugian dan

bentuk ganti kerugian dan kerangka teoritik.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan hasil penelitian tentang Mekanisme Pelaksanaan

Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Kerusakan Lahan

Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh,

Kabupaten Nagan Raya), dan kendala dalam pelaksanaan tanggung

jawab pemilik hewan ternak terhadap Kerusakan Lahan Pertanian

Masyarakat gampong meunasah teungoh.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan juga

dikemukan beberapa saran yang bermanfaat.


BAB II

TANGGUNG JAWAB, PERBUATAN MELAWAN HUKUM


DAN GANTI KERUGIAN

A. Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab, Perbuatan Melawan Hukum


Dan Ganti Kerugian

1. Definisi Tanggung Jawab Menurut KUHPerdata

Menurut kamus hukum, Tanggung jawab adalah keharusan bagi seseorang

untuk melakukan apa yang telah di wajibkan kepadanya. 29 Lebih lanjut titik

triwulan menyatakan pertanggung jawaban harus mempunyai dasar yaitu hal yang

menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban hukum atas orang lain untuk memberi

pertanggung jawabannya.

Tanggung jawab secara etimologi adalah kewajiban terhadap segala

sesuatu dengan fungsi menerima pembebanan sebagai akibat dari perbuatan

sendiri ataupun perbuatan dari pihak lain. Sedangkan menurut kamus besar bahasa

Indonesia (KBBI), tanggung jawab adalah suatu keadaan wajib menanggung

segala sesuatunya, jika terjadi sesuatu dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan

dan sebagainya.

Berdasarkan hukum perdata dasar pertanggung jawaban terbagi menjadi

dua macam yakni kesalahan dan resiko. Dengan demikian dikenal dengan

pertanggung jawaban dengan dasar kesalahan dan pertanggung jawaban tanpa

kesalahan yang dikenal dengan tanggung jawab resiko atau tanggung jawab

29
Zulkifly dan jimmly, kamus hukum (dictionary of law), Grahamedia Press, Surabaya,
2012, hlm.369.

24
25

mutlak (Strick liability).30 Prinsip pertanggung jawaban atas dasar kesalahan

mengandung arti bahwa seorang individu harus bertanggung jawab karna ia telah

melakukan kesalahan yang merugikan orang lain.

Seseorang baru dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum jika

ada unsur kesalahan yang dilakukannya, dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang

lazim dikenal dengan perbuatan melawan hukum.31 (Kesalahan dalam pasal

tersebut mengarah pada unsur kesalahan yang bertentangan dengan hukum.

pengertian “hukum” tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga

kepatuhan dan kesusilaan dalam masyarakat. Tanggung jawab ini dapat diterima

karena adil bagi pihak yang berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak

korban).32

Tanggung jawab dalam hukum perdata berupa tanggung jawab seseorang

terhadap perbuatan yang berkenaan dengan perbuatan melawan hukum. Perbuatan

melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan

hukum pidana dan perbuatan melawan hukum tidak hanya mengcakup perbuatan

yang bertentangan dengan undang-undang saja, tetapi juga dengan ketentuan-

ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari

perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti

kerugian bagi pihak yang dirugikan.33

30
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi Pustaka,
Jakarta, 2010, hlm 48.
31
Celine Tri Siwi Kristanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
2010, Hlm 92.
32
Ibid, hlm. 93
33
Zays Scremeemo, Pengertian Tanggung Jawab, Melalui Hhtp:/
Zaysscrememeemo.Blog Spot.Co,Id, Diakses 1 April 2022 Pukul 10.20 Wib.
26

Menurut ketentuan KUHPerdata pasal 1367 menyebutkan bahwa

“seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karna

perbuatannya sendiri, akan tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-

barang yang berada dibawah pengawasannya”.34

2. Istilah Dan Pengertian Perbuatan Melawan Hukum

Istilah perbuatan melawan hukum dalam bahasa belanda dikenal dengan

sebutan “onrechmatige daad” dan dalam bahasa inggris disebut dengan istilah

“torf onretcht” dan bahasa Indonesia dikenal dengan perbuatan melawan hukum

yang dilakukan oleh sabjek hukum, dan didalam setiap perbuatan sabjek hukum

mempunyai akibat hukum.35 Perbuatan melawan hukum yang dimaksud ialah

sebagaimana yang tercantum didalam buku ke – III Kitab Udang-Undang Hukum

Perdata tentang perikatan-perikatan yang lahir dengan undang-undang.

Menurut M.A Moegini Djodjodirdjo perbuatan melawan hukum adalah

perbuatan yang bertentangan dengan hak individu lain atau bertentangan dengan

kewajiban hukumnya sendiri dan bertentangan dengan kesusilaan yang baik atau

bertentangan dengan keharusan yang seharusnya diindahkan dalam pergaulan

masyarakat baik mengenai orang lain atau benda. 36

Adapun Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 sampai Pasal

1380 KUHPerdata. Pasal 1365 KUH perdata memiliki arti yang penting karna

34
Lihat Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
35
Wirjono prodjodikoro, perbuatan melawan hukum dipandang dari sudut hukum
perdata, mandar maju, Yogyakarta, 2000, hlm 7.
36
M.A Moegini Djodjodirdjo, Peruatan Melawan Hukum, Alumni,Bandung, 2002,Hlm
35.
27

melalui pasal tersebut hukum yang tidak tertulis diperhatikan oleh undang-

undang. Menurut sudargo Gautama istilah perbuatan melawan hukum telah

memusingkan para ahli hukum yang mempergunakan Undang-Undang. Dalam

hukum barat pengertian perbuatan melawan hukum semakin lama

memperlihatkan semakin luas. semakin banyak perbuatan melawan hukum yang

dahulu tidak termasuk perbuatan melawan hukum sekarang termasuk istilah itu.37

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum

karena terdapat unsur kesalahan. Unsur kesalahan ini sebagai perbuatan dan akibat

yang dapat dipertanggungjawabkan oleh pelaku. Unsur kerugian tidak hanya

bersifat material saja, akan tetapi juga kerugian inmaterial seperti ketakutan,

beban pikiran, dan sebagainya, dan adanya hubungan sebab akibat dari perbuatan

yang dilakukan dengan kerugian yang ditimbulkan.38

Perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas sejak tahun 1919

adapun yang mencakup salah satu dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut : 39

a. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain

Salah satu perbuatan yang dilarang menurut Pasal 1365 KUHPerdata

adalah perbuatan yang melanggar hak orang lain. Hak-hak tersebut adalah

hak seseorang yang telah diakui oleh hukum.

b. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri

Merupakan salah satu golongan dari perbuatan melawan hukum, apabila

perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum dari pelakunya.

37
Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung, 2000,
Hlm 48-49.
38
Evalina Yessica, “Karakteristik Dan Kaitan Antara Perbuatan Melawan Hukum Dan
Wanprestasi”, Vol.1, No.2, November 2014, hlm. 51.
39
Munir fuady, Konsep hukum perdata, raja grafika persada, Jakarta, 2014, hlm 250.
28

Istilah kewajiban hukum (recht splicht) yang dimaksudkan adalah suatu

kewajiban yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang baik hukum

tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Jadi tidak hanya bertentangan

dengan hukum tertulis melainkan juga bertentangan dengan hak orang lain

menurut undang-undang (wettelijk recht).

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan

Kegiatan melanggar kesusilaan oleh masyarakat telah diakui sebagai

hukum tidak tertulis dan dianggap sebagai perbuatan melawan hukum

bilamana tindakan tersebut menimulkan kerugian bagi orang lain maka

pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut pembayaran ganti rugi

berdasarkan atas perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata).

d. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam

pergaulan masyarakat yang baik.

Apabila seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain tidak

secara melanggar pasal dari hukum tertulis maka dapat dijerat dengan

perbuatan melawan hukum. Karena tindakannya tersebut bertentangan

dengan prinsip kehati-hatian atau keharusan didalam pergaulan

masyarakat.

Adapun Berdasarkan Ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata, maka suatu

perbuatan melawan hukum harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1) Perbuatan tersebut melawan hukum

Perbuatan yang dikatakan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau

tindakan yang melanggar atau melawan hukum. Sejak tahun 1919 berdasarkan
29

putuhan mahkamah agung belanda yang telah memperluas pengertian dari

perbuatan melawan hukum tidak hanya terbatas terhadap hukum tertulis (Undang-

Undang) melainkan juga hukum yang tidak tertulis.40 Maka dari itu perbuatan

melawan hukum diartikan sebagai perbuatan berlawanan dengan hal berikut :

a. Melanggar Undang-Undang artinya perbuatan yang nyata-nyata

dilakukan dan telah melanggar Undang-Undang.

b. Melanggar hak subjektif orang lain maksudnya apabila perbuatan yang

dilakukan telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum

(termasuk akan tetapi tidak terbatas pada hak yang bersifat pribadi,

kebebasan, hak kebendaan, kehormatan, nama baik, ataupun hak

perorangan lainnya).

c. Bertentangan dengan kewajiban hukum, ialah kewajiban baik yang

tertulis maupun yang tidak tertulis.

d. Bertentangan dengan kesusilaan yaitu kaidah moral (pasal 1335 jo dan

pasal 1337 KUHPedata).

e. Bertentangan dengan kehati-hatian yang sepatutnya diindahkan didalam

masyarakat. Kriteria tersebut bersumber pada hukum yang tidak tertulis

yaitu tindakan yang dilakukan bertentangan dengan sikap yang baik

atau kepatutan dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan

untuk orang lain.41

40
Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementar Perbuatan Melawan Hukum, Bina Cipta,
Bandung, 2010, hlm.15.
41
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit, Pasca Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Depok, 2003, hlm,117.
30

2) Adanya Kesalahan

Adapun Suatu perbuatan yang dianggap oleh hukum adanya unsur

kesalahan sehingga dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum jika

memenuhi unsur – unsur sebagai berikut :

a. Kesengajaan, yaitu tindakan yang dilakukan dengan maksud sengaja

oleh orang normal dan mengetahui kensekuasi atas perbuatan yang

dilakukan akan merugikan orang lain.

b. Kealpaan, yaitu perbuatan yang mengabaikan sesuatu yang harus

dilakukan, tidak teliti atau tidak berhati-hati sehingga memimbulkan

kerugian bagi pihak lain.

c. Tidak ada Alasan Pemaaf atau alasan pembenar seperti keadaan

membela diri, memaksa atau pelaku tidak sehat pikirannya (Gila). 42

3) Adanya kerugian bagi korban

Sebagaimana yang terdapat pada pasal 1365 Kitab Undang Hukum Perdata

yang menyatakan bahwa setiap bentuk perbuatan melawan hukum yang

menimbulkan suatu kerugian maka wajib untuk mengganti kerugian tersebut.

Namun bentuk ganti kerugian atas peruatan melawan hukum tidak disebut secara

tegas oleh Undang-Undang. 43

Apabila dalam perbuatan melawan hukum ternyata dilakukan tidak hanya

oleh satu orang melainkan oleh beberapa orang maka pertanggung jawaban atas

42
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2013, hlm,270.
43
Mariam Darus Badrulzaman Et,.Al, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hlm ,108.
31

kerugian tersebut terletak pada masing-masing individu untuk mengganti kerugian

tersebut secara bersama-sama atau secara proporsional.

4) Adanya hubungan klausal antara perbuatan dengan kerugian

Klausal adalah salah satu ciri-ciri pokok dari adanya suatu perbuatan

melanggar hukum, perbuatan melawan hukum dalam hal tersebut harus dilihat

secara materil. Dikatakan materil karena perbuatan melawan hukum dalam hal ini

dilihat sebagai suatu kesatuan tentang akibat yang disebabkan olehnya terhadap

pihak yang dirugikan. Untuk hubungan sebab akibat terdapat 2 macam teori yakni

teori hubungan factual dan teori penyebab kira-kira. Hubungan sebab akibat

tersebut hanyalah masalah fakta atau apa yang terjadi, sedangkan teori kira-kira

adalah lebih menekankan pada apa yang menyebabkan timbulnya kerugian

terhadap pihak yang dirugikan. 44

3. Ganti Kerugian Dan Bentuk Ganti Kerugian

Ganti rugi berdasakan hukum perdata dapat timbul dikarenakan

wanprestasi akibat dari suatu perjanjian dan juga dapat timbul dikarenakan oleh

Perbuatan Melawan Hukum.45 perbuatan melawan hukum adalah hal yang penting

dalam bidang hukum perdata. Dalam Penerapan konsepsi perbuatan melawan

hukum kerap sekali dipersamakan dengan konsepsi perbuatan ingkar janji

(Wanprestasi), padahal keduanya merupakan konsepsi yang berbeda antara

wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum, walaupun keduanya sama-sama

bersumber dari perikatan, konsepsi wanprestasi bersumber dari perjanjian

44
Sakkirang sriwanty, Hukum Perdata,Teras Yogyakarta,2011,hlm,135.
45
M.A. Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Pertama, Jakarta
,pradnya Paramita, 1979). hlm. 11.
32

sedangkan konsepsi perbuatan melawan hukum berseumber dari undang-

undang.46

Dalam hukum perdata ganti rugi berdasarkan atas perbuatan melawan

hukum terbagi menjadi dua (2) pendekatan yakni ganti rugi secara umum dan

ganti rugi secara khusus, maksud dari ganti rugi umum adalah ganti rugi yang

berlaku untuk semua jenis kasus baik untuk kasus wanprestasi, kontrak, maupun

kasus yang berkaitan dengan perikatan termasuk perbuatan melawan hukum.

Sedangkan ganti rugi khusus adalah ganti rugi yang terbit dari suatu perbuatan

melawan hukum, didalam ketentuan KUHPerdata juga menyebutkan pemberian

ganti rugi tehadap hal sebagai berikut : 47

a. Ganti rugi untuk semua perbuatan melawan hukum (pasal 1365

KUHPerdata).

b. Ganti rugi pemilik binatang (pasal 1368 KUHPerdata).

c. Ganti rugi terhadap perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (pasal 1366

dan pasal 1367 KUHPerdata).

d. Ganti rugi untuk orang yang ditinggalkan oleh orang yang dibunuh (pasal

1370 KUHPerdata).

e. Ganti kerugian untuk pemilik gedung yang ambruk (pasal 1369

KUHPerdata).

f. Ganti rugi karena orang telah luka atau cacat anggota badan (pasal 1370

KUHPerdata).

46
Sri redjeki slamet, lex jurnalica, Tuntutan Ganti Rugi Dalam Perbuatan Melawan
Hukum, Volume 10 Nomor 2, hlm 18068, Agustus 2013.
47
Munir fuady, Perbuatan Melawan Hukum, Pendekatan Kontemporer, cetakan kedua,
bandung, PT citra aditya bakti, 2005, hlm,136 -138.
33

g. Ganti rugi karena tindakan penghinaan (pasal 1372-1380 KUHPerdata).

Bentuk ganti kerugian terhadap perbuatan melawan hukum yang dikenal

didalam hukum yaitu :48

a. Ganti rugi nominal

Yaitu suatu tindakan melawan hukum serius seperti perbuatan yang

mengandung unsur kesengajaanakan tetapi tidak menimbulkan kerugian

yang nyata bagi korban maka kepada korban dapat diberi sejumlah uang

tertentu seusai dengan keadilan tampa mehitung besaran kerugian tersebut.

b. Ganti rugi konpensasi

Yaitu ganti rugi pembayaran kepada korban sebesar kerugian yang benar-

benar telah dialami oleh pihak korban dari suatu Perbuatan Melawan

Hukum. Oleh Karena itu ganti rugi ini disebut ganti rugi yang aktual,

misalnya ganti rugi atas segala biaya yang telah dikeluarkan oleh korban,

sakit dan penderitaan, termasuk penderitaan mental seperti stress, jatuh

nama baik.

c. Ganti Rugi Penghukuman

Yaitu ganti rugi dalam jumlah yang besar dan melebihi dari jumlah

kerugian yang sebenarnya dialami . Besarnya jumlah ganti rugi tersebut

dimaksudkan sebagai pemberian efek jera bagi sipelaku.

Seseorang yang terbukti melakukan perbuatan melawan hukum wajib

mengganti kerugian adapun tuntutan-tuntunan yang dimungkinkan dalam

48
Ibid, hlm, 143.
34

perbuatan melawan hukum, Dalam KUHPerdata pasal 1365 memberikan beberapa

jenis penuntutan antara lain yaitu :

a) Ganti kerugian dalam bentuk uang.

b) Ganti kerugian dalam bentuk pengembalian keadaan dalam bentuk semula.

c) Pernyataan bahwa sifat yang dilakukan adalah perbuatan melawan hukum.

d) Larangan untuk melakukan suatu perbuatan.

Dalam pembayaran ganti kerugian tidak selalu berwujud uang. Hoge raad

dalam putusan tahun 1918 mempertimbangkan bahwa pengembalian pada

keadaan semula merupakan pembayaran ganti kerugian yang sangat tepat.

Maksud dari ketentuan KUHPerdata pasal 1365 ialah untuk seberapa mungkin

mengembalikan penderita pada keadaan semula setidak-tidaknya pada keadaan

yang mungkin dicapainya sekiranya tidak melakukan tindakan yang melawan

hukum. Maka yang diusahakan adalah pengembalian yang nyata kiranya lebih

sesuai dari pada pembayaran ganti kerugian dalam wujud uang, karena

pembayaran sejumlah uang hanyalah merupakan nilai yang setara saja.49

B. Kerangka Teoritik

1. Teori Tanggung Jawab

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab menyatakan

bahwa: “seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu

atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, sabyek berarti dia bertanggung

jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Adapun Lebih

49
M.A. Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Kedua, Jakarta
,pradnya Paramita, 1982). hlm. 102.
35

lanjut Hans Kelsen menyatakan bahwa “Kegagalan untuk melakukan kehati-

hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan (negligence), dan

kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari kesalahan (culpa),

walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan

menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat membahayakan.”50

Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggungjawab antara lain terdiri

dari:51

a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu harus bertanggung

jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri.

b. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang

individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena

sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian.

c. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung

jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain.

d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu

bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja

dan tidak diperkirakan.

Berdasarkan perspektif Hukum, dalam kehidupan sehari - hari dikenal

dengan istilah pergaulan hukum yang dalam ketentuannya berisyaratkan adanya

suatu perbuatan hukum dan hubungan hukum antar subjek hukum. Pergaulan,

50
Hans Kelsen (a), sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of law
and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif Empirik,BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 81.
51
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni terjemahan Raisul Mutaqien Nuansa & Nusa Media,
Bandung, 2006, hlm. 140.
36

tindakan, dan hubungan hukum adalah keadaan yang diatur oleh hukum dan

memiliki relevasi hukum dalam hai itu terjadi interaksi antara kedua belah pihak

yang masing – masing diikat hak dan kewjiban. Hukum dibentuk untuk mengatur

pergaulan hukum agar masing-masing sabjek hukum menjalankan kewajibannya

secara benar dan memperoleh haknya secara wajar. Disamping itu hukum

difungsikan sebagai instrument perlindungan bagi sabjek hukum, dengan kata lain

hukum diciptkan agar keadilan teriplementasikan dalam pergaulan hukum. Ketika

ada sabjek hukum yang melalaikan kewajiban yang harus dijalankannya atau

melanggar hak yang telah diembani tanggung jawab dan diwajibkan

mengembalikan hak yang sudah dilanggar tersebut. Pembebanan tanggung jawab

dan tuntutan ganti kerugian ditunjukan kepada setiap yang melanggar hukum. 52

Menurut Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan

melanggar hukum (tort liability) terbagi menjadi beberapa teori, antara lain :53

a. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan

dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan

perbuatan sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau

mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat akan mengakibatkan

kerugian.

b. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa

mempersoalkan suatu kesalahan namun didasarkan pada suatu perbuatan

baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

52
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hlm,55.
53
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti 2010, hlm
503.
37

c. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan

karena kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep

kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang

sudah bercampur baur (interminglend).

Secara umum, terdapat beberapa prinsip tanggung jawab dalam hukum

dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu sebagai berikut :54

a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan.

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan, berdasarkan pada

perbuatan melawan hukum sebagaimana yang tercamtum dalam Pasal

1365, Pasal 1366, dan Pasal 1367 KUHPerdata. Prinsip ini menyatakan

bahwa seseorang atau pihak lain baru dapat dimintakan pertanggung-

jawabannya secara hukum apabila ada unsur kesalahan. Tanggung jawab

berdasarkan unsur kesalahan dinilai adil bagi orang yang berbuat salah

untuk mengganti kerugian bagi pihak-pihak yang dirugikan.

b. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab.

Prinsip tersebut menyatakan bahwa tergugat baru dianggap bertanggung

jawab sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Prinsip ini

dikenal dengan istilah beban pembuktian terbalik.

c. Prinsip Praduga Untuk Tidak selalu Bertanggung-Jawab

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua yang dikenal dengan istilah

prinsip praduga tidak bersalah.

d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak.

54
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Jakarta, Grasindo, 2006,
hlm74.
38

Prinsip tanggung jawab mutlak merupakan prinsip pertanggungjawaban

dalam perbuatan yang tidak didasarkan pada kesalahan.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, tentu sangat mendasar bahwa

bertanggung jawab merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk

mengembalikan hak atas perbuatan yang telah mengakibatkan orang lain

mengalami kerugian, sehingga kenyamanan dan ketertiban didalam masyarakat

terpenuhi, payung hukum untuk melindungi hak-hak pemilik sawah diatur dalam

KUHPerdata salah satunya terdapat pada pasal 1365, yang menegaskan bahwa

setiap orang yang melakukan tindakan melawan hukum maka harus bertanggung

jawab atas kerugian yang diderita oleh korban.

2. Teori Kesadaran Hukum

Hukum merupakan peraturan – peraturan yang bersifat memaksa dan

mengikat yang mengatur tingkah laku manusia dalam lingkungan bermasyarakat

yang dibentuk oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap

peraturan-peraturan tersebut akan menimbulkan akibat dengan hukuman tertentu.

Dari definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan pada dasarnya hukum merupakan

segala peraturan yang didalamnya berisi peraturan -peraturan yang wajib ditaati

oleh semua orang dan terdapat sanksi yang tegas didalamnya bagi yang melanggar

aturan tersebut.55

55
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka
Indonesia, Jakarta 1992, hlm 11.
39

Kesadaran Hukum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

kesadaran terhadap perilaku seseorang akan pengetahuan bahwa setiap perilaku

tertentu diatur oleh hukum dan harus dipatuhi.56

Kesadaran hukum merupakan konsepsi abstrak didalam diri manusia

tentang keselarasan antara ketentraman dan ketertiban yang dikehendaki. Jadi

kesadaran hukum dalam konteks ini berarti kesadaran untuk bertindak sesuai

dengan ketentuan hukum. Kesadaran hukum dalam masyarakat merupakan

semacam jembatan yang menghubungkan antara peraturan – peraturan dengan

tingkah laku hukum anggota masyarakat. Menurut Sudikno Mertokusumo

kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang kita lakukan atau perbuatan

atau yang tidak kita lakukan atau perbuat terutama terhadap orang lain. Hal Ini

berarti kesadaran akan kewajiban kita masing – masing terhadap orang lain.57

Otje salman menjelaskan empat indikator kesadaran hukum antara lain :58

1) Indikator yang pertama adalah Mengetahui hukum, seseorang menyadari

bahwa beberapa tindakan tertentu telah diatur oleh hukum. Peraturan Hukum

yang dimaksud adalah hukum tertulis dan tidak tertulis, dan tindakan yang

dimaksud berkisar dari perilaku yang diperbolehkan oleh hukum dan

perilaku yang tidak diperbolehkan oleh hukum.

2) Indikator yang kedua adalah pemahaman hukum yaitu, tingkat pengetahuan

yang dimiliki seseorang tentang rincian aturan yang mengatur hukum

56
Suharso, retnonigsih anna, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi lux, widya karya
semarang,2005, hlm 15.
57
Sudikno Mertokusumo, Menigkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat,Edisi Pertama
(Yogyakarta : Liberti, 1981), hlm.13.
58
Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Alumni,
Bandung , 1993, hlm 40-42
40

tertentu. Di sini pemahaman hukum mengacu pada pemahaman tentang isi,

tujuan, dan keuntungan dari pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh

peraturan tersebut. sSeseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan

dan pemahamnnya masing-masing mengenai aturan-aturan tertentu.

3) Indikator yang ketiga adalah sikap hukum, yaitu suatu kecenderungan untuk

menerima hukum karena adanya suatu pengghargaan terhadap hukum

sebagai sesuatu yang mengguntungkan dan bermanfaat jika hukum tersebut

ditaati. Seseorang disini yang nantinya akan mempunyai kecenderungan

untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hulkum.

4) Indikator yang keempat adalah pola perilaku, yaitu seseorang atau

sekelompok orang harus mematuhi peraturan yang berlaku. Indikator ini

paling signifikan karena menunjukkan apakah suatu aturan berlaku di

masyarakat atau tidak, sehingga seberapa jauh kesadaran hukum dalam

masyarakat dapat dilihat dari pola hukum.

Berdasarkan uraian kesadaran hukum diatas, jadi teori kesadaran hukum

sangatlah penting dalam kehidupan bermasyarakat khususnya petani dan peternak,

makna dari kesadaran hukum tergolong dalam beberapa arti yaitu, pengetahuan

hukum maksudnya adalah seseorang memiliki kesadaran hukum apa yang

dilarang dan yang diperbolehkan sehingga pelanggaran hukum terjadi karena

minimnya pengetahuan hukum, pemahaman hukum merupakan salah satu

indicator kesadaran hukum yang tidak hanya mengetahui keberadaan suatu

hukum, melainkan memahami isi dari hukum, perilaku hukum merupakan suatu

indikator didalam masyakarat karena apabila masih terjadi pelanggaran didalam


41

masyarakat artinya hukum tersebut masih belum berlaku secara efektif, sementara

meningkatkan kesadaran hukum sangat penting untuk dilakukan, karena dengan

meningkatkan kesadaran hukum maka akan meminimalisir kebiasaan pemilik

ternak dan pemilik sawah yang bertentangan dengan aturan yang telah ada.
BAB III

MEKANISME PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB PEMILIK HEWAN


TERNAK TERHADAP KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN
MASYARAKAT (Studi Penelitian Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten
Nagan Raya)

A. Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak


Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat

Lahan pertanian merupakan aset yang berharga bagi petani, karena petani

menyandarkan kehidupannya dari lahan pertanian dan berladang. Gampong

Meunasah Teungoh adalah gampong yang mayoritas penduduknya

menggantungkan hidup pada pertanian dan sebagian kecil juga dengan beternak,

yang mana kedua jenis kegiatan tersebut dapat saja saling menguntungkan dan

bahkan sebaliknya dapat saja menimbulkan berbagai kerugian apabila

dilaksanakan tidak disertai dengan toleransi yang baik. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Ridha Rahimullah selaku Keuchik Gampong Meunasah

Teungoh, mengatakan “bahwa di Gampong Meunasah Teungoh mayoritas

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian beternak”59 Lebih

lanjut, Herman Juanda Menegaskan “Benar di Gampong Meunasah Teungoh

masyarakat kebanyakan sebagai petani dan peternak meskipun hanya sebagai

pemelihara hewan ternak, tetapi terdapat juga yang berpropesi ganda, yakni

petani sekaligus peternak”.60

Adapun tujuan Pemeliharaan hewan ternak adalah untuk menambah

pendapatan bagi peternak tersendiri terutama di Gampong Meunasah Teungoh

59
Hasil Wawancara Dengan Ridha Rahimullah Keuchik Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya, pada tanggal 1 Mei 2022.
60
Hasil wawancara dengan Herman Juanda Tuha Peut Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya, pada tanggal 2 Mei 2022.

42
43

masyarakat memelihara hewan ternak yang terdiri dari sapi, kerbau, kambing,

ayam, dan bebek. Hewan ternak tersebut banyak dipelihara karena pakannya

yang tergolong mudah didapatkan yaitu berupa merumputan serta dedaunan yang

dapat ditemui dilingkungan sekitar. Salah satu tempat yang terdapat banyak

rerumputan adalah diarea persawahan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Kurniawan selaku Keujreun Blang,

melepaskan hewan ternak pada area persawahan merupakan hal biasa dilakukan

pada saat musim meuhalak blang61 yang mana ternak dilepas tidak terikat dan

dibiarkan tanpa pengawasan oleh pemiliknya, meskipun demikian tidak semua

peternak membiarkan hewan ternaknya untuk mencari makan sendiri, tetapi

praktik pelepasan ternak-ternak pada musim meuhalak blang memang sudah

menjadi kebiasaan masyarakat.62

Tindakan pemilik hewan ternak terhadap pelepasan ternak tanpa

pengawasan dan penjagaan sangat beresiko, karena akan merugikan pihak lain.

Karena tanpa sepengetahuan pemiliknya ternak bisa saja masuk kelahan

persawahan dan besar kemungkinan hewan ternak menginjak dan memakan padi

milik orang lain. Sementara berdasarkan pasal 1367 KUHPerdata disebutkan

“seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karna

perbuatannya sendiri, akan tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena

61
Musim Meuhalak Blang Merupakan Musim dimana sawah terbentang luas dan kosong
seusai panen raya.
62
Hasil wawancara dengan kurniawan keujreun blang, Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 3 Mei 2022.
44

perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh

barang-barang yang berada di bawah pengawasannya”.63

Dalam Teori Tanggung Jawab yang dikemukakan oleh Hans Kelsen

seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau

bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, sabyek berarti dia bertanggung

jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. dengan

demikian, aparatur gampong seharusnya mempertegas peraturan Gampong yang

ada di Gampong Meunasah Teungoh dan memberikan efek jera kepada para

pelaku yang melakukan pelanggaran dan yang tidak bersedia untuk bertanggung

jawab sehingga dengan adanya ketentuan tersebut pemilik ternak tidak semena –

mena dalam melakukan pertanggung jawaban ketika hewan ternaknya melakukan

perusakan yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain karena dengan

adanya pertanggung jawaban tersebut akan meminimalisis kerugian yang diderita

oleh pemilik sawah.

Adapun Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan, yaitu

pemilik ternak dapat dimintai pertanggung jawaban apabila adanya suatu

tindakan yang dilakukan dan menimbulkan kerugian karena ketidakhati-hatian

pemilik ternak dalam menjaga hewan ternaknya dan pemilik ternak yang

melakukan perbuatan salah harus mengganti rugi terhadap pihak-pihak yang

dirugikan.

Berdasarkan pasal 1366 KUHPerdata “Setiap orang bertanggung jawab

atas kerugian yang disebabkan oleh perilaku mereka maupun kerugian yang

63
Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
45

disebabkan oleh kecerobohan dan kelalaiannya.” Dengan adanya ketentuan diatas

pemilik ternak juga harus bertanggung jawab akibat dari kelalain dan

kecerobohan dalam menjaga dan melepas ternaknya dengan tidak diikat karena

memungkinkan menimbulkan kerugian terhadap orang lain.

Sebagaimana diungkapkan oleh Muhibbudin selaku pemilik sawah,

terdapat beberapa sawah tidak diberi pagar pembatas, sehingga dapat dengan

mudah dijangkau oleh hewan ternak baik hewan ternak masyarakat gampong

meunasah teungoh maupun hewan ternak dari gampong lainnya. 64 Samsuar

selaku pemilik sawah juga mengatakan bahwa “sebagian dari sawah saya beri

pagar namun sudah mulai rusak, sementara sebagiannya tidak saya beri pagar

karena terlalu luas takutnya tidak cukup biaya untuk membuat pagarnya, dan

kebanyakan sawah disini tidak ada pagarnya”.65

Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa terdapat beberapa sawah

milik masyarakat Gampong Meunasah Teungoh tidak diberi pagar pembatas

untuk menghindari gangguan dari hewan ternak. Dengan banyaknya hewan

ternak yang dimiliki oleh masyarakat Gampong, sehingga mengkhawatirkan

terjadinya perusakan lahan pertanian maka aparatur gampong menerapkan suatu

aturan yaitu Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 tahun 2019 tentang

ketertiban dan keamanan gampong seperti yang diungkapkan oleh Ridha

Rahimullah selaku Keuchik Gampong Meunasah Teungoh, beliau mengatakan

bahwa: “Di Gampong Meunasah Teungoh memang sudah terbentuk peraturan

64
Hasil Wawancara Dengan Muhibbudin Pemilik Sawah, Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 5 Mei 2022.
65
Hasil Wawancara Dengan Samsuar Pemilik Sawah, Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 6 Mei 2022.
46

yaitu Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun 2019 Tentang

Ketertiban Dan Keamanan Gampong, kami membentuk peraturan tersebut karena

kami melihat adanya suatu masalah yang menyangkut dengan kepentingan

umum.66 Didalam Qanun tersebut terdapat beberapa peraturan tentang

mekanisme pengelolaan hewan ternak terdapat pada Bab 6 Pasal 14 yang mana

berbunyi sebagai berikut :

1. Pemilik hewan ternak harus memiliki kandang (Weu) dan memasukkan

ternaknya kekandang.

2. Dilarang melepaskan hewan ternak ditempat umum dan lingkungan

masyarakat malam hari pada segala musim.

3. Pada musim padi teumabu67 sampai kemeukoh68 hewan kambing, biri-biri,

lembu dan kerbau dilarang berkeliaran diarea persawahan masyarakat. 69

4. Penjagaan hewan seperti disebutkan pada poin 3 diatas menjadi tanggung

jawab pemilik ternak sepenuhnya.

5. Setiap kerusakan atau kerugian masyarakat yang diakibatkan oleh ternak

menjadi tanggung jawab pemilik ternak yang bersangkutan dan besarnya

nilai kerusakan atau kerugian ditaksir dan di putuskan oleh musyawarah

gampong.

6. Setiap pemilik sawah /kebun wajib membuat pagar yang telah ditentukan

oleh keujruen blang.

66
Hasil Wawancara Dengan Ridha Rahimullah Keuchik, Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 1 Mei 2022.
67
Musim Teumabu merupakan musim penyemain bibit padi disawah.
68
musim kemeukoh merupakan musim dimana padi yang berada disawah sudah siap
untuk dipanen.
47

7. Bila ternak (kerbau, sapi, kambing dan biri-biri) masuk lewat pagar dan

ternyata pagarnya tidak sesuai menurut ketentuan adat, maka ganti rugi

tidak akan dipenuhi.

8. Apabila pada malam hari ternak (kerbau, sapi, kambing dan biri-biri)

masuk dalam area kebun dan persawahan masyarakat melewati/melalui

Pemilik Sawah atau sawah yang tidak buat pagar maka resiko ganti

kerugian dibebankan pada pemilik ternak dan Pemilik sawah /sawah yang

tidak dipagari tersebut.

9. Hewan ternak ayam dan bebek tidak dilepas mulai diawal tanaman

pertanian masyarakat ( teumabu) hingga masa panen selesai.70

Lebih lanjut Keuchik Gampong Meunasah Teungoh Ridha Rahimullah

mengatakan siapa saja yang melepas hewan tenak di jalan, kebun, ataupun sekitar

area persawahan maka pemilik ternak harus bersedia bertanggung jawab terhadap

kerusakan yang diakibatkan oleh hewan ternak tersebut. 71

Adapun menurut Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 5 tahun 2007

Tentang Penertiban Hewan yang terletak pada Bab III Pasal 4 Ayat (2) yang

berbunyi “setiap orang yang memelihara hewan wajib memiliki kandang.”72

terdapat kesamaan dengan Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun

2019 tentang ketertiban dan keamanan gampong Bab 6 Pasal 14 Ayat (1) “Pemilik

70
Lihat Pasal 14 Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun 2019 Tentang
Keamanan Dan Ketertiban Gampong Meunasah Teungoh.
71
Hasil Wawancara Ridha Rahimullah Keuchik Gampong, Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 1 Mei 2022.
72
Lihat Pasal 4 Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Penertiban
Ternak.
48

hewan ternak harus memiliki kandang (Weu) dan memasukkan ternaknya

kekandang”.

Menurut penulis Kedua Qanun tersebut menegaskan agar setiap pemilik

ternak membuat kandang untuk ternaknya, namun kenyataan yang terjadi

dilapangan banyak pemilik ternak yang tidak membuat kandang, seharusnya

ketika pemilik ternak melakukan pelanggaran yang menimbulkan

ketidaknyamanan didalam masyarakat maka hak dari pemilik ternak tersebut

untuk berternak dicabut karena didalam Qanun di atas seseorang yang ingin

memelihara ternak harus memiliki kandang karena apabila pemilik ternak tidak

melakukan kewajibannya untuk membuat kandang maka pemilik ternak tersebut

juga tidak berhak untuk memelihara ternak dengan menerapkan ketegasan tersebut

oleh Aparatur Gampong maka membuat pemilik ternak menyediakan kandang

terhadap ternaknya artinya tidak hanya mengambil kentungan dari hewan ternak

tersebut melainkan juga merawat, menjaga dan menempatkan ternak ditempat

yang layak.
49

Untuk lebih memahami penyelesain melalui musyawarah antara para

pihak, berikut alur Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan

Ternak Di Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya .

Bagan 3.1 Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Ternak

Pemilik Sawah dan pemilik ternak melakukan Musyawarah/


kekeluargaan dengan dihadiri pihak ke-3 yakni, keujruen blang

Selesai / Jika tidak mencapai kesepakatan melaporkan


Damai pada tuha peut, dan tuha peut Melaporkan
pada keuchik

Keuchik memanggil para pihak (pemilik sawah


dan pemilik ternak untuk melakukan
pemeriksaan kerusakan/kerugian yang diderita

Melakukan Perdamaian dan Menentukan


denda / ganti kerugian yang harus dibayarkan

Jika terjadi perkelahian para pihak, maka pihak yang


memulai harus bersedia bertanggung jawab mengobati
pihak yang dicederai

Berdasarkan bagan 3.1 diatas dapat dijelaskan bahwa Mekanisme

Pelaksanaan tanggung jawab pemilik ternak dimulai dari beberapa tahapan :


50

1) Pemilik sawah (korban dirugikan) melaporkan kepada Keujreun Blang

bahwa telah terjadi kerusakan sawah akibat dari hewan ternak, Keujreun

Blang menindaklanjuti dengan memanggil pemilik ternak secara bersama-

sama.

2) Keujreun Blang Melakukan musyawarah dengan kedua belah pihak

secara kekeluargaan, apabila menghasilkan kesepakatan maka

permasalahan dianggap selesai, tetapi apabila tidak menghasilkan

kesepakatan maka keujreun blang melapor pada Tuha Peut yang untuk

selanjutnya dilaporkan pada Keuchik.

3) keuchik dan perangkat gampong memanggil kedua belah pihak untuk

melakukan pemeriksaan kerusakan yang diderita dan musyawarah tentang

besaran ganti rugi dengan mengacu pada Qanun Gampong Meunasah

Teungoh Nomor 1 Tahun 2019 tentang keamanan dan ketertiban

gampong.

4) Melakukan perdamaian antara kedua belah pihak dengan menetapkan

ganti kerugian yang harus dibayarkan berdasarkan hasil kesepakatan

sebelumnya.

5) Jika terjadi perkelahian antara dua belah pihak maka pihak yang memulai

dan mengakibatkan pihak lain luka harus bertanggung jawab untuk

mengobati dan memanggung biaya pengobatan sampai dinyatakan

pulih.73

73
Hasil Wawancara Dengan Ridha Rahimullah Keuchik Gampong, Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya Tanggal 1 Mei2022.
51

Mekanisme Tanggung Jawab di Gampong Meunasah Teungoh

menggunakan non litigasi yaitu dengan negosiasi antara para pihak dengan cara

kekeluargaan antara pihak pemilik sawah dengan pihak pemilik hewan ternak,

jika dalam penyelesaian tersebut tidak membuahkan hasil maka akan dilanjukan

dengan mediasi antara kedua belah pihak.

Menurut hasil wawancara dengan Ridha Rahimullah selaku Keuchik

Mekanisme penyelesaian yaitu melalui ADR (Alternative Dispute Resolution)

atau penyelesaian sengketa diluar peradilan (Non Litigasi) dimana para pihak

menggunakan jalur negosiasi (musyawarah) antara pihak pemilik ternak dengan

pemilik sawah yang bermasalah dengan menggunakan mediasi (Pihak ke 3).74

Berikut ini kasus mengenai hewan ternak di Gampong Meunasah

Teungoh, Kabupaten Nagan Raya .

Tabel 3.1 Daftar Kasus Pembiaran Hewan Ternak Dan Penyelesaiannya Di


Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya.

Prosedur
penyelesaian dan
No Nama Tahun Kasus
besaran ganti
kerugian

1. Amran 2019 Hewan ternak (kambing) Prosedur penyelesaian


Hasyem milik Hasanuddin sebanyak diselesaikan secara
2 ekor memasuki lahan kekeluargaan dan
pertanian Amran Hasyem melibatkan keujreun
yang baru dalam peroses blang sebagai pihak ke-3
pembenihan. dan besaran ganti
kerugian yang
dibayarkan sebanyak Rp.
200.000 ribu.

74
Hasil wawancara dengan Ridha Rahimullah keuchik Gampong, Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya tanggal 1 mei2022.
52

2. Abdul 2019 M. Nur melepaskan Hewan Adapun perosedur


Kadam ternak (biri-biri) 6 ekor tanpa penyelesaian
pengawasan hingga biri-biri itu diselesaikan dengan
memakan padi yang baru berusia musyawarah dan
3 bulan milik Abdul Kadam. melibatkan aparatur
gampong (Keuchik)
dan besaran ganti
kerugian yang dibayar
sebesar Rp. 600.000
Ribu.
3 Ardiyus 2020 1 ekor Kerbau Milik Safrizal Prosedur penyelesaian
Memasuki Sawah Milik Ardiyus dengan melibatkan
Dan Memakan Padi Seluas Satu keujreun blang dan
Petak Hingga Menimbulkan membayar ganti
Kerugian Bagi Ardiyus. kerugian yang dimintai
Safrizal dan besaran
ganti kerugian
dibayarkan sebesar Rp.
500.000 Ribu.
4 Bukhari 2021 Bebek milik Nur Aisyah ProsedurPenyelesaian
sebanyak 10 ekor memasuki Diselesaikan Dengan
lahan persawahan milik Bukhari Melibatkan Keuchik
hingga memimbulkan kerugian. SebagaiPihakPenengah
Antara Kedua belah
Pihak dan besaran
ganti kerugian
dibayarkan sebesar Rp.
500.000 ribu.
5 Sulaiman 2021 Kasus ini bermula dari 2 ekor Prosedur penyelesaian
hewan ternak (kerbau) yang diselesaikan oleh
memasuki sawah milik sulaiman keuchik, adapun
yang mana padi disawah tersebut prosedur penyelesaian
tinggal menunggu beberapa hari yang dilakukan dengan
lagi untuk dipanenkan, namun keujreun blang namun
dimasuki oleh hewan ternak T. tidak membuahkan
zakaria hingga menimbulkan hasil sehingga ditindak
kerugian terhadap sulaiman. lanjuti pada keuchik
dan besaran ganti
kerugian dibayarkan
sebesar Rp. 1.000.000
53

juta rupiah.
6 Muhamad 2022 Sapi milik jailani sebanyak 1 Prosedur penyelesaian
Yusuf ekor memasuki sawah yang baru dilakukan bersama
ditabur benih, sapi tersebut para pihak dan
menginjak benih pada siang hari melibatkan keujreun
sehingga diketahui oleh blang hingga berujung
Muhamad yusuf serta ganti kerugian dan
kepemilikan dari ternak tersebut damai dan besaran
yaitu milik jailani ganti kerugian
dibayarkan sebesar Rp.
500.000 ribu.
Sumber : Keuchik Gampong Meunasah Teungoh

Adapun ketentuan sanksi yang terdapat dalam Qanun Gampong

Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Ketertiban Dan keamanan

Gampong :

1. Binatang ternak kambing atau biri-biri dikenakan sanksi denda sebesar Rp

100.000 ribu setiap ekornya, apabila dalam waktu 12 jam setelah

pemberitahuan hewan ternak tidak diambil oleh pemiliknya maka akan

ditambah biaya penjagaan dan pakan 1 hari 50.000 ribu.

2. Binatang ternak lembu atau kerbau akan dikenakan denda sebesar Rp

500.000 ribu setiap ekornya apabila dalam waktu 12 jam setelah

pemberitahuan hewan ternak tidak diambil oleh pemiliknya maka akan

ditambah biaya penjagaan dan pakan 1 hari 200.000 ribu.

Keujreun Blang Gampong Meunasah Teungoh menegaskan apabila dalam

jangka waktu 7 hari pemilik ternak tidak mengambil ternaknya maka pihak

aparatur Gampong akan melakukan pelelangan sesuai dengan harga pasaran dan
54

denda yag diperoleh dari hasil penangkapan diperuntukkan untuk kas

Gampong.75

Adapun menurut penulis ketika dilakukan pelelangan dan sisa denda

tersebut dimasukkan dalam kas gampong seharusnya aparatur Gampong

Mengatur lebih lanjut terkait peruntukan dana tersebut untuk keperluan terkait

dengan Gampong misalnya seperti untuk inprastruktur bangunan seperti

membuat pagar adat dikawasan persawahan dan untuk kegiatan – kegiatan sosial

didalam Gampong, karena dengan adanya ketegasan dari aparatur gampog terkait

pelelangan membuat pemilik ternak khawatir untuk melepas ternaknya karena

takut dilelang oleh aparatur Gampong.

Tuha Peut Gampong Meunasah Teungoh, Herman Juanda mengatakan

aturan yang terdapat di Gampong Meunasah Teungoh dalam penerapannya

masih ada yang tidak sesuai dengan yang diharapkan karena masih terdapat

pemilik hewan ternak yang melepaskan ternaknya secara sembarangan dan tidak

bersedia bertanggung jawab.76 Didalam Pasal 1365 menegaskan yakni “setiap

orang yang melakukan perbuatan melawan hukum diwajibkan untuk melakukan

ganti kerugian yang timbul dari kesalahannya tersebut.” Menurut penulis

berdasarkan pasal di atas tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang

bertentangan dengan hak orang lain dan perbuatan yang mengakibatkan

timbulnya kerugian bagi orang lain yang mana seharusnya perbuatan tersebut

75
Hasil Wawancara Keujruen Blang, Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya Pada
Tanggal 3 Mei 2022.
76
Hasil Wawancara Dengan Herman Juanda Tuha Peut, Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 2 Mei 2022.
55

tidak dilakukan apabila dalam proses pertanggug jawaban pemilik ternak tidak

bersedia untuk bertanggung jawab.

Safari selaku pemilik hewan ternak mengatakan pada waktu itu saya

melepaskan kerbau-kerbau dari kandang kemudian mencari rerumputan untuk

kerbau tersebut setelah saya pulang ternyata kerbau tersebut sudah tidak berada

didepan kandang setelah lama mencari ternyata kerbau saya sedang berkubang

disawah milik tetangga sembari menginjak bibit padi yang baru ditabur, namun

karena kerbau saya dianiaya dibagian kakinya hingga luka adapun pagarnya

dibuat tidak kuat dan mudah roboh dan kerusakannya menurut saya lihat hanya

sedikit sehingga saya tidak bersedia untuk bertanggung jawab. 77

Sementara berdasarkan pasal 1368 KUHPerdata menegaskan “pemilik

binatang atau siapa saja yang memakainya, selama hewan itu dipakai,

bertanggung jawab atas setiap kerugian yang disebabkan oleh hewan ternak

tersebut, baik hewan itu ada dibawah pengawasannya maupun hewan tersebut

tersesat atau terlepas dari pengawasannya”.78 Menurut Penulis pemilik ternak

tidak hanya bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri melainkan perbuatan

hewan ternaknya yang dilepaskan tanpa adanya pengawasan yang menimbulkan

kerugian terhadap oran lain.

Salah satu warga Gampong Meunasah Teungoh dan selaku pemilik

hewan ternak M. Affan mengatakan: “Saya pernah mengalami ganti kerugian

karena sapi saya lepas dari kandangnya dan menginjak padi yang baru ditanam

milik masyarakat, namun pada waktu memberikan uang ganti kerugian tersebut
77
Hasil Wawancara Dengan Safari Pemilik Hewan Ternak, Gampong Meunasah
Teungoh, Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 13 Mei 2022.
78
Lihat Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
56

saya keberatan karna antara kerusakan tidak sebanding dengan denda Ganti Rugi

yang diterima, pada waktu itu sapi saya hanya memakan beberapa lembar padi

saja namun hal itu tidak sampai membuat tanaman tersebut mati dalam arti

kerusakan sedang saja, dan saya harus mengganti kerugiannya senilai Rp500.000.

Walaupun saya sangat keberatan menerima putusan waktu itu, dengan kata lain

bentuk ganti rugi yang diberikan adalah berbentuk uang.79

Lebih lanjut Herman Juanda menambahkan dalam wawancara, beliau

mengatakan bahwa: “Biasanya yang sering terjadi di Gampong Meunasah

Teungoh kerusakan dialami masyarakat yang diakibatkah oleh hewan ternak

adalah kategori tingkat kerusakan sedang, berat dan ringan, yang mana pada

tingkat berat ini biasanya terjadi pada bibit padi yang baru beberapa bulan

ditanam yang dimasuki oleh kerbau dan kambing, sehingga Pemilik Sawah

meminta ganti rugi kepada pemilik hewan ternak”.80

Kemudian Nurhasanah pemilik ternak mengatakan bahwa: “satu

penyebab saya masih melepaskan hewan ternak berkeliaran dengan bebas dan

tidak menggandangkannya pada malam hari dan siang hari adalah karena faktor

ekonomi yang menjadi alasannya, dikarenakan saya merupakan seorang janda

yang berpenghasilan tidak menentu tidak memiliki uang untuk membuat

kandang, ternak tidak saya awasi sehingga memasuki kesawah milik orang lain,

pemilik sawah meminta pertanggung jawaban atas kerugian yang dilakukan oleh

hewan ternak saya, namun karena perekonomian saya tidak mampu membayar

79
Hasil Wawancara Dengan M.Affan Pemilik Ternak, Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 11 Mei 2022.
80
Hasil Wawancara Dengan Herman Juanda Tuha Peut, Gampong Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 2 Mei 2022.
57

sehingga pemilik sawah marah dan mencacimaki namun saya akan berusaha

untuk menganti sesuai dengan kemampuan saya. 81

Bentuk Ganti Rugi yang biasanya terjadi adalah dalam bentuk materil

dan ada juga yang mengganti dalam bentuk benda, Untuk ketentuan besarnya

“denda Ganti Rugi” sebagaimana yang dikatakan oleh Tuha Peut gampong

dalam wawancara, beliau mengatakan “besarnya bentuk denda ganti rugi” sering

ditentukan berdasarkan Qanun Gampong, namun pemilik ternak sering keberatan

karena kadang- kadang setelah diperhitungkan hanya sedikit kerugian yang

dilakukan hewan ternak sementara ganti kerugian yang harus dibayarkan besar.82

Dari hasil wawancara di atas, maka diketahui bahwa penetapan besarnya

“denda ganti rugi” ditetapkan berdasarkan Qanun yang telah ditetapkan oleh

aparatur Gampong Meunasah Teungoh, meskipun banyak pemilik hewan ternak

merasa keberatan karena harus mengganti kerugian tidak sesuai dengan

kerusakan yang dialami dan terdapat banyak hewan ternak yang tidak memiliki

kandang sehingga berkeliaran dan menimbulkan kerugian terhadap pihak lain.

B. Kendala Dalam pelaksanaan tanggung Jawaban Pemilik hewan Ternak


Terhadap Kerusakan Lahan Masyarakat

Perbuatan melawan hukum memberikan akibat dan efek jera terhadap

pihak yang melakukannya dan membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak

pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan perbuatan melawan

hukum untuk memberikan sejumblah ganti rugi, sehingga diharapkan agar tidak

81
Hasil Wawancara Dengan Nurhasanah Pemilik Hewan Ternak, Gampong Meunasah
Teungoh, Kabupaten Nagan Raya Pada Tanggal 10 Mei 2022.
82
Hasil wawancara Dengan Herman Juanda Tuha Peut Gampong, Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 2 mei 2022.
58

ada satu pihak pun yang dirugikan. Kendala bisa diartikan dengan rintangan,

tantangan, halangan atau sebuah hambatan yang sering muncul. dalam

pelaksanaan tanggung jawab pemilik hewan ternak tedapat beberapa Kendala

Terkait :

1. Tidak Diketahui Secara Pasti Hewan Ternak yang melakukan


perusakan lahan.

Pada dasarnya untuk menerima kompensasi atau mendapatkan ganti rugi,

seseorang yang merasa dirugikan harus menuntut ganti rugi kepada pemilik

ternak. Oleh karena itu, pemilik sawah yang dirugikan harus mengetahui siapa

pemilik ternak dan apakah benar hewan ternak tersebut yang telah melakukan

pengrusakan yang menimbulkan kerugian. Fakta yang terjadi di lapangan Status

hewan ternak merupakan sebuah kendala yang sangat sering terjadi yaitu ketika

hewan ternak yang terdiri dari beberapa pemilik dilepaskan secara bersamaan,

pemilik sawah kesulitan dalam menentukan ternak mana yang melakukan

perusakan terhadap sawah dan siapa pemilik dari hewan ternak tersebut, sehingga

pemilik sawah kesulitan dalam menuntut ganti rugi itu harus ditujukan, hak

pemilik sawah berupa ganti kerugian yang seharusnya didapatkan sangat sulit

didapatkanya.83

Lebih lanjut dari hasil penulis dapatkan meskipun pemilik sawah

mengalami kerugian dan tidak mungkin meminta pertanggung jawaban kepada

semua pemilik hewan ternak karena tidak semua ternak melakukan pengrusakan,

meskipun meminta pertanggung jawaban pemilik ternak belum tentu akan

membayar kerugian tersebut karena merasa hewan ternak nya tidak melakukan
83
Hasil wawancara Dengan Kurniawan Keujreun Blang, Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 3 mei2022.
59

perusakan terhadap sawah tersebut, karena meskipun pemilik ternak lain

mengetahui kepemilikan dari ternak tersebut namun tetap saja tidak

memberitahukan kepada pemilik sawah, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan

saling lindung melindungi diantara pemilik-pemilik ternak.

2. Tidak Ada Itikat Baik Dari Pemilik Ternak.

Tingkat kesadaran hukum pemilik ternak untuk tidak meliarkan ternaknya

dan bertanggung jawab atas kerugian yang dilakukan oleh hewan ternaknya

masih kurang diindahkan oleh masyarakat, Pemilik ternak menyadari tanggung

jawab mereka untuk menebus kesalahan berupa ganti kerugian jika salah satu

ternaknya merusak tanaman pihak lain. Tetapi ada beberapa pemilik ternak yang

tidak melaksanakan kewajibannya tersebut dengan melontarkan berbagai alasan

agar tidak membayar kerugian yang diderita pemilik sawah, diantaranya pemilik

ternak beralasan perusakan yang dilakukan oleh hewan ternaknya hanya sedikit

dan tidak membuat padi tersebut mati sehingga pemilik ternak tidak bersedia

bertanggung jawab atas kerugian yang sedikit tersebut.84

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo

kesadaran hukum merupakan kesadaran tentang apa yang kita lakukan atau

perbuatan atau yang tidak kita lakukan atau perbuat terutama terhadap orang

lain. Hal Ini berarti kesadaran akan kewajiban kita masing – masing terhadap

orang lain.

Menurut penulis pemilik ternak dalam memelihara hewan ternak masih

kurang mengindahkan kewajibannya didalam masyarakat dimana seharusnya


84
Hasil wawancara Dengan Muhammad Suhaini Selaku Pemilik Sawah, Meunasah
Teungoh, Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 8 mei 2022.
60

pemilik ternak memiliki kesadaran untuk tidak melepas ternak, dan mengetahui

mengenai peraturan yang dibentuk dalam Gampong Meunasah Teungoh, ketidak

pedulian masyarakat akan hukum dan aturan – aturan yang diterapkan membuat

masyarakat memiliki tingkat kesadaran hukum yang tergolong rendah. Adapun

ketidak bersediaan untuk bertanggung jawab merupakan Hal yang sering terjadi,

padahal sebenarnya pemilik sawah juga dirugikan karena belum tentu padi yang

dimakan ataupun diijak oleh hewan ternak akan hidup dan tumbuh berkembang

seperti semula, unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pemilik ternak

menguntungkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan kerugian pemilik sawah.

3. Kurang Sosialisasi Aparatur Gampong Terhadap Qanun Dan


Larangan Pembiaran Hewan Ternak.
Kurangnya sosialisasi aparatur gampong membuat masyarakat awam dan

tidak begitu mengerti akan pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan, sebagian besar masyarakat memiliki latar belakang pendidikan yang

kurang baik, memelihara hewan ternak merupakan hal yang mudah menurut
85
peternak karena tidak membutuhkan ijazah ataupun data pekerjaan lainnya.

Banyaknya masyarakat yang belum paham terhadap aturan larangan

pembiaran ternak membuat pemilik ternak terus meliarkan dan tidak mengikat

hewan ternaknya karena pemilik ternak tidak mengetahui isi dan larangan

didalam peraturan yang telah ditetapkan oleh aparatur gampong. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Safari selaku pemilik ternak aparatur gampong pernah

melakukan sosialisasi setelah aturan tersebut ditetapkan namun hanya sekali

85
Hasil Wawancara Dengan Muhibbudin selaku pemilik sawah, Meunasah Teungoh,
Kabupaten Nagan Raya, pada tanggal 5 mei 2022.
61

disosialisasikan itupun di kantor keuchik secara tertulis sedangkan sosialisasi

khusus dan penjelasan dari isi dan larangan didalam Qanun tersebut dengan

dihadiri seluruh masyarakat Gampong Meunasah Teungoh tidak dilakukan oleh

aparatur gampong, sehingga pemilik ternak yang lanjut usia dan tidak begitu

lancar membaca tidak mengetahui aturan tersebut apabila tidak dijelaskan secara

lisan dan terperinci.86

Menurut penulis sosialisasi tentang Qanun Gampong Meunasah Teungoh

terkait dengan keamanan dan ketertiban gampong belum berjalan maksimal.

Karena masyarakat masih kurang memahami terkait isi dan larangan dari Qanun

yag telah ditetapkan tersebut sehingga banyak masyarakat yang masih melakukan

pelanggaran terhadap aturan tersebut.

4. Tidak Ada Lahan Khusus Yang Disediakan Pemilik Hewan Ternak


Untuk Melepas Ternaknya
Mayoritas pekerjaan masyarakat adalah sebagai peternak dan petani,

namun sayangnya peternak kesulitan dalam melepaskan hewan ternaknya karena

tidak ada lahan khusus yang disediakan oleh peternak, untuk membeli lahan

secara individu pemilik ternak tidak mampu karena harga tanah yang begitu

mahal sedangkan pendapatan yang didapatkan tidak menentu jumblahnya.87

Pelepasan ternak tanpa pengembalaan merupakan suatu jalan tepat menurut

pemilik ternak agar ternaknya tetap bisa mendapatkan pakan tanpa harus adanya

lahan khusus untuk pelepasan hewan ternak.

86
Hasil wawancara Dengan Safari Pemilik Ternak, Meunasah Teungoh, Kabupaten
Nagan Raya, pada tanggal 13 mei 2022.
87
Hasil wawancara Dengan M. Affan Pemilik Ternak, Meunasah Teungoh, Kabupaten
Nagan Raya, pada tanggal 11 mei 2022.
62

Sehingga tanpa berpikir panjang pemilik ternak melepas hewan ternaknya

ditempat-tempat yang memiliki rerumputan yang hijau agar hewan ternaknya

tidak kelaparan sementara pemilik ternak bisa leluarsa untuk melakukan kegiatan

lainnya tanpa harus memikirkan pakan ternaknya. karena apabila hewan

ternaknya diikat maka pemiliknya harus mencari rerumputan untuk ternak

tersebut sementara ini hanya melepaskan dilahan hijau dan ternak mencari

umpannya sendiri secara mandiri, sehingga terdapat ternak yang berada diarea

persawahan untuk mencari pakan karena diarea persawahan terdapat banyak

pakan yang subur dan hijau serta terdapat banyak nutrisi untuk membuat ternak

menjadi sehat dan gemuk.

Menurut penulis seharusnya meskipun pemilik ternak tidak memiliki

lahan khusus untuk memelihara ternaknya maka ternak tersebut diikat dan

pemilik ternak mencari rerumputan untuk ternak agar ternak tersebut tidak

kelaparan karena melepas tanpa adanya pengawasan merupakan suatu tindakan

yang tidak diperbolehkan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian pada bab-bab sebelumnya

mengenai Mekanisme Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak

Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Masyarakat (Studi Penelitian Gampong

Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya), maka dalam bab ini dikemukakan

beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik ternak di gampong

meunasah teungoh: Pertama, Pemilik Sawah dan pemilik ternak melakukan

Musyawarah/ kekeluargaan dengan dihadiri pihak ke-3 yakni keujruen blang,

menjelaskan bahwa telah terjadi kerusakan sawah akibat dari hewan ternak,

keujreun blang menindaklanjuti dengan memanggil pemilik ternak secara

bersama-sama. Kedua, Keujreun Blang Melakukan musyawarah dengan

kedua belah pihak secara kekeluargaan, apabila menghasilkan kesepakatan

maka permasalahan dianggap selesai dan apabila tidak menghasilkan

kesepakatan maka Keujreun Blang melapor pada Tuha Peut yang untuk

selanjutnya dilaporkan pada Keuchik. Ketiga, Keuchik dan perangkat

gampong memanggil kedua belah pihak untuk melakukan pemeriksaan

kerusakan yang diderita dan musyawarah tentang besaran ganti rugi dengan

mengacu pada Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun 2019

tentang keamanan dan ketertiban gampong. Keempat, Melakukan

63
64

perdamaian antara kedua belah pihak dengan menetapkan ganti kerugian

yang harus dibayarkan berdasarkan hasil kesepakatan sebelumnya. Kelima,

Jika terjadi perkelahian antara dua belah pihak maka pihak yang memulai

dan mengakibatkan pihak lain luka harus bertanggung jawab mengobati dan

memanggung biaya pengobatan sampai dinyatakan pulih.

2. Kendala dalam pelaksanaan tanggung jawab pemilik ternak, diantaranya;

tidak diketahui secara pasti hewan ternak yang melakukan perusakan lahan,

tidak ada itikad baik dari pemilik ternak, kurang sosialisasi terkait peraturan

dan larangan pembiaran ternak, tidak ada lahan khusus yang disediakan

pemilik hewan ternak untuk melepas ternak, sehingga pemilik ternak tidak

bersedia membayar dan bertanggung jawaban.

B. Saran

1. Disarankan kepada aparatur gampong meunasah teungoh untuk

mensosialisasikan Qanun gampong secara lisan kepada masyarakat agar

masyarakat memahami bahwa hal yang menjadi kebiasaan tersebut dilarang

oleh peraturan, sehingga tidak kembali terjadi pembiaran hewan ternak tanpa

pengawasan.

2. Disarankan kepada pemilik ternak untuk mengawasi dan membuat kandang

agar ternak tidak berkeliaran bebas dipersawahan orang lain, dan diharapkan

kepada pemilik sawah untuk membuat pagar pembatas agar hewan ternak

tidak mudah masuk pada area persawahan. Dan diharapkan kepada aparatur

gampong lebih tegas dalam meninimalisir kendala - kendala dalam

pertanggung jawaban pemilik ternak terhadap pemilik sawah.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya


Bakti, 2012.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010.

Amiruddin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penilitian Hukum, Jakarta : PT


Rajagrafindo Persada,2014.

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility Dari Voluntary Menjadi


Mandotary, Raja Grafindo Perss, Jakarta, 2011.

Celine Tri Siwi Kristanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
2010.

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka
Indonesia, Jakarta 1992.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka), 1989.

Evalina Yessica, “Karakteristik Dan Kaitan Antara Perbuatan Melawan Hukum


Dan Wanprestasi”, Vol.1, No.2, November 2014.

Hans Kelsen (a), Somardi, General Theory Of law and State, Teori Umum Hukum
dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum
Deskriptif Empirik,BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007.

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni terjemahan Raisul Mutaqien Nuansa & Nusa
Media, Bandung, 2006.

HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Fustaka, 1995.

M.A Moegini Djodjodirdjo, perbuatan melawan hukum, Alumni, bandung, 2002.

M.A. Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Kedua, Jakarta


,pradnya Paramita, 1982).

M.A. Moegni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Pertama, Jakarta


,pradnya Paramita, 1979).

65
66

M.Samad sosroamidjoyo, ddk, Peternakan Umum, (Jakarta : Yagasuna, 1978).

Mariam Darus Badrulzaman Et,.Al, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra Aditya


Bakti, Bandung,2001.
Munir fuady, Konsep Hukum Perdata, raja grafika persada, Jakarta, 2014.

Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Citra


Aditya Bakti, Bandung, 2013.

Munir fuady, perbuatan melawan hukum, pendekatan kontemporer, cetakan


kedua, bandung, PT citra aditya bakti, 2005.

Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Alumni,


Bandung , 1993.

Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementar Perbuatan Melawan Hukum, Bina Cipta,


Bandung, 2010.

Ronny Hanitijo Soemitro, Dualisme Penelitian Hukum (Normatif dan Empiris),


Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010.

Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit, Pasca Sarjana Fakultas


Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2003.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Jakarta, Grasindo, 2006.


Sakkirang sriwanty, Hukum Perdata,teras Yogyakarta,2011.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,2000.

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Sri redjeki slamet, lex jurnalica, volume 10 nomor 2,Tuntutan Ganti Rugi Dalam
Perbuatan Melawan Hukum, hlm 18068, Agustus 2013.

Subekti R, Tjitrosudibio R, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta:


PT.Pradnya Paramita, 2001.

Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, alumni, bandung, 2000.

Sudikno Mertokusumo, Menigkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat,Edisi


Pertama (Yogyakarta : Liberti, 1981.

Suharso, retnonigsih anna, kamus besar bahasa Indonesia, edisi lux, widya karya
semarang,2005
67

Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi
Pustaka, Jakarta, 2010.

Wirjono prodjodikoro, Perbuatan Melawan Hukum Dipandang Dari Sudut


Hukum Perdata, mandar maju, Yogyakarta, 2000.

Zulkifly dan jimmly, kamus hukum (dictionary of law), Grahamedia Press,


Surabaya, 2012.

B. JURNAL / KARYA ILMIAH LAINNYA

Andi Bastian, Efektivitas peraturan daerah kabupaten seluma nomor 19 tahun


2007 tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak ditinjau dari
hukum islam. (studi kasus desa suka bulan kec. Talo
kecil),skripsi,fakultas syariah dan hukum, institut agama islam negeri
Bengkulu, 2018.

Juhadi. Pola-Pola Pemanfaatan Lahan Dan Degradasi Lingkungan Pada


Kawasan Perbukitan, Jurnal geografi, Vol 1 2007.

Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrum, Nomor 9 Vol 5 Januari


2009.

Saidil awwalin, Tanggung Jawab Pemilik Hewan Ternak Terhadap Pemilik


Tanaman Akibat Adanya Kerusakan Oleh Hewan Ternak (Suatu
Penelitian Di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar).skripsi,
fakultas hukum, universitas syiah kuala, 2017.

Yulia Astuti, tanggung jawab akibat perbuatan melawan hukum oleh pemilik
hewan ternak terhadap pengendara kendaraan akibat kecelakaan yang
terjadi di jalan raya, skripsi, fakultas hukum, universitas syiah kuala,
2015.

C. PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1976 Tentang Pokok-Pokok Peternakan Dan


Kesehatan Hewan.

Udang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Keamanan


Dan Ketertiban Gampong Meunasah Tengoh Kabupaten Nagan Raya.
68

Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Penertiban Ternak

D. BAHAN INTERNET

Adi Susilo Jahja, Subjek, Responden, dan Partisipan, Puplish,


https://dosen.perbanas.id/subyek-responden-informan-dan-partisipan.

http://distannak.naganrayakab.go.id/sejarah-distannak.

Youky Surinda, Konsep Tanggung Jawab Menurut Teori Tanggung Jawab Dalam
Hukum https://id.linkedin.com.

Zays scremeemo, pengertian tanggung jawab, melalui hhtp:/


zaysscrememeemo.blogspot.co,id.
LAMPIRAN
A. Surat Penelitian
B. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
C. Qanun Gampong Meunasah Teungoh, Kabupaten Nagan Raya
D. Transkip Wawancara

Tanggal : 1 Mei 2022


Waktu : 09 :10
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Bapak Ridha Rahimullah
Jabatan : Keuchik

Informan :1

R1 : Responden
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya.
R1 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik Pak.
R1 : Untuk penelitian Skripsi ya?
P : Iya Pak.
R1 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : Jadi begini Pak? Bagaimana kondisi Gampong Meunasah Teungoh dalam hal
lahan pertanian?
R1 : Sangat Bagus karena manyoritas masyarakat disini bermata pencarian petani
dan sebagian besar peternak.
P : baik pak, selanjutnya apakah digampong meunasah teungoh hewan ternak
boleh dilepaskan untuk mencari pakan sendiri?
R1 : tidak boleh, siapa saja yang melepas hewan tenak di jalan, kebun, ataupun
sekitar area persawahan maka pemilik ternak tersebut harus bertanggung
jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh hewan ternak tersebut.
P : baik pak selanjutnya, bagaimana bentuk penyelesaian antara kedua belah
pihak apabila ada hewan ternak yang melakukan pengrusakan?
R1 : penyelesainnya dilakukan dengan perdamaian antara para pihak
menggunakan jalur negosiasi (musyawarah) antara pihak pemilik ternak
dengan pemilik sawah yang bermasalah dengan menggunakan mediasi.
P : apakah ada mekanisme pertanggung jawaban ketika kedapatan hewan ternak
merusak sawah?
R1 : ada prosedurnya pertama Pemilik Sawah dan pemilik ternak melakukan
Musyawarah/ kekeluargaan dengan dihadiri pihak ke-3 yakni, keujruen
blang blang jika mencapai kesepakatan permasalahan selesai. Kedua jika
tidak mencapai kesepakatan keujreun blang melapor pada tuha peut, dan
tuha peut melapor pada keuchik. Ketiga keuchik memanggil para pihak
untuk untuk melakukan pemeriksaan kerusakan yang diderita. Keempat
melakukan perdamaian dan menentukan denda ganti rugi yang harus
dibayarkan berdasarkan Qanun Gampong Meunasah Teungoh Nomor 1
Tahun 2019 Tentang Ketertiban Dan Keamanaan Gampong. Kelima Jika
terjadi perkelahian para pihak, maka pihak yangmemulai harus bersedia
bertanggung jawab mengobati dan memanggung biaya pengobatan sampai
dinyatakan pulih.
P ; Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
R1 : Iya sama-sama.
Tanggal : 2 Mei 2022
Waktu : 09 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Herman Juanda
Jabatan : Ketua Tuha Peut

Informan :2

R2 : Responden
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya.
R2 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik Pak.
R2 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : Jadi begini Pak, menurut pengamatan bapak Bagaimana kondisi Gampong
Meunasah Teungoh dalam hal lahan pertanian?
R2 : di gampong meunasah teungoh ini masyarakat kebanyakan sebagai petani dan
juga peternak meskipun hanya sebagai pemelihara hewan ternak saja, tetapi
ada juga yang berprofesi ganda, yakni petani sekaligus peternak
P : menurut pengamatan bapak apakah aturan yang ada di gampong meunasah
teungoh sudah sesuai dengan penerapannya di lapangan?
R2 : menurut yang saya lihat penerapannya masih ada yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan karena masih ada pemilik hewan ternak yang melepaskan
ternaknya secara sembarangan dan tidak bersedia bertanggung jawab
P : baik pak, selanjutnya menurut pengamatan bapak apakah kerusakan yang
diakibatkan oleh hewan ternak merupakan kerusakan berat?
R2 : Biasanya yang sering terjadi di gampong ini kerusakan dialami masyarakat
oleh ulah hewan ternak adalah kategori tingkat kerusakan sedang, berat,
kerusakan ringan
P : Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
R2 : Iya sama-sama.
Tanggal : 3 Mei 2022
Waktu : 10 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Kurniawan
Jabatan :Keujreun Blang

Informan :3

R3 : Responden
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya,
R3 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik Pak.
R3 : Untuk penelitian Skripsi ya?
P : Iya Pak.
R3 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : menurut yang bapak ketahui apakah di gampong meunasah teungoh hewan
ternak di ikat dan di awasi oleh pemiliknya?
R3 : ada yang diawasi dan ada yang tidak diawasi sama sekali,karena menurut
yang saya lihat Melepaskan hewan ternak pada area persawahan merupakan
hal biasa dilakukan pada saat musim meuhalak blang, ternak dilepas tidak
diikat dan dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya, meskipun demikian tidak
semua peternak membiarkan hewan ternaknya untuk mencari makan sendiri,
namun praktik pelepasan ternak-ternak pada musim meuhalak blang
memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat.
P : : baik pak, selanjutnya apakah ada ketentuan sanksi yang harus dibayarkan
pemilik ternak ?
R3 : ada, ketentuannya berdasarkan Qanun gampong misalkan hewan ternak
kambing dan biri- biri maka besaran dendanya Rp 100.000 ribu sedangkan
ternak lembu atau kerbau maka besaran dendanya Rp 500.000 ribu setiap
ekornya.
P : Apakah ada ketentuan waktu dalam pengambilan hewan ternak pak?
R3 : Ada, apabila dalam waktu 7 hari pemilik ternak tidak mengambil ternaknya
maka pihak aparatur gampong akan melakukan pelelangan sesuai dengan
harga pasaran
P : baik bapak, selanjutnya apa penyebab pemilik ternak tidak bersedia
mengganti kerugian ketika ternaknya melakukan pengrusakan?
R3 : karena perekonomian dan Status hewan ternak merupakan sebuah kendala
yang sangat sering terjadi, karena ketika ternak dari beberapa pemilik
dilepaskan secara bersamaan, pemilik sawah kesulitan dalam menentukan
ternak mana yang melakukan pengrusakan terhadap sawah dan siapa pemilik
dari hewan ternak tersebut, sehingga pemilik sawah kesulitan dalam
menuntut ganti rugi itu harus ditujukan, hak pemilik sawah berupa ganti
kerugian yang seharusnya didapatkan sangat sulit didapatkan, karena tidak
semua pemilik ternak bersedia bertanggung jawab untuk melakukan
pembayaran ganti kerugian tersebut
P : Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
R3 : Iya sama-sama.
Tanggal : 5 Mei 2021
Waktu : 11 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Muhibbudin
Jabatan : Pemilik Sawah

Informan :4

I-1 : Informan
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya,
I -1 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik Pak.
I-1 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : apakah di area persawahan ada pagar ataupun pembatas agar tidak mudah
masuk hewan ternak?
I-1 : sawah saya tidak ada, karena kekurangan biaya untuk membuat pagar
P : lantas bagaimana ketika ada hewan ternak masuk ?
I-1 : saya tetap akan meminta ganti kerugian
P : baik pak, selanjutnya apakah aparatur gampong pernah melakukan sosialisasi
terhadap larangan pembiaran ternak?
R1 : pernah melakukan sosialisasi dikantor keuchik secara lisan itupun hanya
sekali pada tahun 2019, dan tidak melakukan sosialisasi ditempat umum.
P : Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
I-1 : Iya sama-sama.
Tanggal : 6 Mei 2022
Waktu : 14 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Samsuar
Jabatan : pemilik Sawah

Informan :5

I-2 : Informan
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya,
I -2 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik Pak.
I-2 : Untuk penelitian Skripsi ya?
P : Iya Pak.
I-2 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : apakah sawahnya bapak beri pagar pembatas?
I-2 : sebagian dari sawah saya ada pagarnya cuman sudah mulai rusak sementara
sebagiannya lagi tidak ada pagar karena terlalu luas takutnya tidak cukup
biaya untuk membuat pagarnya
P : baik pak, selanjutnya menurut bapak apakah ganti kerugian yang di berikan
sesuai dengan aturan yang di tetapkan ?
I-2 : sesuai dengan Qanun dan mempertimbangkan kerusakan di lapangan
P : selama menjadi pemilik sawah apakah ada kendala dalam mendapatkan
pertanggung jawaban?
I-2 : ada, kadang-kadang pemilik ternak tidak bersedia mengganti kerugian karena
menurutnya kerugian hanya sedikit
P : Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
I-2 : Iya sama-sama.
Tanggal : 8 Mei 2022
Waktu : 16 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Muhammad Suhaini
Jabatan : Pemilik lahan Sawah

Informan :6

I -3 : Informan
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya,
I -3 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan.
P : Baik Pak.
I-3 : Untuk penelitian Skripsi ya?
P : Iya Pak.
I-3 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : Jadi begini Pak, menurut pengetahuan bapak apakah pemilik ternak memiiki
kesadaran untuk melakukan ganti kerugian ketika ternaknya mengrusak
lahan pertanian orang lain ?
I-3 : menurut yang saya lihat ada beberapa pemilik ternak yang tidak melaksanakan
kewajibannya tersebut dengan melontarkan berbagai alasan agar tidak
membayar kerugian yang diderita pemilik sawah, diantaranya pemilik ternak
beralasan penrusakan yang dilakukan oleh hewan ternaknya hanya sedikit
dan tidak membuat padi tersebut mati sehingga pemilik ternak tidak mau
bertanggung jawab atas kerugian yang sedikit tersebut
P : baik pak, selanjutnya menurut bapak apakah sudah sesuai mekanisme
pertanggung jawabannya di lapangan?
I-3 : ada yang sesuai ada yang tidak sesuai
P : apakah sawah bapak pernah di masuki hewan ternak orang lain?
I-3 : pernah, saya mengalami kerugian pada waktu itu
P : Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
I-3 : Iya sama-sama.
Tanggal : 10 Mei 2022
Waktu : 16 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Nurhasanah
Jabatan : Pemilik Hewan Ternak

Informan :7

I-4 : Informan
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum buk, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya,
I -4 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik buk
I-4 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : Jadi begini buk, apakah hewan ternak ibu ada kandangnya?
I-4 : tidak ada, itulah salah satu penyebab saya masih membiarkan hewan ternak
berkeliaran secara bebas pada siang hari dan malam hari saya tidak
memiliki biaya untuk membuat kandang karena pendapatan saya sehari- hari
tidak menentu
P :jadi bagaimana ketika hewan ternak ibu masuk ke sawah milik orang lain?
I-4 : meskipun perekonomian saya susah, saya akan berusaha untuk mengganti
kerugian semampunya
P : Mungkin segini saja dulu buk, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi
nanti saya akan temui ibu kembali. Terimakasih banyak buk.
I-4 : Iya sama-sama.
Tanggal : 11 Mei 2022
Waktu : 16 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : M. Affan
Jabatan : Pemilik Hewan Ternak

Informan :8

I-5 : Informan
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya,
I -5 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik Pak.
I-5 : Apa yang ingin dipertanyakan?
P : selama bapak menjadi pemilik hewan ternak apakah pernah ternak bapak
melakukan pengrusakan terhadap sawah milik orang lain?
I-5 : Pernah, pada saat itu Kerbau saya lepas dari kandangnya dan menginjak padi
yang baru ditanam milik masyarakat, namun pada waktu memberikan uang
ganti kerugian tersebut saya sangat keberatan karna antara kerusakan tidak
sebanding dengan denda Ganti Rugi yang diambilnya, pada waktu itu
kerbau saya hanya memakan beberapa lembar padi saja namun hal itu tidak
sampai membuat tanaman tersebut mati dalam arti kerusakan sedang saja,
dan saya harus mengganti kerugiannya senilai Rp500.000 ribu
P : apakah ada lahan khusus yang disediakan pemilik ternak untuk melepaskan
hewan ternak?
I-5 : sebagian ada dan sebagian tidak ada, sementara Mayoritas pekerjaan
masyarakat adalah sebagai peternak dan petani, namun sayangnya peternak
kesulitan dalam melepaskan hewan ternaknya karena tidak ada lahan khusus
yang disediakan oleh pemilik ternak, untuk membeli lahan secara individu
pemilik ternak tidak mampu karena harga tanah yang begitu mahal
sedangkan pendapatan yang didapatkan tidak menentu jumblahnya
P : lalu bagaimana ketika bapak melepas hewan ternak?
I-5 : kami melepaskan ditempat-tempat yang memiliki rerumputan hijau
P : Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
I-5 : Iya sama-sama.
Tanggal : 13 Mei 2022
Waktu : 16 :30
Lokasi : Gampong Meunasah Teungoh
Narasumber : Safari
Jabatan : Pemilik Hewan Ternak

Informan :9

I-6 : Informan
P : Pewawancara

P : Assalamualaikum Pak, Saya Fitri Rahmi yang akan melakukan


wawancara mengenai mekanisme pelaksanaan tanggung jawab pemilik
hewan ternak terhadap kerusakan lahan pertanian masyarakat di Gampong
Meunasah Teungoh Kabupaten nagan raya,
I-6 : Waalaikumussalam Fitri Rahmi, silahkan
P : Baik Pak.
P : selama menjadi pemilik ternak apakah bapak melaksanaan kewajiban bapak
ketika ternak merugikan orang lain?
I-6 : pernah pada waktu itu saya melepaskan kerbau-kerbau saya dari kandang
kemudian saya cari rerumputan untuk kerbau tersebut setelah saya pulang
ternyata kerbau tersebut sudah tidak ada lagi didepan kandang setelah lama
mencari ternyata kerbau saya sedang berkubang disawah milik tetangga
sembari menginjak bibit padi yang baru ditabur, saya tidak mau bertanggung
jawab karena kerbau saya dianiaya dibagian kakinya hingga luka adapun
pagarnya dibuat tidak kuat dan mudah roboh. dan kerusakannya pun
menurut saya lihat hanya sedikit
P : apakah bapak mengetahui akan Qanun yang telah di tetapkan terkait dengan
larangan pembiaran ternak?
I- 6 : saya mengetahui tetapi saya tidak mematuhi karena banyak pemilik ternak
lain yang tidak ikut aturan.
P : apakah Qanun tersebut pernah disosialisasikan pak?
I-6 : pernah melakukan sosialisasi setelah aturan tersebut ditetapkan namun hanya
sekali disosialisasikan itupun di kantor keuchik secara tertulis sedangkan
sosialisasi khusus dan penjelasan dari isi dan larangan didalam Qanun
tersebut dengan dihadiri seluruh masyarakat gampong meunasah teungoh
tidak dilakukan oleh aparatur gampong.
P : Mungkin segini saja dulu pak, jika ada yang ingin saya pertanyakan lagi nanti
saya akan temui bapak kembali. Terimakasih banyak Pak.
I-6 : Iya sama-sama.
E. Dokumentasi Penelitian

Keuchik Gampong Meunasah Teungoh Ridha Rahimullah

Herman Juanda ( Tuha Peut )

Kurniawan ( Keujruen Blang )


Samsuar ( Pemilik Sawah)

Safari ( Pemilik Ternak)

M. Affan ( Pemilik Ternak)


Nurhasanah ( Pemilik Ternak) Muhammad Suhaini ( Pemilik sawah)
Ternak)

Muhibbudin ( Pemilik Sawah)

Kandang Ternak ( weu kerbau)


Hewan Ternak ( kerbau)

Lahan Persawahan Gampong Meunasah Teungoh

Kubangan Kerbau Di Sawah


BIODATA PENULIS

Nama ; Fitri Rahmi


NIM : 18059050400016
Tempat/Tanggal lahir : Cot Jawi, 20 Agustus 2000
Agama : Islam
Alamat :Desa Meunasah Teungoh, Kecamata Beutong,
Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh
Nama orang tua

Ayah : Suhaimi
Ibu : Nur Ralabah

Pekerjaan orang tua

Ayah : Petani
Ibu : Mengurus Rumah Tangga

Alamat orang tua :Desa Meunasah Teungoh, Kecamata Beutong,


Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh

Pendidikan yang telah ditempuh

SD : MIN Negeri 10 Nagan Raya


SMP : SMP Negeri 3 Nagan Raya
SMA SMA Negeri 1 Nagan Raya

Pengalaman Berorganisasi:

Anggota Bidang Olahraga SMA Negeri 1Nagan Raya


Anggota HIMA-IH Universitas Teuku Umar
Anggota UKM-MENWA Universitas Teuku Umar
Bendahara Himpunan Pelajar Mahasiswa Beutong - Meulaboh

Anda mungkin juga menyukai