Anda di halaman 1dari 20

Bab 1

KLASIFIKASI BANDAR UDARA DAN PENGELOMPOKAN PESAWAT


TERBANG

1.1 KLASIFIKASI BANDAR UDARA


Dalam kegiatan perencangan, bandar udara diklasifikasikan
berdasarkan pesawat yang dapat dilayani. Di bandar udara, terdapat berbagai
pesawat dengan lebar yang bervariasi, mulai dari pesawat kecil (small general
aviation) hingga pesawat besar (heavy air transport aircraft). Bandar udara
dirancang berdasarkan pesawat kritis (critical) atau pesawat rencana (design).
FAA mendefinisikan pesawat kritis, yaitu pesawat yang setidaknya beroperasi
(landing atau take off) sebanyak 500 kali atau lebih di bandar udara selama
satu tahun. Dalam banyak kasus,lebih dari satu pesawat kritis dipakai untuk
tujuan perancangan bandar udara. Sebagai contoh, sering kali peswat terkecil
yang paling menentukan orientasi runway, sedangkan pesawat terbesar yang
paling menentukan dimensi fasilitas bandar udara.
Karakteristik dimensi dan performa pesawt kritis menentukan Airport
Reference Code. Airport Reference Code merupakan sistem kode yang
digunakan terkait dengan kriteria desain dan karakteristik fisik dari peswat
dalam pengoperasian bandar udara. Klasifikasi yang lazim digunakan adalah
berdasarkan ICAO (Tabel 1.1) dan FAA (Tabel 1.3 dan Tabel 1.4).
ICAO menggunakan dua elemen kode Airport Refernce Code yang
dinamakan The Aerodrome Design Code, yang meliputi sebagai berikut :
1. Code number (kode angka), yaitu perhitungan Panjang runway (termasuk
stopway dan clearway bila ada) berdasarkan referensi pesawat Aeroplane
Reference Field Length (ARFL).
2. Code letter (Kode huruf), yaitu perhitungan sesuai wingspan (lebar sayap)
dan outer main gear wheel span (lebar/jarak roda terluar pesawat).
Aeroplane Reference Field Length (ARFL) merupakan perkiraan
Panjang runway yang dibutuhkan untuk take off weight (MTOW)/ berat

1
maksimal pada saat take off, pada muka air laut, temperature 15 C dan
kelandaian nol persen.

Tabel 1.1 ICAO Aerodrome Reference Code (ICAO, 2013)


Code Aeroplane Reference Code Wingspan Outer Main Gear
Number Field Length (ARFL) Letter Wheel Span
1 < 800 m A < 15 m < 4,5 m
2 800 m-<1.200 m B 15 m -< 24 m 4,5 m-<6 m
3 1.200 m -1.800 m C 24 m -<36 m 6 m -< 9 m
4 ≥1.800 m D 36 m-<52 m 9 m - < 14 m
E 52 m -< 65 m 9 m - < 14 m
F 65 m -< 80 m 14 m < 16 m
a
Jarak terluar antara ujung-ujung roda utama pesawat

Contoh klasifikasi pesawat berdasarkan Aerodrome Reference Code


yang dikelyarkan oleh ICAO, disajikan tabel 1.2.

Tabel 1.2 Contoh pesawat berdasarkan ICAO Aerodrome Reference Code


Code Number Code Letter Contoh Pesawat
ICAO ICAO
1 A Semua pesawat bermesin tunggal
2 B EMB0120, Saab 2000, Saab 30
3 C B727, B737, MD-80, A320
4 D Boening 757, A300, V767
E Boeing 747, A340, A330, A350, B777
F Airbus A380

FAA menggunakan dua penanda Airport Reference Code yang


meliputi sebabagi berikut.
1. Kategori bersadarkan aircraft approach category (Tabel 1.3), yaitu kecepatan
pesawat pada saat Landing, yang didefinisikan sebagai 1,3 x stall speed
(kehilangannya daya angkat) pada konfigurasi pendaratan pesawat dengan
berat maksimum pendaratan (MDLW).
2. Nomor grup yang memperhitungkan tail height (tinggi ekor) dan wingspan
(lebar sayap) pesawat (Tabel 1.4).

2
Tabel 1.3 Aircraft approach category (FAA, 2014[2])
Kategori Approach Speed (Knot”)
A
B <91
C 91-120
D 121-140
E 140-166
>166
b
1 knot = 1,85 km/jam

Tabel 1.4 Airplane design group (FAA, 2014[2])


Nomor Grup Tail Height Wingspan
I <6m < 15 m
II 6m -< 9 m 15m - < 24 m
III 9m - < 13,5 m 24, - < 36 m
IV 13,5 m - < 18,5 m 36 m - < 52 m
V 18,5 m - < 20 m 52 m - < 65 m
VI 20 m - < 24, 5 m 65 m - < 80 m

Terdapat hubungan yang dekat antara aerodrome reference code ICAO


dan Ariport Reference Code FAA. ICAO aerodrome code number 1, 2, 3, dan
4, masing-masing kira-kira sama dengan FAA aircraft approach A,B,C dan D.
hal iniSoal
Contoh pun 1.1
serupa dengan ICAO aerodrome code letter A,B,C,D, dan E, yang
masing-masing kira-kira sama dengan FAA airplane design group
Diketahui :
I,II,III,IV,V,
Sebuah bandara dan
akanVIdirancang
[4]. untuk melayani pesawat Boeing 777-300 ER
dengan outer main gear wheel span = 12,90 m; dan wingspan= 64,80 m; pada
Maximum Take off Weight (MTOW) = 351.535 kg, membutuhkan Panjang
runway (ARFL) = 3.210 m, pada muka air laut dan hari standar (15C).

Ditanyakan:
Tentukan Aerodrome Reference Code (ICAO) untuk bandar udara tersebut!

Jawaban :
Dengan menggunakan Tabel 4.1, didapatkan :

Elemen kode 1: ARFL = 3.120m, termasuk kode nomor 4.


Elemen kode 2 : outer main gear wheel span = 12,90 m; dan wingspan = 64,80
m, termasuk kode angka E.

Sehingga Aerodrome Reference Code bandar udara tersebut adalah 4E.

3
1.2 KLASIFIKASI PESAWAT TERBANG
Berdasarkan klasifikasi dan tipe pesawat terbang yang lazim didengar
adalah berdasarkan kegunaan pesawat [5]. Secara umum dibagi menjadi empat
tipe, yaitu sebagai berikut.
a. General aviation aircraft (GA)
Secara tipikal, pesawat-pesawat tipe ini memiliki satu (single) atau dua
mesin (twin engines). Berat maksimum kotor (maximum gross weight)
pesawat ini biasanya kurang dari 7.000 kg. pesawat tipe ini biasanya
digunakan untu berbagai kegiatan komersial dan nonkomersial, antara lain
pelatihan pesawat, wisata, bisnis, pertanian, dan sebagainya. Contoh
pesawat tipe ini adalah Single-engine Beechcraft A36.
b. Corporate aircraft (CA)
Peasawat tipe ini merupakan pesawat yang biasa digunakan untuk
mengangkut beberapa penumpang atau barang untuk keperluan bisnis,
evakuasi, kegiatan pemerintah, angkatan udara, dan sebagainya . secara
tipikal pesawat-pesawat jenis ini memiliki satu atau dua turboprop (baling-
baling) atau mesin jet. Berat maksimum kotor (maximum gross weight)
pesawat ini biasanya kurang dari 40.000 kg. Contoh pesawat ini adalah
Cessna Citation II.
c. Commuter aircraft (COM)
Merupakan pesawat kecil untuk mengangkut penumpang untuk jarak dekat
dengan frekuensi tinggi, biasanya melayani penrbangan dari bandara hub
menuju daerah-daerah kecil. Secara tipikal pesawat –pesawat jenis ini
memiliki satu, dua, tiga, bahkan empat turboprop (baling-baling) atau mesin
jet. Berat maksimum kotor (maximum gross waight) pesawat ini biasanya
kurang dari 31.000 kg. Contoh pesawat ini adalah ATR -72 series dan
pesawat Nusantara 219 (N-219) buatan PT Dirgantara Indonesia yang mulai
beroperasi pada 2016.

4
Gambar 1.1 Contoh pesawat tipe corporate aircraft (CA) dan general aviation
aircraft (GA), (Trani, 2013)

d. Transport aircraft (TA)


Merupakan pesawat tersertifikasi yang dirancang untuk mengangkut
penumpang dan kargo dalam jumlah besar. Pesawat-pesawat jenis ini
memiliki mesin jet lebih dari satu. Menurut berat dan jarak tempuhnya
diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Short-Range (Jarak Dekat)
Barat maksimum kotor (maximum gross weight) pesawat ini biasanya
kurang dari 68.000 kg, dengan jarak tempuh maksimum 2.222 km.
contoh : Airbus A320, Fokker F100, dan Boeing 737.

5
2) Medium -Range (Jarak Menengah)
berat maksimum kotor (maximum gross weight ) pesawat ini bisanya
kurang dari 160.000 kg, dengan jarak tempuh 2.223-6.482 km. contoh :
Boeing 757-200, Airbus A330, dan Airbus A300.
3) Long-Range (Jarak Jauh)
Berat maksimum kotor (maximum gross weight) pesawat ini biasanya
lebih dari 160.000 kg, dengan jarak tempuh lebih dari 6.482 km. contoh:
Boeing 777-300ER, Airbus A340, dan Boeing 747-400.

Gambar 1.2 Contoh pesawat tipe Commuter (COM) dan Transport Aircraft (TA)
(Garuda Indonesia, 2015)

6
1.3 KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG
1.3.1 Standar Dimensi
Gambar 1.3 menunjukkan beberapa istilah yang terkait dengan
dimensi pesawat terbang yang penting terhadap perencanaan dan
perancangan bandar udara.
a. Length (panjang) sebuah pesawat terbang didefinisikan sebagai jarak
dari ujung depan badan pesawat (fuselage) atau badan utama (main
body) pesawat, sampai ke ujung belakang ekor pesawat, yang dikenal
sebagai empennage. Panjang pesawat digunakan untuk menentukan
panjang dari area parkir (parking area) pesawat, hanggar. Sebagai
tambahan, untuk bandar udara komersial, panjang dari pesawat terbesar
yang beroperasi setidaknya lima keberangkatan per hari, ditetapkan
untuk menentukan jumlah alat penyelamatan dari pemadam kebakaran
(rescue and firefighting) yang harus disediakan di bandar udara.
b. Wingspan (panjang sayap) sebuah pesawat terbang didefinisikan
sebagai jarak dari ujung sayap ke ujung sayap lainnya pada sayap utama
pesawat. Wingspan pesawat digunakan untuk menentukan lebar dari
parking area (area parkir) pesawat dan jarak antara gates. Selain itu,
juga untuk menentukan lebar dan separasi (jarak pemisah) runway dan
taxiway di bandar udara.
c. Maximum height (tinggi maksimum) sebuah pesawat terbang secara
tipikal didefinisikan sebagai jarak dari lantai dasar (ground) sampai
puncak bagian ekor (tail) pesawat. Dalam beberapa kasus langka,
ketinggian maksimum pesawat barada di bagian lain dari pesawat,
sebagai contoh, ketinggian maksimum pesawat Airbus Beluga terhitung
sebagai jarak dari lantai dasar sampai dengan puncak pintu depan badan
pesawat ketika dalam posisi terbuka di atas.
d. Wheelbase sebuah pesawat terbang didefinisikan sebagai jarak antara as
roda pendaratan utama (main landing gear) pesawat dengan as roda
depan (nose gear), atau roda ekor (tail-wheel), pada kasus pesawat tail-
wheel.

7
e. Wheel track sebuah pesawat terbang didefinisikan sebagai jarak antara
as roda terluar (outer wheels) dari main landing gear pesawat.
Wheelbase dan wheel track sebuah pesawat digunakan untuk
menetapkan radius putar (turning radius) minimun, yang berperan besar
dalam perancangan taxiway turnoffs, taxiway, intersection dan area
lainnya di bandar udara yang membutuhkan pesawat untuk berbelok.

Gambar 1.3 Dimensi pesawat (Horonjeff, dkk., 2010)

f. Turning radii adalah fungsi sudut kemudi roda depan (nose gear
steering angle). Semakin besar sudutnya, semakin kecil radiusnya. Jarak
dari pusat rotasi terhadap berbagai bagian dari pesawat seperti wingtip,
nose, atau tail, menghasilkan besaran radii. Radius terbesar
menghasilkan jarak bersih kritis antara pesawat dengan bangunan serta
pesawat yang berpapasan. Turning radius minimum berhubungan erat
dengan sudut kemudi roda depan (steering angle) maksimum yang
dirancang oleh manufaktur pesawat. Sudut terbesar bervariasi dari 60°
sampai 80°, meskipun untuk kepentingan perancangan, biasa digunakan
sudut kemudi (steering angle) sebesar 50°. Turning radius dari pesawat
dapat diwakilkan oleh rumus berikut.

8
t
R
180 turn
 b tan (90   ) 
2
Dengan :
b = wheelbase pesawat
t = wheel track pesawat
β = sudut kemudi maksimum (maximum steering angle)
Pusat rotasi dapat ditentukan dengan mudah, dengan menggambar
sebuah garis melalui poros dan roda depan (nose gear) pada sudut kemudi
manapun yang diinginkan. Perpotongan garis ini dengan garis poros roda
utama (main gear) merupakan pusat rotasi. Beberapa peswat besar baru
memiliki kemampuan untuk memutar roda utama (main gear) ketika
melakukan tikungan tajam. Efek dari putaran roda ini untuk mengurangi
radius tikung/turning radii (Gambar 4.4). turning radii meminimum untuk
beberapa tipe pesawat transport (transport aircraft) diberikan pada Tabel
4.5.

Gambar 1.4 Turning radius (Horonjeff, dkk., 2010)

Secara umum, dimensi pesawat yang berkenaan dengan perencanaan


bandar udara dapat dilihat pada ICAO Aerodrome Design Manual Part 1
dan 2 dan juga pada FAA Advisory Circular No. AC 150/5325-4B. Untuk

9
memberikan gambaran mengenai ukuran standar dari macam-macam
peswat yang melayani penerbangan komersial di Indonesia, dapat dilihat
Tabel 4.5. Contoh dimensi pesawat lengkap untuk pesawat Boeing 747-400
ditunjukkan pada Gambar 4.5.

Gambar 1.5 Contoh dimensi pesawat boeing 747-400 (Boeing, 2002)

10
Tabel 1.5 Karakteristik dimensi pesawat terbang komersial di Indonesia

Aeroplane
Bentang
Panjang Maximum Wheel Nose Turning References
ICAO Sayap, Wheelbase
Model Pesawat Pabrik Digunakan oleh Maskapai a Length Height Track Wheel Radius Field
Code Wingspan (m)
(m) (m) (m) Angle (m) Length
(m)
ARFL (m)

B777-300ER [8] Boeing 4E Garuda Indonesia (6 buah) 73,90 64,80 18,75 31,22 10,97 70° 48,20 3.120

Garuda Indonesia (2 buah)


B747-400 [9] Boeing 4E 70,60 64,40 19,59 25,60 11,00 67° 53,10 2.890
Lion Air (2 buah)

Garuda Indonesia (76 buah)


Lion Air (30 buah)
B737-800NG [10] Boeing 4C 39,50 34,30 12,55 15,60 5,72 78° 21.10 2.090
Batik Air (19 buah)
Sriwijaya Air (8 buah)

Express Air (2 buah)


B737-200 [10] Boeing 4C 29,54 28,40 11,23 11,38 5,23 78° 17.10 2.295
Trigana Air Service (5 buah)

Garuda Indonesia (1 buah)


Lion Air (2 buah)
B737-300 [10] Boeing 4C 32,18 31,10 11,15 12,45 5,23 78° 17,70 2.749
Sriwijaya Air (10 buah)
Express Air (2 buah)

Lion Air (2 buah)


B737-400 [10] Boeing 4C 33,40 28,90 11,15 14,27 5,23 78° 18,00 2.499
Sriwijaya Air (5 buah)

Garuda Indonesia (4 buah)


B737-500 [10] Boeing 4C 29,79 28,88 11,15 11,07 5,23 78° 17,40 2.470
Sriwijaya Air (12 buah)

11
Aeroplane
Bentang
Panjang Maximum Wheel Nose Turning References
ICAO Sayap, Wheelbase
Model Pesawat Pabrik Digunakan oleh Maskapai a Length Height Track Wheel Radius Field
Code Wingspan (m)
(m) (m) (m) Angle (m) Length
(m)
ARFL (m)
Kalstar Aviation (2 buah)
Express Air (2 buah

Lion Air (71 buah]


B737-900ER [10] Boeing 4C 40,67 35,79 12,55 17,17 5,72 78° 21.50 2.240
Batik Air (7 buah)

A330-300 [11] Airbus 4E Garuda Indonesia (11 buah) 63,69 60,30 16,70 25,38 12,62 65° 45,60 2.500

A330-200 [11] Airbus 4E Garuda Indonesia (11 buah) 58,82 60,30 17,90 22,18 12,62 65° 45,00 2.220

Citilink (34 buah)


A320-200 [12] Airbus 4C Batik Air (8 buah) 37,60 34,10 11.80 12,64 8,95 70° 12,64 2.058
Air Asia Indonesia (29 buah)

CJR1000 [13] Bombardier 4C Garuda Indonesia (15 buah) 39,10 26,20 7.50 21,00 4,06 65° 92,00 2.120

Garuda Indonesia (8 buah)


Wings Air (2)
ATR 72 600 [14] ATR 3C 27,16 27,05 7,65 10,77 4,10 65° 63,00 1.367
Kalstar Aviation (2 buah)
Trigana Air Service (3 buah)

ATR 72 500 [15] ATR 3C Wings Air (41 buah) 22,67 24,57 7,59 8,78 4,10 65° 63,00 1.215

Kalstar Aviation (4 buah)


ATR 42 300 [16] ATR 2C 22,67 24,57 7,59 8,78 4,10 65° 63,00 1.010
Trigana Air Service (7 buah)

Fokker 50 [17] Fokker 3C Sky Aviation (5 buah) 25,25 29,00 8,32 9,70 7,20 73° 18,00 1.760

12
Aeroplane
Bentang
Panjang Maximum Wheel Nose Turning References
ICAO Sayap, Wheelbase
Model Pesawat Pabrik Digunakan oleh Maskapai a Length Height Track Wheel Radius Field
Code Wingspan (m)
(m) (m) (m) Angle (m) Length
(m)
ARFL (m)

Fokker 100 [17] Fokker 4C Sky Aviation (1 buah) 35,53 28,08 8,51 14,01 5,04 73° 20,07 1.820
a
maskapai penerbangan di Indonesia, Juli 2015 (sumber: website: PT Garuda Indonesia, PT Lion Air, Batik Air, Citilink, Air Asia Indonesia, Sriwijaya Air,
Kalstar Aviation, Trigana Air Services, Sky Aviation, Wings Air dan Express Air)

13
1.3.2 Konfigurasi Roda Pendaratan (Landing Gear)
Konfigurasi roda pendaratan (landing gear configuration) berperan
penting dalam mendistribusikan berat pesawat ke permukaan yang
ditumpanginya, dengan kata lain berperan besar terhadap desain perkerasan
bandar udara. Semakin berat pesawatnya, biasanya semakin banyak roda
pesawatnya. Berat pesawat yang tersalurkan ke perkerasan ini harus bisa
didukung oleh perkerasan runway, taxiway, dan apron.
Pesawat terbang yang saat ini beroperasi di bandar udara di dunia
telah dirancang dengan berbagai konfigurasi roda pendaratan (landing
gear). Kebanyakan pesawat dirancang dengan satu dari tiga konfigurasi
roda pendaratan dasar (basic landing gear configuration). Terdapat
beberapa definisi dalam konfigurasi roda pesawat, yaitu sebagai berikut.
a. Single-wheel configuration (konfigurasi roda tunggal), artinya pada
roda utama (main gear) pesawat terdapat total dua roda, dengan satu
roda masing-masing penyangga (strut) pesawat.
b. Dual-wheel configuration (Konfigurasi roda ganda), artinya pada roda
utama (main gear) pesawat terdapat total empat roda, dengan dua roda
di masing-masing penyangga (strut) pesawat.
c. Dual tandem configuration (konfigurasi roda ganda tandem), artinya
terdapat dua roda sepasang pada masing-masing penyangga (strut)
pesawat.
Konfigurasi dasar ini dapat dilihat pada Gambar 4.6[29]

Gambar 1.6 Basic landing gear configuration (FAA, 2005)

14
Pesawat-pesawat tipe Transport Aircraft (TA) besar, saat ini
memiliki landing gear configuration (konfigurasi roda pendaratan) yang
kompleks. Gambar 4.7 menunjukkan contoh landing gear configuration
pesawat Boeing 747, Boeing 777, dan Airbus A-380.
Kerumitan dan keberagaman landing gear configuration ini
menginisasi FAA untuk membuat standar penamaan untuk landing gear
configuration [29]. Contoh penamaan ini ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Gambar 1.7 Complex landing gear configuration


(FAA, 2005)

Tabel 1.6 Contoh standar penamaan landing gear configuration (FAA, 2005)
FAA Name FAA Designation Contoh Tipikal Pesawat
Single wheel S F-14, F-15
Dual wheel D Beech 1900
Single tandem 2S C-130
Dual tandem 2D Boeing 757
Double dual tandem 2D/2D2 Boeing 747
Triple tandem 3D Boeing 777
Dual tandem plus Triple 2D/3D2 Airbus A-380
tandem

2 Tipe Mesin Pesawat


Mesin pesawat secara umum terbagi dalam tiga kategori, yaitu
sebagai berikut.

15
a. Piston Engines (Pesawat Bermesin Piston)
Pesawat yang digerakkan oleh perputaran baling-baling dengan tenaga
mesin piston, (reciprocating engines) dengan bahan bakar gas beroktan
tinggi. Sebagian besar pesawat-pesawat kecil digerakkan oleh mesin
piston.
b. Turboprops Engines (Pesawat Bermesin Baling-Baling)
Pesawat yang digerakkan oleh perputaran baling-baling dengan tenaga
mesin turbin.
c. Turbofan/Jet Engines (Pesawat Bermesin Jet)
Mesin turbojet, gerak pesawatnya bukan didapat dari putaran baling-
baling, melainkan secara lansung oleh daya dorong dari tenaga
semburan jet. Pesawat yang digerakkan oleh turbo jet biasanya sangat
boros bahan bakar. Untuk mengatasi pemborosan bahan bakar, dibuat
pesawat dengan tenaga turbofan. Pada mesin turbofan, ditambahkan
kipas (fan/blades) di depan atau belakang turbinnya sehingga dengan
bahan bakar yang sama dengan turbojet, didapat tenaga penggerak yang
lebih besar. Fan biasanya ditempatkan di depan dari turbin induk.
Sebagian pesawat komersial yang saat ini beroperasi kebanyakan dari
jenis turbofan.
Mesin turbofan terdiri atas kipas/blades, kompresor, kamar bakar
(combustion-chamber) dan turbin di bagian belakang. Sebagai contoh,
pada Gambar 4.8 ditunjukkan komponen dalam mesin turbofan GE90-
series yang dipabrikasi oleh Perusahaan General Electric yang
digunakan dalam pesawat jenis Boeing 777-series. Gaya dorong yang
dihasilkan oleh mesin ini mencapai 110.000 lbs (50.000 kg).

16
Gambar 1.8 Penampang turbofan engine GE90 (web.stanford.edu, 2015)

3 PERKEMBANGAN PESAWAT TERBANG


Sejak awal kesuksesan Wrigh bersaudara pada 1903, pesawat dengan
fixed-wing (sayap tetap) telah melalui lebih dari 100 tahun penyempurnaan
desain. Hal ini menghasilkan peningkatan performa yang luas, termasuk
kemampuan untuk terbang pada kecepatan yang lebih tinggi dan ketinggian
jelajah yang lebih tinggi, serta menghasilkan pendapatan dari pengangkutan
(payload) dengan operasi pesawat yang lebih efisien[4].
Peningkatan ini terutama merupakan hasil dari penerapan teknologi
baru pada spesifikasi pesawat, mulai dari bahan (material) penyusunnya
sampai mesin yang menggerakkan pesawat. Hal ini menantang infrastruktur
bandar udara untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan fisik dan
performa pesawat. Berikut sebagai contohnya.
a. Diperkenalkannya pesawat “cabin-class”, seperti Douglas DC-3, pada
pertengahan 1930-an, mendorong kebutuhan bandar udara untuk dibangun
lebih panjang dan dibangun dengan perkerasan, setelah sebelumnya hanya
menggunakan lantai rumput pendek.
b. Diperkenalkannya pesawat yang dilengkapi mesin turbofan dan turbojet
pada akhir 1950-an, menambah persyaratan untuk runway yang lebih
panjang dan kuat, fasilitas untuk mengatasi jet-blas (ledakan jet) dan

17
peraturan/kebijakan untuk mengurangi pengaruh kebisingan pesawat pada
dan sekitar bandar udara.
c. Diperkenalkannya pesawat “jumbo-jet” atau “heavy”, seperti Boeing-747,
pada akhir 1960-an, menambah persyaratan untuk spesifikasi runway dan
juga persyaratan desain area terminal untuk mengakomodari volume
penumpang dan kargo yang jauh lebih besar.
d. Menjamurnya pesawat jet regional, meningkatkan kebutuhan bandar udara
di banyak daerah untuk memodifikasi area terminal agar dapat
mengakomodasi pesawat jet yang lebih besar dan pesawat turbo-prop yang
lebih kecil.
Yang paling terbari adalah diperkenalkannya pesawat dengan kapasitas
penumpang terbesar, yaitu Airbus A-380 dan Boeing 747-8. Selain itu, juga
muncul generasi terbaru dari pesawat dengan daya jelajah panjang (long-range
aircraft) seperti Boeing 787 dan Airbus A350. Penggunaan pesawat-pesawat
ini di masa yang akan datang akan mempengaruhi desain bandar udara yang
telah dibangun saat ini, yaitu dalam hal pertimbangan kapasitas dan dimensi
fasilitas sisi udara dan darat, desain perkerasan, serta pertimbangan dampak
kebisingan.

4 REFERENSI
[1] ICAO, 1990. Aerodromes, Annex 14 to the Convention on International Civil
Aviation, Vol. 1: Aerodrome Design and Operations, International Civil
Aviation Organization, Montreal, Canada, July 1990.
[2] FAA, 2014. Airport Design, FAA Advisory Circular AC-150/5300-13A,
Washington, DC: Federal Aviation Administration, February 26 2014.
[3] FAA, 2005. Runway Length Requirements for Airport Design, Advisory
Circular No. AC 150/5325-4B, Federal Aviation Administration, Washington
D.C., July 1 2005.
[4] Horonjeff, et al., 2010. Planning and Design of Airports. Fifth Edition, Mc.
Graw-Hill Inc.
[5] Trani, Antonio, 2013. Aircraft Classifications, Virginia Tech, Virginia.

18
[6] ICAO, 1984. Aerodrome Design Manual, Part 1 : Runways. Second ed., Doc
9157-AN/901. International Civil Aviation Organization, Montreal. Canada.
1984.
[7] ICAO, 1983. Aerodrome Design Manual, Part 2 : Taxiways, Aprons and
Holding Bays. Second ed. International Civil Aviation Organization.
Montreal. Canada. 1983.
[8] Boeing Commercial Airplanes, 2009. B-777-200LR/-300ER/-Freighter
Airplane Characteristics for Airport Planning.
[9] Boeing Commercial Airplanes, 2002. B-747-400 Airplane Charecteristics for
Airport Planning.
[10] Boeing Commercial Airplanes, 2013. 737 Airplane Characteristics for
Airport Planning.
[11] Airbus, 2014. A330 Aircraft Characteristics Airport and Maintenance
Planning, Prancis.
[12] Airbus, 2014. A320/A320Neo Aircraft Characteristics Airport and
Maintenance Planning, Prancis.
[13] Bombardier, 2014. CRJ1000 Next Gen, Canada.
[14] Avions de Transport Regional, 2011. ATR 42-300/-320, Prancis
[15] Avions de Transport Regional, 2014. ATR 72-500 Unrivalled Performance,
Paris.
[16] Avions de Transport Regional, 2011. ATR 42-300/-320, Prancis
[17] Fokker, 2014. Fokker F50 and F-100-Basics.
[18] Garuda. “Revitalisasi Armada”. 7 Juli 2015. https://www.garuda-
indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/fleets/fleetrevitalization.page?.
[19] Lion Air. “Our Fleet”. 7 Juli 2015. https://www.lionair.co.id/ourfleet.aspx
[20] Planespotters. “Batik Air Fleet Details and History”. 8 Juli 2018.
http://www.planespotters.net/Airline/Batik-Air
[21] Sriwijaya Air. “Fleet”. 8 Juli 2015. http://sriwijayavirtual.net/index.php/
pages/fleet
[22] Citilink. “Armada”. 8 Juli 2015. http://www.citilink.co.id/fleet

19
[23] Planespotters. “Air Asia Indonesia Fleet Details and History”. 8 Juli 205.
http://www.planespotters.net/Airline/Indonesia-AirAsia
[24] Planespotters. “Wings Air Fleet Details and History”. 8 Juli 2015.
http://www.planespotters.net/Airline/Wings-Air
[25] Planespotters. “Kalstar Aviation Fleet Details and History”. 8 Juli 2015.
http://www.planespotters.net/Airline/kalStar-Aviation
[26] Planespotters. “Trigana Air Service Fleet Details and History”. 8 Juli 2015.
http://www.planespotters.net/Airline/Trigana-Air-Service
[27] Planespotters. “Sky Aviation Indonesia Fleet Details and History”. 8 Juli
2015. http://www.planespotters.net/Airline/Sly-Aviation-Indonesia
[28] Planespotters. “Express Air Indonesia Fleet Details and History”. 8 Juli 2015.
http://www/planespotters.net/Airline/Express-Air-(Indonesia)
[29] FAA, 2005. Standard Naming Convention for Aircraft Landing Gear
Configurations Federal Aviation Administration No. FAA 5300.7,
Washington D.C., September 2005.
[30] Unknown autor. “The GE90-An Introduction”. 9 Juli 2015.
http://web.stanford.edu/~cantwell/AA283_Course_Material/GE90_Engine_
Data.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai