Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai sebuah negara dimana pembangunan nasionalnya yang

pada hakikatnya memiliki salah satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan

umum.

Di negara yang sedang berkembang khususnya di negara Indonesia yang sedang

menjadi masalah utama adalah meningkatnya jumlah penduduk dari tahun

ketahun dengan pesat yang mengakibatkan timbulnya masalah tersendiri.

Pembangunan ekonomi di suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya

merupakan interaksi dari berbagai kelompok variabel, antara lain sumber daya

manusia, sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain.

Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah

dalam pengembangan sektor ekonomi daerah yang diharapkan dapat

meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja serta tingkat

pendapatan menjadi masalah yang sedang terjadi bagi negara Indonesia. Jumlah

lapangan pekerjaan yang sedikit menyebabkan penduduk yang sudah usia kerja

belum mempunyai pekerja yang layak sehingga menyebabkan angka kemiskinan

semakin meningkat serta penduduk Indonesia memperoleh pendapatan yang

cukup rendah.

Belum berfungsinya semua sektor dengan maksimal dan pembangunan

ekonomi yang belum merata di semua bidang juga mengakibatkan lapangan kerja
yang tersedia belum cukup memenuhi kebutuhan. Keberadaan ekonomi suatu

Kabupaten/Kota salah satunya dapat dilihat dari peranannya terhadap

pembentukan PDRB secara keseluruhan dalam suatu provinsi. Kondisi tersebut

memberikan gambaran bahwa dengan meningkatnya pergerakan sektor ekonomi

di Kepulauan Riau masih belum di ikuti oleh peningkan kesempatan kerja serta

belum mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja secara optimal,

hal ini akan berdampak pada adanya pengangguran. Hal tersebut penting sebagai

pengingat tingginya tingkat pengangguran yang menunjukan kecendrungan

meningkat dan keharusan menciptakan kesempatan kerja bagi angkatan kerja baru

setiap tahunnya.

Apabila di tinjau berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut sektor ekonomi

sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor ekonomi

yang mampu menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan

sektor lainnya, selanjutnya di ikuti berada pada sektor perdagangan, restoran dan

hotel. Selanjutnya, sektor lain yang menyerap tenaga kerja yang relatif terjadi

peningkatan berada pada sektor jasa-jasa dan sektor industri. Sehingga dapat di

katakan bahwa sektor ekonomi tersebut dapat berpotensi untuk mengurangi

jumlah pengangguran yang ada di Indonesia Menurut Todaro (2000).

Pembangunan di Indonesia yang berkesinambungan diarahkan kepada perubahan

struktur, dari struktur yang berlandaskan pertanian menjadi struktur yang

berlandaskan industri modern, perubahan dari sektor primer ke sektor sekunder

dan kemudian dari sektor sekunder ke sektor tersier.


Perubahan struktur ini mempunyai tiga dimensi, dimensi pertama sumbangan

sektor pertanian secara relatif menurun sedangkan sektor non pertanian

meningkat, dimensi kedua persentase tenaga kerja yang bekerja pada sektor

pertanian akan semakin kecil dan dimensi ketiga peningkatan produksi di semua

bidang akan menjadi lebih bersifat industri.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi yang berada di

pulau sumatra dan memiliki peran penting bagi penyerapan tenaga kerja di

Indonesia. Kepulauan Riau merupakan provinsi yang langsung berbatasan dengan

negara lain seperti Malaysia dan Singapura, terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota

dengan jumlah penduduk sekitar 2.064.564 jiwa. Dari segi indeks pembangunan

manusia pada tahun 2017 Kepulauan Riau mendapati peringkat ke 4 dibawah DKI

Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kalimantan Timur dengan nilai 74,45 %,

persentasenya lebih besar dari pada indeks pembangunan manusia nasional yang

hanya sebesar 70,81 %. Sementara itu rata-rata pertumbuhan ekonomi Kepulauan

Riau sebesar 2.49 % dari tahun 2016-2020 serta mendapati peringkat ke 9 dari 10

Provinsi yang berada di Pulau Sumatra.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar

Harga Konstan 2010 Menurut Provinsi di Pulau Sumatra (Persen)

Rata-
Provinsi 2016 2017 2018 2019 2020
rata

Aceh 3.29 4.18 4.61 4.14 -0.37 3.17


Sumatera Utara 5.18 5.12 5.18 5.22 -1.07 3.92
Sumatera Barat 5.27 5.3 5.14 5.01 -1.62 3.82
Riau 2.18 2.66 2.35 2.81 -1.13 1.77
Jambi 4.37 4.6 4.69 4.35 -0.44 3.51
Sumatera Selatan 5.04 5.51 6.01 5.69 -0.11 4.42
Bengkulu 5.28 4.98 4.97 4.94 -0.02 4.03
Lampung 5.14 5.16 5.23 5.26 -1.67 3.82
Kep. Bangka Belitung 4.1 4.47 4.45 3.32 -2.3 2.80
Kep. Riau 4.98 1.98 4.47 4.83 -3.8 2.49

Dapat dilihat tabel 1.1 diatas, bahwa pada tahun 2010, laju Produk

Domestik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Provinsi Kepulauan Riau tumbuh meningkat menjadi 4,47 % dibanding pada

tahun 2017 yang tumbuh hanya sebesar 2,49 %. Kondisi tersebut memperlihatkan

bahwa terjadi peningkatan aktivitas perekonomian di Kepulauan Riau pada tahun

2018, Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau mampu tumbuh positif dipengaruhi

iklim investasi, menggeliatnya ekspor diawal tahun dan pertumbuhan konstruksi

serta lonjakan pengeluaran pemerintah pada akhir tahun. Pertumbuhan ekonomi

Kepulauan Riau tahun 2018 masih didominasi oleh sektor industri utama yakni

industri pengolahan sebesar 36,9 % diikuti Konstruksi sebesar 18,54 % dan

Pertambangan dan Penggalian sebesar 14,6 %.

Sementara itu pada tahun 2019 laju Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kepulauan Riau tumbuh meningkat

menjadi 4,83 % dibanding pada tahun 2018 yang hanya tumbuh sebesar 4,47

%dan naik sebesar 0,35 %. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau

mampu tumbuh positif dan dipengaruhi iklim investasi, dengan peningkatan


aktivitas proyek prasarana fisik pemerintah, peningkatan pertambangan

penggalian yang disebabkan naiknya harga minyak dunia, peningkatan aktivitas

ekspor minyak dan gas serta peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah

menjelang akhir tahun. Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau tahun 2019 masih

didominasi oleh sektor industri utama yakni industri pengolahan sebesar 36,49 %

dan Konstruksi sebesar 20,46 %, dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 13,76

%. Laju pertumbuhan pada tahun 2020 dari 10 provinsi yang berada di pulau

Sumatra rata-rata mengalami kontraksi terkhususnya Kepulauan Riau mengalami

angka kontraksi terbesar dengan nilai sebesar -3,8 % yang diakibatkan adanya

pandemic covid-19 semua provinsi-provinsi di Indonesia juga terkena

dampaknya, dimana nilai tersebut terbesar dari 10 provinsi lainnya lalu diikuti

oleh Kepulauan Bangka Belitung.

Berdasarkan besarnya peranan masing-masing sektor terhadap

pembentukan PDRB di Kepualauan Riau, maka dapat dilihat arah kecendrungan

struktur ekonomi daerah tersebut. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

meningkat maka mempengaruhi perkembangan sektor-sektor ekonomi seperti

pertambahan jumlah produksi barang industri, pertumbuhan penggunaan jasa,

perkembangan sarana dan prasana kondisi ini dapat tercipta lapangan

pekerjaanbaru serta akan menambah jumlah penguunaan tenaga kerja hal ini akan

membuka kesempatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau.

Bergeraknya aktivitas perekonomian di berbagai sektor di Provinsi

Kepulauan Riau seharusnya juga diikuti oleh kemampuan masing-masing sektor

untuk menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja di Jawa Tengah. Tercatat
dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2007, jumlah Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kepulauan Riau mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Hal ini menujukkan bahwa terjadi peningkatan kapasitas produksi dan

proses ekonomi di Kepulauan Riau.

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

Atas Dasar Harga Konstan 2017 – 2019 Menurut Kabupaten/Kota (Persen)

Lapangan Usaha
12 3 4 5 6 7 8 9
Karimun
2 51 6 6 1 6 6 6 6 6
2 ,4 ,1 ,7
0 ,5 0
1 ,6 ,6 ,8 ,7 ,6
0
2 4, 3, 7, , 1
7 5 7, 6, , 6
6 , 6,

2 ,4 ,6 ,1
0 ,7 51 ,7 ,6 ,6 ,5 ,7
0
2 4, 8, 11 ,7 1
1 8, ,6 ,7 ,5 ,7
0 , , 1 , 1 , , , , ,
Bintan
2 75 4 4 7 6 5 7 6 5
2 ,8 ,4 ,3
0 ,4 ,6 ,6 ,5 ,6 ,7 ,5

2 ,7 ,6 ,4
0 ,4 ,6 ,6 ,5 ,6 ,6 ,5
0
2 ,8 ,6 ,5 ,6 ,6 ,7 ,5 ,6 ,6 ,6
0
2 ,6 ,4 ,6 ,5 ,8 ,6 ,6 ,4 ,3 ,6
0 , , , , , ,
Natuna
, , , ,

2 59 5 3 2 7 9 4 5 6
0 , 9
2 4 , 5, 3
, 2
0 ,9 ,9 5 , ,5 ,6

2 49 5 3 2
0 , , , , 1 ,9 ,9 ,5 ,5
,6

2 ,4 9
0 , 5
, , 8
3 1 , 9
9 , ,5 ,5 ,6

2 4 6 ,5
0 , , ,3 9
1 ,9 ,9 ,5 ,5 ,6
0 , , ,
Lingga
, 9 , , , , ,

2 41 ( 6 1 1 1 1 1 6
2 ,3 0
0 1 0
( ,5 3
1 1
1 2
1 1
1 0
1 ,6
0
2 ,3 0
9 ( 5 1 1
0 , 3 1 2
1 1
1 0
1 ,6
0
2 ,3 ,8 0
( 6 1 1 1
, 2 0 1 1
1 09 ,6
0 ,3 ,8
2 0
( 7 1 1 9 1
, 2 0 0 1 ,8 ,6
0 , ,
Batam
0 , 1 0 , 0 , ,

2 32 6 6 8 8 2 2 6 7
2 ,2 ,1
0 ,3 ,1 ,2 ,7 2
2 ,2 ,5 ,4
2 ,3 ,1 7
0 , 4, 12 9, , 5
6 , 5, 7,

2 7 1 5 1 1 ,1
0 , , , , 5
,7 ,6 ,3 ,7
0
2 4, 1, 5, 50 80 11
,6 6
, 4, ,6
0 , , , , , 0 , , , ,
Tg.pinang
2 32 3 6 1 5 9 1 4 7
2 ,2 ,3 ,3
0 ,5 4
1 ,5 ,9 0
1 ,4 ,6
0
2 2, 3, 5, , 9
2 4 6, 6, 0 6
7 , 7,

2 ,3 ,3 ,4 0
0 6 ,1 ,5 ,7 ,8 ,5 ,7
0
2 ,
3 ,
3 ,
6 ,
1 2
1 6, 6, ,6 ,4 ,7
0 , , , 0 0 , , , , ,
Anambas
2
0 51 4 3
2 2 1 1 6 5 6
2 ,7 0
0 8 ,5 ,3 3
1 07 06 ,2 ,5 ,7
0
2 ,7 ,8 ,6 ,4 01 7 ,6 ,2
, ,5 ,7
0
2 ,7 ,8 ,6 ,5 0
,5 ,71 ,8 ,7 ,3
0 , , , , 3 , , , , ,

Sumber: BPS Provinsi (diolah)

Dapat dilihat dari tabel 1. Sektor listrik, gas dan air bersih, Kota
Tanjung pinang yang memiliki pertumbuhan paling besar dibandingkan
kabupaten/kota lain yaitu sebesar 10,81 % dan nilainya masih diatas
pertumbuhan Provinsi. Kabupaten Natuna mengalami pertumbuhan paling
kecil untuk sektor ini sebesar 3,94 %. Kabupaten Natuna mengalami
pertumbuhan yang tinggi untuk sektor bangunan dibandingkan
kabupaten/kota lainnya, dimana kabupaten ini tumbuh 19,12 %.
Sedangkan untuk daerah yang mengalami pertumbuhan paling kecil
adalah Kabupaten Bintan tumbuh sebesar 8,56 %. Daerah yang
mengalami pertumbuhan terendah untuk sektor perdagangan, hotel dan
restoran adalah Kabupaten Bintan sebesar 6,01 % sedangkan daerah yang
memiliki laju pertumbuhan paling tinggi adalah Kabupaten Lingga
sebesar 10,51 % dan nilainya dibawah pertumbuhan Provinsi.

Laju pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi tahun 2012


yang mengalami percepatan pertumbuhan adalah Kabupaten Natuna
sebesar 9,86 %. Dan untuk daerah yang mengalami pertumbuhan terendah
adalah kabupaten Bintan sebesar 6,11 %. Untuk sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan hanya di Kabupaten Lingga yang
mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 10,38%. Untuk daerah yang
mengalami perlambatan pertumbuhan adalah Kabupaten Anambas yang
hanya tumbuh sebesar 3,14 %.

Terakhir sektor jasa-jasa, daerah yang mengalami percepatan


pertumbuhan untuk sektor ini adalah Kabupaten Lingga sebesar 8,91 %
dan daerah yang mengalami perlambatan pertumbuhan adalah Kabupaten
Bintan sebesar 3,74 %. Untuk sektor pertanian, Kabupaten Bintan tetap
memiliki laju pertumbuhan yang paling besar jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya yaitu sebesar 6,37 %. Sedangkan daerah yang
mengalami pertumbuhan paling kecil adalah Kota Tanjungpinang sebesar
3,37 %.

Untuk sektor ke dua yaitu sektor pertambangan dan penggalian tanpa


migas pada hanya di Kabupaten Lingga sebesar 9,28 % yang memiliki
laju pertumbuhan ekonomi tertinggi jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya bahkan nilai laju pertumbuhan Provinsi jauh
dibawah laju pertumbuhan Kabupaten Lingga. Kota Batam memiliki laju
pertumbuhan paling kecil untuk sektor ini, dimana daerah ini tumbuh
1,03 % saja.Sektor ketiga yaitu sektor industri pengolahan, Kabupaten
Karimun memiliki laju pertumbuhan yang paling besar sebesar 11,24 %
dan nilainya masih lebih tinggi dari laju pertumbuhan provinsi, hal ini
salah satunya dikarenakan adanya industri pengolahan baru yang bergerak
dibidang galangan kapal yaitu PT Saipem. Untuk laju pertumbuhan
paling kecil di sektor ini adalah Kabupaten Lingga yang tumbuh minus
0,01 persen.
4.5
3.33
2.38 3.8
4.16
3.78
5.65
1.16
Axis Title

4.41 3.78 2.11


1.49 1.48
-0.62
-0.33 1.29
Karimun Bintan Natuna -1.28
Lingga Kepulauan -0.85
-1.13
Anambas Batam Tanjungpinang

-9.34
-1.66

Axis Title

Tabel 1.4 Upah Minimum Provinsi Kepulauan Riau menurut

Kabupaten/Kota (Rupiah) 2017-2019

Upah Minimum menurut

Wilayah Kabupaten/Kota (Rupiah)

2017 2018 2019

Kepulauan Riau 2358454 2563875 2769754

Karimun 2617760 2845766 3074281

Bintan 2863231 3112618 3362561

Natuna 2438115 2650475 2863308

Lingga 2382593 2590116 2798102

Kepulauan

Anambas 2697935 2932925 3168439

Batam 3241125 3523427 3806358

Tanjungpinang 2359661 2565187 2771172


Sumber: BPS (diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas Upah Minimum Provinsi di Provinsi

Kepulauan Riau disetiap tahunnya mengalami peningkatan sebagai berikut:

1. Tahun 2017 nilai Upah Minimum Provinsi yang ditetapkan pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau yang dan diberikan kepada tenaga kerja

sebasar Rp 2.358.454.

2. Tahun 2018 Upah Minimum Provinsi yang ditetapkan pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp 2.563.875 meningkat sebesar Rp

205.421.

3. Tahun 2019 Upah Minimum Provinsi meningkat yaitu sebesar Rp

205.870 nilainya menjadi Rp 2.769.745.

4. Tahun 2020 Upah Minimum Provinsi yang yang ditetapkan

pemerintah provinsi mengalami kenaikan sebesar Rp 235.715 dengan

nilai Upah Minimum Provinsi Kepulauan Riau tahun 2020 sebesar Rp

3.005.460.

Maka dapat disimpulkan perkembangan nilai Upah Minimum Provinsi

(UMP) di Kepulauan Riau pemerintah bertujuan agar daya beli masyarakat

Kepulauan Riau mengalami peningkatan. Dari uraian diatas berdasarkan besarnya

investasi modal asing dan investasi dalam negeri yang ditanamkan oleh investor

diperlukan mengingat daerah Kepulauan Riau mempunyai sumber daya alam dan

tenaga kerja dalam jumlah banyak, selain itu nilai dari PDRB setiap tahunnya juga
selalu meningkat serta upah minimum yang ditetapkan setiap tahun juga

mengalami peningkatan.

Dalam hal ini Penyerapan Tenaga Kerja menjadi suatu permasalahan di

dalam kegiatan pembangunan ekonomi ketika jumlah tenaga kerja yang setiap

tahunnya meningkat, sedang terjadi di daerah-daerah Indonesia yang salah

satunya adalah daerah Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan daerah Provinsi

Kepulauan Riau rata-rata mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja dari tahun

ke tahunnya maka dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk yang Bekerja menurut Kabupaten/Kota dan

Lapangan Usaha Utama (Persen) 2016 – 2017.

Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Kabupaten/Kota dan

Lapangan Usaha Utama (Persen)


Wilayah
Pertanian Industri Pelayanan

2016 2017 2018 2016 2017 2018 2016 2017 2018

Kepulauan 11.9 25.2 33.0 25.8 62.8 58.1 66.4

Riau 7 8.78 7.76 3 4 2 0 8 2

21.2 16.8 26.4 14.5 52.2 68.5


Karimun
- 6 7 - 6 4 - 8 9

23.2 22.2 26.9 14.7 49.8 63.0


Bintan
- 1 1 - 1 1 - 7 7

21.3 23.5 21.0 12.1 57.6 64.3


Natuna
- 1 0 - 7 6 - 2 3
33.1 34.0 25.1 15.6 41.6 50.3
Lingga
- 5 1 - 8 6 - 7 3

Kepulauan 28.3 25.7 20.5 16.8 51.0 57.4

Anambas - 9 1 - 2 7 - 9 2

38.4 33.4 58.6 64.9


Batam
- 2.93 1.66 - 6 4 - 2 1

Tanjungpinan 21.0 11.1 76.5 86.2

g - 2.33 2.66 - 9 2 - 8 2

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

Berdasarkan tabel 1.2 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah angkatan kerja di

Provinsi Kepulauan Riau dari tahun ke tahun menunjukan tren peningkatan

jumlah angkatan kerja pada tahun 2016 sebesar 931.435 juta jiwa sedangkan

ditahun 2020 sebesar 1.133.776 juta jiwa, dengan rata laju pertumbuhan jumlah

angkatan kerja sebesar 5,04 persen disetiap tahunnya. Hal ini menjadikan

pertumbuhan jumlah angkatan kerja jadi tertinggi dari 9 provinsi lainnya serta dari

jumlah menjadikan Provinsi Kepulauan Riau berada di peringkat 4 nasional

jumlah angka tingkat penganguran terbuka dengan angka sebesar 10.46 persen.

Artinya jika suatu daerah mengalami peningkatan jumlah dari angkatan kerja

maka akan berdampak kepada bidang ketenaga kerjaan apabila kesempatan kerja

tidak seimbang dengan jumlah peningkatan penduduk usia produktif maka akan

menimbulkan permasalahan yang disebut pengangguran. Hal ini juga akan

mempengaruhi pembangunan serta laju pertumbuhan ekonomi di karenakan


jumlah tenaga kerja menjadi faktor penting dalam meningkatkan perekonomian

daerah.

Dampak yang ditimbulkan ketika jumlah tenaga kerja yang meningkat di

setiap tahunnya maka jumlah permintaan tenaga kerja pun juga akan meningkat

sehingga penyerapan tenaga kerja juga harus meningkat. Kesempataan kerja

merupakan bertalian dengan bidang sosial dimana ketika perekonomian suatu

negara mengalami pelemahan maka peluang untuk bekerja pun juga akan semakin

sempit kondisi ini dapat mengakibatkan krisis ekonomi, kemiskinan, ketimpangan

disamping itu tingkat kejahatan dan kriminalitas akan semakin meningkat.

Terjadinya perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan

dimana semakin tinggi pendapatan per kapita suatu negara peranan sektor

pertanian akan semakin mengecil sementara itu peranan sektor industri maupun

jasa akan meningkat. Mulyana dalam Esmara (1987) menyatakan bahwa “secara

garis besar tahap-tahap yang umumnya dilalui dalam perkembangan suatu negara

(daerah) yang dimulai dari tahap sebelum mengadakan pembangunan menuju ke

tahap seimbang”.

Kuznetz dalam Noor (1991) berpendapat bahwa perubahan struktur

ekonomi ditandai dengan menurunnya kemampuan sektor pertanian dalam

menyerap tenaga kerja sedangkan sektor industri menunjukkan hal yang

sebaliknya yaitu adanya peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja.

pengurangan pengunaan tenaga kerja untuk melakukan efisiens, dimana

hal tersebut dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kesempatan kerja. Sehingga


diduga tingkat upah mempunyai hubungan yang negatif terhadap kesempatan

kerja (Simanjuntak, 2002).

Di provinsi Kepulauan Riau upah minimum yang ditetapkan oleh

pemerintah provinsi pada setiap tahunnya mengalami peningkatan hal ini

berdasarkan perekonomian suatu daerah agar masyarakatnya mendapatkan taraf

hidup yang layak dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan

bertambahnya pendapatan pekerja, maka tingkat konsumsi pekerja juga akan

meningkat. Dengan meningkatnya konsumsi agar dapat mendorong munculnya

jenis-jenis usaha baru hal ini akan berpotensi menambah lapangan pekerjaan baru

khususnya di daerah wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Adapun nilai upah minimum provinsi yang ditetapkan dalam 4 tahun

terakhir oleh pemerintah provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut:

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai “Analisis

Pengaruh Struktur Ekonomi Primer, Sekunder, Tersier, Upah Dan PDRB

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kepulauan Riau”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan yang

akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Struktur Ekonomi, Upah, PDRB dan

Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2005 - 2020?

2. Bagaimana pengaruh Struktur Ekonomi, Upah, dan PDRB terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2005 - 2020?


1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Struktur Ekonomi, Upah,

PDRB dan Penyerapan Tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau tahun

2005-2020.

2. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Ekonomi, Upah, dan PDRB terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kepulauan Riau 2005-2020.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis/ Akademis

Adapun Kegunaan akademik dari penelitian ini yaitu, diharapkan

hasil dapat memberikan kegunaan teoritis/akademis berupa sumber

informasi khususnya pada kajian ilmu ekonomi yang berkaitan dengan

tingkat perkembangan Struktur Ekonomi, Upah, PDRB dan Penyerapan

Tenaga Kerja di Provinsi Kepulauan Riau.

1.4.2 Kegunaan Praktis/ Empiris

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan

Praktis atau empiris yaitu:

1. Guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi, pada Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan.


2. Sebagai acuan penelitian pada penelitian sejenis dimasa yang

akan datang.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian diharapkan dapat menambah

wawasan dan juga referensi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai