Anda di halaman 1dari 5

HERMENEUTIKA

1. Interprestasi gramatikal dan interprestasi psikologis


 Jelaskan pengertiannya :
 interpretasi gramatikal : terpusat pada ciri-ciri umum bahasa.
 interpretasi psikologis: bertujuan memahami subjektivitas unik atau kejeniusan kreatif sang
pengarang
 Uraikan dua dalil
 Kanon pertama menegaskan: “Penentuan arti yang lebih tepat pada titik mana pun dalam sebuah teks
mesti diputuskan berdasarkan penggunaan umum bahasa yang berlaku baik bagi sang pengarang
maupun bagi publik yang asli.” Dengan kata lain, interpretasi gramatikal mengandaikan bahwa penafsir
yang sekarang mengetahui bahasa sebagaimana yang diketahui sang pengarang pada momen sejarah
bersangkutan.
 Kanon kedua berbunyi: “Makna setiap kata dalam satu perikop mesti ditentukan oleh konteksnya.”
Kepekaan terhadap konteks, sebagaimana yang telah kita katakan terdahulu, dituntut oleh ciri
polisemik kata-kata dalam bahasa sehari-hari. Konteks wacana dalam percakapan sehari-hari
berfungsi menyaring polisemi tersebut sehingga kadar univokal tertentu bisa dicapai dalam proses
komunikasi. Hal yang sama dapat dikatakan tentang setiap karya wacana tertulis. Posisi sebuah kata
dalam sebuah kalimat dan posisi sebuah kalimat dalam keseluruhan karya menentukan arti kata atau
kalimat bersangkutan.
Ada hubungan timbal balik di antara kedua kanon tersebut. Kanon satu mengatakan bahwa kita dapat
memahami pokok tertentu dalam teks hanya jika kita memiliki penguasaan umum bahasa bersangkutan
sebagaimana dahulu digunakan oleh sang pengarang dan publik aslinya. Namun yang sebaliknya juga benar.
Penguasaan kita yang umum atas suatu bahasa diperoleh dengan belajar mencermati arti kata-kata dan frase
dalam pelbagai konteks wacana yang khusus.
 Disebut interprestasi reproduktif
 kita harus “memahami teks mula-mula sebaik pengarangnya dan kemudian malahan lebih baik
daripada pengarangnya sendiri”. Namun bila kita bertanya lebih lanjut tentang apa yang mesti
dipahami dalam teks, maka muncul ambiguitas yang lain. Manuskrip yang sama menandaskan bahwa
“kita mesti menangkap pemikiran yang melandasi suatu pernyataan tertentu Dalam kedua hal
tersebut, entah penekanan diberikan pada sisi objektif atau subjektif, Schleiermacher tampaknya
memiliki gagasan tentang pemahaman reproduktif, dan bukan pemahaman produktif. Banyak teks
menguatkan hal ini. bahkan gagasan bahwa kita dapat memahami lebih baik daripada pengarangnya
sendiri mengandaikan bahwa penafsir mula pertama mesti mampu mereproduksi maksud sang
pengarang sebelum ia dapat membuat perbandingan.

2. kategoris pemahaman menurut wilhem Dithley

 Kategori bagian dan keseluruhan

kita mengetahui makna berbagai ekspresi manusia melalui proses pemahaman yang bergerak dari bagian-
bagian menuju keseluruhan dan dari keseluruhan menuju bagian-bagian. Sebagai contoh, agar bisa memahami
makna sebuah kalimat, maka kita harus mengetahui arti kata-kata; namun kita dapat mengetahui persis arti
kata-kata itu hanya dalam konteks kalimat secara keseluruhan.

 Kategori tujuan dan sarana Setiap tindakan manusia dan, lebih umum lagi,

Setiap ekspresi manusia memiliki satu tujuan tertentu dan satu sarana tertentu pula untuk mencapainya.
Misalnya, kita dapat memahami tindakan protes Nelson dan Winnie Mandela di Afrika Selatan, bila kita antara
lain mengetahui apa yang menjadi tujuan mereka dan sarana yang mereka gunakan untuk mencapainya.

Ogas Page 1
 Kategori kekuasaan:

Kategori ini mencerminkan kesadaran kita untuk mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan. Misalnya,
apabila kita mengatakan bahwa kita memahami tindakan protes Nelson dan Winnie Mandela, maka kita mesti
memahaminya juga dalam bingkai kendala fisik, sosial dan politik dalam perjuangan mereka melawan apartheid,
serta kekuatan fisik dan moral yang mereka gunakan untuk mengatasinya.

 Kategori luar dan dalam:

ekspresi manusia selalu merupakan manifestasi keadaan mental dalam tanda-tanda fisik. Memahami
berbagai tindakan atau ekspresi manusia tidak sama dengan memahami balok-balok kayu yang mengambang di
atas permukaan air atau melihat dedaunan yang luruh ditiup angin pada musim gugur. Sebaliknya, kita
memahami berbagai tindakan atau ekspresi manusia menurut intensi dan motivasi pelaku.

 Kategori nilai

Ketika kita memahami ekspresi kehidupan tertentu (misalnya tindakan protes), maka kita tidak semata-
mata memahami hal itu, tetapi juga membuat penilaian atasnya ditinjau dari segi baik atau buruk,
menyenangkan atau menyusahkan, indah atau jelek, benar atau palsu, dan kita memberi tanggapan atasnya
dengan menyatakan setuju atau menolak.

3. ( Gadamer )
 mengapa kesadaran mensejarah yg mustajab hanya bisa dilakukan melalui pembauran horizon
 Sebagai makhluk historis kita sudah selalu menemukan diri kita dalam sebuah situasi terberi. Namun
setiap situasi manusia dikitari oleh sebuah horizon. Sebenarnya gagasan tentang horizon mula
pertama digunakan dalam bidang visual dan kemudian dialihkan ke ranah intensionalitas kesadaran
pada umumnya.
 Untuk memahami pembauran cakrawala atau horizon maka kita harus ingat bahwa “kita tidak berada
dalam horizon yang tertutup, juga tidak dalam horizon yang unik”. Tak ada satu pun horizon yang
tertutup karena ada kemungkinan untuk mengubah sisi tilik seseorang, menggunakan sudut pandang
yang lain, dan dengan cara ini horizon pun turut berubah.Namun tak satu pun horizon yang sama
sekali unik, karena manusiaitu menurut hakekatnya sekaligus individu dan makhluk sosial.
 Mengada berarti mengada bersama. “Sama seperti individu tidak pernah individual semata-mata,
karena ia selalu terlibat dengan sesamanya, demikian pun horizon tertutup yang dipersangkakan
menyungkup sebuah kebudayaan adalah abstraksi belaka.” Kini kita dapat melihat bahwapembauran
horizon sebenarnya apa yang selalu terjadi dalam pemahaman historis kita; pembauran itulah yang
memungkinkan terjadinya komunikasi jarak jauh antara dua kesadaran yang terkondisi dalam situasi
yang berbeda. Sebuah teks dari masa lampau memiliki horizon historisnya sendiri, sama seperti
seorang pembaca pada zaman ini mempunyai cakrawalanya sendiri. Dalam proses pemahaman si
pembaca berupaya sejauh mungkin untuk memahami teks itu seturut horizon teks itu sendiri, namun
reproduksi total masa lampau sebagai masa lampau adalah hal yang mustahil. Pada akhirnya kita
hanya dapat memahami dari sudut pandang kita dalam horizon sekarang ini, justru karena kita tidak
dapat melenyapkan historisitas kita.
 Bahasa sbagai medium universal

bahasa adalah medium universal di mana pemahaman itu sendiri diwujudkan”.

 Bahasa adalah satu-satunya pengandaian dalam hermeneutika.”Gadamer hanya mengutip bagian ini. Bahasa
sekaligus menentukan tindak memahami dan objek pemahaman. Di satu pihak, semua tindakan memahami
dikondisikan secara lingual karena pemahaman berfungsi melalui rupa-rupa gagasan atau jejaring konseptual
yang diberikan hanya di dalam bahasa. Di lain pihak, pokok pembahasan atau apa yang kita maksudkan dalam
pemahaman juga diketahui melalui bahasa. Memahami suatu bahasa yang kita gunakan dalam percakapan
sehari-hari berarti memahami apa yang dikatakan melalui medium bahasa itu. Akan tetapi kita tidak pernah
memahamiapa yang dikatakan itu secara terpisah dan tersendiri. Kita memahaminya dalam suatu kompleks arti

Ogas Page 2
dan referensi yang lebih luas. Namun bukankah kita telah mengatakan bahwa keseluruhan kompleks arti dan
referensi adalah dunia dalam artian eksistensial di mana kita hidup? Bagi Gadamer, keseluruhan kompleks arti
dan referensi itu adalah suatu kompleks lingual; maka, dunia secara ontologis adalah sebuah dunia bahasawi.

 3 ciri khas bahsa dan uraikanlh secara singkat

 lupa-diri bahasa. Semakin bahasa menjadi kegiatan riil, bahasa pun kian transparan; dan semakin
transparan bahasa itu dalam ujaran kita, semakin ia lupa diri karena ia tidak merujuk pada dirinya sendiri
tetapi pada apa yang diperkatakan di dalamnya.
 karakter dialogalnya. bahasa yang digunakan seseorang dalam tuturan tidak termasuk dalam ranah
“Aku” sendiri tetapi dalam tataran “Kita”, di mana bahasa menjadi mediasi antara Aku dan
Engkau.“Berbicara berarti berbicara dengan seseorang.”
 universalitas bahasa. “Bahasa merangkum segala sesuatu,” kata Gadamer. Tidak saja dunia di mana kita
hidup ini adalah sebuah dunia lingual, tetapi juga semua pemikiran dalam ranah kemungkinan juga
dikondisikan oleh bahasa. Universalitas bahasa sudah tampak dalam kenyataan bahwa bahasa sekaligus
menentukan dan membatasi baik matra noetis maupun matra noematis dari pemahaman. Namun lebih
dari itu, kita mesti menambahkan bahwa keinginan dan perasaan kita beserta seluruh keberadaan kita
dikondisikan oleh bahasa.

4. Riceour ( teks merupakan wacana yg dimantapkan)


 Uraikanlah !!! Secra subjektif : wacana adalah tindakan yg polivalen dan scra objektif : dialetik arti dan
referensi
 Dilihat dari segi subjektif, sebuah wacana adalah hasil kegiatan polivalen. Maksudnya, waktu
menyampaikan sesuatu, pembicara membuat beberapa tindakan sekaligus (locutionary, illocutionary,
perlocutionary and interlocutionary acts).
 Makna wacana, dilihat secara objektif, adalah dialektik arti dan referensi (sense and reference). Arti
(sense) adalah pengertian konseptual yang terberi di dalam wacana; referensi adalah kenyataan yang
diperkatakan melalui wacana.

Bahasa yang kita gunakan dalam hidup setiap hari bukanlah semata-mata sebuah objek melainkan mediasi:
mediasi antara aku dan sesama disebut komunikasi, antara aku dan dunia disebut referensi, antara aku dan diriku
disebut pengenalan diri. Kedua, kalau sistem bahasa merupakan struktur yang tertutup dan terbatas, maka bahasa
sebagai wacana adalah penggunaan tak terbatas dari sarana yang terbatas.

 Otomenis simentis rangkap tiga

 Otonomi semantis terhadap maksud pengarang

 arti sebuah karya tulis tidak lagi bergantung pada maksud penulis di luar teks itu. Sebetulnya selalu
ada jarak antara maksud pembicara dan arti wacana, juga dalam bentuk lisan. Dari satu pihak maksud
seseorang melebihi apa yang diucapkannya; dari lain pihak arti wacana melampaui maksud pembicara
itu.
 ada dua alasan mengapa teks mempunyai otonomi semantis terhadap maksud pengarang. Pertama,
ketaksadaran individual pengarang. Kita belajar dari psikoanalisis bahwa ucapan atau ekspresi pribadi
dapat menyatakan lebih banyak daripada apa yang dimaksudkan secara eksplisit oleh orang itu.
Kedua, ada semacam ketaksadaran kolektif dalam bahasa. Bahasa mempunyai arti jamak pada
beberapa lapisan.
 Otonomi semantis mempunyai konsekuensi penting bagi penafsiran sebuah teks. Menurut Ricoeur,
yang menjadi tujuan penafsiran bukanlah maksud pengarang di luar atau di balik teks melainkan arti
yang terberi di dalam dan melalui teks itu.

Ogas Page 3
 Otonomi semantis terhadap lingkup kebudayaan asli

 Sebuah wacana, lisan atau tulisan, selalu muncul dalam konteks budaya tertentu. Wacana lisan
umumnya sangat terikat pada situasi konkret percakapan antara seorang pembicara dan pendengar
langsung. Sedangkan sebuah teks atau tulisan dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari
satu zaman ke zaman lain, dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Dan dalam lingkup kebudayaan
baru teks itu masuk ke dalam jaringan arti dan tata nilai baru. "
 Kita perlu memberi sedikit catatan atau kualifikasi. Teks memang mempunyai otonomi semantis
tertentu, tetapi otonomi itu tidak mutlak. Konteks budaya asli bagaimanapun juga tidak terhapus
seluruhnya. Kosa kata dalam teks, tema, genre, ungkapan-ungkapan, nama-nama adalah jejak-jejak
yang menunjukkan konteks sosial budaya asli di mana teks itu ditulis.
 Tetapi kenyataan ini tidak membatalkan proposisi kita bahwa teks mempunyai otonomi tertentu
terhadap kebudayaan asli. Teks pertama-tama harus dimengerti berdasarkan arti yang terberi di
dalam dan melalui teks itu. Kita bisa menyebut beberapa alasan. Pertama, apa yang disebut "konteks
kebudayaan asli" seringkali merupakan konstruksi yang kita buat berdasarkan teks-teks yang kita baca
sekarang. Kedua, dalam menafsirkan teks-teks tersebut kita tidak pernah bisa melepaskan cakrawala
pemahaman kita sendiri.

 Otonomi semantis terhadap pembaca atau publik asli

 Wacana lisan diucapkan seorang pembicara kepada pendengar dalam situasi yang sama. Sebuah
tulisan, sebaliknya, terbuka untuk semua orang yang bisa baca di tempat dan zaman yang berbeda.
Memang ada tulisan yang amat bersifat pribadi yang ditujukan kepada orang tertentu saja. Tetapi
sejauh wacana itu tertulis, secara potensial ia terbuka kepada setiap orang yang bisa membacanya.
Bahkan surat-surat cinta Kahlil Gibran masih kita baca dan nikmati sampai sekarang.
 Karena teks itu bisa ditujukan kepada publik baru, maka riwayat hidup teks sangat bergantung pada
publik baru yang menerimanya. Ada teks yang langsung mendapat penghargaan yang luar biasa dari
publiknya, tetapi segera dilupakan kembali. Ada teks yang hidup terus dari generasi ke generasi dalam
banyak komunitas pembaca di tempat dan kebudayaan yang berbeda-beda. Kitab Suci adalah contoh
terbaik dalam hal ini.
 Sebuah konsekuensi penting dari otonomi semantis bagi penafsiran teks ialah bahwa interpretasi teks
tidak bersifat reproduktif (kembali ke maksud asli pengarang dalam konteks sosial budaya asli),
melainkan bersifat produktif melalui pembauran cakrawala ketika pembaca atau pendengar
memahami dan meresapkan arti sebuah teks.

5. Hermeneutika Riceour

 Mimesis 1, 2 dan 3

 Mimesis-1

 Pra pengertian tindakan manusia. proses tiruan kreatif itu sudah terdapat dalam praksis atau tindakan
manusia yang konkret sebelum tindakan itu dikisahkan. Alasannya, setiap tindakan manusia sudah
selalu dimengerti (dan bisa ditiru) menurut struktur makna, ragam simbolik dan ciri temporalnya.
 Kalau kita membuat analisis struktural atas tindakan, akan nampak bahwa tindakan mempunyai
pelaku, tujuan, motif, lingkup sekitar, pelaku serta, dan akibat.
 Tetapi unsur struktural itu dimengerti secara berbeda menurut ragam simbolik dalam kebudayaan
yang berbeda-beda. Oleh ragam simbolik ini sebuah tindakan mendapat artinya yang aktual dalam
situasi konkret
 Setiap tindakan juga mempunyai ciri temporal: ia berdasar pada pengalaman masa lampau, untuk
mewujudkan rencana bagi masa depan, dengan mengambil inisiatif saat ini.

Ogas Page 4
 Mimesis-2

 konfigurasi plot sebuah kisah.


 Hubungan keduanya : Pertama, keduanya saling mengandaikan. Tindakan memberikan bahan untuk
dikisahkan, sedangkan kisah memberikan pemahaman yang lebih jelas dan tegas terhadap tindakan.
Kedua, kisah merupakan transformasi kreatif atas mimesis-1 melalui proses seleksi dan kombinasi.
seleksi ini tentu saja dibuat berdasarkan kepentingan dan maksud tertentu.
 Unsur-unsur yang telah diseleksi itu kemudian disusun atau dirangkaikan menurut kaidah yang
paling elementer dari sebuah karya literer yaitu komposisi, genre literer, dan gaya, yang telah kita
bahas di atas. Hanya perlu sedikit catatan tambahan.
 Melalui komposisi sebuah kisah mendapat bentuknya sebagai kesatuan wacana yang utuh. Akan tetapi
dalam kisah kita tidak hanya menemukan unsur-unsur yang harmonis, yang mendukung kesatuan
wacana. Kita juga menemukan unsure- unsur yang mengancam keutuhan kisah tersebut: kejutan,
ancaman, bencana, atau perubahan nasib yang secara tak terduga mengubah alur ceritera. Ceritera
menjadi menarik justru oleh ketegangan antara unsur yang dapat diprakirakan menurut alur ceritera
dari awal dan unsur yang tidak terduga-duga.

 Mimesis-3

 pertemuan antara dunia yang disarankan oleh sebuah teks dan dunia konkret pembaca atau
pendengar
 Tindakan manusia tidak pernah dipahami secara tersendiri lepas dari yang lain. Satu tindakan
mempunyai makna selalu dalam hubungan dengan yang lain, dengan mengandaikan satu horizon
global yang membentuk dunia hidup sehari-hari
 Tindakan mempunyai makna dalam konteks dunia yang kuhidupi. Dunia secara eksistensial bukanlah
keterangan tempat, melainkan kompleks nilai dan arti di mana manusia mengada.
 Sebuah teks yang dibaca, sebuah kisah yang diceritakan, menawarkan sebuah dunia potensial
 Apa yang sebenarnya terjadi dalam mimesis-3? Bila seorang pembaca atau pendengar menerima dan
sungguh menghayati sebuah ceritera, maka ia mempertemukan dunia yang dianjurkan oleh kisah itu
dengan dunia hidupnya yang konkret dan dengan itu terjadilah pembauran horizon. Dalam keadaan
terbaik mimesis-3 merupakan transformasi kreatif karena pembaca atau pendengar tidak mungkin
mengambil alih dunia teks seluruhnya dan meninggalkan dunianya yang aktual; demikian pula ia tidak
mungkin membiarkan dunianya tetap seperti semula, karena itu berarti ia sama sekali menolak dunia
yang ditawarkan teks

Kata-kata luas sekali lebar seperti muara

kata-kata mesra sekali rindu tapi penuh luka

aku tahu

dan kau pun tahu itu

diucapkan, tetapi tak terkatakan

cr_ Ogas

Ogas Page 5

Anda mungkin juga menyukai