Anda di halaman 1dari 4

Budaya Banten dan Hubungannya Dengan Pancasila

Oleh : Muhammad Siraj Zahran


Berbicara mengenai budaya, Indonesia memiliki bayak sekali
kebudayaan. Apalah arti sebuah daerah tanpa budaya, budaya merupakan
suatu kekhasan yang ada di daerah tertentu. Namun, ada banyak sekali arti
budaya menurut para ahli. Seperti pengertian budaya menurut Clyde Kluckhohn
dan William Henderson Kelly dalam bukunya The concept of culture adalah
semua rancangan hidup yang diciptakan secara historis baik secara eksplisit,
implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang ada pada waktu tertentu
sebagai panduan potensial dalam perilaku manusia. Pengertian budaya
menurut E.B Taylor yang juga merupakan seorang antropolog Inggris yaitu
budaya sebagai sesuatu kompleks yang mencakup pengetahuan kepercyaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lainnya yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Lousie Damen juga pernah menulis di
dalam bukunya yang berjudul Culture Learning: The Fifth Dimension in the
Language Classroom, bahwa budaya mempelajari berbagi pola atau model
manusia untuk hidup seperti pola hidup sehari-hari. Pola dan model ini meliputi
semua aspek interaksi sosial manusia. Budaya adalah mekanisme adaptasi
utama umat manusia.

Banten merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak


kebudayaan, seperti Debus, Tari Topeng, Pencak Silat, dan masih banyak lagi.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara besar yang memiliki banyak
suku, budaya,agama, dan tradisi yang berbeda- beda. Pebedaan tersebut yang
membuat Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh. Setiap daerah pasti
memiliki kebudayaan atau tradisi yang khas dari daerah tersebut. Kebudayaan
di setiap daerah juga memiliki keunikan tersendiri. Seperti di Bali terdapat
tradisi Ngaben yaitu upacara pembakaran mayat, di Sumatra Barat terdapat
Tabuik yaitu peringatan Asyura dengan mengarak miniatur Buraq (kendaraan
yang di pakai Nabi Muhammad), di Madura terdapat karapan Kerbau yaitu
perwujudan rasa syukur masyarakat Madura karena tanah yang dulunya tandus
kini menjadi subur, dan masih banyak lagi kebudayaan yang ada di Indonesia
(Rio, 2017).

Walaupun sekarang sudah memasuki zaman yang modern, tetapi di


Indonesia juga masih banyak daerah yang memiliki kepercayaan terhadap roh-
roh nenek moyang,kepercayaan mistis, dan kepercayaan terhadap yang berbau
magis. Seperti Ritual Tiwah yang merupakan kebudayaan suku Dayak yaitu
memindahkan roh saudara yang sudah meninggal dengan cara mencucinya dan
memindahkannya ke tempat yang bernama Sandang, Bara Suwen atau yang
lebih dikenal dengan nama Bambu Gila yang merupakan kebudayaan daerah
Maluku yaitu permainan yang di mainkan oleh beberapa orang yangmemegang
sebatang bambu dan bambu tersebut di bacakan mantra yang membuat bambu
tersebut begerak- gerak, Ritual Ma’nene yang terdapat di Toraja yaitu
mengganti kain jenazah leluhur mereka dengan kain yang baru, dan masih
banyak lagi (Rio, 2017).

Di Banten sendiri memiliki Ritual Debus. Debus sendiri merupakan


kebudayaan khas suku Baduy. Sebenernya Suku Baduy terbagi menjadi dua
bagian yaitu Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Suku Baduy Luar
merupakan masyarakat Suku Baduy yangsudah bisa menerima perkembangan
zaman, menerima moderenisasi, dan menerima orang asing. Suku Baduy Dalam
merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi, anti
moderenisasi, dan masih menjaga cara berpakaian dan pola hidup lainnya.
Biasanya Suku Baduy dalam ini menolak keberadaan orang asing karan di nilai
dapat merusak tradisi mereka. Suku Baduy tinggal di kawasan Cagar Budaya
Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya
terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini
dikenal sebagai wilayah tanah titipandari nenek moyang, yang harus dipelihara
dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak. Debus Merupakan kesenian yang
memperlihatkan kekebalan tubuh sesorang dengan sedikit percikan unsur-
unsur magis di dalamnya. Kegiatan ini menghadirkan atraksi- atraksi yang tidak
dapat di pikirkan oleh akal manusia dan juga bersifat ekstrim, seperti berjalan di
atas api, menyayat anggota tubuh dengan menggunakan golok yang tajam,
menusuk pipi dengan jarum, berjalan di atas pecahan kaca, menusuk lidah
dengan kawat, menjilat pisau yang tajam, dan masih banyak adegan ekstrim
lainnya. Debus biasanya dilakukan di tempat lapangan terbuka dan luas agar
atraksi tersebut dapat leluasa dan penontonnya juga tetap aman.

Pada awalnya Debus ini bertujuan untuk menyebarkan ajaran Agama


Islam di Banten. Namun, banyak sumber berbeda mengatakan awal mula Debus
di buat. Versi pertama yaitu Debus di sebarkan atau di perkenalkan pertama kali
oleh pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin pada awal abad ke-16 tepatnya
pada tahun 1532-1570 dengan tujuan menarik perhatian masyarakat Banten
yang masih belum memeluk agama Islam pada saat itu dengan cara
memperlihatkan kekuatan tubuh terhadap senjata agar tertarik dengan agama
Islam (Halwany, 2021).

Versi kedua yaitu Debus di perkenalkan pada saat masa pemerintahan


Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1657-1672. Pada saat itu Debus di gunakan
sebagai bentuk perjuangan masyarakat Banten terhadap penjajahan Belanda.
Debus ini di bawa oleh Syech Almadad yang berasal dari Aceh. Kemudian, Debus
ini berkembang pesat di kalangan prajurit- prajurit karna pada saat itu para
lascar di Banten di wajibkan untuk mempelajari Debus. Beliau melakukan
adegan perang- peranagan dengan menggunakanalat yang tajam dan runcing,
seperti pisau atau pedang dengan keyakinan benda tersebut tidak akan
menyakiti badan kita tanpa seizin Tuhan Yang Maha Esa. Terdapat kesamaan
nama Debus di Banten dan Debus di Aceh yang bernama Deboah. Ada
kemungkinan Debus berasal dari kata Deboah (Anonim, 2017).

Versi ketiga yaitu Debus di bawa oleh para pengawal Cut Nyak Dien pada
tahun1848-1908 yang di asingkanb oleh pemerintahan Belanda ke Banten. Salah
satu pengawal tersebut menguasai Debus dan memperkenalkan serta
mengajarkan Debus kepada masyarakat Banten. Beliau mengajarkan ajaran
Tarekat Rifa’I yang dimana mengajarkansikap epiphany. Sikap epiphany tersebut
merupakan rasa gembira yang berlebih saat bertemu dengan Tuhan. Rasa
gembira tersebut dapat mencapai puncaknya yaitu mereka akan merasa kebal
terhadap benda tajam dan runcing apapun benda tersebut (Anonim, 2017).

Sebenarnya tujuan dari Debus tersebut sama yaitu memperluas dan


menyebarkanajaran agama Islam. Awalnya Debus merupakan gabungan antara
seni tari, seni suara, kebatinan yang di balut dengan unsur magis. Karna dulunya
merupakan alat untuk menyebarkan agama islam, Debus di mulai dengan
melantunkan Shalawat serta pujian- pujian kepada Nabi Muhammad (Ria,
2021).

Debus memiliki beberapa unsur yang harus ada di setiap acara yaitu 1).
Pemain, terdiri atas syeh atau pemimpin permainan debus, para pezikir, pemain
dan penabuh, 2). Peralatan permainan terdiri atas golok, pisau, bola lampu,
kelapa, alat penggoreng dan lain-lain, dan 3). Alat musik yang terdiri dari
gendang besar, gendang kecil, rebana dan kecrek. Debus ini memiliki beberapa
rangkaian acara. Acara diawali dengan pembukaanyang di dalamnya dimainkan
lagu tradisional khas Baduy, lalu di lakukan zikir, kemudian dilajutkan dengan
Shalawat serta pujian- pujian kepada Nabi Muhammad, lalu terdapat aksi
pencak silat yang dilakukan oleh satu sampai dua orang tanpa menggunakan
senjata tajam, yang terakhir yaitu penampilan Debus yang dilakukan oleh
beberapa orang dan merupakan puncak pada acara ini (Ria, 2021)

Dari kebudayaan Debus ini pastinya terdapat beberapa nilai Pancasila di


dalamnya, seperti nilai persatuan dan nilai agama. Nilai Pancasila pertama yang
terkandung pada debus ialah nilai persatuan Indonesia, Debus dilakukan
biasanya oleh masyarakat Banten dan juga pastinya di tonton atau di saksikan
oleh masyarakat Banten, maka dari itu Debus dapat menyatukan seluruh
masyarakat Banten pada acaranya. Tidakhanya masyarakat Banten, di zaman
yang sudah modern ini Debus juga suka di saksikanoleh turis- turis Indonesia
yang sedang berkunjung ke daerah Banten.

Debus juga memiliki nilai ketuhanan di dalamnya yaitu mempercayai


bahwa tuhan itu esa sesuai dengan sila pertama Pancasila yang berbunyi
“Ketuhanan yang maha esa”. Dalam permainan Debus juga meyakini bahwa
tuhan dapat membantu kita dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun.
Para pemain Debus yakin bahwa tuhan akan membantunya dan juga
membantunya agar tahan terhadap segala serangan.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui Debus merupakan kebudayaan
daerah Banten khususnya suku Baduy merupakan kebudayaan yang berjtujuan
untuk menyebarkan agama Islam. Debus juga harus kita jaga kelestariannya.
Karna Debus ini merupakan sebuah kebudayaan yang unik dan mungkin hanya
Indonesia lah yang memiliki kebudayaan ini. Ini adalah tugas kita semua sebagai
warga Indonesia untuk menjaganya dan melestarikannya. Pemerintah juga
memiliki andil dalam menjaganya, namun kita sebagai warga Indonesia harus
tetap menjaga kebudayaan- kebudayaandaerah agar tidak punah dan hilang. Hal
ini bertujuan agar anak dan cucu kita masih dapat melihat dan merasakan jenis
kebudayaan yang unik yang berada di Indonesia khususnyadaerah Banten.

Anda mungkin juga menyukai