Versi ketiga yaitu Debus di bawa oleh para pengawal Cut Nyak Dien pada
tahun1848-1908 yang di asingkanb oleh pemerintahan Belanda ke Banten. Salah
satu pengawal tersebut menguasai Debus dan memperkenalkan serta
mengajarkan Debus kepada masyarakat Banten. Beliau mengajarkan ajaran
Tarekat Rifa’I yang dimana mengajarkansikap epiphany. Sikap epiphany tersebut
merupakan rasa gembira yang berlebih saat bertemu dengan Tuhan. Rasa
gembira tersebut dapat mencapai puncaknya yaitu mereka akan merasa kebal
terhadap benda tajam dan runcing apapun benda tersebut (Anonim, 2017).
Debus memiliki beberapa unsur yang harus ada di setiap acara yaitu 1).
Pemain, terdiri atas syeh atau pemimpin permainan debus, para pezikir, pemain
dan penabuh, 2). Peralatan permainan terdiri atas golok, pisau, bola lampu,
kelapa, alat penggoreng dan lain-lain, dan 3). Alat musik yang terdiri dari
gendang besar, gendang kecil, rebana dan kecrek. Debus ini memiliki beberapa
rangkaian acara. Acara diawali dengan pembukaanyang di dalamnya dimainkan
lagu tradisional khas Baduy, lalu di lakukan zikir, kemudian dilajutkan dengan
Shalawat serta pujian- pujian kepada Nabi Muhammad, lalu terdapat aksi
pencak silat yang dilakukan oleh satu sampai dua orang tanpa menggunakan
senjata tajam, yang terakhir yaitu penampilan Debus yang dilakukan oleh
beberapa orang dan merupakan puncak pada acara ini (Ria, 2021)