id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi dan insiden AR bervariasi antara populasi satu dengan
lainnya, di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa prevalensi AR
sekitar 1 % pada Kaukasia dewasa; Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan
Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di Cina sekitar
0,28%. Jepang sekitar 1.7% dan India 0,75%, Insiden di Amerika dan Eropa
Utara mencapai 20-50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000 (IRA,
2014).
Di Indonesia hasil survei epidemiologi di Bandungan Jawa Tengah
didapatkan prevalensi AR 0,3%, sedangkan di Malang pada penduduk berusia
di atas 40 tahun didapatkan prevalensi AR 0,5% di daerah Kotamadya dan
0,6% di daerah Kabupaten. Di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2000 kasus baru AR merupakan 4,1% dari
seluruh kasus baru. Di Poliklinik Reumatologi RS Hasan Sadikin didapatkan
9% dari seluruh kasus reumatik baru pada tahun 2000-2002 (IRA, 2014).
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
2.1.3. Imunopatogenesis
Kerusakan sendi pada AR dimulai dari proliferasi makrofag dan
fibroblast sinovial setelah adanya faktor pencetus, berupa autoimun atau
infeksi. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-
sel endotel, yang selanjutnya terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada
sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi. Terjadi pertumbuhan yang ireguler pada jaringan sinovial yang
mengalami inflamasi sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus
menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang (Suarjana, 2014; McInnes dan
Schett, 2017).
2.1.5. Diagnosis
Saat ini diagnosis AR di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis
menurut American College of Rheumatology/European League Against
Rheumatism 2010, yaitu (IRA, 2014):
Kriteria ini ditujukan untuk klasifikasi pasien yang baru. Di samping itu,
pasien dengan gambaran sendi khas AR dengan riwayat penyakit yang cocok
untuk kriteria sebelumnya diklasifikasikan sebagai AR. Pasien dengan
penyakit lama yang termasuk penyakit tidak aktif (dengan atau tanpa
pengobatan) yang berdasarkan data-data sebelumnya didiagnosis AR
hendaknya diklasikasikan sebagai AR (IRA, 2014).
Pada pasien dengan skor kurang dari 6 dan tidak diklasifikasikan sebagai
AR, kondisinya dapat dinilai kembali dan mungkin kriterianya dapat terpenuhi
seiring berjalannya waktu (IRA, 2014).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
2.2. SDAI
The Simplified Disease Activity Index (SDAI) telah di publikasikan pada
tahun 2003 untuk menghasilkan alat yang lebih sederhana daripada Disease Activity
Score (DAS) untuk menilai derajat aktivitas dari AR. SDAI di dapatkan dengan
cara menjumlahkan 5 faktor yang terdiri dari:
28TJC + 28SJC + Kadar CRP + Patient Global Assestment (PtGA) +
Physician Global Assestmen (PhGA)
Keterangan: 28TJC= nyeri tekan pada 28 sendi, 28SJC= pembengkakan pada 28
sendi, CRP= C Reactive Protein, PtGA= diukur dengan menggunakan skala VAS
0-10, PhGA= diukur menggunakan skala VAS 0-10
Untuk score akhir tidak diperlukan alat penghitung untuk mengkalkulasikan
hasilnya sehingga lebih mudah dan sederhana untuk digunakan. Nilai dapat berkisar
antara 0-86. Perubahan skor SDAI sebanyak 22 atau lebih menunjukkan adanya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
• Genus : Moringa
• Spesies : Moringa oleifera
•
2.3.2. Gambaran Makroskopis Moringa oliefera
M. oleifera adalah tanaman yang dapat tumbuh di tanah yang
miskin (pH 5-9) dengan iklim kering (250-300 mm hujan / tahun).
Buahnya menghasilkan 12 biji (rata-rata), berbentuk panjang kering,
sederhana dan coklat (saat matang), memiliki kapsul loculicide yang
tidak berfungsi dengan ujung segitiga, berbiji oleaginous, memiliki
kotiledon (Gambar 2.7).
Gambar 2.7. Gambaran Pohon (A), Buah (B), Biji (C) dan Bunga (D)
Moringa oleifera.(Ferreira, 2014).
2.3.3.2. Bunga
Analisis nutrisi dari 100 g berat basah bunga moringa
mengandung 3,6 g protein, 1,3 g serat kasar, 7,1 g karbohidrat,
90 mg fosfor, dan lebih dari 1,3 g berbagai mineral. Semua
tingkat nutrisi di dalam bunga ditemukan berada di dalam
batas dosis harian yang direkomendasikan (RDA). Namun,
bunga tanaman M. oleifera nampaknya merupakan bagian
tanaman yang paling jarang digunakan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh musiman atau terbatasnya ketersediaan bunga
versus daun atau biji yang relatif lebih mudah disimpan dalam
jangka panjang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bunga
memiliki potensi obat juga. Misalnya, nanopartikel emas
dengan kemampuan apoptosis yang kuat terhadap sel kanker
telah dihasilkan dari kelopak bunga dan ekstrak bunga juga
memberi efek antiinflamasi dengan menekan sitokin inflamasi
dari jalur faktor-kisi nuklir (NF-κß) (Ray et al, 2017).
2.3.3.3. Daun
Analisis nutrisi dari 100 gr berat basah daun moringa
mengandung 2,5 g protein, 4,8 g serat kasar, 3,7 g karbohidrat,
110 mg fosfor, dan lebih dari 2,0 g berbagai mineral. Bila 100
g makanan yang dapat dimakan umum dibandingkan dengan
daun moringa kering, moringa mengandung 10 kali lebih
banyak vitamin A daripada wortel, 9 kali protein dalam yogurt,
17 kali kalsium dalam susu, 15 kali kalium pisang, dan 35 kali
zat besi. dari bayam. Analisis polifenol antioksidan pada daun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19