DIAN OKTAFIANI
I011 20 1233
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2024
1
HALAMAN PENGESAHAN
Hasil Penelitian ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Disampaikan pada Seminar Hasil
Penelitian oleh :
Peternak mengenai Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan
cinta dan terimakasih tiada tara, kepada Ayah Rusdin Muchtar dan Ibu Alm.
Darniati, Tante dan om saya ibu Kasmawati dan Bapak Patta Gauk, serta adik-
adik saya ananda Rezki Septiawan dan Rifqi Julian yang senantiasa memanjatkan
Makalah hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan
3. Dr. Ir. Siti Nurlaelah, S. Pt., M. Si., IPM selaku panitia seminar usulan
4. Dr. Ir. A. Amidah Amrawaty, S. Pt., M. Si., IPM selaku dosen pembahas
saya yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan makalah
ini.
iii
3. Feby Rahmi, dan Teman-teman Crown 2020 Fakultas Peternakan yang selalu
Penulis menyadari bahwa gagasan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna perbaikan makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua yang penulis telah sebutkan diatas
maupun yang belum sempat ditulis. Semoga makalah tertulis ini dapat bermanfaat
Penulis
Dian Oktafiani
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................... 1
Rumusan Masalah............................................................................... 4
Tujuan Penelitian................................................................................ 4
Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
METODELOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 14
Jenis Penelitian.................................................................................... 14
Jenis dan Sumber Data........................................................................ 14
Metode Pengumpulan Data................................................................. 15
Populasi dan Sampel........................................................................... 16
Analisis Data Penelitian ..................................................................... 16
Variabel Penelitian.............................................................................. 16
Konsep Operasional............................................................................ 17
v
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Batas, Letak dan Luas Wilayah Geografis.......................................... 14
Keadaan Penduduk.............................................................................. 14
Mata Pencaharian Penduduk............................................................... 14
Sarana Pendidikan............................................................................... 15
PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................... 14
Saran................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
vi
DAFTAR TABEL
1. Variabel Penelitian......................................................................... 14
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Onto, Kecamatan
Bontomatene.................................................................................. 14
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Onto, Kecamatan
Bontomatene.................................................................................. 14
4. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene
....................................................................................................... 14
5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Desa Onto, Kecamatan
Bontomatene.................................................................................. 14
6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Onto, Kecamatan
Bontomatene.................................................................................. 14
7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Onto, Kecamatan
Bontomatene.................................................................................. 14
8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Onto, Kecamatan
Bontomatene.................................................................................. 14
9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Ternak di Desa Onto, Kecamatan
Bontomatene.................................................................................. 14
10. PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Tujuan Inseminasi
Buatan (IB) Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene 14
11. PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Estrus Sapi Potong di
Desa Onto, Kecamatan Bontomatene............................................ 14
12. PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Pemantauan Kesehatan
Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene.................... 14
13. PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Pencatatan Data
Reproduksi Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene 14
14. PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Pemahaman Genetika
Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene.................... 14
15. PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Pemilihan Sperma Sapi
Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene............................ 14
16. PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Pengelolaan Pasca-
Inseminasi Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene. 14
17. Hasil PengukuranTingkat Pengetahuan Peternak mengenai Inseminasi Buatan
(IB) Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene............ 14
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Interval Penelitian.......................................................................... 19
2. Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan Peternak......................... 19
viii
LAMPIRAN
1. Kuisioner Penelitian....................................................................... 19
2. Identitas Responden di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulaun Selayar........................................................................... 19
3. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak indicator Tujuan Inseminasi
Buatan (IB) Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar......................................................................... 19
4. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak indicator Estrus Sapi Potong di
Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
....................................................................................................... 19
5. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak indicator Pemantauan
Kesehatan Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar......................................................................... 19
6. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak indicator Pencatatan Data
Reproduksi Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar......................................................................... 19
7. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak indicator Pemahaman
Genetika Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar......................................................................... 19
8. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak indicator Pemilihan Sperma
Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan
Selayar........................................................................................... 19
9. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Peternak indicator Pengelolaan Pasca-
Inseminasi Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene Kabupaten
Kepulauan Selayar......................................................................... 19
10. Hasil Penilaian rata-rata Tingkat Pengetahuan Peternak Sapi Potong
mengenai Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong di Desa Onto Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar................................ 19
11. Dokumentasi dengan Peternak...................................................... 19
ix
ABSTRAK
Dian Oktafiani (I011 20 1233). Tingkat Pengetahuan Peternak mengenai
Insmeinasi Buatan (IB) Sapi Potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene
Kabipaten Kepulauan Selayar dibawah bimbingan Syahdar Baba seaku
pembimbing utama dan Iham syarif selaku pembimbing pendamping.
Sapi Potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
penghasil daging, sehingga sering disebut sebagai sapi pedaging. Sapi potong
merupakan salah satu sumber daya yang memiliki nilai ekonomi tinggi di dalam
kehidupan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peternak mengenai Inseminasi Buatan (IB) sapi potong di Desa Onto
Kecamatan Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2024 berlokasi di Desa Onto,
Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah seluruh peternak di Desa Onto sebanyak 45 responden.
Metode yang digunakan adalah metode observasi dan wawancara menggunakan
kuisioner. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa Peternak di Desa Onto memiliki tingkat pengetahuan dalam
kategori Tahu mengenai Inseminasi Buatan (IB) sapi potong. Hal ini dapat
diketahui dari beberapa indikator yang dipertanyakan kepada responden yang
meliputi tujuan inseminasi buatan, estrus, pemantauan kesehatan ternak,
pencatatan data reproduksi, pemahaman genetika, pemilihan sperma dan
penanganan pasca-inseminasi. Rata-rata seluruh peternak mengetahui mengenai
inseminasi buatan, hal ini digambarkan dengan menggunakan skala likher,
dimana hasil yang diperoleh pada penelitian ini, tingkat pengetahuan peternak
mengenai Inseminasi Buatan (IB) sapi potong di Desa Onto, Kecamatan
Bontoatene, Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada interval (472,5-630)
dalam kategori Tahu.
x
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
penghasil daging, sehingga sering disebut sebagai sapi pedaging. Sapi potong
merupakan salah satu sumber daya yang memiliki nilai ekonomi tinggi di dalam
hewani terutama sebagai penghasil daging. Selain itu sapi potong dapat
menghasilkan hasil ikutan lainnya seperti feses, urine, kulit dan tulang. Tingkat
konsumsi daging sapi di Indonesia menurut data BPS, tahun 2022 mencapai
kebutuhan akan protein hewani masyarakat masih belum terpenuhi. Sapi potong
merupakan salah satu komoditas ternak yang memegang peranan penting dalam
kebutuhan sapi potong masih bertumpu pada usaha peternakan rakyat, sehingga
sapi potong. Peningkatan populasi sapi potong dapat berupa pemilihan bibit
perlu seekor pejantan. Inseminasi buatan suatu rangkain proses terencana dan
terpogram karena menyangkut kualitas genetik ternak di masa yang akan datang.
1
Inseminasi buatan (IB) merupakan suatu cara untuk mempercepat peningkatan
populasi sapi potong dengan mengawinkan ternak tanpa seekor pejantan. Ghazi,
perkembangan sapi potong. Jenis sapi potong yang banyak dikembangkan adalah
jenis sapi Bali. Sapi Bali memiliki kemampuan reproduksi yang baik dan dapat
sangat bagus, karena dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas yang rendah
Kepulauan Selayar dengan populasi tahun 2022 sebanyak kurang lebih 3006 ekor
dengan luas daerah 6,25 Km2 . Di Kecamatan Bontomatene terdapat salah satu
desa yaitu Desa Onto yang berpotensi menjadi penyumbang sapi. Dimana, ada 45
peternak sapi potong dengan populasi kurang lebih 10 ekor per peternak. Dengan
jumlah tersebut diharapkan Desa Onto dapat menjadi desa penyumbang sapi
2
SIKOMANDAN telah memprogramkan peningkatan populasi sapi potoang
program SIKOMANDAN.
(IB), padahal program ini diharapkan dapat meningkatkan populasi sapi potong
(Zaenuri dkk., 2023). Namun sampai saat ini sebagian besar peternak di Desa
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan
3
Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
peternak mengenai inseminasi buatan (IB) sapi potong di Desa Onto, Kecamatan
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Selayar.
4
TINJAUAN PUSTAKA
menjadikan sektor peternakan menjadi hal yang perlu di perhatikan (Susanti dkk.,
2014).
di Indonesia, sebagai fungsi ekonomi dan biologis, ternak sapi potong telah
dikenal sejak lama, sapi potong merupakan salah satu ternak yang diharapkan
peranan untuk pertumbuhan ekonomi bagi petani di pedesaan. Ternak sapi potong
Sapi potong salah satu komponen usaha yang cukup berperan dalam
agribisnis pedesaan. Hal ini terutama dalam sistem integrasi dengan subsektor
pertanian lainnya, sebagai rantai biologis dan ekonomis sistem usaha tani.
Peternakan sapi potong merupakan suatu industri dan dalam sistem agribisnis
tidak hanya terbatas pada kegiatan on farm tetapi juga meluas hingga kegiatan di
5
hulu dan hilir sebagai unit bisnis pendukungnya. Produksi bibit, pakan, dan
memegang peranan yang sangat kuat untuk meningkatkan kualitas dan nilai
tambah (value added) bagi produksi daging sapi (Sengkey dkk., 2023).
Sapi potong di Indonesia didominasi dari tiga bangsa yaitu Bos sundaicus
(sapi lokal, Bos indicus (sapi zebu) dan bos Taurus (sapi Eropa). Bangsa breed
merupakan sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik ciri fisik tertentu yang
sapi yang biasa dipelihara di Indonesia yaitu jenis sapi lokal sapi Bali, sapi Bali
merupakan hasil domestikasi dari banteng dan ditetapkan sebagai rumpun sapi
reproduksi yang baik, dapat beradaptasi terhadap lingkungan panas dan pakan
yang buruk memiliki pertambahan bobot badan harian serta memiliki persentase
karkas yang tinggi. Ciri spesifik sifat kualitatif sapi Bali yaitu tubuh jantan dan
betina memiliki warna bulu merah bata namun pada jantan warnanya dapat
memiliki banyak manfaat khususnya untuk pemenuhan gizi dan peningkatan gizi
masyarakat. Salah satu penyebab rendahnya populasi sapi potong karena sebagian
besar ternak dipelihara dalam skala kecil dengan lahan dan modal terbatas. Selain
itu, cuaca yang tidak menentu mengancam kesehatan hewan. Sapi potong juga
berfungsi sebagai sumber protein hewani, daging sapi yang merupakan salah satu
6
kebutuhan yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi
tahunnya. Berternak sapi potong merupakan salah satu usaha yang sangat
hewan khususnya sumber protein hewani termasuk daging (Usman dkk., 2021).
betina tanpa perlu seekor pejantan. Inseminasi buatan merupakan suatu rangkain
masa yang akan datang. Cara untuk mempercepat peningkatan populasi sapi
program utama dalam upaya peningkatan kualitas ternak dan merupakan teknologi
tepat guna untuk penyebaran bibit unggul secara cepat, mudah, murah, dan dapat
dijangkau masyarakat. Daya guna seekor sapi jantan yang genetik unggul dapat
alami seekor sapi jantan hanya dapat melayani 50 sampai 70 ekor sapi betina
dalam jangka satu tahun, sedangkan dengan inseminasi buatan seekor pejantan
dapat melayani 5.000 sampai 10.000 ekor sapi betina pertahun. Hal ini tentu akan
berdampak pada laju peningkatan populasi ternak sapi yang dapat menunjang
7
dopsipengembangan peternakan sapi potong, SDM (sumber daya manusia) yang
potong akseptor IB dan petugas teknis lapangan pelaksana inseminasi bautan (IB)
yang terampil dan handal yang pada akhirnya akan meningkatkan populasi ternak
alat reproduksi ternak betina sehat untuk dapat membuahi sel telur dengan
sangat diperlukan dari seorang inseminator mengenai alat inseminasi maupun alat
namun akhir- akhir ini pelaksanaan inseminasi buatan sering mengalami kendala,
dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu (Andriani dan Juita, 2018)
peternak dalam hal deteksi estrus, sebab dengan deteksi estrus yang tepat dapat
inseminasi buatan, keterampilan operator IB, dan kondisi reproduksi sapi betina.
Melalui kawin alam seekor ternak atau hewan biasanya hanya mampu mengawini
8
seekor pejantan mengawini ratusan ribu ekor ternak yang berada pada lokasi dan
pada argument awal. Pengetahuan sebagai hubungan timbal balik antara subjek
dengan apa yang utama (primer) dan adanya perbedaan ilmu pengetahuan
tentang suatu inovasi meliputi tahap-tahap penerimaan yang terdiri dari lima tahap
inovasi.
akan semakin luas. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
9
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif
dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif terhadap objek
tentang sesuatu. Dalam tindakan mengetahui selalu kita temukan dua unsur utama
yaitu subjek yang mengetahui (S) dan sesuatu yang diketahui atau objek
dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat kita katakan sebagai hasil riset
manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami objek yang
a. Pengetahuan/knowledge
b. Pemahaman/Comprehension
10
membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah,
c. Penerapan/Application
ini, individu dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia
d. Analisis/Analysis
biaya, mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih lama, meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan
11
teratur, dan mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin (Sastrawan dkk.,
2022).
diketahui secara fisik dengan melihat ternak betina yang selalu mendekati ternak
jantan, warna vulva pada sapi memerah, membengkak, hangat dan standing heat
(diam saat dinaiki oleh ternak yang lain), gelisah, nafsu makan menurun, keluar
lendir bening dari vagina. Selain mengamati tanda-tanda tersebut juga dapat
rektum sapi untuk memastikan bahwa sapi benar-benar berada dalam fase estrus
ternak tetap dalam keadaan sehat. Pengetahuan ini juga harus dimiliki peternak,
dikarenakan ternak harus tetap dalam kondisi sehat. Melalui pemantauan rutin,
peternak dapat mendeteksi gejala penyakit pada ternak secara dini, memungkinkan
intervensi cepat dan penanganan yang tepat waktu. Dengan adanya pemantauan,
penyebaran penyakit di antara ternak dan di dalam peternakan (Ginting dkk., 2019).
kebuntingan, hal ini memungkinkan persiapan yang baik untuk kelahiran dan
12
tanda estrus (birahi) pada ternak, seperti perubahan perilaku dan fisik. Melalui
reproduksi yang baik dan mendukung pemilihan bibit yang unggul (Pari, 2018).
baik yang dapat dilihat secara fisik, seperti kelainan pada ternak. Untuk
menghindari adanya anakan yang memiliki kelainan genetic, maka peternak harus
sifat genetik yang diinginkan memungkinkan peternak untuk memilih bibit yang
memiliki kelainan, tingkat produktivitas, dan kualitas daging atau susu. Peternak
juga harus mampu membedakan sperma yang berk ualitas, sperma yang berkualitas
dapat dilihat secara fisik seperti memiliki warna yang bervariasi antara putih susu
hingga keabu-abuan. Warna ini dapat sedikit berbeda tergantung pada spesies
mirip dengan gel atau cairan kental, konsistensi ini memungkinkan sperma untuk
peternak setelah ternak diinseminasi. Ternak yang telah diinseminasi, jika tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan stress yang akan berakibat terhadap
tingkat stres. Sapi cenderung lebih rentan terhadap stres saat mereka tidak merasa
nyaman. Posisi tubuh yang tidak nyaman selama proses inseminasi, seperti ruang
13
yang terlalu sempit atau permukaan yang keras, dapat menyebabkan ternak stress
METODOLOGI PENELITIAN
dipilih secara sengaja (purposive) karena merupakan salah satu wilayah yang
Jenis Penelitian
pada penjelasan objek penelitian, sehingga penelitian ini akan dijawab oleh
Kepulauan Selayar.
14
1. Data kuantitatif adalah jenis data yang diperoleh dari penelitian yang
berupa angka-angka. Data ini meliputi jumlah populasi ternak sapi potong
2. Data kualitatif adalah data yang bersifat bukan angka, yang termasuk
1. Data Primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara langsung
2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari laporan biro pusat
Selayar.
15
3. Kuesioner, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
Kepulauan Selayar.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi potong yang
secara sensus (suatu metode pengumpulan data di mana seluruh populasi yang
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis data
16
data dengan cara menggambrakan secara rinci mengenai suatu objek. Penggunaan
Selayar.
Variabel Penelitian
tepat untuk IB, peralatan yang diperlukan untuk IB, pemilihan sperma yang baik
skala Likert. Menurut Budiaji (2013) Skala Likert merupakan skala pengukuran
yang dikembangkan oleh Likert. Skala likert mempunyai empat atau lebih butir-
17
Dalam proses analisis data, komposit skor, biasanya jumlah atau rataan, dari
semua butir pertanyaan dapat digunakan. Penggunaan Skala Likher pada variabel
akan diukur menjadi indikator-indikator yang dapat diukur, dapat berupa menjadi
berikut :
a. Ya/Tahu: skor 2
Konsep Operasional
18
1. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur pendapat
Kepulauan Selayar..
2. Peternak dalam penelitian ini ialah peternak yang berada di Desa Onto,
menginseminasi ternaknya.
19
8. Tingkat pengetahuan peternak mengenai pemahaman genetika adalah
11. Kriteria penilaian yaitu untuk jawaban ya skor 2 dan skor 1 untuk
13. Indikator pengukuran pada variabel penelitian disusun dari tinjauan umum
dari jurnal.
14. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peternak sebanyak 45 orang
ternaknya.
20
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
antara Desa Onto dengan ibu kota kecamatan adalah 5 km dan jarak dengan ibu
kota kabupaten adalah 30 km. Desa Onto terdiri atas empat dusun antara lain
terdapat 7 Desa yang merupakan daerah pesisir pantai yang berada pada
ketinggian 0-50 mdpl, dan 5 Desa lainnya berada di daerah yang berbukit-bukit
yang berada pada ketinggian 0-100 mdpl. Keadaan iklim pada wilayah ini
termasuk tipe B dan C, musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni
21
dan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus hingga September (Profil
dikarenakan kondisi lingkungan tidak terlalu panas. Desa ini juga memiliki akses
jalan yang mudah untuk dilalui, sehingga alat transportasi dapat keluar masuk
desa dengan lancar. Selain itu kondisi lingkungan juga sangat memadai misalnya
dari segi pakan, dikarenakan banyak rumput atau tanaman yang bisa dikonsumsi
oleh ternak dan tumbuh subur seperti rumput gajah, rumpur raja, maupun jagung.
Keadaan Penduduk
empat dusun. Adapun jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Onto,
yang terdiri dari laki-laki 464 jiwa dan perempuan sebanyak 519 jiwa yang
22
peternak dan honorer. Adapun jumlah penduduk berdasarkan mata
Karyawan 5 9 3 2 19
Petani 14 12 28 25 79
Tukang Batu 5 2 1 0 8
Tukang Kayu 2 2 3 2 9
Peternak 13 16 9 7 45
Honorer 22 23 10 4 59
sebanyak 79 orang, tukang batu sebanyak 8 orang, tukang kayu 9 orang, peternak
Sarana Pendidikan
23
Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene
yaitu TK, SD dan SMP. Adapun jumlah sarana pendidikan yang dapat meunjang
Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 2 unit, Sekolah Dasar (SD) sebayak 1 unit
24
KEADAAN UMUM RESPONDEN
Umur Peternak
responden dalam suatu penelitian. Umur diukur dalam satuan tahun. Umur
diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai dengan Angkatan Kerja Nasional yaitu
usia belum produktif (<15), usia produktif (15-64), dan usia tidak produktif (>64).
1 35-39 2 4%
2 40-44 5 11 %
3 45-49 12 27 %
4 50-54 16 36 %
5 55-59 5 11 %
6 60-64 4 9%
7 65-69 1 2%
Jumlah 45 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
25
Berdasarkan Tabel 5. Klasifikasi responden berdasarkan umur di Desa
rata-rata berumur 50-54 tahun dengan persentase paling tinggi yaitu sebesar 36
seseorang untuk melakukan aktivitas sangat erat kaitannya dengan umur karena
bila umur seseorang telah melewati masa produktif, maka semakin menurun
Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang akan sangat berdampak pada jenis kelamin yang
kelamin. Adanya perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan tentunya aan
Berikut:
Laki-laki 33 73 %
Perempuan 12 27 %
Jumlah 45 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
26
hal ini dikarenakan kebanyakan usaha peternakan dilakukan oleh laki-laki. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wahyono dan Putri (2013) yang menyatakan bahwa
penanganan yang tepat dan penempatan posisi kerja yang tepat juga akan
usaha.
Pekerjaan
hasil dari kegiatan itu sendiri. Pekerjaan dalam hal peternakan itu sendiri adalah
Peternak 45 100 %
Jumlah 45 100 %
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2023
pedesaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman, (2019) yang menyatakan bahwa
beternak merupakan salah satu jenis pekerjaan yang banyak digeluti oleh
menggeluti pekerjaan bertani atau beternak, hal ini dikarenakan letak daerah
27
pedesaan yang kaya akan sumber daya alam mendukung untuk kegiatan bertani
maupun beternak.
Pendidikan
sebagai wadah bagi masyarakat untuk menghasilkan barang maupun jasa. Adapun
Tidak Sekolah 1 2%
SD/Sederajat 14 31%
SMP/Sederajat 2 4%
SMA/Sederajat 28 63%
Jumlah 45 100 %
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2023
persentase 63%. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyawati dkk (2016) yang
28
mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi
Jumlah Ternak
ternaknya. Jumlah ternak itu sendiri memiliki pengaruh yang cukup kuat
dikalangan para peternak, yang dimana apabila peternak memiliki ternak yang
cukup banyak atau besar tentu pengelolaan serta sistem pemeliharaanya harus
10 38 85 %
12 5 11 %
15 2 4%
Jumlah 45 100 %
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2023
ternak yang dimiliki peternak di Desa Onto yaitu sebanyak 10 ekor dengan
persentase sebesar 85 %. Jumlah ternak di Desa Onto masih dalam kisaran rendah,
dan masih membutuhkan perhatian khusus. Hal ini sesuai dengen pendapat
Sugiarto., dkk (2018) yang menyatakan bahwa Jumlah kepemilikan sapi potong
peternak dipengaruhi oleh ketersediaan tenaga kerja, dimana jumlah ternak perlu
29
ditingkatkan untuk menunjang kehidupan peternak. Semakin banyak memelihara
buatan (IB) sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene dapat dilihat pada
Ya/Tahu 2 45 90 100 %
1 0 0 0
Tidak/Tidak Tahu
Jumlah 45 90 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
30
Berdasarkan tabel 10. Pengukuran tingkat pengetahuan peternak mengenai
tujuan inseminasi buatan (IB) sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene
buatan (IB) sapi potong, pengetahuan ini merupakan pengetahuan awal yang harus
diketahui oleh peternak sebelum mengenal lebih luas mengenai inseminasi buatan.
pejantan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zaenuri dkk., (2023) yang menyatakan
bahwa tujuan inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan mutu genetic ternak,
potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene dapat dilihat pada tabel 11.
berikut:
Tabel 11. Pengukuran tingkat pengetahuan peternak mengenai siklus estrus sapi
potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene
No Indikator Pengukuran Skor Frekuensi Nilai Persentase
(orang)
1 Estrus
Ya/Tahu 2 18 36 57%
1 27 27 43%
Tidak/Tidak Tahu
Jumlah 45 63 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
31
Berdasarkan tabel 11. Pengukuran tingkat pengetahuan peternak mengenai
sikluas estrus sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene mendapat nilai
merupakan fase yang terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan
betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap hewan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anwar dkk., (2022) yang menyatakan bahwa estrus ditandai
dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan (mendekati betina),
keluarnya cairan bening dari vulva dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak
merah.
kesehatan sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene dapat dilihat pada
Ya/Tahu 2 45 90 100 %
1 0 0 0
Tidak/Tidak Tahu
Jumlah 45 90 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
32
memiliki nilai 90 kategori Tahu dengan persentase tertinggi 100 %. Peternak di
dala keadaan sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Qisthon dkk., (2023) yang
menyatakan bahwa kesehatan ternak adalah suatu kondisi tubuh ternak dengan
seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis
oleh suatu individu atau oleh penyebab lainnya baik yang diketahui maupun tidak,
reproduksi sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene dapat dilihat pada
Tabel 14. Pengukuran tingkat pengetahuan peternak mengenai pencatatan data reproduksi
sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene
No Indikator Pengukuran Skor Frekuensi Nilai Persentase
(orang)
1 Pencatatan data reproduksi
Ya/Tahu 2 35 70 88 %
1 10 10 12 %
Tidak/Tidak Tahu
Jumlah 45 80 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
33
Desa Onto, Kecamatan Bontomatene memahami mengenai pencatatan data
untuk mencegah adanya kawin berulang pada ternak yang berdampak pada
kegagalan inseminasi buatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurul dkk., (2022)
conception rate pada populasi ternak, dimana kawin berulang dapat menyebabkan
gangguan penyakit reproduksi atau gangguan homonal dan juga bisa penyakit
sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene dapat dilihat pada tabel 14.
berikut:
Ya/Tahu 2 45 90 100 %
1 0 0 0
Tidak/Tidak Tahu
Jumlah 45 90 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
34
Desa Onto, Kecamatan Bontomatene memahami mengenai genetika sapi potong
yang baik dari segi bibit pejantan, dimana peternak mengetahui ciri-ciri bibit
ternak yang bagus untuk dikawinkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zaenuri
dkk., (2019) yang menyatakan bahwa ciri-ciri ternak sapi Bali yang bagus untuk
dikawinkan memiliki warna bulu merah bata dan warnaputih pada bagian
belakang (pantat) dan kaki bagian bawah baik pada ternak jantan maupun betina,
tidak ada tanda-tanda penyimpangan seperti warna putih dibagian kepala atau di
ekor, atau bercak-bercak putih diseluruh bagian tubuh, serta bebas dari segala
jenis penyakit.
sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene dapat dilihat pada tabel 15.
berikut:
Ya/Tahu 2 20 40 62 %
1 25 25 38 %
35
Tidak/Tidak Tahu
Jumlah 45 65 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
yang baik untuk inseminasi buatan, dimana sperma yang bagus adalah sperma
yang digunakan sesuai dengan kriteria tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tethool dkk., (2022) yang menyatakan bahwa warna pada semen diamati secara
visual setelah penampungan, dan semen yang baik adalah semen yang
bewarna putih susu yang menandakan semen masih segar dan belum
terkontaminasi.
inseminasi sapi potong di Desa Onto, Kecamatan Bontomatene dapat dilihat pada
Ya/Tahu 2 22 44 66 %
1 23 23 34 %
Tidak/Tidak Tahu
Jumlah 45 67 100 %
Sumber : Data Primer, 2023
36
Berdasarkan tabel 16. Pengukuran tingkat pengetahuan peternak mengenai
dapat mengurangi stress setelah sapi diinseminasi buatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yulianto dan Saparinto, (2014) yang menyatakan bahwa ternak yang
telah diinseminasi, jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan stress
lebih rentan terhadap stres saat mereka tidak merasa nyaman. Posisi tubuh yang
tidak nyaman selama proses inseminasi, seperti ruang yang terlalu sempit atau
permukaan yang keras, dapat menyebabkan ternak stress (Yulianto dan Saparinto,
2014).
sapi potong mengenai inseminasi buatan (IB) sapi potong di Desa Onto,
Tabel 17. Hasil penilaian rata-rata tingkat pengetahuan peternak sapi potong
mengenai inseminasi buatan (IB) sapi potong di Desa Onto Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
No Indikator Penilaian Total nilai Kategori
37
2 Estrus 65 Ya/Tahu
3 Pemantauan Kesehatan 90 Ya/Tahu
4 Pencatatan data Reproduksi 75 Ya/Tahu
5 Pemahaman Genetika 90 Ya/Tahu
6 Pemilihan Sperma 65 Ya/Tahu
7 Pengelolaan Pasca-Inseminasi 67 Ya/Tahu
Total 542 Ya/Tahu
Sumber : Data Primer, 2023
dengan total 542 dengan kategori Ya/Tahu yang berada pada rentang interval
Buatan (IB) sapi potong di Desa Onto, dapat dilihat pada interval berikut.
38
Gambar 2. menunjukkan bahwa peternak memahami mengenai
populasinya jika menggunakan kawin alam dan juga tidak perlu menggunakan
tenaga inseminator serta lebih berpengalaman dalam beternak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Syarif dkk., (2023) yang menyatakan bahwa kemajuan usaha
keuntungan bagi peternak. Akan tetapi, pada beberapa kasus peternak masih
ternaknya.
PENUTUP
Kesimpulan
39
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, dapat disimpulkan
Saran
kegagalan inseminasi buatan yang akan berdampak pada peternak dan populasi
sapi potong.
DAFTAR PUSTAKA
40
Amidia L., F hoesni dan B. Rosadi 2021.Analisi keberhasilan Inseminasi Buatan
(IB) ternak sapi berdasarkan karakteristik inseminator di Kabupaten
Kerinci. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 21(2).
Anwar P., Jiyanto., Y. L. A., Infitria dan I. Siska 2022. Pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan sapi potong di desa Pulau Padang. Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat. 2(1) : 1-8.
Andriani N dan F. Juita. 2018. Persepsi peternak sapi potong terhadap program
insemit buatan. Jurnal Peternakan lingkungan Tropis. 1(1) : 55- 60.
Ardhani F., lukman dan F. Juita. 2020.Peran faktor peternak dan inseminator
terhadap keberhasilan inseminasi buatan pada sapi potong di kecamatan
Kota Bangun. Jurnal Peternakan lingkungan Tropis 3(1) : 15-22.
Budiaji W. 2013. Skala pengukuran dan jumlah respon skala likher. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Perikanan. 2(2) : 127-133
Fania B., I G. B Trilaksana dan I. K. Puja. 2020. Keberhasilan inseminasi buatan
(IB) pada sapi Bali di Kecamatan Mengwi, Bandung, Bali Jurnal Indonesia
Medicus Veterinus. 9(2) : 177-186.
Ginting R., M. Z. Ritonga., A. Putra dan T. G. Pradana. 2019. Program
manajemen pengobatan cacing pada ternak dikelompokkan tani ternak
Kesuma Maju Desa Jatikesuma Kecamatan Namorambe. Jurnal of Animal
Sciences and Agronomy Panca Budi. 4(1) : 43-50
Hafizah A dan Astati. 2015. Analisis faktor keberhasilan inseminasi buatan ternak
sapi potong di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmu
Peternakan. 9(1) : 13-26.
Hairuddin dan S. Hartini. 2020 Tingkat produktivitas ternak usaha sapi potong
program kredit ternak sejahtera (KTS) di Kabupaten Berau Kalimantan
Timur. Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan. 2(1) : 6-12.
Ismaya. 2013. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gajah
Mada University Press : Yogyakarta
Lukman HY. E. Yulianti., L. A. Zaenuri., L. Wira pribadi., Rodiah dan
Mardiansyah. 2023. Evaluasi Inseminasi Buatan menggunakan pejantan
unggul pada sapi Limousin dan Bali di Kecamatan Nermada Kabupaten
Lombok Barat. Jurnal ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. 9(1)
: 27-33.
Makodompis J., I. Korompot., R. Pomolango dan T Repi. 2023. Hubungan
persepsi peternak terhadap penerapan teknologi IB di Kecamatan
Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Sains
Ternak Tropis 1(1) : 38-46.
41
Mulyawati, I. M., D. Mardiningsih, dan S. Satmoko. 2016. Pengaruh umur,
pendidikan, pengalaman dan jumlah ternak peternak kambing terhadap
perilaku sapta usaha beternak kambing di Desa Wonosari Kecamatan
Patebon. jurnal berkala ilmiah ilmu-ilmu pertanian, 34(1): 1-6.
Mayulu H. 2021. Sapi Potong dan Manajemen Usaha. Rajawali Printing: Depok
Nurpika H., P. Anwar., jiyanto dan A. Alatas. 2021. Tingkat keberhasilan
program sapi induk wajib bunting (SIWAB) dalam upaya peningkatan
angka kelahiran di Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal of Tropical
Animal Production. 22(2) : 137-146.
Nuraeni A., D. E. Marisa dan T. Oktiany. 2022. Peningkatan pengetahuan tentang
gangguan kesehatan. Jurnal Fakultas Kedokteran Malang. 1(1) : 29-40.
Nurul M., R. F. Rinanti dan F. K. Astuti. 2022. Penampilan reproduksi ternak sapi
potong di kabupaten Malang selama kasus PMK. Jurnal Sains
Peternakan. 10(2) : 18-21.
Pari A. U. H. 2018. Pemanfaatan recording untuk meningkatkan manajemen
ternak kerbau di kecamatan matawai Lapau Kabupaten Sumba Timur.
Jurnal sains peternakan Indonesia. 13.(1) : 20-28.
Qisthon A., V. Wanniatie., R. Emawati dan M. M. P. Sirat. 2023. Diseminasi
tatalaksana reproduksi kesehatan dan sanitasi kandang serta aplikasi
pengobatan massal ternak sapi potong di desa Tambak Jaya Kecamatan
Way tenong Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Pengabdian Fakultas
Pertanian. 2 (1) : 143-160.
Rusdiana, S. 2018. Program Siwab untuk meningkatkan populasi sapi potong dan
nilai ekonomi usaha ternak. In Forum Penelitian Agro Ekonomi. 35(2):
125- 137.
Risal M dan S. Baba. 2015. Preferensi dan tingkat pengetahuan peternak tentang
teknologi IB di Kabupaten Barru. Jurnal Penellitian. 1(3) : 334-339.
Sengkey N. M., A. H. S. Salendu, E. Wantasen, dan P. O. V. Waleleng. 2017.
Potensi pengembangan ternak sapi potong di Kecematan Tompaso Barat.
Jurnal Zootek. 37(2) : 350-359
Setiawati E. N. 2017 Evaluasi efektivitas diklat inseminasi buatan dalam
peningkatan kinerja dan pendapatan inseminator, serta produktivitas sapi
dan pendapatan peternak. Jurnal Penyuluhan Pertanian. 2(1) : 44-46.
Setiawan A., Tb. Benito dan Yuli. 2013.Pengelolaan limbah ternak pada kawasan
budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Majalengka. Jurnal ilmu
ternak. 13(1) : 1-7
Susanti, Y., Priyarsono. D. S., dan Mulatsih. S. 2014. Pengembangan ternak
usaha ternak sapi potong untuk meningkatkan perekonomian Provinsi
42
Jawa Tengah : Suatu pendekatan perencanaan wilayah. Jurnal Agribisnis
Indonesia. 2(2) : 177-190.
Sastrawan S., Erita dan Hasanah. 2023. Studi komparasi peran penyuluh terhadap
keberhasilan inseminasi buatan (IB) ternak sapi Bali di Kecamatan
Bintang dan Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal
Peternakan. 7(2) : 10-22.
Sugiarto, U., T. Karyani, dan D. Rochdiani. 2018. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani padi-sapi
di Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang. Jurnal agribisnis dan
sosial ekonomi pertanian Unpad, 3(2): 446-458
Suri U.M.T., J.M.M. Aji dan L. Widjayanti. 2022. Motivasi peternak sapi dalam
adopsi inovasi inseminasi buatan (IB). Jurnal Sains dan Teknologi
Peternakan. 15(3) : 1-12.
Syarif, I., Baba, S dan Sirajuddin, S. N. 2019. Farmer participation in Maiwa
Breeding Center Program in Barru Regency, South Sulawesi. Hasanuddin
Journal of Animal Science (HAJAS). 1(1) : 37-44.
Tarmizi, N.B., D. Dasrul dan G. Riady. 2018. Keberhasilan inseminasi buatan
(IB) pada sapi aceh menggunakan semen beku sapi bali, simental, dan limosin
di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jimvet. 2(3) : 318-328.
Tharukluling S dan L. P. Hetharia 2014. Tingkat keberhasilan program inseminasi
buatan ternak sapi potong di distrik Nimbokrang, Jayapura. Jurnal Agros.
16(1) : 207-213.
Tethool A. N., G. Ciptadi., S. Wahjuningsih dan T. Susilawati. 2022. Jurnal ilmu
peternakan dan veteriner tropis. 12(1) : 45-57
Usman., A. Nuddin dan S. Toaha. 2021. Analisis layanan call centre dalam
pengembangan usaha ternak sapi potong dikota Parepare. Jurnal Forum
Agribisnis. 11(2) : 101-108.
Wahyono T.Y.M dan D. S. K Putri 2013. Perbedaan wanita dan pria dalam
pekerjaan. Jurnal publikasi. 12(1) : 23-26.
Yulianto P dan C. Saparinto. 2014. Beternak Sapi Limousin. Swadaya : semarang
Yaman A. 2019. Teknologi Penanganan, Pengolahan Limbah Ternak dan Hasil
Samping Peternakan. Tim Syiah Kuala University Press : Aceh.
Zaenuri L.A., Rodiah., A.S.Dradjat.,I.W.L.Sumadiasa.,L.HY dan E.Yuliani. 2023.
Sosialisasi keuntungan inseminasi buatan pada sapi Bali di kelompok
peternak sapi Desa Sapit Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur.
Jurnal Penyuluhan Pertanian. 6(3) : 913-918.
43
Zaenuri L. A., A. S. Drajat, Rodiah., Lukman dan I. W. L. Sumadiasa. 2019.
Sosialisasi tata cara seleksi calon pejantan sapi Bali di desa beriri jarak
Kecamatan wanasabe Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Abdi Insani
LPPM aunram. 6(2) : 284-287.
44
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
Kuisioner Penelitian
Oleh:
Dian Oktafiani (I011 20 1233)
skripsi, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1). Informasi
yang diperoleh dari survey yang dilakukan ini hanya digunakan untuk keperluan
penelitian. Setiap jawaban dari responden merupakan bantuan yang sangat berarti
Identitas responden
Nama :
Umur : Tahun
Alamat :
Pekerjaan :
Jumlah Ternak :
Pendidikan akhir :
Beri jawaban (x) pada jawaban pilihan yang dianggap paling tepat!
potong.
a. Ya/Tahu
b. Tidak/Tidak Tahu
Komentar :
45
2. Estrus ditandai dengan perubahan tingkah laku pada ternak betina, seperti
keinginan untuk menjauhi pejantan.
a. Ya/Tahu
b. Tidak/Tidak Tahu
Komentar :
4. Pencatatan data reproduksi sapi potong tidak perlu dilakukan oleh peternak
untuk mengetahui kapan waktu yang tepat dilakukannya inseminasi buatan.
a. Ya/Tahu
b. Tidak/Tidak Tahu
Komentar :
46
6. Keberhasilan inseminasi buatan ditentukan oleh kualitas sperma pejantan.
Sperma yang berkualitas memiliki biru dan memiliki cairan kental.
a. Ya/Tahu
b. Tidak/Tidak Tahu
Komentar :
47
Lampiran 2. Identitas Responden di Desa Onto Kecamatan Bontomatene
Kabupaten Kepulauan Selayar
48
41 Denriolo Laki-Laki 50 SD Peternak 10
42 Denriboko Laki-Laki 50 SD Peternak 10
43 Sari Perempuan 53 SD Peternak 10
Damayanti
44 Densi Tata Laki-Laki 54 SD Peternak 10
45 Kamaluddin Laki-Laki 45 SMA Peternak 10
Sumber : Data Primer, 2023
49
Lampiran 3. Hasil Penilaian Peternak indikator Tujuan Inseminasi Buatan Sapi
potong di Desa Onto Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar
50
42 Denriboko 2
43 Sari Damayanti 2
44 Densi Tata 2
45 Kamaluddin 2
Total 90
Sumber : Data Primer, 2023
51
Lampiran 4. Hasil Penilaian Peternak indikator estrus sapi potong di Desa Onto
Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar
52
42 Denriboko 1
43 Sari Damayanti 1
44 Densi Tata 1
45 Kamaluddin 2
Total 65
Sumber : Data Primer, 2023
53
Lampiran 5. Hasil Penilaian Peternak indikator pemantauan kesehatan sapi potong
di Desa Onto Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar
54
42 Denriboko 2
43 Sari Damayanti 2
44 Densi Tata 2
45 Kamaluddin 2
Total 90
Sumber : Data Primer, 2023
55
Lampiran 6. Hasil Penilaian Peternak indikator Pencatatan data reproduksi sapi
potong di Desa Onto Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar
56
42 Denriboko 2
43 Sari Damayanti 2
44 Densi Tata 2
45 Kamaluddin 2
Total 75
Sumber : Data Primer, 2023
57
Lampiran 7. Hasil Penilaian Peternak indikator pemahaman genetika sapi potong
di Desa Onto Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar
58
42 Denriboko 2
43 Sari Damayanti 2
44 Densi Tata 2
45 Kamaluddin 2
Total 90
Sumber : Data Primer, 2023
59
Lampiran 8. Hasil Penilaian Peternak indikator Pemilihan Sperma sapi potong di
Desa Onto Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar
60
42 Denriboko 2
43 Sari Damayanti 1
44 Densi Tata 1
45 Kamaluddin 1
Total 65
Sumber : Data Primer, 2023
61
Lampiran 9. Hasil Penilaian Peternak indicator Pengelolaan Pasca-Inseminasi sapi
potong di Desa Onto Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar
No Nama Peternak Bobot Nilai
1 Baharuddin 1
2 Nur Salim 2
3 Haaeruddin 1
4 Gapriadi 1
5 Sitti Hawa 2
6 Abd.Rahman 1
7 Muh.Nur Kamal 1
8 Zaenal Abidin 1
9 Patta Mulu 2
10 Jumriana 1
11 Andi Sossong 2
12 Andi Mansur 1
13 Arifuddin 1
14 Sultan 1
15 Andi Agus 1
16 Dg.Tekne 1
17 Amriadi 1
18 Arif Rahman 1
19 Rosmianti 1
20 Dg.Malewa 2
21 Patta Liwang 2
22 Ahmad Nawir 1
23 Bustan Arifin 2
24 Salma Putri 1
25 Baeduri 1
26 Syamsidar 1
27 Jumading 2
28 Patta Buki 1
29 Nelly Yanti 2
30 Patta Sabang 1
31 Muh.Dahlan 1
32 Andi Tasrik 1
33 Nur Anting 2
34 Andi Panangai 2
35 Dg. Situju 2
36 Kaharuddin 2
37 Dg.Matinggi 2
38 Marianta 2
39 Andi Piara 2
40 Andi Kasman 2
41 Denriolo 2
42 Denriboko 2
62
43 Sari Damayanti 2
44 Densi Tata 2
45 Kamaluddin 2
Total 67
Sumber : Data Primer, 2023
63
Lampiran 10. Hasil penilaian rata-rata tingkat pengetahuan peternak sapi potong
mengenai inseminasi buatan (IB) sapi potong di Desa Onto Kecamatan
Bontomatene Kabupaten Kepulauan Selayar
No Indikator Penilaian Total nilai Kategori
64
Lampiran 11. Dokummentasi dengan peternak
65