Anda di halaman 1dari 38

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai hasil dan pembahasan dari pelaksanaan

asuhan keperawatan anak pada An. K dan An. A khususnya mengenai pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada anak dengan Thalasemia di PMI Kota Semarang. Asuhan

Keperawatan ini dilakukan pada tanggal 18 Maret 2019 – 31 Maret 2019.

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan di PMI Kota Semarang

yang terletak di Jl. Mgr Sugiyopranoto No. 31, Pendrikan Kidul,

Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah. PMI Kota Semarang

ini terdiri dari dua lantai dengan luas bangunan ±1400 m2. Di PMI Kota

Semarang ini terdiri dari beberapa fasilitas pelayanan diantaranya

ambulance gratis, klinik, thalasemia, fisioterapi, pijat refleksi, unit

transfusi darah, unit donor darah, dan Diklat.

Tercatat banyaknya jumlah kunjungan pasien Thalasemia setiap

bulannya di PMI Kota Semarang sebanyak 30 klien. Mereka datang ke

PMI Kota Semarang untuk melakukan transfusi yang sudah rutin mereka

lakukan.
53

2. Pengkajian

a. Klien 1 (An. K)

1) Identitas

Pengkajian pada klien 1 dilakukan pada tanggal 18 Maret

2019, di rumah klien yang bertempat di Meteseh, Semarang.

Klien bernama An. K, usia 9 tahun berjenis kelamin perempuan,

bersekolah SD kelas 3, beragama islam. Ibu klien bernama Ny. Y

berusia 35 tahun, pendidikan terakhir S1,bekerja sebagai

wiraswasta, beragama islam, dan status perkawinan menikah,

untuk nama ayah klien Tn. E berusia 40 tahun, pendidikan

terakhir S1, bekerja sebagai wiraswasta, beragama islam, dan

status perkawinan menikah.

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan pada An. K meliputi, keluhan utama

dari An. K yaitu merasakan mual dan perut terasa seperti penuh.

Orang tua klien mengatakan nafsu makan An. K menurun

semenjak sakit, dan An. K suka memilih-milih makanan. Klien

mengatakan makanan yang paling disukai yaitu bebek goreng,

udang, sayur kangkung, dan buah yang disukainya yaitu buah

mangga. Klien tampak lebih susah untuk makan ketika belum

melakukan transfusi rutin yang biasanya dilakukan tiga minggu

sekali. An. K sudah rutin melakukan transfusi sejak klien

dinyatakan oleh dokterterkena Thalasemia dan harus melakukan


54

transfusi secara rutin yaitu sejak klien berusia 2 tahun. Tetapi

ketika nafsu makan klien baik, klien mampu menghabiskan satu

porsi makan dengan ukuran sedang bahkan lebih. Sebelum

melakukan transfusi klien merasakan pusing, lemas, mual, dan

perut seperti terasa penuh sehingga klien biasanya hanya makan

empat sampai lima sendok makan dari makanan yang disediakan.

Orang tua klien juga mengatakan, dari hasil pemeriksaan

laboratorium terkahir yang dilakukan oleh klien untuk memeriksa

kadar zat besi yang ada di dalam darah didapatkan hasil kadar zat

besi yang ada di dalam darah klien tinggi. Untuk riwayat

keperawatan dahulu An. K, orang tua klien mengatakan

mengetahui anaknya sakit Thalasemia saat An. K berusia dua

tahun dengan tanda-tanda anak tampak pucat dan tubuh terasa

lemas. Terdapat anggota keluarga An. K yang memiliki sakit

sama seperti An. K yaitu kedua adik dari pihak ayahnya

3) Genogram
55

Keterangan:

: pasien yang dikelola

: laki- laki masih hidup

: perempuan masih hidup

: laki-laki sudah meninggal dunia

: perempuan sudah meninggal dunia

: hubungan pernikahan

: tinggal dalam satu rumah

4) Riwayat Prenatal, Intranatal, Postnatal

Klien An. K merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Klien An. K saat ini berusia 9 tahun, lahir ditolong oleh dokter

melalui persalinan secara normal. Saat hamil, ibu klien rutin

melakukan kunjungan ANC ke bidan terdekat. Untuk riwayat

intranatal persalinan An. K saat kehamilan memasuki usia 38

minggu dengan persalinan normal dibantu oleh dokter dengan

berat badan 3100 gram, panjang badan 48 cm, lahir lengkap tidak

ada kelainan. Untuk riwayat post natal An. K merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. Klien lahir diberi ASI dan

didampingi dengan susu formula.


56

5) Riwayat Tumbuh Kembang

Untuk riwayat tumbuh kembang An. K, sejak kecil An.K

tidak mengalami gangguan tumbuh kembang. An. K lahir dengan

berat badan 3100 gram dan dengan panjang badan 48 cm.

Sewaktu kecil, klien rutin menjalani imunisasi dan menimbang

berat badan di posyandu. Klien tidak mengalami gangguan dalam

tahap tumbuh kembangnya, baik itu motorik halus maupun

motorik kasar.

6) Riwayat Pola Asuh

Pada riwayat pola asuh, Ibu klien mengatakan sewaktu

kecil, yang mengasuh klien ketika ibu sedang bekerja yaitu

pembantunya. Saat ini klien di asuh oleh ayah dan ibunya. Orang

terdekat klien yaitu kedua orang tuanya.

7) Riwayat Imunisasi

An. K sewaktu kecil dilakukan imunisasi secara lengkap

dan tepat waktu yaitu HB 0, BCG, Polio 1, DPT/HB 1, Polio 2,

DPT/ HB 2, Polio 3, DPT/HB 3, Polio 4, Campak. Klien juga

tidak ada keluhan setelah dilakukan imunisasi.

8) Pengkajian Pola Fungsional Gordon

Pada pola persepsi manajemen kesehatan, orang tua klien

mengatakan kesehatan anaknya saat ini sangat penting. Apabila

didalam anggota keluarganya ada yang sakit biasanya hanya

membeli obat di apotek. Apabila sakit yang dirasakan belum


57

kunjung sembuh baru diperiksakan kefasilitas pelayanan

kesehatan terdekat. Klien saat ini rutin melakukan transfusi tiga

minggu sekali.

Pada pola eliminasi, klien tidak memiliki keluhan terhadap

BAB dan BAK nya. Klien biasanya BAB satu kali sehari setiap

pagi dengan konsistensi lembek dan bau khas feses, serta tidak

merasakan sakit saat BAB. Klien BAK 4-5 kali sehari dengan

warna kuning jernih dan bau khas urine, klien juga tidak

merasakan nyeri ketika BAK.

Pada pola metabolik nutrisi, sebelum sakit klien tidak

mengalami gangguan pada pola nutrisinya. Semenjak sakit klien

mengalami penurunan nafsu makan, terutama ketika belum

melakukan transfusi. Tetapi ketika nafsu makan klien baik, klien

mampu menghabiskan satu porsi makan dengan ukuran sedang

bahkan lebih. Dalam sehari, ibu klien menyiapkan makan tiga kali

sehari dengan menu yang berbeda. Klien mengatakan merasakan

mual dan perut terasa seperti terisi penuh sehingga klien merasa

malas untuk makan. Dalam satu bulan terakhir mengalami

penurunan berat badan dari BB awal 25,5 kg dan BB terakhir

ditimbang yaitu 24 kg.

A : TB: 120 cm, BB: 24 kg, LILA: 7,2 cm , IMT:

16,67

B : Hb: 7,5 g/dL


58

Hematokrit: 22% (6 Maret 2019)

C : An. K tampak pucat, bibir kering, kulit berwarna

hitam.

D :An. K berusia 9 tahun, yang setiap harinya selalu

makan ikan, sayur,dan buah. Serta setiap harinya

minum kurang lebih 5-6 gelas sehari.

Pola aktivitas dan latihan, klien juga termasuk anak yang

ceria dan aktif mengikuti kegiatan di sekolah maupun dirumah.

Klien setiap harinya berangkat sekolah jam 8 pagi dan pulang jam

12 siang. Kemudian setiap jam 4 sore klien mengaji dan pulang

dari mengaji jam 5 sore. Malam harinya klien mengaji lagi dari

jam 7 sampai jam 9 malam. Orang tua klien tidak membatasi

klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, orang tua klien

hanya membatasi aktifitas klien ketika beraktifitas fisik yang

berat.

Pada pola istirahat dan tidurnya, klien tidak memiliki

masalah. Klien biasanya tidur malam jam 9 dan bangun jam 7

pagi. Biasanya klien terbangun saat malam hari ketika ingin

BAK, dan setelah itu klien bisa tidur kembali. Klien jarang tidur

siang, tetapi saat diperjalanan ketika bepergian seperti berangkat

mengaji biasanya klien tertidur di dalam mobil.

Pola persepsi kognitif, kemampuan berfikir An. K baik,

terbukti dengan kemampuan An.K dalam mengingat hal-halyang


59

pernah terjadi. Klien juga sangat senang bercerita mengenai

pengalaman yang dilakukannya baik itu disekolah maupun

dirumah secara berurutan namun dengan proses berfikir yang

cukup lama.

Pola hubungan dan peran, hubungan sosial An. K dengan

teman-temannya sangat baik, terbukti dengan banyaknya teman

yang dimiliki klien dan mereka selalu bermain bersama. Didalam

keluarganya klien dekat dengan semua anggota keluarga yang

tinggal bersamanya. Terbukti dengan klien yang selalu

menceritakan pengalamannya dan apa yang dirasakannya.

Pola konsep diri, klien tidak merasa malu atau minder

dengan kondisinya saat ini. Klien dapat menerima keadaannya

saat ini dan percaya bahwa sakit yang dialaminya akan sembuh.

Pola seksual dan reporoduksi, klien tidak memiliki

gangguan apapun pada alat reproduksinya. Untuk pola koping dan

stress, Ibu klien mengatakan bahwa An. K mengetahui bahwa An.

K menderita Thalasemia, klien juga mengetahui bahwa

Thalasemia harus melakukan transfusi secara rutin, sehingga klien

sering izin untuk tidak masuk sekolah untuk melakukan transfusi.

Klien tidak merasa terbebani dengan rutinitas rutinnya untuk

melakukan transfusi, serta terjadinya perubahan warna kulit yang

dialami klien. Hal ini terbukti dengan klien yang masih sering
60

bermain dengan teman-temannya, dan klien aktif mengikuti

kegiatan yang diadakan di sekolah.

Pada pola nilai dan kepercayaan, keluarga An. K percaya

bahwa sakit yang dialami klien merupakan bentuk karunia dari

Allah sehingga harus dijalani, oleh karena itu keluarga selalu

memberi dukungan kepada klien dan selalu berdoa untuk

kesembuhan klien.

9) Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil,

keadaan umum klien baik dengan kesadaran composmentis, HR

88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu tubuh 36,7oC.

Pada pemeriksaan kepala, bentuk kepala mesosephal,

dengan kondisi rambut berwarna hitam pendek, halus,

bergelombang dibagian bawah, dan mudah rontok. Wajah An. K

tampak seperti mongoloid, dahi, tulang pipi, dan dagu menonjol,

hidung pesek. Jarak kedua mata tampak lebar, konjungtiva

anemis, sklera ikterik, dan penglihatan baik. Kondisi mulut klien

bersih, tidak terdapat stomatitis, bibir tampak pucat, dan kering.

Telinga bersih, tidak ada serumen, simetris kanan dan kiri.

Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Pada pemeriksaan paru, frekuensi pernafasan 20 x/menit.

Saat diinspeksi pergerakan dan pengembangan paru kiri dan

kanan simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu pernafasan.


61

Saat di palpasi tidak terdapat masa ataupun benjolan. Saat

diperkusi terdengar suara sonor pada seluruh area lapang paru.

Saat diauskultasi suara nafas vesikuler, dan tidak terdengar suara

nafas tambahan.

Pada pemeriksaan jantung, ictus cordis tidak tampak, dan

teraba pada intercosta ke IV – V mid clavicula sinistra. Terdengar

suara redup ketika diperkusi. Ketika diauskultasi terdengar bunyi

jantung I dan II.

Bagian perut tampak membesar. Bising usus 15 x/menit,

perut teraba keras pada bagian kiri. Kulit teraba kasar, berwarna

hitam karena seringnya melakukan transfusi darah setiap tiga

minggu sekali.

Pada pemeriksaan ekstremitas atas, tangan dapat bergerak

bebas, bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, jari-jari

tangan lengkap, capillary refil time kurang dari 2 detik. Pada

pemeriksaan estremitas bawah, kaki dapat bergerak bebas, bentuk

simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, jari-jari kaki lengkap.

Pada pemeriksaan kulit, kulit teraba kasar, berwarna hitam

karena seringnya melakukan transfusi darah setiap tiga minggu

sekali.
62

b. Klien 2

1) Identitas

Pengkajian pada klien 2 dilakukan pada tanggal 23 Maret

2019 pukul 14.00 WIB, di Gayamsari. Identitas klien diantaranya

klien 2 bernama An. A, usia 7 tahun, berjenis kelamin laki-laki,

agama islam, alamat Gayamsari, Semarang. Ibu klien bernama

Ny. L, usia 40 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan

wiraswasta, beragama islam, status perkawinan menikah, untuk

nama ayah klien Tn.H, berusia 42 tahun, pendidikan terakhir

SMA, pekerjaan swasta, status perkawinan menikah.

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan pada An. A meliputi, keluhan utama

dari An. A yaitu merasakan mual dan perut terasa seperti penuh.

Ibu klien mengatakan nafsu makan An. A menurun semenjak

sakit. Klien mengatakan makanan yang paling disukai yaitu bebek

ayam goreng, sayur kangkung, sayur bayam dan buah yang

disukainya yaitu buah mangga. Klien tampak lebih susah untuk

makan ketika belum melakukan transfusi rutin yang biasanya

dilakukan tiga bulan sekali. Klien sudah rutin melakukan transfusi

sejak klien terdiagnosa Thalasemia dan harus melakukan transfusi

rutin yaitu ketika klien berusia tiga setengah tahun. Tetapi ketika

nafsu makan klien baik, klien mampu menghabiskan satu porsi

makan dengan ukuran sedang bahkan lebih. Sebelum melakukan


63

transfusi klien merasakan pusing, badan panas, lemas, mual, dan

perut seperti terasa penuh sehingga klien biasanya hanya makan

tiga sampai empat sendok makan dari makanan yang disediakan.

Ibu klien juga mengatakan, dari hasil pemeriksaan laboratorium

terkahir yang dilakukan oleh klien untuk memeriksa kadar zat

besi yang ada di dalam darah didapatkan hasil kadar zat besi yang

ada di dalam darah klien tinggi.Untuk riwayat keperawatan

dahulu An. A, Ibu klien mengatakan mengetahui anaknya sakit

Thalasemia saat An. A berusia tiga setengah tahun dengan tanda-

tanda tubuh An. A terlihat kuning dan lebih mudah merasakan

lelah. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki sakit sama

seperti An. A.

3) Genogram

Keterangan:

: pasien yang dikelola

: laki – laki masih hidup

: perempuan masih hidup

: laki – laki sudah meninggal

: perempuan sudah meninggal


64

: hubungan pernikahan

: tinggal dalam satu rumah

4) Riwayat Prenatal, Intranatal, Postnatal

An. A merupakan anak pertama. Klien saat ini berusia 7

tahun, lahir ditolong oleh bidan melalui persalinan secara normal.

Saat hamil, ibu klien rutin melakukan kunjungan ANC ke bidan

terdekat. Untuk riwayat intranatal persalinan An. A saat

kehamilan memasuki usia 37 minggu 2 hari dengan persalinan

normal dibantu oleh bidan dengan berat badan 3000 gram,

panjang badan 48 cm, lahir lengkap tidak ada kelainan. Untuk

riwayat post natal An. A merupakan anak pertama. Klien lahir

diberi ASI hanya sampai klien berusia 1 bulan, saat pemberian

ASI juga di dampingi dengan pemberian susu formula karena ASI

yang keluar hanya sedikit. klien diberi MPASI saat klien berusia

6 bulan, dengan MPASI instan yang langsung di seduh,terkadang

juga diberi nasi tim halus atau nasi pisang.

5) Riwayat Tumbuh Kembang

Untuk riwayat tumbuh kembang An. A, sejak kecil An. A

tidak mengalami gangguan tumbuh kembang. An. A lahir dengan

berat badan 3000 gram dan dengan panjang badan 48 cm.

Sewaktu kecil, klien rutin menjalani imunisasi dan menimbang

berat badan di posyandu. Klien tidak mengalami gangguan dalam

tahap tumbuh kembangnya.


65

6) Riwayat Pola Asuh

Untuk riwayat pola asuh, ibu klien mengatakan klien

diasuh sendiri oleh ibu dan neneknya. Orang terdekat klien yaitu

ibu dan neneknya.

7) Riwayat Imunisasi

Pada riwayat imunisasi, ibu klien mengatakan klien

dilakukan imunisasi secara lengkap dan tepat waktu yaitu HB 0,

BCG, Polio 1, DPT/HB 1, Polio 2, DPT/ HB 2, Polio 3, DPT/HB

3, Polio 4, Campak. Klien juga tidak ada keluhan setelah

dilakukan imunisasi.

8) Pengkajian Pola Fungsional Gordon

Pada pola persepsi manajemen kesehatan, ibu klien

mengatakan kesehatan anaknya saat ini sangat penting. Apabila

didalam anggota keluarganya ada yang sakit biasanya hanya

membeli obat di apotek. Seperti halnya ketika badan klien panas,

ibu klien membelikan obat paracetamol di apotek. Apabila sakit

yang dirasakan belum kunjung sembuh baru diperiksakan

kefasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Klien saat ini rutin

melakukan transfusi tiga bulan sekali.

Pada pola eliminasi, klien tidak memiliki keluhan terhadap

BAB dan BAK nya. Klien biasanya BAB satu kali sehari setiap

pagi dengan konsistensi lembek dan bau khas feses, serta tidak

merasakan sakit saat BAB. Klien BAK 8-10 kali sehari dengan
66

warna kuning jernih dan bau khas urine, klien juga tidak

merasakan nyeri ketika BAK.

Pada pola metabolik nutrisi, Sebelum sakit, klien tidak

mengalami gangguan pada pola nutrisinya. Semenjak sakit klien

mengalami penurunan nafsu makan, terutama ketika belum

melakukan transfusi. Dalam sehari, ibu klien menyiapkan makan

satu kali sehari dengan menu yang sama. Klien mengatakan

merasakan mual dan perut terasa seperti terisi penuh sehingga

klien merasa malas untuk makan. Dalam satu bulan terakhir

mengalami penurunan berat badan dari BB awal 22 kg dan BB

terakhir ditimbang yaitu 20 kg.

A : TB: 110 cm, BB: 20 kg, LILA: 6,5 cm , IMT: 16,52

B : Hb: 7,6 g/dL

Hematokrit: 23,60% (25 Maret 2019)

C : An. A tampak pucat, bibir kering, kulit berwarna kuning.

D : An. A berusia 7 tahun, yang setiap harinya selalu makan

sayur dan lauk. Serta setiap harinya minum kurang lebih

8-10 gelas sehari.

Pola aktivitas dan latihan klien saat sakit dan sebelum sakit

baik. An. A dalam kesehariannya termasuk anak yang aktif, ceria,

dan pandai bergaul. An. A setiap harinya berangkat sekolah pukul

07.00 dan pulang sekolah sekitar pukul 12.30 WIB. Setelah

pulang sekolah klien istirahat tidur siang di rumah. Kemudian


67

pukul 16.00 sampai pukul 17.00 WIB klien mengaji dirumah

temannya. Sepulang dari mengaji klien bermain sepeda bersama

teman-temannya dan pulang ketika menjelang maghrib. Ibu klien

mengatakan, anaknya terkadang mudah merasa lelah.

Pada pola istirahat dan tidurnya, klien tidak memiliki

masalah. Klien biasanya tidur malam jam 9 dan bangun pukul

05.30 WIB. Biasanya klien terbangun saat malam hari ketika

ingin BAK, dan setelah itu klien bisa tidur kembali. Klien

biasanya tidur siang sekitar pukul 14.00 WIB sampai pukul 15.00

WIB.

Pola persepsi kognitif, kemampuan berfikir An. A baik

klien mampu berkomunikasi dan mempunyai daya ingat yang

cukup baik, terbukti ketika klien mampu menceritakan

pengalamannya saat melakukan transfusi maupun kegiatannya

ketika disekolah dan dirumah.

Pola hubungan dan peran, hubungan sosial An. A dengan

teman-temannya sangat baik, terbukti dengan klien yang sering

bermain dengan teman-temannya dan aktif mengikuti kegiatan

mengaji di rumah temannya. Dalam keluarganya klien sangat

dekat dengan ibu dan neneknya.

Pola konsep diri, klien tidak merasa malu atau minder

dengan kondisinya saat ini. Klien dapat menerima keadaannya

saat ini dan percaya bahwa sakit yang dialaminya akan sembuh.
68

Pola seksual dan reporoduksi, klien tidak memiliki

gangguan apapun pada alat reproduksinya. Untuk pola koping dan

stress, Ibu klien mengatakan bahwa klien sudah mengetahui

bahwa klien sakit thalasemia. Klien juga mengetahui bahwa klien

harus melakukan transfusi secara rutin. Klien juga tidak malu

dengan perubahan fisik yang ada di tubuhnya, yaitu ketika tubuh

klien berwarna kuning, terbukti ketika klien sedang bermain

kemudian ditanya oleh orang tua temannya mengapa tubuhnya

berwarna kuning, klien menjawab bahwa klien sakit thalasemia.

Pada pola nilai dan kepercayaan, keluarga An. A

mengetahui anaknya harus melakukan transfusi terus menerus,

oleh karena itu keluarga selalu memberi dukungan kepada klien

dan selalu berdoa untuk kesembuhan klien.

9) Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil,

keadaan umum klien baik dengan kesadaran composmentis, HR

90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu tubuh 36,5oC.

Pada pemeriksaan kepala, bentuk kepala mesosephal,

dengan kondisi rambut berwarna hitam lurus pendek, halus, dan

mudah rontok. Wajah An. A tampak seperti mongoloid, dahi,

tulang pipi, dan dagu menonjol, hidung pesek. Jarak kedua mata

tampak lebar, konjungtiva anemis, sklera ikterik, dan penglihatan

baik. Kondisi mulut klien bersih, tidak terdapat stomatitis, bibir


69

tampak pucat, dan kering. Gigi bagian depan tampak renggang.

Telinga bersih, tidak ada serumen, simetris kanan dan kiri. Pada

leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Pada pemeriksaan paru, frekuensi pernafasan 20 x/menit.

Saat diinspeksi pergerakan dan pengembangan paru kiri dan

kanan simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu pernafasan.

Saat di palpasi tidak terdapat masa ataupun benjolan. Saat

diperkusi terdengar suara sonor pada seluruh area lapang paru.

Saat diauskultasi suara nafas vesikuler, dan tidak terdengar suara

nafas tambahan.

Pada pemeriksaan jantung, ictus cordis tidak tampak, dan

teraba pada intercosta ke IV – V mid clavicula sinistra. Terdengar

suara redup ketika diperkusi. Ketika diauskultasi terdengar bunyi

jantung I dan II.

Bagian perut tampak membesar. Bising usus 15 x/menit,

perut teraba keras pada bagian kiri. Kulit teraba kasar, berwarna

hitam karena seringnya melakukan transfusi darah setiap tiga

minggu sekali.

Pada pemeriksaan ekstremitas atas, tangan dapat bergerak

bebas, bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, jari-jari

tangan lengkap, capillary refil time kurang dari 2 detik. Pada

pemeriksaan ekstremitas bawah, kaki dapat bergerak bebas,


70

bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, jari-jari kaki

lengkap.

Pada pemeriksaan kulit, kulit teraba kasar, berwarna

kuning pucat.

3. Diagnosa Keperawatan

a) Klien 1 ( An. K)

Dari data klien pertama, An. K mengalami penurunan berat

badan dalam kurun waktu satu bulan terakhir, nafsu makan

menurun, merasakan mual dan perut seperti terisi penuh kerika

makan. Selain itu klien juga tampak pucat, perut tampak

membesar dan teraba keras pada bagian perut sebelah kiri.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

masalah keperawatan, antara lain ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.

b) Klien 2 (An. A)

Dari data klien kedua An. A mengalami penurunan berat

badan dalam kurun waktu satu bulan terakhir, nafsu makan

menurun, merasakan mual dan perut seperti terisi penuh ketika

makan. Selain itu klien juga tampak pucat, perut tampak

membesar dan teraba keras pada bagian perut sebelah kiri.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

masalah keperawatan, antara lain ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.


71

4. Intervensi Keperawatan

a) Klien 1 (An. K)

Pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis,

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

masalah ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi dengan criteria

hasil orang tua klien melaporkan nafsu makan anak meningkat,

mual muntah anak berkurang, anak dapat menghabiskan porsi

makan yang disediakan.

Intervensi yang dilakukan yaitu: 1. Ukur BB dan TB. 2.

Kaji riwayat diet anak dan jika memungkinkan libatkan anak

dalam pemelihan menu makanan yang diinginkan. 3. Berikan jenis

makanan yang mengandung zat besi rendah. 4. Anjurkan

penyajian makanan dalam keadaan hangat dan porsikecil.

5.Dampingi orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak dengan

jenis makanan yang disukai tetapi masih dalam kategori makanan

yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan

thalassemia. 6. Berikan pendidikan kesehatan kepada orang tua

mengenai makanan apa yang diperbolehkan untuk dikonsumsi

oleh anak dengan Thalasemia. 7. Monitor adanya mual dan

muntah pada anak.


72

b) Klien 2 (An. A)

Pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis,

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

masalah ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria

hasil orang tua klien melaporkan nafsu makan anak meningkat,

mual muntah anak berkurang, anak dapat menghabiskan porsi

makan yang disediakan.

Intervensi yang dilakukan yaitu: 1. Ukur BB dan TB. 2.

Kaji riwayat diet anak dan jika memungkinkan libatkan anak

dalam pemilihan menu makanan yang diinginkan. 3. Berikan jenis

makanan yang mengandung zat besi rendah. 4. Anjurkan

penyajian makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil. 5.

Dampingi orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak dengan

jenis makanan yang disukai tetapi masih dalam kategori makanan

yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan

thalassemia. 6. Berikan pendidikan kesehatan kepada orangtua

mengenai makanan apa yang diperbolehkan untuk dikonsumsi

oleh anak dengan Thalasemia. 7. Monitor adanya mual dan

muntah pada anak.


73

5. Implementasi Keperawatan

a) Klien 1 (An. K)

Implementasi pertama pada klien 1 (An. K) dilakukan pada

hari Selasa, 19 Maret 2019 pukul 15.00 WIB yaitu mengukur

tinggi badan dan berat badan An. K. Dari hasil pengukuran

didapatkan berat badan An. K 24 kg, dengan tinggi badan 120 cm.

Implementasi kedua yang dilakukan yaitu memberikan Pendidikan

kesehatan kepada orang tua klien mengenai makanan apa saja

yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan

thalassemia dan makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi

anak dengan thalassemia. Selain itu juga menentukan menu

makanan apa yang dapat dikonsumsi oleh anak. Saat dilakukan

implementasi yang kedua orang tua An. K tampak memperhatikan

serta dapat diajak berdiskusi dengan baik. Orang tua klien juga

mengatakan akan memulai memenuhi kebutuhan nutrisi anak

sesuai dengan jenis makanan apa saja yang boleh dikonsumsi oleh

anak, yang sebelumnya masih jarang dilakukan oleh orang tua

klien. Implementasi yang ketiga dengan mengkaji riwayat diet

anak serta melibatkan anak dalam memilih menu makanan yang

diinginkan oleh anak tetapi sesuai dengan jenis makanan yang

boleh dikonsumsi oleh anak. Jenis makanan yang biasa

dikonsumsi oleh anak yang biasanya disajikan oleh ibu yaitu nasi,

sayur dan lauk (daging, ikan, ayam, atau bebek goreng). Biasanya
74

anak lebih suka makan dengan bebek goreng, sayur kangkung.

Saat anak dilibatkan dalam pemilihan menu makanan klien

tampak antusias, dan mengatakan ingin makan dengan ikan,

Implementasi selanjutnya dilakukan pada hari berikutnya

yaitu hari Rabu, 20 Maret 2019 pukul 11.00 WIB yaitu dengan

mendampingi orang tua dalam memberikan nutrisi pada anak

sesuai jenis makanan yang disukai oleh anak namun masih dengan

menu yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan

thalassemia. Ibu klien mengatakan sudah menyiapkan makanan

sesuai dengan makanan yang diinginkan oleh anak kemarin yaitu

sayur sawi dan ikan bandeng, serta disajikan pula buah apel.

Makanan tersebut disajikan dalam keadaan hangat dan dalam porsi

kecil untuk mengurangi rasa mual anak ketika makan. Klien

mampu menghabiskan tiga sendok makan saja, karena masih

merasakan mual. Namun, rasa mual yang dirasakan klien sudah

mulai berkurang, tidak seperti sebelumnya.

Pada pertemuan berikutnya hari Kamis, 21 Maret 2019

pukul 13.00 WIB penulis melakukan observasi mengenai kejadian

mual pada anak. Klien masih tampak pucat, namun klien

mengatakan sudah tidak merasakan mual ketika makan seperti

sebelumnya. Implementasi selanjutnya sama dengan implementasi

hari sebelumnya yaitu mendampingi orang tua dalam pemberian

makanan dengan kandungan rendah zat besi dan menyajikannya


75

dalam keadaan hangat serta porsi yang kecil. Saat makan siang

kali ini klien mampu menghabiskan makanan yang disajikan tetapi

klien tidak menghabiskan sayurannya. Implementasi selanjutnya

yaitu kembali mengajak anak untuk menentukan makanan yang

ingin dikonsumsi hari berikutnya, tetapi masih dengan jenis

makanan yang dapat di konsumsi oleh anak dengan thalassemia

yang memiliki kandungan rendah zat besi. An. K tampak antusias

saat menentukan menu makanan yang akan dikonsumsinya besok.

b) Klien 2 (An. A)

Implementasi pertama pada klien kedua (An. A) dilakukan

pada hari Sabtu, 23 Maret 2019 pukul 14.00 WIB yaitu mengukur

tinggi badan dan berat badan An. A. Dari hasil pengukuran

didapatkan berat badan An. A 20 kg, dengan tinggi badan 110 cm.

Implementasi kedua yang dilakukan yaitu memeberikan

pendidikan kesehatan kepada orang tua klien mengenai makanan

apa saja yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan

thalassemia dan makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi

anak dengan thalassemia. Selain itu juga menentukan menu

makanan apa yang dapat dikonsumsi oleh anak. Saat dilakukan

implementasi yang kedua orang tua An. A tampak memperhatikan

serta dapat diajak berdiskusi dengan baik. Orang tua klien juga

mengatakan akan memulai memenuhi kebutuhan nutrisi anak

sesuai dengan jenis makanan apa saja yang boleh dikonsumsi oleh
76

anak, yang sebelumnya orang tua klien masih bingung, apakah

anak harus mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi atau

makanan yang rendah zat besi. Implementasi yang ketiga dengan

mengkaji riwayat diet anak serta melibatkan anak dalam memilih

menu makanan yang diinginkan oleh anak tetapi sesuai dengan

jenis makanan yang boleh dikonsumsi oleh anak. Jenis makanan

yang biasa dikonsumsi oleh anak yang biasanya disajikan oleh ibu

yaitu nasi, sayur dan lauk telur goreng atau tempe dan tahu

goreng, terkadang juga ayam dan daging. Saat anak dilibatkan

dalam pemilihan menu makanan klien tampak antusias, dan

mengatakan ingin makan dengan ayam goreng.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada hari berikutnya

yaitu hari Minggu, 24 Maret 2019 pukul 11.00 WIB yaitu dengan

mendampingi orang tua dalam memberikan nutrisi pada anak

sesuai jenis makanan yang disukai oleh anak namun masih dengan

menu yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan

thalassemia. Ibu klien mengatakan sudah menyiapkan makanan

sesuai dengan makanan yang diinginkan oleh anak kemarin yaitu

sayur sop dan ayam goreng. Makanan tersebut disajikan dalam

keadaan hangat dan dalam porsi kecil untuk mengurang rasa mual

anak ketika makan. Klien mampu menghabiskan empat sendok

makan saja, karena masih merasakan mual. Namun, rasa mual


77

yang dirasakan klien sudah mulai berkurang, tidak seperti

sebelumnya.

Pada pertemuan berikutnya hari Rabu, 27 Maret 2019

pukul 13.00 WIB penulis melakukan observasi mengenai kejadian

mual pada anak. Klien masih tampak pucat, namun klien

mengatakan sudah tidak merasakan mual ketika makan seperti

sebelumnya. Implementasi selanjutnya sama dengan implementasi

hari sebelumnya yaitu mendampingi orang tua dalam pemberian

makanan dengan kandungan rendah zat besi dan menyajikannya

dalam keadaan hangat serta porsi yang kecil. Saat makan siang

kali ini klien mampu menghabiskan makanan yang disajikan.

Implementasi selanjutnya yaitu kembali mengajak anak untuk

menentukan makanan yang ingin dikonsumsi hari berikutnya,

tetapi masih dengan jenis makanan yang dapat di konsumsi oleh

anak dengan thalassemia yang memiliki kandungan rendah zat

besi. An. A tampak antusias saat menentukan menu makanan yang

akan dikonsumsinya besok yaitu ikan goreng.

6. Evaluasi

a) Klien 1 (An. K)

Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan

untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh yaitu An. K mengatakan mual sudah berkurang. Ibu klien

juga mengatakan sudah mulai menerapkan pola nutrisi yang sesuai


78

dengan jenis makanan yang boleh dikonsumsi An. K (rendah zat

besi). Ibu klien mengatakanakan berusaha menyajikan makanan

untuk An. K dalam keadaan hangat dan porsi kecil dan dengan

intensitas pemberian yang sering. Saat dilakukan pengukuran berat

badan dan tinggi badan kembali didapatkan hasil berat badan klien

24 kg, dengan tinggi badan 120 cm.

b) Klien 2 (An. A)

Setelah memberikan tindakan keperawatan penulis

melakukan evaluasi yaitu ibu klien menyajikan menu makanan

dalam keadaan hangat dan porsi yang kecil serta menu makanan

yang disajikan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien,

respon dari klien yaitu klien sudah tidak merasakan mual ketika

makan dan nafsu makannya pun sudah mulai meningkat dari

sebelumnya. Klien juga sudah mampu menghabiskan makanan

yang disajikan oleh ibunya. Ibu klien juga mengatakan sudahlebih

paham dan bersedia untuk menyajikan makanan seperti yang

sudah dilakukannya yaitu makanan dalam keadaan hangat dan

porsi kecil serta menu makanan yang boleh dikonsumsi oleh anak

dengan thalassemia. Saat dilakukan timbang berat badan dan

pengukuran tinggi badan kembali berat badan klien 20 kg dengan

tinggi 110 cm.


79

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang terdiri dari riwayat

kesehatan yang dapat digunakan untuk melengkapi informasi tentang

status kesehatan. Pada tahap pengkajian ini informasi diperoleh melalui

wawancara dan pemeriksaan fisik. Penulis melakukan pengkajian pada

klien pertama (An. K) pada tanggal 18 Maret 2019 dan klien kedua (An.

A) pada tanggal 22 Maret 2019. Dari pengkajian yang dilakukan pada

klien pertama dan klien kedua diperoleh hasil yang sama yaitu klien

mengalami penurunan nafsu makan, merasakan mual dan perut seperti

terisi penuh ketika makan sehingga klien merasa malas untuk makan.

Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) hal ini terjadi karena seringnya

melakukan transfusi darah sehingga mengakibatkan penumpukan zat besi

di berbagai organ tubuh salah satunya yaitu hati. Hal ini mengakibatkan

adanya pembesaran hati yang disebut dengan hepatomegali. Karena

terjadinya hepatomegali mengakibatkan penekanan pada dinding perut

yang mengakibatkan timbulnya rasa mual dan nafsu makan menurun.

Keluhan tersebut semakin dirasakan klien terutama ketika mendekati

waktu untuk melakukan transfusi. Akibatnya berat badan klien susah

mengalami kenaikan. Ibu klien mengatakan dalam kurun waktu satu bulan

terakhir klien mengalami penurunan berat badan sekitar 1 kg sampai

dengan 2 kg. Saat melakukan pengkajian diperoleh data objektif berat

badan An. K 24 kg, tinggi badan 120 cm, LILA 7,2 dan IMT 16,67. Pada
80

An.A diperoleh hasil berat badan 20 kg, tinggi badan 110 cm, LILA 6,5

dan IMT 16,52. Hasil IMT yang diperoleh dari kedua pasien masih

menunjukkan kategori normal, namun klien memiliki risiko masuk dalam

kategori status gizi kurang. Dari hasil pengkajian yang diperoleh

menunjukkan bahwa berat badan dan tinggi badan klien kurang dari batas

normal jika dihitung menggunakan rumus berat badan ideal anak usia 1-

10 tahun yaitu (usia (tahun) x 2) + 8) yang menunjukkan berat badan ideal

untuk An. A yaitu 26 kg dan An. A 22 kg. Sedangkan untuk tinggi badan

ideal klien jika dihitung menggunakan rumus (usia (tahun) x 2,5 + 30 =

panjang (inchi)) kemudian hasil yang diperoleh dikonversi menjadi cm

dengan cara hasil akhir dikalikan dengan 2,54 cm, yang menunjukkan

hasil tinggi badan ideal untuk An. K yaitu 133,35 cm sedangakan untuk

An. A yaitu 120,65 cm.

Mendri dan Prayogi (2016) menjelaskan beberapa gejala umum

yang terjadi pada anak dengan Thalasemia yaitu terjadinya kelemahan

atau kelelahan, anak tampak pucat, terjadinya deformitas tulang, dan perut

bengkak. Tanda dan gejala tersebut juga ditemukan pada kedua klien.

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil terjadinya

deformitas tulang yaitu pada bagian dahi, dagu, dan pipi menonjol,

hidung pesek, jarak kedua mata tampak lebar, konjungtiva anemis, dan

sklera ikterik, selain itu bibir klien juga tampak pucat. Pada bagian perut

klien juga tampak membesar dan ketika diraba pada bagian kiri perut

klien teraba keras.


81

Perut tampak membesar dan teraba keras terjadi karena adanya

pembesaran hati dan limpa yang disebut hepato splenomegali. Adanya

pembesaran hati dan limpa karena, seringnya klien dengan thalasemia

melakukan transfusi. Transfusi yang berulang kali dapat menyebabkan

kelebihan zat besi di dalam tubuh dan menimbulkan penimbunan zat besi

di berbagai organ tubuh salah satunya hati dan limpa. Adanya

penimbunan zat besi yang berlebihan di hati dan limpa menyebabkan

pembesaran pada hati dan limpa, adanya pembesaran pada hati dan limpa

menyebabkan perut klien tampak membesar dan teraba keras pada perut

bagian kiri (Suriadi & Yuliani, 2010).

Dari hasil pemeriksaan laboratorium terakhir yang dilakukan oleh

klien diperoleh hasil kadar hemoglobin An. K 7,5 g/dL (6 Maret 2019)

dan pada An. A 7,6 g/dL (25 Maret 2019). Menurut Tarwoto dan

Wartonah (2008) karena adanya kerusakan membran eritrosit pada klie

Thalasemia sebelum waktunya akan mengakibatkan anemia berat pada

klien Thalasemia sehingga klien harus melakukan transfusi secara rutin

untuk meningkatkan kadar hemoglobinnya diatas 10 g/dL dalam sel darah

merah. Kedua klien rutin melakukan transfusi, An. K melakukan transfusi

setiap tiga minggu sekali sedangkan An. A rutin melakukan transfusi

setiap tiga bulan sekali. Seringnya transfusi yang dilakukan dapat

menyebabkan penimbunan zat besi yang dapat berisiko pada kegagalan

fungsi jantung, ginjal, hati, gonad atau disebut hemokromatosis, dan

disertai dengan kadar serum yang tinggi dapatmenyebabkan organ dalam


82

tubuh membengkak seperti limpa. Hal itu terbukti dari hasil pemeriksaan

fisik pada bagian abdomen didapatkan hasil perut kedua pasien membesar

dan teraba keras pada perut sebelah kiri. Hal ini dapat mengakibatkan

penekanan pada dinding perut sehingga akan teras penuh dan mual,

sehingga nafsu makan anak menurun yang mengakibatkan asupan nutrisi

yang ada di dalam tubuh menurun dan mengakibatkan asupan makanan

berkurang dan menimbulkan terjadinya gangguan nutrisi.

Pada kulit pasien juga terlihat pucat dan berwarna kehitaman. Hal

tersebut sebagai akibat dari dilakukannya transfusi secara terus menerus.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarwoto dan Wartonah (2008) yang

mengatakan bahwa kulit klien akan terlihat pucat kekuning-kuningan dan

berwarna kehitaman karena seringnya dilakukan transfusi yang

mengakibatkan penimbunan zat besi pada jaringan kulit. Dari hasil

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh klien diperoleh hasil kadar

feritinin yang ada di darah klien tinggi. Oleh karena itu An. K diberikan

terapi obat Ferriprox 3 x 1 (500 mg). Sedangkan An. A diberi terapi obat

Ferriprox 1x1 (500 mg). Ferriprox merupakan salah satu merk dagang

dari salah satu terapi desferal yang berisikan depheriprone. Menurut

Tarwoto dan Wartonah (2008) klien diberi terapi kelasi besi untuk

membantu mengurangi penimbunan zat besi yang berlebih didalam tubuh.

2. Diagnosis Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan wawancara dan

pemeriksaan fisik terhadap klien dirumuskan fokus diagnose keperawatan


83

yang diambil dalam pembuatan laporan studi kasus ini yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan factor biologis. Permasalahan tersebut dirumuskan dengan

didasarkan kepada pernyataan klien petama yaitu klien mengatakan

merasakan mual dan perut seprti terisi penuh ketika makan, ibu klien

mengatakan nafsu makan klien menurun dan terjadi penurunan berat

badan dalam kurun waktu satu bulan terakhir, selain itu juga klien

termasuk anak yang suka pilih- pilih makanan. Berdasarkan data objektif

yang didapatkan saat melakukan pengkajian kepada klien pertama yaitu

berat badan 24 kg dan tinggi badan 120 cm, haemoglobin 7,5 g/dL,

hematokrit 22 %. Klien tampak pucat, perut tampak membesar dan perut

sebelah kiri teraba keras.

Begitu juga dengan klien kedua yang menyatakan merasakan mual

dan perut seperti terisi penuh ketika makan, ibu klien mengatakan jika

nafsu makan anaknya menurun terutama ketika belum melakukan

transfuse, berat badan klien mengalami penurunan dalam kurun waktu

satu bulan terakhir. Sedangkan berdasarkan data objektif yang didapatkan

saat melakukan pengkajian yaitu berat badan klien 20 kg, tinggi badan

110 cm, haemoglobin 7,6 g/dL, hematokrit 23,60 %, perut tampak

membesar dan teraba keras pada perut sebelah kiri, klien juga tampak

pucat.
84

Berdasarkan NANDA (2015) diagnose yang tepat untuk klien

pertama dan kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis.

3. Intervensi

Intervensi keperawatan yang telah dirumuskan berfokus untuk

mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi dengan meningkatkan

nafsu makan klien. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

tersebut yaitu mengukur BB dan TB, mengkaji riwayat diet anak dan jika

memungkinkan libatkan anak dalam pemelihan menu makanan yang

diinginkan, memberikan jenis makanan yang mengandung zat besi

rendah. Menganjurkan penyajian makanan dalam keadaan hangat dan

porsi kecil, mendampingi orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak

dengan jenis makanan yang disukai tetapi masih dalam kategori makanan

yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan thalassemia,

memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua mengenai makanan

apa yang diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh anak dengan Thalasemia,

serta memonitor adanya mual dan muntah pada anak.

Menurut Mendri dan Prayogi (2016), anak – anak dengan

thalassemia mampu memiliki banyak zat besi didalam tubuh mereka, hal

itu dapat terjadi karena penyakit itu sendiri atau karena dilakukan nya

transfusi yang berulang kali sehingga menimbulkan penumpukan zat besi.

Oleh karena itu untuk mengurangi penimbunan zat besi yang ada di dalam

tubuh klien harus mengonsumsi terapi kelasi zat besi seperti depheriprone
85

dan mengkonsumsi makanan yang rendah zat besi seperti susu, nasi,

biskuit, semua jenis ikan, umbi- umbian, sawi. Selain itu makanan yang

mampu mengikat zat besi sebaiknya dihindari apabila sedang tidak

mengkonsumsi terapi desferal yang mampu mengurangi kadar zat besi di

dalam tubuh. yaitu makanan yang mengandung vitamin C yaitu jeruk,

mangga, strawberry, nanas, kiwi pepaya, jambu. Kriteria hasil yang

diharapkan setelah dilakukan implementasi dari rencana tindakan

keperawatan tersebut yaitu nafsu makan anak meningkat, rasa mual anak

ketika makan berkurang, serta anak mampu menghabiskan porsi makan

sesuai dengan yang sudah disediakan yaitu makanan dengan zat besi

rendah.

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

berdasarkan rencana tindakan keperawatan keperawatan yang sudah

disusun. Implementasi yang penulis lakukan yaitu mengukur berat badan

dan tinggi badan, mengkaji riwayat diet anak, memberikan jenis makanan

yang mengandung zat besi rendah, menganjurkan penyajian makanan

dalam keadaan hangat dan porsi kecil, mendampingi orang tua dalam

pemberian nutrisi pada anak dengan jenis makanan yang disukai dan

masih termasuk dalam kategori makanan yang diperbolehkan dikonsumsi

oleh anak thalasemia, memonitor adanya mual pada anak.

Menurut Mendri dan Prayogi (2016) anak dengan thalasemia dapat

memiliki terlalu banyak zat besi didalam tubuh mereka, hal ini terjadi
86

baik dari penyakit itu sendiri atau karena melakukan transfusi darah

secara berulang. Oleh karena itu makanan dengan kadar zat besi tinggi

seperti sayuran berdaun hijau (bayam, kangkung, brokoli), daging merah,

kacang-kacangan yang digoreng atau dibakar, buah yang dikeringkan

(kismis), hati, ampela ayam harus dihindari karena dapat meningkatkan

penimbunan zat besi di dalam tubuh. Selain itu untuk mengurangi jumlah

zat besi yang ada di dalam tubuh digunakan terapi desferal seperti

depheriprone yang bekerja dengan menurunkan jumlah total zat besi

dalam tubuh dengan cara mengambil zat besi dari organ tubuh dan

mengeluarkannya dari tubuh melalui urine atau feses, disamping itu juga

pemberian nutrisi rendah zat besi. Saat pemberian terapi desferal juga

diimbangi dengan pemberian makanan yang mampu mengikat zat besi

yaitu makanan yang mengandung vitamin C misalnya seperti buah jeruk,

mangga, strawberry, kiwi, sirsak. Hal itu dilakukan agar terapi desferal

lebih optimal dalam mengurangi kadar zat besi didalam tubuh. Dalam

memberikan nutrisi pada anak diperlukan juga peran serta anak untuk ikut

menentukan menu makanan yang akan dimakan, hal ini dilakukan agar

anak bersemangat untuk makan sesuai dengan menu yang diinginkan

sehingga nutrisi pada anak terpenuhi. Makanan yang diberikanpun dalam

keadaan hangat dan porsi kecil diberikan dengan frekuensi sering (5-6

kali sehari), dengan begitu rasa mual pada anak setiap kali makan dapat

berkurang.
87

Hari pertama dilakukan tindakan keperawatan pada kedua pasien

yaitu mengukur berat badan dan tinggi badan pada anak, hal ini dilakukan

untuk menghitung indeks massa tubuh (IMT) yang akan menunjukkan

status gizi pada anak. Dari hasil pengukuran berat badan, tinggi badan dan

IMT klien pertama (An. K) didapatkan hasil berat badan 24 kg, tinggi

badan 120 cm, dan IMT 16,67. Sedangkan pada klien kedua (An.A)

diperoleh hasil berat badan 20 kg, tinggi badan 110 cm, dan IMT 16,52.

Implementasi selanjutnya yaitu mengkaji riwayat diet anak dan

memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua klien mengenai

makanan apa saja yang boleh dikonsumsi oleh anak dengan thalassemia

dan makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak dengan

thalassemia. Respon dari orang tua klien positif. Sebelumnya orang tua

klien An. K sudah mengetahui makanan apa saja yang boleh dikonsumsi

oleh anak dengan thalassemia, namun masih belum menerapkan hal

tersebut. Sedangkan orang tua klien An. A masih kurang memahami hal

tersebut, beliau masih bingung mengenai makanan yang diperbolehkan itu

makanan yang banyak mengandung zat besi atau yang rendah zat besi.

Saat sudah diberikan penjelasan menganai makanan yang boleh

dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi oleh anak dengan thalassemia,

orang tua klien akan berusaha menyiapkan makanan sesuai dengan diet

yang diperbolehkan. Saat melibatkan klien dalam pemilihan menu

makanan, respon dari kedua klien berbeda. An. K tampak lemas dan

pucat, serta saat ditanya mengenai makanan apa yang diinginkan klien
88

lebih banyak diam dan memperhatikan ketika ibunya yang menentukan

menu makanannya. Sedangkan An. A lebih antusias untuk menentukan

menu makanannya.

Pada hari kedua, ibu klien sudah menyiapkan makanan sesuai

dengan menu yang ditentukan kemarin, dan sudah menyajikannya dalam

porsi kecil dan dalam keadaan hangat. An. K saat disajikan makanan

tersebut hanya menghabiskan makan tiga sendok makan saja, sedangkan

An. A hanya menghabiskan empat sendok makan. Saat ditanya mengenai

rasa mual ketika makan, kedua klien mengatakan rasa mualnya sudah

sedikit berkurang, tidak sama seperti kemarin. Klien tidak menghabiskan

porsi makan yang disajikan karena sudah merasakan kenyang dan masih

merasa mual ketika makan.

Pada hari ketiga dilakukan implementasi, saat dilakukan observasi

mengenai mual yang dirasakannya kedua klien mengatakan sudah tidak

merasakan mual lagi ketika makan. Terbukti dengan An. K hanya

menyisakan sayurannya saja sedangkan makanan lain yang disajikan

habis dimakan. Sedangkan An. A mampu menghabiskan porsi makanan

yang diberikan. Antusias kedua klien saat menentukan menu makanan

yang akan dikonsumsinya pun sudah mulai meningkat. Terutama pada

klien pertama yaitu An. K.

5. Evaluasi

Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan pada kedua klien An.

K dan An. A didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, yaitu An. K
89

mengatakan mual yang dirasaknnya ketika makan sudah berkurang, ibu

mengatakan sudah mulai menerapkan nutrisi apa saja yang boleh

dikonsumsi oleh anak dengan thalassemia. Sedangkan pada An. A

mengatakan sudah tidak mual ketika makan. Klien juga mau menentukan

menu makanan yang dikonsumsinya bersama ibunya. Sedangkan data

objektif yang didapatkan dari kedua klien yaitu, nafsu makan kedua klien

meningkat tetapi klien masih tampak pucat dan berat badan klien masih

belum mengalami kenaikan yaitu An. K 24 kg, sedangkan An. A 20 kg.

Hal ini menunjukkan bahwa masalah teratasi karena kriteria hasil yang

ditetapkan sudah tercapai. Namun masih diperlukan rencana tindak lanjut

untuk mempertahankan nafsu makan anak tetap baik dengan cara

menyajikan makanan dalam porsi kecil dan dalam keadaan hangat.

Anda mungkin juga menyukai