Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUA
N

1.1. Latar Belakang


Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, membuat
hampir di setiap lembaga selalu berhubungan erat dengan teknologi dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari, termasuk juga di Kejaksaan Negeri
Sambas. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak teknologi yang canggih
untuk membantu pekerjaan di suatu lembaga. Kejaksaan Negeri merupakan
salah satu lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara
secara merdeka terutama pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang
penuntutan serta melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang penyidikan
perkara tindak pidana.
Terkait dengan tugas utama Kejaksaan, Kejaksaan Negeri Sambas
tidak terlepas dari penanganan berkas perkara untuk segera dilakukan
penuntutan. Pada saat ini di Kejaksaan Negeri Sambas penanganan berkas
perkara dilakukan secara semi manual. Proses penanganan berkas perkara
dimulai dari diterimanya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(SPDP) dari penyidik oleh bagian sekretariat hanya diregistrasi pada buku
besar, setelah itu SPDP diserahkan kepada Kepala Seksi Tindak Pidana
Umum (kasipidum) guna penunjukan jaksa, setelah penunjukan jaksa SPDP
diberikan ke bagian prapenuntutan (pratut), di bagian pratut dibuatkan surat
perintah penunjukan jaksa penuntut umum (P-16) dengan menggunakan
microsoft office dan begitu seterusnya sampai dokumen itu masuk ke tahap II
(tahap penuntutan).
Adapun permasalahan yang terjadi pada tahap prapenuntutan dan
tahap penuntutan antara lain, pada tahap prapenuntutan, terdapat banyak
perkara atau SPDP yang masuk, dan apabila pegawai melakukan pencarian
berkas perkara masih harus mencarinya dengan cara manual, yaitu mencari
satu persatu data yang telah diarsipkan. Hal ini membutuhkan waktu yang

1
2

lama karena belum terdapat database yang memuat berkas perkara secara
softcopy.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses penanganan berkas perkara
yang lebih efektif dan efisien, maka dibutuhkan rancangan aplikasi yang
terintegrasi dengan database yang dapat mempermudah penanganan berkas
perkara. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk mengambil judul
laporan yaitu, “Rancangan Aplikasi Penginputan Administrasi Tahap II
Pidana Umum di Kejaksaan Negeri Sambas Berbasis Web”.

1.2. Ruang Lingkup Kegiatan


Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan mempunyai
tugas melakukan pengelolaan barang bukti dan barang rampasan yang berasal
dari tindak pidana umum dan pidana khusus. Seksi Pengelolaan Barang
Bukti dan Barang Rampasan terdiri atas:
a. Subseksi Barang Bukti mempunyai tugas melakukan pencatatan benda
sitaan dan barang bukti pada register, buku register pembantu, label dan
kartu barang bukti, sistem manaJemen elektronik, penyediaan data,
penelitian barang bukti, penyimpanan dan pengklasifikasian atau
pengelompokan barang bukti, penitipan pemeliharaan barang bukti,
melakukan kontrol barang bukti secara berkala, penyediaan dan
pengembalian barang bukti sebelum dan setelah sidang, serta laporan dan
pengarsipan terkait pengelolaan benda sitaan dan barang bukti tindak
pidana umum dan tindak pidana khusus pada tahap penyidikan, dan
penuntutan.
b. Subseksi Barang Rampasan mempunyai tugas pencatatan barang rampasan
pada register, buku register pembantu, sistem manajemen elektronik,
penyediaan data, pencocokan dan pengiden tifikasian fisik barang
rampasan sesum dengan dokumen pendukung, menyiapkan administrasi
barang rampasan, mengklasifikasikan atau mengelompokkan barang
rampasan, menyediakan dokumen pendukung atas fisik barang rampasan,
perencanaan dan penyelesaian barang rampasan, tindakan hukum dalam
3

penyelesaian barang rampasan serta laporan dan pengarsipan terkait


pengelolaan barang rampasan tindak pidana umum dan tindak pidana
khusus pada tahap eksekusi.
Seksi Tindak Pidana Umum mempunyai tugas melaksanakan
pengendalian, prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan,
melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap
keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya dalam perkara Tindak
Pidana Umum. Seksi Tindak Pidana Umum terdiri dari :
a. Subseksi Prapenuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian
pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara, koordinasi dan
kerja sama, pengelolaan, penyajian data dan informasi, pemberian
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan
penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan harta benda pada
tahap prapenuntutan.
b. Subseksi Penuntutan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan pemberian
pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara, koordinasi dan
kerja sama, pengelolaan, penyajian data dan informasi, pemberian
bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan
penanganan perkara tindak pidana terhadap orang dan harta benda pada
tahap penuntutan.
c. Subseksi Eksekusi dan Eksaminasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan penyusunan rencana dan program kerja, analisis dan
pemberian pertimbangan hukum, koordinasi dan kerja sama, pengelolaan,
penyajian data dan informasi, pemberian bimbingan teknis, pemantauan,
evaluasi, dan penyusunan laporan penanganan perkara tindak pidana
terhadap orang dan harta benda tahap eksekusi dan eksaminasi.
4

1.3. Profil Perusahaan


1.3.1. Sejarah Singkat Kejaksaan Negeri Sambas
Kejaksaan Negeri Sambas didirikan pada tahun 1963 bertempat di
Jalan Gusti Hamzah sebagai cabang dari Kejaksaan Negeri Singkawang di
Sambas. Pada tahun 2001 berubah menjadi Kejaksaan Negeri Sambas
yang dipimpin oleh Bapak Memed Sumenda, SH periode 2001-2003.
Pada saat ini Kejaksaan Negeri Sambas beralamat di jalan Saing
Rambi No. 83 Kabupaten Sambas yang dipimpin oleh Bapak Ichwan
Effendi, S.H selaku Kepala Kejaksaan Negeri Sambas.
1.3.2. Visi Dan Misi
1.3.2.1. Visi
Tercapainya aparat kejaksaan yang professional, berintegritas
berlandaskan Satya Adhi Wicaksana demi terciptanya tata kelola
pemerintahan yang baik di tahun 2025
1.3.2.2. Misi
Dalam mencapai visi organisasi, Kejaksaan Negeri Sambas
merumuskan misi organisasi sebagai tugas utama yang harus dilakukan
dalam mencapai tujuan organisasi dalam kurun waktu tertentu. Untuk
mewujudkan hal tersebut Kejaksaan Negeri Sambas mempunyai misi
sebagai berikut:
1) Membentuk dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
dan peraturan yang berlaku di lingkungan kejaksaan sebagai
Landasan Hukum Perwujudan Tata Kelola Pemerintahan (good
governance) di intuisi kejaksaan;
2) Memodernisasi birokrasi kejaksaan dengan optimalisasi pemakaian
teknologi informasi dan komunikasi;
3) Mengembangkan budaya, nilai-nilai kerja dan perilaku positif di
dalam intuisi kejaksaan;
4) Mengadakan restruktur organisasi/kelembagaan kejaksaan;
5) Melakukan relokasi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
termasuk perbaikan sistem remunerasi;
5

6) Menyederhanakan sistem kerja, prosedur dan mekanisme kerja;


7) Mengembangkan mekanisme control yang efektif.
1.3.3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah sebuah susunan berbagai komponen
atau unit-unit kerja dalam sebuah organisasi yang ada di instansi. Dengan
adanya struktur organisasi maka kita bisa melihat pembagian kerja dan
bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda bisa dikoordinasikan dengan
baik. Selain itu, dengan adanya struktur tersebut maka kita bisa
mengetahui beberapa spesialisasi dari sebuah pekerjaan, saluran perintah,
maupun penyampaian laporan.
Struktur tersebut merupakan komponen penting yang harus ada
dalam organisasi yang memuat terkait pembagian tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Sebagai contoh, untuk menghindari adanya
tumpang tindih suatu wewenang dan tanggung jawab perorangan. Gambar
1.1 berikut ini merupakan struktur organisasi Kejaksaan Negeri Sambas:
STRUKTUR ORGANISASI KEJAKSAAN NEGERI SAMBAS
Kepala Kejaksaan Negeri Sambas

Kelompok Jabatan Fungsional Seksi TindakSeksi Perdata Pidana


Seksi
KhususDan
Pengelolaan
Tata
Barang
UsahaBukti
Subbagian Pembinaan Seksi Tindak Pidana Umum
Seksi Intelijen Negara Pemeriksa

Urusan TU, Kepegawai an Subseksi Ideologi, Politik, Kemasyarakatan Subseksi Pertimbang an Subseksi
Hukum Barang Bukti
Subseksi Subseksi Penuntuan
Penuntutan

Subseksi Keuangan,
Urusan Perlengkap an PengamananSubseksi
Pembangunan
Prapenuntut an Subseksi Barang Rampasan
Subseksi PenyidikanSubseksi Perdata

Urusan Statistik Kriminal


Subseksi
dan Perpustakaan
TI Produksi Intel Penegakan Hukum Subseksi Upaya Hukum Luar Biasa Eksekusi
Subseksi Eksekusi &Eksaminasi
Tata Usaha Perdata

Urusan Keuangan dan PDBP

6
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kejaksaan Negeri Sambas
7

1.3.4.Unit Kerja Prakterk Kerja Lapangan


Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan mempunyai
tugas melakukan pengelolaan barang bukti dan barang rampasan yang
berasal dari tindak pidana umum dan pidana khusus. Mengurus berkas-
berkas barang bukti termasuk register buku besar yang dicatat pada setiap
akhir bulan. Selain di bagian Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang
Rampasan, juga membantu dibagian Tindak Pidana Umum ketika tidak
terlalu banyak pekerjaan pada bagian Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan
Barang Rampasan. Bagian Tindak Pidana Umum mengurus berkas perkara
terkait dengan barang bukti contohnya berkas BA-15.

1.4. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


Dalam periode Praktik Kerja Lapangan (PKL) di mulai pada tanggal
22 Juli 2019 sampai dengan 20 September 2019. Praktik Kerja Lapangan
dilakukan di Kejaksaan Negeri Sambas. Waktu aktif kerja 5 hari dalam
seminggu, jam masuk kerja dari jam 7.30 sampai dengan 16.00.

1.5. Tujuan Dan Manfaat


1.5.1. Tujuan
Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan yang ingin dicapai adalah:
1) Bisa membantu dalam pelaksanaan Tahap II di Seksi Tindak Pidana
Umum, terutama dalam penanganan berkas perkara.
2) Mempermudah beberapa pekerjaan terkait dengan administrasi dan
penginputan data-data tahap II.
3) Mempermudah metode pembuatan dokumen barang bukti dalam
proses pidana.
1.5.2. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan yaitu:
1) Dapat memberikan beberapa solusi dalam permasalahan yang dihadapi
saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.
2) Dapat menambah metode pembuatan berkas dalam proses Tahap II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejaksaan
Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang
dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung
yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung,
Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara
khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan
yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang
menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan
sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan
dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum,
penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI
sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara
merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh
Jaksa Agung yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala
Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga
Kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran strategis dalam
pemantapan ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan berada diporos dan menjadi
filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta
juga sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga,
Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis),
karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus

8
9

dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah
menurut Hukum Acara Pidana.
Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi
pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam
perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan
Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata
dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai
pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum
serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan
Undang-Undang.

2.2 Administrasi
Administrasi berasal dari bahasa latin yaitu “Ad” dan “ministrate”
yang artinya pemberian jasa atau bantuan, dalam bahasa Inggris disebut
“Administration” artinya “To Serve”, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya,
dalam bahasa belanda istilah administrasi adalah “Administrate” yang berarti
setiap penyusunan keteranganketerangan secara sistematis dan pencatatan
secara tertulis dengan maksud untuk memproleh penataan secara sistematis
maupun tertulis, pengertian administrasi yang diterjemahkan administration
dapat di pahami dalam beberapa definisi sebagai berikut:
Menurut Sutopo dalam Mulyono (2009) mengemukakan bahwa
“Administrasi dalam arti luas adalah suatu proses penyelenggaraan dan
pengurusan segenap tindakan/kegiatan dalam setiap usaha kerja sama
sekelompok manusia dalam mencpai tujuan”.
Menurut Hadari Nawawi dalam Mulyono (2009) mengemukakan
bahwa “Administrasi adalah kegiatan penyusunan keterangan-keterangan
secara sistematis dan pencatatan-pencatatan secara tertulis semua kegiatan
yang diperluka dengan maksud memperoleh iktisar.
Menurut Sondang P. Siagian dalam mulyno (2009) Administrasi
adalah sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau
1

lebih yang di dasarkan atas ramolitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Dari ketiga teori tersebut menimbulkan suatu pancaran melalui
pemikiran rasional terhadap komunitas manusia dalam masyarakat luas
merupakan realita yang memperkuat pertumbuhan dan perkembangan
administrasi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.3 Aplikasi Berbasis Web


Dalam rekayasa perangkat lunak, suatu aplikasi web (bahasa Inggris:
web application atau sering disingkat webapp) adalah suatu aplikasi yang
diakses menggunakan penjelajah web melalui suatu jaringan seperti Internet
atau intranet. Ia juga merupakan suatu aplikasi perangkat lunak komputer yang
dikodekan dalam bahasa yang didukung penjelajah web (seperti ASP, Perl,
Java, Java Script, PHP, Python, Ruby, dll) dan bergantung pada penjelajah
tersebut untuk menampilkan aplikasi.
Aplikasi web menjadi populer karena kemudahan tersedianya aplikasi
klien untuk mengaksesnya, penjelajah web, yang kadang disebut sebagai suatu
thin client (klien tipis). Kemampuan untuk memperbarui dan memelihara
aplikasi web tanpa harus mendistribusikan dan menginstalasi perangkat lunak
pada kemungkinan ribuan komputer klien merupakan alasan kunci
popularitasnya. Aplikasi web yang umum misalnya webmail, toko ritel, lelang
online, wiki, papan diskusi, weblog.
Banyak keuntungan yang diberikan oleh Aplikasi berbasis Web
daripada aplikasi berbasis desktop, sehingga aplikasi berbasis web telah
diadopsi oleh perusahaan sebagai bagian dari strategi teknologi informasinya,
karena beberapa alasan:
a. Akses informasi mudah,
b. Setup server lebih mudah
c. Informasi mudah didistribusikan
1

d. Bebas platform, informasi dapat disajikan oleh browser web pada sistem
operasi mana saja karena adanya standar dokumen berbagai tipe data dapat
disajikan.

2.4 System Flow


System flow atau bagan alir sistem merupakan bagan yang
menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. System flow
menunjukkan urutan-urutan dari prosedur yang ada di dalam sistem dan
menunjukkan apa yang dikerjakan sistem. Gambar 2.1 berikut simbol-simbol
yang digunakan dalam System Flow:

Gambar 2.1 System Flow


Keterangan gambar 2.1:
1. Simbol dokumen, menunjukkan dokumen input dan output baik untuk
proses manual atau komputer.
2. Simbol kegiatan manual, menunjukkan pekerjaan manual.
3. Simbol simpanan offline, menunjukkan file non-komputer yang diarsip.
4. Simbol proses, menunjukkan kegiatan proses dari operasi program
komputer.
1

5. Simbol database, menunjukkan tempat untuk menyimpan data hasil


operasi komputer.
6. Simbol garis alir, menunjukkan arus dari proses.
7. Simbol penghubung,mMenunjukkan penghubung ke halaman yang masih
sama atau ke halaman lain

2.5 DFD (Data Flow Diagram)


DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah
ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa
mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir. DFD
merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang
terstruktur dan dapat mengembangkan arus data di dalam sistem dengan
terstruktur dan jelas. Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD:
a. External Entity atau Boundary External entity atau kesatuan luar
merupakan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang,
organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang
akan memberikan input atau menerima output dari sistem. External entity
disimbolkan dengan notasi kotak.
b. Arus Data Arus Data (data flow) di DFD diberi simbol panah. Arus data
ini mengalir di antara proses, simpanan data (data store) dan kesatuan luar
(external entity). Arus data ini menunjukkan arus data yang dapat berupa
masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.
c. Proses Suatu proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin,
atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses
untuk menghasilkan arus data yang akan keluar dari proses. Simbol proses
berupa lingkaran atau persegi panjang bersudut tumpul.
d. Simpanan Data Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat
berupa hal-hal sebagai berikut, sebagai gambaran:
1. Suatu file atau database di sistem komputer.
2. Suatu arsip atau catatan manual.
3. Suatu kotak tempat data di meja seseorang.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Aktivitas Kegiatan Praktik Kerja Lapangan


Dihari pertama penulis diterima di Kejaksaan Negeri Sambas oleh
Kasubbag Pembinaan oleh ibu Nana Fitriana di bagian staff Kasubbag
Pembinaan Kejaksaan Negeri Sambas, dan ditempatkan dibagian Seksi
Pengelolaan Barang Bukti Dan Barang Rampasan dibawah pengawasan bapak
Deni Susanto, SH.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kejaksaan Negeri Sambas
dimulai pada tanggal 22 Juli 2019 sampai tanggal 20 September 2019. Pada
tanggal 22 Juli 2019 Kejaksaan Negeri Sambas memperingati hari Kejaksaan
dan seluruh pegawai diharapkan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan
oleh Kejaksaan Negeri Sambas. Jam kerja Mahasiswa PKL sama seperti jam
kerja pegawai yang bertugas di Kejaksaan Negeri Sambas, yakni dimulai
pukul 07.30 pagi sampai dengan 04.00 sore atau kurang lebih 9 Jam bekerja.
Untuk melihat aktivitas kegiatan PKL yang dilakukan penulis, bisa dilihat
dalam uraian tabel 3.1 sebegai berikut :
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
NO TANGAL KEGIATAN KETERANGAN
1 22 Juli s/d 26 Juli - Bersih-bersih ruangan, Selesai
Pengambilan Form
Barang Bukti, Rekap
data barang bukti ranmor
- Membuat form Barang
Bukti (blanko BB
keperluan sidang
- Reset printer,
penyegelan/penyitaan
BB
- Bersih-bersih ruang BB

13
1

2 29 Juli s/d 2 - Bersih-bersih BB Selesai


Agustus - Membuat Form Barang
Bukti, Register Buku
Barang Bukti dan Barang
temuan
- Membuat form barang
bukti, Lanjutan Register
Barang Bukti
- Pemusnahan Barang
Bukti, Lanjutan register
barang bukti
3 5 Agustus s/d 9 - Entri data Tuntutan dan Selesai
Agustus Rencana Tuntutan
Aplikasi Simkari, register
barang bukti
- Membuat form barang
bukti (keperluan sidang),
Bongkar dan repair PC,
instal antivirus
- Membuat form barang
bukti (keperluan sidang)
- Bongkar pasang laptop,
fan cleaning, entri data di
Aplikasi Simkari
- Entri data Aplikasi
Simkari
4 12 Agustus s/d 16 - Reset printer, Entri data Selesai
Agustus di Aplikasi Simkari
- Entri Data di Aplikasi
Simkari
1

- Register buku tilang


- Buat Form barang bukti
blanko keperluan sidang,
Entri data di Aplikasi
Simkari, Register buku
tilang
- Entri data di Aplikasi
Simkari, Register buku
tilang
5 19 Agustus s/d 23 - Pendataan Barang bukti Selesai
Agustus kendaraan, Buat Blanko
Barang Bukti kendaraan
- Buat Form barang bukti
(blanko keperluan
sidang)
- Buat Form barang bukti
(blanko keperluan
sidang)
- Pemeriksaan Barang
bukti
6 26 Agustus s/d 30 - Membuat berkas perkara Selesai
Agustus - Membuat berkas
panggilan saksi
- Membuat form barang
bukti blanko keperluan
sidang
7 2 September s/d 6 - Register KASI Datun Selesai
September - Register barang bukti,
Buat berkas barang bukti
masuk
1

- Register barang bukti,


Barang bukti keluar
- Bersih bersih gedung BB
8 9 September s/d 13 - Entri data di aplikasi Selesai
September Simkari
- Membuat surat
pernyataan pengembalian
barang bukti, buat surat
putusan P-48 dan D-4
(denda perkara)
- Entri data Tahap II
Resume, membuat
blanko barang bukti
(keperluan sidang)
- Bersih bersih ruang BB,
sda
9 16 September s/d - Pengambilan dan Selesai
20 September pembayaran tilang
- Pengambilan tilang
- Administrasi Tahap I
(SPDP dan P-16),
pengambilan tilang
- Pengambilan tilang,
membuat nota dinas
permintaan anggaran
service mobil tahanan
- Pengambilan tilang
1

3.2 Pembahasan Hasil Praktik Kerja Lapangan


Adapun kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang akan dibahas yaitu
sebagai berikut :
a. Membuat form Barang Bukti (blanko BB keperluan sidang)
Dokumen ini dibuat untuk dipergunakan oleh Jaksa Penuntut
Umum untuk keperluan sidang. Dokumen ini berisi tentang tanggal
sidang, nama terdakwa, pasal yang dilanggar oleh terdakwa, nama jaksa
penuntut, jenis-jenis barang bukti, keadaan barang bukti sebelum dan
sesudah sidang, keterangan dan paraf dari jaksa penuntut.
b. Mencatat data-data perkara ke dalam buku register
Buku register digunakan sebagai laporan akhir bulan dimana setiap
bagian instansi mempunyai register masing masing. Pada Seksi Barang
Bukti dan Barang Rampasan mempunyai 4 Buku besar register. Untuk
Seksi Pidana Umum mempunyai kurang lebih 30 buku register. Buku
register ini berisi tentang data-data terdakwa berupa identitas terdakwa
(nama, ttl, alamat, dsb), barang bukti yang disita, pasal yang dilanggar
terdakwa, dan sebagainya. Buku register dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut ini :

Gambar 3.1 Buku Register


1

c. Penginputan administrasi data berkas Tahap I (SPDP dan P-16)


Berkas SPDP merupakan data yang berisi informasi terdakwa yaitu
nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, warga
negara, tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan.dan keterangan
melanggar pasal berapa.
Setelah SPDP diterima Kasi Pidum, kemudian SPDP diberikan ke
bagian pratut, di bagian pratut dibuatkan surat P-16 (Surat penunjukkan
jaksa).
d. Entri data Tahap II pada aplikasi Simkari
Pada kegiatan ini penulis hanya menginputkan tanggal pra-
tuntutan, penuntutan dan eksekusi, serta menginputkan nomor-nomor surat
pada tahap II, dan juga ada beberapa data yang perlu di inputkan kembali
pada tab putusan seperti data barang bukti dan data jaksa penuntut.
Kemudian data yang sudah inputkan disimpan
e. Pembuatan Surat Panggilan saksi
Dokumen ini berisi tentang informasi saksi seperti nama, alamat,
tempat tanggal lahir dan sebagainya. Dokumen ini merupakan surat
perintah panggilan saksi terkait dengan perkara persidangan.

3.3 Identifikasi Kendala yang Dihadapi


Saat ini di Kejaksaan Negeri Sambas menggunakan sistem yang semi
manual. Di tahap I berkas pertama yang masuk dari penyidik adalah SPDP
(Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan). Di bagian sekretariat
diregistrasi menggunakan buku besar, setelah diregistrasi SPDP diserahkan ke
kasipidum guna untuk penunjukkan jaksa, setelah penunjukkan jaksa
dilakukan, SPDP diberikan ke bagian pratut, di bagian pratut dibuatkan surat
P-16 (Surat penunjukkan jaksa) dengan menggunakan aplikasi berbasis
microsoft excel dan begitu seterusnya sampai dokumen itu masuk ke tahap II
tahap penuntutan.
Permasalahan yang ada di bagian prapenuntutan hingga ke bagian
penuntutan yaitu di bagian prapenuntutan. jika pegawai mencari dokumen
1

perkara harus mencarinya dengan cara manual, yaitu mencari satu-persatu data
yang diarsipkan. Di bagian Kasipidum selama ini melakukan penunjukkan
jaksa dengan cara manual, sehingga Kasipidum tidak dapat mengetahui beban
perkara jaksa yang ditangani dan juga tidak dapat memantau hasil yang
ditangani masingmasing jaksa, selama ini pembuatan surat yang dilakukan
jaksa adalah membuat surat P-17 hingga P-21. Ketika SPDP masuk hingga
dibuatkan surat P-21 (dinyatakan lengkap) oleh jaksa, Kasipidum sedikit
kesulitan memantau jaksa sampai proses manakah surat yg dibuat oleh jaksa
tersebut. Di bagian jaksa penuntut umum, karena banyaknya kasus yang
ditanganinnya biasanya jaksa bisa mengulur waktu untuk melengkapi
dokumen perkara hingga pembuatan surat (P21), sehingga kasus semakin
lama. Karena itu bagian tindak pidana umum membutuhkan sistem
pengolahan data (database). yang dapat membuat sistem sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP) yang ada di Kejaksaan Negeri Sambas, dan dapat
terintegarasi pada bagian sekretariat, pratut, kasipidum dan jaksa. Di bagian
pejabat jaksa diberi sistem notifikasi atau pemberitahuan untuk dapat
mengingatkan jaksa bila waktu P-18 dan P-19 sudah mendekati 14 hari, agar
segera dikonfirmasi dengan penyidik.
Permasalahan yang ada di bagian penuntutan sama dengan bagian
prapenuntutan yaitu membuat sistem yang terintegrasi dari bagian
prapenuntutan sampai dengan bagian barang bukti. Sistem informasi ini dapat
memudahkan pejabat Kasipidum untuk memantau (monitoring) sebuah
dokumen perkara yang diinput dari bagian sekretariat hingga bagian
penuntutan, agar dapat mengetahui status perkara yang terintegrasi awal
misalnya: lama perkara, jaksa yang menangani, status terakhir dari perkara
tersebut. Dan sistem juga dapat menghasilkan laporan jumlah perkara yang
masuk dan jenis perkara yang ada di wilayah Sambas.
2

3.4 Cara Mengatasi Masalah


Penanganan berkas yang semi manual mempunyai beberapa kendala,
seperti terjadinya penumpukan berkas dimeja kerja dan pencarian berkas lama
secara manual, membuat sedikit terhambatnya proses penangangan berkas
yang seharusnya bisa dilakukan secara efisien. Maka dari itu untuk mengatasi
hal tersebut penulis membuat rancangan sistem yang diharapkan dapat
mendukung penanganan berkas perkara yang efektif dan efisien Perancangan
sistem yang dibuat terdiri dari Diagram Sistem, Data Flow Diagram, dan
Rancangan Interface Aplikasi.

3.4.1 Diagram Sistem


Gambar 3.2 berikut ini gambaran diagram sistem yang akan dirancang oleh
penulis:
Input Proses Output

SPDP Penunjukan P-16


Jaksa

Memeriksa
P-17
Berkas Perkara

Pengecekan
P-18 & P-19, P- 21
Berkas Perkara Berkas

Menunggu
P-18 & P-19 berkas yang P-20
belum dilengkapi

Pengecekan P- P-21
19

Pengiriman Barang bukti dan tersangka


P-21 P-16A & T-7

Laporan Jumlah Perkara


Inputan SPDP Proses Laporan

Laporan Jenis Perkara

Gambar 3.2 Diagram Sistem


2

a) Input
1. SPDP merupakan data inputan dari bagian sekretariat, yang isinya nama
lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, warga negara,
tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan.dan keterangan melanggar
pasal berapa.
2. Berkas Perkara merupakan data inputan dari bagian sekretariat, sekretariat
hanya menginput no BP dan tanggal masuk dari penyidik, karena BP
berbentuk seperti buku yang berisi keterangan-keterangan penyidikan.
3. P-18 dan P-19 merupakan inputan dari jaksa apaibla diperlukan, jaksa
hanya mencetak P-18 karena nantinya sistem sudah menyediakan P-18,
jadi jaksa tidak megetik ulang lagi. P-19 tidak disediakan oleh sistem
karena isinya keterangan secara rinci yang sesuai dengan perkara. Tetapi
setelah itu jaksa bisa meng-upload P-19 ke sistem,
4. P-21 merupakan inputan dari jaksa apabila berkas sudah lengkap, sama
halnya dengan P-18 jaksa bisa langsung cetak P-21 disistem.
5. Inputan SPDP disini merupakan inputan dari Kasipidum yang ingin
mengetahui laporan perkara yang masuk.
b) Proses
1. Proses menunjuk jaksa, proses ini merupakan proses dari Kasipidum,
setelah SPDP diinput, pada user Kasipidum sistem memberi notifikasi
bahwa ada SPDP baru, sehingga Kasipidum harus menunjuk jaksa untuk
menangani perkara. Selain itu proses cek BP, proses ini merupakan proses
dari jaksa, karena jaksa menunggu hasil penyedikan (BP) dari penyidik,
apabila BP belum diserahkan maksimal 30 hari jaksa harus membuat P-17
dengan sistem tersebut.
2. Proses pengecekan berkas, proses ini merupakan proses dari jaksa, disini
jaksa melakukanya dengan cara manual, agar dapat menentukan bahwa
berkas itu sudah lengkap atau belum lengkap.
3. Proses pengecekan P-19, proses ini merupakan proses dari jaksa, sama
dengan proses no 2, tetapi proses jaksa melakukan pengecekan surat P-19
yang sudah dilengkapi oleh penyidik. Dan apabila penyidik dalam 14 hari
2

belum melengkapi berkas jaksa harus membuat P-20 yang isinya meminta
berkas segera diserahkan.
4. Proses pengiriman barang bukti dan tersangka, proses ini merupakan
proses dari penyidik, Penyidik setelah mendapat surat P-21, langsung
segera mengirim tersangka dan barang bukti ke kejaksaan.
5. Proses laporan, proses ini merupakan proses dari sistem user kasipidum
yang akan menghasilkan laporan.
c) Output
1. P-16 adalah output dari SPDP dan penunjukan jaksa, sehingga bagian
pratut hanya mencetak P-16 yang sudah tersedia disistem. Selain itu jaksa
juga bisa mencetak P-17 bila dibutuhkan.
2. P18, P-19 dan P-21 adalah hasil dari pengecekan berkas perkara, apabila
berkas perkara belum lengkap, maka P-18 dan P-19 dicetak, apabila berkas
lengkap jaksa mencetak P-21. 3. P-21 adalah outputan dari P-18 dan P-19
yang sudah dilengkapi oleh penyidik. Selain itu outputan P-20 adalah surat
untuk meminta berkas perkara ke penyidik dari jaksa.
3. P-16A dan T-7 adalah output dari bagian penuntutan setelah menerima
tersangka dan barang buktinya, sehingga dibuatkan P-16A dan T-7.
4. Laporan jenis perkara dan laporan jumlah perkara adalah output dari
Kasipidum, apabila Kasipidum ingin mencetak laporan.
3.4.2 DFD (Data Flow Diagram) Sistem
Gambar 3.3 berikut ini merupakan DFD Sistem dari aplikasi yang dirancang:
2

Surat P16. Form P17, Form P18, Form P19, Form P20, Form P21, Pemberitahuan Jaksa
Admin List Pegawai Jaksa

Data Pegawai
Surat P17, Surat P18, Surat P19, Surat P20, Surat P21

Prapenuntutan
Sekretariat Surat P16
Sistem
Berkas Perkara Informasi Kejaksaan Negeri Sambas

Data SPDP Data P16

Barang Bukti
Data P16 Data Barang Bukti

Surat P16A, Surat T7, Surat P31

Kasi Pidum
Data SPDP, Data P16, Surat P17, Laporan Kepolisian,Laporan Perkara Surat P18, Surat P19, Surat P20, Surat P21
Form P16A, Form P31, Form T7
Penuntutan

Gambar 3.3 DFD Sistem Yang Dirancang

DFD menggambarkan rancangan global atau keseluruhan dari proses


yang ada pada sistem. Gambar berikut merupakan tampilan dari context
diagram yang dirancang.
DFD diatas memilik 7 entity yaitu admin, sekretariat, kasipidium,
pratut, jaksa, penuntutan dan barang bukti. Setiap entity memberi input
kedalam sistem dan menerima output dari sistem.

3.4.3 Rancangan Interface


Pada tahap ini dibuat perancangan desain sistem yang akan dibuat, sebagai
acuan dalam pembuatan sistem agar mudah digunakan oleh pengguna.
a. Halaman Login
Halaman login merupakan halaman awal dari sistem informasi
kejaksaan. Pada halaman ini, pengguna harus memasukkan username dan
password agar dapat masuk kedalam sistem informasi kejaksaan. Gambar
2

dibawah ini adalah desain dari halaman login sistem. Gambar 3.4 berikut ini
gambaran penulis untuk halaman login:

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI KEJAKSAAN NEGERI

Harap Login !

Masukan User Name


LOGO KEJAKSAAN
Password

Masuk

Gambar 3.4 Halaman Login


b. Halaman Utama
Halaman utama berfungsi sebagai jembatan sistem yang berjalan,
sehingga mempermudah proses jalannya suatu alur perkara. Gambar 3.5
berikut ini gambaran penulis untuk perancangan halaman utama:
2

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI KEJAKSAAN NEGERI

CARI
Cari Data Perkara…...

Manage Data
Pegawai

Tahap I
DAFTAR PERKARA (TABEL)
Tahap II

KELUAR

Gambar 3.5 Halaman Utama


c. Halaman Manage Pegawai
Halaman manage data pegawai berfungsi untuk menambahkan,
merubah dan menghapus data pegawai. Gambar 3.6 merupakan halaman
manage data pegawai dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI KEJAKSAAN NEGERI

CARI
Kembali Tambah Data Cari Data Pegawai…...

DAFTAR PEGAWAI(TABEL)

Gambar 3.6 Halaman Manage Pegawai


2

d. Halaman SPDP
Halaman menu SPDP menampilkan daftar perkara yang sedang
berlangsung. Pengguna dapat menekan tombol tambah SPDP untuk
menambah data perkara baru. Pada halaman ini, pengguna dapat melakukan
pencarian data SPDP pada kolom pencarian. Gambar 3.7 dibawah ini
merupakan desain dari halaman menu SPDP.

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI KEJAKSAAN NEGERI

CARI
Kembali Tambah Data Cari Data SPDP…...

DAFTAR SPDP(TABEL)

Gambar 3.7 Halaman SPDP


e. Halaman P16
Halaman ini berfungsi untuk mendaftarkan jaksa pemegang perkara.
Pengguna dapat memilih nama jaksa yang akan menangani dan mengikuti
perkara. Gambar 3.8 berikut ini merupakan desain dari halaman pemilihan
jaksa:
2

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI KEJAKSAAN NEGERI

CARI
Kembali Tambah Data Cari Data P16…...

DAFTAR P16(TABEL)

Gambar 3.8 Halaman P16


f. Halaman Tahap II
Halaman ini berfungsi untuk menginputkan data-data tahap II yang
akan diperlukan pada kasus perkara. Gambar 3.9 berikut merupakan gambaran
dari halaman Tahap II:

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI KEJAKSAAN NEGERI

Cari Data Berkas Tahap IICARI


Kembali Tambah Data

DAFTAR TAHAP II(TABEL)

Gambar 3.9 Halaman Depan Tahap II


2

Setelah halaman II ditampilkan, untuk melihat data tahap II yang telah


ada, pengguna bisa menekan salah satu data dari daftar data Tahap II. Gambar
3.10 berikut ini gambaran halaman data Tahap II:

SELAMAT DATANG DI SISTEM INFORMASI KEJAKSAAN NEGERI

Identittas
P-16A T-7 Nodis BA-4 BA-5 BA-7 B-9 B-10
Terdakwa

INFORMASI DATA TAHAP II

Gambar 3.10 Halaman Data Tahap II


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, penulis menarik
beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Pada tahap prapenuntutan, terdapat banyak perkara atau SPDP yang
masuk, dan apabila pegawai melakukan pencarian berkas perkara masih
harus mencarinya dengan cara manual, yaitu mencari satu persatu data
yang telah diarsipkan. Hal ini membutuhkan waktu yang lama karena
belum terdapat database yang memuat berkas perkara secara softcopy.
b. Pembuatan dokumen-dokumen Tahap II dilakukan dengan cara mengedit
data yang sudah pernah dibuat sebelumnya.

4.2. Saran
Sedikit masukan dari penulis, mengenai administrasi berkas di
Kejaksaan Negeri Sambas memerlukan pengelolaan dan penyimpanan data
berkas pada satu komputer, sehingga ketika melakukan pencarian data berkas
yang sudah dibuat dapat dicari di satu komputer saja.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kejaksaan Negeri, https://id.wikipedia.org/wiki/Kejaksaan_negeri


(Diakses Pada Tanggal: 25 September 2019).

Anonim, Kejaksaan Republik Indonesia,


https://id.wikipedia.org/wiki/Kejaksaan_Republik_Indonesia (Diakses Pada
Tanggal: 25 September 2019).

Anonim, BAB II Landasan Teori, Administrasi,


https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/111797/File_10-Bab-II-
Landasan-Teori.pdf (Diakses Pada Tanggal: 3 Oktober 2019).

Anonim (2019). Panduan Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan, Politeknik


Negeri Sambas.

Atmadja, Julian Tri (2014) TA: Rancang Bangun Sistem Informasi


Pengarsipan Berkas dan Pengendalian Proses Penanganan Perkara di
Kejaksaan Negeri Surabaya. Undergraduate thesis, STIKOM Surabaya.

Brian, Rio. Struktur Organisasi: Pengertian, Fungsi, dan Komponennya dalam


Bisnis, https://www.maxmanroe.com/pengertian-struktur-organisasi.html (Diakses
Pada Tanggal: 3 Oktober 2019).

30

Anda mungkin juga menyukai