Bab I Pendahulua N
Bab I Pendahulua N
PENDAHULUA
N
1
2
lama karena belum terdapat database yang memuat berkas perkara secara
softcopy.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses penanganan berkas perkara
yang lebih efektif dan efisien, maka dibutuhkan rancangan aplikasi yang
terintegrasi dengan database yang dapat mempermudah penanganan berkas
perkara. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk mengambil judul
laporan yaitu, “Rancangan Aplikasi Penginputan Administrasi Tahap II
Pidana Umum di Kejaksaan Negeri Sambas Berbasis Web”.
Urusan TU, Kepegawai an Subseksi Ideologi, Politik, Kemasyarakatan Subseksi Pertimbang an Subseksi
Hukum Barang Bukti
Subseksi Subseksi Penuntuan
Penuntutan
Subseksi Keuangan,
Urusan Perlengkap an PengamananSubseksi
Pembangunan
Prapenuntut an Subseksi Barang Rampasan
Subseksi PenyidikanSubseksi Perdata
6
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kejaksaan Negeri Sambas
7
2.1 Kejaksaan
Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang
dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung
yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung,
Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara
khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan
yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang
menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan
sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan
dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum,
penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI
sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara
merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh
Jaksa Agung yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala
Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga
Kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran strategis dalam
pemantapan ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan berada diporos dan menjadi
filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta
juga sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga,
Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis),
karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus
8
9
dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah
menurut Hukum Acara Pidana.
Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi
pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam
perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan
Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata
dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai
pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum
serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan
Undang-Undang.
2.2 Administrasi
Administrasi berasal dari bahasa latin yaitu “Ad” dan “ministrate”
yang artinya pemberian jasa atau bantuan, dalam bahasa Inggris disebut
“Administration” artinya “To Serve”, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya,
dalam bahasa belanda istilah administrasi adalah “Administrate” yang berarti
setiap penyusunan keteranganketerangan secara sistematis dan pencatatan
secara tertulis dengan maksud untuk memproleh penataan secara sistematis
maupun tertulis, pengertian administrasi yang diterjemahkan administration
dapat di pahami dalam beberapa definisi sebagai berikut:
Menurut Sutopo dalam Mulyono (2009) mengemukakan bahwa
“Administrasi dalam arti luas adalah suatu proses penyelenggaraan dan
pengurusan segenap tindakan/kegiatan dalam setiap usaha kerja sama
sekelompok manusia dalam mencpai tujuan”.
Menurut Hadari Nawawi dalam Mulyono (2009) mengemukakan
bahwa “Administrasi adalah kegiatan penyusunan keterangan-keterangan
secara sistematis dan pencatatan-pencatatan secara tertulis semua kegiatan
yang diperluka dengan maksud memperoleh iktisar.
Menurut Sondang P. Siagian dalam mulyno (2009) Administrasi
adalah sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau
1
lebih yang di dasarkan atas ramolitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Dari ketiga teori tersebut menimbulkan suatu pancaran melalui
pemikiran rasional terhadap komunitas manusia dalam masyarakat luas
merupakan realita yang memperkuat pertumbuhan dan perkembangan
administrasi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Bebas platform, informasi dapat disajikan oleh browser web pada sistem
operasi mana saja karena adanya standar dokumen berbagai tipe data dapat
disajikan.
13
1
perkara harus mencarinya dengan cara manual, yaitu mencari satu-persatu data
yang diarsipkan. Di bagian Kasipidum selama ini melakukan penunjukkan
jaksa dengan cara manual, sehingga Kasipidum tidak dapat mengetahui beban
perkara jaksa yang ditangani dan juga tidak dapat memantau hasil yang
ditangani masingmasing jaksa, selama ini pembuatan surat yang dilakukan
jaksa adalah membuat surat P-17 hingga P-21. Ketika SPDP masuk hingga
dibuatkan surat P-21 (dinyatakan lengkap) oleh jaksa, Kasipidum sedikit
kesulitan memantau jaksa sampai proses manakah surat yg dibuat oleh jaksa
tersebut. Di bagian jaksa penuntut umum, karena banyaknya kasus yang
ditanganinnya biasanya jaksa bisa mengulur waktu untuk melengkapi
dokumen perkara hingga pembuatan surat (P21), sehingga kasus semakin
lama. Karena itu bagian tindak pidana umum membutuhkan sistem
pengolahan data (database). yang dapat membuat sistem sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP) yang ada di Kejaksaan Negeri Sambas, dan dapat
terintegarasi pada bagian sekretariat, pratut, kasipidum dan jaksa. Di bagian
pejabat jaksa diberi sistem notifikasi atau pemberitahuan untuk dapat
mengingatkan jaksa bila waktu P-18 dan P-19 sudah mendekati 14 hari, agar
segera dikonfirmasi dengan penyidik.
Permasalahan yang ada di bagian penuntutan sama dengan bagian
prapenuntutan yaitu membuat sistem yang terintegrasi dari bagian
prapenuntutan sampai dengan bagian barang bukti. Sistem informasi ini dapat
memudahkan pejabat Kasipidum untuk memantau (monitoring) sebuah
dokumen perkara yang diinput dari bagian sekretariat hingga bagian
penuntutan, agar dapat mengetahui status perkara yang terintegrasi awal
misalnya: lama perkara, jaksa yang menangani, status terakhir dari perkara
tersebut. Dan sistem juga dapat menghasilkan laporan jumlah perkara yang
masuk dan jenis perkara yang ada di wilayah Sambas.
2
Memeriksa
P-17
Berkas Perkara
Pengecekan
P-18 & P-19, P- 21
Berkas Perkara Berkas
Menunggu
P-18 & P-19 berkas yang P-20
belum dilengkapi
Pengecekan P- P-21
19
a) Input
1. SPDP merupakan data inputan dari bagian sekretariat, yang isinya nama
lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, warga negara,
tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan.dan keterangan melanggar
pasal berapa.
2. Berkas Perkara merupakan data inputan dari bagian sekretariat, sekretariat
hanya menginput no BP dan tanggal masuk dari penyidik, karena BP
berbentuk seperti buku yang berisi keterangan-keterangan penyidikan.
3. P-18 dan P-19 merupakan inputan dari jaksa apaibla diperlukan, jaksa
hanya mencetak P-18 karena nantinya sistem sudah menyediakan P-18,
jadi jaksa tidak megetik ulang lagi. P-19 tidak disediakan oleh sistem
karena isinya keterangan secara rinci yang sesuai dengan perkara. Tetapi
setelah itu jaksa bisa meng-upload P-19 ke sistem,
4. P-21 merupakan inputan dari jaksa apabila berkas sudah lengkap, sama
halnya dengan P-18 jaksa bisa langsung cetak P-21 disistem.
5. Inputan SPDP disini merupakan inputan dari Kasipidum yang ingin
mengetahui laporan perkara yang masuk.
b) Proses
1. Proses menunjuk jaksa, proses ini merupakan proses dari Kasipidum,
setelah SPDP diinput, pada user Kasipidum sistem memberi notifikasi
bahwa ada SPDP baru, sehingga Kasipidum harus menunjuk jaksa untuk
menangani perkara. Selain itu proses cek BP, proses ini merupakan proses
dari jaksa, karena jaksa menunggu hasil penyedikan (BP) dari penyidik,
apabila BP belum diserahkan maksimal 30 hari jaksa harus membuat P-17
dengan sistem tersebut.
2. Proses pengecekan berkas, proses ini merupakan proses dari jaksa, disini
jaksa melakukanya dengan cara manual, agar dapat menentukan bahwa
berkas itu sudah lengkap atau belum lengkap.
3. Proses pengecekan P-19, proses ini merupakan proses dari jaksa, sama
dengan proses no 2, tetapi proses jaksa melakukan pengecekan surat P-19
yang sudah dilengkapi oleh penyidik. Dan apabila penyidik dalam 14 hari
2
belum melengkapi berkas jaksa harus membuat P-20 yang isinya meminta
berkas segera diserahkan.
4. Proses pengiriman barang bukti dan tersangka, proses ini merupakan
proses dari penyidik, Penyidik setelah mendapat surat P-21, langsung
segera mengirim tersangka dan barang bukti ke kejaksaan.
5. Proses laporan, proses ini merupakan proses dari sistem user kasipidum
yang akan menghasilkan laporan.
c) Output
1. P-16 adalah output dari SPDP dan penunjukan jaksa, sehingga bagian
pratut hanya mencetak P-16 yang sudah tersedia disistem. Selain itu jaksa
juga bisa mencetak P-17 bila dibutuhkan.
2. P18, P-19 dan P-21 adalah hasil dari pengecekan berkas perkara, apabila
berkas perkara belum lengkap, maka P-18 dan P-19 dicetak, apabila berkas
lengkap jaksa mencetak P-21. 3. P-21 adalah outputan dari P-18 dan P-19
yang sudah dilengkapi oleh penyidik. Selain itu outputan P-20 adalah surat
untuk meminta berkas perkara ke penyidik dari jaksa.
3. P-16A dan T-7 adalah output dari bagian penuntutan setelah menerima
tersangka dan barang buktinya, sehingga dibuatkan P-16A dan T-7.
4. Laporan jenis perkara dan laporan jumlah perkara adalah output dari
Kasipidum, apabila Kasipidum ingin mencetak laporan.
3.4.2 DFD (Data Flow Diagram) Sistem
Gambar 3.3 berikut ini merupakan DFD Sistem dari aplikasi yang dirancang:
2
Surat P16. Form P17, Form P18, Form P19, Form P20, Form P21, Pemberitahuan Jaksa
Admin List Pegawai Jaksa
Data Pegawai
Surat P17, Surat P18, Surat P19, Surat P20, Surat P21
Prapenuntutan
Sekretariat Surat P16
Sistem
Berkas Perkara Informasi Kejaksaan Negeri Sambas
Barang Bukti
Data P16 Data Barang Bukti
Kasi Pidum
Data SPDP, Data P16, Surat P17, Laporan Kepolisian,Laporan Perkara Surat P18, Surat P19, Surat P20, Surat P21
Form P16A, Form P31, Form T7
Penuntutan
dibawah ini adalah desain dari halaman login sistem. Gambar 3.4 berikut ini
gambaran penulis untuk halaman login:
Harap Login !
Masuk
CARI
Cari Data Perkara…...
Manage Data
Pegawai
Tahap I
DAFTAR PERKARA (TABEL)
Tahap II
KELUAR
CARI
Kembali Tambah Data Cari Data Pegawai…...
DAFTAR PEGAWAI(TABEL)
d. Halaman SPDP
Halaman menu SPDP menampilkan daftar perkara yang sedang
berlangsung. Pengguna dapat menekan tombol tambah SPDP untuk
menambah data perkara baru. Pada halaman ini, pengguna dapat melakukan
pencarian data SPDP pada kolom pencarian. Gambar 3.7 dibawah ini
merupakan desain dari halaman menu SPDP.
CARI
Kembali Tambah Data Cari Data SPDP…...
DAFTAR SPDP(TABEL)
CARI
Kembali Tambah Data Cari Data P16…...
DAFTAR P16(TABEL)
Identittas
P-16A T-7 Nodis BA-4 BA-5 BA-7 B-9 B-10
Terdakwa
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, penulis menarik
beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Pada tahap prapenuntutan, terdapat banyak perkara atau SPDP yang
masuk, dan apabila pegawai melakukan pencarian berkas perkara masih
harus mencarinya dengan cara manual, yaitu mencari satu persatu data
yang telah diarsipkan. Hal ini membutuhkan waktu yang lama karena
belum terdapat database yang memuat berkas perkara secara softcopy.
b. Pembuatan dokumen-dokumen Tahap II dilakukan dengan cara mengedit
data yang sudah pernah dibuat sebelumnya.
4.2. Saran
Sedikit masukan dari penulis, mengenai administrasi berkas di
Kejaksaan Negeri Sambas memerlukan pengelolaan dan penyimpanan data
berkas pada satu komputer, sehingga ketika melakukan pencarian data berkas
yang sudah dibuat dapat dicari di satu komputer saja.
29
DAFTAR PUSTAKA
30