05 - Pengorganisasian Informasi
05 - Pengorganisasian Informasi
PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran
dalam penerbitan Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Kepala
Perpustakaan Sekolah sebagai acuan nasional dalam penyelenggaraan Diklat Kepala
Perpustakaan Sekolah.
Bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan
Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan penyelenggaraan diklat
yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/madrasah.
Terbitnya bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah dan
sekaligus mampu meningkatkan kualitas penyelenggaraan perpustakaan sekolah di tanah
air.
Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak terkait
yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian bahan ajar diklat ini. Kritik maupun
saran untuk penyempurnaan bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini sangat
kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan pengorganisasian informasi secara garis besar dibagi dua kegiatan, yaitu: (1)
pengatalogan deskriptif (descriptivie cataloguing) ; (2) pengatalogan subjek (subject
cataloguing). Pengatalogan deskriptif adalah kegiatan mendeskripsikan bahan
perpustakaan secara fisik dan menentuan titik akses (access point). Pengatalogan subjek
merupakan kegiatan menentukan isi atau subjek bahan perpustakaan dan
1
mengelompokkannya berdasarkan pengelompokkan ilmu pengetahuan. Kegiatan
pengatalogan subjek terdiri dari kegiatan menentukan notasi klasifikasi bahan
perpustakaan sesuai dengan skema klasifikasi tertentu dan kegiatan menentukan istilah
atau frasa untuk mewakili subjek yang dibahas dalam suatu karya.
Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang cantuman bibliografi
yang meliputi pengertian, tujuan dan fungsi serta tahapan pengorganisasian informasi,
deskripsi bibliografis, pengatalogan, jenis dan fungsi katalog, deskripsi bibliografi bahan
perpustakaan menurut International Standard Bibliographic Description (ISBD) dan Anglo
American Cataloguing Rules 2 (AACR2), sumber informasi, susunan elemen deskripsi
bibliografi, entri katalog dan pascapengatalogan yang disajikan dengan pendekatan
pelatihan andragogi yang meliputi metode ceramah, diskusi, praktik dan simulasi.
Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta diharapkan mampu membuat deskripsi
bibliografi sederhana menurut peraturan AACR2 dalam bentuk katalog.
2
1.4.6 Menentukan entri katalog
3
BAB II
PENGORGANISASIAN INFORMASI
2.1 Pengertian
Bahan perpustakaan untuk perpustakaan sekolah adalah semua bahan perpustakaan baik
dalam bentuk tercetak maupun terekam baik berupa buku referensi atau buku pelajaran.
Bahan perpustakaan tersebut berperan penting dalam proses belajar mengajar, oleh
karena itu harus dapat dipertanggungjawabkan baik isi dan kebenarannya. Agar bahan
perpustakaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh siswa, pendidik dan petugas
perpustakaan itu sendiri, maka koleksi yang ada di perpustakaan sekolah perlu
diorganisasikan sedemikian rupa sesuai dengan standar yang berlaku baik nasional
maupun internasional, sehingga informasi yang terkandung dalam setiap koleksi dapat
ditemukan dengan cepat dan tepat. Penataan bahan perpustakaan disebut dengan istilah
pengorganisasian informasi atau pengolahan bahan perpustakaan.
Yang dimaksud dengan pengolahan bahan perpustkaan adalah kegiatan yang mencakup
inventaris bahan perpustakaan, katalogisasi, klasifikasi, pencetakan kartu dan label buku,
penyelesaian fisik buku (mencakup penempelan label buku pada punggung buku,
penempelan kartu dan kantong buku, penyampulan buku), penyusunan di rak dan
penyusunan kartu katalog di laci katalog sebagai alat penelusuran. Ada banyak pengertian
tentang pengolahan bahan perpustakaan, seperti yang dikatakan oleh Sutarno bahwa
“kegiatan pengolahan bahan pustaka ialah kegiatan yang diawali sejak koleksi diterima di
perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau tempat tertentu yang telah
disediakan. Untuk kemudian siap dipakai oleh pemakai. Pekerjaan pengolahan bahan
pustaka yang berbentuk tercetak (printed matter) dan terekam (recorded matter)
4
dibedakan dan dipisahkan, meskipun ada pekerjaan yang memiliki kesamaan”. (Sutarno
2006 : 179)
c. Mengatur dan mengelompokkan subjek yang sama atau berdekatan pada tempat
yang berdekatan sehingga siswa, guru maupun petugas perpustakaan dapat dengan
cepat mencari koleksi yang dibutuhkan.
Fungsi pengorganisasian informasi adalah agar bahan perpustakaan yang menjadi koleksi
perpustakaan sekolah dapat ditelusur dan dimanfaatkan oleh siswa, pendidik dan petugas
perpustakaan, untuk mencapai fungsi tersebut maka koleksi harus dikelola dengan sistem
pengolahan yang sistematis sesuai dengan standar yang berlaku.
Pengorganisasian informasi juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan
perpustakaan, karena berfungsi sebagai prosedur yang mengolah bahan perpustakaan,
dengan demikian kegiatan pengorganisasian informasi memungkinkan perpustakaan lebih
5
terstruktur dalam pengelolaan kegiatannya, bila ada koleksi yang dibutuhkan oleh siswa
dan/atau guru maka akan dengan mudah dapat diketahui oleh petugas perpustakaan.
Pengorganisasian informasi juga memungkinkan perpustakaan dapat menyediakan
koleksi yang dibutuhkan siswa dan guru sekaligus menyediakan sarana penelusuran yang
memudahkan pemustaka mengakses koleksi yang ada di perpustakaan.
Agar koleksi yang ada di perpustakaan dapat ditemukan dengan mudah dan cepat oleh
pemustaka, perlu dikelola sesuai dengan prosedur operasional standar atau standard
operating procedure (SOP). Tahapan pengorganisasian informasi yang perlu dilakukan
adalah:
6
b. Persiapan buku, yang meliputi kegiatan: menempelkan label pada punggung buku,
menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali, membuat dan memasukkan
kartu buku.
d. Menyimpan atau menyusun bahan pustaka di rak. Tugas ini merupakan kegiatan
penataan bahan pustaka atau dokumen di rak berdasarkan nomor klasifikasi (call
number). Tugas penyimpanan bahan pustaka (shelving) ini berbeda antara
perpustakaan yang satu dengan perpustakaan yang lain. Ada kalanya tugas ini
merupakan tugas pengolahan, tetapi ada juga yang diserahkan kepada petugas
layanan.
2.2.1 Pedoman
Deskripsi bibliografis adalah kegiatan mencatat data bahan perpustakaan mulai dari judul,
nama pengarang, edisi, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, deskripsi fisik bahan
perpustakaan (yang mencakup jumlah halaman atau jilid, ilustrasi, dan ukuran), seri
sampai pada nomor nomor standar bahan perpustakaan, sesuai dengan peraturan
standar pembuatan deskripsi bibliografis atau International Standard Bibliographic
Description (ISBD) dan Anglo American Cataloguing Rules (AACR). Kegiatan ini disebut
juga dengan kegiatan katalogisasi.
Hasil dari kegiatan katalogisasi adalah katalog yang merupakan daftar buku atau bahan
perpustakaan yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog perpustakaan memuat informasi
tentang judul, pengarang, kota terbit, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ukuran buku,
sehingga pemakai perpustakaan dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang
koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.
b. Sebagai alat temu kembali informasi bagi pemustaka untuk mencari dan menelususri
koleksi perpustakaan.
a. Katalog pengarang
Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad nama pengarang, baik itu pengarang
perorangan, karya bersama, karya badan korporasi ataupun karya yang ditajukkan pada
judul seragam.
b. Katalog judul
Yaitu katalog yang disusun berdasar abjad judul dari semua bahan perpustakaan yang
dimiliki.
8
c. Katalog subjek
1. Katalog subjek, disusun berdasarkan abjad judul untuk subjek yang dinyatakan
dalam bentuk istilah (verbal) dan
Ada beberapa macam catalog yang digunakan di perpustakaan, secara umum ada 3
macam bentuk catalog yaitu:
a. Katalog kartu, adalah katalog berbentuk kartu yang disusun secara alfabetis di laci
catalog, ukuran standar kartu yang digunakan adalah 12,5 x 7, 5 cm.
b. Katalog berkas, adalah katalog yang terdiri dari lembar kertas biasa yang mencatat
uraian satu bahan perpustakaan, dijadikan satu, diikat dan dimasukkan dalam ordner,
biasanya catalog ini dibuat dalam kertas berukuran 20 x 10 cm.
c. Katalog buku, adalah katalog yang dicetak dalam bentuk buku, setiap lembar
mencatat uraian lebiha dari satu bahan perpustakaan.
9
3. Jajaran tertentu tidak perlu difile
e. Katalog di Internet
Katalog yang dapat diakses dengan menggunakan komputer yang terhubung dengan
telepon dalam jaringan internet
Setiap bahan perpustakaan memiliki lebih dari satu katalog, biasanya katalog satu bahan
perpustakaan terdiri dari: katalog pengarang, judul, subjek. Susunan katalog ini disebut
juga dengan entri, yang merupakan uraian bahan perpustakaan yang tercantum dalam
kartu katalog, dengan kata lain kartu katalog merupakan susunan dari entri-entri bahan
perpustakaan. Cara penyusunan entri katalog terdiri dari:
b. Katalog terpisah (divided catalogues), adalah susunan kartu katalog yang dipisahkan
berdasarkan katalog pengarang, katalog judul, dan katalog subjek ditempatkan
terpisah dan masing-masing diurutkan berdasarkan abjad.
10
2.3 Pengatalogan deskriptif
2. Daerah edisi
4. Daerah penerbitan yang terdiri dari unsur tempat terbit, penerbit dan kota terbit
6. Daerah seri
7. Daerah Catatan
11
Untuk daerah data khusus tidak selalu dicantumkan dalam setiap bahan perpustakaan,
daerah ini hanya digunakan untuk bahan perpustakaan non buku, sumber daya berlanjut
(serial), peta, bahan grafis, dll. Unsur-unsur setiap daerah deskripsi terdiri dari:
a) Judul utama
c) Keterangan penanggungjawab
2. Daerah edisi
a) Keterangan edisi
Bahan perpustakaan jenis buku tidak menggunakan daerah ini. Hanya digunakan
untuk peta, sumberdaya berlanjut (serial), sumber elektronik, rekaman suara dan
rekaman video, film, bentuk mikro, bahan grafis, dll.
4. Daerah penerbitan yang terdiri dari unsur tempat terbit, penerbit dan kota terbit, terdiri
dari unsur:
a) Tempat terbit
b) Nama penerbit
c) Tahun penerbit
b) Keterangan ilustrasi
c) Ukuran
12
d) Keterangan bahan penyerta
a) Judul seri
b) Nomor seri
a) Catatan umum
b) Bibliografi
c) Indeks
d) dll
c. ( / ) Penanggungjawab pertama
2) Daerah edisi
13
b. ( / ) pernyataan kepengarangan yang pertama berkaitan dengan edisi
4) Daerah penerbitan
b. ( : ) penerbit
c. ( , ) tahun terbit
b. ( : ) ilustrasi
c. ( ; ) ukuran
6) Daerah seri
a. (. -- ) judul seri
b. ( ; ) nomor seri
Sumber informasi utama merupakan sumber informasi yang dipakai untuk mencatat data
deskripsi bahan perpustakaan, sumber informasi tersebut diperoleh dari bahan
perpustakaan yang akan dibuatkan katalognya. Sumber informasi utama untuk setiap
daerah deskripsi diperoleh dengan cara memeriksa bahan perpustakaan tersebut.
Untuk lebih jelasnya sumber informasi untuk setiap unsur adalah sebagai berikut:
14
a. Judul
Sumber informasi utama untuk judul adalah halaman judul dari karya bahan perpustakaan,
bila judul diambil bukan dari halaman judul, maka judul tersebut ditulis dalam tanda kurung
siku [ ] dan perlu dicatatkan pada unsur daerah catatan sumber pengambilan judul,
misalnya, judul dari diambil dari kulit buku.
Sumber informasi utama untuk pernyataan tanggung jawab adalah halaman judul dari
bahan perpustakaan, bila diambil bukan dari halaman judul, maka nama pernyataan
tanggung jawab ditulis dalam tanda kurung siku, misalnya, untuk karya berikut nama
penanggung jawab diambil dari balik halaman judul, cara penulisannya adalah sebagai
berikut:
c. Data khusus
Sumber informasi utama diperoleh dari semua bagian dari bahan perpustakaan
d. Edisi
Sumber informasinya dari halaman judul,balik halaman judul dan semua bagian dari
bahan perpustakaan tersebut.
e. Keterangan penerbitan
Sumber informasinya diperoleh dari halaman judul dan balik halaman judul.
f. Seri
Untuk keterangan seri, sumber informasinya dapat diperoleh dari halaman judul, balik
halam judul, judul cover atau semua bagian dari bahan perpustakaan
g. Catatan
Pada daerah catatan ini catatkanlah hal-hal yang dianggap perlu untuk diketahui
pemustaka.
15
h. Nomor standar
Untuk bahan perpustakaan bentuk buku nomor standar yang perlu dicatat adalah nomor
ISBN karya tersebut, jika tidak ada nomor ISBN karya tersebut, maka untuk daerah nomor
standar tidak perlu diisi.
Dalam peraturan Anglo American Cataloguing Rules ed. 2 (AACR2) memuat tiga (3)
tingkatan deskripsi yang memuat batasan minimal unsur yang harus dicantumkan oleh
perpustakaan yang memilih untuk menerapkan tingakatan deskripsi tersebut. Dalam
pemilihan tingkatan deskripsi didasarkan pada tujuan pembuatan entri katalog. Unsur
minimum yang harus ada dalam setiap tingkatan perlu dicantumkan oleh setiap
perpustakaan, sementara unsur pilihan boleh tidak dicantumkan.Adapun tingkatan
deskripsi tersebut dan unsur-unsur minimumnya adalah sebagai beriktu :
Untuk deskripsi tingkat pertama, paling sedikit unsur yang harus tercakup adalah:
Judul sebenarnya / pernyataan tanggung jawab pertama, bila berbeda jumlah atau bentu
tajuk entri utama atau bila tajuk entri utama tidak ada. – Pernyataan edisi. – Rincian
spesifik materi (penomoran). – Penerbit pertama dsb., tahun terbit dsb. – Deskripsi fisik. –
Catatan. – Nomor standar.
Untuk deskripsi tingkat kedua, paling sedikit unsur yang harus tercakup adalah :
Judul sebenarnya [GMD / pernyataan bahan umum] = judul paralel : informasi judul lain /
pernyataan tanggung jawab pertama; masing-masing pernyataan tanggung jawab
berikutnya. – Pernyataan edisi pernyataan tanggung jawab pertama berkaitan dengan
edisi. – Rincian spesifik materi (penomoran). – Tempat penerbitan pertama dsb., ; penerbit
pertama dsb., tahun terbit dsb. – Deskripsi fisik : rincian fisik lainnya ; ukuran. – (judul seri
sebenarnya / pernyataan tanggung jawab berkaitan dengan seri, ISSN dari seri ;
penomoran dalam seri. Judul subseri), ISSN dari subseri ; penomoran dalam subseri. –
Catatan. – Nomor standar.
16
c. Deskripsi tingkat ketiga
Untuk deskripsi tingkat ketiga, masukan semua unsur yang tercakup dalam peraturan
AACR2 yang terdapat dalam karya tersebut
Tingkatan deskripsi yang sesuai untuk diklat pengelola perpustakaan sekolah adalah
deskripsi tingkat kedua, dan penjelasan selanjutnya adalah unsur-unsur yang harus
dimuat dalam deskripsi tingkatan kedua.
a. Judul sebenarnya, yang dicantumkan adalah judul utama, judul paralel dan anak judul
atau keterangan judul lain bila ada.
e. Deskripsi fisik terdiri dari unsur jumlah halaman atau jilid, keterangan ilustras, ukuran
buku dan keterangan bahan penyerta
g. Catatan
h. Nomor standar
17
2.3.5 Katalog sebagai Wakil Dokumen
contoh:
021.3
SUH SUHERMAN, 1967-
p Perpustakaan sebagai jantung sekolah / Suherman. –(1)
Bandung : MQS Publishing, 2009.(2)
xiv, 222 hlm. ; 21 cm.(3)
ISBN 979-3503-20-3(4)
1323/PS/05
18
Keterangan :
2. Penerbitan
3. Deskripsi fisik
4. Nomor standar
5. Tajuk Subjek
contoh:
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
021.3
SUH SUHERMAN, 1967-
p Perpustakaan sebagai jantung sekolah / Suherman. –
Bandung : MQS Publishing, 2009.
ISBN 979-3503-20-3
1323/PS/05
19
c. Kartu katalog judul
contoh:
021.3
SUH SUHERMAN, 1967-
p Perpustakaan sebagai jantung sekolah / Suherman. –
Bandung : MQS Publishing, 2009.
ISBN 979-3503-20-3
1323/PS/05
Sebuah entri katalog terdiri dari tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan, deskripsi
bibliografis yang terdiri dari 8 (delapan) daerah deskripsi. Tajuk entri utama dan tajuk entri
tambahan mencakup ‘Nama orang’; ‘Judul’; ‘Judul seragam’; dan ‘Nama badan korporasi’.
Sumber untuk memperoleh tajuk entri utama dan entri tambahan bahan perpustakaan
adalah bahan perpustakaan itu secara keseluruhan, mulai dari halaman judul, halaman-
halaman depan yang lain, kulit buku, teks dan sebagainya. Sumber dari luar bahan
perpustakaan dapat digunakan hanya bila sumber yang ada pada bahan perpustakaan
tidak memberikan informasi yang dibutuhkan untuk dicantumkan dalam deskripsi
bibliografis.
Tajuk entri utama adalah kata, istilah, frasa, nama, atau gabungan kata yang ditulis pada
bagian atas kartu katalog yang menunjukkan aspek dari bahan perpustakaan.
20
1. Karya pengarang tunggal
Entri utama suatu karya atau dokumen yang dikarang oleh satu pengarang
ditetapkan dibawah tajuk utama pengarangnya
Contoh :
TEU : Notohamijoyo, O
Contoh:
TEU : LP3ES
TET : I. BAPPENAS
Bila satu karya merupakan hasil kerjasama dua orang atau dua badan korporasi
atau lebih, dan tidak ada diantaranya yang dinyatakan sebagai pengarang utama,
maka entri utamanya ditetapkan di bawah dari pengarang yang disebut pertama
Contoh:
21
4. Karya oleh pengarang lebih dari tiga pengarang
Bila jumlah pengarang lebih dari tiga dan tidak ada yang dinyatakan sebagai
pengarang utama, maka entri utama ditetapkan di bawah tajuk judul
Contoh:
TEU : Jjudul
Contoh :
TEU : Judul
6. Karya terjemahan
Bila suatu karya merupakan hasil terjemahan dari bahasa asing, tajuk entri utama
ditentukan pada pengarang asli, penerjemah dibuatkan pada entri tambahan
Contoh :
22
TEU adalah : Rowling, J.K
b) Karya editor
c) Karya anonim
8. Judul Seragam
Contoh ; Indonesia
23
Contoh:
Indonesia
c) Kitab-kitab suci
Contoh :
Al Qur’an
Alkitab
b. Penentuan Kata Pertama Pada Nama Perorangan sebagai Tajuk Entri Utama dan
Entri Tambahan
Kata utama adalah unsur pertama dari nama orang yang telah ditetapkan sebagai
tajuk. Bila nama seseorang hanya terdiri dari satu kata maka tetapkan kata tersebut
sebagai bentuk tajuk, bila nama seseorang terdiri dari dua kata atau lebih maka
kata utamanya adalah nama belakang dari nama tersebut. Secara umum dalam
menentukan kata pertama untuk nama orang dalam tajuk adalah dengan cara
pembalikan, yaitu kata terakhir menjadi kata pertama, namun di beberapa negara
ada pengecualian dengan tidak melakukan pembalikan atau dengan kata lain nama
pada tajuk ditulis seperti apa adanya pada karya orang tersebut. Negara yang
menetapkan cara ini adalah ; Cina, Malaysia dan Indonesia untuk nama- nama
yang tidak mengandung marga.
b) Nama yang paling dikenal dan paling sering digunakan dalam karya-karyanya.
24
2. Nama pengarang Indonesia
a) Nama diri Tunggal, ditajukkan menurut nama tunggal dan sesuai dengan ejaan
yang digunakan dalam karya tersebut.
Contoh :
Sukarno, 1901-1970
Koentjaraningrat, 1923-1999
Soedjatmoko, 1922-1989
Contoh :
25
Contoh:
John Kennedy
x Kennedy, John
d) Nama diri yang mengandung nama jawa sebagai nama keluarga, namun nama
tersebut tetap merupakan nama diri ganda yang ditulis lengkap.
Contoh:
x Djojohadikoesoemo,Soemitro, Raden
Mas, 1917-2001
Mas, 1917-2001
e) Nama orang Bali, nama orang bali mengandung unsur nama yang mencirikan
jenis kelamin, senioritas dan kasta.
26
Kadek, Made, Nengah untuk anak laki-laki/perempuan urutan kelahiran
ke-dua, ke-enam, ke-sepuluh, dst
Contoh :
1944-
1944-
Ida Bagus
Anak Agung
I Gusti Agung
I Gusti Ngurah
Desak
Ngakan
I Dewa
27
I Pasek
Sang Ayu
Si
Pande
Cokorda
Contoh :
1937-
1937-
1937-
1937-
f) Nama diri ganda yang ditulis lengkap, diawali kata Ahmad atau Muhammad.
Contoh:
28
x Ahmad Tirtosudiro, 1922-
Hatta, Mohamma1902-1980
g) Nama diri ganda yang ditulis lengkap, diawali nama baptis. Kata pertama
ditentukan pada nama baptis yang ditulis lengkap
Contoh :
Kata pertama pada unsur nama yang ditulis lengkap, kemudian diikuti dengan
nama inisial, jika inisial dapt diketahui kepanjangannya maka tulis kepanjangan
tersebut dalam tanda kurung setelah inisial tersebut.
Contoh :
B. Mustofa, 1956-
W.R. Soepratman
29
Bentuk tajuk
x B. Mustofa, 1956-
1903-1938
1903-1938
i) Nama diri ganda yang diawali inisial yang ditulis dalam bentuk pengucapan
Kata pertama pada unsur nama yang ditulis lengkap dalam bentuk
pengucapan.
Contoh :
Emha Ainum Nadjib, kata ”Emha” merupakan bentuk pengucapan yang ditulis
dari inisial Mh. yang merupakan singkatan dari Mohammad.
Bentuk tajuk
30
x Najib, Emha Ainum, 1953-
Bentuk tajuk
Quraish), 1944-
31
2) nama marga yang ditulis dengan ejaan lama. Kata utama pada nama
marga dalam ejaan lama
Bentuk tajuk
1949-
Bentuk tajuk
4) nama mengandung nama marga/fam yang ditulis dalam bentuk inisial atau
penyingkatan lainnya. Kata utama pada nama marga/fam yang pertama
Contoh : Soeman Hs
Bentuk tajuk
1940-1999
32
x Hs, Soeman 1940-1999
1940-1999
Contoh:
Bentuk tajuk:
Pamusuk Eneste
x Pamusuk Nst.
x Nasution, Pamusuk
Kata utama ditetapkan pada nama diri atau marga/fam sesuai ketentuan
yang berlaku di atas. Gelar keagaamaan tersebut antara lain : Haji, Kiai Haji,
Kardinal, Ida Pedanda, Pemangku, dsb., sedangkan sebutan ustad,
ustadzah, pendeta, pastur tidak termasuk gelar keagamaan.
Bentuk tajuk
33
x Abbas, Sirajuddin, Kiai Haji, 1905-1980
1905-1980
Bentuk tajuk
Bentuk tajuk
34
x Sutan Palindih, Rustam
Bentuk tajuk
Bentuk tajuk
Bentuk tajuk
Contoh :
R. Ng. Ranggawarsita
Bentuk tajuk
35
1802-1874
x R. Ng. Ranggawarsita
R. A. Kartini
Bentuk tajuk
Djojodiningrat, 1879-1904
Hadiningrat, 1879-1904
jojoadiningrat, 1879-1904
36
2.4 Daerah Deskripsi
Bahan perpustakaan menurut ISBD dibagi menjadi 8 (delapan) daerah atau area deskripsi
dengan urutan unsurnya adalah sebagai berikut berikut :
Terdiri dari :
a. Judul
Judul dicatat sesuai dengan data yang tertera pada halaman judul. Bila menggunakan
ejaan lama, tulislah apa adanya. Bila tidak ada judul pada halaman judul atau (sumber
informasi utama) atau judul pada kulit buku maka tulislah judul tersebut di antara kurung
siku [……].
1. Judul sebenarnya, adalah judul yang tertera pada halaman judul yang merupakan
judul utama dari sebuah koleksi
3. Anak judul, yaitu judul tambahan atau keterangan lebih lengkap dari judul
sebenarnya
4. Judul buatan yaitu judul yang dibuat oleh kataloger karena tidak ada judul dari
bahan perpustakaan
Ditulis sesuai dengan data yang tercantum pada sumber informasi utama . Penentuan
penanggung jawab karya dapat terlihat dari cantuman yang diberikan terhadap koleksi
tersebut.
Contoh:
Suherman.
37
2.4.2 Daerah Edisi
Daerah edisi yaitu daerah yang memberikan pernyataan tentang edisi, misalnya edisi
pertama, edisi kedua, edisi revisi dan sebagainya. Istilah edisi dalam bahasa Inggris perlu
diketahui oleh pustakawan yang akan mengolah koleksi tersebut
Contoh:
Untuk edisi lebih dari 3 hanya ditambahkan huruf “th” misalnya 4th ed.
Cetakan tidak perlu dicantumkan kecuali bila cetakan tersebut berubah isinya atau
merupakan cetakan hasil, misalnya, Ed.rev, cet. 2
Daerah ini hanya digunakan untuk mencatat deskripsi bahan kartografi, terbitan berkala
(serial), musik, sumber elektronik dan bentuk mikro.
Daerah penerbitan adalah daerah untuk mencatat tempat terbit, nama penerbit dan tahun
terbit koleksi.
Contoh :
Nama perusahaan seperti (PT, CV, CO, FA) tidak dicantumkan. Apabila nama penerbit
dan tahun terbit tidak ditemukan dalam bahan perpustakaan yang akan dideskripsikan ,
38
maka gunakan istilah untuk [s.l] singkatan dari Sine Loco untuk tempat terbit yang tidak
diketahui; [s. n.] singkatan dari Sine Nomine untuk nama penerbit yang tidak diketahui ;
untuk tahun terbit yang tidak diketahui dapat juga diperkirakan tahun terbitnya. Cara
penulisan tahun terbit yang diperkirakan tersebut adalah di dalam tanda kurung siku [….]
Contoh :
[1980-1989]
Daerah deskripsi fisik adalah daerah berisi data-data tentang fisik sebuah bahan
perpustakaan seperti : jumlah halaman atau jumlah jilid angka romawi dan jumlah
halaman angka arab, keterangan ilustrasi, gambar atau foto/grafik serta ukuran atau tinggi
buku.
Nomor halaman dari sebuah terbitan biasanya terdiri atas angka romawi dan angka arab
b. Jumlah Jilid.
Jika diketahui jumlah jilid dari sebuah terbitan, maka jumlah jilid harus ditulis lengkap.
Contoh : 3 jil. : ilus. ; 30 cm. Jika tidak diketahui jumlah jilidnya ditulis dengan tanda titik
sebanyak 3 kali, misalnya, … jil. : ilus., ; 30 cm.
Daerah seri adalah daerah untuk mencatat judul dan nomor seri bagi koleksi yang
merupakan terbitan berseri. Daerah ini mencakup daerah judul seri dan nomor seri.
Contoh:
39
[Seri Manajemen ; no.3]
Daerah catatan adalah daerah untuk mencatat informasi yang dianggap penting untuk
diketahui oleh pemustaka dan petugas perpustakaan yang tidak dapat dicantumkan pada
daerah 1 – 5.
Informasi yang dicantumkan pada daerah catatan ini misalnya; sumber pengambilan
informasi judul, Judul dari cover
Nomor standar untuk buku adalah ISBN (International Standard Book Number) merupakan
suatu nomor atau kode khusus atau identitas suatu buku yang bersifat internasional. Pada
daerah ini penulisannya dimulai dengan kata ISBN kemudian baru diikuti oleh nomornya.
Harga, dapat juga dituliskan setelah nomor ISBN atau boleh juga tidak yang penting harus
konsisten dalam penulisannya.
Berikut ini adalah contoh kartu serta keterangan yang dicatat dalam sebuah kartu katalog
020
SUL SULISTYO-Basuki
P Pengantar ilmu perpustakaan / oleh Sulistyo-Basuki. –
Jakarta : Gramedia, 1991.
480hlm. ; 24 cm.
ISBN 979-511-169-8
007/PS/2012
40
2.5 Katalog Berbasis Teknologi Informasi
Dalam INDOMARC untuk memasukkan data bibliografis dituangkan dalam lembar kerja
(worksheet), lembar kerja ini berisi ruas-ruas yang merupakan terjemahan dari daerah
deskripsi dalam pengatalogan.
Dalam pembuatan deskripsi bibliografis, ada 8 daerah deskripsi yang perlu dicantumkan
yaitu :
2. Daerah edisi
4. Daerah penerbitan
6. Daerah seri
41
7. Daerah catatan
8. Daerah ISBN
Dalam pengatalogan berbasis format INDOMARC, ruas-ruas minimal yang diisi adalah :
- 245 (Judul)
- 250 (Edisi)
- 260 (Penerbitan)
- 440 (Seri)
- 504 (Bibliografi)
- 650 (Subjek)
- 850 (Kepemilikan)
42
Berikut adalah contoh penerapan lembar kerja INDOMARC untuk pengatalogan
332
MUL MULYO Praptowo
k KIK : kredit investasi kecil untuk kemajuan usaha anda /
Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. – Jakarta : Aksara,
1980
100/PS/2012
2.6 KLASIFIKASI
Klasifikasi adalah alat untuk mempermudah dan mempercepat pencarian bahan pustaka
atau dokumen. Klasifikasi bertujuan untuk menempatkan karya yang saling berhubungan
di tempat yang saling berdekatan.
Dalam menentukan nomor panggil (call number), tidak akan akan terlepas dari nomor
klasifikasi. Nomor klasifikasi ini ditentukan dari bagan klasifikasi, ada beberapa sistem
klasifikasi yang dapat digunakan dalam penentuan nomor klasifikasi bahan pustaka
seperti sistem klasifikasi kolon (Colon Classification); UDC (Universal Decimal
Classification ; DDC (Dewey Decimal Classification).
43
2.6.1. Unsur-unsur pokok DDC
Sebagai suatu sistem klasifikasi DDC memiliki beberapa unsur pokok yaitu :
b. Notasi, terdiri dari serangkaian simbol berupa angka yang mewakili serangkaian istilah
yang ada pada bagan.
c. Indeks relatif, terdiri dari topik-topik dengan perincian aspeknya yang disusun secara
alfabetis
Penyusunan sistem klasifikasi DDC yang dituangkan dalam bagan didasarkan pada
prinsip dasar desimal, DDC membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelas utama,
kemudian masing-masing kelas utam dibagi menjadi 10 divisi, lalu masing-masing divisi
dibagi lagi menjadi 10 seksi. Dengan demikian, maka klasifikasi persepuluhan Dewey
memilik 10 kelas utama, 100 divisi dan 1000 seksi. Dan untuk perkembangan selanjutnya
DDC dibagi lebih lanjut menjadi subseksi dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Bagan DDC menganut prinsip desimal dalam pembagian kelas utamanya, dengan kode
000 sampai 900, pembagian kelas utama tersebut adalah :
200 – Agama
400 – Bahasa
600 – Teknologi
44
700 – Kesenian
800 – Kesusastraan
310 – Statistik
330 – Ekonomi
340 – Hukum
350 – Administrasi
370 – Pendidikan
370 – Pendidikan
45
375 – Kurikulum
Pembagian lebih lanut, DDC memungkinkan pembagian lebih lanjut berdasarkan kelipatan
sepuluh, dengan menempatkan titik sesudah bilangan ketiga dari notasi dan
menambahkan bilangan lain sebanyak yang diperlukan sesudah titik.
612.2 Pernafasan
612.5
612.6
612.7
612.82 Otak
46
2.6.2 Indeks Relatif
Untuk membantu mencari notasi suatu sabjek dalam DDC terdapat Indeks Relatif Pada
indek relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun abjad. Istilah tersebut mengacu ke
notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar sinonim untuk suatu istilah,
hubungan-hubungannya dengan subjek lainnya.
accounting 657.84
Christianity 246.72
Sociology 306.484 8
Dengan demikian bila suatu subjek telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah
ditentukan lebih lanjut aspek dari subjek yang bersangkutan. Subjek ‘theatre’ dapat dilihat
dari aspek akutansi, pendidikan, agama, sosiologi dan lain sebagainya. Masing-
masingnya memiliki notasi yang berbeda.
2.6.3. Tabel
Dalam DDC terdapat 6 tabel pembantu, yaitu Subdivisi standar (Standard subdivision),
Wilayah, Periode, Person (Areas, Periods. Persons), Subdivisi untuk Seni, Sastra dan
bentuk Kesusasteran khusus (Subdivisions for Arts, for Individual Literatures, for Specific
Literary Forms), Subdivisi Bahasa dan Kelompok Bahasa (Subdivision of Individual
Languages dan Language Families), Etnik, Kebangsaan (Ethnic, National Groups), dan
Bahasa-bahasa (Languages).
Cara penambahan masing-masing notasi dalam tabel pada notasi yang terdapat dalam
bagan adalah sebagai berikut :
47
a. Tabel Subdivisi Standar
Apabila dalam bagan tidak terdapat instruksi bagaimana cara penggunaan dan
penambahan Tabel 1, hal ini berarti bahwa notasi tersebut dapat ditambahkan
dengan notasi yang terdapat di dalam Tabel 1. Misalnya:
(Tabel1)
Dalam bagan sudah diberikan contoh yang lengkap untuk Tabel 1, hanya saja
tidak dirinci. Misalnya dalam kelas Filsafat (100) Tabel 1 telah tercantum dalam
bagan yang menjangkau notasi antara 101 s/d. 109, hanya tidak dirinci seperti
notasi yang terdapat pada Tabel 1.
Contoh :
3. Terdaftar sebagian
48
.7 Education, research, related topics
Contoh :
bagan)
Informasi.
Di dalam bagan adakalanya terdapat instruksi untuk penggunaan dua nol (00)
untuk penambahan notasi Tabel 1. Misalnya pada notasi 636 Perternakan di
bawahnya diikuti dengan instruksi pada Summary 636.001-- 009 standard
subdivision (perhatikan) di sini digunakan dua nol (00). Jika ingin memperluas
notasi 363 Perternakan dengan Tabel 1, adalah sebagai berikut :
49
636.0072 Penelitian perternakan
Adakalanya untuk penambahan notasi Tabel 1 pada notasi dalam bagan harus
didahului dengan tiga nol (000).. Hal ini tergantung pada instruksi yang terdapat
dalam bagan dari subjek yang bersangkutan. Misalnya pada notasi 375 Curricula
di bawahnya diikuti dengan notasi 000.1 - 000.8 “Standard subdivisions” dan
dikatakan bahwa notasi ini berasal dari Tabel 1 (lihat bagan hal. 375). Ini berarti
bila akan memperluas notasi 375 Curricula dengan penambahan Tabel 1, harus
didahului dengan tiga nol (000). Contoh :
375 Curricula
Terdapat 2 cara mengunaan Tabel 2 , yaitu dengan cara tidak langsung dan dengan cara
langsung.
1. Tidak langsung
------------------------------------------
------------------------------------------
Contoh :
50
--09 Interposisi geografi (Tabel 1)
di Indonesia”
2. Langsung
Terdapat pola pembentukan yang sama untuk subjek tertentu, yaitu notasi Subjek
ditambah langsung dengan notasi Tabel 2, contohnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Contoh :
51
320.955 berarti “Situasi dan kondisi politik Iran”
Dalam kelas 800 (sastra) dikenal bentuk penyajian yang disebut ”Subdivisi Sastra”, yang
selanjutnya disebut Tabel 3. Bentuk sastra pada Tabel 3 adalah:
-1 Puisi
-2 Drama
Dalam bagan sudah terdapat notasi yang ditambahkan bentuk sastranya tetapi
tidak lengkap. Bila dirasa perlu untuk memperluas notasi tsb diambilkan dari
Tabel 3.
sebagai berikut :
dalam bagan)
Tabel 3)
and television”
52
2. Tidak terdaftar dalam bagan
Bila di dalam bagan belum ditambahkan notasi bentuk sastra, maka untuk
memperluas notasinya adalah dengan mengambil notasi bentuk sastra yang
terdapat dalam Tabel 3.
Contoh :
Dengan demikian cara penambahan notasi bentuk sastra yang terdapat dalam
Tabel 3 polanya adalah sebagai berikut :
dari Tabel 3)
Sastra ybs.)
1800-1900 tentang
53
perkawinan dan
Tabel 3C)
Dalam klas 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “Subdivisi masing-
masing bahasa” (subdivision of individual languages) (selanjutnya disebut Tabel 4).
Misalnya 441 “Written and spoken codes of standard French” (terdaftar dalam
bagan). Bila ingin memperluas notasi 441 caranya adalah demikian :
Dalam bagan sama sekali belum dicantumkan notasi bentuk bahasa. Untuk
memperluas notasi dasar suatu bahasa, diambilkan dari Tabel 4. Misalnya untuk
“tata bahasa Indonesia” akan dapat notasi 499.221 5, bila dirinci adalah sebagai
berikut :
54
Dengan demikian untuk penambahan notasi pada Tabel 4 ini pada notasi dasar
suatu bahasa polanya sebagai berikut :
a) Sesuai dengan urutan kata yang terdapat pada kamus tsb. Misalnya Kamus
Indonesia – Inggris, maka kamus ini dimasukan pada notasi Bahasa
Indonesia, kemudian disusul notasi –3 (dari Tabel 4), kemudian notasi
Bahasa Inggris (-21 dari T6) Contoh -- > 499.221321
b) Bila terdapat dua bahasa dalam kamus tsb, misalnya Kamus Indonesia-Inggris
dan Inggris –Indonesia (dalam satu buku) maka utamakan lebih dahulu
bahasa yang kurang dikenal, kemudian ditambahkan --3, (dari Tabel 4), lalu
menyusul notasi bahasa yang lebih dikenal dari T6. 423.99221, tetapi
pustakawan Inggris akan mengklaskanya pada 499.221321, karena di Inggris
bahasa Indonesia kurang dikenal. Polanya adalah sebagai berikut :
Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih dimasukkan
kedalam kamus poliglot (Polyglot dictionaries), pada notasi 413. Kemudian
ditambah notasi bahasa yang menjadi entri pertama kamus tsb
Contoh : Kamus Indonesia - Inggris dan Arab akan mendapat notasi 413.99221 (--
99221 dalah bahasa Indonesia dari Tabel 6).Kamus Jepang - Cina - Rusia dan
Inggris mendapat notasi 413.956 (--956 bahasa Jepang Tabel 6)
55
e. Tabel Etnik dan Kebangsaan
1. Instruksi Langsung
2. Tidak Langsung
Contoh: karya Ceramic Arts of Bengalis akan mendapat notasi 738.0899144, bila
diperinci adalah sebagai berikut ;
(dari Tabel 1)
Contoh: Bahan pustaka: Bibel dalam bahasa Belanda akan mendapat notasi
220.53931 bila diperinci adalah demikian:
57
297.0917541 Perkembangan Islam di daerah
berbahasa Perancis.
Pola :
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengkalsifikasi bahan perpustakaan
yaitu :
d. Bila sebuah bahan perpustakaan dapat ditempatkan pada dua nomor kelas yang
sama tepatnya, maka klasifikasikan bahan perpustakaan tersebut sesuai dengan jenis
perpustakaan atau pemakai yang dilayani. Contoh Biografi kedokteran, bila buku
tersebut dimiliki oleh perpustakaan fakultas kedokteran, maka kelasnya adalah
610.092; bila buku tersebut dimiliki oleh perpustakaan umum, maka akan lebih tepat
bila diberi nomor kllasifikasi 926.1
e. Bila sebuah bahan perpustakaan membahas dua subjek atau lebih dan saling
berhubungan satu sama lain, maka klasifikasikan bahan tersebut pada kelas yang
lebih banyak diuraikan
f. Bila sebuah bahan perpustakaan membahas dua subjek atau lebih dan tidak jelas
hubungannya satu sama lain, maka klasifikasikan bahan tersebut pada subje yang
lebih luas.
58
g. Bila sebuah bahan perpustakaan membahas suatu subjek yang belum atau tidak
terdapat dalam bagan DDC, klasifikasikan bahan tersebut pada nomor kelas yang
paling dekat dengan subjek dan jangan pernah membuat nomor klasifikasi sendiri
Titik akses lainnya selain nama pengarang adalah melalui subjek. Subjek merupakan topik
yang dibahas dalam suatu bahan pustaka yang dalam pengolahan bahan pustaka
digunakan sebagai salah satu pencarian informasi di perpustakaan, karena itu dalam
pengolahan bahan pustaka terdapat istilah tajuk subjek.
Langkah awal yang dilakukan dalam menentukan tajuk subjek adalah menelaah isi dari
koleksi. Langkah yang dapat dilakukan untuk menetapkan subjek koleksi adalah:
a. Melalui judul, beberapa bahan pustaka dapat ditentukan subjeknya hanya dengan
melihat pada judulnya.
b. Malalui daftar isi, ada kalanya dengan melihat daftar isi suatu bahan pustaka sudah
dapat diketahui subjek atau isi pembahasannya.
c. Melalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yang digunakan oleh pengarang untuk
menyusun karya tersebut.
e. Melalui sebagian atau keseluruhan isi buku bila langkah-langkah yang tersebut di atas
masih belum dapat ditemukan subjeknya.
h. Bila semua langkah di atas masih belum juga dapat ditentukan subjeknya, maka
pengolah perlu bertanya kepada ahli di bidang subjek tersebut.
59
2.6.6 Analisis Subjek
Kegiatan analisis subjek adalah suatu kegiatan untuk menetapkan subjek bahan
perpustakaan. Dalam sebuah bahan perpustakaan akan selalu terdapat pokok masalah
yang dibahas, yakni tentang satu subjek atau beberapa subjek. Subjek akan mewakili
bahan perpustakaan dalam sistem temu kembali atau katalog, untuk menentukannya perlu
dilakukan analisis terhadap bahan perpustakaan yang disebut dengan kegiatan analisis
subjek.
Kegiatan analisis subjek meliputi dua kegiatan utama yaitu mengidentifikasi Jenis Konsep
Dokumen (JKD) dan Jenis Subjek Dokumen (JSD).
Pada umunya sebuah dokumen terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu disiplin ilmu
(DI) atau subdisiplin ilmu (SDI), Fenomena (F) dan Bentuk B).
Disiplin ilmu atau Sub-Disiplin Ilmu adalah kajian bidang ilmu pengetahuan yang
mempunyai objek serta metodologi, baik yang bersifat disiplin fundamental seperti:
IPA, IPS, dan Humaniora ataupun sub-disiplin ilmu seperti: Ilmu Agama, Ilmu
Ekonomi, Ilmu Hukum, Biologi, dsbnya.
2. Fenomena
Topik atau objek yang menjadi kajian dan yang dibahas oleh disiplin ilmu atau
Sub-Disiplin Ilmu. Contoh: judul buku “Perda Pajak Bumi dan Bangunan di
Bukitinggi”. Analisis subjek sbb:
di Bukittinggi.
3. Bentuk
Bentuk adalah wadah, media dan sistematika penyajian subjek dokumen. Konsep
bentuk dokumen dibedakan atas:
60
a) Bentuk fisik, merupakan sarana atau medium yang digunakan dalam
menyajikan subjek, misalnya, buku, majalah, CD, mikrofis;
Pada umumya suatu dokumen dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) jenis subjek
dokumen, yaitu:
1. Subjek Dasar
Apabila suatu dokumen hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu.
dan Informasi
2. Subjek Sederhana
Apabila suatu dokumen terdiri satu disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu sebagai
subjek dasar,. Tetapi disertai dengan satu faset (ciri pembagian ilmu), maka
disebut subjek sederhana. Misalnya Contoh: Pedoman Praktis Perpustakaan
Sekolah
61
3. Subjek Majemuk
Apabila suatu dokumen terdiri satu disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu sebagai
subjek dasar tetapi disertai oleh lebih dari satu faset, maka disebut sebagai
subjek majemuk.
di Indonesia
4. Subjek Kompleks
Apabila suatu dokumen isinya mencakup lebih dari satu disiplin ilmu atau
subdisiplin ilmu Dalam hal ini terdapat interaksi antara disiplin tersebut, yang
disebut dengan istilah “fase“. Dalam hal ini pengindeks perlu menetapkan
disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu yang diutamakan. Dalam hal ini perlu dilhat
fasenya, yang secara umum terdiri dari 4 fase, yaitu:
a) Fase bias, adalah subjek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Subjek yang
diutamakan adalah subujek yang disajikan.
Contoh: Bahasa Inggris untuk anak, subjek yang diutamakan adalah: “Bahasa
Inggris” bukan “Anak”
b) Fase pengaruh, bila dua atau lebih subjek dasar saling mempengaruhi satu
sama lain, subjek yang diutamakan adalah subjek yang dipengaruhi.
c) Fase alat, adalah subjek yang digunakan untuk menjelaskan atau membahas
subjek lain. Dalam fase ini, yang diutamakan adalah subjek yang dibahas atau
dijelaskan.
62
Contoh: Penggunaan alat kimia dalam analisis darah. Subjek utamanya adalah
“Darah” bukan “Kimia”
2.7 PASCAPENGATALOGAN
Koleksi yang telah dibuatkan katalognya, sebelum disusun dalam rak untuk dilayankan
kepada pemustaka terlebih dahulu harus dilakukan penyelesaian fisiknya dan
kelengkapannya, kegiatan menyelesaikan fisik dan kelengkapan koleksi lazim disebut
kegiatan pascapengatalogan, yang meliputi kegiatan:
a. Pengetikan kartu
Jumlah kartu yang diketik disesuaikan dengan jajaran yang akan dibuat. Katalog kartu itu
hendaknya terbuat dari kertas yang agak tebal, agar tahan lama dan tidak mudah robek.
Sekarang tersedia kartu katalog yang dapat diketik melalui komputer dan manual.
63
3 spasi
332
MUL MULYA Praptowo
k KIK : kredit investasi kecil untuk kemajuan usaha anda /
Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. – Jakarta : Aksara,
Spasi ke 9 1980
1,5 spasi
100/PS/2012
b. Perlengkapan koleksi
Agar koleksi tertata dengan rapi, maka memerlukan perlengkapan sebagai berikut:
1. Label buku atau call number ditempel pada punggung buku, dengan posisi 4 cm
dari bawah punggung buku. Label buku berisi nomor klasifikasi; tiga huruf pertama
yang diambil dari tajuk entri utama ; dan satu huruf pertama dari judul. Bila Tajuk
entri utama adalah judul, maka label buku terdiri dari nomor klasifikasi dan tiga
huruf pertama dari judul.
020
SUL
P
340
HUK
64
2. Menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali (jika sirkulasi bahan
perpustakaan dilakukan secara manual). Kantong buku fungsinya untuk kartu buku
pada waktu buku tersebut dipinjam. Data yang dicantumkan pada kantong buku
adalah call number, pengarang dan judul buku
007/PS/2012
020
SUL SULISTYO-Basuki
p Pengantar ilmu perpustakaan
1991
Tgl. Nama
Tgl. Kembali
Pinjam peminjam
65
4. Membuat kartu buku, yang perlu dicantumkan pada kartu buku adalah: call number,
pengarang, judul buku, nomor induk, peminjam buku, tanggal pengembalian paling
lambat.
020
SUL SULISTYO-Basuki
p Pengantar ilmu perpustakaan
007/PS/2012
Tugas penjajaran ini berbeda antara satu perpustakaan dengan yang lainnya. Adakalanya
tugas ini merupakan tugas pengolahan, akan tetapi ada juga yang diserahkan pada
petugas pelayanan. Untuk penjajaran kartu-kartu katalog diperlukan pula buku pedoman
mengabjad. Kartu katalog biasanya disusun dan disimpan di dalam laci katalog. Ukuran
laci katalog lebih esar daripada ukuran kartu katalog, agar mudah memasukkan kartu ke
dalam laci. Tujuan dari penyusunan kartu katalog di laci katalog adalah agar pemustaka
dapat dengan menemukan informasi yang ada di perpustakaan melalui alat bantu
penelusuran berupa kartu katalog.
66
Untuk pengaturan dan penyimpanan yang cepat dan sitematis tersebut, terlebih dahulu
harus ditetapkan bagaimana cara yang digunakan perpustakaan untuk penyimpanan
tersebut. Cara yang lazim digunakan adalah sebagai berikut :
a. Mengabjad
Dalam menyusun/menjajarkan kartu katalog berdasarkan abjad A – Z, ada dua cara ialah :
huruf demi huruf & kata demi kata
Contoh:
- House - House
Pelaksanaan mengabjad:
Pehatikan kata pertama sebagai pedoman. Bila kata pertama sama, maka kata keduanya
yang diperhatikan, dst.
b. Menyusun Angka
1. Berfungsi sebagai urutan/kronologi. Di sini angka disusun dari yang bernilai kecil
ke yang benilai besar. misalnya 2,5,6,8,11, dst.
2. Sebagai bagian dari judul atau fungsi yang lain. Di sini angka disusun
sebagaimana ia tertulis dengan huruf (bunyinya) dalam bahasa teksnya.
67
Misalnya : Ke.1
Ke. 3
1985
1989
8 (delapan) kambing
7 (sevent) girls
7 (tujuh) penjahat
Setelah semua kelengkapan bahan perpustakaan dilakukan, buku siap untuk dilayankan
kepada pemustaka, agar buku terlihat rapi dalam jajarannya, maka perlus dilakukan
penyusunan koleksi di rak atau yang juga disebut dengan shelving. Penjajaran buku di rak
biasanya berdasarkan pada notasi klasifikasi, hal ini dimaksudkan agar koleksi yang
membahas ilmu pengetahuan yang sama atau berdekatan terletak pada kelompok yang
sama atau saling berdekatan
Pada perpustakaan tertentu, bila dianggap perlu juga dilakukan penjilidan dan
penyampulan. Meskipun bukunya baru, akan tetapi karena buku tersebut digunakan oleh
banyak orang, maka perlu dijilid awal dan disampul. Kekuatan jilidnya harus diperhatikan,
terutama buku-buku rujukan.
68
Contoh penjajaran buku di rak
5 5 8 8 8 8 9
0 7 1 1 1 2 1
0 4 3 3 3 3 2 9
D Z H R R G 5
i a F a ir o a 9
s i it m w s R
u
69
2. Contoh Kartu Katalog dengan Tajuk entri Utama Judul
500
DIS Disney’s dunia pengetahuan yang
mengagumkan / editor, Tony S.
Rachmadie ; ilustrasi, Ciovan Battista. –
Ed. 1. – Jakarta : Widyadara, 1990.
20 jil. : ilus. ; 28 cm.
ISBN 979-8087-27-5.
1. Sains I. Rakhmadie, Tony S.
1887/PN/93 AD/rm
1. Kartu Utama
332
1980
70
KIK: kredit investasi kecil untuk kemajuan usaha
anda
332
1980
332
1980
71
KREDIT
332
1980
ACHMAD Anwari
332
1980
72
2.8 Rangkuman
Perpustakaan sekolah adalah salah satu bagian penting dalam pendidikan, karena
pembentukannya bertujuan untuk menciptakan lingkungan tempat belajar yang kondusif,
sehingga mampu mempengaruhi perilaku positif peserta didik, sehingga proses belajar
mengajar mencapai sasaran yang tepat bagi pembentukan generasi bangsa yang cerdas,
berbudi luhur, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
73
DAFTAR PUSTAKA
Anglo American Cataloguing Rules. 2nd rev. ed, Chicago : American Librarian Association,
2002.
Fathmi dan Adriati. Katalogisasi : bahan ajar diklat calon pustakawan tingkat ahli. Jakarta :
Perpustakaan Nasional, 2011
Melvil, Dewey. Dewey Decimal Classification and Relative Index. New York :Forest Press,
2010
Petunjuk Teknis Penentuan Kata Utama Dan Ejaan untuk Tajuk Nama Pengarang
Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006
74