Anda di halaman 1dari 80

Disusun oleh :

Dra. Sri Mulyani,M.Si

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran
dalam penerbitan Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Kepala
Perpustakaan Sekolah sebagai acuan nasional dalam penyelenggaraan Diklat Kepala
Perpustakaan Sekolah.

Bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan
Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan penyelenggaraan diklat
yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/madrasah.

Terbitnya bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah dan
sekaligus mampu meningkatkan kualitas penyelenggaraan perpustakaan sekolah di tanah
air.

Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak terkait
yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian bahan ajar diklat ini. Kritik maupun
saran untuk penyempurnaan bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini sangat
kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.

Jakarta, 29 April 2013


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Perpustakaan Nasional RI

Dr. Gardjito, M.Sc.


NIP 19550919 197603 1 002

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Deskripsi Singkat......................................................................... 2
1.3 Kompetensi Dasar ....................................................................... 2
1.4 Indikator Keberhasilan................................................................. 2

BAB II PENGORGANISASIAN INFORMASI .................................................. 4


2.1 Pengertian ................................................................................... 4
2.2 Deskripsi Bibliografis ................................................................... 7
2.3 Pengatalogan Deskriptif .............................................................. 11

2.4 Daerah Deskriptif......................................................................... 37


2.5 Katalog Berbasis Teknologi Informasi ......................................... 41
2.6 Klasifikasi .................................................................................... 43
2.7 Pascapengatalogan..................................................................... 63
2.8 Rangkuman ................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 73

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan sebagai suatu sistem informasi berfungsi menyimpan pengetahuan dalam


berbagai bentuk bahan perpustakaan yang penempatannya diatur sedemikian rupa
sehingga informasi yang diperlukan dapat ditemukan kembali oleh pemustaka dengan
cepat dan tepat. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah untuk
melayani peserta didik dan guru untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Perpustakaan
sekolah dibentuk agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan efisien dan efektif sesuai
dengan kurikulum nasional yang berlaku.

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka peningkatan pengetahuan, keterampilan dan


kemampuan kepala perpustakaan sekolah sebagai manajer yang bertanggungjawab
terhadap kualitas perpustakaan sekolah perlu ditingkatkan, sehingga dapat mengelola
perpustakaan secara profesional. Kepala pustakaan haruslah orang yang paham akan
pekerjaannya, memiliki visi pendidikan dan totalitas dalam bekerja. Profesionalisme kepala
perpustakaan sekolah merupakan hal yang harus diperhatikan, karena saat ini
perpustakaan sekolah bukan lagi sebagai pelengkap pendidikan, tetapi perpustakaan
sekolah adalah jantung dalam proses belajar mengajar.

Salah satu kegiatan pokok dalam pengelolaan perpustakaan adalah pengorganisasian


informasi, yaitu proses pengolahan data bibliografi bahan perpustakaan ke dalam bentuk
katalog. Pengorganisasian informasi atau disebut juga dengan pengatalogan, adalah
proses pencatatan data bibliografis koleksi yang ada di perpustakaan agar dapat
ditemukan kembali oleh pemustaka pada saat koleksi tersebut dibutuhkan.
Pengorganisasian informasi adalah proses pembuatan entri katalog sebagai sarana temu
kembali informasi di perpustakaan.

Kegiatan pengorganisasian informasi secara garis besar dibagi dua kegiatan, yaitu: (1)
pengatalogan deskriptif (descriptivie cataloguing) ; (2) pengatalogan subjek (subject
cataloguing). Pengatalogan deskriptif adalah kegiatan mendeskripsikan bahan
perpustakaan secara fisik dan menentuan titik akses (access point). Pengatalogan subjek
merupakan kegiatan menentukan isi atau subjek bahan perpustakaan dan

1
mengelompokkannya berdasarkan pengelompokkan ilmu pengetahuan. Kegiatan
pengatalogan subjek terdiri dari kegiatan menentukan notasi klasifikasi bahan
perpustakaan sesuai dengan skema klasifikasi tertentu dan kegiatan menentukan istilah
atau frasa untuk mewakili subjek yang dibahas dalam suatu karya.

Dengan adanya katalog sebagai alat penelusuran, pemustaka diharapkan dapat


mengetahui gambaran singkat tentang bahan perpustakaan yang diproses, baik mengenai
aspek bibliografis, isi yang dikandung di dalamnya, lokasi atau tempat penyimpanannya di
perpustakaan, maupun keterangan lain yang dianggap penting.

1.2 Deskripsi Singkat

Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang cantuman bibliografi
yang meliputi pengertian, tujuan dan fungsi serta tahapan pengorganisasian informasi,
deskripsi bibliografis, pengatalogan, jenis dan fungsi katalog, deskripsi bibliografi bahan
perpustakaan menurut International Standard Bibliographic Description (ISBD) dan Anglo
American Cataloguing Rules 2 (AACR2), sumber informasi, susunan elemen deskripsi
bibliografi, entri katalog dan pascapengatalogan yang disajikan dengan pendekatan
pelatihan andragogi yang meliputi metode ceramah, diskusi, praktik dan simulasi.

1.3 Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta diharapkan mampu membuat deskripsi
bibliografi sederhana menurut peraturan AACR2 dalam bentuk katalog.

1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta diharapkan mampu :

1.4.1 Menjelaskan pengertian dan tujuan pengatalogan

1.4.2 Menjelaskan jenis katalog

1.4.3 Menjelaskan fungsi dan bentuk katalog

1.4.4 Menjelaskan deskripsi bibliografi bahan perpustakaan

1.4.5 Membuat deskripsi bibliografis

2
1.4.6 Menentukan entri katalog

1.4.7 Melakukan kegiatan pasca pengatalogan

3
BAB II

PENGORGANISASIAN INFORMASI

2.1 Pengertian

Bahan perpustakaan untuk perpustakaan sekolah adalah semua bahan perpustakaan baik
dalam bentuk tercetak maupun terekam baik berupa buku referensi atau buku pelajaran.
Bahan perpustakaan tersebut berperan penting dalam proses belajar mengajar, oleh
karena itu harus dapat dipertanggungjawabkan baik isi dan kebenarannya. Agar bahan
perpustakaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh siswa, pendidik dan petugas
perpustakaan itu sendiri, maka koleksi yang ada di perpustakaan sekolah perlu
diorganisasikan sedemikian rupa sesuai dengan standar yang berlaku baik nasional
maupun internasional, sehingga informasi yang terkandung dalam setiap koleksi dapat
ditemukan dengan cepat dan tepat. Penataan bahan perpustakaan disebut dengan istilah
pengorganisasian informasi atau pengolahan bahan perpustakaan.

Pengorganisasian informasi selanjutnya disebut pengolahan bahan perpustakaan


merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan di perpustakaan.
Kegiatan ini berhubungan dengan bahan perpustakaan sejak diterima di perpustakaan
yang merupakan hasil kegiatan pengadaan koleksi sampai tersusun di rak dan siap
digunakan oleh siswa dan guru. Prinsip utama pengorganisasian informasi adalah
mempersiapkan dan mengelola bahan perpustakaan sedemikian rupa sesuai dengan
standar yang berlaku supaya dapat digunakan secara efektif dan efisien oleh siswa dan
guru serta petugas perpustakaan.

Yang dimaksud dengan pengolahan bahan perpustkaan adalah kegiatan yang mencakup
inventaris bahan perpustakaan, katalogisasi, klasifikasi, pencetakan kartu dan label buku,
penyelesaian fisik buku (mencakup penempelan label buku pada punggung buku,
penempelan kartu dan kantong buku, penyampulan buku), penyusunan di rak dan
penyusunan kartu katalog di laci katalog sebagai alat penelusuran. Ada banyak pengertian
tentang pengolahan bahan perpustakaan, seperti yang dikatakan oleh Sutarno bahwa
“kegiatan pengolahan bahan pustaka ialah kegiatan yang diawali sejak koleksi diterima di
perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau tempat tertentu yang telah
disediakan. Untuk kemudian siap dipakai oleh pemakai. Pekerjaan pengolahan bahan
pustaka yang berbentuk tercetak (printed matter) dan terekam (recorded matter)
4
dibedakan dan dipisahkan, meskipun ada pekerjaan yang memiliki kesamaan”. (Sutarno
2006 : 179)

Pengorganisasian informasi adalah kegiatan mencatat data bahan perpustakaan


berdasarkan karakterisitk fisik dan isi bahan perpustakaan, yang mencakup 2 (dua)
kegiatan yaitu pembuatan: (1) deskripsi fisik ; dan (2) deskripsi isi. Pembuatan deskripsi
fisik adalah kegiatan mencatat data bahan perpustakaan mulai dari data judul, pengarang,
edisi, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, deskripsi fisik bahan (jumlah halaman, ilustrasi
dan ukuran) sampai pada pencatatan nomor standar bahan perpustakaan, sedangkan
deskripsi isi merupakan kegiatan menentukan subjek atau isi bahan perpustakaan
berdasarkan pengelompokkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan skema klasifikasi.

2.1.1 Tujuan dan Fungsi Pengorganisasian Informasi

Sebelum membahas tentang pengorganisasian informasi yang merupakan kegiatan


pembuatan deskripsi fisik dan isi bahan perpustakaan, terlebih dahulu akan dipaparkan
tujuan dan fungsi pengorganisasian informasi itu sendiri. Secara umum, tujuan utama
pengorganisasian informasi adalah:

a. Mengatur koleksi yang ada di perpustakaan menurut aturan satandar tertentu


sehingga mempermudah untuk menemukannya kembali

b. Pemustaka dapat melakukan temu kembali informasi terhadap semua koleksi


perpustakaan, sehingga koleksi yang ada dapat dimanfaatkan secara tepat dan efektif
sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

c. Mengatur dan mengelompokkan subjek yang sama atau berdekatan pada tempat
yang berdekatan sehingga siswa, guru maupun petugas perpustakaan dapat dengan
cepat mencari koleksi yang dibutuhkan.

Fungsi pengorganisasian informasi adalah agar bahan perpustakaan yang menjadi koleksi
perpustakaan sekolah dapat ditelusur dan dimanfaatkan oleh siswa, pendidik dan petugas
perpustakaan, untuk mencapai fungsi tersebut maka koleksi harus dikelola dengan sistem
pengolahan yang sistematis sesuai dengan standar yang berlaku.

Pengorganisasian informasi juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan
perpustakaan, karena berfungsi sebagai prosedur yang mengolah bahan perpustakaan,
dengan demikian kegiatan pengorganisasian informasi memungkinkan perpustakaan lebih

5
terstruktur dalam pengelolaan kegiatannya, bila ada koleksi yang dibutuhkan oleh siswa
dan/atau guru maka akan dengan mudah dapat diketahui oleh petugas perpustakaan.
Pengorganisasian informasi juga memungkinkan perpustakaan dapat menyediakan
koleksi yang dibutuhkan siswa dan guru sekaligus menyediakan sarana penelusuran yang
memudahkan pemustaka mengakses koleksi yang ada di perpustakaan.

2.1.2 Tahapan Pengorganisasian Informasi

Agar koleksi yang ada di perpustakaan dapat ditemukan dengan mudah dan cepat oleh
pemustaka, perlu dikelola sesuai dengan prosedur operasional standar atau standard
operating procedure (SOP). Tahapan pengorganisasian informasi yang perlu dilakukan
adalah:

a. Katalogisasi, adalah kegiatan membuat deskripsi fisik bahan perpustakaan dengan


mencatat mencatat data bahan pustaka mulai dari judul, pengarang, tempat terbit,
nama penerbit, tahun terbit dan deskripsi fisik dan nomor standar suatu bahan
pustaka. Pencatatan deskripsi fisik disesuaikan dengan pertauran internasional yang
berlaku, yaitu International Standard Bibliographic Description (ISBD) dan peraturan
pengatalogan internasional yaitu Anglo American Cataloguin Rules (AACR).

b. Klasifikasi, adalah kegiatan membuat deskripsi isi bahan perpustakaan dengan


mengelompokkan koleksi menurut pengelompokkan ilmu pengetahuan menggunakan
skema klasifikasi tertentu

c. Penyelesaian Fisik Bahan Pustaka (Pasca pengatalogan)

Apabila bahan perpustakaan telah dibuatkan katalognya, maka kegiatan selanjutnya


adalah penyiapan bahan pustaka atau dokumen agar siap dipakai oleh pemustaka, yang
lazim disebut dengan kegiatan pascakatalog, yang mencakup:

a. Mengetik kartu, dilakukan oleh perpustakaan yang masih menggunakan sistem


manual dalam penelusuran informasinya. Sedangkan untuk perpustakaan yang sudah
menggunakan sistem komputerisasi biasanya kegiatan ini tidak lagi dilakukan tetapi
tahapannya adalah entri data untuk menyajikan katalog dalam bentuk terbacakan
dengan mesin.

6
b. Persiapan buku, yang meliputi kegiatan: menempelkan label pada punggung buku,
menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali, membuat dan memasukkan
kartu buku.

c. Menjajarkan kartu katalog, kegiatan ini dilakukan bila perpustakaan masih


menggunakan sistem manual dalam penelusuran, kartu katalog merupakan sarana
penelusuran. Bila perpustakaan sudah menerapkan sistem otomasi pada
penelusurannya, maka penjajaran kartu tidak perlu dilakukan karena data katalog
sudah tersedia dalam bentuk terbacakan dengan mesin (machine readable).

d. Menyimpan atau menyusun bahan pustaka di rak. Tugas ini merupakan kegiatan
penataan bahan pustaka atau dokumen di rak berdasarkan nomor klasifikasi (call
number). Tugas penyimpanan bahan pustaka (shelving) ini berbeda antara
perpustakaan yang satu dengan perpustakaan yang lain. Ada kalanya tugas ini
merupakan tugas pengolahan, tetapi ada juga yang diserahkan kepada petugas
layanan.

e. Penjilidan dan penyampulan bahan perpustakaan.

2.2 DESKRIPSI BIBLIOGFRAFIS

2.2.1 Pedoman

Deskripsi bibliografis adalah kegiatan mencatat data bahan perpustakaan mulai dari judul,
nama pengarang, edisi, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, deskripsi fisik bahan
perpustakaan (yang mencakup jumlah halaman atau jilid, ilustrasi, dan ukuran), seri
sampai pada nomor nomor standar bahan perpustakaan, sesuai dengan peraturan
standar pembuatan deskripsi bibliografis atau International Standard Bibliographic
Description (ISBD) dan Anglo American Cataloguing Rules (AACR). Kegiatan ini disebut
juga dengan kegiatan katalogisasi.

Hasil dari kegiatan katalogisasi adalah katalog yang merupakan daftar buku atau bahan
perpustakaan yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog perpustakaan memuat informasi
tentang judul, pengarang, kota terbit, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ukuran buku,
sehingga pemakai perpustakaan dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang
koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.

2.2.2 Tujuan dan fungsi katalog


7
Tujuan pembuatan katalog adalah :

a. Memudahkan pemustaka menemukan koleksi yang ada di perpustakaan berdasarkan


judul, pengarang, subjek dan sebagainya.

b. Memperlihatkan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan melalui judul, pengarang,


subjek dan sebagainya.

c. Membantu dalam melakukan seleksi bahan perpustakaan.

d. Memberikan deskripsi atau gambaran singkat tentang isi koleksi perpustakaan.

Fungsi katalog adalah:

a. Sebagai alat pengumpul yang berfungsi mencatat, mendaftar atau mengumpulkan


koleksi yang ada di perpustakaan.

b. Sebagai alat temu kembali informasi bagi pemustaka untuk mencari dan menelususri
koleksi perpustakaan.

c. Sebagai sumber informasi yang memberikan alternatif pilihan informasi

d. Sebagai penunjuk lokasi koleksi dalam susunannya di rak

e. Sebagai inventaris koleksi yang merupakan aset perpustakaan

2.2.3 Jenis Katalog

Berdasarkan jenisnya katalog dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

a. Katalog pengarang

Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad nama pengarang, baik itu pengarang
perorangan, karya bersama, karya badan korporasi ataupun karya yang ditajukkan pada
judul seragam.

b. Katalog judul

Yaitu katalog yang disusun berdasar abjad judul dari semua bahan perpustakaan yang
dimiliki.

8
c. Katalog subjek

Katalog subjek dalam penyusunannya dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Katalog subjek, disusun berdasarkan abjad judul untuk subjek yang dinyatakan
dalam bentuk istilah (verbal) dan

2. Katalog subjek. disusun berdasarkan urutan nomor klasifikasi (subjek dalam


bentuk non verbal) sesuai dengan pedoman bagan klasifikasi yang digunakan.

2.2.4 Bentuk katalog

Ada beberapa macam catalog yang digunakan di perpustakaan, secara umum ada 3
macam bentuk catalog yaitu:

a. Katalog kartu, adalah katalog berbentuk kartu yang disusun secara alfabetis di laci
catalog, ukuran standar kartu yang digunakan adalah 12,5 x 7, 5 cm.

b. Katalog berkas, adalah katalog yang terdiri dari lembar kertas biasa yang mencatat
uraian satu bahan perpustakaan, dijadikan satu, diikat dan dimasukkan dalam ordner,
biasanya catalog ini dibuat dalam kertas berukuran 20 x 10 cm.

c. Katalog buku, adalah katalog yang dicetak dalam bentuk buku, setiap lembar
mencatat uraian lebiha dari satu bahan perpustakaan.

d. Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)

Dengan semakin pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi terutama dalam


penggunaan komputer dan telekomunikasi berdampak terhadap perkembangan
bentuk katalog di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang telah memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi tersebut dalam kegiatan pembuatan katalog. Yaitu
dengan menerapkan sistem otomasi perpustakaan, yang salah satu kegiatannya
adalah pembuatan katalog secara online. Katalog OPAC banyak digunakan pada
berbagai perpustakaan karena mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

2. Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling menunggu.

9
3. Jajaran tertentu tidak perlu difile

4. Penelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan


sekaligus, misalnya melalui judul, pengarang, subjek, tahun terbit, penerbit, dan
sebagainya, dengan memanfaatkan penelusuran Boolean Logic

5. Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas.

6. Penelusuran dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi


perpustakaan , yaitu dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network)
atau WAN (Wide Are Network)

e. Katalog di Internet

Katalog yang dapat diakses dengan menggunakan komputer yang terhubung dengan
telepon dalam jaringan internet

2.2.5 Susunan Katalog

Setiap bahan perpustakaan memiliki lebih dari satu katalog, biasanya katalog satu bahan
perpustakaan terdiri dari: katalog pengarang, judul, subjek. Susunan katalog ini disebut
juga dengan entri, yang merupakan uraian bahan perpustakaan yang tercantum dalam
kartu katalog, dengan kata lain kartu katalog merupakan susunan dari entri-entri bahan
perpustakaan. Cara penyusunan entri katalog terdiri dari:

a. Katalog kamus (dictionary catalogues), katalog yang disusun berdasarkan urutan


abjad yang seluruh entrinya baik entri utama, entri tambahan dan entri subjek
dijadikan satu

b. Katalog terpisah (divided catalogues), adalah susunan kartu katalog yang dipisahkan
berdasarkan katalog pengarang, katalog judul, dan katalog subjek ditempatkan
terpisah dan masing-masing diurutkan berdasarkan abjad.

c. Katalog berdasarkan klasifikasi (classified catalogues), adalah susunan kartu katalog


berdasarkan urutan sistem klasifikasi tertentu.

10
2.3 Pengatalogan deskriptif

Deskripsi menurut International Standard Bibliographic Description (ISBD) membahas


karakteristik bibliografi berdasarkan ciri fisik bahan perpustakaan yang sedang diolah,
diantaranya adalah :

a. ISBD (M) untuk bahan buku (Monograf)

b. ISBD (S) untuk terbitan berseri (Serials)

c. ISBD (CM) untuk bahan kartografis (Cartographic Materials)

d. ISBD (NBM) untuk bahan nonbuku (Non Book Materials)

Pengatalogan deskriptif adalah pencatatan data bahan perpustakaan yang memuat


unsure-unsur judul, pengarang, edisi, kota terbit, penerbit, tahun terbit, deskripsi fisik
bahan perpustakaan sampai pada pencatatan nomor standar bahan perpustakaan.
Berdasarkan aturan standar pembuatan deskripsi yaitu International Standard
Bibliographic Description (ISBD) dan Anglo American Cataloguing Rules 2 Ed. Rev.
(AACR), bahan perpustakaan yang akan diolah disusun dalam 8 (delapan) daerah (area)
deskripsi dan setiap daerah terdiri dari beberapa unsur. Setiap daerah dan unsur-
unsurnya dipisahkan dengan tanda baca. 8 (delapan) daerah deskripsi adalah:

1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab

2. Daerah edisi

3. Daerah data khusus

4. Daerah penerbitan yang terdiri dari unsur tempat terbit, penerbit dan kota terbit

5. Daerah deskripsi fisik

6. Daerah seri

7. Daerah Catatan

8. Daerah nomor standar (ISBN, ISSN, dsb.)

11
Untuk daerah data khusus tidak selalu dicantumkan dalam setiap bahan perpustakaan,
daerah ini hanya digunakan untuk bahan perpustakaan non buku, sumber daya berlanjut
(serial), peta, bahan grafis, dll. Unsur-unsur setiap daerah deskripsi terdiri dari:

1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab terdiri dari unsur:

a) Judul utama

b) Judul lain/anak judul/sub judul

c) Keterangan penanggungjawab

2. Daerah edisi

a) Keterangan edisi

b) Penanggungjawab pertama berkaitan dengan edisi

c) Penanggungjawab kedua terkait dengan edisi

3. Daerah data khusus

Bahan perpustakaan jenis buku tidak menggunakan daerah ini. Hanya digunakan
untuk peta, sumberdaya berlanjut (serial), sumber elektronik, rekaman suara dan
rekaman video, film, bentuk mikro, bahan grafis, dll.

4. Daerah penerbitan yang terdiri dari unsur tempat terbit, penerbit dan kota terbit, terdiri
dari unsur:

a) Tempat terbit

b) Nama penerbit

c) Tahun penerbit

5. Daerah deskripsi fisik, memiliki unsur:

a) Jumlah halaman atau jumlah jilid

b) Keterangan ilustrasi

c) Ukuran

12
d) Keterangan bahan penyerta

6. Daerah seri, terdiri dari unsur:

a) Judul seri

b) Nomor seri

7. Daerah Catatan, terdiri dari unsur:

a) Catatan umum

b) Bibliografi

c) Indeks

d) dll

8. Daerah nomor standar (ISBN, ISSN, dsb.)

a) International Standard Book Number (ISBN),

b) International Standard Serial Number (ISSN)

c) International Standard Music Number (ISMN)

2.3.1 Tanda Baca

1) Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab

a. (=) judul pararel

b. (:) judul lain/anak judul

c. ( / ) Penanggungjawab pertama

d. ( , ) Penanggungjawab kedua, ketiga

e. ( ; ) penanggungjawab yang berbeda kedudukannya

2) Daerah edisi

a. (. --) pernyataan edisi

13
b. ( / ) pernyataan kepengarangan yang pertama berkaitan dengan edisi

3) Daerah data khusus

(. --) hanya digunakan untuk bahan kartografi (peta), sumberdaya berlanjut


(serial), music, sumber elektronik, bentuk mikro

4) Daerah penerbitan

a. (. --) tempat terbit

b. ( : ) penerbit

c. ( , ) tahun terbit

5) Daerah deskripsi fisik

a. (. --) jumlah halaman atau jumlah jilid

b. ( : ) ilustrasi

c. ( ; ) ukuran

d. ( + ) keterangan bahan penyerta

6) Daerah seri

a. (. -- ) judul seri

b. ( ; ) nomor seri

2.3.2 Sumber Informasi Utama

Sumber informasi utama merupakan sumber informasi yang dipakai untuk mencatat data
deskripsi bahan perpustakaan, sumber informasi tersebut diperoleh dari bahan
perpustakaan yang akan dibuatkan katalognya. Sumber informasi utama untuk setiap
daerah deskripsi diperoleh dengan cara memeriksa bahan perpustakaan tersebut.

Untuk lebih jelasnya sumber informasi untuk setiap unsur adalah sebagai berikut:

14
a. Judul

Sumber informasi utama untuk judul adalah halaman judul dari karya bahan perpustakaan,
bila judul diambil bukan dari halaman judul, maka judul tersebut ditulis dalam tanda kurung
siku [ ] dan perlu dicatatkan pada unsur daerah catatan sumber pengambilan judul,
misalnya, judul dari diambil dari kulit buku.

b. Pernyataan tanggung jawab

Sumber informasi utama untuk pernyataan tanggung jawab adalah halaman judul dari
bahan perpustakaan, bila diambil bukan dari halaman judul, maka nama pernyataan
tanggung jawab ditulis dalam tanda kurung siku, misalnya, untuk karya berikut nama
penanggung jawab diambil dari balik halaman judul, cara penulisannya adalah sebagai
berikut:

Sejarah Majapahit / [Slametmuljana]

c. Data khusus

Sumber informasi utama diperoleh dari semua bagian dari bahan perpustakaan

d. Edisi

Sumber informasinya dari halaman judul,balik halaman judul dan semua bagian dari
bahan perpustakaan tersebut.

e. Keterangan penerbitan

Sumber informasinya diperoleh dari halaman judul dan balik halaman judul.

f. Seri

Untuk keterangan seri, sumber informasinya dapat diperoleh dari halaman judul, balik
halam judul, judul cover atau semua bagian dari bahan perpustakaan

g. Catatan

Pada daerah catatan ini catatkanlah hal-hal yang dianggap perlu untuk diketahui
pemustaka.

15
h. Nomor standar

Untuk bahan perpustakaan bentuk buku nomor standar yang perlu dicatat adalah nomor
ISBN karya tersebut, jika tidak ada nomor ISBN karya tersebut, maka untuk daerah nomor
standar tidak perlu diisi.

2.3.3 Tingkatan Deskripsi Katalog

Dalam peraturan Anglo American Cataloguing Rules ed. 2 (AACR2) memuat tiga (3)
tingkatan deskripsi yang memuat batasan minimal unsur yang harus dicantumkan oleh
perpustakaan yang memilih untuk menerapkan tingakatan deskripsi tersebut. Dalam
pemilihan tingkatan deskripsi didasarkan pada tujuan pembuatan entri katalog. Unsur
minimum yang harus ada dalam setiap tingkatan perlu dicantumkan oleh setiap
perpustakaan, sementara unsur pilihan boleh tidak dicantumkan.Adapun tingkatan
deskripsi tersebut dan unsur-unsur minimumnya adalah sebagai beriktu :

a. Deskripsi tingkat pertama

Untuk deskripsi tingkat pertama, paling sedikit unsur yang harus tercakup adalah:

Judul sebenarnya / pernyataan tanggung jawab pertama, bila berbeda jumlah atau bentu
tajuk entri utama atau bila tajuk entri utama tidak ada. – Pernyataan edisi. – Rincian
spesifik materi (penomoran). – Penerbit pertama dsb., tahun terbit dsb. – Deskripsi fisik. –
Catatan. – Nomor standar.

b. Deskripsi tingkat kedua

Untuk deskripsi tingkat kedua, paling sedikit unsur yang harus tercakup adalah :

Judul sebenarnya [GMD / pernyataan bahan umum] = judul paralel : informasi judul lain /
pernyataan tanggung jawab pertama; masing-masing pernyataan tanggung jawab
berikutnya. – Pernyataan edisi pernyataan tanggung jawab pertama berkaitan dengan
edisi. – Rincian spesifik materi (penomoran). – Tempat penerbitan pertama dsb., ; penerbit
pertama dsb., tahun terbit dsb. – Deskripsi fisik : rincian fisik lainnya ; ukuran. – (judul seri
sebenarnya / pernyataan tanggung jawab berkaitan dengan seri, ISSN dari seri ;
penomoran dalam seri. Judul subseri), ISSN dari subseri ; penomoran dalam subseri. –
Catatan. – Nomor standar.

16
c. Deskripsi tingkat ketiga

Untuk deskripsi tingkat ketiga, masukan semua unsur yang tercakup dalam peraturan
AACR2 yang terdapat dalam karya tersebut

Tingkatan deskripsi yang sesuai untuk diklat pengelola perpustakaan sekolah adalah
deskripsi tingkat kedua, dan penjelasan selanjutnya adalah unsur-unsur yang harus
dimuat dalam deskripsi tingkatan kedua.

2.3.4 Susunan Deskripsi

Perpustakaan sekolah pada umumnya sebagian besar koleksinya berupa bahan


perpustakaan jenis monograf atau buku, oleh karena itu susunan deskripsi yang akan
dijelaskan dalam bahan ajar ini adalah pembuatan deskripsi bibliografis untuk bahan
perpustakaan moonograf. Berdasarkan aturan International Standard Bibliographic
Description (ISBD) (M) untuk monograf/buku, susunan deskripsi bibliografis tingkatan
pertama adalah sebagai berikut:

a. Judul sebenarnya, yang dicantumkan adalah judul utama, judul paralel dan anak judul
atau keterangan judul lain bila ada.

b. Pernyataan tanggung jawab, pernyataan tanggung jawab pertama; dan masing-


masing pernyataan tanggung jawab berikutnya.

c. Pernyataan edisi, keterangan tentang pernyataan tanggung jawab berkenaan dengan


edisi, bila ada.

d. Pernyataan keterangan penerbitan yang dicantumkan empat penerbitan pertama dsb.,


; penerbit pertama dsb., tahun terbit dsb, .

e. Deskripsi fisik terdiri dari unsur jumlah halaman atau jilid, keterangan ilustras, ukuran
buku dan keterangan bahan penyerta

f. Keterangan seri yang mencakup judul seri dan nomor seri

g. Catatan

h. Nomor standar

17
2.3.5 Katalog sebagai Wakil Dokumen

Deskripsi bibliografis bahan perpustakaan bertujuan agar koleksi yang dimiliki


perpustakaan dapat ditemukan kembali dengan alat penelusuran berupa deskripsi
bibliografis dalam bentuk katalog baik yang berbentuk kartu, buku maupun OPAC. Alat
penelusuran berupa katalog merupakan wakil dokumen yang secara umum minimal terdiri
atas 3 kartu katalog, yaitu :

a. Kartu katalog untuk nama pengarang,

contoh:

021.3
SUH SUHERMAN, 1967-
p Perpustakaan sebagai jantung sekolah / Suherman. –(1)
Bandung : MQS Publishing, 2009.(2)
xiv, 222 hlm. ; 21 cm.(3)

ISBN 979-3503-20-3(4)

1. Perpustakaan sekolah (5) I. Judul

1323/PS/05

18
Keterangan :

1. Judul dan penanggung jawab

2. Penerbitan

3. Deskripsi fisik

4. Nomor standar

5. Tajuk Subjek

b. Kartu katalog subjek

contoh:

PERPUSTAKAAN SEKOLAH

021.3
SUH SUHERMAN, 1967-
p Perpustakaan sebagai jantung sekolah / Suherman. –
Bandung : MQS Publishing, 2009.

xiv, 222 hlm. ; 21 cm.

ISBN 979-3503-20-3

1323/PS/05

19
c. Kartu katalog judul

contoh:

PERPUSTAKAAN SEBAGAI JANTUNG SEKOLAH

021.3
SUH SUHERMAN, 1967-
p Perpustakaan sebagai jantung sekolah / Suherman. –
Bandung : MQS Publishing, 2009.

xiv, 222 hlm. ; 21 cm.

ISBN 979-3503-20-3

1323/PS/05

2.3.6 Penentuan Tajuk Entri Utama dan Entri Tambahan

Sebuah entri katalog terdiri dari tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan, deskripsi
bibliografis yang terdiri dari 8 (delapan) daerah deskripsi. Tajuk entri utama dan tajuk entri
tambahan mencakup ‘Nama orang’; ‘Judul’; ‘Judul seragam’; dan ‘Nama badan korporasi’.

Sumber untuk memperoleh tajuk entri utama dan entri tambahan bahan perpustakaan
adalah bahan perpustakaan itu secara keseluruhan, mulai dari halaman judul, halaman-
halaman depan yang lain, kulit buku, teks dan sebagainya. Sumber dari luar bahan
perpustakaan dapat digunakan hanya bila sumber yang ada pada bahan perpustakaan
tidak memberikan informasi yang dibutuhkan untuk dicantumkan dalam deskripsi
bibliografis.

a. Penentuan Tajuk Entri Utama

Tajuk entri utama adalah kata, istilah, frasa, nama, atau gabungan kata yang ditulis pada
bagian atas kartu katalog yang menunjukkan aspek dari bahan perpustakaan.

20
1. Karya pengarang tunggal

Entri utama suatu karya atau dokumen yang dikarang oleh satu pengarang
ditetapkan dibawah tajuk utama pengarangnya

Contoh :

Demokrasi Pancasila / oleh O. Notoamidjojo

TEU : Notohamijoyo, O

2. Karya bersama dengan pengarang utama

Bila suatu karya bersama dinyatakan pengarang utamanya (perorangan atau


badan korporasi), entru utama karya tersebut ditetapkan dibawah tajuk utama
pengarang utamanya, buatkan entri tambahan untuk pengarang yang lain bila
tidak lebih dari dua

Contoh:

Feasibility study pengembangan perkayuan di Kalimantan Timur/disusun oleh Tim


Penelitian LP3ES bekerjasama dengan BAPPENAS

TEU : LP3ES

TET : I. BAPPENAS

3. Karya bersama oleh tanpa pengarang utama

Bila satu karya merupakan hasil kerjasama dua orang atau dua badan korporasi
atau lebih, dan tidak ada diantaranya yang dinyatakan sebagai pengarang utama,
maka entri utamanya ditetapkan di bawah dari pengarang yang disebut pertama

Contoh:

Bibliography in an age of science / Louis N. Ridenour, Ralph R. Shaw, Albert


G. Hill

TEU : Ridenour, Louis N.

21
4. Karya oleh pengarang lebih dari tiga pengarang

Bila jumlah pengarang lebih dari tiga dan tidak ada yang dinyatakan sebagai
pengarang utama, maka entri utama ditetapkan di bawah tajuk judul

Contoh:

Bali booklet / Handojomarno . . . [et al.]

TEU : Jjudul

5. Karya dibawah editor/pengumpul /penerjemah

Entri utama untuk karya di bawah pimpinan editor/pengumpul/penerjemah


ditetapkan dibawah judul. Editor/pengumpul/penerjemah menjadi tajuk tambahan.
Bila ditor/pengumpul/penerjemah lebih dari tiga, buatkan tajuk tambahan untuk
editor/pengumpul/penerjemah yang dianggap paling utama atau dicantumkan
pertama

Contoh :

The American Indian : the first victim /

edited by Jay David

TEU : Judul

TET : I. David, Jay

6. Karya terjemahan

Bila suatu karya merupakan hasil terjemahan dari bahasa asing, tajuk entri utama
ditentukan pada pengarang asli, penerjemah dibuatkan pada entri tambahan

Contoh :

Harry Potter dan pangeran berdarah campuran / oleh J.K Rowling ;


penterjemah, Listiana Sri Santi

22
TEU adalah : Rowling, J.K

TET adalah : I. Judul

II. Listiana Sri Santi

7. Karya Anonim (tanpa pengarang)

Tajuk entri utama ditentukan langsung pada judul.

Judul akan menjadi tajuk entri utama apabila :

a) Karya tersebut ditulis oleh 4 orang atau lebih

b) Karya editor

c) Karya anonim

d) Pengarang perorangan yang tidak jelas atau tidak diketahui.

e) Tidak termasuk kategori karya perorangan atau badan korporasi.

8. Judul Seragam

Judul seragam sebagai tajuk entri utama apabila karya mengenai :

a) Perundang-undangan,peraturan, keputusan, instruksi

Tajuk untuk karya perundang-undangan ditetapkan di bawah nama


pemerintah sebagai sumber (pengarang atau pencipta) yang
mengeluarkannya ditajukan di bawah nama negara diikuti dengan judul
seragam dinyatakan dalam kurung siku.

Contoh ; Indonesia

[Undang-undang, peraturan, dsb]

b) Perjanjian, persetujuan dan sebagainya antara dua negara atau lebih.


Gunakan nama perjanjian sebagai judul seragam.

23
Contoh:

 Indonesia

[Perjanjian, dsb. Malaysia]

 Pakta Warsawa (1945)

c) Kitab-kitab suci

Contoh :

Al Qur’an

Al Qur’an. Surat Yasin

Alkitab

b. Penentuan Kata Pertama Pada Nama Perorangan sebagai Tajuk Entri Utama dan
Entri Tambahan

1. Nama pengarang secara umum

Kata utama adalah unsur pertama dari nama orang yang telah ditetapkan sebagai
tajuk. Bila nama seseorang hanya terdiri dari satu kata maka tetapkan kata tersebut
sebagai bentuk tajuk, bila nama seseorang terdiri dari dua kata atau lebih maka
kata utamanya adalah nama belakang dari nama tersebut. Secara umum dalam
menentukan kata pertama untuk nama orang dalam tajuk adalah dengan cara
pembalikan, yaitu kata terakhir menjadi kata pertama, namun di beberapa negara
ada pengecualian dengan tidak melakukan pembalikan atau dengan kata lain nama
pada tajuk ditulis seperti apa adanya pada karya orang tersebut. Negara yang
menetapkan cara ini adalah ; Cina, Malaysia dan Indonesia untuk nama- nama
yang tidak mengandung marga.

Cara penentuan tajuk nama orang dengan cara:

a) Bagian nama terakhir dari nama pengarang ditetapkan sebagai tajuk

b) Nama yang paling dikenal dan paling sering digunakan dalam karya-karyanya.

24
2. Nama pengarang Indonesia

a) Nama diri Tunggal, ditajukkan menurut nama tunggal dan sesuai dengan ejaan
yang digunakan dalam karya tersebut.

Contoh :

Sukarno, 1901-1970

Koentjaraningrat, 1923-1999

Soedjatmoko, 1922-1989

b) Nama Ganda yang ditulis lengkap

Contoh :

Mastini Hardjoparkoso, 1923-

x Harjoprakoso, Mastini, 1923-

Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006

x Pramudya Ananta Tur, 1925-2006

x Tur,Pramudya Ananta, 1925-2006

x Tur,Pramudya A., 1925-2006

x Toer,Pramoedya Ananta, 1925-2006

x Toer,Pramoedya A., 1925-2006

c) Nama orang Indonesia yang mengandung nama keluarga/fam/marga dari luar


negeri yang merupakan hasil peniruan nama oleh orang Indonesia tanpa ada
hubungan keluarga atau perkawinan.

25
Contoh:

John Kennedy

x Kennedy, John

Henry Jackson Purba

x Purba, Henry Jackson

d) Nama diri yang mengandung nama jawa sebagai nama keluarga, namun nama
tersebut tetap merupakan nama diri ganda yang ditulis lengkap.

Contoh:

Sumitro Djojohadikusumo, 1917-2001

x Jojohadikusumo, Sumitro, 1917-2001

x Djojohadikoesoemo, Soemitro, 1917-2001

x Djojohadikoesoemo,Soemitro, Raden

Mas, 1917-2001

x Soemitro Djojohadikoesoemo, Raden

Mas, 1917-2001

x Soemitro Djojohadi Koesoemo, 1917-2001

x Sumitro Jojohadikusumo, 1917-2001

e) Nama orang Bali, nama orang bali mengandung unsur nama yang mencirikan
jenis kelamin, senioritas dan kasta.

1) Nama orang Bali yang menunjukkan unsur senioritas

 Putu, Wayan, Gede, Luh untuk anak laki-laki/perempuan urutan


kelahiran pertama, ke-lima, ke-sembilan, dst

26
 Kadek, Made, Nengah untuk anak laki-laki/perempuan urutan kelahiran
ke-dua, ke-enam, ke-sepuluh, dst

 Komang atau nyoman untuk anak laki-laki/perempuan urutan kelahiran


ke-tiga, ke-tujuh, ke-sebelas, dst

 Ketut untuk anak laki-laki/perempuan urutan kelahiran ke-empat, ke-


delapan, ke-duabelas, dst

Contoh :

Putu Wijaya, 1944-

x I Gusti Ngurah Putu Wijaya,

1944-

x Ngurah Putu Wijaya, I Gusti,

1944-

x Putu Widjaya, 1944-

x Widjaja, Putu, 1944-

x Wijaya, Putu, 1944-

2) Nama orang Bali yang menunjukkan unsur wangsa

 Ida Bagus

 Anak Agung

 I Gusti Agung

 I Gusti Ngurah

 Desak

 Ngakan

 I Dewa

27
 I Pasek

 Sang Ayu

 Si

 Pande

 Cokorda

Contoh :

Anak Agung Gde Putra Agung, 1937-

x Agung, Anak Agung Gde Putra,

1937-

x Agung, A. A Gde Putra, 1937-

x Agung, Anak Agung Gde Putra,

1937-

x Agung, Gde Putra, Anak, 1937-

x Gde Putra Agung, Anak Agung,

1937-

x Putra Agung, Anak Agung Gde,

1937-

f) Nama diri ganda yang ditulis lengkap, diawali kata Ahmad atau Muhammad.

Nama diri yang diawali dengan kata ahmad/ Akhamad/Achmad atau


Muhammad/ Mohammad/Mochamad, bentuk tajuk tetap pada kata pertama.

Contoh:

Achmad Tirtosudiro, 1922-

28
x Ahmad Tirtosudiro, 1922-

x Akhmad Tirtosudiro, 1922-

x Tirtosudiro, Achmad 1922-

x Tirtosudiro, Ahmad 1922-

x Tirtosudiro, Akhmad 1922-

Hatta, Mohamma1902-1980

x Mohammad Hatta, 1902-1980

x Muhammad Hatta, 1902-1980

g) Nama diri ganda yang ditulis lengkap, diawali nama baptis. Kata pertama
ditentukan pada nama baptis yang ditulis lengkap

Contoh :

Blasius Sudarsono, 1948-

x Sudarsono, Blasius 1948-

Kristoforus Sindhunata, 1933-2005

x Sindhunata, Kristoforus 1933-2005

h) Nama diri ganda yang diawali inisial.

Kata pertama pada unsur nama yang ditulis lengkap, kemudian diikuti dengan
nama inisial, jika inisial dapt diketahui kepanjangannya maka tulis kepanjangan
tersebut dalam tanda kurung setelah inisial tersebut.

Contoh :

B. Mustofa, 1956-

W.R. Soepratman

29
Bentuk tajuk

Mustofa, B. (Badholahi), 1956-

x B. Mustofa, 1956-

Soepratman, W.R. (Wage Rudolf),

1903-1938

x W.R. Soepratman, 1903-1938

x Supratman, W.R. (Wage Rudolf),

1903-1938

i) Nama diri ganda yang diawali inisial yang ditulis dalam bentuk pengucapan

Kata pertama pada unsur nama yang ditulis lengkap dalam bentuk
pengucapan.

Contoh :

Emha Ainum Nadjib, kata ”Emha” merupakan bentuk pengucapan yang ditulis
dari inisial Mh. yang merupakan singkatan dari Mohammad.

Bentuk tajuk

Emha Ainum Nadjib, 1953-

x Ainum Nadjib, Emha, 1953-

x Mh. Ainum Nadjib, 1953-

x Mohammad, Ainum Nadjib, 1953-

x Nadjib, Emha Ainum, 1953-

x Nadjib, Mh. Ainum, 1953-

x Nadjib, Mohammad Ainum, 1953-

30
x Najib, Emha Ainum, 1953-

x Najib, Mh. Ainum, 1953-

x Najib, Mohammad Ainum, 1953-

j) Nama mengandung nama marga/fam

1) nama marga tunggal

Kata pertama pada bagian nama marga/fam

yang tertulis lengkap

Contoh : Anwar Nasution

Bentuk tajuk

Nasution, Anwar, 1942-

x Anwar Nasution, 1942-

Shihab, M. Quraish (Muhammad

Quraish), 1944-

x Haji, M. Quraish Shihab, 1944-

x M. Quraish Shihab, 1944-

x Moh. Quraish Shihab, 1944-

x Shihab, M. Quraish, 1944-

x Shihab, Moh. Quraish, 1944-

x Shihab, Muhammad Quraish, 1944-

x Syihab, M. Quraish, 1944-

31
2) nama marga yang ditulis dengan ejaan lama. Kata utama pada nama
marga dalam ejaan lama

Contoh : Miranda S. Goeltom, 1949-

Bentuk tajuk

Goeltom, Miranda S. (Miranda Swaray),

1949-

x Goeltom, Miranda S., 1949-

x Miranda S. Goeltom, 1949-

3) nama mengandung nama marga/fam ganda

kata utama pada nama marga/fam yang pertama

Contoh : A.A.M. Kalangie-Pandey

Bentuk tajuk

Kalangie-Pandey, A.A.M. (Adolfiene

Anna Marie), 1935-

x A.A.M. Kalangie-Pandey, 1935-

x A.A.M. Kalangie-P, 1935-

4) nama mengandung nama marga/fam yang ditulis dalam bentuk inisial atau
penyingkatan lainnya. Kata utama pada nama marga/fam yang pertama

Contoh : Soeman Hs

Bentuk tajuk

Soeman Hs. (Soeman Hasibuan),

1940-1999

x Hasibuan, Soeman 1940-1999

32
x Hs, Soeman 1940-1999

x Soeman Hs., Haji, 1940-1999

x Suman Hs. (Hasibuan), 1940-1999

x Wahid, Suman Hs. Bin Lebai,

1940-1999

5) Gelar marga/fam dalam bentuk singkatan tetapi ditulis dalam bentuk


pengucapan

Contoh:

Pamusuk Eneste untuk Nst. (Nasution)

Bentuk tajuk:

Pamusuk Eneste

x Pamusuk Nst.

x Nasution, Pamusuk

k) Nama yang disertai gelar

1) Nama yang mengadung gelar keagamaan

Kata utama ditetapkan pada nama diri atau marga/fam sesuai ketentuan
yang berlaku di atas. Gelar keagaamaan tersebut antara lain : Haji, Kiai Haji,
Kardinal, Ida Pedanda, Pemangku, dsb., sedangkan sebutan ustad,
ustadzah, pendeta, pastur tidak termasuk gelar keagamaan.

Contoh : KH. Siradjuddin Abbas

Bentuk tajuk

Siradjuddin Abbas, Kiai Haji, 1905-1980

x Abbas, Siradjuddin, Kiai Haji, 1905-1980

33
x Abbas, Sirajuddin, Kiai Haji, 1905-1980

x Bendaro, Siradjuddin Abbas Datuk,

Kiai Haji, 1905-1980

x Datuk Bendaro, Siradjuddin Abbas,

Kiai Haji, 1905-1980

x KH. Siradjuddin Abbas, 1905-1980

x KH. Siradjuddin Abbas Datuk Bendaro,

1905-1980

x Siradjuddin Abbas, KH., 1905-1980

x Sirajuddin Abbas, Kiai Haji., 1905-1980

Kardinal Julius Darmaatmadja

Bentuk tajuk

Julius Darmaatmadja, Kardinal, 1934-

x Darmaatmadja, Julius, Kardinal, 1934-

x Kardinal Julius Darmaatmadja, 1934-

x Kardinal Julius, 1934-

2) Nama yang mengadung gelar adat

a) Nama diri mendahului gelar adat

Contoh : Rustam Sutan Palindih

Bentuk tajuk

Rustam, Sutan Palindih

x Palindih, Rustam Sutan

34
x Sutan Palindih, Rustam

b) Gelar adat mendahului nama diri

Contoh : Sutan Perang Bustami

Bentuk tajuk

Bustami, Sutan Perang, 1883-1959

x Palindih, Rustam Sutan

Andi Abdul Muis

Bentuk tajuk

Abdul Muis, Andi,1883-1959

x Palindih, Rustam Sutan

Teuku Muhammad Daudsjah

Bentuk tajuk

Muhammad Daudsjah, Teuku

x Daudsjah Muhammad, Teuku

x Daudsyah Muhammad, Teuku

x Muhammad Daudsyah, Teuku

c) Nama yang mengandung gelar kebangsawanan. Kata pertama ditetapkan


pada nama diri diikuti gelar kebangsawanan

Contoh :

R. Ng. Ranggawarsita

Bentuk tajuk

Ranggawarsita, Raden Ngabehi,

35
1802-1874

x R. Ng. Ranggawarsita

R. A. Kartini

Bentuk tajuk

Kartini, Raden Ajeng, 1879-1904

x Djojoadiningrat, Kartini, Kanjeng

Raden Ayu Adipati, 1879-1904

x Djojo Hadiningrat, Kanjeng Raden

Ayu Adipati, 1879-1904

x Gusti Raden Ayu Adipati Kartini

Djojodiningrat, 1879-1904

x Hadiningrat, Djojo, Kanjeng Raden

Ayu Adipati, 1879-1904

x Kanjeng Raden Ayu Adipati Djojo

Hadiningrat, 1879-1904

x Kanjeng Raden Ayu Adipati

jojoadiningrat, 1879-1904

x Kartini, Raden Adjeng, 1879-1904

x R.A. Kartini 1879-1904

x Raden Adjeng Kartini, 1879-1904

x Raden Ajeng Kartini, 1879-1904

36
2.4 Daerah Deskripsi

Bahan perpustakaan menurut ISBD dibagi menjadi 8 (delapan) daerah atau area deskripsi
dengan urutan unsurnya adalah sebagai berikut berikut :

2.4.1 Daerah Judul dan pernyataan penanggung jawab

Terdiri dari :

a. Judul

Judul dicatat sesuai dengan data yang tertera pada halaman judul. Bila menggunakan
ejaan lama, tulislah apa adanya. Bila tidak ada judul pada halaman judul atau (sumber
informasi utama) atau judul pada kulit buku maka tulislah judul tersebut di antara kurung
siku [……].

Judul dapat dibedakan atas :

1. Judul sebenarnya, adalah judul yang tertera pada halaman judul yang merupakan
judul utama dari sebuah koleksi

2. Judul paralel, yaitu judul sebenarnya dalam bahasa lain

3. Anak judul, yaitu judul tambahan atau keterangan lebih lengkap dari judul
sebenarnya

4. Judul buatan yaitu judul yang dibuat oleh kataloger karena tidak ada judul dari
bahan perpustakaan

b. Pernyataan Penanggung Jawab

Ditulis sesuai dengan data yang tercantum pada sumber informasi utama . Penentuan
penanggung jawab karya dapat terlihat dari cantuman yang diberikan terhadap koleksi
tersebut.

Contoh:

Perpustakaan sebagai jantung sekolah /

Suherman.

37
2.4.2 Daerah Edisi

Daerah edisi yaitu daerah yang memberikan pernyataan tentang edisi, misalnya edisi
pertama, edisi kedua, edisi revisi dan sebagainya. Istilah edisi dalam bahasa Inggris perlu
diketahui oleh pustakawan yang akan mengolah koleksi tersebut

Contoh:

 First edition, harus ditulis 1st ed.

 Second edition, harus ditulis 2nd ed.

 Third edition, harus ditulis 3rd ed.

 Untuk edisi lebih dari 3 hanya ditambahkan huruf “th” misalnya 4th ed.

 Edisi Pertama, ditulis Ed. 1

Cetakan tidak perlu dicantumkan kecuali bila cetakan tersebut berubah isinya atau
merupakan cetakan hasil, misalnya, Ed.rev, cet. 2

2.4.3 Daerah data khusus

Daerah ini hanya digunakan untuk mencatat deskripsi bahan kartografi, terbitan berkala
(serial), musik, sumber elektronik dan bentuk mikro.

2.4.4 Daerah penerbitan

Daerah penerbitan adalah daerah untuk mencatat tempat terbit, nama penerbit dan tahun
terbit koleksi.

Contoh :

Bandung : Alumni, 2002.

Jakarta : Gramedia, 2012.

Nama perusahaan seperti (PT, CV, CO, FA) tidak dicantumkan. Apabila nama penerbit
dan tahun terbit tidak ditemukan dalam bahan perpustakaan yang akan dideskripsikan ,

38
maka gunakan istilah untuk [s.l] singkatan dari Sine Loco untuk tempat terbit yang tidak
diketahui; [s. n.] singkatan dari Sine Nomine untuk nama penerbit yang tidak diketahui ;
untuk tahun terbit yang tidak diketahui dapat juga diperkirakan tahun terbitnya. Cara
penulisan tahun terbit yang diperkirakan tersebut adalah di dalam tanda kurung siku [….]

Contoh :

[2005?] tahun terbit kira-kira tahun 2005

[199-] tahun terbit antara 1990-1999

[198-?] tahun terbit kira-kira antara

[1980-1989]

2.4.5 Daerah Keterangan/ deskripsi fisik

Daerah deskripsi fisik adalah daerah berisi data-data tentang fisik sebuah bahan
perpustakaan seperti : jumlah halaman atau jumlah jilid angka romawi dan jumlah
halaman angka arab, keterangan ilustrasi, gambar atau foto/grafik serta ukuran atau tinggi
buku.

a. Jumlah halaman (termasuk halaman pendahuluan)

Nomor halaman dari sebuah terbitan biasanya terdiri atas angka romawi dan angka arab

contoh : xx, 234 hlm. : ilus, 27 cm.

b. Jumlah Jilid.

Jika diketahui jumlah jilid dari sebuah terbitan, maka jumlah jilid harus ditulis lengkap.
Contoh : 3 jil. : ilus. ; 30 cm. Jika tidak diketahui jumlah jilidnya ditulis dengan tanda titik
sebanyak 3 kali, misalnya, … jil. : ilus., ; 30 cm.

2.4.6 Daerah keterangan seri

Daerah seri adalah daerah untuk mencatat judul dan nomor seri bagi koleksi yang
merupakan terbitan berseri. Daerah ini mencakup daerah judul seri dan nomor seri.

Contoh:

39
[Seri Manajemen ; no.3]

2.4.7 Daerah Catatan

Daerah catatan adalah daerah untuk mencatat informasi yang dianggap penting untuk
diketahui oleh pemustaka dan petugas perpustakaan yang tidak dapat dicantumkan pada
daerah 1 – 5.

Informasi yang dicantumkan pada daerah catatan ini misalnya; sumber pengambilan
informasi judul, Judul dari cover

2.4.8 Daerah nomor standar

Nomor standar untuk buku adalah ISBN (International Standard Book Number) merupakan
suatu nomor atau kode khusus atau identitas suatu buku yang bersifat internasional. Pada
daerah ini penulisannya dimulai dengan kata ISBN kemudian baru diikuti oleh nomornya.

Contoh: ISBN 979-345-217-3

Harga, dapat juga dituliskan setelah nomor ISBN atau boleh juga tidak yang penting harus
konsisten dalam penulisannya.

Contoh: Rp. 25.000

Berikut ini adalah contoh kartu serta keterangan yang dicatat dalam sebuah kartu katalog

020
SUL SULISTYO-Basuki
P Pengantar ilmu perpustakaan / oleh Sulistyo-Basuki. –
Jakarta : Gramedia, 1991.

480hlm. ; 24 cm.

ISBN 979-511-169-8

1. Ilmu perpustakaan I.Judul

007/PS/2012

40
2.5 Katalog Berbasis Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi informasi berpengaruh terhadap kegiatan pengolahan bahan


perpustakaan yang pada awalnya menggunakan aturan manual dalam pengatalogan yaitu
peraturan standar pengatalogan yang disebut Anglo American Cataloguing Rules (AACR)
yang menghasilkan kartu katalog, menjadi aturan pengatalogan berbasis metadata yang
menghasilkan katalog berbasis teknologi informasi atau katalog terpasang. Contoh
metadata adalah: kartu katalog, entri dalam bibliografi, cantuman bibliografi dalam format
INDOMARC

INDOMARC adalah implementasi dari Internasional Standrd Organization (ISO) Format


2709 untuk Indonesia, yang merupakan sebuah format untuk tukar menukar informasi
bibliografi melalui pita magnetic (magnetic tape) cakram padat (compact disc), atau media
terbacakan mesin (Machine-readable) lainnya. INDOMARC dikembangkan pertama kali
pada tahun 1991, terbitan revisi selanjutnya pada tahun 1994, 2006, dan edisi yang
terbaru adalah INDOMARC tahun 2011. Informasi bibliografis dalam format INDOMARC
secara umum mencakup pengarang, judul, subyek, catatan, data penerbitan dan deskripsi
fisik.

2.5.1. Lembar kerja INDOMARC

Dalam INDOMARC untuk memasukkan data bibliografis dituangkan dalam lembar kerja
(worksheet), lembar kerja ini berisi ruas-ruas yang merupakan terjemahan dari daerah
deskripsi dalam pengatalogan.

Dalam pembuatan deskripsi bibliografis, ada 8 daerah deskripsi yang perlu dicantumkan
yaitu :

1. Daerah judul dan keterangan penanggungjawab

2. Daerah edisi

3. Daerah khusus (untuk bahan non buku)

4. Daerah penerbitan

5. Daerah deskripsi fisik

6. Daerah seri

41
7. Daerah catatan

8. Daerah ISBN

Dalam pengatalogan berbasis format INDOMARC, ruas-ruas minimal yang diisi adalah :

- 020 (ISBN); 022 (ISSN)

- 040 (Sumber pengatalogan/kode perpustakaan)

- 082 (Nomor DDC)

- 084 (nomor panggil)

- 100 (Nama pengarang)

- 245 (Judul)

- 250 (Edisi)

- 260 (Penerbitan)

- 300 (Deskripsi fisik)

- 440 (Seri)

- 500 (Catatan umum)

- 504 (Bibliografi)

- 650 (Subjek)

- 700 (Tajuk tambahan nama orang)

- 850 (Kepemilikan)

- 990 (nomor induk)

42
Berikut adalah contoh penerapan lembar kerja INDOMARC untuk pengatalogan

332
MUL MULYO Praptowo
k KIK : kredit investasi kecil untuk kemajuan usaha anda /
Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. – Jakarta : Aksara,
1980

48 hlm. ; 21 cm. – (Seri mengenal bank ; 7)

Bibliografi : hlm. 47-48

1. Kredit I. Judul II. Achmad Anwari III. Seri

100/PS/2012

Format Lembar Kerja INDOMARC

082 04 $a 332 $2 [20]


090 ## $a 332 MUL k
100 0# $a Mulyo Praptowo
245 10 $a KIK : $b kredit investasi kecil untuk kemajuan
usaha anda / $c Mulyo Praptowo, Achmad Anwari.
250 ## $a Cet. 1.
260 ## $a Jakarta : $b Aksara, $c 1980
300 ## $a 48 hlm. ; $c 21 cm.
440 ## $a Seri mengenal bank ; $v 7
504 ## $a Bibliografi : hlm. 47-48
650 #4 $a Kredit
700 1# $a Achmad Anwari

2.6 KLASIFIKASI

Klasifikasi adalah alat untuk mempermudah dan mempercepat pencarian bahan pustaka
atau dokumen. Klasifikasi bertujuan untuk menempatkan karya yang saling berhubungan
di tempat yang saling berdekatan.

Dalam menentukan nomor panggil (call number), tidak akan akan terlepas dari nomor
klasifikasi. Nomor klasifikasi ini ditentukan dari bagan klasifikasi, ada beberapa sistem
klasifikasi yang dapat digunakan dalam penentuan nomor klasifikasi bahan pustaka
seperti sistem klasifikasi kolon (Colon Classification); UDC (Universal Decimal
Classification ; DDC (Dewey Decimal Classification).

43
2.6.1. Unsur-unsur pokok DDC

Sebagai suatu sistem klasifikasi DDC memiliki beberapa unsur pokok yaitu :

a. Sistematika, merupakan pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam suatu


bagan yang lengkap

b. Notasi, terdiri dari serangkaian simbol berupa angka yang mewakili serangkaian istilah
yang ada pada bagan.

c. Indeks relatif, terdiri dari topik-topik dengan perincian aspeknya yang disusun secara
alfabetis

d. Tabel, merupakan serangkaian notasi khusus yang digunakan untuk menyatakan


aspek tertentu yang terdapat dalam suatu subjek

Penyusunan sistem klasifikasi DDC yang dituangkan dalam bagan didasarkan pada
prinsip dasar desimal, DDC membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelas utama,
kemudian masing-masing kelas utam dibagi menjadi 10 divisi, lalu masing-masing divisi
dibagi lagi menjadi 10 seksi. Dengan demikian, maka klasifikasi persepuluhan Dewey
memilik 10 kelas utama, 100 divisi dan 1000 seksi. Dan untuk perkembangan selanjutnya
DDC dibagi lebih lanjut menjadi subseksi dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan.

Bagan DDC menganut prinsip desimal dalam pembagian kelas utamanya, dengan kode
000 sampai 900, pembagian kelas utama tersebut adalah :

000 – Karya umum (Generalia)

100 – Filsafat, psikologi dan disiplin ilmu yang terkait

200 – Agama

300 – Ilmu-ilmu sosial

400 – Bahasa

500 – Ilmu-ilmu murni (Sains)

600 – Teknologi

44
700 – Kesenian

800 – Kesusastraan

900 – Geografi dan sejarah

Setiap kelas utama dibagi lagi menjadi divisi, misalnya :

300 – Ilmu-ilmu sosial

310 – Statistik

320 – Ilmu politik

330 – Ekonomi

340 – Hukum

350 – Administrasi

360 – Masalah dan pelayanan sosial

370 – Pendidikan

380 – Perdagangan, komunikasi, transportasi

390 – Adat istiadat, etiket, cerita rakyat

Setiap subdivisi dibagi lagi menjadi sepuluh seksi, yaitu :

370 – Pendidikan

371 – Pendidikan secara umum

372 – Pendidikan dasar

373 – Pendidikan menengah

374 – Pendidikan dewasa

45
375 – Kurikulum

376 – Pendidikan wanita

377 – Sekolah dan agama

378 – Pendidikan tinggi

379 – Pendidikan dan negara

Pembagian lebih lanut, DDC memungkinkan pembagian lebih lanjut berdasarkan kelipatan
sepuluh, dengan menempatkan titik sesudah bilangan ketiga dari notasi dan
menambahkan bilangan lain sebanyak yang diperlukan sesudah titik.

612 – Fisiologi manusia

612.1 Darah dan peredaran darah

612.2 Pernafasan

612.3 Makanan dan metabolisme

612.4 Pencernaan makanan, dst.

612.5

612.6

612.7

612.8 Susunan syaraf dan panca indra

612.81 Syaraf dan urat syaraf

612.82 Otak

612.83 Syaraf tulang belakang

612.84 Mata dan penglihatan

612.85 Telinga dan pendengaran

46
2.6.2 Indeks Relatif

Untuk membantu mencari notasi suatu sabjek dalam DDC terdapat Indeks Relatif Pada
indek relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun abjad. Istilah tersebut mengacu ke
notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar sinonim untuk suatu istilah,
hubungan-hubungannya dengan subjek lainnya.

Contoh : Theater 792

accounting 657.84

elementary education 372. 66

influence on crime 364.254

religious significance 203.7

Christianity 246.72

Sociology 306.484 8

Dengan demikian bila suatu subjek telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah
ditentukan lebih lanjut aspek dari subjek yang bersangkutan. Subjek ‘theatre’ dapat dilihat
dari aspek akutansi, pendidikan, agama, sosiologi dan lain sebagainya. Masing-
masingnya memiliki notasi yang berbeda.

2.6.3. Tabel

Dalam DDC terdapat 6 tabel pembantu, yaitu Subdivisi standar (Standard subdivision),
Wilayah, Periode, Person (Areas, Periods. Persons), Subdivisi untuk Seni, Sastra dan
bentuk Kesusasteran khusus (Subdivisions for Arts, for Individual Literatures, for Specific
Literary Forms), Subdivisi Bahasa dan Kelompok Bahasa (Subdivision of Individual
Languages dan Language Families), Etnik, Kebangsaan (Ethnic, National Groups), dan
Bahasa-bahasa (Languages).

Cara penambahan masing-masing notasi dalam tabel pada notasi yang terdapat dalam
bagan adalah sebagai berikut :

47
a. Tabel Subdivisi Standar

Dalam bagan terdapat 5 cara untuk menggunakan Tabel 1, yaitu :

1. Tidak ada instruksi

Apabila dalam bagan tidak terdapat instruksi bagaimana cara penggunaan dan
penambahan Tabel 1, hal ini berarti bahwa notasi tersebut dapat ditambahkan
dengan notasi yang terdapat di dalam Tabel 1. Misalnya:

332.1 Bank (dalam bagan)

--05 Majalah (Serial publications)

(Tabel1)

332.105 Majalah perbankan

2. Terdapat dalam bagan (lengkap)

Dalam bagan sudah diberikan contoh yang lengkap untuk Tabel 1, hanya saja
tidak dirinci. Misalnya dalam kelas Filsafat (100) Tabel 1 telah tercantum dalam
bagan yang menjangkau notasi antara 101 s/d. 109, hanya tidak dirinci seperti
notasi yang terdapat pada Tabel 1.

Contoh :

102 Miscellany of philoshophy (Tabel 1)

--022 illustrations (Tabel 1)

102.2 Illustrations of philoshophy

3. Terdaftar sebagian

Di dalam bagan adakalanya sebagian saja notasi Tabel 1 tersebut yang


didapatkan. Dari contoh yang telah terdaftar berarti dapat pula diperluas dengan
notasi Tabel 1 yang lainnya, misalnya notasu 020 Library and information scince,
di bawahnya terdapat notasi sebagai berikut :

020 Library and information sciences

48
.7 Education, research, related topics

.9 Historical and geographi, personsl treatment

Sebenarnya notasi 7 dan 9 pada notasi 020

adalah sama dengan notasi --07 dan --09

yang terdapat dalam Tabel 1. Bila ingin

memperluas notasi 020 dengan notasi Tabel 1

lainnya, pola tersebut dapat diikuti.

Contoh :

020 Ilmu Perpustakaan dan Informasi

020.7 Education, reserach, related topics

(dari contoh yang terdapat dalam

bagan)

--05 Majalah (Tabel 1)

020.5 Majalah Ilmu Perpustakaan dan

Informasi.

4. Ada instruksi penggunaan dua nol (00)

Di dalam bagan adakalanya terdapat instruksi untuk penggunaan dua nol (00)
untuk penambahan notasi Tabel 1. Misalnya pada notasi 636 Perternakan di
bawahnya diikuti dengan instruksi pada Summary 636.001-- 009 standard
subdivision (perhatikan) di sini digunakan dua nol (00). Jika ingin memperluas
notasi 363 Perternakan dengan Tabel 1, adalah sebagai berikut :

636 Perternakan (dalam bagan)

-072 Penelitian (Tabel 1)

49
636.0072 Penelitian perternakan

5. Instruksi penggunaan tiga nol (000)

Adakalanya untuk penambahan notasi Tabel 1 pada notasi dalam bagan harus
didahului dengan tiga nol (000).. Hal ini tergantung pada instruksi yang terdapat
dalam bagan dari subjek yang bersangkutan. Misalnya pada notasi 375 Curricula
di bawahnya diikuti dengan notasi 000.1 - 000.8 “Standard subdivisions” dan
dikatakan bahwa notasi ini berasal dari Tabel 1 (lihat bagan hal. 375). Ini berarti
bila akan memperluas notasi 375 Curricula dengan penambahan Tabel 1, harus
didahului dengan tiga nol (000). Contoh :

375 Curricula

--072 Research (Tabel 1)

375.000 72 berarti Research on Curricula

--01 Philosophy (Tabel 1)

375.000 1 berarti Philosophy of Curricula.

b. Wilayah, Periode, Person

Terdapat 2 cara mengunaan Tabel 2 , yaitu dengan cara tidak langsung dan dengan cara
langsung.

1. Tidak langsung

Pola penambahan Tabel 2 secara tidak langsung adalah sebagai berikut:

------------------------------------------

Bagan + --09 (T1) + Tabel 2

------------------------------------------

Contoh :

332.1 Bank (bagan)

50
--09 Interposisi geografi (Tabel 1)

--598 Indonesia (Tabel 2)

332.109598 berarti “Mengenal perbankan

di Indonesia”

2. Langsung

Terdapat pola pembentukan yang sama untuk subjek tertentu, yaitu notasi Subjek
ditambah langsung dengan notasi Tabel 2, contohnya dapat dilihat pada tabel
berikut:

No Subjek Notasi Bagan T2

A Statistik Indonesia 315.98 31 + --598

B Geologi Indonesia 555.98 55 + --598

C Geografi 915.98 91 + --598


Indonesia

d. Sejarah Indonesia 959.8 9 + --598

Contoh :

320.9 Political situation and conditions

901-.99 Historical, geographic,

personsl treatment Add to base

number 320.9 notation --01--9

from Table 2 eg, political

condition in Indonesia 320.9598

--55 Iran (dari Tabel 2).

51
320.955 berarti “Situasi dan kondisi politik Iran”

c. Tabel Subdivisi Sastra

Dalam kelas 800 (sastra) dikenal bentuk penyajian yang disebut ”Subdivisi Sastra”, yang
selanjutnya disebut Tabel 3. Bentuk sastra pada Tabel 3 adalah:

-1 Puisi

-2 Drama

-3 Fiksi, dan sebagainya

Cara penggunaan Tabel 3 ini adalah :

1. Sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap

Dalam bagan sudah terdapat notasi yang ditambahkan bentuk sastranya tetapi
tidak lengkap. Bila dirasa perlu untuk memperluas notasi tsb diambilkan dari
Tabel 3.

Contoh : 842 French drama,

angka -2 yang terdapat dalam Tabel 3.

Bila dianalisis notasi tersebut adalah

sebagai berikut :

842 French drama (sudah terdaftar

dalam bagan)

-202 For radio and television (dari

Tabel 3)

842.0  berarti “French drama for radio

and television”

52
2. Tidak terdaftar dalam bagan

Bila di dalam bagan belum ditambahkan notasi bentuk sastra, maka untuk
memperluas notasinya adalah dengan mengambil notasi bentuk sastra yang
terdapat dalam Tabel 3.

Contoh :

839.31 Sastra Belanda

-3 Fiksi (dari Tabel 3)

839.313 “Fiksi Belanda”

Dengan demikian cara penambahan notasi bentuk sastra yang terdapat dalam
Tabel 3 polanya adalah sebagai berikut :

Notasi Dasar Sastra + notasi Tabel 3


Notasi Dasar Sastra + Notasi Tabel 3 + Periode (dalam bagan)
Notasi Dasar Sastra + Notasi Tabel 3B + -08 + Notasi Tabel 3C

Contoh : 895.91 = Sastra Thailand (bagan)

895.913 Fiksi Thailand (Notasi -3

dari Tabel 3)

895.9132 = Fiksi Thailand era 1800–

1900 (Notasi 2 periode

yang terdapat dalam bagan

Sastra ybs.)

895.9132080354 = Fiksi Thailand di era

1800-1900 tentang

53
perkawinan dan

kematian (--354 dari

Tabel 3C)

d. Tabel Subdivisi Bahasa

Dalam klas 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “Subdivisi masing-
masing bahasa” (subdivision of individual languages) (selanjutnya disebut Tabel 4).

Cara-cara penambahan Tabel 4 adalah sebagai berikut :

1. Sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap

Misalnya 441 “Written and spoken codes of standard French” (terdaftar dalam
bagan). Bila ingin memperluas notasi 441 caranya adalah demikian :

441 “Writing system, phonology, phonetics of

standard French” (bagan)

-158 Phonetics (Tabel 4)

441.58 Berarti :Phonetics of standard French

2. Belum terdaftar dalam bagan

Dalam bagan sama sekali belum dicantumkan notasi bentuk bahasa. Untuk
memperluas notasi dasar suatu bahasa, diambilkan dari Tabel 4. Misalnya untuk
“tata bahasa Indonesia” akan dapat notasi 499.221 5, bila dirinci adalah sebagai
berikut :

499.221 Bahasa Indonesia (dalam bagan)

-5 Tata bahasa (dari Tabel 4)

499.221 5 berarti “Tata bahasa Indonesia”

-152 Ejaan (dari Tabel 4)

499.221 152 berarti “Ejaan bahasa Indonesia”

54
Dengan demikian untuk penambahan notasi pada Tabel 4 ini pada notasi dasar
suatu bahasa polanya sebagai berikut :

Notasi Bagan + notasi bentuk bahasa


(Tabel 4)

3. Kamus dua bahasa

Bagi karya kamus dua bahasa, urutan sitirannya ialah

a) Sesuai dengan urutan kata yang terdapat pada kamus tsb. Misalnya Kamus
Indonesia – Inggris, maka kamus ini dimasukan pada notasi Bahasa
Indonesia, kemudian disusul notasi –3 (dari Tabel 4), kemudian notasi
Bahasa Inggris (-21 dari T6) Contoh -- > 499.221321

b) Bila terdapat dua bahasa dalam kamus tsb, misalnya Kamus Indonesia-Inggris
dan Inggris –Indonesia (dalam satu buku) maka utamakan lebih dahulu
bahasa yang kurang dikenal, kemudian ditambahkan --3, (dari Tabel 4), lalu
menyusul notasi bahasa yang lebih dikenal dari T6.  423.99221, tetapi
pustakawan Inggris akan mengklaskanya pada 499.221321, karena di Inggris
bahasa Indonesia kurang dikenal. Polanya adalah sebagai berikut :

Notasi Bahasa yg kurang Dikenal + --3 (T4) +


bahasa yang lebih dikenal (T6)

4. Kamus banyak bahasa

Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih dimasukkan
kedalam kamus poliglot (Polyglot dictionaries), pada notasi 413. Kemudian
ditambah notasi bahasa yang menjadi entri pertama kamus tsb

Contoh : Kamus Indonesia - Inggris dan Arab akan mendapat notasi 413.99221 (--
99221 dalah bahasa Indonesia dari Tabel 6).Kamus Jepang - Cina - Rusia dan
Inggris mendapat notasi 413.956 (--956 bahasa Jepang Tabel 6)

55
e. Tabel Etnik dan Kebangsaan

Cara penambahan dengan Tabel 5 ini ialah:

1. Instruksi Langsung

Contoh: karya yang berjudul Ethnopsycholgy of African Americans akan


mendapat notasi 155.8496073. Bila diperinci adalah sebagai berikut :

155.84 Spesific ethnic groups (dalam bagan)

‘Add to base number 155.84 notations

05--9 from Tble 5. eg. Ethnopsycholgy

of African Americans 155.8496073

-96073 African Americans (dari Tabel 5)

Pola penambahan Tabel 5 adalah:

Notasi Bagan +Tabel 5

2. Tidak Langsung

Contoh: karya Ceramic Arts of Bengalis akan mendapat notasi 738.0899144, bila
diperinci adalah sebagai berikut ;

738 Ceramic arts (terdapat dalam bagan)

-089 Interposisi etnik dan kebangsaan

(dari Tabel 1)

-9144 Bengalis (dari Tabel 5)

738.0899144 Ceramic arts of Bengalis.

56 Notasi Bagan + -089 (T1) + Tabel 5


f. Tabel Bahasa

1. Ada instruksi Langsung

Contoh: Bahan pustaka: Bibel dalam bahasa Belanda akan mendapat notasi
220.53931 bila diperinci adalah demikian:

220 Bible (dalam bagan)

220.5 Modern versions and translations

220.53-59 Version in other languages (dalam

bagan) Add to base number 220.5

notations 3-9 from T6. e.g Injil

dalam bahasa Jerman 2205.31

-31 Bahasa Jerman (T6)

-393 1 Bahasa Belanda (T6)

220.53931 = Bibel dalam bahasa Belanda

Notasi Bagan + Tabel 6

2. Ada Instruksi tidak Langsung

Contoh: Perkembanan Islam di negaa berbahasa Perancis, akan mendapat notasi


297.0917541. Bila notasi ini dirinci hasilnya dalah sebagai berikut:

297 Islam (bagan)

--09 interposisi (Tabel 1)

--175 daerah berbahasa tertentu (T2)

--41 Bahasa Prancis (T6)

57
297.0917541 Perkembangan Islam di daerah

berbahasa Perancis.

Pola :

Notasi Bagan + 09 (T1) + --175 (T2) + Tabel 6

2.6.4 Langkah mengklasifikasi bahan perpustakaan

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengkalsifikasi bahan perpustakaan
yaitu :

a. Klasifikasi sebuah bahan perpustakaan berdasarkan subjek utamanya, lalu


berdasarkan bentuk penyajiannya

b. Klasifikasikan sebuah bahan perpustakaan sesuai dengan maksud dan tujuan


penulisnya, yang bisa diketahui melalui kata pengantar atau pendahuluan

c. Klasifikasikan bahan perpustakaan berdasarkan subjek yang paling spesifik

d. Bila sebuah bahan perpustakaan dapat ditempatkan pada dua nomor kelas yang
sama tepatnya, maka klasifikasikan bahan perpustakaan tersebut sesuai dengan jenis
perpustakaan atau pemakai yang dilayani. Contoh Biografi kedokteran, bila buku
tersebut dimiliki oleh perpustakaan fakultas kedokteran, maka kelasnya adalah
610.092; bila buku tersebut dimiliki oleh perpustakaan umum, maka akan lebih tepat
bila diberi nomor kllasifikasi 926.1

e. Bila sebuah bahan perpustakaan membahas dua subjek atau lebih dan saling
berhubungan satu sama lain, maka klasifikasikan bahan tersebut pada kelas yang
lebih banyak diuraikan

f. Bila sebuah bahan perpustakaan membahas dua subjek atau lebih dan tidak jelas
hubungannya satu sama lain, maka klasifikasikan bahan tersebut pada subje yang
lebih luas.

58
g. Bila sebuah bahan perpustakaan membahas suatu subjek yang belum atau tidak
terdapat dalam bagan DDC, klasifikasikan bahan tersebut pada nomor kelas yang
paling dekat dengan subjek dan jangan pernah membuat nomor klasifikasi sendiri

2.6.5 Penentuan Subjek

Titik akses lainnya selain nama pengarang adalah melalui subjek. Subjek merupakan topik
yang dibahas dalam suatu bahan pustaka yang dalam pengolahan bahan pustaka
digunakan sebagai salah satu pencarian informasi di perpustakaan, karena itu dalam
pengolahan bahan pustaka terdapat istilah tajuk subjek.

Langkah awal yang dilakukan dalam menentukan tajuk subjek adalah menelaah isi dari
koleksi. Langkah yang dapat dilakukan untuk menetapkan subjek koleksi adalah:

a. Melalui judul, beberapa bahan pustaka dapat ditentukan subjeknya hanya dengan
melihat pada judulnya.

b. Malalui daftar isi, ada kalanya dengan melihat daftar isi suatu bahan pustaka sudah
dapat diketahui subjek atau isi pembahasannya.

c. Melalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yang digunakan oleh pengarang untuk
menyusun karya tersebut.

d. Melalui kata pengantar atau pendahuluan dari bahan pustaka

e. Melalui sebagian atau keseluruhan isi buku bila langkah-langkah yang tersebut di atas
masih belum dapat ditemukan subjeknya.

f. Menggunakan sumber lain seperti bibliografi, ensiklopedi dan tinjauan buku.

g. Kopi katalog (cataloging copy), biasanya beberapa bahan perpustakaan sudah


menyediakan Katalog Dalam Terbitan, yang mencantumkan nomor klasifikasi dan
subjek. KDT ini dapat membantu dalam membuat notasi klasifikasi dan subjek, tetapi
tetap harus dicocokkan dengan daftar tajuk subjek dan skema klasifikasi untuk
memeriksa kebenaran dari notasi klasifikasi dan subjeknya.

h. Bila semua langkah di atas masih belum juga dapat ditentukan subjeknya, maka
pengolah perlu bertanya kepada ahli di bidang subjek tersebut.

59
2.6.6 Analisis Subjek

Kegiatan analisis subjek adalah suatu kegiatan untuk menetapkan subjek bahan
perpustakaan. Dalam sebuah bahan perpustakaan akan selalu terdapat pokok masalah
yang dibahas, yakni tentang satu subjek atau beberapa subjek. Subjek akan mewakili
bahan perpustakaan dalam sistem temu kembali atau katalog, untuk menentukannya perlu
dilakukan analisis terhadap bahan perpustakaan yang disebut dengan kegiatan analisis
subjek.

Kegiatan analisis subjek meliputi dua kegiatan utama yaitu mengidentifikasi Jenis Konsep
Dokumen (JKD) dan Jenis Subjek Dokumen (JSD).

a. Jenis Konsep Dokumen (JKD)

Pada umunya sebuah dokumen terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu disiplin ilmu
(DI) atau subdisiplin ilmu (SDI), Fenomena (F) dan Bentuk B).

1. Disiplin ilmu atau Sub-disiplin Ilmu

Disiplin ilmu atau Sub-Disiplin Ilmu adalah kajian bidang ilmu pengetahuan yang
mempunyai objek serta metodologi, baik yang bersifat disiplin fundamental seperti:
IPA, IPS, dan Humaniora ataupun sub-disiplin ilmu seperti: Ilmu Agama, Ilmu
Ekonomi, Ilmu Hukum, Biologi, dsbnya.

2. Fenomena

Topik atau objek yang menjadi kajian dan yang dibahas oleh disiplin ilmu atau
Sub-Disiplin Ilmu. Contoh: judul buku “Perda Pajak Bumi dan Bangunan di
Bukitinggi”. Analisis subjek sbb:

Disiplin Ilmu = Ilmu Ekonomi

Fenomena = Perda Pajak Bumi dan Bangunan

di Bukittinggi.

3. Bentuk

Bentuk adalah wadah, media dan sistematika penyajian subjek dokumen. Konsep
bentuk dokumen dibedakan atas:

60
a) Bentuk fisik, merupakan sarana atau medium yang digunakan dalam
menyajikan subjek, misalnya, buku, majalah, CD, mikrofis;

b) Bentuk penyajian, menunjukkan pengaturan atau organisasi isi bahan


perpustakaan. Ada 3 bentuk penyajian yaitu: (a) menggunakan lambang-
lambang dalam penyajiannya, misalnya, bahasa dan gambar; (b) menunjukkan
tata susunan tertentu, misalnya, abjad, kronologis, dan sistematis dan ; (c)
penyajian untuk kelompok tertentu, misalnya, bahasa Inggris untuk pelajar, dsb.

c) Bentuk intelektual, merupakan aspek yang ditekankan dalam pembahasan


suatu subjek, misalnya, filsafat sejarah, yang menjadi subjek adalah ”Sejarah”,
dan ”Filsafat” adalah bentuk intelektual.

b. Jenis Subjek Dokumen (JSD)

Pada umumya suatu dokumen dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) jenis subjek
dokumen, yaitu:

1. Subjek Dasar

Apabila suatu dokumen hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu.

Contoh: Pengantar Ilmu Perpustakaan dan

Informasi, subjek dasarnya adalah Ilmu

dan Informasi

2. Subjek Sederhana

Apabila suatu dokumen terdiri satu disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu sebagai
subjek dasar,. Tetapi disertai dengan satu faset (ciri pembagian ilmu), maka
disebut subjek sederhana. Misalnya Contoh: Pedoman Praktis Perpustakaan
Sekolah

Subjek Dasar = Ilmu Perpustakaan

Faset Jenis = Perpustakaan Sekolah

61
3. Subjek Majemuk

Apabila suatu dokumen terdiri satu disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu sebagai
subjek dasar tetapi disertai oleh lebih dari satu faset, maka disebut sebagai
subjek majemuk.

Contoh: Pedoman Praktis Perpustakaan Sekolah

di Indonesia

Subjek Dasar = Ilmu Perpustakaan

Faset Jenis = Perpustakaan Sekolah

Faset Tempat = Indonesia

4. Subjek Kompleks

Apabila suatu dokumen isinya mencakup lebih dari satu disiplin ilmu atau
subdisiplin ilmu Dalam hal ini terdapat interaksi antara disiplin tersebut, yang
disebut dengan istilah “fase“. Dalam hal ini pengindeks perlu menetapkan
disiplin ilmu atau subdisiplin ilmu yang diutamakan. Dalam hal ini perlu dilhat
fasenya, yang secara umum terdiri dari 4 fase, yaitu:

a) Fase bias, adalah subjek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Subjek yang
diutamakan adalah subujek yang disajikan.

Contoh: Bahasa Inggris untuk anak, subjek yang diutamakan adalah: “Bahasa
Inggris” bukan “Anak”

b) Fase pengaruh, bila dua atau lebih subjek dasar saling mempengaruhi satu
sama lain, subjek yang diutamakan adalah subjek yang dipengaruhi.

Contoh: Pengaruh gizi terhadap kecerdasan anak. Subjek utamanya adalah:


“Kecerdasan” bukan “Gizi”

c) Fase alat, adalah subjek yang digunakan untuk menjelaskan atau membahas
subjek lain. Dalam fase ini, yang diutamakan adalah subjek yang dibahas atau
dijelaskan.

62
Contoh: Penggunaan alat kimia dalam analisis darah. Subjek utamanya adalah
“Darah” bukan “Kimia”

d) Fase perbandingan, bila dalam satu bahan perpustakaan terdapat beberapa


subjek tanpa ada hubungannya satu sama lain. Untuk menentukan subjek
utamanya, maka yang perlu diperhatikan adalah:

1) Pada subjek yang lebih banyak dibahas

2) Pada subjek yang disebut pertama kali

3) Pada subjek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau


pemustaka

2.7 PASCAPENGATALOGAN

2.7.1 Penyelesaian Fisik dan Kelengkapan Bahan perpustakaan

Koleksi yang telah dibuatkan katalognya, sebelum disusun dalam rak untuk dilayankan
kepada pemustaka terlebih dahulu harus dilakukan penyelesaian fisiknya dan
kelengkapannya, kegiatan menyelesaikan fisik dan kelengkapan koleksi lazim disebut
kegiatan pascapengatalogan, yang meliputi kegiatan:

a. Pengetikan kartu

Jumlah kartu yang diketik disesuaikan dengan jajaran yang akan dibuat. Katalog kartu itu
hendaknya terbuat dari kertas yang agak tebal, agar tahan lama dan tidak mudah robek.
Sekarang tersedia kartu katalog yang dapat diketik melalui komputer dan manual.

63
3 spasi

332
MUL MULYA Praptowo
k KIK : kredit investasi kecil untuk kemajuan usaha anda /
Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. – Jakarta : Aksara,
Spasi ke 9 1980

Huruf ke 5 48 hlm. ; 21 cm. – (Seri mengenal bank ; 7)

Bibliografi : hlm. 47-48


Huruf ke 3
1. Kredit I. Judul II. Achmad Anwari III. Seri

1,5 spasi
100/PS/2012

b. Perlengkapan koleksi

Agar koleksi tertata dengan rapi, maka memerlukan perlengkapan sebagai berikut:

1. Label buku atau call number ditempel pada punggung buku, dengan posisi 4 cm
dari bawah punggung buku. Label buku berisi nomor klasifikasi; tiga huruf pertama
yang diambil dari tajuk entri utama ; dan satu huruf pertama dari judul. Bila Tajuk
entri utama adalah judul, maka label buku terdiri dari nomor klasifikasi dan tiga
huruf pertama dari judul.

Contoh label buku dengan tajuk entri utama nama pengarang

020
SUL
P

Contoh label buku dengan tajuk entri utama judul

340
HUK

64
2. Menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali (jika sirkulasi bahan
perpustakaan dilakukan secara manual). Kantong buku fungsinya untuk kartu buku
pada waktu buku tersebut dipinjam. Data yang dicantumkan pada kantong buku
adalah call number, pengarang dan judul buku

Contoh kantong buku

007/PS/2012

020
SUL SULISTYO-Basuki
p Pengantar ilmu perpustakaan
1991

3. Membuat dan menempelkan lembar tanggal pengembalian (date slip), merupakan


lembar tanggal pengembalian, gunanya adalah untuk mengetahui tanggal
pengembalian buku. Kartu buku ditempelkan pada jilid belakang bagian dalam
buku.

Contoh date slip

Perpustakaan Sekolah Mutiara Bunda

Tgl. Nama
Tgl. Kembali
Pinjam peminjam

65
4. Membuat kartu buku, yang perlu dicantumkan pada kartu buku adalah: call number,
pengarang, judul buku, nomor induk, peminjam buku, tanggal pengembalian paling
lambat.

Contoh kartu buku

020
SUL SULISTYO-Basuki
p Pengantar ilmu perpustakaan

007/PS/2012

Harus Kembali Nama Peminjam

2.7.2 Penjajaran (Filing) Kartu katalog

Tugas penjajaran ini berbeda antara satu perpustakaan dengan yang lainnya. Adakalanya
tugas ini merupakan tugas pengolahan, akan tetapi ada juga yang diserahkan pada
petugas pelayanan. Untuk penjajaran kartu-kartu katalog diperlukan pula buku pedoman
mengabjad. Kartu katalog biasanya disusun dan disimpan di dalam laci katalog. Ukuran
laci katalog lebih esar daripada ukuran kartu katalog, agar mudah memasukkan kartu ke
dalam laci. Tujuan dari penyusunan kartu katalog di laci katalog adalah agar pemustaka
dapat dengan menemukan informasi yang ada di perpustakaan melalui alat bantu
penelusuran berupa kartu katalog.

66
Untuk pengaturan dan penyimpanan yang cepat dan sitematis tersebut, terlebih dahulu
harus ditetapkan bagaimana cara yang digunakan perpustakaan untuk penyimpanan
tersebut. Cara yang lazim digunakan adalah sebagai berikut :

a. Mengabjad

Dalam menyusun/menjajarkan kartu katalog berdasarkan abjad A – Z, ada dua cara ialah :
huruf demi huruf & kata demi kata

Contoh:

Kata demi kata Huruf demi huruf

- Bu Tamrin - Buta aksara

- Buta aksara - Buta ayam

- Buta ayam - Buta huruf

- Buta tuli - Butaria

- Butaria - Buta tuli

- House - House

- House ant - House ant

- Housebreaking - House fly

Pelaksanaan mengabjad:

Pehatikan kata pertama sebagai pedoman. Bila kata pertama sama, maka kata keduanya
yang diperhatikan, dst.

b. Menyusun Angka

1. Berfungsi sebagai urutan/kronologi. Di sini angka disusun dari yang bernilai kecil
ke yang benilai besar. misalnya 2,5,6,8,11, dst.

2. Sebagai bagian dari judul atau fungsi yang lain. Di sini angka disusun
sebagaimana ia tertulis dengan huruf (bunyinya) dalam bahasa teksnya.

67
Misalnya : Ke.1

Ke. 3

1985

1989

8 (delapan) kambing

7 (pitu) wong kakupeng

7 (sevent) girls

7 (tujuh) penjahat

c. Menyimpan atau menyusun bahan perpustakaan di rak perpustakaan

Setelah semua kelengkapan bahan perpustakaan dilakukan, buku siap untuk dilayankan
kepada pemustaka, agar buku terlihat rapi dalam jajarannya, maka perlus dilakukan
penyusunan koleksi di rak atau yang juga disebut dengan shelving. Penjajaran buku di rak
biasanya berdasarkan pada notasi klasifikasi, hal ini dimaksudkan agar koleksi yang
membahas ilmu pengetahuan yang sama atau berdekatan terletak pada kelompok yang
sama atau saling berdekatan

Pada perpustakaan tertentu, bila dianggap perlu juga dilakukan penjilidan dan
penyampulan. Meskipun bukunya baru, akan tetapi karena buku tersebut digunakan oleh
banyak orang, maka perlu dijilid awal dan disampul. Kekuatan jilidnya harus diperhatikan,
terutama buku-buku rujukan.

68
Contoh penjajaran buku di rak

5 5 8 8 8 8 9
0 7 1 1 1 2 1
0 4 3 3 3 3 2 9
D Z H R R G 5
i a F a ir o a 9
s i it m w s R
u

Contoh-contoh Kartu Katalog

1. Contoh katalog dengan tajuk entri utama pengarang

69
2. Contoh Kartu Katalog dengan Tajuk entri Utama Judul

500
DIS Disney’s dunia pengetahuan yang
mengagumkan / editor, Tony S.
Rachmadie ; ilustrasi, Ciovan Battista. –
Ed. 1. – Jakarta : Widyadara, 1990.
20 jil. : ilus. ; 28 cm.

ISBN 979-8087-27-5.
1. Sains I. Rakhmadie, Tony S.

1887/PN/93 AD/rm

Contoh Penggandaan Kartu Katalog Lengkap

1. Kartu Utama

332

MUL MULYO Praptowo

k KIK : kredit investasi kecil untuk


kemajuan usaha anda /

Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. – Cet.


1. – Jakarta : Aksara,

1980

48 hlm. ; 21 cm. – (Seri mengenal bank


; 7)

Bibliografi : hlm. 47-48

1. Kredit I. Judul II. Achmad


Anwari III. Seri

2. Kartu Tambahan Judul

70
KIK: kredit investasi kecil untuk kemajuan usaha
anda

332

MUL MULYO Praptowo

k KIK : kredit investasi kecil untuk


kemajuan usaha anda /

Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. – Cet.


1. – Jakarta : Aksara,

1980

48 hlm. ; 21 cm. – (Seri mengenal bank


; 7)

Bibliografi : hlm. 47-48

3. Kartu Tambahan Judul Seri

Seri Mengenal Bank ; 7

332

MUL MULYO Praptowo

k KIK : kredit investasi kecil untuk


kemajuan usaha anda /

Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. –


Cet. 1. – Jakarta : Aksara,

1980

48 hlm. ; 21 cm. – (Seri mengenal


bank ; 7)

Bibliografi : hlm. 47-48

4. Kartu Tambahan Subjek

71
KREDIT

332

MUL MULYO Praptowo

k KIK : kredit investasi kecil untuk


kemajuan usaha anda /

Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. –


Cet. 1. – Jakarta : Aksara,

1980

48 hlm. ; 21 cm. – (Seri mengenal


bank ; 7)

Bibliografi : hlm. 47-48

5. Kartu Tambahan Pengarang ke-2

ACHMAD Anwari

332

MUL MULYO Praptowo

k KIK : kredit investasi kecil untuk


kemajuan usaha anda /

Mulyo Praptowo, Achmad Anwari. –


Cet. 1. – Jakarta : Aksara,

1980

48 hlm. ; 21 cm. – (Seri mengenal


bank ; 7)

Bibliografi : hlm. 47-48

72
2.8 Rangkuman

Perpustakaan sekolah adalah salah satu bagian penting dalam pendidikan, karena
pembentukannya bertujuan untuk menciptakan lingkungan tempat belajar yang kondusif,
sehingga mampu mempengaruhi perilaku positif peserta didik, sehingga proses belajar
mengajar mencapai sasaran yang tepat bagi pembentukan generasi bangsa yang cerdas,
berbudi luhur, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kualitas penyelenggaraan perpustakaan sekolah sangat tergantung pada kapasitas


sumberdaya pengelola perpustakan atau pustakawannya. Oleh karena itu sangat penting
bagi perpustakaan sekolah pemimpin yang profesional, terampil dan berdedikasi tinggi,
hal ini dapat dicapai dengan memberikan pendidikan baik secara formal maupun non
formal.

Salah satu upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kepala perpustakaan


sekolah adalah pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan pengolahan bahan
perpustakaan. Dengan demikian diharapkan kepala perpustakaan sekolah dapat
mengelola perpustakaan dengan lebih profesional dan mampu mengembangkan
perpustakaan sekolah sebagai pusat belajar peserta didik yang medukung kurikulum yang
berlaku.

Dengan mempelajari materi pengorganisasian informasi, kepala perpustakaan sekolah


diharapkan dapat memahami lingkup pekerjaan di perpustakaan dalam pengelolaan
bahan perpustakaan, sehingga dapat merencanakan program pembuatan sarana temu
kembali informasi bagi peserta didik dan guru serta petugas perpustakaan itu sendiri
sehingga koleksi yang ada di perpustakaan dapat didayagunakan.

73
DAFTAR PUSTAKA

Anglo American Cataloguing Rules. 2nd rev. ed, Chicago : American Librarian Association,
2002.

Fathmi dan Adriati. Katalogisasi : bahan ajar diklat calon pustakawan tingkat ahli. Jakarta :
Perpustakaan Nasional, 2011

Indomarc : Format MARC Indonesia. Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2010

Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2005 tentang Perubahan


Bentuk Tajuk Nama Pengarang Indonesia. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2005

Melvil, Dewey. Dewey Decimal Classification and Relative Index. New York :Forest Press,
2010

Petunjuk Teknis Penentuan Kata Utama Dan Ejaan untuk Tajuk Nama Pengarang
Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006

Suherman. Perpustakaan sebagai jantung sekolah. Bandung : MQS Publishing, 2009

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 2007.

74

Anda mungkin juga menyukai