Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSEDUR PENERIMAAN BAHAN BARANG PUSTAKA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah katalogisasi


Dosen Pengampu : Azwar, S.IP.,M.IP

Disusun Oleh:

ARIS BENI SAPUTRA


NIM. 205.2022.005

SEMESTER II
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah prosedur penerimaan bahan pustaka.
Makalah ini dibuat dengan untuk memenuhi tugas harian semester 2 (dua)
program Studi ilmu perpustakaan dan informasi islam dari bapak Azwar,
S.IP.,M.IP pada mata kuliah katalogisasi. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada bapak bapak Azwar, S.IP.,M.IP selaku dosen bidang
katalogisasi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Sambas, 21 Maret 2023

Aris Beni Saputra

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. inventarisasi..........................................................................................3
B. klarifikasi..............................................................................................4
C. input data..............................................................................................5
D. labeling.................................................................................................7
E. shelving.................................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................8
B. Saran ....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perpustakaan sebagai sumber informasi memegang peranan penting di era
globalisasi saat ini dan merupakan sarana penunjang dalam pendidikan formal
maupun non formal. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dipahami bahwa salah
satu fungsi utama perpustakaan adalah menyediakan dan menyebarluaskan
informasi yang dimilikinya kepada pengguna perpustakaan. Perpustakaan
bertugas untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan, didalamnya terdapat
berbagai unsur meliputi koleksi, pengolahan, penyimpanan dan pelayanan.
Pengolahan bahan pustaka penting dilakukan untuk memudahkan temu
balik informasi dan memperlancar kegiatan pelayanan. Apabila pengolahan bahan
pustaka tidak diperhatikan maka akibatnya tujuan perpustakaan tidak tercapai dan
bahan pustaka tersebut sulit untuk ditemukan oleh pengguna perpustakaan karena
tidak ada alat bantu penelusur untuk dimanfaatkan. Pengolahan bahan pustaka
yang dilaksanakan dengan baik harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika
perpustakaan tidak dapat mengolah bahan pustaka dengan baik maka akan
menghambat sistem pelayanan bahan pustaka tersebut. Kegiatan pengolahan
bahan pustaka biasanya mencakup kegiatan inventarisasi, katalogisasi deskritif
dan katalogisasi subjek. Kegiatan pengolahan bahan pustaka merupakan bagian
utama dalam proses penyajian informasi.
Didalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana prosedur
pengelolaan tentang penerimaan bahan barang Pustaka pada perpustakaan
sehingga dalam prosesnya akan mempermudah dalam pengelolaan data serta
pengaturan yang ada dalam perpustakaan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Inventarisasi di dalam pengelolaan prosedur bahan
barang pustaka?
2. Bagaimanan Klarifikasi barang bahan pustaka yang ada di perpustakaan?
3. Bagaimana proses input data pada prosedur barang bahan pustaka?
4. Apa tujuan labeling pada barang bahan pustaka?
5. Apa yang di maksud dengan shelving?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan bahan pustaka yang telah
diputuskan menjadi milik perpustakaan. Pencatatan bertujuan agar pustakawan
maupun orang yang berkepentingan dengan perpustakaan mengetahui jumlah
koleksi yang dimiliki dan dari mana koleksi tersebut diperoleh. Beberapa kegiatan
atau pekerjaan dalam inventarisasi adalah sebagai berikut:1
1. pemeriksaan koleksi
Bahan pustaka dari hasil kegiatan pengadaan dicek/diperiksa terlebih
dahulu baik dari segi fisik maupun isinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
adanya koleksi yang cacat/terdapat sebagian halaman yang hilang. Selain itu juga
memeriksa kesesuaian antara jumlah judul dan eksemplar yang dipesan dan yang
diterima.
2. pengelompokan koleksi
Bahan pustaka yang telah diperiksa dan sudah pasti akan menjadi koleksi
perpustakaan, selanjutnya dikelompokkan ke dalam bidang-bidang umum,
misalnya dikelompokkan berdasarkan judul. Hal ini dilakukan agar memudahkan
bagian pekerjaan selanjutnya.
3. Pengecapan
Koleksi bahan pustaka diberikan cap stempel kepemilikan dan stempel
inventarisasi. Pengecapan stempel dilakukan bertujuan untuk memberikan
identitas pada suatu bahan pustaka bahwa bahan pustaka tersebut adalah milik
perpustakaan. Pengecapan diberikan pada halaman atau bagian tertentu dari bahan
pustaka tersebut. Pada umumnya, minimal tiga cap kepemilikan dibubuhkan pada
setiap bahan pustaka. Misalnya pada halaman judul, halaman tertentu di tengah-
tengah (contohnya dicap di halaman 38 atau 48 pada bahan pustaka) dan halaman
terakhir. Sedangkan, satu cap inventaris dibubuhkan pada setiap halaman judul.
4. Pencatatan

1
Aji, Supriyanto, Pengantar Teknologi Informasi, (Jakarta: Salemba Infotek, 2005) hlm 34

3
Semua bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan atau yang telah
diputuskan menjadi milik perpustakaan harus dicatat pada buku, baik itu buku
induk atau langsung dicatat pada database di komputer. Informasi-informasi pada
bahan pustaka yang harus dicatat pada buku induk atau database minimal terdiri
dari nomor urut, tanggal pencatatan, nomor inventaris, asal bahan pustaka,
pengarang, judul, dan keterangan tambahan.

B. klarifikasi
Klasifikasi Koleksi, proses pengelompok-kan buku berdasarkan subyek
atau isi bahan pustaka yang bersangkutan dengan menggunakan sistem klasifikasi
DDC. Setiap koleksi bahan pustaka akan diberikan nomor klasifikasi berdasarkan
sistem DDC, dan sekaligus nomor tersebut sebagai nomor panggil bagi setiap
buku. Dengan menggunakan label, nomor panggil tersebut ditempel pada bagian
punggung buku.2
Klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokkan buku berdasarkan
subyek atau isi bahan pustaka yang bersangkutan. Dengan dasar ini maka bahan
pustaka yang subyeknya sama akan berdekatan atau berada pada rak yang sama
apapun bentuk bahan pustaka tersebut. Dengan demikian, klasifikasi ini berguna
untuk mempermudah pengguna maupun pustakawan dalam penelusuran informasi
atau pencarian bahan pustaka di rak.
Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di perpustakaan sekolah
adalah sistem klasifikasi persepuluhan DDC (Dewey Decimal Classification).
Sistem ini mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan subyek dengan notasi
angka persepuluhan. Pengelompokkan pertama disebut kelas utama dengan 10
kelompok (000-900). Kemudian, masing-masing kelompok pada kelas utama ini
dibagi lagi menjadi subyek yang lebih kecil yang disebut divisi (000-990). Dari
subyek yang kecil ini, dibagi lagi menjadi subyek yang lebih kecil yang disebut
subdivisi (000-999). Subdivisi ini dapat dibagi lagi menjadi pembagian yang lebih
rinci yang disebut bagan lengkap.

2
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1998) hlm 56

4
C. input data
1. Katalogisasi Koleksi
Katalogisasi adalah proses pembuatan daftar pustaka (buku, majalah, CD,
film mikro dan sebagainya) milik suatu perpustakaan. Daftar ini berfungsi untuk
mencatat koleksi yang dimiliki, membantu proses temu kembali, dan
mengembangkan standar-standar bibliografi internasional. Bentuk daftar pustaka
ini bermacam-macam, seperti katalog cetakan, katalog berkas, katalog kartu,
maupun katalog elektronik yang lazim disebut sebagai OPAC (Online Public
Acces Catalog). Masing-masing bentuk katalog ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya.3
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan untuk efisiensi
efektivitas proses temu kembali, sebaiknya bentuk katalog pada perpustakaan
sekolah menggunakan katalog elektronik (OPAC). Perangkat lunak untuk
katalogisasi dalam bentuk elektronik bermacam-macam dan tiap perangkat lunak
memiliki kelebihan dan kekurangannya. Di Perpustakaan Umum Kendal dalam
pengolahan buku menggunakan perangkat lunak INLIS Lite. INLIS Lite
merupakan perangkat lunak (software) aplikasi otomasi perpustakaan berbasis
web yang dibangun dan dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia (Perpusnas) sejak tahun 2011.
2. Scan cover / sampul koleksi
Fungsi awal scanner seiring berkembangnya teknologi digital saat itu
yakni menyalin berkas. Bahkan sekarang menggunakan dokumen digital lebih
sering dilakukan. Hal itu karena proses transfer dan duplikasi yang lebih mudah.
Tidak dapat dipungkiri dokumen fisik jika tidak disimpan dengan baik dapat
terjadi kerusakan. Mulai dari sobek, terkena cairan berwarna, hingga dimakan
rayap. Salah satu upaya tambahan untuk mendokumentasikan berkas penting
tersebut adalah dengan mengubahnya dalam bentuk file digital. Tentu akan lebih
mudah menemukan berkas dalam folder di komputer. Selain bisa dicari dengan
mudah berdasarkan penamaan file, mencari berkas di komputer bisa dilakukan

3
Bafadal, Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) hlm 43

5
secara otomatis oleh mesin pencari. Scanner memiliki fungsi sebagai
pemindai barcode.

3. Barcoding
Buku memiliki banyak komponen. Salah satunya adalah penanda kecil
yang sering disebut dengan Universal Product Code alias UPC, atau mungkin
lebih kita kenal dengan sebutan Barcode. Pemanfaatan barcode untuk transaksi
perpustakaan yang lebih cepat telah teruji oleh waktu, dan semakin banyak
perpustakaan menggunakan teknologi ini. Hal ini didukung dengan transfer data
barcode yang dapat bekerja dengan database perpustakaan sehingga dapat
digunakan untuk transaksi perpustakaan yang lebih efisien.
Deretan balok beserta angka yang sering tertera di balik buku maupun
berbagai produk tersebut telah membuat segala proses yang berkaitan dengan
pengelolaan buku berjalan jauh lebih cepat. Pekerjaan sirkulasi di perpustakaan
biasanya melibatkan proses memasukkan data dalam jumlah besar. Kadang-
kadang, staf perpustakaan harus mengetik ulang informasi yang sama karena ada
kesalahan entri data. Semua ini menyebabkan antrian panjang di meja sirkulasi
perpustakaan. Jenis kendala seperti ini dapat ditangani dalam waktu yang jauh
lebih singkat dengan penerapan barcode, salah satu teknologi coding sederhana
yang kini telah beredar luas di masyarakat. Bahkan berdasar hasil riset di
Perpustakaan Universitas Hyderabad, India, Kecepatan data capture menggunakan
barcode lebih cepat tiga kali lipat, jika dibandingkan dengan jumlah waktu yang
tersita saat operator mengentri data secara manual.4
4. Tes Barcoding
Tes barcoding merupakan pengujian pada tanda kecil yang sering disebut
sebagai universal product code atau UPC, atau mungkin lebih dikenal dengan
barcode. Menggunakan barcode untuk transaksi perpustakaan yang lebih cepat
adalah praktik yang terbukti, dan semakin banyak perpustakaan yang mengadopsi
teknologi ini. Hal ini dibantu dengan transfer data barcode yang dapat bekerja

4
Basuki, Sulistiyo, Materi Pokok Pengantar ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud, 1993) hlm 99

6
dengan database perpustakaan untuk digunakan dalam transaksi perpustakaan
yang lebih efisien.
D. labeling
Pemberian label pada punggung buku/koleksi, labelling merupakan
kegiatan pengolahan koleksi buku dengan menempelkan kode tertentu yang telah
dibuat sebelumnya. Kegiatan lebelling atau yang sering dikenal dengan
penempelan kode buku berupa nomor klasifikasi maupun nomor kode buku atau
yang sering dikenal dengan nomor buku. Nomor buku biasanya diambil dari
nomor urut buku, bisa berdasarkan subyek, berdasarkan ketebalan buku, atau yang
lainnya, namun pada umumnya nomor buku diambil dari buku masuk ke
perpustakaan.5

E. shelving
shelving merupakan kegiatan akhir dari seluruh proses pengolahan koleksi
bahan pustaka. Yaitu proses penysunan koleksi bahan pustaka pada rak yang telah
tersedia. Penempatan koleksi pada rak tersebut disesuaikan berdasarkan
penomoran yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu nomor klasifikasi. Dengan
demikain, pemustaka akan tahu harus mencari buku ke rak mana ketika mereka
telah mendapatkan nomor panggil buku tersebut yang diperoleh dari katalog.6

BAB III

PENUTUP

5
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2004, Cet. 2) hlm 71

6
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Ohor Indonesia, 2003) hlm 17

7
A. Kesimpulan
Pencatatan bertujuan agar pustakawan maupun orang yang berkepentingan
dengan perpustakaan mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki dan dari mana
koleksi tersebut diperoleh. pengelompokan koleksi Bahan pustaka yang telah
diperiksa dan sudah pasti akan menjadi koleksi perpustakaan, selanjutnya
dikelompokkan ke dalam bidang-bidang umum, misalnya dikelompokkan
berdasarkan judul. Pencatatan Semua bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan
atau yang telah diputuskan menjadi milik perpustakaan harus dicatat pada buku,
baik itu buku induk atau langsung dicatat pada database di komputer. Informasi-
informasi pada bahan pustaka yang harus dicatat pada buku induk atau database
minimal terdiri dari nomor urut, tanggal pencatatan, nomor inventaris, asal bahan
pustaka, pengarang, judul, dan keterangan tambahan.
klarifikasi Klasifikasi Koleksi, proses pengelompok-kan buku berdasarkan
subyek atau isi bahan pustaka yang bersangkutan dengan menggunakan sistem
klasifikasi DDC. Setiap koleksi bahan pustaka akan diberikan nomor klasifikasi
berdasarkan sistem DDC, dan sekaligus nomor tersebut sebagai nomor panggil
bagi setiap buku. Dengan dasar ini maka bahan pustaka yang subyeknya sama
akan berdekatan atau berada pada rak yang sama apapun bentuk bahan pustaka
tersebut. Dari subyek yang kecil ini, dibagi lagi menjadi subyek yang lebih kecil
yang disebut subdivisi (000-999).
Hal ini didukung dengan transfer data barcode yang dapat bekerja dengan
database perpustakaan sehingga dapat digunakan untuk transaksi perpustakaan
yang lebih efisien. Deretan balok beserta angka yang sering tertera di balik buku
maupun berbagai produk tersebut telah membuat segala proses yang berkaitan
dengan pengelolaan buku berjalan jauh lebih cepat. Kegiatan lebelling atau yang
sering dikenal dengan penempelan kode buku berupa nomor klasifikasi maupun
nomor kode buku atau yang sering dikenal dengan nomor buku. Nomor buku
biasanya diambil dari nomor urut buku, bisa berdasarkan subyek, berdasarkan
ketebalan buku, atau yang lainnya, namun pada umumnya nomor buku diambil
dari buku masuk ke perpustakaan.

8
B. Saran
Makalah ini saya buat pasti masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
tulisan dan kata-kata yang kurang cocok dibaca, maka dengan terbuka saya
menerima masukan dari para pembaca yang budiman dan baik berupa saran, kritik
yang bersifat konstruktif karena dengan saran dan kritik saya dapat memperbaiki
lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Supriyanto, Pengantar Teknologi Informasi, Jakarta: Salemba Infotek, 2005.

9
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1998.

Bafadal, Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara,


2001.

Basuki, Sulistiyo, Materi Pokok Pengantar ilmu Perpustakaan, Jakarta:


Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993.

Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta: PT.


Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004, Cet. 2

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, Jakarta: Yayasan Ohor Indonesia,


2003.

10

Anda mungkin juga menyukai