Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN STATISTIKA DAN PROBABILITAS

Analisis Tingkat Polusi Udara di ASEAN Khususnya di Indonesia

Dibuat oleh:

Muhammad Agil Faisal 01021230026


Kenangan Ofataro Ziliwu 01021230017
Eldad Jeferson Nainggolan 01021230018
Sugih Iman Raharjo 01021230030

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
TANGERANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

Latar Belakang...............................................................................................................1

Rumusan Masalah..........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................2

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................................4

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................5

BAB V PENUTUP..........................................................................................................11

Kesimpulan..................................................................................................................11

Saran............................................................................................................................12

i
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udara merupakan salah satu bagian yang penting bagi kehidupan makhluk
hidup, komponen yang perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya (Wardoyo,
2016). Berdasarkan pemaparan dari kutipan buku “Emisi Partikulat Kendaraan
Bermotor dan Dampak Kesehatan”, kualitas udara sangat memengaruhi banyak
aspek dalam lingkungan sekitar. Apabila kualitas udara yang diproduksi sangatlah
buruk, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan,
pemanasan global, suhu bumi meningkat dan lain sebagainya. Akan tetapi,
faktanya semakin kesini kualitas udara yang diproduksi semakin buruk, lantas
apakah penyebab dari udara yang buruk ini?

Akhir-akhir ini polusi udara menjadi hal yang ramai diperbincangkan di


Indonesia, terutama di Jakarta. Kualitas udara Jakarta sempat menjadi pusat
perhatian masyarakat Indonesia, sebab Jakarta mempunyai kualitas udara terburuk
di Indonesia. Selain itu, Jakarta juga pernah menjajaki posisi teratas dengan
kualitas udara paling buruk di dunia. Adapun juga beberapa aspek yang membuat
kualitas udara negara Indonesia semakin buruk, yaitu; batu bara, minyak, gas,
semen, flaring dan lain sebagainya. Berdasarkan data pada tahun 2021 total polusi
di Indonesia mencapai hingga 619 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai
penyumbang polusi udara terbesar dan konstan di ASEAN.

Rumusan Masalah

1. Apakah Indonesia menjadi negara penyumbang polusi udara terbanyak


daripada negara ASEAN lainnya, jelaskan berdasarkan variabel?
2. Apakah Covid-19 berpengaruh terhadap polusi udara di negara ASEAN?
3. Apa yang menyebabkan polusi udara di Indonesia, jelaskan berdasarkan
variabel?

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada data yang penulis olah, terdapat beberapa variabel yaitu ; Coal, Oil,
Gas, Cement dan Flaring.

1. Coal : variabel yang menjelaskan polusi udara yang disebabkan batu bara
dan data ini diambil berdasarkan dari penyebab polusi udara yang terjadi
di negara ASEAN. Data mengenai variabel ini, memaparkan pengaruh
batu bara sebagai salah satu penyebab polusi udara baik dalam jumlah
banyak atau sedikit. Salah satunya ialah proses pembatubaraan, proses
yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2) sehingga menimbulkan asap
tebal dan mengakibatkan udara tidak segar untuk dihirup oleh manusia.
2. Oil : variabel ini menjelaskan polusi udara yang disebabkan oleh minyak,
data yang diambil berdasarkan penyebab polusi udara yang terjadi di
negara ASEAN. Pada dasarnya, pengelolaan minyak pasti mengeluarkan
karbon dioksida (CO2) dan menimbulkan asap yang tidak sehat untuk
dihirup oleh manusia karena banyak kandungan zat yang tidak baik saat
udara dari minyak keluar.
3. Gas : variabel ini menjelaskan polusi udara yang disebabkan gas dan data
ini diambil berdasarkan penyebab polusi udara yang terjadi di negara
ASEAN. Gas ini bermasalah dalam udara jika keadaannya apabila
mengandung zat-zat berbahaya, contohnya oksida nitrogen (NOx), oksida
sulfur (Sox), dan karbon monoksida (CO). Zat yang dapat merusak
kualitas udara, umumnya polusi udara gas berasal dari kendaraan
bermotor, pabrik, pembakaran bahan bakar fosil, dan kegiatan industri
lainnya.
4. Cement : variabel ini menjelaskan polusi udara yang disebabkan semen
dan data ini diambil berdasarkan penyebab polusi udara yang terjadi di
negara ASEAN. Semen merupakan salah satu masalah penyebab polusi

2
udara karena dalam pemanasan semen banyak mengeluarkan gas-gas,
seperti gas karbon, gas partikulat dalam bentuk debu, sulfur dioksida
(SO2), oksigen nitrogen (NOx) dan lainnya. Selain itu, pemanasan ini
menggunakan bahan mentah; seperti batu kapur dan tanah liat pada suhu
tinggi dalam kiln (oven besar)
5. Flaring : variabel ini menjelaskan polusi udara yang disebabkan flaring
dan data ini diambil berdasarkan penyebab polusi udara yang terjadi di
negara ASEAN. Pada flaring, terjadinya proses pembakaran gas dalam api
terbuka di atas permukaan tanah atau struktur tertentu; seperti menara
flaring. Proses ini menghasilkan nyala api yang terlihat dan sering kali
terlihat sebagai kilatan api di lokasi produksi minyak dan gas. Selama
proses flaring berjalan, akan mengeluarkan gas-gas yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan manusia.

3
BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bertujuan dalam


menganalisis serta mengolah data emisi gas seluruh negara ASEAN, adapun juga
tahap-tahap yang penulis lakukan dalam menunjang penelitian sebagai berikut;

a. Pada penelitian ini, penulis menggunakan data statistik yang


diambil dari kaggle.com, salah satu website yang memuat banyak
aneka data set dari seluruh dunia. Data statistik yang akan digunakan
penulis merupakan data yang berisikan variabel seperti coal, oil,
cement, flaring, dan gas.

b. Data statistik yang digunakan penulis selanjutnya akan


dikalkulasikan ke dalam kelas interval yang kemudian disusun ke
dalam bentuk tabel frekuensi kualitatif dan kuantitatif. Kemudian,
hasil tabel frekuensi tersebut dibentuk lagi ke dalam histogram dan pie.

c. Terakhir, data yang telah diolah dapat digunakan dalam


penyelesaian rumusan masalah.

4
BAB IV PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai paru-paru dunia, lantas


mengapa Indonesia masih memiliki polusi udara yang besar? Indonesia
merupakan negara yang terletak di Asia tenggara yang berada di lingkup ASEAN,
menjadi negara dengan penyumbang polusi udara terbanyak di ASEAN.
Indonesia mempunyai populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia yang dapat
dikatakan jumlah penduduk dapat mempengaruhi polusi udara akibat dari
aktivitas manusia, sebab semakin banyak populasi suatu wilayah maka aktivitas
yang
Polusi Negara ASEAN Tahun 2016-2020
700,000,000
600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000
0
2016 2017 2018 2019 2020

BRN KHN IDN LAO MYS MMR


PHL SGP THA TLS VNM
berpotensi mencemari udara akan menjadi lebih besar.
Selain itu, dengan jumlah populasi yang besar maka penggunaan energi
menjadi lebih banyak sehingga menghasilkan polusi yang lebih banyak juga.
Indonesia dinilai telah menjadi basis produksi industri manufaktur terbesar di
ASEAN sehingga terdapat banyak industri yang menghasilkan polusi udara serta
di Indonesia masih beberapa kebijakan yang belum tepat.
Selain itu, penulis juga menemukan seberapa berpengaruh Covid-19
terhadap penurunan dan kenaikan polusi udara di negara ASEAN. Pada data tahun
2018, menunjukkan frekuensi beberapa negara ASEAN yang tidak mempunyai
sumber polusi berdasarkan lima variabel. Berdasarkan pie chart yang memuat
frekuensi lima variabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh negara ASEAN

5
menyumbang polusi udara oil, sedangkan divariabel lain terdapat negara yang
tidak
Frekuensi Negara ASEAN yang Tidak
Menghasilkan Sumber Polusi pada 2018

18% Coal
27%
Oil
Gas

27% Cement

27% Flaring

menyumbang polusi udara.


Hal tersebut dapat dibuktikan dari negara Timor Leste, Laos dan Kamboja
yang tidak menyumbang polusi pada variabel gas. Tidak hanya itu, pada variabel
coal juga terdapat Brunei Darussalam dan Timor Leste yang tidak
menyumbangkan polusi variabel ini. Pada cement terdapat Brunei Darussalam,
Singapura dan Timor Leste yang tidak menghasilkan polusi cement. Terakhir
terdapat negara Timor Leste, Brunei Darussalam dan juga Singapura yang tidak
menyumbang polusi flaring.

6
Frekuensi Negara ASEAN yang Tidak
Menghasilkan Sumber Polusi pada 2021

Coal
10%
30% Oil
Gas
30%
Cement
Flaring
30%

Sedangkan pada tahun 2021, frekuensi variabel yang mengalami


perubahan hanya coal Sedangkan pada variabel lain tetap dan tidak mengalami
perubahan. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui melalui bahwa Covid-19
tidak berpengaruh dalam polusi udara karena pada tahun 2020 tidak banyak
mengalami perubahan dari tahun sebelum Covid-19 terjadi yaitu tahun 2018. Hal
ini bisa terjadi karena industri tetap terjadi di negara ASEAN.
Oleh karena itu, dalam range tersebut penulis melakukan pembagian;
tahun 2018-2019 merupakan data sebelum pandemi Covid-19, sedangkan pada
tahun 2020-2021 merupakan data saat pandemi Covid-19. Pada tahun 2018-2019,
mayoritas mengalami kenaikan polusi udara seperti negara Laos, Myanmar dan
Singapura yang mengalami polusi udara. Sedangkan pada tahun 2019-2020
terdapat 6 dari 11 negara yang mengalami penurunan udara yaitu Indonesia,
Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam.
Negara 2018 2019 2020 2021
Brunei
Darussalam 9,344,423 10,487,509 10,553,166 10,480,519
Cambodia 14,388,181 18,024,641 18,703,284 19,028,598
Indonesia 603,657,099 659,435,739 609,786,127 619,277,533
Laos 20,558,106 19,596,154 20,487,801 20,777,500
Malaysia 267,086,876 269,155,703 259,481,359 256,048,939
Myanmar 34,783,468 34,609,115 36,088,895 36,306,759
Philippines 141,824,052 145,231,756 135,661,668 144,263,875
Singapore 46,019,840 29,916,560 29,909,495 32,506,889
Thailand 282,105,408 290,239,228 277,368,424 278,495,695

7
Timor-Leste 0.633872 0.685168 0.718671 0.736328
Viet Nam 274,223,081 341,004,951 328,899,732 326,013,668

Pada Tahun 2020-2021 mayoritas negara ASEAN mengalami kenaikan


polusi namun hanya negara Brunei, Malaysia, dan Vietnam. Berdasarkan data
tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa Covid-19 mempengaruhi polusi

Data Polusi Negara Asean pada 2018-2021


700,000,000
600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000
0
am di
a sia os sia ar es re nd st
e m
al bo ne La ay nm p in po ila Le Na
ss o al ya p ng
a a
or
- e t
ru Ca
m
In
d M M ili Si Th Vi
a Ph Ti
m
iD
u ne
Br

2018 2019 2020 2021


udara di beberapa negara ASEAN. Pada tahun 2020-2021 mayoritas negara
ASEAN mengalami kenaikan polusi udara. Berdasarkan data tersebut penulis
menemukan bahwa terjadinya perbedaan tingkat polusi udara sebelum Covid-19
dan sesudah Covid-19. Covid-19 membuat penurunan polusi udara di beberapa
negara di ASEAN tetapi ada negara yang tidak terpengaruh sehingga polusi udara
hanya mengalami kenaikan seperti Brunei Darussalam, Myanmar, Laos, Kamboja,
dan Timor Leste. Ketika Covid-19 menerpa, terjadi penyesuaian dan adaptasi
sehingga di tahun 2021 industri dan perekonomian sudah mulai membaik yang
ditunjukkan akan kenaikan polusi akibat industri dibanding tahun 2020.

Polusi udara di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami


kenaikan yang disebabkan berbagai faktor seperti kendaraan bermotor, kegiatan
industri, pembangkit listrik dan sebagainya. Dari rata-rata tahun 2000-2020 data
penyumbang terbesar yaitu minyak, istilah umum untuk semua cairan organik
yang tidak larut atau bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut

8
organik. Sesuai artinya, kata “minyak” biasanya mengacu ke minyak bumi
(petroleum) atau produk olahannya : minyak tanah (kerosena). Hal ini diakibatkan
dari kendaraan bermotor, pembangkit listrik dan industri. Polusi udara dihasilkan
dari pembakaran minyak yang menghasilkan CO2, CO, hidrokarbon dan lain
sebagainya yang merupakan penyebab polusi udara.

Rata-rata Polusi Udara di Indonesia penyumbang


Tahun 2000-2020

200,000,000
180,000,000
160,000,000
140,000,000
120,000,000
100,000,000
80,000,000
60,000,000
40,000,000
20,000,000
0
Coal Oil Gas Cement Flaring

fosil. Umumnya, batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Saat proses pembatubaraan, mengeluarkan karbon dioksida (CO2) yang
dihasilkan dari beberapa aktivitas yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
dan industri.

Pada urutan ketiga penyumbang polusi di Indonesia yaitu gas, ialah unsur
yang memiliki karakteristik; tidak memiliki bentuk atau volume tetap, partikel
bergerak bebas, kompresibilitas tinggi, mengisi seluruh ruang yang tersedia,
tergantung suhu dan tekanan, dan berbagai jenis gas. Gas menjadi faktor polusi
diakibatkan pembakaran gas yang menghasilkan CO2, penggunaan gas dalam
industri dan transportasi dan terjadinya kebocoran gas.
Selanjutnya penyumbang polusi ke-4 yaitu cement, faktornya yang
menyebabkan adalah proses produksi semen yang sangat kotor dan melibatkan

9
pembakaran bahan baku yang menghasilkan emisi gas CO2, SO2 dan
NOx. Proses produksi semen banyak mengeluarkan gas karbon yang dikeluarkan
melalui cerobong asap. Proses ini juga tidak hanya mengeluarkan gas karbon saja,
akan tetapi mengeluarkan gas partikulat, oksidasi nitrogen (NOx) dan sulfur
dioksidasi (SO2).
Posisi terakhir, yaitu flaring menyumbang polusi udara karena flaring
membakar gas yang tidak diinginkan dalam memproduksi minyak mentah yang
biasanya dilakukan di industri minyak bumi yang mengakibatkan CO2 dilepaskan
ke atmosfer. Flaring juga membuat emisi gas rumah kaca dan pembuangan gas
beracun.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

10
Penelitian ini mengajak penulis dan para pembaca agar dapat mengetahui
bahwa faktor populasi dan industri di suatu negara berpengaruh terhadap polusi
udara. Seperti Indonesia yang mempunyai populasi yang banyak dan menjadi
basis produksi industri manufaktur terbesar di ASEAN yang berdampak pada
besarnya polusi. Akan tetapi dibeberapa negara, faktor populasi tidak
memengaruhi kenaikan polusi udara. Hal ini dapat dilihat dari negara Singapura
yang berpopulasi sedikit tetapi banyak menghasilkan polusi melalui industri.

Berdasarkan data pada tahun 2018-2021, Covid-19 tidak terlalu


memengaruhi polusi udara secara signifikan. Data tersebut menunjukkan adanya
penurunan polusi udara di tahun terjadinya Covid-19 (2020) tetapi tidak secara
signifikan. Penulis juga melihat frekuensi negara yang tidak mempunyai polusi
dari 5 variabel di negara ASEAN pada tahun 2018 dan 2021 justru mengalami
penurunan ataupun tidak secara signifikan mengalami perubahan. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa Covid-19 tidak secara signifikan memengaruhi polusi
udara dikarenakan industri dan aktivitas manusia yang menyebabkan polusi udara
masih berjalan.

Indonesia mempunyai polusi yang terbesar di ASEAN yang setiap


tahunnya cenderung mengalami kenaikan. Frekuensi total penyumbang polusi dari
tahun 2000-2020 di Indonesia secara berurutan yaitu oil, coal, gas, cement, dan
flaring. Oil menjadi yang terbesar karena industri dan aktivitas masyarakat
indonesia banyak menggunakan oil sehingga banyak juga menghasilkan polusi
udara. kegiatan industri dan PLTU merupakan penyumbang terbesar dalam coal
sedangkan untuk gas, cement dan flaring banyak menghasilkan polusi udara
melalui kegiatan industri.

Saran

Adapun saran yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah sebagai
berikut;

11
1. Data Kurang Update
Data yang penulis gunakan masih data 2 tahun yang lalu, sehingga data
yang digunakan masih kurang memadai untuk dijadikan sebagai bahan
penelitian. Perbaikan ke depannya, disarankan untuk menggunakan data
yang lebih relevan dan terbaru dengan kondisi saat ini agar memberikan
gambaran yang lebih akurat.
2. Kurangnya variabel yang lebih spesifik
Data yang digunakan penulis yang hanya memuat lima variabel saja dapat
menunjukkan kurangnya keakuratan sebagai bahan penelitian. Sedangkan
di sisi lain, masih terdapat faktor lain yang mungkin berpengaruh dengan
hasil penelitian sebagai variabel. Oleh karena itu disarankan untuk
memperluas cakupan variabel agar memberikan gambaran yang akurat.

12

Anda mungkin juga menyukai