Anda di halaman 1dari 56

MODUL FISIKA DASAR I

FAKULTAS TEKNIK

2018

1
BAB I
BESARAN DAN SATUAN

1. Besaran Pokok

Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka disebut besaran. Contoh
besaran adalah panjang, massa dan waktu. Pada umumnya besaran memiliki satuan,
contohnya meter, kilogram dan sekon. Tetapi ada pula besaran yang tidak memiliki
satuan, contohnya indeks bias cahaya dan massa jenis relatif.
Menurut perjanjian internasional telah ditetapkan satuan system internasional atau
disingkat SI ada 7 besaran pokok, yaitu :

Satu keunggulan dari sistem ini yang juga diadopsi dalam satuan SI adalah mirip dengan
bilangan kita, yaitu system desimal. Satuan tiap besaran fisik dapat dinyatakan dengan
menggunakan awalan, yang menyatakan kalipatan berupa pangkat dari 10 (10 n dengan n
adalah bilangan bulat), persis seperti system desimal.

Untuk mengkonversi satuan, agar mudah dapat dapat digambarkan dengan anak tangga :

2
Contoh :

Ubahlah setiap besaran di ruas kiri menjadi nilai ekivalennya dalam satuan di ruas kanan.

a. 70 mg = ……. g
70
70 mg = g = 70  10–3 g = 0,07 g
3
10

b. 0,05 m2 = ……. cm2

0,05 m2 = 0,05  104 cm2 = 500 cm2

kg g
c. 80 = …….
m3 cm3

kg 103 g g g
80 = 80 = 80  10  10
3 –6
= 0,08
m3 106 cm3 cm3 cm3

Soal :

Ubahlah setiap besaran di ruas kiri menjadi nilai ekivalennya dalam satuan di ruas kanan.

1
a. kg = ……. g
4

b. Bila diketahui 1 liter = 1 dm3, maka :


- 3 liter = ……. cm3
- 15 cm3 = ……. ml

c. 2,5 MHz = ……. kHz = ……. Hz

d. 10 nm = ……. cm

2. Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Dengan
demikian satuan besaran turunan diturunkan dari satuan besaran pokok. Berikut ini
contoh dari besaran turunan :
a. Luas : A=pl ; satuannya m2
b. Volume : V = p  l  h ; satuannya m3
m
c. Massa jenis :  = ; satuannya kg m–3
V

S
d. Kecepatan : v = ; satuannya m s–1
t

3
Soal :

Tentukan satuan dari besaran turunan percepatan a, gaya F, usaha W (energi E),

tekanan P, torsi , dan daya !

3. Dimensi

Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-
besaran pokok. Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan huruf tertentu (ditulis dengan
huruf besar) dan diberi kurung persegi, seperti diperlihatkan pada halaman 6.
Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh rumus besaran turunan jika
dinyatakan dalam besaran-besaran pokok.
Contoh :
massa [M]
a. Massa jenis = = = [ M ] [ L ]–3
volume [ L ]3

b Gaya = massa  percepatan = [ M ] {[ L ] [ T ]–2} = [ M ] [ L ] [ T ]–2

gaya [ M ] [ L ] [ T ]–2
c. Tekanan = = = [ M ] [ L ]–1 [ T ]–2
2
luas [L]

Soal :

Tentukan dimensi dari besaran-besaran berikut :


a. usaha (W) b. torsi ( ) c. daya

Salah satu manfaat kita perlu mengetahui dimensi dari suatu besaran (terutama besaran
turunan) adalah untuk mengetahui apakah rumus yang kita gunakan dalam suatu
penyelesaian soal benar atau salah.
Contoh :
a. Rumus perpindahan jarak untuk gerak lurus berubah beraturan (glbb) adalah
S = v0 t + ½ a t , benar atau salah ?
Penyelesaian :
S = v0 t + ½ a t
[ L ] = {[ L ] [ T ]–1} [ T ] + {[ L ] [ T ]–2} [ T ]
[ L ] = [ L ] + [ L ] [ T ]–1 , jadi salah.

b. Rumus tekanan hidrostatika adalah P =  g V , benar atau salah ?


Penyelesaian :
Diketahui bahwa tekanan P = F/A , satuannya N/m atau pascal (Pa)

P =  g V = {[ M ] [ L ]–3}{[ L ] [ T ]–2} [ L ]3
P = [ M ] [ L ] [ T ]–2 , jadi salah.

4
Soal :

Bila diketahui satuan viskositas  adalah kg m–1 s–1, apakah benar bahwa viskositas
dirumuskan : Fl
 = ?
vA

4. Notasi Ilmiah

Penulisan hasil pengukuran partikel yang sangat kecil misalnya massa elektron,
kira-kira 0, 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 911 kg, atau massa bumi
6 000 000 000 000 000 000 000 000 kg, sering salah dalam penulisannya dan
memerlukan tempat yang lebar. Untuk mengatasi hal tersebut kita dapat menggunakan
notasi ilmiah atau notasi baku.
Dalam notasi ilmiah hasil pengukuran dinyatakan : a, …..  10n
di mana :
- a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai 9, disebut sebagai bilangan penting.
- n disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat.
- 10n disebut orde besar.

Contoh :

a. Massa electron adalah :

0, 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 911 kg

melewati 31 angka

Dapat ditulis dalam bentuk notasi ilmiah menjadi 9,11  10–31 kg.
Sebagai bilangan penting adalah 9,11 dan orde besarnya adalah 10–31.

b. Massa sebuah peti adalah 67 750, 6 kg

melewati 4 angka

Dapat ditulis menjadi 6,77506  104 kg.


Sebagai bilangan penting adalah 6,77506 dan orde besarnya adalah 104.

Soal :

Tuliskan bilangan-bilangan berikut dalam notasi ilmiah. Sebutkan pula bilangan penting
dan orde besarnya.
a. 4 200 m d. 0, 007 kg
b. 5 807, 6 m e. 0, 006 300 kg
c. 200 300 000 m f. 0, 000 000 54 kg

5
Penulisan dengan notasi ilmiah memudahkan hitungan aljabar, yakni : tambah,
kurang, bagi dan kali. Perlu diperhatikan bahwa operasi tambah dan kurang hanya dapat
dilakukan jika eksponennya sama. Jika tidak sama, maka terlebih dahulu harus
disamakan eksponennya.
Contoh :
Tentukan nilai penjumlahan dan pengurangan berikut :
a. 3  106 m + 6  106 m = (3 + 6)  106 m = 9  106 m
b. 4  10–3 kg – 7  10–4 kg = 4  10–3 kg – 0,7  10–3 kg = 3,3  10–3 kg

Soal :

Tentukan nilai penjumlahan dan pengurangan berikut :


a. 4,1 m + 1,5468  102 m = …..
b. 2,31  104 kg – 6,1  103 kg = …..

Untuk operasi kali dan bagi eksponennya tidak perlu sama. Dalam operasi kali
eksponennya dijumlahkan, sedangkan dalam operasi bagi eksponennya dikurangkan.
Contoh :
a. (3  102 m) (4  103 m) = (3  4)  102+3 m2 = 12  105 m2 = 1,2  106 m2

6  106 m
b. = (6 : 2 )  106–2 m/s = 3  104 m/s
2  102 s

Soal :

Tentukan hasil operasi berikut :


a. (8  102 N) (3  10–3 m) = …..
b. (2,5  10–1 N) (6  103 s) = …..

8,4  10–4 kg
c. = …..
2  10 m
2 3

7,5  102 m
d. = …..
5  10–3 s

----- o 0 o -----

6
BAB II
HITUNG VEKTOR

1. Definisi Skalar dan Vektor

Suatu besaran dikatakan skalar apabila dia hanya memiliki besar saja, contohnya :
jumlah siswa yang berada dalam ruangan, usaha yang dilakukan oleh seorang teknisi
untuk memperbaiki komputer, harga dari sebuah monitor komputer, dll.
Sedangkan vektor, selain memiliki besar dia juga memiliki arah, contohnya
perpindahan jarak S , kecepatan v dari suatu benda yang bergerak, perpindahan PC dari
suatu ruang ke ruang yang lain, perputaran dari disk di dalam disk drive, dll.

2. Besaran Vektor

Besaran vektor dapat dinyatakan sebagai anak panah, di mana panjang anak panah
menunjukkan besar vektor dan arah anak panah menunjukkan arah besaran vektor.
Contoh :
2 cm 4 cm
1 cm S2

S1 S3
10 N 5 cm/s
F1 v2 v1
F2 15 cm/s
20 N

Misalkan kita akan menggambarkan suatu vektor perpindahan yang besarnya 60 m dan
berarah 45 ke utara dari timur. Besar perpindahan 60 m digambarkan dengan anak panah
3 cm. Ini berarti skala yang dipilih adalah 3 cm : 60 m atau 1 cm : 20 m. Arah
perpindahan yaitu arah 45 ke utara dari timur digambarkan sebagai arah dari pangkal P
ke ujung Q, dan vektor perpindahan ini diberi nama A.

60 m 60 m A

45
P Timur

Soal :

Suatu vektor gaya F berarah mendatar ke kanan memiliki besar 20 N, yang dapat
digambarkan dengan panjang 2 cm. Berdasarkan keterangan ini, gambarkan vektor-
vektor berikut ini :
a. Gaya P yang besarnya 10 N dan membentuk sudut 30 terhadap F.

7
b. Gaya Q yang besarnya 30 N dan membentuk sudut 120 terhadap F.
c. Gaya R yang besarnya 50 N dan membentuk sudut –60 terhadap F.

3. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor

Penjumlahan maupun pengurangan dari beberapa vektor yang sejenis disebut


resultan. Ada 2 metoda yang dapat kita gunakan untuk menggambarkan resultan dari
beberapa vektor yang sejenis, yaitu :
a. Metoda Poligon, ialah penjumlahan vektor secara grafis, diperoleh dengan
menggambarkan anak panah-anak panah vektor secara sambung-menyambung
dengan memperhatikan panjang maupun arah anak panahnya.
Misal :
A B C

C C
B A
R B
A R

B R A

C
R=A+B+C=B+A+C=C+A+B
Pengurangan vektor dilakukan dengan cara yang sama.
Misal :
A –B A –B

R = A + (–B) = A – B

b. Metoda Paralelogram, yaitu resultan dua vektor yang berpotongan adalah diagonal
parallelogram dengan kedua vektor tersebut sebagai sisi parallelogram.
Misal : R
A
B
B
A

Arah resultan adalah menjauhi titik awal kedua vektor.

Soal :

Diketahui vektor-vektor A, B dan C seperti pada gambar berikut :

4 cm B
2 cm –20
A 3 cm
50 C

8
Dengan menggunakan metoda poligon dan metoda paralelogram, gambarkan resultan
dari vektor-vektor berikut :
a. A + B c. A – B e. A + B + C g. A – B + C
b. A + C d. A – C f. A + B – C h. A – B – C

4. Menentukan Besar dan Arah Vektor Resultan dengan Fungsi Trigonometri

Besar dan arah vektor resultan diperoleh dengan memperhatikan segitiga siku-siku,

didefinisikan bahwa :

h = hipotenusa h y

θ
x
y x y
sin θ = ; cos θ = ; tg θ =
h h x

Fungsi-fungsi tersebut dapat digunakan dalam bentuk :

y = h sin θ ; x = h cos θ ; y = x tg θ

Fungsi tersebut dinamakan pula sebagai komponen vektor (komponen siku-siku). Dengan
mengetahui komponen-komponennya, maka besar vektor resultan R adalah :

 Ry  Ry 
R = √ Rx2 + Ry2 dan tg θ = θ = arc tg  
Rx  Rx 

Contoh :

1. Tentukan komponen x dan y vektor perpindahan 25 cm pada arah 210 !


y Komponen x :
x 210° x = (25 cm) cos 210
30° x x = (25 cm) (– cos 30)
y x = – 12,53 cm
Komponen y :
Sudut istimewa : y = (25cm) sin 210
y = (25cm) (– sin 30)
2 60° 1 √2 45° 1 y = – 12,5 cm
30° ┘ 45° ┘
√3 1

9
2. Dua gaya sebidang bekerja pada sebuah benda dan berpotongan di titik 0. Tentukan
dan gambarkan besar dan arah resultan dari kedua gaya !
y

20 N
300° 30°
x
60°

14 N

Penyelesaian :

(i). Tentukan komponen x dan y setiap gaya :

Gaya Komponen x Komponen y

20 N (20 N) cos 30° = (20 N) (1/2 √3) (20 N) sin 30° = (20 N) (1/2)
= 10 √3 N = 10 N
14 N (14 N) cos 300° = (14 N) (cos –60°) (14 N) sin 300° = (14 N) (sin –60°)
= (14 N) (1/2) = (14 N) (–1/2 √3)
=7N = – 7 √3 N

Perhatikan tanda + dan – pada komponen di atas !

(ii). Komponen gaya resultan R adalah Rx = ∑ Fx dan Ry = ∑ Fy :


Rx = 10√3 N + 7 N = 24,32 N
Ry = 10 N + (– 7 √3 N) = – 2,12 N

(iii). Besar gaya resultan R :


 – 
R = √ Rx + Ry = √ (24,32 N) + (– 2,12 N) = √ 595,96 N2 = 24,41N
2 2 2 2

(iv). Arah gaya resultan R :


Ry – 2,12 N
tg θ =  =  = – 0,087
Rx 24,32 N

θ = arc tg (– 0,087) = – 4,98°

(v). Gambar : y

20 N – 4,98°
300° 30°
x
60° R

10
14 N

Nilai tg negatif (–) berada di kuadran ke IV.


Soal :

1. Tentukan komponen x dan y dari :


a. Vektor gaya 10 N pada arah 225.
b. Vektor kecepatan 50 m/s pada arah –20.

2. Pesawat terbang dengan laju 500 km/jam ke arah Timur, sedangkan angin bertiup ke
arah Selatan dengan kecepatan 90 km/jam. Tentukan laju dan arah kecepatan pesawat
relatif terhadap Bumi !

3. Sebuah kereta ditarik dengan gaya sebesar 60 N. Tali membentuk sudut 45 dengan
permukaan tanah.
a. Hitunglah besar gaya tarik datar (horizontal) yang dialami kereta !
b. Hitung pula besar gaya angkat (vertikal) pada kereta !

4. Ukuran layar sebuah monitor adalah 14 inci. Bila diagonal monitor membentuk sudut
40 dengan bidang horizontal, berapakah luas permukaan monitor tersebut dalam
satuan cm2 ? (Diketahui 1 m = 39,37 inci)

----- o 0 o -----

11
BAB III
KINEMATIKA BENDA

Pada pembahasan ini kita batasi pada gerakan benda sepanjang garis lurus,
misalkan gerakan sebuah kendaraan yang bergerak sepanjang jalan yang datar, lurus dan
sempit. Jadi hanya ada dua arah, yaitu positif dan negatif.

1. Kelajuan, Kecepatan dan Percepatan

Kelajuan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan jarak total yang ditempuh


terhadap waktu total yang dibutuhkan.

Jarak total
Kelajuan rata-rata =
Waktu total

Satuan SI kelajuan rata-rata adalah m/s. Konsep kecepatan serupa dengan konsep
kelajuan tetapi berbeda, karena kecepatan mencakup arah gerakan. Untuk itu perlu kita
pahami terlebih dahulu konsep perpindahan.

Misalkan pada saat t1 mobil berada pada posisi x1 dan pada saat t2 berada pada posisi x2,
maka perubahan posisinya x2 – x1, yang dinamakan sebagai perpindahan, dapat ditulis :

x = x 2 – x 1

Kecepatan adalah laju perubahan posisi. Sedangkan kecepatan rata-rata didefinisikan


sebagai perbandingan antara perpindahan x dan selang waktu t = t2 – t1.

x x2 – x1
vrata-rata = =
t t2 – t1

Perhatikan bahwa perpindahan dan kecepatan rata-rata dapat bernilai positif atau negatif.

Contoh 1 :

Seekor siput berada di x1 = 18 mm pada t1 = 2 sekon, lalu ditemukan di x2 = 14 mm


pada t2 = 7 sekon. Tentukan perpindahan dan kecepatan rata-rata siput untuk selang
waktu tersebut !

Penyelesaian :

12
x = x2 – x1 = 14 mm – 18 mm = – 4 mm

t = t 2 – t 1 = 7 s – 2 s = 5 s

x – 4 mm
vrata-rata = = = – 0,8 mm/s
t 5s

Perpindahan dan kecepatan rata-rata benilai negatif (-), yang berarti siput bergerak ke kiri

Contoh 2 :

Seseorang berlari menempuh jarak 100 m dalam waktu 10 s, kemudian berbalik arah
berjoging sejauh 50 m ke arah titik awal selama 20 s. Berapa kelajuan rata-rata dan
kecepatan rata-rata untuk seluruh perjalanannya ?

Penyelesaian :

Jarak totalnya = 100 m + 50 m = 150 m


Waktu totalnya = 10 s + 20 s = 30 s
maka :
150 m
Kelajuan rata-rata = = 5 m/s
30 s

Perpindahan totalnya x2 – x1 = 100 m – 50 m = 50 m

maka :
x 50 m
vrata-rata = = = 1,67 m/s
t 30 s

Perhatikan bahwa ini bukan rata-rata kecepatan larinya (+10 m/s) dan bukan pula rata-
rata kecepatan jogingnya (–2,5 m/s), karena waktunya berbeda.

Soal :

1. Sebuah mobil bergerak sepanjang garis lurus dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam
selama 2,5 jam dan kemudian dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam selama 1,5 jam.
a. Berapakah perpindahan total untuk perjalanan selama 4 jam tersebut ?
b. Berapakah kecepatan rata-rata untuk total perjalanannya ?

2. Berapakah jarak yang ditempuh sebuah mobil dalam waktu 5 menit, jika kecepatan
rata-ratanya selama selang waktu tersebut adalah 80 km/jam ?

3. Sebuah sepeda motor yang menempuh perjalanan 100 km menjalani 50 km pertama


dengan kelajuan 40 km/jam. Seberapa cepat sepeda motor tersebut harus menjalani 50
km kedua untuk mendapatkan nilai kelajuan rata-rata 50 km/jam.

13
Secara grafik kecepatan rata-rata dapat digambarkan sebagai berikut :

Kecepatan rata-rata adalah kemiringan garis lurus yang menghubungkan (x1,t1) dan
(x2,t2). Sedangkan kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata selama selang waktu yang
sangat kecil, atau kecepatan rata-rata pada limit t mendekati nol, dirumuskan :

lim x dx
vsesaat = =
t 0 t dt

Secara gafik kecepatan sesaat digambarkan sebagai berikut :

Kecepatan sesaat adalah kemiringan garis yang menyinggung kurva x terhadap t pada
saat itu. Kemiringan ini dapat bernilai positif (x bertambah) atau negatif (x berkurang)
bergantung pada x. Besarnya kecepatan sesaat dinamakan kelajuan sesaat.

Contoh 3 :

14
Berdasarkan dari grafik x terhadap t berikut ini :
a. Tentukan kecepatan rata-rata antara saat t = 0 dan t = 2 s !
b. Tentukan kecepatan sesaat pada t = 2 s dengan mengukur kemiringan garis singgung !

Penyelesaian :
x 2m –0m
a. vrata-rata = = = 1 m/s
t 2s – 0s

lim x
b. vsesaat = = kemiringan garis yang menyinggung kurva di t = 2 s
t 0 t

3 m
= = 2 m/s
1,5 s

Soal :

1. Untuk masing-masing grafik x terhadap t pada gambar, tunjukkan apakah (a)


kecepatan pada saat t2 lebih besar, lebih kecil atau sama dengan kecepatan pada saat t1
dan (b) kelajuan pada saat t2 adalah lebih besar, lebih kecil atau sama dengan kelajuan
pada saat t1.

15
2. Posisi sebuah partikel dinyatakan oleh kurva yang ditunjukkan pada gambar.
Tentukan kecepatan sesaat pada saat t = 2 s ! Kapan kecepatannya paling besar ?
Kapan kecepatannya nol ? Apakah kecepatannya pernah negatif ?

3. Untuk grafik x terhadap t pada gambar, tentukan kecepatan rata-rata untuk selang
waktu t = t2 – 0,75 s, jika t2 sama dengan 1,75 ; 1,5 ; 1,25; dan 1,0 s ! Berapakah
kecepatan sesaat pada t = 0,75 s ?

4. Untuk grafik x terhadap t yang ditunjukkan pada gambar :


a. Tentukan kecepatan rata-rata untuk selang t = 1 s sampai t = 5 s !
b. Tentukan kecepatan sesaat pada t = 4 s !
c. Kapan kecepatan partikel bernilai nol ?

16
Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan
kecepatan v terhadap selang waktu t, dirumuskan :

v v2 – v1
arata-rata = =
t t2 – t1

Sebagai contoh, bila sebuah benda dijatuhkan bebas dari atas tebing ke dalam sebuah
jurang, maka benda tersebut akan mengalami percepatan. Sedangkan percepatan sesaat
adalah percepatan rata-rata pada limit t mendekati nol

lim v dv d 2x
asesaat = = =
t 0 t dt dt2

atau percepatan sesaat adalah kemiringan garis yang menyinggung kurva v terhadap t
pada saat itu.

Contoh 4 :

Pada saat t = 5 s sebuah benda bergerak dengan kecepatan 5 m/s. Pada saat t = 8 s
kecepatannya adalah –1 m/s. Tentukan percepatan rata-rata untuk selang waktu tersebut !

Penyelesaian :

v v2 – v1
arata-rata = =
t t2 – t1

– 1 m/s – 5 m/s
arata-rata = = – 2 m/s2
8s – 5s

Soal :

1. Nyatakanlah apakah percepatan bernilai positif, negatif atau nol untuk tiap-tiap fungsi
posisi v(t) pada gambar berikut ini :

2. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 45 km/jam pada saat t = 0. Mobil dipercepat
dengan percepatan konstan 10 km/jam2.
a. Berapa kecepatan mobil pada saat t = 1 s dan t = 2 s ?
b. Berapa kecepatan rata-rata mobil tersebut selama t = 2 s ?

17
2. Gerakan dengan Percepatan Konstan

Suatu benda bila bergerak dengan percepatan konstan, berarti kemiringan kurva v
terhadap t adalah konstan, artinya kecepatan berubah secara linier terhadap waktu. Bila
kecepatan v0 pada saat t = 0, maka nilai v pada saat t berikutnya dirumuskan :

v = v0 + at

Bila benda memulai gerakan di x0 pada saat t = 0 dan posisinya adalah x pada saat t,
perpindahan x = x – x0 diberikan oleh :

x = vrata-rata . t

Jika v0 adalah kecepatan awal dan v adalah kecepatan akhir, maka kecepatan rata-rata :

vrata-rata = ½ (v0 + v)

Sehingga perpindahannya :

x = vrata-rata . t = ½ (v0 + v) t

Untuk percepatan konstan, kecepatan berubah secara linier terhadap waktu, digambarkan:

dengan mensustitusikan v = v0 + at , akan diperoleh :

x = ½ (v0 + v) t = ½ (v0 + v0 + at) t

x – x0 = v0 t + ½ at2
atau :
x = x0 + v0 t + ½ at2

Kita dapat pula mengeliminasi waktu t dengan mensubstitusi t = (v – v0)/a , diperoleh :

 v – v0   v – v0  2
 x = v0   + ½a  
 a   a 

Bila tiap ruas dikalikan dengan a , maka :

a x = v0 v – v02 + ½ v2 – v0 v + ½ v02

a x = ½ v2 – ½ v02

18
atau :
v2 = v02 + 2ax

Persamaan di atas berlaku untuk sebuah benda yang bergerak dengan percepatan konstan,
di mana kecepatan v bergantung pada perpindahan x.

Contoh 5 :

Sebuah bola dilemparkan ke atas dengan kecepatan awal 30 m/s. Jika percepatannya
adalah 10 m/s2 ke bawah, berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik
tertingginya, dan berapakah jarak ke titik tertingginya ?

Penyelesaian :

v = v0 + at

0 = 30 m/s + (–10 m/s2) t

30 m/s
t = = 3s
2
10 m/s

Waktu yang diperlukan untuk mencapai titik tertinggi adalah 3 sekon.


Oleh karena kecepatan awal adalah +30 m/s dan kecepatan akhir 0, maka kecepatan rata-
rata untuk gerakan ke atas adalah 15 m/s. Jadi jarak yang ditempuh adalah :

x = vrata-rata . t = (15 m/s) (3 s) = 45 m

atau dengan cara lain :

x = v0 t + ½ at2

x = (30 m/s) ( 3 s) + ½ (–10 m/s2) (3 s)2

x = +90 m – 45 m = 45 m

Soal :

1. Sebuah mobil dipercepat dari keadaan diam dengan percepatan konstan 8 m/s2.
a. Berapakah kecepatannya setelah 10 s ?
b. Berapa jauh mobil bergerak setelah 10 s ?
c. Berapakah kecepatan rata-rata untuk selang t = 0 sampai t = 10 s ?

2. Sebuah benda dengan percepatan konstan mempunyai kecepatan v = 10 m/s ketika


benda berada pada x = 6 m dan v = 15 m/s ketika benda berada pada x = 10 m.
Berapakah percepatannya ?

----- o 0 o -----

19
BAB IV
DINAMIKA BENDA

1. Hukum Gerak Newton

Untuk mempelajari gerakan mekanik pada suatu benda perlu dipahami terlebih
dahulu hukum dasar yang digunakan di dalam bidang mekanika, yaitu dirumuskan oleh
Isaac Newton (1643 – 1727). Mula-mula Newton mengembangkan hukum gerakan dan
menjelaskan gaya tarik gravitasi antara dua benda. Lebih dari dua abad hukum gerakan
Newton merupakan landasan bagi ilmu mekanika. Ada 3 hukum dasar mekanika yang
dicetuskan oleh Newton, yaitu :

a. Hukum Gerak Newton Pertama

Benda yang mula-mula diam akan tetap diam selamanya, namun bila benda itu mula-
mula bergerak, maka dia akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan. Hukum ke-1
ini sering disebut dengan hukum kelembaman (hukum inersia).

b. Hukum Gerak Newton Kedua

Apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda, maka benda akan mengalami suatu
percepatan yang arahnya sama dengan arah gaya. Percepatan a sebanding dengan
gaya F, namun berbanding terbalik dengan massa m dari benda.
Dirumuskan : F=ma atau W=mg dengan satuan N atau dyne.

c. Hukum Gerak Newton Ketiga

Bilamana suatu benda A memberi gaya F pada suatu benda B, pada waktu bersamaan
benda B memberi gaya normal N pada benda A. Besar gaya normal N sama besarnya
dengan gaya F, tetapi arahnya berlawanan dan keduanya tegak lurus dengan bidang
singgung.

Hukum ke-3 Newton ini dikenal sebagai hukum aksi dan reaksi. Perhatikan bahwa
gaya aksi dan gaya reaksi bekerja pada bidang yang berbeda.

20
2. Menyelesaikan Masalah dengan Hukum Newton

Ketika memecahkan masalah yang melibatkan hukum-hukum Newton dan gaya,


penggambaran diagram untuk menunjukkan semua gaya yang bekerja pada setiap benda
sangatlah penting. Diagram seperti ini disebut diagram benda bebas atau diagram gaya
kita gambar tanda panah untuk mewakili setiap gaya yang bekerja pada benda, dengan
meyakinkan bahwa semua gaya yang bekerja pada benda tersebut telah dimasukkan.

Contoh :

Tali dipasang pada katrol tanpa gesekan. Pada kedua


ujungnya digantungkan massa 12 kg dan 10 kg,
seperti pada gambar yang menunjukkan mesin
Atwood. Tentukan percepatan yang dialami kedua
massa tersebut, dan tentukan pula tegangan pada tali !

Penyelesaian :

(F)1 = m1g – T = m1 a

dan (F)2 = T – m2g = m2 a

setelah dijumlahkan : m1g – T = m1 a


T – m2g = m2 a
+
m1g – m2g = m1 a + m2 a
diperoleh :
(m1 – m2) g 12 kg – 10 kg
a = = (9,8 m/s2) = 0,89 m/s2
m1 + m2 12 kg + 10 kg

Jadi percepatan yang dialami kedua massa tersebut adalah 0,89 m/s2.
Tegangan pada tali :
m1g – T = m1 a
(12 kg) (9,8 m/s2) – T = (12 kg) (0,89 m/s2)
diperoleh : T = 106,9 N

Soal :

1. Berdasarkan data pada contoh :


a. Tentukan kecepatan dari sistem setelah 3 detik !
b. Tentukan pula jarak yang ditempuh oleh massa tersebut selama 3 detik !
2. Kotak 70 kg digeser atau ditarik oleh gaya 400 N seperti terlihat pada gambar 1.
Koefisien gesekan antara kotak dan lantai adalah 0,50 dalam keadaan kotak bergerak.
Berapakah percepatan dari kotak tersebut ?

21
Gambar 1 Gambar 2

3. Pada gambar 2 kotak dengan massa 70 kg ditarik oleh gaya 400 N dengan sudut 30.
Jika koefisien gesek adalah 0,50 , maka tentukan percepatan dari kotak tersebut!

4. Gaya 400 N mendorong kotak bermassa


25 kg di atas lantai kasar yang mendatar.
Dalam waktu 4 detik kotak yang mula-
mula diam dapat mencapai kecepatan 2,0
m/s. Berapakah koefisien gesekan antara
kotak dan lantai ?

5. Benda 20 kg berada di atas bidang miring


seperti terlihat pada gambar. Koefisien
gesek kinetik antara kotak dan bidang
miring adalah 0,30. Tentukan percepatan
yang dialami benda waktu bergeser ke
bawah !

6. Di bawah pengaruh gaya 500 N benda


bermassa 25 kg ternyata dapat bergeser ke
atas dengan percepatan 0,75 m/s2. Berapa
koefisien gesekan antara benda dan bidang
miring ?

7. Pada gambar diketahui bahwa koefisien


gesek antara benda dan meja adalah 0,20,
massa mA = 25 kg dan mB = 15 kg. Berapa
jauh B akan turun dalam waktu 3 detik
setelah dilepas ?

----- o 0 o -----

22
BAB V
USAHA, ENERGI DAN DAYA

Usaha (kerja) W didefinisikan bila pada suatu benda diberi gaya F, maka benda
tersebut akan mengalami perpindahan S, sehingga besarnya usaha (kerja) W yang
diperlukan adalah komponen gaya F dikalikan dengan perpindahan S, dirumuskan :

W=FS (dengan satuan Joule atau erg)

Seperti pada gambar, apabila komponen F dalam arah S adalah F cos , maka usaha yang
dilakukan F didefinisikan sebagai komponen F dalam arah perpindahan dikalikan dengan
perpindahannya, yaitu :
W = (F cos ) S = FS cos 

Perhatikan bahwa  adalah sudut yang diapit oleh vektor gaya F dan vektor perpindahan
S yang dinyatakan sebagai besaran skalar.
Satuan usaha = (satuan gaya)  (satuan panjang), yaitu newton-meter, disebut joule (J).
Untuk satuan dyne-cm disebut erg. 1 erg = 10-7 J.
Energi dari sebuah benda adalah kemampuan benda tersebut untuk melakukan
usaha. Energi benda diukur dan dinyatakan dalam usaha yang dapat dilakukannya, maka
satuan energi sama dengan satuan usaha. Seperti usaha, energi merupakan besaran skalar.
Energi Kinetik (EK) sebuah benda adalah kemampuan benda tersebut dalam melakukan
usaha karena gerakan. Jika benda dengan massa m mempunyai kecepatan v, maka energi
kinetik dirumuskan :
EK = ½ mv2

Satuan EK adalah joule (J), bila m dinyatakan dalam kg dan v dinyatakan dalam m/s.
Sedang satuan EK adalah erg, bila m dinyatakan dalam g dan v dinyatakan dalam cm/s.
Energi Potensial Gravitasi (EPG) sebuah benda adalah kemampuan benda tersebut
dalam melakukan usaha karena kedudukannya dalam medan gravitasi. Jika benda dengan
massa m jatuh bebas sejauh h, maka benda itu dapat melakukan usaha sebesar mgh.
EPG benda didefinisikan terhadap sesuatu permukaan nol yang sembarang, kerap kali
permukaan bumi. Jika benda berada setinggi h di atas permukaan nol (permukaan acuan),
maka energi potensial gravitasi (EPG) dirumuskan :

EPG = mgh

23
g adalah percepatan gravitasi bumi, mg dalam rumus di atas adalah berat benda. Satuan
EPG adalah joule (J) apabila m dinyatakan dalam kg, g dalam m/s2, dan h dalam m.
Sedangkan satuan EPG adalah erg apabila m dinyatakan dalam g, g dalam cm/s2, dan h
dalam cm.
Energi tidak dapat diadakan begitu saja dan juga tidak dapat dimusnahkan begitu
saja, energi hanya dapat berubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain,
hal ini dapat dinyatakan sebagai kekekalan energi.
Konversi Usaha-Energi, yaitu bila gaya melakukan usaha pada suatu benda, energi
benda itu akan naik karenanya, atau turun jika usaha itu negatif. Apabila suatu benda
melepaskan energi dalam bentuk apapun, benda harus mengalami suatu kenaikan energi
sama besar dalam bentuk yang lain, atau benda harus melakukan sejumlah usaha.

Daya adalah cepatnya usaha dilakukan :

usaha yang dilakukan gaya


Daya rata-rata =  = (gaya)  (kecepatan)
waktu yang diperlukannya

Di sini ”kecepatan” harus diartikan komponen kecepatan benda dalam arah gaya yang
bekerja padanya. Nyata bahwa kita juga dapat mengalikan kecepatan benda dengan
komponen gaya dalam arah kecepatan.
Dalam SI (standar internasional), satuan daya adalah watt (W), yakni J/s.
Satuan daya lain yang sering digunakan adalah daya kuda :

1 daya kuda = 1 hp = 1 pk = 746 W

KILOWATT JAM (kWh) adalah satuan usaha atau kerja. Jika gaya melakukan usaha
1000 J dalam waktu 1 detik (daya 1kW), maka dalam waktu 1 jam, gaya itu melakukan
usaha sebanyak 1 kWh.

1 kWh = 3,6  106 J


Contoh :

Benda di atas bidang miring seperti pada gambar 5-1, bergerak ke atas karena padanya
bekerja beberapa gaya, di antaranya F1 sebesar 40 N arah datar, F2 tegak lurus bidang
miring sebesar 20 N, dan F3 sebesar 30 N sejajar bidang miring. Hitunglah usaha yang
dilakukan masing-masing gaya bila benda berpindah 80 cm ke arah atas (bidang miring) !

Gambar 5-1 Gambar 5-2

24
Penyelesaian :

Komponen gaya F1 yang sejajar arah perpindahan adalah :


F1 cos 30 = (40 N) (0,866) = 34,64 N
Usaha yang dilakukan F1 adalah (34,64 N)(0,8 m) = 27,71 J
Komponen gaya F2 tidak melakukan usaha apapun, karena gaya ini tidak mempunyai
komponen dalam arah perpindahan.
Komponen gaya F3 dalam arah perpindahan adalah 30 N, maka usaha yang dilakukan
adalah (30 N)(0,8 m) = 24 J

Soal-soal :

1. Bila benda kita angkat, kita melakukan usaha melawan gaya tarik bumi. Berapakah
usaha yang diperlukan bila benda 3 kg kita angkat setinggi 40 cm ? (g = 9,8 m/s2)

2. Hitunglah usaha yang diperlukan agar pompa dapat memompakan 600 liter minyak
ke dalam tangki setinggi 30 m. Satu cc minyak massanya 0,82 gram. Satu liter adalah
1000 cm3.

3. Benda bermassa 2 kg jatuh sejauh 400 cm. Hitunglah usaha yang dilakukan gaya
gravitasi pada benda tersebut, dan bila benda tersebut EPG-nya berkurang, berapa
kekurangannya?

4. Benda dengan massa 0,5 kg bergeser di atas meja dengan kecepatan mula-mula 20
cm/s, dan setelah 70 cm benda berhenti. Berapakah gaya gesek yang dialaminya?

5. Pada gambar 5-2, gaya 70 N bekerja pada benda 5 kg.


a. Bila dianggap tidak ada gesekan dan benda mula-mula diam, berapakah laju
benda setelah didorong gaya itu sejauh 6 m?
b. Bagaimana bila koefisien gesekan antara benda dan lantai adalah 0,4 ?

6. Sebutir manik-manik dapat menggeser tanpa gesekan berarti melalui kawat, seperti
pada gambar 5-3. Bila laju di titik A adalah 200 cm/s, Berapakah laju di titik B dan di
titik C ?

Gambar 5-3 Gambar 5-4

7. Mobil bermassa 1200 kg menggelinding bebas pada gambar 5-4. Pada saat mobil
berkecepatan 12 m/s, sopir mulai mengijak rem. Berapakah besar gaya rem F (yang
tetap dan berarah sejajar permukaan miring) agar mobil dapat berhenti dalam jarak
100 m?

25
8. Dalam iklan disebut bahwa mobil tertentu (yang massanya 1200 kg) dari keadaan
diam dapat mencapai kecepatan 25 m/s dalam waktu 8 sekon. Berapakah daya rata-
rata mesin mobil tersebut? Anggalah tidak ada gesekan.

9. Mesin dengan daya 0,25 pk dipakai untuk mengangkat beban dengan laju 5 cm/s yang
tetap. Berapakah beban yang dapat diangkat?

10. Mesin yang daya gunanya 90% menggerakkan derek yang daya-gunanya hanya 40%.
Dengan kecepatan berapakah derek dapat mengangkat beban 880 N, bila daya masuk
mesin adalah 5 kW?

11. Muatan gandum akan dibongkar dari kapal dengan mesin ”elevator”. Alat ini dapat
mengangkat gandum setinggi 12 m sebanyak 2 kg setiap detiknya, untuk kemudian
dijatuhkan dengan kecepatan 3 m/s. Mesin dengan pk berapakah sedikit-dikitnya
dapat mengerjakan hal tersebut?

----- o 0 o -----

BAB VI
KERAPATAN DAN ELASTISITAS

26
Rapat Massa/Massa Jenis (Mass Density) suatu zat adalah massa zat persatuan
volume, dirumuskan :
m
 =
V

Satuan SI rapat massa adalah kg/m 3 atau g/cm3. Untuk rapat massa air adalah 1000 kg/m 3
atau 1 g/cm3 pada suhu 4C.
Sebagian besar zat kurang lebih memuai secara beraturan terhadap penambahan
temperatur (sepanjang tidak ada perubahan fase yang terjadi), kecuali air. Jika air pada
0C dipanaskan, maka volumenya akan menurun sampai mencapai 4C. Hal yang
demikian disebut dengan perilaku anomali air. Di atas 4C air berperilaku normal
kembali dan memuai volumenya terhadap bertambahnya temperatur.
Air dengan demikian memiliki massa jenis yang paling tinggi pada 4C, seperti terlihat
pada grafik berikut ini.

Gambar 6-1 Perilaku air sebagai fungsi temperatur sekitar 4C

Berat Jenis (Spesific Gravity) disingkat BJ dari suatu zat adalah perbandingan
rapat zat itu dengan rapat sesuatu zat baku. Zat baku ini untuk cairan biasanya adalah air
pada suhu 4C yaitu 1 g/cm3, dan untuk gas biasanya adalah udara yaitu 1,293 kg/m 3,
dirumuskan :

BJ =
 baku

BJ tidak memiliki satuan, maka dalam sistem satuan manapun nilainya adalah sama.

Contoh :

Bensin 51 g bervolume 75 cm3, berapakah rapat massa dan berat jenisnya?

Penyelesaian :
massa 0,051 kg
Rapat massa = = = 680 kg/m3

27
volume 75  10–6 m3

rapat massa bensin 680 kg/m3


BJ = = = 0,68
rapat massa air 1000 kg/m3

atau :
massa 75 cm3 bensin 51 g
BJ = = = 0,68
3
massa 75 cm air 75 g

Elastisitas adalah sifat zat yang memungkinkan benda kembali pada ukurannya
semula, setelah gaya-gaya yang mendeformasikannya ditiadakan.
Tagangan (Stress) adalah penyebab deformasi. Lebih tepat lagi, jika gaya F dikerjakan
pada suatu permukaan seluas A, dirumuskan :

Gaya F
Tegangan = =
luas permukaan yang terkena gaya A

Satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.

Regangan (Strain) adalah perubahan bentuk (deformasi) relatif yang disebabkan sesuatu
tegangan. Regangan diperoleh dengan mengukur perbandingan antara perubahan sesuatu
dimensi benda dengan nilai dimensi itu sebelumnya, dirumuskan :

perubahan sesuatu dimensi L


Regangan = =
nilai semula dimensi tersebut L

Regangan tidak bersatuan, karena merupakan perbandingan dua besaran dengan dimensi
yang sama.

Hukum Hooke dapat dinyatakan dengan menggunakan pengertian tegangan dan


regangan. Untuk suatu sistem yang memenuhi hukum Hooke, tegangan adalah sebanding
dengan regangan. Dapat didefinisikan suatu tetapan, dinamai modulus elastisitas,
dirumuskan :
tegangan
Modulus Elastisitas =
regangan

Oleh karena regangan tidak berdimensi, maka modulus elastisitas mempunyai satuan
yang sama dengan tegangan, yaitu N/m 2 atau dyne/cm2. Modulus elastisitas akan bernilai
besar yang berarti zat tersebut memerlukan tegangan yang besar untuk menghasilkan
sesuatu perubahan.

28
Batas Elastisitas adalah nilai tegangan paling kecil yang dapat menimbulkan deformasi
permanen dalam benda, apabila benda diberi tegangan yang lebih besar dari batas
elastisitasnya, maka benda tidak akan pulih benar bentuknya setelah tegangan ditiadakan.

Modulus Young (atau modulus normal) menggambarkan sifat kekenyalan zat


dalam arah panjang. Bila suatu kawat atau batang sepanjang L dengan luas penampang A,
diketahui memanjang sebesar L dan bila gaya F dikerjakan pada ujungnya, maka :

tegangan F/A FL
Modulus Young = Y = = =
regangan L / L A L

Satuan modulus Young sama, yaitu N/m2 atau dyne/cm2.

Contoh :

Beban 8 kg digantungkan pada kawat logam sepanjang 75 cm dengan diameter 0,13 cm,
sehingga kawat memanjang 0,035 cm. Tentukan tegangan, regangan dan modulus Young
dari kawat !
F (8 kg) (9,8 m/s2)
Tegangan = = = 5,91  107 N/m2
A (3,14) (6,5  10 )–4 2

L 0,035 cm
Regangan = = = 4,67  10–4
L 75 cm
tegangan 5,91  107 N/m2
Y= = = 1,27  1011 N/m2
regangan 4,67  10–4

Modulus Geser (S) adalah bilangan yang menggambarkan perubahan bentuk


benda yang elastis. Pada Gambar 6-1 tampak pada benda yang semula berbentuk balok
siku-siku bekerja gaya-gaya F yang sama besar, berlawanan arah, dan merupakan gaya
tangensial pada permukaan A. Gaya ini disebut gaya geser yang menghasilkan perubahan
bentuk benda, tetapi tidak mengubah volumenya.

Gambar 6-2 Modulus Geser


Dirumuskan :
tegangan geser F/A FL
Modulus geser = S = = =
regangan geser L / L A L

29
Pada umumnya L sangat kecil, sehingga perbandingan L / L mendekati sudut geset 
yang dinyatakan dalam radian, dengan demikian dapat dirumuskan :
F
S =
A

Soal-soal :

1. Bila diketahui rapat massa dari raksa 13.600 kg/m 3, berapakah volume dari 300 g
raksa?

2. Berat jenis besi cor adalah 7,2. Berapakah rapat massa besi cor dinyatakan dalam
kg/m3, dan berapa pula massa besi cor sebanyak 60 cm3 ?

3. Piknometer kosong massanya 25 g, bila berisi air massanya 75 g, dan bila berisi
gliserin massanya 88 g. Tentukan massa jenis dari gliserin !

4. Berapa massa kubus aluminium pejal besisi 2 cm, bila rapat massa aluminium adalah
2.700 kg/m3 ?

5. Pada percobaan elektrolisis diperoleh pengendapan lapisan logan setipis 7,510–5 cm.
Berapakah luas permukaan yang dapat dilapisi dengan cara ini dengan persediaan
logam sebanyak 1 kg, sedangkan rapat massanya 7,3 g/cm3 ?

6. Batang silinder pejal terbuat dari baja panjangnya 4 m dengan diameter 9 cm. Batang
dipasang vertikal dan ujung atasnya diletakkan beban 80.000 kg. Bila Y-baja adalah
1,9  1011 N/m2, tentukan banyaknya batang itu akan memendek !

7. Kawat memiliki ketentuan sebagai berikut : panjang 5 m, luas penampang 0,0088 cm 2


dan modulus Young 2  1011 N/m2. Benda 2 kg digantungkan pada ujung kawat
menyebabkan kawat agak memanjang. Bila benda ditarik sedikit dan kemudian
dilepaskan, maka dia akan melakukan gerak harminis sederhana (GHS). Tentukan
perioda dari GHS tersebut !

----- o 0 o -----

30
BAB VII
STATIKA DAN DINAMIKA FLUIDA

1. Statika Fluida (Hidrostatika)

Tekanan P didefinisikan sebagai gaya persatuan luas, di mana gaya F dipahami


bekerja tegak lurus terhadap luas A :
F
Tekanan = P =
A

Satuan SI untuk tekanan adalah N/m2, untuk menghormati Blaise Pascal (bangsa
Perancis), maka satuan resmi tekanan dalam SI adalah Pascal (Pa), jadi :

1 Pa = 1 N/m2

Untuk keperluan cuaca digunakan satuan tekanan lain, yaitu atmosfer (atm), cm-raksa
(cm-Hg), dan milibar (mb).

1 mb = 0,001 bar, sedangkan 1 bar = 10 5 Pa


1 atm = 76 cm-Hg = 1,01  10 5 Pa = 1,01 bar

a. Tekanan Hidrostatika

Tekanan hidrostatika adalah tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh berat
zat cair itu sendiri. Bayangkan luas penampang p  l , pada kedalaman h di bawah
permukaan zat cair (massa jenis ρ). Volume V zat cair
di dalam kotak adalah p  l  h , sehingga massa zat
cair di dalam kotak adalah : h

m=ρV =ρplh

Berat zat cair di dalam kotak adalah : p


l
F=mg=ρplhg Gambar 7-1 Kotak berisi zat air

Tekanan zat cair di sembarang titik pada luas bidang alas adalah :

F ρplhg
P = = = ρhg
A pl

Jadi tekanan hidrostatika zat cair dengan massa jenis ρ pada kedalaman h dirumuskan :

Ph = ρ g h

31
Contoh : Tangki berisi air bila dilubangi sebanyak 3 lubang dengan ketinggian yang

berbeda, maka air akan keluar dengan jarak yang berbeda-beda. Peristiwa ini

menunjukkan bahwa makin dalam letak suatu tempat di dalam zat cair, makin

besar tekanan pada tempat itu.

Dengan demikian dapat dirumuskan perbedaan tekanan ΔP pada ketinggian yang

berbeda :

ΔP = ρ g Δh

di mana Δh adalah perbedaan ketinggian.

Pada bidang datar yang di atasnya terdapat n jenis zat cair yang tidak bercampur, tekanan
hidrostatika sama dengan total jumlah tekanan hidrostatika tiap-tiap cairan, dirumuskan :

n
Ph =  ρi g hi = ρ1 g h1 + ρ2 g h2 + ……. + ρn g hn
i=1

Soal :

Sebuah wadah berisi dua jenis zat yaitu minyak dan air, di mana ketinggian minyak 10
cm dan ketinggian air 20 cm. Massa jenis minyak 0,68 g/cm 3 dan massa jenis air 1 g/cm 3.
Tentukan tekanan hidrostatika yang bekerja di dasar wadah !

Untuk pengukuran tekanan mutlak pada suatu kedalaman zat cair dengan
menggunakan alat ukur, diketahui bahwa pada lapisan atas zat cair bekerja tekanan
atmosfer P0 yang selalu menyelimuti bumi. Oleh karena pengaruh gaya tarik gravitasi,
maka makin rendah suatu tempat, makin tinggi tekanan atmosfernya. Di permukaan laut,
tekanan atmosfer bernilai kira-kira 1 atm atau 1,01  10 5 Pa.
Alat yang paling sederhana adalah manometer
tabung terbuka, di mana tabung berbentuk U yang sebagian
diisi dengan zat cair, biasanya air raksa atau air. Tekanan P
yang diukur dihubungkan dengan perbedaan tinggi h dari
dua ketinggian zat cair dengan hubungan :

P = P0 + ρ g h Gambar 7-2 Manometer tabung terbuka

Contoh soal :

Kapal selam menyelam hingga kedalaman 120 m, berapakah tekanan yang dialaminya
bila rapat massa air laut 1,03 g/cm3 ?

32
Penyelesaian :

P = tekanan udara luar + tekanan hidrostatika air laut


P = 1,01  10 5 N/m2 + (1030 kg/m3) (9,8 m/s2) (120 m)
P = 1,01  10 5 N/m2 + 12,1  10 5 N/m2
P = 13,11  10 5 N/m2 = 1,311 MPa
b. Prinsip Pascal

Prinsip Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada fluida dalam suatu
tempat akan menambah tekanan keseluruhan dengan besar yang sama. Salah satu contoh
penggunaan prinsip Pascal adalah pada sistem rem dan dongkrak hidrolik, dirumuskan :

Pmasuk = Pkeluar

di mana besaran-besaran masukan dinyatakan dengan indeks “masuk” dan keluaran


dengan “keluar”, dengan demikian diperoleh :

Fmasuk Fkeluar
=
Amasuk Akeluar

Soal :

Gambar 7-3 menunjukkan alat tekan hidrolik penghisap besar luas penampangnya A1 =
200 cm2 dan penghisap kecil luas penampangnya A2 = 5 cm2. Gaya 250 N diberikan pada
penghisap kecil, berapa gaya yang bekerja pada penghisap besar?

Gambar 7-3 Gambar 7-4

c. Prinsip Archimedes

Prinsip Archimedes menyatakan bahwa gaya apung yang bekerja pada benda
yang dimasukkan ke dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkannya.
Pandanglah silinder yang berada dalam air, tekanan
hidrostatika di atas permukaan silinder :

P1 = ρa g h1

dan gaya yang disebabkan oleh tekanan tersebut :

33
F1 = P1 A = ρa g h1 A

Dengan cara yang sama diperoleh gaya di bagian bawah


silinder :
F2 = P2 A = ρa g h2 A Gambar 7-5 Meghitung gaya apung
Jadi gaya total yang disebabkan oleh tekanan air (fluida), yang merupakan gaya apung :

FA = F2 – F1 = ρa g (h2 – h1) A = ρa g h A

F A = ρa g V

Persamaan tersebut merupakan prinsip Archimedes, di mana V adalah volume silinder,


karena ρa adalah massa jenis air (fluida), hasil kali ρa g V = ma g merupakan berat air
(fluida) yang mempunyai volume yang sama dengan volume silinder.
Salah satu penggunaan prinsip Archimedes ialah pada alat Neraca Mohr dan Hidrometer
yang digunakan untuk menentukan massa jenis suatu larutan (zat cair).

Contoh soal :

Hidrometer adalah sebuah instumen sederhana yang digunakan untuk


menunjukkan massa jenis relatif suatu zat cair dengan mengukur
seberapa jauh air terbenam di dalam zat cair tersebut seperti terlihat
pada gambar. Sebuah hidrometer terdiri dari sebuah tabung kaca, yang
diberi beban di bawahnya, yang panjangnya 25,0 cm, luas penampang
lintang 2,00 cm2 dan mempunyai massa 45,0 gr. Seberapa jauh dari
tanda 1,000 harus dituliskan ?
Ganbar 7-6 Hidrometer
Penyelesaian :

Hidrometer mempunyai massa jenis :

m 45,0 gr
 = = = 0,900 gr/cm3
V (2,00 cm2) (25,0 cm)

Ketika ditempatkan di air, ia akan setimbang ketika 0,900 dari volumenya terendam.
Oleh karena penampang lintangnya serba sama, sebanyak (0,900) (25,0 cm) = 22,5 cm
dari panjangnya akan terendam. Massa jenis relatif air didefinisikan sebesar 1,000 , tanda
tersebut harus dituliskan 22,5 cm dari ujung bagian bawah..

Soal :

34
Hidrometer pada contoh soal terendam sampai ketinggian 22,9 cm ketika diletakkan pada
suatu tong berisi zat cair . Berapa massa jenis cairan yang berada dalam tong tersebut ?

2. Dinamika Fluida (Hidrodinamika)

Pada sub bab ini kita akan mempelajari fluida dalam keadaan bergerak. Adapun
gerak fluida dapat dibedakan menjadi dua jenis aliran fluida, yaitu :
(i). Aliran mulus, yaitu lapisan-lapisan yang bersebelahan meluncur satu sama lain
dengan mulus, disebut pula sebagai aliran lurus atau laminar.

Gambar 7-7
(ii).Aliran turbulensi, yaitu ditandai dengan adanya lingkaran-lingkaran kecil tak
menentu dan menyerupai pusaran-pusaran yang disebut arus eddy.

Gambar 7-8

a. Laju Aliran dan Persamaan Kontinuitas

Laju aliran massa didefinisikan sebagai


massa Δm dari fluida yang melewati titik tertentu
persatuan waktu Δt , dirumuskan :
Δm
Laju aliran massa =
Δt Gambar 7-9

Volume fluida V1 yang melalui titik 1 (luas A1) dalam waktu Δt adalah A1Δl1 , di mana
Δl1 adalah jarak yang dilalui fluida dalam waktu Δt. Jika kecepatan fluida v1 = Δl1/ Δt ,
maka laju aliran massa :

Δm1 ρ1 ΔV1 ρ1 A1Δl1


= = = ρ1 A 1 v 1
Δt Δt Δt

Pada titik 2 (luas A2) diperoleh laju aliran massa :

Δm2 ρ2 ΔV2 ρ2 A2Δl2


= = = ρ2 A 2 v 2
Δt Δt Δt

Oleh karena tidak ada aliran fulida yang masuk atau keluar dari sisi-sisi, maka laju aliran
massa yang dilalui A1 dan A2 harus sama, sehingga diperoleh :

35
ρ1 A 1 v 1 = ρ2 A 2 v 2

Persamaan di atas disebut sebagai persamaan kontinuitas. Jika fluida tersebut tidak dapat
ditekan (massa jenis ρ tidak berubah terhadap tekanan), maka ρ1 = ρ2 dan persamaan di
atas menjadi :
A1 v1 = A2 v2 ( ρ = konstan)
Perhatikan bahwa persamaan tersebut menyatakan laju aliran volume, karena :

ΔV A Δl
= = Av = Q (m3/s)
Δt Δt

Sebagai contoh dapat dilihat pada aliran air di sungai.

Soal :

Minyak mengalir melalui pipa berdiameter 8 cm dengan kecepatan 4 m/s. Berapakah


aliran cairan Q dihitung dalam m3/s dan m3/jam ?

b. Viskositas dan Persamaan Poiseuille

Viskositas pada intinya merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang


bersisian pada fluida pada saat lapisan-lapisan tersebut melewati yang lainnya. Viskositas
fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh koefisien viskositas  :
Fl  N.s kg. m/s2. s kg 
 =  = = 
vA  m2 m2 m.s 

di mana : F = gaya yang dibutuhkan untuk terjadi gesekan.


A = luas fluida. F
v = laju fluida.
l = jarak antar permukaan lempeng.
Gambar 7-10

Bila aliran fluida mengalir dalam suatu tabung silendris, misalkan aliran darah dalam
pembuluh, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7-11

Pada bagian tengah terjadi aliran yamg paling besar kecepatannya, sedangkan pada
bagian tepi sangat lambat, bahkan boleh jadi tidak bergerak (diam). Hal ini disebabkan
gaya adhesi antara partikel darah dengan dinding bagian dalam dari pembuluh.

36
Untuk menentukan bagaimana viskositas fluida, perbedaan tekanan dan dimensi
tabung, mempengaruhi laju aliran fluida yang mengalir secara laminar pada tabung
silendris seperti halnya pada pembuluh darah. Ilmuwan Perancis JL Poiseuille (1799 –
1869) telah merumuskan :
 r 4 (P1 – P2)
Q =
8L
Persamaan di atas disebut dengan persamaan Poiseuille.
di mana : r = radius dalam tabung.
L = panjang tabung/pipa.
P1 dan P2 merupakan perbedaan tekanan antara ujung-ujungnya.
Q = laju volume aliran.

Soal :

Berapa perbedaan tekanan antara dua ujung sepotong pipa 1,2 km yang diameternya 10
cm agar bisa membawa air (ρ = 0,985 g/cm3, = 8  10–3 g/cm,s) dengan laju 500 cm3/s ?

c. Persamaan Bernoulli dan Penerapannya

Penelitian mengenai zat cair yang mengalir secara kontinu disebut hidrodinamika.
Untuk melakukan penelitian perlu pendekatan, Daniel Bernoulli (1700 – 1782) di awal
abad ke-18 telah berhasil menurunkan rumus untuk hal tersebut. Pada intinya, prinsip
Bernoulli menyatakan bahwa di mana kecepatan fluida tinggi tekanannya rendah, dan di
mana kecepatan fluida rendah tekanannya tinggi. Perhatikan dua buah titik pada kurva
aliran berikut ini :

Gambar 7-12

Kita akan menghitung banyaknya fluida dan kerja yang dilakukan dari posisi seperti
gambar (a) ke posisi seperti gambar (b). Pada proses ini, fluida pada titik 1 mengalir
sejauh Δl1 dan memakssa fluida pada titik 2 untuk berpindah sejauh Δl2. Pada titik 1,
kerja yang dilakukan pada fluida :

W1 = F1 Δl1 = P1 A1 Δl1

Sedangkan pada titik 2 diperoleh :

37
W2 = – P2 A2 Δl2

tanda negatif, karena arah gaya yang diberikan pada fluida berlawanan dengan arah
gerakan fluida . Kerja yang dilakukan oleh pengaruh gravitasi adalah :

W3 = – mg ( h2 – h1)

tanda negatif, karena arah gerakan menuju ke atas melawan arah gaya gravitasi.

Kerja total W yang dilakukan pada fluida adalah :

W = W1 + W2 + W3

W = P1 A1 Δl1 – P2 A2 Δl2 – mgh2 + mgh1

Diketahui bahwa kerja total yang dilakukan pada sistem sama dengan perubahan energi
kinetiknya, dengan demikian diperoleh :

½ mv22 – ½ mv12 = P1 A1 Δl1 – P2 A2 Δl2 – mgh2 + mgh1

Massa m mempunyai volume A1 Δl1 = A2 Δl2 yang berarti m =  A1 Δl1 =  A2 Δl2 ,


sehingga didapat :

½  A2 Δl2 v22 – ½  A1 Δl1 v12 = P1 A1 Δl1 – P2 A2 Δl2 –  A2 Δl2 g h2


+  A1 Δl1 g h1

½  v22 – ½  v12 = P1 – P2 –  g h2 +  g h1
dapat pula ditulis :
P1 + ½  v12 +  g h1 = P2 + ½  v22 +  g h2

Hasil dari penurunan persamaan di atas merupakan persamaan Bernoulli.

Teorema Torricelli

Misalkan bak terbuka dan terisi zat cair, bila terdapat lubang pada jarak h di bawah
permukaan zat cair dalam bak, maka zat cair akan keluar dari lubang itu dengan
kecepatan 2gh , dengan catatan zat cair memenuhi hukum Bernoulli dan permukaan zat
cair tidak berubah.

Soal :

Berapakah volume air yang keluar dari lubang dalam dinding bak besar dan terbuka, bila
diameter lubang 3 cm dan lubang berjarak 5 m di bawah permukaan air dalam bak?

Soal-soal :

1. Pada Gambar 7-4 di atas nampak suatu sistem, di mana silinder kiri luas penampang
800 cm2 dan diberi beban 600 kg. Penghisap kanan S luas penampangnya 25 cm2

38
dengan berat diabaikan. Sistem diberi oli dengan  = 0,78 g/cm3. Berapakah F agar
sistem setimbang seperti pada gambar?

2. Gambar 7-13 tampak gas dalam bejana ditutup penghisap dengan beban pemberat.
Penghisap + beban bermassa total 20 kg. Luas penampang penghisap adalah 8 cm 2.
Berapakah tekanan di dalam bejana? Berapakah tekanan akan terukur dengan dengan
menggunakan alat pengukur tekanan?

Gambar 7-13 Gambar 7-14 Gambar 7-15

3. Pada Gambar 7-14 menunjukkan kolom air setinggi 40 cm setimbang dengan kolom
cairan lain setinggi 31 cm berapakah rapat massa dari cairan tersebut?

4. Pipa U pada Gambar 7-15 disebut manometer (terbuka). Tampak bahwa permukaan
raksa dalam kedua kaki tidak sama tinggi. Berapa tekanan dalam bejana, bila tekanan
luar adalah 76 cm Hg? Rapat massa raksa 13,6 g/cm3.

5. Suatu benda di udara beratnya 86 g dan bila tercelup dalam air beratnya 73 g.
Berapakah volume dan rapat massanya?

6. Bandingkan aliran air dalam pipa tertentu dengan aliran oli SAE-10 dalam pipa itu,
pada selisih tekanan yang sama. Diketahui  air adalah 0,801 cP dan  oli SAE-10
adalah 200 cP !

7. Tanki berisi air sedalam 4 m, dasar tanki bocor dan air mengalir keluar dengan Q =
30 cm3/s. Berapakah aliran ini bila tekanan tambahan sebesar 50 kPa diadakan pada
permukaan air?

----- o 0 o -----
BAB VIII
SUHU, PEMUAIAN DAN HUKUM GAS IDEAL

1. Suhu

39
Suhu (temperatur) biasanya diukur pada skala Celcius atau skala Fahrenheit,
untuk ilmu pengetahuan digunakan pula skala Kelvin dan akala Rankine.
180 9
Selang 1° skala Celcius = atau selang 1° skala Fahrenheit.
100 5

Oleh karena titik beku air (pada tekanan 1 atm) adalah 0°C dan 32°F, dan karena selang
1°C adalah 9/5 selang 1°F, maka :
9
Suhu Fahrenheit = (Suhu Celcius) + 32
5
5
Suhu Celcius = (Suhu Fahrenheit – 32)
9

Suhu Rankine = Suhu Fahrenheit + 460

Suhu Kelvin = Suhu Celcius + 273,15

Contoh soal :

Temperatur udara di Surabaya adalah 37°C. Berapa nilai ini pada skala Kelvin,
Fahrenheit dan Rankine ?

Penyelesaian :

Suhu Kelvin = 37 + 273,15 = 310,15 K


9
Suhu Fahrenheit = (37) + 32 = 98,6°F
5
Suhu Rankine = 98,6 + 460 = 558,6°R
Soal :

1. Temperatur ruangan sering kali ditentukan 68F, berapa nilai ini pada skala Celcius ?
Temperatur filamen pada bola lampu sekitar 1800C, berapa nilai ini pada skala
Fahrenheit ?

40
2. Temperatur tertinggi dan terendah yang pernah terukur adalah 136F (di gurun Libya)
dan –129F (di Antartika). Berapa temperatur tersebut dalam skala Celcius ?
3. Panjang kolom termometer air raksa adalah 4,0 cm ketika termometer dicelupkan ke
dalam air es dan 24,0 cm ketika termometer dicelupkan ke dalam air mendidih.
a. Berapakah panjangnya pada temperatur kamar 22,0C ?
b. Kolom air raksa mempunyai panjang 25,4 cm bila termometer dicelupkan dalam
suatu larutan kimia, berapa temperatur larutan tersebut ?
4. Sebuah termometer gas volume konstan menunjukkan angka 50 torr pada titik tripel
air. (a) Berapakah tekanan ketika termometer menunjukkan temperatur 300 K ? (b)
Berapakah temperatur gas ideal yang sesuai dengan tekanan 678 torr ?

2. Pemuaian

Apabila sebuah benda mengalami kenaikkan suhu


T, penambahan panjangnya L adalah sebanding
dengan panjang mula-mula L0 dikalikan dengan T, maka
dirumuskan :
L =  L 0 T

di sini tetapan perbandingan  disebut koefisien muai linier, dan nilai  bergantung pada
jenis zat. Dengan demikian panjang benda pada suhu T adalah :

L t = L 0 + L = L 0 ( 1 +  T )

Jika perubahan temperatur T = T – T0 bernilai negatif, maka L = L – L0 juga bernilai


negatif, yang berarti benda mengalami penyusutan.
Jika volume V0 memuai menjadi V0 + V dikarenakan kenaikan suhu sebesar T,
maka dirumuskan :
V =  V 0 T

dengan  disebut koefisien muai volume, di mana  = 3. Secara analog diperoleh
koefisien muai luas  = 2,
Sebagian besar zat kurang lebih memuai secara beraturan terhadap penambahan
temperatur (sepanjang tidak ada perubahan fase yang terjadi), kecuali air. Jika air pada
0C dipanaskan, maka volumenya akan menurun sampai mencapai 4C. Hal yang
demikian disebut dengan perilaku anomali air. Di atas 4C air berperilaku normal
kembali dan memuai volumenya terhadap bertambahnya temperatur.
Air dengan demikian memiliki massa jenis yang paling tinggi pada 4C, seperti terlihat
pada grafik berikut ini.

41
Perilaku air sebagai fungsi temperatur sekitar 4C

Contoh :
Ketika kita memasak air dalam panci yang dipanaskan di atas kompor, mengapa
terjadi pergerakan pada air dari dasar panci menuju ke permukaan air (ke atas) ?

Soal :

5. Sebuah gelas biasa diisi sampai penuh dengan 350,0 mL air pada 100C. Jika
temperatur turun sampai 20C, berapa banyak air yang dapat ditambahkan ke gelas
tersebut? Diketahui koefisien muai volume untuk kaca (biasa) dan air masing-masing
27  10–6 /C dan 210  10–6 /C.
6. Terlihat bahwa 65,50 mL air pada 20C memenuhi sebuah bejana sampai penuh.
Ketika bejana dan air tersebut dipanaskan sampai 60C sebanyak 0,35 gram air hilang
a. Bila massa jenis air pada 60C adalah 0,98324 gram/mL, berapa koefisien muai
volume dari bejana ?
b. Apa materi yang paling mungkin untuk bejana tersebut ?

3. Hukum Gas Ideal

Suatu gas disebut sebagai gas ideal jika memenuhi hukum gas ideal, yaitu pada
tekanan-tekanan rendah sampai menengah dan pada suhu-suhu yang tidak terlalu rendah.
Gas berikut ini dapat dianggap merupakan gas ideal antara lain udara, nitrogen, oksigen,
helium, hidrogen dan neon. Hampir semua gas yang stabil secara kimia bersifat ideal, jika
keadaannya jauh dari keadaan di mana gas itu dapat mengembun atau bahkan membeku.
Hukum gas ideal atau persamaan keadaan untuk gas ideal berhubungan dengan
tekanan P, volume V dan temperatur T (dalam Kelvin) dari n mol gas dengan persamaan :

PV=nRT

di mana R adalah tetapan gas umum (= 8,315 J/mol.K) untuk semua gas. Gas riil
mengikuti hukum gas ideal dengan cukup baik, jika tekanannya tidak terlalu tinggi atau
mendekati titik cair.
Soal :
7. Tentukan volume 1,0 mol gas apa saja pada temperatur dan tekanan standar, dengan
menganggap gas tersebut sama dengan gas ideal !

42
a. Hukum Boyle

Untuk jumlah gas tertentu, ditentukan secara eksperimen sampai pendekatan yang
cukup baik bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan yang diberikan
padanya ketika temperatur dijaga konstan, yaitu :

P V = konstan

di mana P adalah tekanan absolut (bukan tekanan terukur).


Sebagai contoh, jika tekanan pada gas digandakan, volume
diperkecil setengah nilai awalnya. Hubungan ini dikenal
sebagai hukum Boyle, dari Robert Boyle (1627 – 1691).
Grafik P terhadap V

b. Hukum Gay-Lussac

Joseph Gay-Lussac (1778 – 1850) menyatakan bahwa pada volume konstan,


tekanan gas berbanding lurus dengan temperatur mutlak, yaitu :

P
= konstan
T
Contoh yang banyak dikenal adalah botol yang tertutup atau kaleng aerosol, bila
dilemparkan ke api akan meledak karena naiknya tekanan gas di dalamnya.
Contoh :

Kerapatan udara hangat lebih kecil dari udara sejuk. Dengan demikian, karena adanya
gaya apung, maka udara hangat seharusnya naik ke atmosfer. Jika demikian, mengapa
udara selalu lebih dingin di puncak gunung daripada di kakinya ?

Tanggapan :

Adalah benar bahwa udara hangat naik ke atmosfer. Bagaimanapun sementara udara
naik, udara memasuki daerah dengan tekanan yang lebih kecil. Efek ini terutama
terasa di mana massa udara yang bergerak dipaksa naik ke atas gunung. Menurut
Gay-Lussac, temperatur udara menurun dengan perbandingan lurus terhadap tekanan,
sehingga udara tersebut menyejuk.

4. Perubahan Fase Zat

Pada diagram PV terlihat bahwa setiap titik menyatakan keadaan kesetimbangan


untuk zat tertentu. Pada berbagai kurva (diberi label A, B, C dan D) menunjukkan
bagaimana tekanan bervariasi terhadap perubahan volume pada kondisi temperatur
konstan untuk beberapa temperatur yang berbeda.
Untuk menjelaskan hal ini, kita perhatikan bahwa
pada tekanan tinggi molekul lebih dekat satu sama

43
lain, dan pada temperatur yang lebih rendah gaya
tarik-menarik antara molekul tidak bisa diabaikan,
sehingga cenderung menarik molekul lebih dekat
satu sama lain. Dengan demikian volumenya
menjadi lebih kecil yang pada akhirnya dapat
menyebabkan pencairan yang digambarkan kurva D
Sementara tekanan ditambah, volume berkurang sampai mencapai titik b, setelah
b volume berkurang tanpa adanya perubahan tekanan, zat tersebut sedikit demi sedikit
berubah dari fase gas menjadi cair.. Pada titik a semua zat telah berubah menjadi cair.
Luasan di dalam garis terputus yang berbentuk lidah menggambarkan daerah di mana
fase gas dan cair keduanya berada dalam kesetimbangan.

Kurva C pada gambar menunjukkan perilaku zat pada temperatur kritis, titik c
disebut sebagai titik kritis. Pada tabel memperlihatkan temperatur dan tekanan kritis dari
beberapa zat. Para ilmuan telah mencoba selama bertahun-tahun untuk mencairkan
oksigen namun tanpa hasil. Setelah penemuan perilaku zat yang dihubungkan dengan
titik kritis baru disadari bahwa oksigen dapat dicairkan hanya jika didinginkan terlebih
dahulu di bawah temperatur –118°C.
Perilaku zat dapat digambarkan tidak hanya pada diagram PV, tetapi dapat pula
pada diagram PT. Sebuah diagram PT seringkali disebut diagram fase, terutama berguna
untuk membandingkan fase zat yang berbeda.
Pada tekanan 1 atm, zat berada pada fase cair
jika temperatur berada antara 0°C dan 100°C,
tetapi dapat pula berada pada fase padat atau
uap jika temperatur di bawah 0°C atau di atas
100°C. Perpotongan ketiga kurva disebut titik
tripel. Kurva AO pada diagram adalah titik
sublimasi terhadap kurva tekanan.
Diagram fase PT untuk air

Sublimasi menyatakan proses di mana pada tekanan rendah suatu zat padat
berubah langsung menjadi uap tanpa melewati fase cair. Untuk air, hal ini terjadi pada

44
tekanan yang lebih kecil dari 0,0006 atm. Karbon dioksida, pada fase padat disebut es
kering, menyublin bahkan pada tekanan atmosfir.

5. Tekanan Uap dan Kelembaban

Kalor sebagai salah satu bentuk energi yang dimiliki oleh suatu sistem sangat
berkaitan dengan besaran-besaran fisis yang ada dalam sistem yang bersangkutan. Pada
suatu sistem tertutup bila seluruh besaran fisisnya tetap dikatakan sistem dalam keadaan
kesetimbangan termal. Sebagai contoh suatu bejana tertutup yang diisi sebagian dengan
air, maka molekul air yang gerakannya paling cepat akan menguap ke ruang di atasnya
dan sebagian menumbuk permukaan cairan lalu kembali menjadi cair, peristiwa ini
disebut kondensasi. Jika jumlah molekul pada uap yang kembali menjadi air sama
dengan jumlah molekul yang meninggalkannya pada selang waktu yang sama, maka
terjadilah kesetimbangan dan ruang tersebut dikatakan jenuh. Tekanan uap ketika jenuh
disebut tekanan uap jenuh.
Tekanan uap jenuh tidak bergantung pada volume bejana (ruang), tetapi
bergantung pada temperatur. Pada temperatur yang lebih tinggi, lebih banyak molekul
yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk memasuki fase uap, yang berarti
kesetimbangan akan dicapai pada tekanan yang lebih tinggi. Tekanan uap jenuh air pada
beberapa temperatur dapat dilihat pada tabel.
Ketika membicarakan cuaca kering atau
lembab, kita membicarakan banyaknya uap air di
udara. Perlu diketahui udara merupakan campuran
dari beberapa jenis gas, yang memiliki tekanan total
sebesar jumlah dari tekanan parsial setiap gas yang
ada. Tekanan parsial yang dimaksud adalah
tekanan yang akan diberikan setiap gas jika ia
sendiri mengisi volume secara keseluruhan. Dengan
demikian dapat kita tentukan besarnya kelembaban
relatif, yaitu perbandingan tekanan parsial air
terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur
tertentu. Besaran ini biasanya dinyatakan sebagai
persentase, yaitu :
tekanan parsial air
Kelembaban relatif =  100%
tekanan uap jenuh air
Pada saat kelembaban mendekati 100% udara hampir berisi seluruh uap air yang bisa
dikandungnya, hal ini dinamakan titik embun. Bila permukaan bumi menjadi dingin di
bawah titik embun di malam hari karena radiasi, maka akan terbentuk embun jika titik
embun di atas 0°C, dan akan terbentuk bunga es jika titik embun di bawah 0°C.

45
Contoh soal :

Pada hari yang panas temperaturnya 30°C dan tekanan parsial uap air di udara adalah
21,0 torr. Berapa kelembaban relatif ?

Penyelesaian :

Dari tabel diperoleh tekanan uap jenuh air pada 30°C adalah 31,8 torr. Berarti
kelembaban relatif adalah :

21,0 torr
 100% = 66%
31,8 torr

Soal :

8. Pada suatu hari yang lembab, 20°C, titik embun diukur dengan mendinginkan sebuah
tabung logam sampai titik-titik air terbentuk di permukaannya. Ini terjadi bila
temperatur tabung adalah 15°C. Berapakah kelembaban relatifnya ?

Misalnya udara terdiri dari 78% nitrogen dan 21% oksigen ditambah sejumlah
kecil gas-gas lain, seperti argon, karbon dioksida dan uap air. Tekanan yang diberikan
oleh udara adalah jumlah tekanan parsial yang diberikan oleh masing-masing gas yang
membentuknya. Pada udara dengan volume tertentu, tekanan parsial masing-masing gas
tertentu nitrogen, oksigen, uap air, atau apapun, sama seperti jika gas itu menempati
volume itu sendiri. Artinya, kehadiran gas-gas lain tidak mengubah tekanan parsial gas.
Hal ini dikenal sebagai hukum Dalton. Hukum Dalton dapat dimengerti lewat model
teori kinetik gas, yaitu tumbukan salah satu jenis molekul gas dengan dinding-dinding
tabung tidak dipengaruhi oleh kehadiran jenis molekul gas lainnya.

Pada gambar terlihat molekul-molekul gas dalam wadah kotak, dalam selang waktu Δt,
molekul pada jarak vx t dari dinding kanan akan menumbuk dinding kanan bila bergerak
ke kanan. Jumlah molekul dalam jarak ini adalah sebanding dengan vx dan dengan jumlah
molekul persatuan volume.

----- o 0 o -----
BAB IX
KALOR DAN HUKUM TERMODINAMIKA

46
1. Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor spesifik (c) dari suatu zat adalah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu satuan massa (atau berat) zat tersebut sebanyak satu derajat. Bila kalor
sebanyak ΔQ diperlukan untuk menaikkan suhu zat dengan massa m sebanyak ΔT, maka
kapasitas kalor spesifik dirumuskan :
ΔQ
c =
m ΔT

Setiap zat memiliki nilai kapasitas kalor spesifik tersendiri yang berubah dengan
perubahan suhu, kebanyakan zat memiliki nilai c yang lebih kesil daripada c air.
Jika kalor diberikan pada suatu benda, maka temperaturnya akan naik. Seberapa
besar temperaturnya akan naik ? Hal ini tergantung. Besar kalor ΔQ yang dibutuhkan
untuk merubah temperatur dari suatu zat tertentu sebanding dengan massa m zat tersebut
dan dengan perubahan temperatur ΔT, dirumuskan :

ΔQ = m c ΔT

di mana c adalah kapasitas kalor atau kalor jenis, dengan satuan kkal/kg°C atau J/kg°C.
Untuk air pada 15°C dan tekanan konstan 1 atm nilai c = 1 kkal/kg°C atau 4186 J/kg°C,
karena dari definisi kalori dan Joule, yaitu untuk menaikkan temperatur 1 kg air sebesar
1°C diperlukan 1 kkal kalor. Berikut ini nilai kalor jenis untuk beberapa zat pada tekanan
konstan 1 atm :

Contoh soal :

Berapa kalor yang dibutuhkan logam aluminium dengan massa 6 kg untuk menaikan
suhu aluminium dari 30°C sampai 50°C ?

Penyelesaian :

ΔQ = m c ΔT = (6 kg) (0,22 kkal/kg°C) (50°C – 30°C) = 26.4 kkal

47
Jadi untuk menaikan suhu aluminium dari 30°C sampai 50°C, membutuhkan kalor
sebanyak 26.4 kkal.

Soal :

1. Berapa kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur kaleng susu 200 gram
yang terbuat dari aluminium dari 10°C sampai 70°C ? Bagaimana jika kaleng susu
tersebut berisi 50 gram susu cair ? Anggaplah kalor jenis susu cair sama seperti air.
2. Berapa kalor jenis zat logam jika 135 kJ kalor dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 5,1 kg logam tersebut dari 20°C sampai 30°C ?

2. Kalor Laten

Ketika suatu benda (meteri) berubah fase dari padat ke cair, atau dari cair ke uap
(gas), maka sejumlah energi terlibat pada proses perubahan fase tersebut. Kalor yang
diperlukan untuk merubah 1 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor lebur,
dinyatakan dengan LF. Kalor lebur air adalah 79,7 kkal/kg (= 79,7 kal/gr). Sedangkan
kalor yang diperlukan untuk merubah suatu zat dari fase cair menjadi uap disebut kalor
penguapan, dinyatakan LV, dan untuk air adalah 539 kkal/kg (= 539 kal/gr). Nilai-nilai
untuk kalor lebur dan kalor penguapan disebut sebagai kalor laten.
Kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak hanya bergantung pada kalor
laten, tetapi bergantung pula pada massa total zat tersebut, sehingga dirumuskan :

Q = mL

di mana L adalah kalor laten proses dari zat tersebut, m adalah massa zat, dan Q adalah
kalor yang diperlukan selama perubahan fase.
Kalor laten seringkali diukur dengan
menggunakan kalorimeter, yaitu suatu alat
yang digunakan untuk pengukuran
kuantitatif dari pertukaran kalor, di mana
sistem alat tersebut terisolasi seluruhnya,
sehingga tidak ada energi yang mengalir ke
dalam atau ke luar. Dengan demikian
berlaku hukum kekekalan energi yang
disebut Azas Black, yaitu kalor yang hilang
sama dengan kalor yang didapat. Sebagai
contoh pada percobaan ”Panas Lebur Es”.
Berdasarkan Azas Black :

48
Kalor yang diberikan = Kalor yang diterima

Q kalorimeter + Q air = Q es melebur + Q es cair

mk ck ΔT + ma ca ΔT = me L + me ca (T2 – 0)

(H + ma ca) (T1 – T2) = (L + ca T2) me


di mana :

– H adalah nilai air kalorimeter (kal/°C), yaitu besarnya kalor yang dilepaskan untuk
menurunkan suhu kalorimeter setiap penurunan 1°C.
– Pada percobaan dengan air panas, H adalah besarnya kalor yang diserap untuk
menaikkan suhu kalorimeter setiap kenaikan 1°C.

Contoh soal :

Pada pabrik pengolahan kayu, selembar papan dipanaskan (dioven) dan mengeluarkan
kalor sebanyak 180 kkal dalam waktu 30 menit dengan adanya menguapkan air pada
permukaan papan. Berapa liter banyaknya air yang hilang ?

Penyelesaian :

Q
Q = mL m =
L
180 kkal
m = = 0,334 kg = 334 gr
539 kkal/kg

dengan anggapan massa jenis air adalah 1 gr/cm 3, maka banyaknya air yang hilang
adalah 334 cm3 atau 0,334 dm3 (= 0,334 liter).

Soal :

3. Jika air teh sebanyak 200 mL pada 95°C dituangkan ke dalam cangkir gelas 150 gram
pada 25°C, berapa temperatur akhir T dari campuran ketika dicapai kesetimbangan,
dengan anggapan tidak ada kalor yang mengalir ke sekitarnya ?
4. Sepotong es batu diambil dari lemari es pada –8,5C dan diletakkan pada kalorimeter
aluminium 100 gram yang diisi dengan 300 gram air pada temperatur ruangan sebesar
20C. Situasi akhir terlihat seluruhnya berupa air pada 17C. Berapa massa es batu ?

3. Transfer Kalor

Kalor (panas) dapat berpindah dari satu tempat (benda) ke tempat yang lainnya
dengan 3 cara, yaitu dengan cara konduksi, konveksi dan radiasi.
a. Konduksi

49
Konduksi adalah peristiwa di mana energi termal berpindah
dalan suatu zat akibat adanya tumbukan antara molekul-molekul zat
tersebut. Sekeping zat dengan luas penampang A dan tebal L, suhu
kedua permukaannya T1 dan T2 di mana T1  T2 , maka jumlah kalor
ΔQ yang berpindah dari permukaan 1 ke permukaan 2 dalam waktu Δt
adalah :
T1 – T2
ΔQ = k (Δt) A
L
L
di mana :
– k adalah koefisien konduktivitas termal.
T1 – T2
– disebut gradien suhu.

L
Contoh soal :

Melalui jarak berapa harus ada aliran kalor dengan cara konduksi dari selembar plat besi,
jika perbedaan tempertur pada kedua permukaannya adalah 5°C ? Anggaplah 20 kW
harus ditransfer melalui luas permukaan seluruh plat besi sebesar 1,5 m 2, konduktivitas
termal untuk besi 48,14 J/s.m.°C.

Penyelesaian :
ΔQ T1 – T2
= kA
Δt L
5°C

20000 J/s = (48,14 J/s.m.°C) (1,5 m2)


L
361,05
L = m = 0,01805 m = 1,805 cm
20000

Jadi jarak yang dilalui aliran kalor (ketebatan) pada plat besi tersebur adalah 1,805 cm.

b. Konveksi

50
Konveksi adalah peristiwa di mana energi termal ditransfer dengan pergerakan
molekul dari satu tempat ke tempat lain. Perbedaannya dengan konduksi yaitu pada
konduksi melibatkan molekul hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan,
sedangkan konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar.

Contoh :

- Arus konveksi dari air di dalam panci yang dipanaskan di atas kompor.
- Konveksi juga berperan untuk memanaskan ruangan dalam sebuah rumah, yaitu
dengan menggunakan sistem radiator air panas.
Sebuah benda panas memindahkan kalor ΔQ ke fluida sekitarnya dalam waktu Δt
secara konveksi adalah sebanding dengan luas permukaan A yang bersentuhan dengan
fluida dan perbedaan suhu ΔT di antara benda dan fluida, dirumuskan :

ΔQ = h (Δt) A ΔT

di mana h adalah koefisien konveksi, nilainya bergantung pada bentuk dan kedudukan
permukaan, yaitu apakah tegak, miring atau mendatar.

Contoh soal :

Suhu permukaan sebuah logam sebesar 40°C. Jika logam tersebut berada dalam ruang
yang suhunya 20°C dan luas permukaanya 1,6 m 2, berapakah kalor yang dilepaslan oleh
logam tersebut melalui konveksi salama 1 menit ?
(Diketahui h dari logam adalah 7,1 W/m2.K)

Penyelesaian :
ΔT = T1 – T2 = 40°C – 20°C = 313,15 K – 293,15 K = 20 K
ΔQ = h (Δt) A ΔT = (7,1 J/s.m2.K) (60 s) (1,6 m2) (20 K) = 13632 J

Jadi jumlah kalor yang dilepaslan oleh logam tersebut melalui konveksi salama 1 menit
sebesar 13632 Joule atau 1,3632  104 Joule.

c. Radiasi

Radiasi adalah peristiwa di mana transfer kalor terjadi tanpa melalui medium
apapun, tidak seperti halnya konduksi dan konveksi.
Contoh :

Transfer energi dari matahari, di mana semua kehidupan di permukaan bumi ini
bergantung kepadanya, radiasi peralatan elektronik, dan lain-lain.

51
Radiasi pada intinya terdiri dari gelombang elektromagnetik. Kecepatan sebuah
benda meradiasikan energi sebanding dengan temperatur Kelvin T 4 dan sebanding pula
dengan luas A dari benda yang memancarkannya, sehingga kecepatan energi
meninggalkan benda adalah :

ΔQ
= eτAT4
Δt
di mana :

– τ adalah tetapan Stefan Boltzmann (= 5,67  10 –8 W/m2.K4).


– Faktor e disebut emisivitas (0 < e < 1), untuk benda hitam nilainya mendekati 1, dan
benda putih/menkilat nilainya mendekati 0.

Benda apapun tidak hanya memancarkan energi dengan radiasi, tetapi dapat pula
menyerap energi yang diradiasikan oleh benda lain. Bila sebuah benda meradiasikan

energi dengan kecepatan e τ A T14 dan benda tersebut berada pada lingkungan T2 dan e
(emisivitas) tinggi ( 1), maka kecepatan total aliran kalor radiasi dari benda adalah :

ΔQ
= e τ A (T14 – T24)
Δt

Perhatikan bahwa kecepatan penyerapan kalor sebuah benda dianggap sebesar e τ A T24
yaitu konstanta pembanding sama untuk pemancaran maupun penyerapan.

Contoh soal :

Sebuah lempeng logam berada di dalam ruang yang dindingnya gelap pada temperatur
15°C. Perkirakan kecepatan kehilangan kalor dengan cara radiasi dengan anggapan
temperatur lempeng logam 34°C dan e = 0,70. Anggap pula luas permukaan lempeng
logam sebesar 1,5 m2.

Penyelesaian :

ΔQ
= (0,70) (5,67  10 –8 W/m2.K4) (1,5 m2) [(307 K)4 – (288 K)4] = 119 W
Δt

Pemancaran benda dengan radiasi dari matahari tidak dapat dihitung dengan persamaan
sebelumnya, karena temperatur T2 merata, sementara matahari pada intinya merupakan
sumber titik (sumber panas). Fakta menunjukkan sekitar 1350 Joule energi matahari
menimpa atmosfer Bumi persekon permeter persegi (= 1350 J/s.m 2 = 1350 W/m2) yang
disebut konstanta matahari membentuk sudut siku-siku terhadap berkas sinar matahari.

52
Sedangkan atmosfer dapat menyerap hanya 70%, pada
hari yang cerah yaitu sekitar 1000 W/m2 yang dapat
mencapai ke permukaan Bumi, sehingga kecepatan
penyerapan kalor pada sebuah benda yang menghadap
ke matahari adalah :
ΔQ
= (1000 W/m2) e A cos 
Δt

di mana e emisivitas dan A luas permukaan benda yang terkena sinar matahari.

Contoh soal :
Pada hari yang cerah seorang montir menjemur sepeda motor yang baru saja dicat di
bawah sinar matahari pada jam 12 siang, di mana sinar matahari membentuk sudut 0°
dengan bidang vertikal. Dengan anggapan emisivitas warna cat sepeda motor 0,70 , luas
permukaan sepeda motor yang terkena sinar matahari adalah 0,9 m 2 dan 1000 W/m2
mencapai permukaan Bumi, berapakah kecepatan penyerapan energi dari matahari oleh
sepeda motor tersebut ?

Penyelesaian :

ΔQ / Δt = (1000 W/m2) (0,70) (0,9 m2) cos 0° = 630 W

Jadi kecepatan penyerapan energi pada sepeda motor tersebut sebesar 630 Joule/sekon.

Soal :

5. Keping logam tebal 4 mm dengan beda suhu 32°C antara kedua permukaannya.
Keping tersebut dilalui energi 200 kkal/jam pada setiap 5 cm 2 luas penampangnya.
Hitunglah konduktivitas termal dari logam tersebut !

6. Tabung tembaga (panjang 3 m, diameter dalam 1,500 cm, diameter luar 1,700 cm)
menembus bejana berisi air pada suhu tetap 20°C. Uap air bersuhu 100°C dialirkan
melalui tabung. (a) Berapakah aliran kalor persatuan waktu antara uap dan air di
dalam bejana? (b) Berapkah uap yang mengembun setiap menit? (Diketahui ktembaga =
1,0 kal/s.cm.°C, dan satu gram uap pada suhu 100°C akan melepas 540 kal bila
berkondensasi).

4. Hukum Termodinamika

Termodinamika adalah suatu pengetahuan tentang transformasi energi ke dalam


usaha (kerja). Walaupun usaha dapat ditransformasikan secara keseluruhan ke dalam
energi dalam, namun energi dalam tidak dapat ditransformasikan secara keseluruhan ke

53
dalam usaha (kerja). Dalam mempelajari termodinamika ini kita mengenal ada 4 macam
hukum termodinamika, yaitu :

a.. Hukum ke nol termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa jika ada dua sistem berada dalam kesetimbangan
termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam kesetimbangan termal satu
sama lain.

b. Hukum pertama termodinamika

Jika kalor Q masuk ke dalam sistem, maka energi ini haruslah muncul sebagai
penambahan energi dalam sistem ΔU dan usaha W yang dilakukan oleh sistem pada
sekelilingnya, dirumuskan :

Q = ΔU + W atau ΔU = Q – W

Satuan Q, ΔU dan W adalah sama, yaitu kalori atau Joule.

Di sini nampak jelas bahwa energi itu adalah kekal.

c. Hukum kedua termodinamika

RJE Clausius (1822 – 1888) menyatakan bahwa kalor akan mengalir secara
spontan atau alami dari benda yang panas ke benda yang dingin, dan kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda yang panas.

54
Selain pernyataan tersebut ada lagi pernyataan yang disampaikan oleh Kelvin dan Plank,
yaitu tidak ada alat yang efek tunggalnya adalah untuk merubah sejumlah kalor menjadi
kerja seluruhnya.

Pernyataan umum mengenai hukum kedua termodinamika dinyatakan dalam entropi (S).
Entropi ini merupakan suatu variabel keadaan dari keseimbangan sistem.
Apabila sistem menyerap kalor sebanyak ΔQ pada suhu mutlak T, maka perubahan
entropi ΔS yang dialami sistem adalah :

ΔQ
ΔS = ; T dalam Kelvin
T

Entropi pada sistem tertutup tidak pernah berkurang, jadi entropi hanya bisa tetap
atau bertambah. Entropi akan tetap sama pada proses ideal/reversibel (dapat balik),
sehingga ΔS = 0. Sedangkan pada proses riil entropi akan selalu bertambah, sehingga ΔS
 0. Hal ini kemudian merupakan pernyataan umum hukum kedua termodinamika, yaitu
entropi total sistem plus perubahan entropi lingkungannya bertambah sebagai akibat
dari proses alamiah.
Hukum kedua ini memberi informasi tentang arah perubahan spontan, sedangkan hukum
pertama memberikan informasi mengenai kekekalan energi.

d. Hukum ketiga termodinamika

Efisiensi mesin dirumuskan :

Ttinggi – Trendah Trendah


ε = = 1–
Ttinggi Ttinggi

Pada temperatur normal, untuk mencapai efisiensi mesin 100% tidaklah mungkin, kecuali
jika temperatur pembuangan Trendah adalah nol mutlak barulah efisiensi 100% bisa
dicapai. Untuk memcapai nol mutlak secara praktek dan teoritis tidak mungkin bisa
dicapai, hal ini dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.

Contoh soal :

Selama suatu proses, kalor sebanyak 8000 kal dihantarkan pada sistem, sedangkan sistem
melakukan usaha 6000 J. Berapa perubahan energi dalam yang dialami sistem ?

55
Penyelesaian :

ΔQ = (8000 kal) (4,184 J/kal) = 33,5 kJ dan ΔW = 6 kJ

Dari hukum pertama diperoleh :

ΔQ = ΔU + ΔW
ΔU = ΔQ – ΔW = 33,5 kJ – 6 kJ = 27,5 kJ

----- o 0 o -----

56

Anda mungkin juga menyukai