Anda di halaman 1dari 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
30

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 5 Surakarta, yang beralamat di Jl. Letjen
Sutoyo 18 Surakarta, Jawa Tengah. Alasan peneliti melakukan penelitian di sekolah
tersebut adalah sekolah SMA N 5 Surakarta merupakan salah satu sekolah favorit di
Surakarta yang memiliki perpustakaan sekolah yang berstandar Nasional Pendidikan dan
pada tahun 2010 pernah menjuarai lomba perpustakaan tingkat provinsi sebagai juara 3,
sehingga penggalian informasi dapat dilakukan secara maksimal dan mendalam supaya
data yang didapatkan benar-benar nyata.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah dimulai dari bulan
Desember 2012 sampai penelitian ini selesai pada bulan Juli 2013. Penelitian ini dilakukan
dari tahap penyusunan awal hingga laporan hasil penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Tabel 3.1. Waktu dan Kegiatan Penelitian

Bulan pada Tahun 2012/2013


No Kegiatan Penelitian
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Persiapan Penelitian
a.Pengajuan Judul
b.Penyusunan Proposal
c.Seminar Proposal
d.Revisi Proposal
e.Pengajuan Izin
Penelitian
f. Menyusun angket
dan tes
g. Melakukan uji
coba angket dan tes
h. Menganalisis
dan merevisi hasil uji
coba angket dan tes
i. Finalisasi dan
penggandaan angket
dan tes
2 Pelaksanaan Penelitian
a.Pengumpulan Data
Penelitian
- Pelaksanaan tes
- penyebaran angket
b. Analisis data
deskriptif kuantitatif
korelasional
Penyusunan laporan
3
skripsi
4 Ujian skripsi
(Sumber: Peneliti, 2013)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

B. Rancangan Penelitian
Rancangan atau desain penelitian memaparkan hubungan antarvariabel yang akan
diteliti. Di dalam penelitian ini, hubungan variabel pemanfaatan perpustakaan sekolah (X1)
dan minat baca buku (X2) dengan prestasi belajar sosiologi siswa (Y) menunjukkan sifat
hubungan antar variabel yaitu korelasional. Babbie (1986:72) membagi jenis penelitian
berdasarkan tujuannya (purpose of research) menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Exploration research: this purpose is typical when a researcher is
examining a new interest or when the subject of study is it self reletively new
and unstudied.
2. Description research: the studies is to describe situations and events. The
researcher observes and then describes what was observed.
3. Explanation research: the thrid general purpose of social scientific reseacrh
is to explain things.

Dari klasifikasi Babbie di atas, maka penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam
description research dari segi tujuan atau maksud penelitian. Berdasarkan dengan tujuan
penelitian dan sifat masalahnya, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan rancangan analisis kuantitatif korelasional. Mengingat masalah yang diteliti
merupakan masalah yang masih aktual yang ada pada masa sekarang. Alasan peneliti
menggunakan metode deskriptif ini adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan yang dikaji merupakan masalah yang masih ada saat ini.
2. Data yang diperoleh mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.
3. Hasil dari penelitian ini nantinya merupakan suatu gambaran hasil penelitian yang
melukiskan kondisi apa yang ada.
Dalam penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Sumadi
Suryabrata (2010:76) mengemukakan ciri-ciri penelitian deskriptif sebagai berikut:
Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk
membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-
kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif adalah akumulasi atas dasar dalam
cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling
hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan atau mendapatkan makna dan
implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal
tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif. Tetapi para ahli dalam
bidang penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

deskriptif itu. Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas
dan mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan
penelitian eksperimental, dalam arti luas biasanya digunakan istilah penelitian
survai.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan


metode deskriptif dengan analisis kuantitatif korelasional. Alasan menggunakan metode
deskriptif ini karena penelitian ini berusaha menggambarkan keadaan berdasarkan fakta-
fakta yang ada serta lebih memusatkan diri pada pemecahan masalah yang terjadi pada saat
ini. Sedangkan alasan menggunakan analisis kuantitatif korelasional karena penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dalam hal ini pemanfaatan
perpustakaan sekolah (X1) dan minat baca (X2) dengan variabel terikat (Y) dalam hal ini
adalah prestasi belajar sosiologi. Adapun rancangan dari penelitian ini terdapat pada
halaman lampiran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Dalam suatu penelitian ditetapkan terlebih dahulu subjek penelitian yang sering
disebut dengan populasi. Sebelum menentukan populasi, perlu kiranya diketahui tentang
pengertian populasi. Populasi adalah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki
spesifikasi atau ciri-ciri tertentu (Y. Slamet, 2006:40). Populasi ini menjadi sumber asal
sampel diambil. Menurut Hadari Nawawi (1995:141) “Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, dan gejala yang
memiliki karakteristik tertentu dalam ilmu pengetahuan”.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan populasi adalah
keseluruhan dari anggota-anggota yang diteliti yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan aspek yang lainnya yang dapat dijadikan sebagai informasi bagi peneliti.
Pemilihan populasi bukanlah didasarkan pada tempat dan waktu, melainkan pada
persamaan karakteristik umum dari elemen-elemen atau individu-individu yang berada
dalam populasi tersebut. Peneliti mengambil populasi siswa kelompok IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun pelajaran 2012/2013. Peneliti menetapkan populasi ini karena prestasi
belajar yang akan di ukur pada penelitian ini adalah prestasi belajar sosiologi, dan mata
pelajaran sosiologi hanya di ajarkan pada siswa siswa kelompok IPS saja.

2. Sampel Penelitian
Dalam suatu penelitian tidak semua anggota populasi dapat dijadikan subjek
penelitian. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah populasi dan adanya keterbatasan dalam
diri peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sample untuk membatasi jumlah populasi dan
dapat mewakili populasi tersebut. Menurut Hadari Nawawi (1995:93), “Sampel secara
sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya
dalam suatu penelitian”.
Sedangkan menurut Sutisno Hadi (1984:221), “Sampel adalah bagian objek yang
diteliti untuk menetapkan besarnya sampel, langkah-langkah yang dilakukan adalah
apabila subyeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100 maka sampel yang diambil 20%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

sampai 25%. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mengambil sampel 25% dari jumlah
siswa tiap kelas XI IPS SMA N 5 Surakarta.
Jadi, sampel merupakan bagian dari populasi yang secara keseluruhan memiliki
persamaan ciri dengan populasi sebagai sumber asalnya dan dijadikan sebagai objek
penelitian. Sampel juga harus bersifat representatif atau mewakili keseluruahan kelompok
populasi.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Sampel yang diambil dari populasi haruslah representatif, maka sampel tersebut
diambil dengan cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Y. Slamet (2008: 45-68) “Pada prinsipnya ada dua jenis metode
sampling, yaitu metode penarikan sampel probabilitas (probabbility sampling) dan
penarikan sampel non probabilitas (nonprobability sampling)”.
1. Sampling probabilitas (probability sampling)
Pada jenis sampling ini, peluang terpilihnya masing-masing responden diketahui atau
probabilitas. Adapun jenis-jenis dari sampling probabilitas adalah:
a. Random Sampling, penarikan sampel secara acak
Di dalam sampel acak setiap anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama
untuk menjadi anggota sampel. Kemungkinan untuk menjadi anggota sampel berlaku
bagi semua individu-individu terlepas dari persamaaan-persamaan maupun
perbedaan-perbedaan di antara mereka sepanjang mereka itu mejadi anggota
populasi. Langkah yang dilakukan dalam teknik pengambilan sampel seperti ini
adalah:
1) Meneliti terlebih dahulu apakah sampling frame kita sudah benar, artinya apakah
semua anggota populasi itu telah terdaftar.
2) Kemungkinan diganti atau tidaknya anggota sampel yang tidak dapat dijangkau
(simple random sampling)
3) Memberi nomor pada setiap orang atau unit sample.
4) Menggunakan tabel random numbers.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

Salah satu kerugian dari cara penarikan sampel dengan random numbers (bilangan-
bilangan random) ialah bila sampel yang kita perlukan cukup besar, berkali-kali kita
mmenemukan angka yang sama menyebabkan diperlukannya ketelitian agar tidak
tercatat ulang. Dengan demikian kita membutuhkan banyak waktu.
b. Systematic Sampling, penarikan sampel secara sistematik
Penarikan sampel secara sistematik bisa dipakai bilamana unit-unit populasi terdaftar
secara acak. Dibandingkan dengan random sampling, systematic sampling dipandang
lebih akurat. Keuntungan dari systematic sampling ialah lebih praktis, mengurangi
tenaga, menghemat waktu, yang mengakibatkan dapat menekan biaya. Kerugian
systematic sampling ialah bila sampling frame atau kerangka sampelnya tidak
tersebar secara, hasil yang diperoleh tidak akan mewakili keadaan populasinya.
c. Stratified Random Sampling, penarikan sampel secara acak berstrata
Kata strata berasal dari kata stratum yang berarti jenjang. Walaupun stratum berarti
jenjang, namun dalam metode pengambilan sampel secara acak berstrata dapat
diterapkan bagi setiap pembagian golongan sampel, lepas dari golongan itu
berjenjang ataupun tidak. Yang penting kelompok-kelompok dalam populasi atau
subpopulasi tidak ovelap, tumpang tindih dan masing-masing dapat dipisahkan
secara eksklusif; artinya tidak bisa terjadi satu unit sampel dapat tergolong atau
muncul di dalam dua kelompok yang berbeda.
Keuntungan stratified random sampling lebih hemat daripada random sampling,
karena random sampling memerlukan sampel yang lebih besar agar semua lapisan
atau golongan dapat terjaring di dalam sampel. Dengan stratified random sampling
yang terwakili bukan saja golongan atau lapisan tetapi juga variabel-variabel
penelitian yang dikehendaki untuk diteliti secara simultan di dalam sampelnya.
d. Cluster Sampling, penarikan sampel dengan cara berumpun
Pengambilan sampel secara cluster (cluster dapat diartikan rumpun) pada hakekatnya
sama dengan pengambilan sampel secara acak dengan perbedaan bahwa setiap unit
sampelnya adalah kumpulan atau cluster daripada unsur-unsur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Setelah peneliti telah dapat memilih secara random unit-unit sampel secara cluster,
lagkah berikutnya adalah memilih sampel dari cluster-cluster itu sejumlah
rresponden sebanyak yang dikehendaki.
e. Area Sampling
Cluster Sampling juga dapat disebut are sampling. Istilah ini dipakai bila kerangka
sampelnya tersusun berdasarkan pada wilayah tertentu yang luas. Area sampling
pada umumnya dipakai bila kita tidak meungkin dan tidak praktis untuk menyusun
kerangka pengambilan sampel (sampling frame) yang meliputi satu daerah yang luas.

2. Sampling nonprobabilitas (nonprobability sampling)


Pada jenis sampling non probabilitas, tidak setiap anggota populasi mempunyai peluang
terpilih sebagai sampel sehingga kemungkinan terpilihnya masing-masing responden
sebagai anggota sampel tidak diketahui. Berbagai cara pengambilan sampel secara
nonprobabilitas adalah sebagai berikut:
a. Convience sampling atau accidental sampling
b. Quota sampling
c. Dimensional sampling
d. Snowball sampling
e. Pengambilan sampel terhadap kasus-kasus ekstrim atau menyimpamg (extreme or
deviant case sampling)
f. Pengambilan sampel variasi maksimum (maximum variation sampling)
g. Pengambilan sampel homogen
h. Pengambilan sampel tipikal (typical case sampling)
i. Pengambilan sampel kritis (critical case sampling)
j. Pengambilan sampel berkriteria (criterion sampling)
Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah teknik cluster sampling. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Y. Slamet (2006:45)
bahwa: “Teknik cluster sampling asalah teknik pengambilan sampel yang pengambilan
sampel secara cluster (cluster dapat diartikan rumpun) pada hakekatnya sama dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

pengambilan sampel secara acak dengan perbedaan bahwa setiap unit sampelnya adalah
kumpulan atau cluster daripada unsur-unsur.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik multistage cluster random sampling
untuk menetapkan sampel penelitian. Menurut Babbie (1986: 165), “multistage cluster
sampling adalah teknik mengambil sampel dengan memperhitungkan faktor stage dan
variasi cluster”. Multistage cluster random sampling adalah gabungan antara purposive
(pertimabangan subyektif) dan random sampling (pertimbangan objektif).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1984:221), maka
penelitian ini mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah siswa tiap kelas XI IPS SMA
N 5 Surakarta, dengan berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
Kelas XI IPS I : 25% x 32 = 8
Kelas XI IPS 2 : 25% x 30 = 7,5 dibulatkan menjadi 8
Kelas XI IPS 3 : 25% x 32 = 8
Kelas XI IPS 4 : 25% x 30 = 7,5 dibulatkan menjadi 8
Dari perhitungan di atas, maka akan diperoleh sample sejumlah 32 siswa.
Penelitian ini menggunakan teknik multistage dikarenakan alasan subyektif dimana di
SMA Negeri 5 Surakarta terdapat tiga stage yaitu kelas X, XI, dan XII. Penelitian ini
memilih kelas XI IPS atas dasar pertimbangan subjektif dengan beberapa pertimbangan
yang antara lain yaitu, jika dalam penelitian ini menggunakan sampel kelas X maka
dikhawatirkan peneliti akan mendapatkan informasi yang kurang seperti apa yang
diharapkan oleh peneliti itu sendiri karena siswa pada kelas X adalah siswa baru yang
belum genap satu tahun berada di sekolah sehingga kurang mengetahui keadaan sekolah.
alasan yang kedua adalah jka peneliti memilih siswa kelas XII sebagai sampel penelitian,
maka dikhawatirkan akan mengganggu konsentrasi dan kegiatan para siswa karena siswa
pada kelass XII sedang disibukkan dengan persiapan Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan
Ujian Akhir Nasional (UAN). Berdasarkan pertimbangan di atas, penelitian ini
menggunakan sampel siswa kelas XI pada kelompok IPS yang dirasa telah berpengalaman
dan memiliki informasi tentang sekolah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

E. Pengumpulan Data
1. Metode Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan tertulis maupun lisan yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh seorang individu atau responden. Tes digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2005:146) “tes objektif adalah tes yang
jawabannya dapat diberi skor nilai yang lugas (seadanya) menurut pedoman yang telah
ditentukan sebelumnya”.
Tes prestasi belajar diberikan secara tertulis dengan tipe soal pilihan ganda. Tes
dengan tipe pilihan ganda ini digunakan karena memungkinkan secara langsung dapat
menyimpulkan informasi dari data mentah. Selain itu tes prestasi dengan tipe pilihan ganda
dapat memberikan cerminan penampilan yang maksimal dari siswa. Tes prestasi belajar
digunakan untuk mengukur ranah kognitif siswa, dengan penilaian bila jawaban benar
diberi nilai 1 dan bila jawaban salah diberi nilai 0.

2. Angket
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang penting dalam metode ilmiah,
karena dalam teknik pengumpulan data membahas instrument atau alat untuk
mengumpulkan data. Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data ini adalah
angket tertutup.
Menurut Y. Slamet (2006:94) angket atau kuisioner adalah daftar pertanyaan yang
dipergunakan untuk mengukur suatu gejala tertentu atau konsep tertentu yang langsung
diisi oleh responden. Pendapat Y. Slamet ini juga dikuatkan dengan pendapat dari Sugiono.
Menurut Sugiono (2006) kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk
menjawabnya.
Angket adalah suatu alat yang digunakan peneliti yang berisi pertanyaan yang
diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan informasi mengenai data
yang diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam penyusunan angket agar hasil
yang diperoleh dapat memenuhi target yang diinginkan, yaitu sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan pembuatan angket.
Dalam penelitian ini, tujuan pembuatan angket adalah untuk memperoleh data mengenai
pemanfaatan perpustakaan sekolah dalam kegiatan belajar mengajar dan minat baca
buku.
b. Menyusun indikator.
Penusunan indikator adalah untuk memperjelas permasalahan yang dituangkan dalam
instrument termasuk batasan-batasan variabel yang akan diteliti.
c. Menyusun kisi-kisi instrumen.
Kisi-kisi instrument digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penyusunan atau
penulisan item instrument atau angket. Penyusunan kisi-kisi ini disesuaikan dengan
indikator dari masing-masing variabel yang telah ditentukan, dan kemudian tertuang
dalam bagian rancangan penelitian.
d. Menyusun item penelitian.
Instrument yang dibagikan dapat disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat surat pengantar atau surat ijin penyebaran angket.
2) Membuat petunjuk dan pedoman pengisian angket.
3) Membuat item-item pertanyaan.
e. Membuat skala alternatif jawaban
Skala yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah skala Guttman dan Thustone dalam
Masson dan William (1978:294-295), dimana dalam skala ini mempunyai bentuk
paling sederhana dari pada analisis skalogram hanya ada respon yang diperkenankan
yaitu ada (preference) yang diberi tanda angka 1 dan tidak mempunyai (absence) diberi
tanda 0. Dalam penelitian ini ditandai dengan jawaban:
Ya = skor 1
Tidak = skor 0

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

3. Dokumentasi
Peneliti selain menggunakan teknik angket juga menggunakan teknik
dokumentasi untuk membantu peneliti dalam pengumpulan data. Penelitian ini juga
menggunakan teknik dokumentasi sebagai teknik bantu dalam pengumpulan data.
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:11) menyatakan bahwa dokumentasi adalah
suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi
responden.
Menurut Budiyono (2003:54) menyatakan bahwa metode dokumentasi adalah
suatu teknik pengumpulan data dengan melihat data dari dokumen-dokumen yang sudah
ada. Dokumen-dokumen tersebut merupakan dokumen resmi yang keakuratannya telah
terjamin.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang digunakan
untuk memperoleh data yang berupa data tertulis, antara lain tentang jumlah siswa, daftar
nama siswa, daftar prestasi siswa yang bisa penulis gunakan sebagai pelengkap dari
kegiatan penelitian.

F. Validasi Instrumen Penelitian


Sebelum menyebar instrumen penelitian kepada sampel, maka instrumen itu perlu
diuji terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat keabsahan suatu instrumen. Validasi
instrumen penelitian digunakan untuk menguji instrumen penelitian yang digunakan.
Untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas maka
diadakan try out. Pengujian intrumen penelitian dilakukan dengan bebrapa langkah yaitu
sebagai berikut:
1. Uji Tingkat Kesukaran Tes
Tes berkualitas baik dan bisa menjadi alat ukur yang akurat adalah tes yang
memiliki butir soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Perlu diadakan uji tingkat
kesukaran terlebih dahulu sebelum tes itu digunakan. Rumus yang digunakan untuk
menghitung tingkat kesukaran (TK) ini adalah menggunakan teknik David A. Frisbie.
Subino mengutip pendapat dari Frisbie (1981), menjelaskan bahwa teknik ini bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal tes maupun seluruh tes
yang menggunakan butir soal objektif (1987:104).
Untuk menghitung TK (istilah aslinya adalah The Relative Difficulty Ratio) setiap
butir soal tes bentuk objektif menurut teknik Frisbie adalah menggunakan rumus:

Keterangan:
RDRi = TK relatif butir soal tes yang ke i
N = banyaknya alternatif jawaban
pi = proporsi test yang dapat menjawab dengan betul butir soal tes yang ke i
(Subino, 1987:105)
Sedangkan untuk menghitung TK relatif seluruh tes menggunakan rumus sebagai
berikut:

Keterangan:
= TK relatif seluruh tes
= Skor rata-rata kelompok
K = banyaknya butir soal tes
N = banyaknya alternatif jawaban
(Subino, 1987:1
Kriteria penafsiran TK adalah sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,01 = sangat ideal
b. 0,01 – 0,05 = ideal
c. 0,05 – 0,15 = cukup ideal
d. 0,15 – 0,30 = kurang ideal
e. 0,30 – 1,00 = tidak ideal

2. Uji Daya Pembeda Tes


Daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam membedakan antara siswa
yang memiliki tingkat kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki tingkat kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

rendah (Syaifuddin Azwar, 1998:137). Tes yang baik perlu memenuhi syarat dalam daya
pembeda ini, sehingga perolehan skor siswa dapat menunjukkan tingkat kemampuan siswa
secara akurat. Semakin tinggi nilai daya pembeda suatu butir soal tes, maka akan semakin
tinggi juga kemampuan butir soal tes tersebut membedakan siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa berkemampuan rendah.
Penggunaan uji daya pembeda pada butir soal objektif dengan hanya
menggunakan skor total kelompok unggul dan asor memiliki kelemahan yaitu bias bagi
butir soal tes bertingkat sedang. Pada penelitian ini, uji daya pembeda butir soal tes
menggunakan teknik korelasi biserial titik. Kelebihan teknik ini menurut Subino
(1987:106) adalah mampu menghilangkan bias bagi butir soal bertingkat kesukaran sedang
karena melibatkan semua testi, bukan hanya kelompok unggul dan asor, selain itu juga
luwes karena dapat digunakan bagi hasil tes yang distribusinya normal maupun lancip.
Menurut Subino (1987:106), ketika menggunakan teknik ini harus memenuhi beberapa
asumsi yaitu bahwa skor butir soal tes yang bersangkutan harus dikhotomus dan skor
totalnya harus berskala paling rendah interval.

Keterangan:
rpbis = daya pembeda butir soal tes yang ke
Mp = mean testi
Mt = mean total
St = simpangan baku total
(Subino, 1987:106)
Kriteria penafsiran DP adalah sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,01 = lemah
b. 0,01 – 0,05 = kurang kuat
c. 0,05 – 0,15 = cukup kuat
d. 0,15 – 0,30 = kuat
e. 0,30 – 1,00 = sangat kuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Dalam menghitung jumlah skor pada instrumen tes, jumlah skor total ini sama
dengan jumlah item soal tes yang diberikan oleh peneliti kepada siswa yaitu sebanyak 30
butir soal. Sehingga jumlah skor total siswa adalah 30 atau disebut juga sebagai skor
komposit. Dari perolehan skor tersebut, maka selanjutnya mengembalikan skor total
tersebut ke dalam skor kategorikal dengan menggunakan skala 11 melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Menghitung skor maksimal ideal (SMI)
SMI adalah skor yang mungkin dicapai apabila semua item soal tes dapat diartikan
sebagai jumlah jawaban benar dari keseluruhan butir soal tes. SMI ini diperoleh dengan
jalan menghitung jumlah item soal tes yang diberikan serta bobot dari pada massing-
masing item tes tersebut. Mengingat jumlah butir soal yang peneliti berikan pada siswa
adalah berjumlah 30 butir tipe pilihan ganda yang masing-masing jika benar memiliki
bobot nilai 1, maka perhitungan SMI adalah sebagai berikut:

SMI = 30 x 1 = 30

b. Menghitung mean atau rata-rata ideal (MI)


Adapun cara menghitung MI adalah sebagai berikut:
MI = x SMI
= x 30
= 15

c. Menghitung standar deviasi ideal (SDI)


Adapun cara menghitung SDI adalah sebagai berikut:
SDI = x SMI

= x 15
=5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

d. Melakukan konversinilai dari skor maksimal ideal menjadi skor skala 11, dengan
ketentuan sebagai berikut:
10
M +2,25 SD
9
M + 1,75 SD
8
M + 1,25 SD
7
M + 0,75 SD
6
M + 0,25 SD
5
M – 0,25 SD
4
M – 0,75 SD
3
M – 1,25 SD
2
M – 1,75 SD
1
M – 2,25 SD
0

(sumber: Wayan dan Sunartana, 1986:92-93)

3. Uji validitas angket


Kuisioner perlu diuji validitas dan reliabilitas datanya dengan rumus korelasional
moment dari Subino (1987: 120-121).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara x dan y
ΣX = Jumlah skor tiap item
ΣY = Jumlah skor tiap responden
n = Jumlah responden uji coba angket

Kriteria uji validitas angket adalah jika ρ < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
butir tes itu valid. Sebaliknya jika ρ > 0,05 dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil
perhitungan validitas item try out, maka dapat diketahui dari 25 item soal untuk variabel
pemanfaatan perpustakaan sekolah (X1) yang valid adalah 20 item dan 5 item soal
dinyatakan gugur, yaitu nomor 8, 15, 21, 24, dan 25. Untuk variabel minat baca siswa (X2)
dari 33 item soal terdapat 23 item soal yang valid dan 10 soal dinyatakan gugur, yaitu
nomor 2, 4, 7, 13, 16, 19, 22, 23, 27, dan 32.

4. Uji reliabilitas
Selain harus valid, suatu angket atau kuisioner juga harus memenuhi syarat
reliabel. Reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan. Didalam pengujian reabilitas
angket, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah varians butir

= Varians total
Item reliabel jika r11 hitung > rxy tabel dengan taraf signifikan 5%. Setelah
dilakukan uji coba diketahui soal-soal yang valid, selanjutnya angket dijadikan pedoman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

dalam mencari data dari responden yang menjadi sampel penelitian. Setelah semua
pertanyaan dalam angket terjawab oleh responden maka langkah selanjutnya adalah
mengumpulkan dan mengolah data dari hasil angket tersebut.
Penelitian ini menggunakan uji reabilitas karena bertujuan untuk mengukur
ukuran yang sama pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas diterapkan pada ketiga
variabel dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan perpustakaan sekolah (X1), minat baca
siswa (X2), dan prestasi belajar siswa (Y).
Jika ρ < 0,05 maka dapat disimpulakan bahwa kriteria pengujian reliabel,
sebaliknya jika ρ > 0,05 maka kriteria pengujian tidak reliabel. Berdasarkan hasil
pengujian try out, diketahui bahwa reliabilitas angket pemanfaatan perpustakaan sekolah
(X1) diterima dengan rtt = 0,976 dengan peluang galat ρ = 0,000. Angket minat baca siswa
(X2) diterima dengan rtt = 0,955 dengan peluang galat ρ = 0,000.

G. Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk menguji kebenaran
hipotesis yang diajukan, yang selanjutnya akan digunakan untuk mengambil kesimpulan
dari hasil yang telah diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data
dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda, dengan beberapa pertimbangan
sebagai berikut:
1. Penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel kriterium.
2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus dapat
mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.
Tugas utama dari analisis regresi menurut Sutrisno Hadi (2002:2) adalah sebagai
berikut:
1. Mencari korelasi antara kriterium dan prediktor.
2. Menguji apakah korelasi signifikan atau tidak.
3. Mencari persamaan garis regresinya.
4. Menemukan pengaruh koefisien determinasi relatif dan koefisien determinasi efektif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Selanjutnya untuk memperkecil resiko perhitungan, penelitian ini menggunakan


Kaidah Uji Hipotesis Penelitian (KUHP) komputer yang disusun oleh Prof. Surtisno Hadi
(2004:115), sebagai berikut:
Jika ρ hitung < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ hitung < 0,05 = signifikan
Jika ρ hitung < 0,15 = cukup signifikan
Jika ρ hitung < 0,30 = kurang signifikan
Kaidah uji normalitas menggunakan ρ > 0,05 = normal
Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (menggunakan tabel signifikasi):
Jika ρ hitung < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ hitung < 0,05 = signifikan
Jika ρ hitung > 0,05 = tidak signifikan
Dalam uji butir tes memakai signifikan ρ < 0,05
(sumber: Prof. Sutrisno Hadi, 2000, Manual SPS, Yogyakarta)

Peneliti menggunakan jasa komputer SPS untuk menganalisis data hasil penelitian
pengambilan keputusan menerima atau menolak hipotesis. Adapun langkah-langkah dalam
menganalisis data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menyusun tabulasi data
Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah (X1), Minat Baca (X2), dan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y) agar memudahkan dalam perhitungan.
2. Melakukan uji prasyarat analisis data
Peneliti dalam menguji hipotesis menggunakan uji statistik regresi ganda. Untuk dapat
melakukan pengujian hipotesis dengan uji regresi ganda, menutut dipenuhinya
persyaratan, antara lain:
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel secara acak
berdistribusi normal atau tidak. Dalam pengujian ini digunakan rumus Chi Kuadrat,
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

keterangan:
χ² = Chi kuadrat
fh = frekuensi yang diharapkan dalam populasi
fo = frekuensi yang diharapkan dalam sampel
(Sutrisno Hadi, 2001:346)

Untuk menetapkan normal atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria sebagai
berikut:
Jika ρ > 0,05 sebaran data yang diperoleh normal, maka Ho diterima
Jika ρ < 0,05 sebaran data yang diperoleh tidak normal, maka Ho ditolak
b. Uji Linearitas
Di dalam penelitian ini menggunakan uji statistik F regresi karena alasan sebagai
berikut:
1. Mencari korelasi antara kriterium dan prediktor.
2. Menguji apakah korelasi signifikan atau tidak.
3. Mencari persamaan garis regresinya.
4. Menemukan pengaruh koefisien determinasi relatif dan koefisien determinasi
efektif.
Prof. Sutrisno Hadi menjelaskan sebagaimana hal di atas, berhubungan dengan
penelitian ini berjudul korelasi maka penelitian ini menggunakan uji F regresi. Uji
signifikansi perbedaan garis regresi dengan garis regresi teoretis, untuk mengujinya
dapat digunakan uji F yang didasari pendekatan analisis variansi. Nilai F dihitung
dengan rumus:
F = (η2 - r2) (n-k)
(1-η2) (k-2)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Keterangan:
η (eta) = rasio kolerasi dua perangkat skor
n = banyaknya sampel yang digunakan
k = banyak baris/ lajur interval yang digunakan
r = koefisien korelasi antara kedua perangkat skor yang
bersangkutan
(Rochman, 1998: 20-21)

Untuk menetapkan linier atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria sebagai
berikut:
Jika ρ > 0,05 korelasinya linier, maka Ho diterima
Jika ρ < 0,05 korelasinya tidak linier, maka Ho ditolak

3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini menggunakan uji regresi ganda, yaitu sebagai berikut:
a. Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dengan Y:

b. Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X2 dengan Y:

c. Menghitung koefisiensi korelasi ganda antara prediktor X1 dan X2 dengan Y:

Keterangan:

Ry(1,2) = koefisien relasi antara Y dengan X1 dan X2


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

a1 = koefisien prediktor X1
a2 = koefiensi prediktor X2

ΣX1Y = jumlah produk antara X1 dengan Y


ΣX2Y = jumlah produk antara X2 dengan Y
ΣY2 = jumlah kuadrat kriterium Y

(Sutrisno Hadi, 1995:25)

4. Uji Signifikansi
Untuk menganalisis Ry(1,2) signifikan atau tidak digunakan rumus Freg yang
dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995:26) sebagai berikut:

Keterangan:
Freg = koefisien regresi
N = jumlah sampel
R = pengaruh secara bersama-sama X1 dan X2 terhadap Y

commit to user

Anda mungkin juga menyukai