Anda di halaman 1dari 5

TEATER BAYANG DARI MASA KE MASA

Teater bayang merupakan Teater sekolah yang dibentuk dengan tujuan memberikan wadah
apresiasi siswa MAN 2 Pekalongan yang sekarang berubah nama menjadi MAN 1 Kota Pekalongan.
Pergerakan Teater bermula dari tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI yang diampu
oleh Najibul Mahbub. Setiap kelas mendapatkan tugas akhir menggarap 2 naskah pementasan dengan
waktu persiapan sekitar 3 bulan. Kemudian setelah siap, baru dibuatkan jadwal setiap minggunya
dengan secara bergilir. Dari beberapa pementasan lahirlah aktor yang mempunyai kualitas sehingga
dalam event lomba yang diikuti pernah mendapatkan juara 1.
Berawal dari tugas tersebut kemudian, dibentuklah organisasi secara resmi yaitu Teater
Bayang. Nama tersebut dimunculkan oleh Najibul Mahbub selaku guru bahasa Indonesia juga pendiri
Teater Bayang. Nama Bayang merupakan nama yang dipilih berdasarkan filosofi bayangan itu
sendiri. Karena filosofi bayang itu sendiri sangat unik. Bayangan akan muncul tergantung suport yang
diberikan oleh cahaya. Cahaya merupakan suport atau dukungan yang diberikan kepada bayangan.
Tanpa suport tersebut bayangan tersebut akan lenyap bahkan tidak ada sama sekali. Mengingat
pasang surut proses kreatif pelajar, Maka nama bayang sangat cocok untuk dijadikan sebagai nama
untuk Teater ini. Walaupun bernama Bayang, namun harapannya Bayang akan selalu hadir dengan
proses kreatifnya yang disajikan dalam berbagai bentuk melalui suport yang diberikan sekolah, guru,
siswa juga pelatih serta dukungan masyarakat seni khususnya di kota Pekalongan.
Teater bayang lahir pada tanggal 19 Oktober 2010 yang digagas oleh Najibul Mahbub juga
merupakan guru Bahasa Indonesia. Dalam perjalananya Teater Bayang bekerja sama dengan Teater-
teater Kampus juga Dewan Kesenian Kota Pekalongan (DKKP) di Kota Pekalongan serta instansi lain
yang terkait dengan kesenian.
Pada awal didirikan, ada 3 pelatih yang selalu mendampingi proses kreatif siswa MAN 1
kota Pekalongan. Ketiga pelatih tersebut diantaranya Ichsan Bahrudin (Badrun), Jayanti, dan Ribthy
Rhosema ketiganya merupakan Pegiat Teater Zenith IAIN Pekalongan. Dua diantara ketiga pelatih
tersebut merupakan alumni MAN 1 kota Pekalongan. Ini menandakan bahwa kepedulian alumni
terhadap madrasah, sekaligus bukti kerjasama antara madrasah dan alumni yang masih tetap terjaga.
Seiring waktu dan kesibukan pelatih, sejak beberapa tahun hanya tinggal satu pelatih yang
tersisa yaitu Ichsan Bahrudin alias Badrun. Setiap proses sosok Badrun selalu hadir dalam
menggodok anggota Teater Bayang. Beberapa penghargaan terlah diraih baik tingkat Kota dan juga
karesidenan. Tak hanya itu beberapa event lomba Festival Teater Tingkat Kota sampai dengan
Nasional pernah diikuti diantaranya Festival Drama Pelajar Nasional yang dilaksanakan Teater Gema
UPGRIS, Festival Drama Pelajar yang dilaksanakan oleh Teater Zenith IAIN Pekalongan, juga
kegiatanFestival Sastra Indonesia yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa. Keikutsertaan Teater Bayang
untuk memberikan pengalaman kepada peserta didik agar tahu ‘dunia luar’ tidak hanya dalam saja.
Pada peringatan Ulang tahun ke-9 Tahun 2017, Teater Bayang mangadakan pentas di Aula
MAN 1 Kota Pekalongan dan bekerjasama dengan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia UNIKAL
dengan naskah Kampung Kardus karya Gepeng Nugroho. Tak hanya itu kerjasama dengan UNIKAL
juga pada pembuatan film pendek berjudul ‘Mendaki Langit’ besutan Dosen PBSI UNIKAL Emha
Jayabrata, yang juga Sang Jawara Baca puisi.
Tahun demi tahun Teater Bayang berjalan dan mengalami pasang surut sesuai dengan filosofi
bayangan. Alhamdulillah, sejak diresmikan Teater Bayang selalu melakukan proses kreatifnya dalam
bentuk Drama, Teaterikal, film pendek, Baca puisi, Stand Up Comedy, Musikalisasi Puisi dan hal lain
yang berkaitan dengan seni budaya. Eksistensi tersebut diwujudkan dalam drama kolosal Pertempuran
3 Oktober di Monumen Pekalongan bersama komunitas Teater Pekalongan dan Drama Kolosal
“Pesan Arwah Pahlawan” dalam rangka Hari Pahlawan di Lapangan MAN 1 Kota Pekalongan
Oktober 2018 kemarin.
Beberapa aktor yang pernah berproses kreatif diantaranya Miftakhul Ghoni alias Beta, Puzi
Pauziah, Riska, Nasrullah, Affan, Hanif, Laeliya Agustine (cebret), Tyo, Bahrudin, dan beberapa
nama lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Ada keunikan lain dalam Teater Bayang. Dalam
Teater Bayang tidak ada istilah “mantan anggota” walaupun sudah lulus dari MAN 1 Kota
Pekalongan, mereka masih tetap sebagai anggota dan dapat ikut serta berproses kreatif selama mereka
masih bersedia.
Beberapa film pendek juga pernah digarap, walaupun jauh dari kata layak. Namun, proses
kreatif itulah yang perlu di acungi jempol. Walau hanya dengan alat seadanya tetapi proses kreatif itu
tetap berjalan. Ada beberapa fil diantaranya Bolos Sekolah, Surat untuk Presiden, Penyesalan,
Sekolah itu asyik,Kalimat Tauhid bukan untuk Logo tetapi di Hati, dan beberapa film lainnya.
Menurut Miftakhu Ghoni, salah satu Alumni yang masih aktif di Teater, “Teater itu Asyik,
Banyak pengalaman yang didapat dari proses itu.” Ujarnya di sela-sela latihan setiap hari Rabu dan
Sabtu. Aktor yang juga pernah memerankan seorang ‘pembantu banci’ ini juga mahir dalam editing
video melalui gawai. Beberapa film pernah dibuatnya, antara lain Ayo Sekolah di MAN 1 Kota
Pekalongan, Tipe Ngeden, Tipe Ketawa, Tipe Jomblo. Film itu juga dibuat bersama beberapa anggota
yang masih aktif seperti Farhan, Hanif, Mila, dan lain-lain. Ketua Teater Bayang, Nasarul Hanif
menyampaikan “Proses kreatif ini perlu didorong terus, jangan sampai berhenti. Karena berhenti
berarti urat kita terputus.” Ujar Hanif.

Semoga Teater Bayang ke depan dapat lebih baik dan mampu memberikan prestasi kepada
madrasah kita. Madrasah hebat, madrasah berprestasi, madrasah hebat bermartabat. Bravo MAN 1
Kota Pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai