Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM PENDIDIKAN INDONESIA

Laporan ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

Evi Rovikoh Indah Saputri S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Vanisa Chafariz Anindita
19802244025

PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


JURUSAN PENDIDIKAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
Pada hari Rabu tanggal 6 November 2019 saya dan teman-teman Prodi Pendidikan
Administrasi Perkantoran kelas B19 pergi berkunjung ke Museum Pendidikan Indonesia
(MPI) secara bersama-sama. Museum ini terletak di Universitas Negeri Yogyakarta, tepatnya
berada di seberang Digital Library Universitas Negeri Yogyakarta. Pada awalnya kami
berencana mengunjungi MPI ini pada tanggal 30 Oktober 2019 namun, karena dari pihak
MPI sedang ada pameran di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan tidak menerima
kunjungan akhirnya kunjungan kamipun diundur. Setelah beberapa kali kunjungan kami
diundur, akhirnya kami dapat berkunjung ke MPI. Kami berkunjung ke MPI tanpa
didampingi oleh Ibu dosen kami, Bu Evi karena tiba-tiba beliau ada keperluan yang harus
dilaksanakan.

Hari itu setelah mata kuliah Pancasila berakhir, kami sekelas bergegas menuju ke
MPI. Setelah sampai di MPI, kami disambut oleh kakak-kakak yang bertugas memandu
pengunjung di MPI. Pada awalnya kami mengira bahwa ketika akan masuk ke MPI harus
menggunakan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) tetapi ternyata tidak, pengunjung dari
mahasiswa UNY yang ingin memasuki MPI hanya perlu mengisi buku tamu dan mengatakan
dari mana asal fakultas mereka. Hari itu menjadi pengalaman pertama saya mengunjungi
Museum Pendidikan Indonesia yang berada di UNY ini. Selama ini saya hanya melewati saja
dan belum pernah berkunjung ke MPI. Saat pertama kali masuk, saya fikir jika gedung MPI
ini hanya berukuran kecil karena jika dilihat dari luar memang terlihat kecil. Namun, ternyata
ketika sudah memasuki dalam ruangan-ruangan pamerannya gedung ini berukuran cukup
besar.

Ketika memasuki pintu masuk gedung MPI ini maka kita akan menemukan semacam
ruang resepsionis. Ruang ini berfungsi untuk menerima tamu dan mendata tamu yang hendak
mengunjungi MPI ini. Di dalam ruangan ini terdapat beberapa alat musik gamelan, meja dan
kursi serta almari yang berisi souvenir UNY yang di perdagangkan. Ketika memasuki
gedung, teman-teman saya langsung tertarik untuk mencoba memainkan gamelan tersebut.
Sambil menunggu mengisi buku tamu dan pemandunya, mereka memainkan gamelan tadi.
Setelah sang pemandu siap, kami diarahkan menuju pintu masuk ruangan-ruangan pameran.
Ruang pameran pertama berisikan sejarah UNY dari masih menjadi bagian UGM kemudian
berpisah dan menjadi IKIP hingga berganti nama menjadi UNY. Ketika masuk ruangan
tersebut yang pertama kali kami lihat adalah dua logo yang berukuran cukup besar. Logo
yang pertama adalah logo IKIP dan logo yang kedua adalah logo UNY. Setelah logo, terdapat
gambar periodisasi perkembangan UNY dari awal hingga sekarang. Sang pemandu pun
menjelaskan apa yang ada dalam gambar periodisasi tersebut dengan detail dan jelas.
Pemandu juga menjelaskan bahwa di museum ini tidak diperkenankan untuk menyentuh
barang-barang koleksi dengan tujuan agar koleksi dari MPI ini tidak rusak. Selain itu kami
juga dilarang untuk mencorat-coret tembok di MPI ini. Di ruangan itu pula terdapat surat
keputusan presiden mengenai pembentukan IKIP. Dalam ruangan tersebut juga dipamerkan
beberapa karya dari mahasiswa UNY seperti mobil karya mahasiswa teknik, robot yang bisa
menari serta antologi puisi raksasa yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
(FBS). Dalam ruangan tersebut juga ada foto-foto rektor UNY yang pernah menjabat. Ada
pula jas almamater IKIP dahulu yang warnanya mirip seperti jas almamater UGM.

Setelah dari ruangan pertama kami menuju ke ruangan kedua. Diantara ruangan
pertama dan kedua ini terdapat taman kecil yang dihiasi gambar mural pada dindingnya.
Setelah menceritakan sejarah UNY di ruang pertama, di ruang kedua museum ini
menceritakan sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia. Koleksi di ruang kedua ini
terdapat koleksi sepeda, gambar R.A. Kartini, gambar patung nenek moyang masyarakat
Flores yang sedang menyusui anaknya sambal menenun. Adapula koleksi alat tulis yang
digunakan pada zaman dulu seperti rontal, bulu angsa, tinta, grip, sabak dan berbagai macam
pena. Kemudian dari ruangan dua tersebut kami menuju ke ruangan selanjutnya yang berisi
berbagai macam alat ketik dari zaman dulu. Selanjutnya kami menuju ke ruangan yang
berukuran cukup besar. Di ruangan tersebut terdapat berbagai foto. Ada juga deretan foto
Menteri Pendidikan dari awal hingga pada saat Bapak Anies Baswedan menjabat. Lantai 2
dari ruangan tersebut digunakan sebagai ruang baca atau perpustakaan. Mahasiswa UNY
boleh menggunakannya asalkan menjaga kebersihan dan tidak membawa makan dan minum
agar tidak mengotori museum. Dalam ruangan tersebut juga ada gambaran ruang kelas pada
zaman dulu. Dalam ruang kelas tersebut ada satu patung murid yang patah bagian tangan dan
kakinya karena sering tersenggol dan jatuh. Ruang kelas tersebut menjadi kunjungan terakhir
kami pada hari itu. Seharunya masih ada satu ruangan lagi, yaitu ruang kontemporer. Namun,
pada saat kami mengadakan kunjungan pihak MPI sedang tidak mengadakan pameran
dengan tema khusus sehingga ruang tersebut kosong. Di MPI juga menyediakan pemutaran
film untuk rombongan dengan minimal 25 orang. Namun karena kami sebelumnya tidak
melakukan konfirmasi untuk melakukan kunjungan, sehingga untuk pemutaran filmnya
belum dapat dilakukan.

Kesan saya setelah melakukan kunjungan ke Museum Pendidikan Indonesia ini, MPI
ini sebenarnya menarik. Suasana museum ini juga sudah cukup nyaman. Namun, menurut
saya koleksi dari MPI masih kurang banyak. Saran saya untuk pihak pengelola MPI agar
menambah koleksinya. Mungkin dapat ditambah koleksi contoh peninggalan sejarah
pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai