Anda di halaman 1dari 73

SKRIPSI

KONTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT PADA


PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI
MUARA LANOWULU KAWASAN TAMAN NASIONAL
RAWA AOPA WATUMOHAI

Oleh:

NURFADILLA MULYA
NIM. M1A119023

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
SKRIPSI

KONTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT PADA


PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI
MUARA LANOWULU KAWASAN TAMAN NASIONAL
RAWA AOPA WATUMOHAI

NURFADILLA MULYA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar sarjana (S1) pada
Program Studi Kehutanan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya nmenyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai skripsi
atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau Lembaga manapun. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Universitas Halu Oleo.

Kendari, 14 Juli 2023

NURFADILLA MULYA
NIM. M1A119023

iii
iv
v
ABSTRAK

NURFADILLA MULYA (M1A119023). Kontribusi Pendapatan Masyarakat


pada Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove di Muara Lanowulu Kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, dibawah bimbingan SITTI MARWAH
dan HAFIDAH NUR.

Kawasan ekosistem mangrove di Muara Lanowulu memiliki potensi-potensi


ekonomi yang tinggi. Pemanfatan sumberdaya tersebut telah dilakukan oleh
masyarakat sejak dahulu kala bahkan sebelum kawasan TNRAW terbentuk.
Masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan sangat menggantungkan
kehidupannya pada ekosistem mangrove di Muara Lanowulu. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan masyarakat dari
pemanfaatan ekosistem hutan mangrove di Muara Lanowulu kawasan Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian ini dilaksanakan di Muara Lanowulu
Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, yang berlangsung sejak bulan
April 2023 hingga Juni 2023. Sampel penelitian ditntukan secara
purposive/sengaja berdasarkan jumlah nelayan yang aktif bermata pencaharian
sebagai nelayan di Muara Lanowulu sebanyak 23 responden. Data analisis
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kontribusi pendapatan masyarakat pada pengelolaan ekosistem hutan
mangrove di Muara Lanowulu Kawasan TNRAW sebesar 88,24% dengan total
rata-rata pendapatan Rp.128.968.696/tahun sedangkan kontribusi pendapatan
responden dari usaha lain diluar ekosistem hutan mangrove sebesar 11,76%
dengan total rata-rata pendapatan sebanyak Rp.17.191.304/Tahun.
Ketergantungan masyarakat terhadap ekosistem mangrove yang ada pada kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai lebih dominan dibandingkan pada usaha
atau sektor lain di luar ekosistem mangrove.

Kata Kunci: Ekosistem Hutan Mangrove, Kontribusi Pendapatan, Pendapatan.

vi
ABSTRACT

NURFADILLA MULYA (M1A119023). Community Income Contribution to


Management of Mangrove Forest Ecosystem in Muara Lanowulu Rawa Aopa
Watumohai National Park Area, under the guidance of SITTI MARWAH and
HAFIDAH NUR.

The mangrove ecosystem area in Muara Lanowulu has potentials with high
economic value. The community has used these resources for a long time, even
before the TNRAW area was formed. The people work as fishermen and are very
dependent on nature. The purpose of this study was to find out how much the
contribution of people's income from the utilization of mangrove forest
ecosystems in Muara Lanowulu, Rawa Aopa Watumohai National Park area. This
research was conducted in Muara Lanowulu, Rawa Aopa Watumohai National
Park, which took place from April 2023 to June 2023. The research sample was
determined purposively based on the number of fishermen who actively work in
Muara Lanowulu as many as 23 respondents. Data analysis using qualitative and
quantitative methods. The results showed that the community's income
contribution to the management of the mangrove forest ecosystem in Muara
Lanowulu, the TNRAW area was 88.24% with a total income of IDR
128.968.696/year while the contribution of respondents' income from other
businesses outside the mangrove forest ecosystem is 11.76% with a total income
of IDR 17.191.304/year. The community's dependence on the existing mangrove
ecosystem in the Rawa Aopa Watumohai National Park area is more dominant
than on other businesses or sectors outside the mangrove ecosystem.

Keywords: Fisherman Community, Income Contribution, Mangrove Forest


Ecosystem,

vii
RINGKASAN

NURFADILLA MULYA (M1A119023). Kontribusi Pendapatan Masyarakat


pada Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove di Muara Lanowulu Kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumonai. Dibimbing oleh SITTI MARWAH
sebagai pembimbing I dan HAFIDAH NUR sebagai pembimbing II.

Sulawesi Tenggara memiliki kawasan mangrove yang cukup luas yaitu sekitar
61.512,79 ha. Keberadaan mangrove di wilayah ini sangat penting karena
merupakan sumberdaya yang banyak memberikan manfaat bagi penduduk sekitar
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa area mangrove telah ditetapkan
sebagai area penunjang kawasan konservasi seperti Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (TNRAW) dengan luas ekosistem hutan mangrovenya yaitu 6.173 ha
yang terletak dibagian selatan kawasan, membentang dari barat ke timur
sepanjang 24 km dengan jarak antar ekosistem mangrove bervariasi dari 2-7 km
dari garis pantai sampai batas tepi mangrove daratan Pengelolaan hutan mangrove
telah terbukti memberikan sumbangan ekonomi kepada masyarakat yang
memanfaatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi pendapatan masyarakat dari pemanfaatan ekosistem hutan mangrove di
Muara Lanowulu kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian
ini dilaksanakan di Muara Lanowulu Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai pada bulan April sampai dengan Juni 2023, menggunakan metode
pengumpulan data secara observasi dan wawancara dilapangan untuk mengetahui
hasil penerimaan yang diperoleh serta biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
responden, kemudian dilakukan analisis pendapatan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi pendapatan masyarakat dari ekosistem hutan mangrove. Sampel
dalam penelitian ditentukan secara purposive/sengaja berdasarkan jumlah nelayan
yang aktif bermata pencaharian di Muara Lanowulu sebanyak 23 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem hutan mangrove
memberikan dampak yang sangat besar terhadap pendapatan masyarakat yang
memanfaatkannya. Kontribusi ekosistem mangrove terhadap pendapatan
masyarakat sebesar 88,24% dengan total rata-rata pendapatan sebesar
Rp.128.968.696/Tahun.

viii
© Hak Cipta milik UHO, Tahun 2023
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
UHO.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin UHO.

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan banyak nikmat serta segala Rahmat dan Hidayah-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir kami dengan baik. Seiring

dengan selesainya skripsi ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghormatan

kepada Ibu Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si sebagai Pembimbing I dan Ibu Hafidah

Nur, S.P., M.Si sebagai Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu,

pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan nasehat.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.si., M.sc selaku

Rektor Universitas Halu Oleo, Ibu Dr. Lies Indriyani, S.P., M.Si selaku

Dekan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan dan Ibu Nurhayati Hadjar,

S.Hut., M.P selaku Ketua Jurusan Kehutanan yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di

Universitas Halu Oleo.

2. Terima kasih kepada dosen penguji Ibu Dr. Ir. Hj. Rosmarlinasiah, MP,

Bapak La Ode Agus Salim Mando, S.Hut., M.Sc dan Bapak Lade Ahmaliun,

S.Hut., M.Sc yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk

perbaikan skripsi ini.

3. Seluruh Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam lingkup Fakultas

Kehutanan dan Ilmu Lingkungan yang telah banyak membimbing dan

memberi layanan pendukung akademik kepada penulis selama mengikuti

pendidikan.

x
4. Kedua orang tua saya Bapak Syamsuddin dan Ibu Harlina atas segala do’a,

motivasi serta dukungan moral dan dukungan material dari sejak awal

menjadi mahasiswi hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Terima kasih kepada ketiga adik saya tercinta Bharada M. Fajrul Mulya, Fitra

Mulya dan Muhammad Fikram Mulya yang telah memberikan motivasi dan

dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Teruntuk teman baik saya Isra Muthmainna, Tesa Kirana Dewi dan Fitra

Remuda yang telah membantu dan memberikan semangat dalam melakukan

proses penelitian serta teman-teman Angkatan 2019 yang selalu mendukung

dalam proses penyusunan tugas akhir.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan serta

dukungan yang tiada hentinya kepada kami dan permohonan maaf atas segala

perkataan dan tindakan yang tidak berkenan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun kami berharap bahwa skripsi ini

dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya.

Kendari, Juli 2023

Nurfadilla Mulya

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
ABSTRAK................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................. v
RINGKASAN ............................................................................................ vi
HALAMAN HAK CIPTA ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Kegunaan............................................................................ 3
1.4 Kerangka Pikir ...................................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Hutan Mangrove .................................................................. 5
2.2 Karakteristik Hutan Mangrove .............................................................. 6
2.3 Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove ....................................................... 7
2.4 Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove............................................... 9
2.5 Pemanfaatan Hutan Mangrove .............................................................. 10
2.6 Kontribusi Pendapatan .......................................................................... 11
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 12

III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................ 14
3.2 Bahan dan Alat...................................................................................... 14
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................. 14
3.4 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 15
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................ 16
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 16
3.7 Prosedur Penelitian ............................................................................... 16
3.8 Analisis Data......................................................................................... 18
3.9 Defenisi Operasional ............................................................................. 19

xii
IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1 Letak dan Batas Wilayah ....................................................................... 21
4.2 Iklim ..................................................................................................... 21
4.3 Topografi .............................................................................................. 23
4.4 Jumlah Kependudukan .......................................................................... 23
4.5 Umur .................................................................................................... 23
4.6 Mata Pencaharian .................................................................................. 24

V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil ..................................................................................................... 26
5.1.1 Karakteristik Responden ................................................................ 26
5.1.1.1 Umur Responden ................................................................. 26
5.1.1.2 Tingkat Pendidikan .............................................................. 28
5.1.1.3 Jumlah Tanggungan dalam Keluarga .................................... 29
5.1.2 Penerimaan Responden dari Ekosistem mangrove.......................... 29
5.1.3 Penerimaan Responden dari Usaha Lain ........................................ 29
5.1.4 Biaya Ekosistem Mangrove dan Biaya Lainnya ............................. 30
5.1.5 Pendapatan Total Responden dari Ekosistem Mangrove dan Usaha
Lain diluar Ekosistem mangrove ................................................... 32
5.1.6 Kontribusi Pendapatan dari Ekosistem Mangrove .......................... 33
5.2 Pembahasan .......................................................................................... 34

VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 39
6.2 Saran..................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40


LAMPIRAN .............................................................................................. 44
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 55

xiii
DAFTAR TABEL

1. Jumlah Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Menurut Bulan (2018)
Kecamatan Tinanggea .......................................................................... 22
2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Tinanggea Tahun 2022 ...................................................... 24
3. Jumlah Responden Menurut Kelas Umur ............................................. 28
4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 27
5. Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan dalam Keluarga . 28
6. Jumlah Penerimaan Responden dari Ekosistem Mangrove ................... 29
7. Jumlah Penerimaan Responden dari Usaha Lain ................................... 30
8. Jumlah Pengeluaran Responden dari Ekosistem Mangrove................... 31
9. Jumlah Pengeluaran Responden dari Usaha Lain .................................. 32
10. Pendapatan Total Responden dari Ekosistem Mangrove dan Usaha
Lain diluar Ekosistem mangrove .......................................................... 33
11. Kontribusi Pendapatan Masyarakat dari Ekosistem Mangrove .............. 33

xiv
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................... 4


2. Skema Prosedur Penelitian ................................................................... 17

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 44


2. Dokumentasi Wawancara Bersama Responden .................................... 45
3. Alat Tangkap Yang digunakan Responden ........................................... 46
4. Data Umum Responden ....................................................................... 47
5. Penerimaan Responden dari Ekosistem Mangrove ............................... 48
6. Penerimaan Responden diluar Ekosistem Mangrove............................. 49
7. Total Penerimaan Responden dari Ekosistem mangrove ....................... 50
8. Total Penerimaan Responden diluar Ekosistem mangrove .................... 51
9. Total Pengeluaran Responden dari Ekosistem Mangrove...................... 52
10. Total Penegluaran Responden diluar Ekosistem Mangrove................... 53

xvi
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan hutan mangrove di Indonesia memiliki fungsi yang sangat

penting sehingga mangrove merupakan potensi strategis yang memiliki manfaat

ekonomi, ekologi dan sosial budaya. Manfaat dari ekosistem mangrove dapat

dirasakan secara langsung oleh manusia. Hutan mangrove menjadi salah satu

ekoistem dengan produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem lain

yang menjadi peran utama dalam mendukung aktivitas kehidupan di wilayah

pantai terutama dalam menjaga keseimbangan siklus biologis dilingkungannya.

Luas hutan mangrove di Indonesia sekitar 4.251.011,03 hektar dengan penyebaran

15,6 persen di Sumatra, 2,35 persen di Sulawesi, 2,35 persen di Maluku, 9,02

persen di Kalimantan, 1,03 persen di Jawa, 0,8 persen di Bali dan Nusa Tenggara,

dan 69,43 persen di Irian Jaya (Karimah, 2017).

Sulawesi Tenggara memiliki kawasan mangrove yang cukup luas yaitu

sekitar 61.512,79 ha. Keberadaan mangrove di wilayah ini sangat penting karena

merupakan sumberdaya yang banyak memberikan manfaat bagi penduduk sekitar

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa area mangrove telah ditetapkan

sebagai area penunjang kawasan konservasi seperti Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai (TNRAW) dengan luas ekosistem hutan mangrovenya yaitu 6.173 ha

yang terletak dibagian selatan kawasan, membentang dari barat ke timur

sepanjang 24 km dengan jarak antar ekosistem mangrove bervariasi dari 2-7 km

dari garis pantai sampai batas tepi mangrove daratan (Izal et al., 2016).
2

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (2019) mengemukakan

bahwa kawasan ekosistem mangrove di TNRAW menjadi salah satu sumber mata

pencaharian bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya khususnya masyarakat

yang berada pada muara-muara dan perairan laut dimana mereka menggantungkan

hidupnya sebagai nelayan. Hal inilah yang mendasari Balai TNRAW

memasukkan beberapa muara dikawasan mangrove menjadi zona tradisional,

yang salah satunya adalah Muara Lanowulu. Pertimbangan ekonomi dan ekologi

tidak dapat dipisahkan dalam evaluasi berbagai alternatif pengelolaan mangrove.

Jabalnur et al. (2023) mengemukakan bahwa keberadaan mangrove di

TNRAW menjadi salah satu kawasan yang sangat penting karena menunjang

kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan terutama bagi masyarakat

sekitar Muara lanowulu. Masyarakat sangat bergantung terhadap keberadaan

hutan mangrove dari segi ekonomi karena hutan mangrove merupakan sumber

mata pencaharian utama bagi masyarakat. Ekosistem mangrove mampu

memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat terutama

masyarakat yang dekat dengan kawasan mangrove.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik sebuah rumusan

masalah yaitu berapakah kontribusi pendapatan masyarakat dari pemanfaatan

ekosistem mangrove di Muara Lanowulu kawasan Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai?

2
3

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

pendapatan masyarakat dari pemanfaatan ekosistem mangrove di Muara

Lanowulu kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sedangkan

kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi dalam penelitian

lanjutan berkaitan dengan sosial ekonomi masyarakat yang memanfaatkan

kawasan ekosistem mangrove.

1.4 Kerangka Pikir

Kawasan ekosistem mangrove di TNRAW memiliki manfaat yang dapat

dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang berada disekitar kawasan

tersebut. Komunitas terestrial akuatik yang ada di dalamnya secara langsung

berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia baik dari segi ekonomi, sosial

budaya maupun ekologi. Manfaat langsung yang diperoleh dengan keberadaan

hutan mangrove adalah manfaat ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap

pendapatan masyarakat.

Berdasarkan manfaat ekonomi dari hutan mangrove di Muara Lanowulu,

masyarakat memiliki mata pencaharian dibidang perikanan yang memperoleh

komoditi udang rebon, ikan, rajungan, rumput laut dan kepiting bakau. Selain itu

masyarakat juga memilki mata pencaharian lain diluar kawasan ekosistem hutan

mangrove yaitu pada bidang pertanian, perkebunan, dll. Untuk mengetahui

besarnya kontribusi pendapatan dari usaha tani kelompok nelayan tersebut, maka

dilakukan penelitian tentang kontribusi pendapatan masyarakat dari pengelolaan

3
4

ekosistem hutan mangrove di Muara Lanowulu kawasan Taman Nasional Rawa

Aopa Watumohai.

Secara sistematis skema kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada

Gambar 1.

Hutan Mangrove TNRAW

Manfaat Hutan Mangrove

Ekologi Ekonomi Sosial Budaya

Sumber Pendapatan

Mangrove Luar Mangrove

Perikanan 1. Perkebunan
2. Pertanian
3. dll

Kontribusi Pendapatan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran kontribusi pendapatan masyarakat pada


pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Muara Lanowulu kawasan
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

4
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Hutan Mangrove

Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang berada di daerah tepi pantai

yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga lantainya selalu tergenang

air. Ekosistem mangrove berada di antara level pasang naik tertinggi sampai level

di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata pada daerah pantai yang terlindungi

dan menjadi pendukung berbagai jasa ekosistem di sepanjang garis pantai di

kawasan tropis (Utomo et al., 2017).

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 73 tahun 2012

bahwa ekosistem mangrove merupakan sistem penyangga dan merupakan

wilayah pesisir dan memiliki nilai kekayaan alam yang tinggi, sehingga perlu

adanya perlindungan, pemanfaatan dan pelestarian secara lestari. Menurut

Purnamawati et al. (2015) mangrove sebagai salah satu komponen ekosistem

pesisir memegang peranan yang cukup penting, baik di dalam memelihara

produktivitas perairan pesisir maupun di dalam menunjang kehidupan penduduk

di wilayah tersebut.

Hutan mangrove merupakan suberdaya alam pesisir yang mempunyai

peranan penting bagi kelangsungan hidup ekosistem lainnya. Hal ini karena hutan

mangrove mempunyai lokasi yang strategis dan dengan potensi yang terkandung

didalamnya, serta fungsi perlindungannya secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi keberadaan dan berfungsinya sumberdaya alam lainnya.

Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki produktifitas

tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan organik yang


6

tinggi dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat penting bagi

kehidupan makhluk hidup yang ada didalamnya (Fitriah et al., 2013).

Hutan mangrove merupakan sumber daya alam tropis yang mempunyai

manfaat ganda, baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun ekologi. Berbeda dengan

hutan daratan, hutan mangrove memiliki habitat yang lebih spesifik karena adanya

interaksi antara komponen penyusun ekosistem yang kompleks dan rumit.

Komponen penyusun ekosistem tersebut saling berinteraksi membentuk suatu

kesatuan yang utuh dan tidak dapat berdiri sendiri. Hutan mangrove termasuk tipe

ekosistem yang tidak terpengaruh oleh iklim, tetapi faktor edafis sangat dominan

dalam pembentukan ekosistem ini (Poedjirahajoe, 2017).

2.2 Karakteristik Hutan Mangrove

Hutan mangrove mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan

formasi hutan lainnya Keunikan hutan tersebut terlihat dari habitat tempat

hidupnya, juga keanekaragaman flora, yaitu: Avicennia, Rhizophora, Bruguiera,

dan tumbuhan lainnya yang mampu bertahan hidup disalinitas air laut, dan fauna

yaitu kepiting, ikan, jenis Molusca, dan lain-lain. Materi organik menjadikan

hutan mangrove sebagai tempat sumber makanan dan tempat asuhan berbagai

biota seperti ikan, udang dan kepiting. Produksi ikan dan udang di perairan laut

sangat bergantung dengan produksi serasah yang dihasilkan oleh hutan mangrove.

Hutan mangrove merupakan jenis maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di

daerah pasang surut (Karimah, 2017).

Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang memeiliki

karakteristik khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang

6
7

dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya

pasang surut air laut yang dimana komunitas tumbuhannya toleran terhadap

garam. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah foresttocoastal woodland

vloedbos dan hutan payau. Adapun karakteristik hutan mangrove terlepas dari

habitatnya yang unik adalah memiliki jenis pohon yang relatif sedikit serta

memiliki akar yang unik seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau

Rhizopora sp (Noviyanti et al., 2019).

2.3 Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove

Annisa (2018) mengatakan bahwa fungsi ekosistem mangrove terdiri atas :

1. Fungsi fisik

Fungsi fisik hutan mangrove berupa penjaga garis pantai, pelindung tebing

sungai dan pantai, mencegah terjadinya erosi air laut, perangkap zat-zat yang

dapat mencemari hutan mangrove dan limbah, melindungi bagian belakang hutan

dari hempasan, gelombang dan angin kencang, mencegah terjadinya intrusi air

serta mampu mengolah limbah organik.

2. Fungsi biologi

Fungsi biologi sebagai tempat berkembang biak, memijah dan mencari

makan biota laut yang memiliki niai ekonomis yang tinggi seperti ikan dan udang.

Selain itu juga merupakan habitat bagi satwa liar seperti reptilian, mamalia, dan

lain-lain serta hutan mangrove sebagai sumber plasma nutfah.

3. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan

lingkungan. Selain itu juga sebagia penyedia hasil hutan kayu, bahan idustri

7
8

seperti pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik dan zat pewarna,

penghasil bibit ikan, udang, kerang, telur burung dan madu serta sebagai objek

wisata. Objek wisata di mangrove cocok untuk dikembangkan karena hutan

mangrove berada di peralihan darat dan laut dengan keunikan. Selain memberikan

pendapatan langsung bagi pengelola, dan penjaga parkir, ekowisata dapat

memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar dengan membuka warung.

Menurut Ely et al. (2019) ekisistem mangrove berfungsi sebagai tempat

mencari makan (feeding ground), memijah (spawing ground) dan berkembang

biak bagi berbagai macam biota perairan seperti ikan, uidang dan kerang-

kerangan. Hutan mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa, baik sebagai

habitat pokok maupun sebagai habitat sementara, penghasil deritus dan sebagai

perangkap sedimen yang berasal dari daratan. Secara ekonomis, hutan mangrove

dapat dimanfaatkan sebagai penghasil kayu bakar, kayu bangunan, bahan arang,

dan lainnya. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari

hempasan gelombang air laut, sebagai penyerap logam berat serta menyerap

karbondioksida untuk mengurangi pemanasan global.

Hutan mangrove memiliki peranan cukup penting bagi ekosistem

sekitarnya, seperti pelindung, stabilisator garis pantai, tempat utama perputaran

nitrogen dan sulfur, pengumpul lumpur, pembentuk lahan, tempat habitat alami

satwa liar, daerah asuhan biota akuatik tertentu. Sifat dan bentuk yang dimiliki

dari ekosistem mangrove sangat khas serta mempunyai fungsi dan manfaat yang

beranekaragam bagi masyarakat sekitar kawasan hutan mangrove maupun bagi

mahluk hidup lainnya yang berada di wilayah tersebut. Oleh karena itu, ekosistem

8
9

mangrove tersebut dimasukkan dalam salah satu ekosistem pendukung kehidupan

yang penting, dan perlu dipertahankan kelestariannya (Samosir dan Restu, 2017).

2.4 Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat

Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan dalam

konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem hutan mangrove

adalah pengelolaan berbasis masyarakat. Pengelolaan berbasis masyarakat

mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya

alam disuatu kawasan. Mengelola disini mengandung arti masyarakat

memikirkan, merencanakan, mengimplementasikan, memonitor dan mengevaluasi

sesuatu yang menjadi kebutuhannya baik dalam hal perlindungan, pemanfaatan

hasil dan rehabilitasi hutan mangrove (Amal dan Ichsan, 2016).

Masyarakat lokal yang mengandalkan sumberdaya hutan mangrove untuk

kehidupannya memiliki pengetahuan botani dan ekologi tentang hutan mereka.

Mengingat penyebab utama kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah karena

pengaruh antropogenik, maka sudah selayaknya peran serta masyarakat lokal

sangat diperlukan dalam upaya restorasi hutan mangrove (Eddy et al., 2019).

Kondisi hutan telah meningkat sejak masyarakat lokal mengambil

tanggung jawab pengelolaan. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat adalah

upaya untuk meningkatkan standar hidup masyarakat dan kondisi sumber daya

alam dimana mereka bergantung sekaligus meningkatkan kondisi ekologi hutan

mangrove. Inti dari pengelolaan mangrove berbasis masyarakat terletak pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang disertai oleh manajemen sumber daya

yang berkelanjutan (Syahputra et al., 2018).

9
10

Pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat merupakan salah satu

strategi pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan dalam

pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam. Melibatkan masyarakat dalam

pengembangan dan pengelolaan ekosistem hutan mangrove berbasis masyarakat

akan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya perlindungan

terhadap sumber daya alam. Oleh sebab itu di perlukan upaya untuk menumbuh

kembangkan peran serta masyarakat dalam mengembalikan fungsi dan manfaat

hutan mangrove yang rusak dalam pelaksanaan dan pengawasan. Bila masyarakat

memiliki pengetahuan akan pentingnya hutan mangrove untuk generasi sekarang

dan generasi mendatang (Kiolol et al., 2017).

2.5 Pemanfaatan Hutan Mangrove

Hutan mangrove dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah

pendapatan keluarganya. Namun demikian, pengelolaanya harus tetap

memperhatikan kelestarian dan fungsi lain dari mangrove tersebut. Beberapa

contoh hasil produk pemanfaatan mangrove dapat berupa benda benda hiasan,

kerajinan, suvenir dan bahkan untuk kebutuhan perlengkapan sehari hari. Selain

itu masyarakat juga sering memanfaatkan kawasan mangrove menjadi tempat

pembibitan ikan, udang dan berbagai potensi laut lainnya (Sofian et al., 2018).

Kebanyakan masyarakat memanfaatkan hutan mangrove karena memiliki

nilai ekonomi yang cukup tinggi selain itu mangrove juga bermanfaat untuk

memenuhi keperluan rumah tangga misalnya sebagai bahan bangunan, kayu

bakar, area pertambakan serta hasil hutannya. Selain dijual, masyarakat juga

10
11

mengkonsumsi sendiri sebagai makanan sehari-hari. Mangrove juga berperan

dalam dunia industri yaitu sebagai bahan baku kertas (Warpur, 2016).

Beberapa bentuk pemanfaatan hutan mangrove yang dilakukan masyarakat

yaitu penangkapan ikan, udang, kepting, taripang, pengambilan kerang,

penebangan kayu, pembuangan sampah, pemanfaatan kandungan bioaktif sebagai

sumber obat-obatan serta wisata rekreasi (Ekowisata) yang juga memberikan

pendapatan bagi daerah setempat. Meningkatnya kebutuhan ekonomi masyarakat

mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya mangrove serta organisme yang

berasosiasi didalamnya juga meningkat (Ely et al., 2021).

2.6 Kontribusi Pendapatan

Kontribusi adalah sumbangan dari berbagai bidang oleh suatu usaha yang

dilakukan seseorang mulai dari perkebunan, pertanian, perdagangan maupun

perikanan. Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis dengan

menghitung jumlah uang/pendapatan berupa gaji/upah dari hutan mangrove

dibagi dengan pendapatan total masyarakat dari hutan mangrove dan diluar hutan

mangrove (pendapatan perkebunan, buruh, dan dagang/warung) kemudian dikali

100 % rumus yang digunakan adalah rumus kontribusi (Saputro et al., 2019)

Menurut Apriliyasari et al. (2015) kontribusi pendapatan merupakan

pembagian hasil Pendapatan dari pemanfaatan hutan mangrove dengan

pendapatan total (pendapatan perkebunan, perikanan, buruh, ekowisata dan

warung). Kontribusi pendapatan dihitung menggunakan rumus:

11
12

𝑌 𝑚𝑎𝑛𝑔𝑟𝑜𝑣𝑒
𝐾= X 100%
𝑌 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Keterangan :

K = Kontribusi

Ymangrove = Total pendapatan rumah tangga dari hutan mangrove

Ytotal = Total Pendapatan rumah tangga (pendapatan di mangrove dan

pendapatan diluar mangrove)

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Aprilliyasari, Augustine Lumangkun dan

Uke Natalina (2015) dengan judul Analisa Pendapatan Masyarakat yang

Memanfaatkan Hutan Mangrove di Desa Olak-Olak Kecamatan Kubu Kabupaten

Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 40 orang yaitu

masyarakat yang memanfaatkan hutan mangrove sebagai sumber penghasilan.

Analisis data menggunakan analsis pedapatan kemudian dilakukan perhitugan

kontribusi pendapatan dari hasil hutan mangrove pada pendapatan total rumah

tangga. Hasil dari penelitian ini yaitu, jenis pemanfaatan yang dilakukan di hutan

mangrove adalah kayu, ikan,, udang, kepiting dan kerang. Pendapatan rata-rata

dari hutan mangrove sebesar Rp. 12.841.601,00/tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Alief Saputro, Sukri Nyompa dan Amal

(2019) dengan judul Analisis Pendapatan Hutan Mangrove Dan Kontribusinya

Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Masyarkat Dipulau Tanakeke Kabupaten

Takalar. Penelitian ini menggunakan metode sampel purposive sampling, dan

menggunakan tekink analisis deskriptif. Metode analisis dari penelitian ini adalah

12
13

analisis pendapatan dan kontribusi dari pemanfaatan hutan mangrove terhadap

pendapatan rumah tangga. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa pemanfaatan

yang dilakukan masyarakat adalah menangkap ikan untuk dipasarkan, pelestarian

hutan mulai dari pembibitan, pembersihan hingga perawatan dan masyarakat yang

ikut serta berasal dari instansi/kelompok bahkan ada juga yang berinisiatif sendiri

untuk ikut serta karena lokasi hutan mangrove berekatan dengan pemukiman.

Kontribusi dari hutan mangrove terhadap pendapatan rumah tangga sebesar

66,13%.

Penelitian yang dilakukan oleh Sofian, Muhammad Husni Idris, dan

Markum (2018) dengan judul Keanekaragaman Spesies Dan Kotribusi Hutan

Mangrove Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Desa Eyat Kecamatan Lembang

Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif. Metode sampel menggunakan purposive sampling. Metode analisis

data menggunakan analisis pendapatan dengan menggunakan rumus pendapatan

dan kontribusi. Hasil dari penelitian ini adalah diluar hutan mangrove masyarakat

melakukan pembibitan dan penanaman mangrove, perlindungan dan pengamanan,

dan inventarisasi potensi jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Pendapatan Masyarakat yang diperoleh dari hutan mangrove sebesar Rp

7.883.529,41/tahun sedangkan diluar hutan mangrove yaitu pertanian (sawah dan

perkebunan) dan pendapatan non usaha tani (dagang/jasa, guru dan lainnya)

sebesar Rp 32.997.058,82. Berdasarkan hal tersebut maka kontribusi pemanfaatan

hutan mangrove terhadap pendapatan masyarakat sebesar 19,19 %.

13
14

14
III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Muara Lanowulu kawasan Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe

Selatan. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2023 - Juli 2023. Peta lokasi

penelitian ditunjukkan pada Lampiran 1.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara

(daftar kuesioner), daftar responden, serta objek penelitian yaitu komoditi yang

diusahakan (udang rebon, ikan dan kepiting bakau). Alat yang digunakan meliputi

alat tulis, GPS (Global Positioning System), kamera, kalkulator, printer serta

perangkat komputer.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu kelompok masyarakat nelayan yang

memanfaatkan ekosistem mangrove di Muara Lanowulu pada zona tradisional

kawasan TNRAW. Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok nelayan Muara

Lanowulu. Sampel data pada penelitian ini ditentukan secara purposive/sengaja

berdasarkan jumlah nelayan yang aktif di Muara Lanowulu yaitu sebanyak 23

orang.
15

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif. Data kuntitatif digunakan untuk menghitung secara langsung

informasi atau penjelasan yang dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam hal ini

data kuantitatif yang diperlukan adalah penerimaan nelayan dari ekosistem

mangrove dan penerimaan diluar hasil ekosistem hutan mangrove, serta

pendapatan total masyarakat. Data kualitatif adalah data yang lebih identik dengan

sifat atau karakteristik berupa penjelasan. Data kualitatif yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah identitas responden meliputi nama, jenis kelamin, alamat,

pendidikan dan kegiatan yang dilakukan dalam mengelola ekosistem hutan

mangrove.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu dengan

melakukan wawancara kepada responden yang berada di sekitar kawasan

hutan mangrove di Muara Lanowulu dengan menggunakan kusioner. Data

primer adalah data pendapatan masyarakat yang bersumber dari hutan

mangrove berupa hasil pendapatan udang rebon, ikan dan kepiting bakau,

rajungan, rumput laut dan pendapatan diluar mangrove berupa tanaman

perkebunan dan tanaman pertanian.

15
16

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literatur, skripsi,

jurnal, dan berbagai instansi seperti kantor Balai Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai dan instansi terkait lainnya.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kontribusi ekosistem

hutan mangrove terhadap pendapatan masyarakat meliputi:

1. Jenis komoditi yang diusahakan

2. Jumlah komoditi yang dipanen (Rp/Kg/Bulan)

3. Harga jual komoditi yang diusahakan (Rp/Kg/Bulan)

4. Biaya tetap (fixed cost) (Rp/Bulan)

5. Biaya variable (Rp/Bulan)

3.6 Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengamatan (observasi) melalui wawancara dengan menggunakan daftar

kuesioner.

3.7 Prosedur Penelitian

Tahapan prosedur yang digunakan dalam memperoleh data yang sesuai

dengan masalah penelitian ini adalah :

1. Tahapan persiapan :

a. Menyiapkan izin penelitian,

b. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian

16
17

2. Tahapan pelaksanaan

a. Mengumpulkan data dengan cara mempelajari literatur, laporan, karya

ilmiah dan hasil penelitian yang terkait dengan penelitian.

b. Mengumpulkan data dengan melakukan wawancara menggunakan

pedoman wawancara, yang terdiri dari data pendapatan dari ekosistem

hutan mangrove maupun pendapatan diluar ekosistem hutan mangrove.

3. Tahapan penyusunan laporan: Analisis data dari penyusunan laporan

penelitian (Skripsi).

Adapun prosedur dalam penelitian ini dapat disajikan dalam diagram alir

berikut:

Prosedur Penelitian

Persiapan

Pelaksanaan

Pengambilan Data

Observasi Wawancara Studi Pustaka

Analisis Data

Penyusunan Skripsi

Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian

17
18

3.8 Analisis Data

Anaslisis kontribusi pendapatan masyarakat yaitu dengan menggunakan

analisis data kuantitatif, datanya bersifat angka-angka yang berbentuk skala

ukuran atau skala nominal. Untuk mendapatkan nilai kontribusi ini harus

diketahui dua besaran yaitu besarnya pendapatan dan sumbangan masing-masing

bidang usaha sebagai sumber pendapatan masyarakat, secara umum yaitu

pendapatan dari ekosistem hutan mangrove, usaha tani, dan sektor lain terhadap

total pendapatan masyarakat. Berikut analisis data yang dilakukan:

1. Untuk menganalisis pendapatan masyarakat dalam kegiatan usaha

pemanfaatan hutan mangrove digunakan rumus sebagai berikut :

I = TR – TC

Dimana:

I = Income (Pendapatan) (Rp)

TR = Total Revenue (Penerimaan) (Rp)

TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

Untuk mendapatkan nilai total penerimaan (Revenue) digunakan rumus

sebagai berikut:

TR = R M + R LM

Dimana:

TR = Total Penerimaan (Rp)

RM = Penerimaan dari Mangrove (Rp)

R LM = Luar Mangrove (Rp)

18
19

Sedangkan total biaya (Total Cost) yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha

mangrove digunakan rumus sebagai berikut:

TC = Biaya tetap - Biaya tidak tetap

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi hutan mangrove terhadap pendapatan

masyarakat digunakan rumus sebagai berikut (Dajan, 2014 dalam Sofian,

2018).

K = PI/PT X 100%

Dimana:

K = Kontribusi (%)

PI = Pendapatan Dari Mangrove (Rp)

PT = Pendapatan Total (Rp)

3.9 Defenisi Operasional

a. Jenis komodoti adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam

pemanfaatan hasil ekosistem hutan mangrove.

b. Jumlah komoditi adalah banyaknya hasil yang diperoleh dari usaha-usaha

yang dilakukan.

c. Harga jual adalah penjumlahan dari harga pokok dari komoditi yang dijual.

d. Biaya tetap adalah biaya dengan pengeluaran tetap yang digunakan.

e. Biaya variable adalah biaya yang dikeluarkan berdasarkan pada produksi

yangdilakukan.

f. Penerimaan adalah pendapatan kotor yang diperoleh dari komoditi yang

diusahakan.

19
20

g. Pendapatan adalah penerimaan yang diterima oleh masyarakat dari usaha

yang dilakukannya dikurangi dengan biaya produksi.

h. Kontribusi adalah sumbangan dari berbagai bidang oleh suatu usaha yang

dilakukan seseorang mulai dari perkebunan, pertanian, perdagangan maupun

perikanan.

20
IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1 Letak dan Batas Wilayah

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) adalah kawasan

pelestarian alam yang terletak di Provinsi Sulawesi tenggara dan secara

administratif TNRAW terletak pada 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Konawe

Selatan, Konawe, Kolaka dan Bombana. Secara geografis, TNRAW terletak

diantara 121°44’-122°44’ Bujur Timur (BT) dan 4°22’-4°39 Lintang Selatan (LS).

Secara astronomis, Kecamatan Tinanggea terletak antara 04°46’44.1’

Lintang Selatan dan 122°19’73.1’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Kecamatan Tinanggea memiliki batas - batas wilayah yaitu: Kabupaten Bombana,

Kec. Andoolo, Kec. Andoolo Barat, Kec. Lalembuu, Kec. Tinanggea dan Selat

Tiworo. Penelitian ini dilakukan pada hutan mangrove TNRAW dengan luas

kawasan 6.000 ha pada zona tradisional. Ekosistem mangrove terletak dibagian

selatan, berkembang di sepanjang pantai Lanowulu hingga Langkowala dengan

Panjang 24 km mulai dari sungai Roraya hingga sungai Langkowala.

4.2 Iklim

Kecamatan Tinanggea merupakan wilayah tropis dengan dua musim yaitu

musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan November sampai dengan Maret

angin banyak mengandung uap air yang berasal dari benua Asia dan Samudera

pasifik, pada bulan November sampai dengan Maret terjadi musim penghujan.

Pada bulan April, arus angin selalu tidak menentu yang dikenal dengan musim

pancaroba. Pada bulan Mei sampai dengan Agustus angin bertiup dari arah timur
22

yang berasal dari benua Australia kurang mengandung uap air sehingga terjadi

musim kemarau yang diakibatkan oleh minimnya curah hujan di daerah ini. Hasil

pengamatan jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan menurut bulan yang

terdapat di wilayah penelitian berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Kecamatan Tinanggea (2022) disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Menurut Bulan (2022)
Kecamatan Tinanggea.
Jumlah Curah Hujan
Bulan Jumlah Hari Hujan
(mm)
Januari 105,1 23
Februari 157,4 13
Maret 217,3 21
April 100,6 17
Mei 240,3 21
Juni 283,5 21
Juli 312,3 24
Agustus 585,2 28
September 279,6 23
Oktober 131,8 14
November 232,8 23
Desember 121,4 14
Total 2.767,3 242
(Sumber : BPS Kecamatan Tinanggea, 2022)

Tabel 1 menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi di Kecamatan

Tinanggea tahun 2022 terjadi pada bulan Agustus (585,2 mm), sedangkan curah

hujan terendah terjadi pada bulan April (100,6 mm). Adapun total curah hujan

ditahun 2022 adalah 2.767,3 mm, sehingga menurut Schmidt dan Ferguson

wilayah Kecamatan Tinanggea memiliki tipe iklim A (Sangat Basah) dengan nilai

Q=0%.

22
23

4.3 Topografi

Secara umum kawasan TNRAW memiliki topografi datar, berbukit sampai

dengan bergunung. Bentang alam di daerah ini berupa pantai, dataran rendah

sampai berbukit diwilayah selatan, sedangkan dibagian utara bertopografi berat

sampai bergunung. Ketinggian kawasan dari permukaan laut berkisar dari 0-981

m dpl. Tempat tertinggi pada kawasan TNRAW adalah Gunung Makaleleo (798 m

dpl) dan gunung watumohai (550 m dpl). Kecamatan Tinanggea terdiri dari 8 desa

pesisir dan 17 desa yang bukan pesisir. Secara umum, kecamatan Tinanggea

memiliki topografi dataran rendah dan berbukit yang berpotensi sebagai lahan

pertanian (BPS Konawe selatan, 2022).

4.4. Jumlah Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Lanowulu berdasarkan data yang diperoleh dari

BPS Kecamatan Tinanggea tahun 2022 sebanyak 850 jiwa yang terdiri dari 416

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 434 jiwa perempuan yang mencakup 4 rukun

warga dan 8 rukun tetangga, sedangkan jumah penduduk di Desa Akuni sebanyak

477 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 244 jiwa dan perempuan sebanyak

233 jiwa yang terdiri dari 4 rukun warga dan 8 rukun tetangga.

4.5 Umur

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di

Kecamatan Tinanggea menurut BPS Kecamatan Tinanggea tahun 2022 disajikan

pada tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di


Kecamatan Tinanggea Tahun 2022
Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Total

23
24

Laki-laki Perempuan
00-04 852 795 1467
05-06 1382 1313 2695
07-12 1285 1525 2537
13-15 1458 1332 2817
16-24 1251 1172 2423
25-29 1020 993 2013
30-34 974 944 1918
35-39 1016 1046 2062
40-44 951 897 1848
45-49 829 805 1632
50-54 710 659 1369
55-59 506 477 983
60-64 321 319 640
65-79 225 218 443
71-74 169 128 297
>=75 187 141 328
Tinanggea 13.163 12.491 25.654
(Sumber : BPS Kecamatan Tinanggea, 2022)

Jumlah penduduk terbanyak menurut kelas umur di Kecamatan Tinanggea

berada pada kelas umur 12-13 tahun sebanyak 2817 jiwa sedangkan jumlah

penduduk paling sedikit berada pada kelas umur 71-74 tahun yaitu 297 jiwa.

4.6 Mata Pencaharian

Indonesia memiliki sumberdaya hutan mangrove yang sangat luas yang

tersebar di wilayah pesisir di berbagai provinsi. Potensi kekayaan alam tersebut

perlu dikelola dan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi, masyarakat melakukan usaha sebagai

nelayan pada kawasan mangrove di Muara Lanowulu. Bidang usaha tersebut

mempunyai peran yang sangat besar dalam meningkatkan taraf fidup masyarakat

dan menciptakan lapangan pekerjaan. Jenis usaha yang dilakukan masyarakat

24
25

adalah budidaya rumput laut, pukat udang dan ikan, memasang bubu kepiting

bakau serta rajungan.

25
V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Pemanfaatan sumberdaya ekosistem mangrove oleh masyarakat di Muara

Lanowulu kawasan TNRAW telah dilakukan sejak dahulu kala bahkan sebelum

kawasan TNRAW terbentuk hingga saat ini dan telah menjadi suatu kearifan lokal

yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjawab berbagai masalah dalam

pemenuhan kebutuhan mereka. Masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan

dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya dari hasil tangkapan yang diperoleh.

5.1.1 Karakterisitik Responden

Kategori individu yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah

karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan utama

serta pekerjaan sampingan responden. Data karakteristik tersebut adalah sebagai

berikut:

5.1.1.1 Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan fisik

responden untuk bekerja dan berfikir dalam pemanfaatan lahan. Pada umumnya

seseorang yang berusia muda akan mempunyai kemampuan atau lebih

bersemangat dibandingkan dengan usia yang lebih tua. Untuk lebih jelasnya

mengenai umur responden disajikan pada tabel 3.


27

Tabel 3. Jumlah Responden Menurut Kelas Umur


Umur Jumlah Responden
No
(Tahun) (Jiwa)
1 21-30 8
2 31-40 7
3 41-50 4
4 51-60 2
5 >61 2
Total 23
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 3, umur responden yang berada diiantara 21-30 tahun

tergolong kedalam kelas terbanyak dengan jumlah responden sebanyak 8 jiwa.

Hal ini menggambarkan umur tersebut merupakan umur yang paling produktif

dalam bekerja.

5.1.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden. Secara detail tentang

tingkat Pendidikan responden disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Jumlah Responden
No Tingkat Pendidikan
(Jiwa)
1 SD 19
2 SMP 2
3 SMA 2
Total 23
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Tabel 4, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki Pendidikan

formal yang rendah, dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 19 jiwa dari

total responden. Berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah dilalui

responden maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya tingkat pendidikan

tersebut mempengaruhi pemahaman responden dalam bekerja. Tinggi rendahnya

27
28

pendidikan dapat menjadi pendukung ataupun hambatan dalam Upaya mengolah

hutan dalam hal ini hutan konservasi. Dari data tersebut dapat memberikan

gambaran bahwa tingkat pendidikan formal yang rendah berdampak pada sistem

mengolah hutan yang dijalani.

5.1.1.3 Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga

Jumlah tanggungan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap

penghasilan dalam suatu keluarga. Tanggungan keluarga yang banyak akan

berimplikasi pada biaya konsumsi keluarga yang tinggi dan menjadi beban kepala

keluarga, namun dipihak lain anggota keluarga juga menjadi sumber tenaga kerja

yang akan membantu dalam melakukan suatu kegiatan terutama pada usia yang

produktif. Besar kecilnya anggota keluarga sangat mempengaruhi kebutuhan

responden, akan tenaga kerja yang ikut membantu dalam Bertani dan juga

mengolah hasil hutan. Jumlah tanggungan dalam keluarga disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan dalam Keluarga


Jumlah Tanggungan Jumlah Responden
No
(Jiwa) (Jiwa)
1 0-1 1
2 2-3 9
3 4-5 10
4 6-7 1
5 >8 2
Total 23
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 5, responden yang memiliki jumlah tanggungan

keluarga paling sedikit yaitu 1 responden sedangkan jumlah tanggungan keluarga

terbanyak yaitu 2 responden. Jumlah tanggungan keluarga responden menjadi

motivasi petani dalam mengolah hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan anggota

keluarga untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

28
29

5.1.2 Penerimaan Responden dari Ekosistem Mangrove

Penerimaan responden dari ekosistem mangrove dihitung dari beberapa

jenis komoditi perikanan yang dilakukan seperti budidaya rumput laut, pukat

udang dan ikan, rebon, kepiting bakau dan rajungan. Hasil perhitungan dari

jumlah usaha yang dilakukan responden disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penerimaan Responden dari Ekosistem Mangrove


Jumlah Total Rata-Rata Penerimaan
No Jenis Usaha Responden Penerimaan Responden
(KK) (Rp/Tahun) (Rp/KK/Tahun)
1 Rumput Laut 8 1.152.000.000 50.086.957
2 Udang 7 420.000.000 18.260.870
3 Ikan 5 447.000.000 19.434.783
4 Rebon 6 410.400.000 17.843.478
5 Kepiting Bakau 5 471.000.000 20.478.261
6 Rajungan 4 558.000.000 24.260.870
Total 23 3.458.400.000 150.365.217
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berrdasarkan tabel 6, jumlah penerimaan responden yang paling tinggi

dari usaha rumput laut sebanyak Rp.1.152.000.000/Tahun dengan rata-rata

penerimaan masing-masing responden adalah Rp. 50.086.957/Tahun sedangkan

jumlah penerimaan terendah dari usaha udang rebon yaitu sebanyak

Rp.410.000.000/Tahun dengan rata-rata penerimaan masing-masing responden

sebanyak Rp.17.843.261/Tahun.

5.1.3 Penerimaan Responden dari Usaha Lain

Penerimaan responden bukan hanya berasal dari ekosistem mangrove saja

namun juga memperoleh penerimaan dari usaha lain. Penerimaan tersebut

diperoleh dari pekerjaan sampingan seperti jasa sewa kapal, pertanian dan

perkebunan. Penerimaan yang diperoleh responden dari usaha lain diluar

ekosistem mangrove disajikan pada Tabel 7.

29
30

Tabel 7. Jumlah Penerimaan Responden dari Usaha Lain


Jumlah Total Rata-Rata Penerimaan
No Jenis Usaha Responden Penerimaan Responden
(KK) (Rp/Tahun) (Rp/KK/Tahun)
1 Jasa Sewa Kapal 2 14.400.000 626.087
2 Pertanian 8 333.000.000 14.478.261
3 Perkebunan 4 150.000.000 6.521.739
4 Tidak Ada usaha 11 0 0
Lain
Total 23 497.400.000 21.626.087
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 7, jumlah penerimaan responden dari usah lain diluar

ekosistem hutan mangrove tertinggi dari usaha pada bidang perkebunan yaitu

sebanyak Rp.333.000.000/Tahun dengan rata-rata penerimaan masing-masing

responden adalah Rp.14.478.000/Tahun sedangkan jumlah penerimaan paling

sedikit adalah jasa sewa kapal sebanyak Rp.14.400.000/Tahun dengan rata-rata

penerimaan masing-masing responden adalah Rp.626.087/Tahun.

5.1.4 Biaya Ekosistem Mangrove dan Biaya Lainnya

Biaya merupakan total pengeluaran keseluruhan yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biaya pengeluaran masyarakat nilainya

bervariasi tergantung dengan kebutuhannya. Besarnya pengeluaran biaya

dipengaruhi oleh bebrapa faktor diantaranya banyaknya jumlah tanggungan.

Biaya-biaya tersebut disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Pengeluaran Responden dari Ekosistem Mangrove


Jumlah Total Rata-Rata Pengeluaran
No Jenis Usaha Responden Pengeluaran Responden
(KK) (Rp/Tahun) (Rp/KK/Tahun)

30
31

1 Rumput Laut 8 212.400.000 9.234.783


2 Udang 7 42.120.000 1.831.304
3 Ikan 5 39.600.000 1.721.739
4 Rebon 6 26.400.000 1.147.826
5 Kepiting Bakau 5 73.200.000 3.182.609
6 Rajungan 4 98.400.000 4.278.261
Total 23 492.120.000 21.396.522
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 8, jumlah pengeluaran reponden yang paling tinggi

dari usah rumput laut sebanyak Rp.212.400.000/Tahun dengan rata-rata

pengeluaran masing-masing responden adalah Rp.9.234.783/Tahun sedangkan

jumlah pengeluaran terendah adalah udang rebon sebanyak Rp.26.400.000/Tahun

dengan rata-rata pengeluaran masing-masing responden adalah

Rp.1.147.826/Tahun.

Selain biaya yang digunakan dari usaha yang dilakukan pada ekosistem

mangrove, responden yang memiliki usaha sampingan juga mengeluarkan biaya

untuk usaha lain agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Biaya tersebut

merupakan biaya yang harus dikeluarkan responden dalam jangka waktu satu

tahun. Total biaya yang dikeluarkan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Pengeluaran Responden dari Usaha Lain


Jumlah Total Rata-Rata Pengeluaran
No Jenis Usaha Responden Pengeluaran Responden
(KK) (Tahun) (Rp/Tahun)

31
32

1 Jasa Sewa Kapal 2 14.400.000 104.348


2 Pertanian 8 87.000.000 3.782.609
3 Perkebunan 4 2.400.000 547.826
4 Tidak Ada 11 0 0
Usaha Lain
Total 23 102.000.000 4.434.783
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 9, jumlah pengeluaran responden yang paling banyak

adalah dari bidang usaha pertanian yaitu Rp.87.000.000/Tahun dengan rata-rata

penerimaan masing-masing reponden adalah Rp.3.782.609/Tahun sedangkan

jumlah pengeluaran paling sedikit adalah jasa sewa kapal sebanyak

Rp.14.400.000/Tahun dengan rata-rata penerimaan masing-masing responden

sebanyak Rp.104.348/Tahun.

5.1.5 Pendapatan Total Responden dari Ekosistem Mangrove dan Usaha

Lainnya

Pendapatan bersih responden diperoleh dari pengurangan antara

penerimaan responden dengan biaya yang dikeluarkan responden. Berdasarkan

tabel penerimaan dan pengeluaran diatas, maka pendapatan responden terbagi atas

pendapatan total dari ekosistem mangrove dan pendapatan total dari usaha yang

dilakukan diluar ekosistem mangrove. Berikut adalah pendapatan responden

secara keseluruhan yang disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Pendapatan Total Responden dari Ekosistem Mangrove dan Usaha Lain
diluar Ekosistem mangrove
Jenis Total Rata-Rata Total Rata- Total Rata-Rata
No
Pendapatan Penerimaan Rata Biaya Pendapatan

32
33

(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/KK/Tahun)


1 Ekosistem 150.365.217 21.396.522 128.968.696
Mangrove
2 Usaha Lain 21.626.087 4.434.783 17.191.304
Total 171. 991.304 25.831.305 146.160.000
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 10, total rata-rata pendapatan responden dari ekosistem

hutan mangrove adalah Rp.128.968.696/Tahun sedangkan total rata-rata

pendapatan responden dari usaha lain diluar ekosistem hutan mangrove adalah

Rp.17.191.304/Tahun. Apabila diakumulasikan jumlah total rata-rata pendapatan

dari ekosistem hutan mangrove dan dari usaha lain diluar ekosistem mangrove

adalah Rp.146.160.000/Tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yangdilakukan

oleh Aprilliyasari et al. (2015) yang menyatakan bahwa keterkaitan antara

pendapatan masyarakat dari ekosistem mangrove dan pendapatan lain diluar

ekosistem mangrove didalam pemanfaatannya, dapat memberikan nilai tambah

penghasilan terhadap masyarakat.

5.1.6 Kontribusi Pendapatan dari Ekosistem Mangrove

Kontribusi pendapatan dari ekosistem mangrove terhadap pendapatan total

masyarakat merupakan besarnya pengaruh atau persentase hasil ekosistem

mangrove terhadap pendapatan masyarakat. Kontribusi ini diperoleh setelah

mengetahui pendapatan total ekosistem mangrove dan pendapatan total dari usaha

lainnya diluar ekosistem mangrove. Berikut adalah tabel kontribusi pendapatan

masyarakat dari ekosistem mangrove di Muara Lanowulu Kawasan TNRAW.

Tabel 11. Kontribusi Pendapatan Masyarakat dari Ekosistem Mangrove


Total Rata-Rata
No Jenis Pendapatan Persentase
Pendapatan

33
34

(Rp/Tahun) (%)
1 Pendapatan dari Ekosistem 128.968.696 88,24%
mangrove
2 Usaha Lain 17.191.304 11,76%
Jumlah 146.160.000 100%
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 11, total rata-rata pendapatan masyarakat dari

ekosistem hutan mangrove adalah Rp.128.968.696/Tahun dengan persentase

sebesar 88.24% sedangkan total rata-rata pendapatan masyarakat dari usaha lain

sebanyak Rp.17.191.304/Tahun dengan persentase sebesar 11,76%.

5.2 Pembahasan

Muara Lanowulu merupakan bagian dari kawasan TNRAW yang di

kelilingi oleh mangrove dan menjadi tempat bermata pencaharian bagi nelayan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka melakukan aktifitas pada

kawasan tersebut secara turun temurun bahkan sebelum kawasan TNRAW

terbentuk. Kisaran umur responden yang bermata pencaharian pada ekosistem

hutan mangrove terbanyak berada pada umur 21-30 tahun sebanyak 8 jiwa. Umur

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan. Di masa produktif,

secara umum semakin bertambahnya umur maka pendapatan akan semakin

meningkat, yang tergantung juga pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Kekuatan

fisik seseorang untuk melakukan aktivitas sangat erat kaitannya dengan umur

karena bila umur seseorang telah melewati masa produktif, maka semakin

menurun kekuatan fisiknya sehingga produktivitasnya pun menurun dan

pendapatan juga ikut turun (Putri dan Nyoman, 2013).

34
35

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator yang berpengaruh

terhadap kehidupan dan status seseorang di masyarakat. Namun kebanyakan dari

para responden hanya menamatkan tingkat pendidikan sampai Sekolah Dasar, hal

ini dapat dilihat pada tabel 4, jumlah responden yang hanya menempuh

pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 19 jiwa. Menurut Ariwibowo (2013) tingkat

pendidikan sangat berpengaruh terhadap program peningkatan pengetahuan baik

secara langsung dan secara tidak langsung terhadap perilaku dalam bekerja, pola

pikir seseorang dan mempercepat proses penerimaan informasi dalam bekerja..

Tinggi rendahnya pendidikan dapat menjadi pendukung dalam upaya

memanfaatkan hasil ekosistem mangrove serta mampu mendukung dan terlibat

langsung dalam melindungi dan menjaga keberlanjutan kehidupan ekosistem

sekitar kawasan.

Jumlah tanggungan dalam keluarga merupakan banyaknya individu dalam

suatu keluarga dan akan berpengaruh terhadap pemanfaatan ekosistem mangrove

dalam suatu usaha. Jumlah tanggungan responden didasarkan pada banyaknya

jumlah individu yang beban penghidupannya ditanggung oleh responden. Jumlah

tanggungan responden pada tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan

terbanyak pada kisaran 4-5 sebanyak 10 jiwa. Hal ini sejalan dengan penelitian

Purwanro dan Budi (2018) yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan akan

menjadi harapan bagi sebuah keluarga untuk dapat menyelamatkan mereka dari

keterpurukan. Namun semakin banyak jumlah tanggungan yang dimiliki oleh

sebuah keluarga biasanya akan berpengaruh pada tingkat pengeluaran keluarga

35
36

tersebut. Bisa jadi jika makin banyak tanggungan maka alokasi dana masing-

masing akan berkurang jika tidak dibarengi dengan pendapatan yang cukup.

Produksi usaha yang dilakukan pada ekosistem mangrove merupakan

banyaknya hasil yang diperoleh dari jumlah usaha yang dilakukan dikalikan

dengan harga produksi dalam per bulan. Berdasarkan tabel 6 diperoleh total

penerimaan terbesar yaitu dari usaha budidaya rumput laut sebanyak

Rp.1.152.000.000/Tahun dengan rata-rata pendapatan yang diperoleh masing-

masing responden adalah sebesar Rp.50.086.957/Tahun sedangkan penerimaan

terkecil dari usaha udang rebon sebanyak Rp.410.400.000/Tahun dengan dengan

rata-rata pendapatan yang diperoleh masing-masing responden sebesar

Rp.17.843.478/Tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Husni et al (2014) yang menyatakan bahwa penerimaan yaitu seluruh pemasukan

yang diterima dari kegiatan produksi yang menghasilkan uang tanpa dikurangi

dengan total biaya produksi yang dikeluarkan.

Penerimaan dari hasil usaha lain diluar ekosistem mangrove turut

memberikan sumbangsih pendapatan karena tidak semua responden bekerja

sebagai nelayan namun ada pula yang bekerja pada bidang usaha pertanian,

perkebunan dan jasa sewa kapal. Berdasarkan tabel 7, total penerimaan terbesar

yaitu dari usaha pada bidang pertanian sebanyak Rp.333.000.000/Tahun dengan

rata-rata penerimaan masing-masing responden adalah Rp.14.478.261/Tahun

sedangkan total penerimaan terkecil adalah jasa sewa kapal yaitu

Rp.14.400.000/Tahun dengan rata-rata pendapatan masing-masing responden

sebesar Rp.626.087/Tahun. Menurut (Atikoh, 2016 dalam Farida, 2018)

36
37

penerimaan dari masing-masing sumber pendapatan terbesar ataupun pendapatan

terkecil bukan merupakan indikator yang menyatakan bahwa pendapatan yang

dihasilkan responden akan memberikan nilai yang besar dan kecil pula.

Pendapatan tersebut dipengaruhi seberapa banyak biaya yang dikeluarkan oleh

masing-masing jenis penerimaan.

Biaya dari pengelolaan ekosistem mangrove merupakan total pengeluaran

keseluruhan dari usaha yang dilakukan. Berdasarkan Tabel 8, total rata-rata

pengeluaran responden dari ekosistem mangrove sebesar Rp. 21.396.522/tahun

sedangkan total rata-rata pengeluaran responden dari usaha diluar ekosistem

mangrove sebesar Rp.4.434.783/Tahun dari jumlah seluruh responden yang

melakukan usaha tersebut. Bakari (2021) mengemukakan bahwa besarnya biaya

produksi juga dapat berpengaruh pada besarnya pendapatan responden. Seberapa

besar faktor produksi yang digunakan oleh responden tentunya sangat

menentukan besar biaya yang dibutuhkan selama melaksanakan usahanya.

Pendapatan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan merupakan selisih

yang diperoleh dari hasil penerimaan responden dikurangi dengan biaya-biaya

yang digunakan oleh responden untuk melakukan usaha. Berdasarkan tabel 10,

total rata-rata pendapatan responden dari ekosistem hutan mangrove sebanyak

Rp.128.969.696/Tahun sedangkan total rata-rata pendapatan responden dari usaha

lain diluar ekosistem hutan mangrove sebanyak Rp.17.191.304/Tahun dengan.

Diketahui bahwa hasil dari ekosistem mangrove lebih besar dari biaya-biaya yang

dikeluarkan, hal ini dikarenakan jumlah hasil tangkapan nelayan setiap bulan

sangat besar untuk masing-masing responden. Hal ini sejalan dengan penelitian

37
38

yang dilakukan oleh Farida (2018) yang menyatakan apabila biaya dapat tertutupi

dengan keuntungan dan memberikan manfaat maka usaha tersebut layak untuk

diusahakan dan mampu memberikan keuntungan bagi nelayan yang mengelola.

Berdasarkan tabel 11, kontribusi pendapatan masyarakat dari pengelolaan

ekosistem hutan mangrove adalah 88,23% dengan rata-rata pendapatan yang

diperoleh masing-masing responden mencapai Rp.128.968.696/Tahun.

Pendapatan dari usaha lain responden mempunyai kontribusi sebesar 11,76%

dengan rata-rata pendapatan yang diperoleh masing-masing responden adalah

sebesar Rp.17.191.304/Tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan

masyarakat terhadap ekosistem mangrove yang ada pada kawasan Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai lebih dominan dibandingkan pada usaha atau

sektor lain diluar ekosistem mangrove. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Jabalnur et al. (2023) yang menyatakan bahwa keberadaan hutan

mangrove di kawasan TNRAW sangat menunjang kehidupan masyarakat

sekitarnya, khususnya masyarakat yang berada di muara-muara dan

menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.

38
VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kontribusi pendapatan masyarakat pada pengelolaan ekosistem mangrove

adalah sebesar 88,24% dengan total rata-rata pendapatan responden sebanyak

Rp.128.968.696/KK/Tahun sedangkan kontribusi pendapatan masyarakat dari luar

ekosistem hutan mangrove sebesar 11,76% dengan rata-rata pendapatan

responden sebanyak Rp.17.191.304/KK/Tahun.

6.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah:

1. Kawasan Mangrove di Muara Lanowulu menjadi tempat bermata pencaharian

utama bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya, namun saat ini masih

minimnya perhatian dari pemerintah setempat untuk memberikan bantuan

intensif terhadap masyarakat disekitar kawasan. Sehingga perlunya

komunikasi antara pihak pengelola kawasan dan pemerintah daerah setempat

untuk saling memberikan pendapat bagaimana baiknya untuk pengembangan

lebih lanjut terhadap potensi-potensi yang dapat dikembangkan oleh

masyarakat yang bermata pencaharian pada kawasan tersebut.

2. Untuk penelitian lebih lanjut disaranakan untuk memperluas obyek penelitian

dan tidak terbatas pada satu kawasan muara saja melainkan pada muara-

muara lain yang ada di kawasan hutan mangrove Taman Nasional rawa aopa

Watumohai.
40

DAFTAR PUSTAKA

Amal, dan I. I. Baharuddin. 2016. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam


Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat di Kecamatan Suppa
Kabupaten Pinrang. Jurnal Scientific Pinisi. 2(1): 1-7.

Annisa, N.R. 2018. Valuasi Ekonomi Sumber Daya Hutan Mangrove di Desa
Tongke-Kecamatan Sinjai Timur. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.
Indonesia.

Aprilliyasari., A. Lumangkun, dan U. Natalina. 2015. Analisa Pendapatan


Masyarakat yang Memanfaatkan Hutan Mangrove di Desa Olak-Olak
Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari. 4(1):47-54.

Ariwibiwo, R. 2013. Hubungan Antara Umur, Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,


Sikap Terhadap Praktik Safety Riding Awareness Pada Pengendara Ojek
Sepeda Motor di Kecamatan Banyumanik. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2(1): 79-88.

Bakari, Y. 2021. Analisis Karakteristik Biaya dan Pendapatan Usaha Tani Padi
Sawah: Studi Kasus di Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango
Provinsi Gorontalo. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 15(3): 265-277.

Eddy, S., I. Iskhandar., M.R Ridho, dan A. Mulyana. 2019. Restorasi Hutan
Mangrove Terdegradasis Berbasis Masyarakat Lokal. Jurnal Indobiosains.
1(1):1-13.

Ely, A.J., L. Tuhumena., J. Sopaheluwakan, dan Y. Pattinaja. 2021. Strategi


Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove di Negeri Amahai. Jurnal Triton.
17(1):57-67.

Farida. 2018. Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Kelompok Tani


Mepokoaso Melalui Sistem Tebang Tunda. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan
dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi tenggara.

40
41

Fitriah, E., Y. Maryuningsih, E. Chandra, dan A. Mulyani. 2013. Studi Analisis


Pengeloaan Ekosistem Hutan Mangrove Kabupaten Cirebon. Jurnal
Scintiae Educatia. 2(2): 1-18.

Husni, A. K. Hidayah, dan Maskan Af. 2014. Analisis Finansial Usaha Tani Cabai
Rawit (Capsicum frutescens L) di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan.
Jurnal Agrifor. 18(1): 49-52.

Izal, Analuddin, dan Muhsin. 2016. Analisis Vegetasi Mangrove di Sekitar Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai Desa Passare Apua Kecamatan Lantari
Jaya Kabupaten Bombana Sulawesi tenggara. Jurnal Biowallacea. 3(1):
375-383.

Jabalnur, Heryanti, S. Saifuddin, N. Intan, J. Ukkas, M. Suciati, dan R. Tabiu.


2023. Kemitraan Konservasi di Hutan Mangrove dalam Pemanfaatan
Tradisional. Halu Oleo Law Review. 7(1):52-65.

Karimah. 2017. Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk


Organisme Laut. Jurnal Biologi Tropis. 17(2): 51-58.

Kiolol, N., W. Tillar, dan W. Rotinsulu. 2017. Pengelolaan Hutan Mangrove


Berbasis Masyarakat di Desa Kampung Ambong Kecamatan Likupang
Timur Kabupaten Minahasa Utara. 13(3):179-190.

Noviyanti, A., K. Walil, D. T. Puspandari. 2019. Identifikasi Makrozobenthos di


Kawasan Hutan Mangrove Kajhu Kabupaten Aceh Besar. Jurnal BIO
natural. 6(2): 92-99.

Poedjirahajoe, E., D. Marsono, dan F.K. Wardhani. 2017. Penggunaan Principal


Component Analysis Dalam Distribusi Spasial Vegetasi Mangrove di
Pantai Utara Pemalang. Jurnal Ilmu Kehutanan. 11(1): 29-41.

Purwanto, A, dan B. M. Taftazani. 2018. Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap


Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Pekerja K3l Universitas
Padjajaran. Jurnal Pekerjaan Sosial. 1(2): 33-43.

41
42

Putri, D. P., dan N. D. Setiawan. 2013. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pekerjaan


Terhadap Pendapatan Rumah tangga Miskin di Desa Bebandem. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. 2(4): 173-180.

Putri, D.A, dan N.D. Setiawan. 2013. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pekerjaan
Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Desa Bebandem. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. 2(4): 173-178.

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden Tentang Strategi Nasional


Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Lembaran Negara RI Tahun 2012
Nomor 73.

Samosir, D.D, dan Restu. 2017. Analisis Manfaat Hutan Mangrove di Desa
Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara. Jurnal Tunas Geografi. 6(1):3-15.

Saputro, A., S. Nyompa., dan Amal. 2019. Analisis Pemanfaatan Hutan Mangrove
dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat di
Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar. 18(1):70-81.

Sofian., M.H. Idris, dan Markum. 2018. Keanekaragaman Spesies dan Kontribusi
Hutan Mangrove Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Eyat Mayang
Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Belantara. 1(1):10-
15.
Syahputra, O.H., B. Nugroho, H. Katrorihardjo, dan N. Santoso. 2018. Jejaring
Kekuasaan Aktor dalam Pengelolaan Hutan angrove Berbasis masyarakat
di Provinsi Aceh. Journal Of Natural Resources and Environmental
Management. 9(2):380-393.

Utomo, B., S. Budiastuti, dan C. Muryani. 2017. Strategi Pengelolaan Hutan


Mangrove di Desa Tanggul Tlare Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.
E-Journal Undip. 7(4):117-123.

42
43

Warpur, M. 2016. Struktur Vegetasi Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya di


Kampung Ababiaidi Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori. Jurnal
Biodjati. 1(1):19-26.

Apriliyasari, A. Lumangkun, dan U. Natalina. 2015. Analisis pendapatan


masyarakat yang memanfaatkan hutan mangrove di Desa Olak-olak
Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari. 4(1): 45-
57.

43
44

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Kontribusi Pendapatan Masyarakat pada Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove di
Muara Lanowulu Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

44
45

Lampiran 2. Dokumentasi Wawancara Bersama Responden

(a) Wawancara bersama responden (b) Wawancara bersama responden

(c) Wawancara bersama responden (d) Wawancara bersama responden

(e) Wawancara bersama responden (f) Wawancara bersama responden

45
46

Lampiran 3. Alat Tangkap Yang Digunakan Responden

(a) Bubu rajungan (b) Bubu kepiting bakau

(c) Pukat (d) Togo

46
47

Lampiran 4. Data Umum Responden


No Nama Umur Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Pekerjaan utama Pekerjaan Sampingan
(Tahun) Dalam Keluarga
1 Sergio 29 SD 3 Nelayan Jasa sewa kapal
2 Bobi 41 SD 5 Nelayan Petani
3 Reski 29 SMP 3 Nelayan Petani
4 Riko 31 SMA 3 Nelayan Petani
5 Amiruddin 43 SD 3 Nelayan Jasa sewa kapal
6 Adri 30 SD 4 Nelayan Perkebunan
7 Rahman 25 SD 0 Nelayan Petani
8 M. Aibar 38 SMA 5 Nelayan Perkebunan
9 Pihiring 51 SD 8 Nelayan Tidak Ada
10 Cahring 47 SD 3 Nelayan Tidak Ada
11 Tiswanto 33 SMP 3 Nelayan Tidak Ada
12 Iskar 35 SD 4 Nelayan Petani
13 Addade 70 SD 2 Nelayan Perkebunan
14 Erwin Basri 26 SD 2 Nelayan Tidak Ada
15 Makmur Abbas 60 SD 5 Nelayan Petani
16 Reski 25 SD 3 Nelayan Petani
17 Muhammadiyah 50 SD 9 Nelayan Tidak Ada
18 Topan 36 SD 4 Nelayan Tidak Ada
19 Ariswan 40 SD 4 Nelayan Tidak Ada
20 Rustam 40 SD 6 Nelayan Tidak Ada
21 Ardan 25 SD 4 Nelayan Petani
22 Ege 30 SD 4 Nelayan Tidak Ada
23 Beddu Tang 75 SD 4 Nelayan Tidak Ada

47
48

Lampiran 5. Penerimaan Responden dari Ekosistem mangrove

Penerimaan/Bulan Total Cost/Bulan


Pendapatan/Bula
No Nama Rumput Kepiting Togo/Balacen Rumput Kepiting Rajunga Togo/Balacen
Udang Rajungan Ikan Udang Ikan n
Laut Bakau g Laut Bakau n g
16.000.00 4.000.00
1 Sergio 0 - - 7.500.000 - - 0 - - 2.300.000 - - 17.200.000
2 Bobi - - 6.000.000 - - - - - 900.000 - - - 5.100.000
6.000.00 1.200.00
3 Reski - - - - 0 4.800.000 - - - - 0 - 9.600.000
10.000.00 2.800.00
4 Riko - - 0 - - - - - 0 - - - 7.200.000
4.000.00 5.000.00 2.000.00
5 Amiruddin 4.000.000 0 - - 0 - 0 100.000 - - 900.000 - 10.000.000
8.800.00 5.000.00 2.300.00
6 Adri - 0 - - 0 6.000.000 - 0 - - - - 17.500.000
7 Rahman - - - 9.000.000 - - - - - 1.300.000 - - 7.700.000
12.000.00 1.500.00
8 M. Aibar 0 - - - - 1.200.000 0 - - - - 600.000 11.100.000
2.400.000
9 Pihiring - - - 0 - - - - - 3.000.000 - - 21.000.000
4.000.00
10 Cahring 8.000.000 0 - - - - 700.000 150.000 - - - - 11.150.000
12.000.00 2.000.00
11 Tiswanto 0 - - - - 7.200.000 0 - - - - 400.000 16.800.000
6.000.00
12 Iskar - 0 - - - - - 120.000 - - - - 5.880.000
8.000.00
13 Addade - 0 - - - 9.000.000 - 120.000 - - - 1.200.000 15.680.000
1.750.00 1.200.00
14 Erwin Basri - - - - 0 - - - - - 0 - 5.500.000
15.000.00 5.000.00 2.400.00
15 Makmur Abbas - - 0 - 0 - - - 0 - - - 17.600.000
16.000.00 3.000.00
16 Reski 0 - - - - - 0 - - - - - 13.000.000
Muhammadiya 1.800.00
17 h - 0 2.250.000 - - - - 600.000 - - - - 3.450.000

47
48

4.500.00
18 Topan - - - 6.000.000 0 - - - - 1.600.000 - - 8.900.000
16.000.00 2.500.00
19 Ariswan 0 - - - - - 0 - - - - - 13.500.000
2.400.00
20 Rustam - 0 6.000.000 - - - - 120.000 - - - - 8.280.000
12.000.00 2.000.00
21 Ardan 0 - - - - - 0 - - - - - 10.000.000
5.000.00
22 Ege - - - - 0 6.000.000 - - - - 600.000 - 10.400.000
5.000.00
23 Beddu Tang - - - - 0 - - - - - 800.000 - 4.200.000

48
49

Lampiran 6. Penerimaan Masing-Masing Responden dari Usaha diluar Ekosistem mangrove


No Nama Penerimaan Total Cost/Bulan Pendapatan/Bulan
Pertanian Perkebunan Jasa Sewa Pertanian Perkebunan Jasa Sewa
(Sawah/4 bln) Kapal Kapal
1 Sergio - - 700.000 - - 130.000 570.000
2 Bobi 17.000.000 - - 5.000.000 - - 12.000.000
3 Reski 9.000.000 500.000 - 2.000.000 100.000 - 7.400000
4 Riko 18.000.000 - - 4.000.000 - - 14.000.000
5 Amiruddin - - 500.000 - - 70.000 430.000
6 Adri 2.000.000 - - 500.000 - 1.500.000
7 Rahman 9.000.000 - - 2.000.000 - - 7.000.000
8 M. Aibar - 8.000.000 - - 150.000 - 7.850.000
9 Pihiring - - - - - - -
10 Cahring - - - - - - -
11 Tiswanto - - - - - - -
12 Iskar 20.000.000 - - 5.000.000 - - 15.000.000
13 Addade - 2.000.000 - - 300.000 - 1.700.000
14 Erwin Basri - - - - - - -
15 Makmur Abbas 12.000.000 - - 3.000.000 - - 9.000.000
16 Reski 17.000.000 - - 5.000.000 - - 12.000.000
17 Muhammadiyah - - - - - - -
18 Topan - - - - - - -
19 Ariswan - - - - - - -
20 Rustam - - - - - - -
21 Ardan 9.000.000 - - 3.000.000 - - 6.000.000
22 Ege - - - - - - -
23 Beddu Tang - - - - - - -

49
50

Lampiran 7. Biaya variable dan Biaya Tetap dari Ekositem Mangrove dan Biaya dari Usaha Lainnya

No Nama Biaya variable Biaya tetap Total Biaya


1 Sergio 2.500.000 3.800.000 6.300.000
2 Bobi 700.000 200.000 900.000
3 Reski 900.000 200.000 1.100.000
4 Riko 2.500.000 300.000 2.800.000
5 Amiruddin 900.000 2.100.000 3.000.000
6 Adri 2.100.000 200.000 2.300.000
7 Rahman 900.000 400.000 1.300.000
8 M. Aibar 1.700.000 400.000 2.100.000
9 Pihiring 2.700.000 300.000 3.000.000
10 Cahring 500.000 350.000 850.000
11 Tiswanto 1.900.000 500.000 2.400.000
12 Iskar 120.000 0 120.000
13 Addade 920.000 400.000 1.320.000
14 Erwin Basri 1.150.000 150.000 1.300.000
15 Makmur Abbas 2.100.000 300.000 2.400.000
16 Reski 400.000 2.600.000 3.000.000
17 Muhammadiyah 500.000 100.000 600.000
18 Topan 1.400.000 200.000 1.600.000
19 Ariswan 600.000 1.900.000 2.500.000
20 Rustam 120.000 0 120.000
21 Ardan 1.400.000 600.000 2.000.000
22 Ege 500.000 100.000 600.000
23 Beddu Tang 700.000 100.000 800.000

50
51

Lampiran 8. Total Penerimaan Responden dari Ekosistem Mangrove


No Jenis Usaha Jumlah Responden Total Penerimaan Rata-Rata Penerimaan Responden
(KK) (Rp/Tahun) (Rp/KK/Tahun)
1 Rumput Laut 8 1.152.000.000 50.086.957
2 Udang 7 420.000.000 18.260.870
3 Ikan 5 447.000.000 19.434.783
4 Rebon 6 410.400.000 17.843.478
5 Kepiting Bakau 5 471.000.000 20.478.261
6 Rajungan 4 558.000.000 24.260.870
Total 23 3.458.400.000 150.365.217

51
52

Lampiran 9. Total Penerimaan Responden dari Usaha Lain di Luar Ekosistem Hutan Mangrove
No Jenis Usaha Jumlah Responden Total Penerimaan Rata-Rata Penerimaan Responden
(KK) (Rp/Tahun) (Rp/KK/Tahun)
1 Jasa Sewa Kapal 2 14.400.000 626.087
2 Pertanian 8 333.000.000 14.478.261
3 Perkebunan 4 150.000.000 6.521.739
4 Tidak Ada usaha Lain 11 0 0
Total 23 497.400.000 21.626.087

52
53

Lampiran 10. Jumlah Pengeluaran Responden dari Ekosistem Hutan Mangrove


No Jenis Usaha Jumlah Responden Total Pengeluaran Rata-Rata Pengeluaran Responden
(KK) (Rp/Tahun) (Rp/KK/Tahun)
1 Rumput Laut 8 212.400.000 9.234.783
2 Udang 7 42.120.000 1.831.304
3 Ikan 5 39.600.000 1.721.739
4 Rebon 6 26.400.000 1.147.826
5 Kepiting Bakau 5 73.200.000 3.182.609
6 Rajungan 4 98.400.000 4.278.261
Total 23 492.120.000 21.396.522

53
54

Lampiran 11. Jumlah Pengeluaran Responden di Luar Ekosistem Hutan Mangrove


No Jenis Usaha Jumlah Responden Total Pengeluaran Rata-Rata Pengeluaran Responden
(KK) (Tahun) (Rp/Tahun)
1 Jasa Sewa Kapal 2 14.400.000 104.348
2 Pertanian 8 87.000.000 3.782.609
3 Perkebunan 4 2.400.000 547.826
4 Tidak Ada Usaha Lain 11 0 0
Total 23 102.000.000 4.434.783

54
55

RIWAYAT HIDUP

NURFADILLA MULYA (M1A119023) Mahasiswa Jurusan

Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan

Universitas Halu Oleo, Kendari. Lahir di Bombana pada

tanggal 07 Januari 2002 dari Ayah Syamsuddin dan Ibu

Harlina. Anak pertama dari empat bersaudara. Memulai jenjang pendidikan pada

tahun 2007 di SDN 104 Tampa Bulu dan lulus pada tahun 2013, kemudian

melanjutkan pendidikan di SMPN 13 Poleang Utara dan lulus pada tahun 2016,

dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMKN 05 Bombana dan

lulus pada tahun 2019. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Halu Oleo melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) diprogram studi Manajemen Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas

Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.

54

Anda mungkin juga menyukai