Anda di halaman 1dari 5

Indahnya Ramadhan

Iming Yunusz

Suara alunan sholawat Tahrim di subuh sebelum


sholat subuh di mesjid selalu mengingatkan kenangan
Ramadhan masa kecil, kala itu Ramadhan 1404H dimana
setiap pukul 3.00 WITA dinihari suara ibunda
membangunkan satu persatu anak-anaknya membisikkan
di kuping anak-anaknya untuk menunaikan sahur
bersama. Lembaran jadwal imsakiyah Ramadhan disetiap
tahunnya selalu ditambahkan kolom menu sahur dan buka
puasa dan kami ber 8 saudara saling berlomba menandai
waktu disetiap jelang sholat maghrib sehabis berbuka
puasa bersama sebagai pertanda puasa pada hari itu
telah usai dan menghitung sisa hari puasa dan lebaran.
Kenangan indahnya Ramadhan sangat terasa sekali
melalui kebiasaan, menu sahur dan buka puasa serta
tontonan televisi dan siaran radio, sambil menikmati
sahur siaran RRI menyiarkan dialog Pak Kyai dan Daeng
Naba musik pengantar dan penutup acaranya sangat
berkesan lalu disertai lagu-lagu Bimbo jelang doa imsak
dengan suara ayam berkokok sebagai pertanda
dimulainya puasa.

1
Saking asyiknya bermain ’enggo-enggo (petak
umpet) dan beberapa permainan lainnya terkadang
sampai lupa kalau sedang berpuasa pulang-pulang buka
kulkas dan minum air lalu tersadar sembari istighfar.
Permainan yang mendominasi kala itu sambil menanti
waktu berbuka puasa antara lain: monopoli, ludo, ular
tangga, kwartet serial, Pancasila 5 Dasar (membuat
kolom yang harus diisi nama artis, negara, buah, atau
apa saja yang disepakati bersama dengan terlebih dahul
hom pim pah untuk menentukan huruf awal tebakan).
Tayangan televisi selama Ramadhan menayangkan
ceramah dan pengajian Al-Quran apalagi disaat malam
lebaran TVRI menayangkan operet PAPIKO asuhan Mus
Mualim dan Titiek Puspa dengan sederet artis ternama
Indonesia: Titi DJ, Anggun, Muchsin Alatas, Puput Novel,
Chicha Koeswoyo, Dina Mariana, Astri Ivo, Renny
Djayusman, Ikang Fawzy, Ira Maya Sopha, dan lain-lain.
Pada masa itu bulan puasa selalu bertepatan
dengan hari libur sekolah sehingga banyak waktu untuk
beristirahat dan beribadah, selain fardhu di mesjid juga
sholat tarwih bersama. Menu buka puasa yang sudah
ditulis pada kolom tambahan imsakiyah Ramadhan akan
selalu diupayakan untuk diwujudkan oleh Bunda
mengikuti selera kami, es cendol, jalangkote, pisang ijo,
es buah, bolu peca’, peca’ beppa, pallubutung, atau

2
seringkali satu per satu kami diajak bersama untuk acara
berbuka puasa di rumah sanak keluarga lainnya.
Terkadang kami bergilir diajak ke acara buka puasa dan
tarwih keliling oleh Ayahanda sebagai muballigh.
Begitupula saat sholat subuh atau sholat jumat di mesjid-
mesjid di kota Makassar selama Ramadhan. Alhamdulillah
ayah kami dapat menghidupi 8 orang anaknya dengan
kegiatan ceramah keliling hingga ke Provinsi Papua.
Indahnya Ramadhan kala itu mesjid penuh jamaah
hingga ke jalan raya di saat Sholat Tarwih, anak-anak
sekolah membawa buku Amaliah Ramadhan yang harus
ditandatangani dan di stamp untuk dilaporkan pada saat
masuk sekolah. Lantunan musik Ramadhan dan nasyid
terdengar menjelang buka puasa sambil menunggu waktu
adzan maghrib, Ommi Kaltsoum, Bimbo, Nasida Ria dan
hj Nur Asiah Djamil, serta grup Qasidah lainnya, atau
ceramah Zainuddin MZ, lantunan Qari dan Qariah H.
Muammar ZA, Nanang Qosim, sebelum era Rayhan, Opick,
Ust Uje, Sulis dan Haddad Alwi. Lagu yang tetap
legendaris dari grup Bimbo misalnya: Anak Bertanya pada
bapaknya, setiap habis ramadhan, Puasa, lailatul Qadar,
Bermata tapi tak melihat, indung-indung (Titi Said) dan
masih banyak lagi.
Di penghujung bulan Ramadhan adalah suasana
syahdu yang tidak dapat tergantikan, kenangan masa
kecil dulu pada H-7 kami dibuatkan seragam layaknya

3
keluarga Cendana batik bernuansa khas daerah lengkap
dari kopiah dan mukena sampai kaos kaki, sandal dan
sajadah. Juga dibekali uang kotak amal pada saat sholat
ied di lapangan. Kini semuanya tinggal kenangan,
sepeninggal ayah dan bunda yang tersisa hanya kesedihan
di setiap penghujung Ramadhan dikala lantunan Takbir
berkumandang setelah sholat maghrib dan buka puasa
suasana haru menyelimuti sanubari dan kalbu. Cucuran
airmata mengenang saat berkumpul bersama ayah, bunda
dan saudara. Dari 8 bersaudara kini yang tersisa 4, ayah
dan bunda telah tiada semakin menambah pilu setiap
memasuki Ramadhan dan Syawal hanya doa-doa yang
kami kirimkan untuk mereka yang telah mendahului, Al-
Fatihah.
Teruntuk saudaraku yang masih bertahan:
Kanda Rabina Yunus, Kanda Muhammadiyah Yunus dan
adinda E.Z. Muttaqien Yunus, tetap semangat dan
kompak (Fantastic Four).

Makassar, 22 Januari 2024

4
5

Anda mungkin juga menyukai