Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA

KARBON St37 DALAM MEDIUM KOROSIF


NaCl 3% MENGGUNAKAN INHIBITOR
EKSTRAK DAUN WARU

Skripsi

Oleh

Fredison Dian Sinaga

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
ABSTRAK

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA


KARBON St37 DALAM MEDIUM KOROSIF
NaCl 3% MENGGUNAKAN INHIBITOR
EKSTRAK DAUN WARU

Oleh

Fredison Dian Sinaga

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh waktu perendaman terhadap laju korosi pada
baja karbon St37 dalam medium korosif NaCl 3% menggunakan inhibitor ekstrak daun
waru. Sampel baja karbon St37 direndam dalam medium korosif NaCl 3% tanpa diberi dan
dengan diberi inhibitor ekstrak daun waru dengan konsentrasi 15% selama 3, 6, 9, dan 12
hari. Perhitungan penurunan laju korosi dilakukan dengan metode kehilangan berat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan inhibitor ekstrak daun waru efektif dalam
menurunkan laju korosi sampel dengan efisiensi terbesar pada perendaman selama 9 hari,
yaitu sebesar 78,48%. Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa fasa yang terbentuk
adalah Fe murni yang merupakan produk korosi. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan
mikro struktur permukaan sampel setelah direndam yaitu terdapat garis retakan, lubang, dan
gumpalan yang mengindikasikan bahwa sampel telah mengalami korosi. Hasil karakterisasi
EDS menunjukkan bahwa pada sampel yang telah direndam terdapat produk korosi
berbentuk senyawa FeO yang besarnya semakin meningkat ditiap waktu perendaman.

Kata Kunci : Baja karbon St37, inhibitor korosi, ekstrak daun waru, NaCl, XRD, dan
SEM-EDS.

i
ABSTRACT

THE EFFECT OF IMMERSION TIME ON CORROSION RATE ON St37


CARBON STEEL IN 3% NaCl CORROSIVE MEDIUM USING
HIBISCUS LEAFES EXTRACT INHIBITOR

By

Fredison Dian Sinaga

Research has been conducted on theeffect of immersion time on corrosion rate on St37 carbon
steel in 3% NaCl corrosive medium using hibiscus leafes extract inhibitor. The samples
carbon steel St37 were immersed in corrosive medium NaCl 3% without being given and given the
inhibitor of hibiscus leaves extract with a concentration of 15% for 3, 6, 9, and 12 days.
Calculation of reduction in corrosion rate is carried out by the method of weight loss. The results
showed that the addition of the hibiscus leaves extract inhibitor was effective in reducing the
corrosion rate of the sample with the greatest efficiency at 9 days immersion, which was equal to
78,48%. The results of XRD characterization show that the phase formed is pure Fe is a corrosion
product. The results of SEM characterization showed that the microstructure of the surface of the
sample after immersion was there were cracks, holes, and lumps which indicated that the sample
had been corroded. The results of EDS characterization show that in the soaked sample there were
corrosion products in the form of FeO compounds whose magnitude increased every time
immersion.

Keyword: Low carbon St37, corrosion inhibition, the exract hibiscus leaves, NaCl, XRD,
andSEM-EDS.

ii
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA
KARBON St37 DALAM MEDIUM KOROSIF
NaCl 3% MENGGUNAKAN INHIBITOR
EKSTRAK DAUN WARU

Oleh

Fredison Dian Sinaga

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
JudulSkripsi : Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Laju
Korosi Pada Baja Karbon St37 Dalam
Medium Korosif NaCl 3% Menggunakan
Inhibitor Ekstrak Daun Waru

NamaMahasiswa : Fredison Dian Sinaga

NomorPokokMahasiswa : 1717041081

Jurusan :Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam

MENYETUJUI

1. KomisiPembimbing

Drs. Ediman GintingSuka,M.Si. Drs. Pulung Karo-Karo, M.Si.


NIP.195708251986031002 NIP.196107231986031003

2. Ketua Jurusan FisikaFMIPA

Gurum Ahmad Fauzi, S.Si., M.T.


NIP 198010102005011002

iv
MENGESAHKAN

1. TimPenguji

Ketua : Drs. Ediman Ginting Suka, M.Si. .......................

Sekretaris : Drs. Pulung Karo-Karo, M.Si. .......................

Penguji
BukanPembimbing :Dra. Dwi Asmi, M.Si, Ph.D. .......................

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam

Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, S.Si., M.T.


NIP. 197407052000031001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 07 April 2022

v
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah dilakukan orang lain dan sepengetahuan saya tidak ada karya ataupendapat

yangditulisatauditerbitkanolehoranglainkecualiyangsecaratertulisdiacudalam naskah

ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka. Selain itu, saya menyatakan pula

bahwa skripsi ini dibuat oleh sayasendiri.

Apabila ada pernyataan saya yang tidak benar, maka saya bersedia dikenai sanksi

sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 12 April 2022

Fredison Dian Sinaga


NPM. 1717041081

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rejomulyo, Kec. Pasir Sakti, Kab.


Lampung Timur pada tanggal 28 Agustus 1998. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan
BapakRosman Sinagadan Ibu Dumaria Pasaribu. Penulis
menempuh pendidikan di SD Negeri 1 Mulyosari, tahun 2005-
2011, SMP Negeri 1 Pasir Sakti, tahun 2011-2014, dan melanjutkan ke SMA
Negeri 1 Pasir Sakti, tahun 2014-2017. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan
(PMPAP), tahun 2017. Selama menempuh jenjang pendidikan S1 di Fisika FMIPA
Unila, penulis mengambil konsentrasi keilmuan bidang Fisika Material. Penulis
juga aktif sebagai anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) Jurusan
Fisika FMIPA Unila. Pada tahun 2020 penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di PT Bukit Asam Tarahan, Bandar Lampung dan mengikuti program Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten
Lampung Timur.
Kemudian,penulismelakukanpenelitianpadatahun2021denganjudul“PengaruhWaktu
Perendaman Terhadap Laju Korosi Pada Baja Karbon St37 Dalam Medium Korosif
NaCl 3% Menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun Waru” di Laboratorium Fisika
Material Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Laboratorium
Material Teknik Mesin SMKN 2 Bandar Lampung sebagai skripsi di Jurusan Fisika
FMIPA UniversitasLampung

vii
MOTTO

“Pantun do hangoluan, Tois do hamagoan”

(Untuk hidup bahagia harus menjaga sopan


santun, Jika tidak menjaga sopan santun maka
malapetaka akan datang)

Pepatah Batak

viii
PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karya ini
kupersembahkan kepada

Kedua Orang Tuaku

Rosman Sinaga dan Dumaria Pasaribu

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih setia dan berkat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul “Pengaruh Waktu Perendaman
Terhadap Laju Korosi Pada Baja Karbon St37 Dalam Medium Korosif NaCl
3% Menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun Waru”. Tujuan penulisan skripsi ini
sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana dan melatih
mahasiswa untuk berfikir cerdas dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penelitian maupun penulisan skripsi


ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan
literasi keilmuan serta rujukan untuk mengembangkan riset selanjutnya yang lebih
baik.

Bandar Lampung, 12 April 2022


Penulis

Fredison Dian Sinaga

x
SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih setiadanberkatnya-
Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaianskripsiyangberjudul “Pengaruh Waktu
Perendaman Terhadap Laju Korosi Pada Baja Karbon St37 Dalam Medium
Korosif NaCl 3% Menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun Waru”. Berhasilnya
penelitian dan penulisan skripsi ini tidak hanya dilakukan oleh penulis sendiri,
namun adanya kontribusi beberapa pihak yang turut menyukseskan dan membuat
hasil karya ini menjadi lebih baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
pihak-pihak yang telah ikut serta membantu penulis,diantaranya:
1. Bapak Drs. Ediman Ginting Suka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah memberikan ilmu, masukan serta bimbingannya dalam
menyelesaikan skripsiini.
2. Bapak Drs. Pulung Karo-Karo, M.Si. selaku Pembimbing Pendamping yang
senantiasa memberikan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsiini.
3. Bapak Dra. Dwi Asmi, M.Si, Ph.D. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan motivasi, kritik dan saran dalam penulisan skripsiini.
4. Bapak Drs. Syafriadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi, arahan dan saran selama menempuh pendidikan di
Jurusan Fisika FMIPA UniversitasLampung.
5. Bapak Gurum Ahmad Fauzi, S.Si., M.T. selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA
UniversitasLampung.
6. Dosen Jurusan Fisika atas ilmu pengetahuan yang diberikan kepadapenulis.

7. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2017, yang selama ini sudah


menemani dan membantu dari awal hingga akhirperkuliahan

xi
Sertasemuapihakyangtelahmembantudalammenyelesaikanskripsiiniyangtidak dapat
disebutkan satu-persatu. Semoga Tuhan YME akan membalas dengan kebaikan dan
kemudahan dalam segala urusannya.

Bandar Lampung, 12 April 2022

Fredison Dian Sinaga

xii
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................................ i

ABSTRACT ............................................................................................................................. ii

HALAMAN SAMPUL............................................................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... v

PERNYATAAN....................................................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................ vii

MOTTO .................................................................................................................................viii

PERSEMBAHAN ................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. x

SANWACANA ........................................................................................................................ xi

DAFTAR ISI..........................................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xvii

I. PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Baja Karbon............................................................................................ 6
2.2 Klasifikasi Baja Karbon ........................................................................................... 7
2.3 Kegunaan Baja St37 ................................................................................................. 8

xiii
2.4 Korosi ...................................................................................................................... 9
2.4.1 Faktor Korosi ...................................................................................................... 10
2.4.2 Jenis-Jenis Korosi ............................................................................................... 11
2.4.3 Mekanisme Terbentuknya Sel Korosi ............. .................................................. 16
2.4.4 Laju Korosi ......................................................................................................... 17
2.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Korosi ................................................ 19
2.5 Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Laju Korosi ................................................. 20
2.6 Inhibitor Korosi ....................................................................................................... 21
2.7 Tanaman Waru (hibiscus tiliaceus) .......................................................................... 23
2.8 Metode Kehilangan Berat ......................................................................................... 24
2.9 Scanning Electron Microscopy-Energy Disperse (SEM-EDX) ............................... 26

III METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................................... 28
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 28
3.3 Prosedur Penelitian .................................................................................................. 28
3.4 Diagram Alir............................................................................................................ 30
3.5 Kode-Kode Sampel ................................................................................................. 34

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Laju Korosi Pada Baja Karbon St37 ....... 35
4.2 Analisis XRD (X-Ray Difraction) ........................................................................... 40
4.3 Analisis Scanning Electron Microscope (SEM) ..................................................... 43
4.4 Analisis Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy .................................................... 45

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 48
5.2 Saran...................................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Korosi seragam pipa ballast........................................................................................... 12

2.2 Korosi sumur. ................................................................................................................ 12

2.3 Korosi erosi .................................................................................................................... 13

2.4 Korosi galvanis ............................................................................................................... 13

2.5 Korositegangan ............................................................................................................... 14

2.6 Korosicelah ..................................................................................................................... 15

2.7 Korosi mikrobiologi ....................................................................................................... 16

2.8 Korosi lelah .................................................................................................................... 16

2.9 PengaruhKonsentrasi NaCl TerhadapLajuKorosi .......................................................... 21

2.10 Daun Waru (hibiscus tiliaceus) ...................................................................................... 24

2.11 Skematikprinsipkerja SEM ............................................................................................. 26

2.12 Interaksisampledenganberkaselektron ............................................................................ 27

3.1 Diagram preparasi pembuatan baja ................................................................................ 30

3.2 Diagram preparasi pembuatan larutan korosif ............................................................... 31

3.3 Diagram preparasi pembuatan ekstrak daun waru.......................................................... 32

3.4 Diagram preparasi proses korosi .................................................................................... 33

4.1 Diagram kehilangan massa logam terhadap waktu perendaman .................................... 36

4.2 Diagram laju korosi terhadap waktu perendaman. ......................................................... 38

4.3 Grafik efisiensi inhibitor terhadap waktu perendaman .................................................. 39

xv
4.4 Hasil difaktogram analisis XRD ..................................................................................... 40

4.5 Hasil SEM sampel St37 3.15 dengan perbesaran 1000 x .............................................. 43

4.6 Hasil SEM sampel St37 12.15 dengan perbesaran 1000 x ............................................ 44

4.7 Grafik analisis hasil EDS sampel St37 3.15 ................................................................... 46

4.8 Grafik analisis hasil EDS sampel St37 12.15 ................................................................. 46

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Komposisi kimia baja St37 ................................................................................................ 7

2.2 Perbandingan satuan laju korosi mils per year (mpy) dengan satuan laju korosi yang lain

.......................................................................................................................................... 18

2.3 Konstanta perhitungan laju korosi berdasarkan satuannya (Prameswari, 2008) .............. 25

3.1 Kode Sampel ..................................................................................................................... 34

4.1Data penelitian baja St37 dalam medium korosif NaCl 3 % .............................................. 35

4.2 Efisiensi inhibitor ekstrak daun waru pada baja karbon St37 dalam medium korosif NaCl
3 % .................................................................................................................................... 38

4.3Perbandingan hasil sampel St37 12.15 dengan data HighScore ......................................... 41

4.4Perbandingan hasil sampel St37 raw dengan data HighScore ............................................ 42

4.5Perbandingan hasil analisis EDS sampel St37 3.15 dan St37 12.15 ................................... 47

xvii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan material logam jenis baja memang sudah banyak digunakan terutama dalam

bidang infrastruktur, industri, dan kontruksi sejak lama. Baja adalah paduan logam yang

tersusun dari besi sebagai unsur utama dan karbon sebagai unsur penguat. Penggunaan

material logam jenis baja sangat banyak digunakan dalam bidang kontruksi,

infrastruktur, dan juga industri sejak lama (Yufita et al., 2018). Berdasarkan klasifikasi

baja menurut kegunaan dan komposisinya, baja dikelompokan menjadi baja karbon dan

juga baja paduan. Baja karbon adalah salah satu paduan yang terpenting yang ada dan

memiliki berbagai macam aplikasi industri (Mater, 2008). Baja karbon banyak digunakan

dalam berbagai macam kebutuhan di dunia industri dikarenakan mudah didapatkan dan

di fabrikasi. Hal tersebut dikarenakan sifat dari baja yang kuat dan keuletan yang baik(R.

A. Putra, 2011). Sifat baja tergantung dari jumlah kadar karbonnya karena merupakan

unsur utama baja itu sendiri.

Baja St37 merupakan salah satu baja yang paling banyak digunakan dalam industri. Baja

St37 adalah karbon yang setara dengan AISI 45, dengan komposisi kimia karbon : 0,5%,

mangan : 0,8%, silikon : 0,3% ditambah unsur lainnya dengan kekerasan ± 170 HB dan

kekuatan tarik 650-800 dan juga digolongkan kadar karbon yang rendah yaitu berkisar

0.468-574%. St merupakan singkatan dari steel. Baja ini memiliki harga yang relatif

murah, tetapi logam jenis ini memiliki kelemahan yaitu mudah terkorosi (Kirono &

Amri, 2013). Korosi adalah reaksi redoks dari suatu logam dengan senyawa lain yang
2

berada di sekitar lingkungannya dan menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak

dikehendakinya. Logam bereaksi secara kimia dengan media korosif sehingga

membentuk senyawa yang stabil yang disebut produk korosi (Raja & Sethuraman, 2008).

Korosi melibatkan pergerakan ion logam kedalam larutan didaerah aktif (anoda),

lewatnya elektron dari logam ke akseptor didaerah kurang aktif (katoda) dan arus ionik

dalam larutan dan arus elektronik dalam logam (Oguzie, 2007). Peristiwa korosi

mengakibatkan penurunan mutu suatu material, sehingga mengakibatkan logam menjadi

material yang kurang bermanfaat (Yuli Rizky Ananda Nasution et al., 2012). Korosi

tidak dapat dihentikan tetapi laju korosi bisa diperlambat yaitu dengan melakukan

tindakan seperti pengendalian dan perlindungan terhadap logam. Salah satunya yaitu

dengan penambahan inhibitor. Sejauh ini penggunaan inhibitor banyak digunakan dan

merupakan salah satu cara yang efektif dalam pencegahan korosi dan juga ramah

terhadap lingkungan didalam penggunaannya dan biayanya relatif murah (Ludiana &

Handani, 2012).

Inhibotor merupakan metode atau cara yang mampu memberikan perlindungan pada

logam dari senyawa yang tingkat korosinya tinggi. Karena keberadaan inhibitor korosi

didalam larutan sangat penting untuk menjaga permukaan baja tetap utuh (El-Etre,

2006). Inhibitor umumnya berasal dari senyawa organik dan anorganik. Penggunaan

inhibitor organik merupakan cara yang efektif dikarenakan mudah diperoleh, ramah

lingkungan dan juga harganya yang murah (Pradityana et al., 2007). Sedangkan inhibitor

anorganik diantaranya silikat, borat, tungstat, fostat, kromat, dan arsenat merupakan jenis

bahan kimia yang berbahaya, mahal dan tidak ramah terhadap lingkungan (Indrayani,

2016).
3

Penggunaan senyawa kimia dalam berbagai aplikasi dikondisikan oleh masalah

lingkungan dan kesehatan karena penggunaan inhibitor tidak hanya mengacu pada

kemanjurannya tetapi juga keamanannya(Abdel-Gaber et al., 2011). Oleh karena itu

penggunaan inhibitor yang dapat menyebabkan efek berbahaya dapat diganti dengan

menggunakan produk alami yang efektivitas dan keamanan terhadap lingkungan sangat

baik (Abdel-Gaber et al., 2011). Pada saat ini telah banyak dikembangkan penelitian-

penelitian mengenai inhibitor korosi yang ramah terhadap lingkungan dan berasal dari

bahan yang tersedia di alam. Terbukti bahwa penggunaan inhibitor organik mampu

menghalangi laju korosi terhadap suatu logam, yaitu dibuktikan dengan penelitian yang

pernah dilakukan oleh(Ludiana & Handani, 2012), telah didapatkan bahwa senyawa

antioksidan dalam ekstrak daun teh dapat menginhibisi reaksi korosi baja karbon dalam

larutan korosif NaCl dengan menunjukkan hasil yaitu berupa lubang-lubang atau karat

yang terbentuk berkurang dikarenakan adanya suatu lapisan yang terbentuk oleh inhibitor

dan mampu menghalangi serangan ion-ion agresif dari NaCl (Yerimadesi et al., 2013).

Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan inhibitor organik yaitu daun waru (hibiscus

tiliaceus) dengan cara di ekstrak. Daun waru memiliki kandungan senyawa fitokimia

yaitu saponin, flavonoid, polifenol, dan tanin (Lusiana, 2013). Selain itu daun waru

mudah didapatkan dan jika digunakan ramah terhadap lingkungan. Waru memiliki

banyak sekali kegunaan yaitu sebagai obat tradisional untuk penanganan dalam anti

radang, membersihkan darah, anti bengkak, menghentikan pendarahan dan masih banyak

lagi, sedangkan daunnya mengandung tanin dan fenolik (Rustini et al., 2015).

Pada penelitian ini menggunakan baja karbon St37 dalam medium korosif NaCl 3%

dengan variasi waktu perendaman yaitu 3 hari, 6 hari, 9 hari, dan 12 hari dengan

menggunakan ekstrak daun waru dengan metode maserasi untuk proses ekstraksi daun

waru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan variasi waktu
4

perendaman sampel baja karbon St37 dengan medium korosif yang direndam dengan

inhibitor ekstrak daun waru dapat menghambat laju korosi serta mengetahui efisiensi dan

struktur mikro, dan unsur-unsur kimia serta fasa yang terbentuk pada sampel yang

dihasilkan setelah dilakukan perendaman dalam medium korosif dengan penambahan

inhibitor. Laju korosi dihitung dengan menggunakan metode kehilangan berat. Hasil

korosi baja karbon St37 di karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope

(SEM),Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS) dan X-ray Diffraction (XRD).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh variasi waktu perendaman inhibitor ekstrak daun waru

(hibiscus tiliaceus) terhadap laju korosi dalam medium korosif NaCl 3%.

2. Bagaimana efisiensi dari ekstrak daun waru (hibiscus tiliaceus) terhadap laju korosi.

3. Bagaimana struktur mikro, unsur-unsur kimia yang dihasilkan, dan fasa yang

terbentuk setelah penambahan inhibitor ekstrak daun waru dalam medium korosif

NaCl 3%.

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, batasan masalah yang digunakan adalah:

1. Sampel yang digunakan adalah baja St37.

2. Medium korosif yang digunakan adalah NaCl dengan konsentrasi 3 %.

3. Perendaman baja pada medium korosif menggunakan inhibitor dan tanpa inhibitor

ekstrak daun waru dengan variasi waktu perendaman 3hari, 6 hari, 9 hari dan 12

hari.

4. Laju korosi dihitung dengan metode kehilangan berat.

5. Karakterisasi dilakukan menggunakan SEM-EDS dan XRD.


5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui pengaruh variasi waktu perendaman inhibitor ekstrak daun waru

(hibiscus tiliaceus) terhadap laju korosi dalam medium korosif NaCl 3%.

2. Mengetahui efisiensi dari ekstrak daun waru pada baja karbon St37.

3. Mengetahui struktur mikro, dan unsur-unsur kimia yang dihasilkan setelah

penambahan inhibitor ekstrak daun waru dalam medium korosif NaCl 3%.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca umumnya tentang pemanfaatan bahan

alami sebagai bahan pembuatan inhibitor yang bersifat ramah terhadap lingkungan.

2. Meningkatkan daun waru secara optimal agar bernilai guna di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

3. Dapat menjadi tambahan referensi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, terutama di Jurusan Fisika.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Baja Karbon

Baja (Steel) adalah suatu produksi besi yang mengandung kadar karbon berkisar sekitar

1,7%. Produk ini secara teknik dinyatakan sebagai baja karbon (Carbon Steel)

(Darmanto, 2006). Baja karbon adalah logam paduan yang merupakan kombinasi dari

besi dan karbon serta paduan elemen lain yang jumlahnya tidak terlalu banyak yang

akan mempengaruhi sofat akhir dari baja karbon. Komposisi baja karbon biasanya

mengandung tidak lebih dari 1,0% karbon (C) serta sejumlah kecil paduan seperti

mangan (Mn) dengan kadar maksimal 1,65%, silikon (Si) dengan kadar maksimal

0,6%, tembaga (Cu) dengan kadar maksimal 0,6%, Fosfor (P) dengan kadar kurang dari

0,6%, dan Sulfur (S) dengan kadar kurang dari 0,06% (Mustanti, 2018).

Pada baja fungsi karbon yaitu sebagai unsur pengeras pada logam paduan dengan

mencegah dan menghalangi dislokasi bergeser pada kisi kristal. Proses pengerasan

(Hardening) dilakukan pada logam, agar logam tersebut mendapatkan kekerasan yang

lebih tinggi. Pengerasan merupakan salah satu proses perlakuan panas, dimana baja

dipanaskan pada suhu tertentu di atas temperatur kritis (Ae3) dan kemudian ditahan

sampai beberapa lama. Kemudian dicelup ke dalam air, minyak atau air larutan garam

tergantung pada tipe baja tersebut (Junaidi, 2018). Kandungan karbon dari unsur

paduan lainnya akan mempengaruhi sifat-sifat baja yang didapatkan. Kandungan baja

karbon tanpa paduan berkisar dari 0,03% - 1,7% namun biasanya tidak melebihi 1,5%

(Darmanto, 2006).
7

2.2 Klasifikasi Baja Karbon

Baja karbon menurut komposisi kimianya dibedakan menjadi sebagai berikut:

penggunaannya sangat luas, bisa untuk konstruksi kapal, konstruki kendaraan, plat,

pipa serta mur baut dan lain sebagainya.

a. Baja karbon rendah dengan kadar karbon 0,05-0,3% (low carbon steel). Sifatnya

mudah ditempa dan mudah dimesin. Biasanya digunakan untuk bodi mobil, bus,

konstruksi kapal, plat, pipa, serta mur baut dan lain-lain.

b. Baja karbon menengah dengan kadar karbon 0,3-0,5% (medium carbon steel).

Kekuatannya lebih tinggi daripada baja karbon rendah. Sifatnya sulit dibengkokkan,

dilas, dan dipotong. Penggunaannya untuk konstruksi bangunan, bahan pada

komponen mesin, golok, pisau dan lain-lain.

c. Baja karbon tinggi dengan kadar karbon 0,5-1,5% (high carbon steel).Sifatnya sulit

dibengkokkan, dilas dan dipotong. Penggunaannya seperti pada baja kawat, kabel

tarik dan angkat, kikir, pahat, dan gergaji.

Baja St37 adalah baja yang digunakan untuk konstruksi dan industri perpipaan dan

diproduksi berdasarkan standar DIN (Jerman) dengan kekuatan tarik sebesar 37 MPa.

Baja St37 mempunyai kadar karbon sebesar 0,13% dan tergolong dalam baja karbon

rendah. Komposisi kimia baja St37 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komposisi kimia baja St37


No Unsur Komposisi (%)
1 Karbon (C) 0,134
2 Mangan (Mn) 1,19
3 Silikon (Si) 0,247
4 Fosfor (P) 0,022
5 Sulfur (S) 0,002
6 Tembaga (Cu) 0,011
7 Nikel (Ni) 0,019
8 Molibden (Mo) 0,003
9 Krom (Cr) 0,025
10 Vanadium (V) 0,0004
11 Titanium (Ti) 0,009
8

12 Besi (Fe) 98,2


(Jeklin, 2016).

2.3 Kegunaan Baja St37

Penggunaan baja karbon rendah St37 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai

bahan pembuatan mur, baut, ulir sekrup, alat pengangkat presisi, batang tarik,

perkakas silinder dan yang lainnya. Hal ini karena sebelum mengalami carburizing

baja ini mempunyai sifat mudah dikerjakan dengan mesin. Namun penggunaan

baja St37 ini terbatas pada bagian-bagian yang kurang mendapatkan beban dan

gesekan yang berat. Hal ini karena baja karbon St37 memiliki sifat mekanis terutama

kekerasan dan keuletan kurang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Untuk

mendapatkan suatu konstruksi bahan yang keras pada permukaan dan ulet pada

bagian inti baja maka dilakukan carburizing (Suherman, 2003). Baja St37 yang setara

dengan AISI 1045 dengan komposisi kimia 0.5 % C, 0.8 % Mn, dan 0.3 % Si, adalah

salah satu baja yang dihasilkan untuk pembuatan berbagai komponen permesinan.

Untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis pada baja St37 maka diberlakukan proses

perlakuan panas, dengan cara pengerasan permukaan (Carburizing)(Pigra et al.,

2006). Penggunaan baja telah mengalami peningkatan yang cukup pesat di industri

manufaktur, dimana sebagaian ditentukan oleh nilai ekonomisnya (Surdia & Met,

2006). Baja St37 merupakan salah satu jenis baja karbon rendah yang memiliki sifat

mudah di tempa dan mudah di proses permesinan. Pahat bubut HSS banyak

digunakan untuk melakukan proses permesinan baja St37 dalam pembuatan roda gigi,

poros dan baut. Pada proses penyelesaian pekerjaan, selain dimensi produk jadi,

kekasaran permukaan (surface roughness) merupakan salah satu karakteristik kualitas

yang kritis (Critical to Quality Charactersistcs/CTQ) yang penting untuk

menunjukkan kualitas pengerjaan. Secara khusus, kekasaran permukaan memegang


9

peranan penting pada kualitas produk dan merupakan salah satu parameter yang

penting untuk mengevaluasi dari hasil proses keakurasian permesinan (Petropoulos et

al., 2009).

2.4 Korosi

Korosi atau yang lebih dikenal dengan pengkaratan, secara umum didefinisikan sebagai

penurunan mutu dari logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya

(Trethewey and Chamberlain, 1991). Kondisi lingkungan yang sering menyebabkan

terjadinya korosi pada logam adalah udara dan air (Roberge, 2008). Proses korosi pada

logam erat kaitannya dengan kondisi logam itu sendiri, tempat (lingkungan), perlakuan

sewaktu logam dalam proses perubahan fungsi atau bentuk. Proses korosi tersebut akan

berhubungan langsung dengan udara terbuka yang mengandung senyawa asam. Apabila

terjadi hujan, permukaan logam menjadi basah dengan sifat asam. Di dalam udara

terdapat banyak sekali sampah dan debu sebagai pencemar dengan partikel-partikel air

embun. Sewaktu bintik-bintik embun/air hujan telah kering, proses korosi berhenti dan

akan terjadi korosi kembali apabila ada air. Dalam hal ini korosi merupakan proses

kerusakan suatu bahan atau proses perubahan sifat suatu bahan akibat pengaruh atau

reaksinya dengan lingkungan. Apabila dipacu oleh pengaruh luar (lingkungan) yang

terus-menerus, sehingga menjadi stimulan (penggiat) yang berkesinambungan untuk

semakin cepat proses korosinya. Faktor dari lingkungan penyebab korosi diantaranya

adalah O2, H2O, CO2, pH, temperatur tinggi kerusakan mekanis dan mikrobia sehingga

diindikasikan dapat terjadi korosi melalui proses fisik, kimia, biologi, elektrokimia,

mekanis, dan suhu tinggi (Pigra et al., 2006). Proses korosi pada logam erat kaitannya

dengan kondisi logam itu sendiri, tempat (lingkungan), perlakuan sewaktu logam dalam

proses perubahan fungsi atau bentuk. Proses korosi tersebut akan berhubungan

langsung dengan udara terbuka yang mengandung senyawa asam. Apabila terjadi
10

hujan, permukaan logam menjadi basah dengan sifat asam. Di dalam udara terdapat

banyak sekali sampah dan debu sebagai pencemar dengan partikel-partikel air embun.

Sewaktu bintik-bintik embun/air hujan telah kering, proses korosi berhenti dan akan

terjadi korosi kembali apabila ada air. Dalam hal ini korosi merupakan proses

kerusakan suatu bahan atau proses perubahan sifat suatu bahan akibat pengaruh atau

reaksinya dengan lingkungan. Apabila dipacu oleh pengaruh luar (lingkungan) yang

terus-menerus, sehingga menjadi stimulan (penggiat) yang berkesinambungan untuk

semakin cepat proses korosinya.

2.4.1 Faktor Korosi

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya korosi antara lain adalah udara, air,

tanah dan zat-zat kimia.

1. Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan bumi dan

komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konsisten. Adanya oksigen

yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan permukaan logam

yang lembab sehingga kemungkinan terjadi korosi lebih besar(Trethewey

and Chamberlain, 1991).

2. Air

Air dapat dibedakan atas air laut dan air tawar. Air laut merupakan larutan

yang mengandung berbagai macam unsur yang bersifat korosif. Jumlah

garam dapat dinyatakan dengan salinitas, yaitu jumlah bahan-bahan padat

yang terlarut dalam satu kilogram air laut. Karena banyaknya bahan-bahan

padat yang terdapat dalam air laut maka akan mempengaruhi laju korosi

suatu bahan logam. Air laut sangat mempengaruhi laju korosi dari logam

yang dilalui atau yang kontak langsung dengannya. Hal ini dikarenakan air
11

laut mempunyai konduktivitas yang tinggi dan memiliki ion klorida yang

dapat menembus permukaan logam (FJ Wubben, 2005).

3. Zat-zat kimia

Zat kimia yang dapat menyebabkan korosi antara lain asam, basa dan

garam, baik dalam bentuk cair, padat maupun gas. Pada umumnya, korosi

oleh zat kimia pada suatu material dapat terjadi bila material mengalami

kontak langsung dengan zat kimia tersebut (Trethewey and Chamberlain,

1991).

2.4.2 Jenis-jenis Korosi

Penyebab terjadinya korosi berdasarkan lingkungan maupun jenis material yang

diserang. Korosi terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya adalah:

1. Korosi Seragam (Uniform attack)

Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia

karena pH air yang rendah dan udara yang lembab, sehingga makin lama

logam makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil,

logam homogen. Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara diberi lapis

lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.

a. Untuk lambung kapal diberi proteksi katodik

b. Pemeliharaan material yang tepat

c. Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam berpaduan

tembaga 0,4%(Marcus, 1995).


12

Gambar 2.1Korosi seragam pipa ballast.

2. Korosi Sumur (Pitting corrosion)

Adalah korosi yang disebabkan karena komposisi logam yang tidak

homogen yang KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 139 dimana pada daerah

batas timbul korosi yang berbentuk sumur. Korosi jenis ini dapat dicegah

dengan cara :

a. Pilih bahan yang homogen

b. Diberikan inhibitor

c. Diberikan coating dari zat agresif (Lyublinski et al., 2013).

Gambar 2.2Korosisumur.
3. Korosi Erosi (Errosion Corrosion)

Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian – bagian yang

tajam dan kasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga

diakibatkan karena fluida yang sangat deras dan dapat mengkikis film

pelindung pada logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan propeller.
13

Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

a. Pilih bahan yang homogen

b. Diberi coating dari zat agresif

c. Diberikan inhibotor

d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras (Utomo, 2012).

Gambar 2. 3Korosi erosi.

4. Korosi Galvanis (Galvanis corrosion)

Korosi yang terjadi karena adanya 2 logam yang berbeda dalam satu

elektrolit sehingga logam yang lebih anodic akan terkorosi. Korosi ini dapat

dicegah dengan cara :

a. Beri isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektolit

b. Pasang proteksi katodik

c. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan (Marcus, 1995).

Gambar 2. 4Korosi galvanis.


14

5. Korosi Tegangan (Stress corrosion)

Terjadi karena butiran logam yang berubah bentuk yang diakibatkan karena

logam mengalami perlakuan khusus ( seperti diregang, ditekuk dll.)

sehingga butiran menjadi tegang dan butiran ini sangat mudah bereaksi

dengan lingkungan. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

a. Diberi inhibitor

b. Apabila ada logam yang mengalami streses maka logam harus

direlaksasi (Lyublinski et al., 2013).

Gambar 2.5Korositegangan.

6. Korosi Celah (Crevice corrosion)

Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain

diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga

kosentrasi O2 pada mulut kaya disbanding pada bagian dalam, sehingga

bagian dalam lebih anodic dan bagian mulut jadi katodik. Korosi ini dapat

dicegah dengan cara :

a. Isolator

b. Dikeringkan bagian yang basah

c. Dibersihkan kotoran yang ada (Marcus, 1995).


15

Gambar 2.6Korosicelah.

7. Korosi mikrobiologi

Korosi yang terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang mempengaruhi

korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung

jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju

korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan

permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam

bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.

Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk

lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di

permukaan. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-

kondisinya

b. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari

lingkungannya

c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif

d. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus

tandingan.

e. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat

korosif lainnya (Utomo, 2012).


16

Gambar 2. 7Korosi mikrobiologi

8. Korosi lelah (Fatique corrosion)

Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus

berulang sehingga semakin lama logam akan mengalami patah karena

terjadi kelelahan logam. Korosi ini biasanya terjadi pada turbin uap,

pengeboran minyak dan propeller kapal. Korosi jenis ini dapat dicegah

dengan cara :

a. Menggunakan inhibitor

b. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.

(Utomo, 2012).

Gambar 2. 8 Korosi lelah.

2.4.3 Mekanisme Terbentuknya Sel Korosi

Korosi dapat terjadi apabila terdapat empat elemen di bawah ini :

 Anoda

Terjadi reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi


17

M M+ + e-

 Katoda

Terjadi reaksi reduksi, daerah tersebut mengkonsumsi elektron

 Ada hubungan (Metallic Pathaway)

Tempat arus mengalir dari katoda ke anoda

 Larutan (electrolyte)

Larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik, mengandung ion-ion. Agar

korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu dari

keempat elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi (Trethewey and

Chamberlain, 1991). Reaksi korosi yang akan terjadi adalah :

Anoda : 4Fe 4Fe2+ + 8e- (oksidasi)

Katoda: 4H2O + 2O2 + 8e- 8 OH- (reduksi)

4Fe2+ + 8OH- 4Fe(OH)2

4Fe(OH)2 + 2H2O + O2 2(Fe2O3 . 3H2O) (karat)

2H+ + 2e- H2 gas (suasana asam)

2.4.4 LajuKorosi

Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan

terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa digunakan

adalah mm/th (standar internasional) atau mill/year (mpy, standar British).

Tingkat ketahanan suatu material terhadap korosi umumnya memiliki niai laju
18

korosi antara 1 – 200 mpy (Roberge, 2008). Laju korosi dapat dirumuskan

sebagai berikut:

(2.1)

dimana: C = Laju korosi (mm/y)


K = Konstanta laju korosi
W = Selisih massa(mg)
T = Waktu perendaman(tahun)
A = Luas permukaan (mm2)
ρ = Massa jenis(mg/mm3)

Metode pengurangan berat merupakan metode pengukuran laju korosi paling

sederhana. Massa sampel sebelum dan setelah dilakukan uji ditimbang untuk

mengetahui selisih massanya (Kumar et al., 2012).

Tabel 2.2. menunjukkan perbandingan nilai laju korosi dalam mpy dengan unit

satuan yang lain. Laju korosi dalam mm/tahun menampilkan nilai bentuk

pecahan, µm/tahun memberikan hasil dalam bilangan bulat besar dan nm/jam

serta pm/jam menunjukkan nilai laju korosi dengan bilangan bulat kecil. Nilai

laju korosi tersebut menunjukkan ketahanan suatu logam terhadap proses korosi.

Tabel2.2Perbandingansatuanlajukorosimils per year (mpy)


dengansatuanlajukorosi yang lain
Laju korosi mil/ mm/ μm/tahun nm/jam pm/detik
relatif
tahun tahun
Amat sangat < 1 < 0,025 < 25 < 2,89 < 0,8
baik
Sangat baik 1–5 0,025 –0,1 25 – 100 2,89 – 10 0,8– 4
Baik 5 -20 0,1 – 0,5 100 – 500 10 – 50 4 – 16
Sedang 20 – 50 0,5 – 1 500 – 1000 50 – 150 16 – 40
Buruk 50 -200 1–5 1000 – 5000 150 – 500 40 – 161

Sangat buruk 200+ 5+ 5000+ 500+ 161+


Sumber:(Jones, 1996).
baja dapat dikatakan memiliki ketahanan korosi baik jika laju korosinya < 1.
19

2.4.5 Faktor-Faktor yang MempengaruhiLajuKorosi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju korosi yaitu:

1. Kandungan Gas dan Padatan Terlarut

a. Oksigen (O2)

Gas oksigen yang terlarut akan menyebabkan laju korosi pada material

meningkat. Kelarutan dalam air merupakan fungsi dari tekanan,

temperatur dan kandungan klorida. Oksigen akan bereaksi dengan besi

yang kemudian menghasilkan karat.

b. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida yang terlarut dalam air akan membentuk asam

karbonat dan menyebabkan pH air menurun sehingga korosifitas

meningkat. Jenis korosi yang dihasilkan berupa korosi piting atau

sumuran.

c. Klorida (Cl-)

Klorida akan menyerang lapisan pelindung pada material yang

menyebabkan terjadinya korosi sumuran, korosi celah dan pecahnya

paduan.

d. Sulfat (SO4)

Ion sulfat dalam air dapat berubah menjadi sulfida yang bersifat

korosif.

2. Temperatur

Laju korosi pada umumnya akan meningkat seiring dengan bertambahnya

temperatur meskipun kelarutan oksigen berkurang. Hal ini disebabkan

karena reaksi kimia akan meningkat pada temperatur yang lebih tinggi.
20

3. Derajat Keasaman pH

Suatu lingkungan akan bersifat asam jika pH < 7 dan basa jika pH > 7. Laju

korosi akan meningkat dengan menurunnya pH. Penurunan pH akan

menjadikan lingkungan bersifat semakin asam dan kandungan hidrogennya

meningkat.

4. Bakteri Pereduksi

Bakteri pereduksi sulfat (SRB) akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S.

Apabila gas tersebut kontak dengan material logam akan menyebabkan

terjadinya korosi(Pigra et al., 2006).

2.5 PengaruhKonsentrasi NaCl terhadapLajuKorosi

Di dalam sebuah larutan, suatu garam akan terurai menjadi ion-ion (baik berupa kation

maupun anion) pembentuknya. Ion-ion ini akan menjadikan larutan garam mampu

menghantarkan muatan listrik yang terdistribusi di dalam larutan tersebut. Oleh karena

di dalam larutan garam ini akan menghasilkan nilai konduktivitas, dimana nilai

konduktivitas ini sebanding dengan konsentrasi dari garam yang terlarut didalam

larutan. Proses korosi merupakan suatu reaksi elektrokimia antara logam sebagai anoda

dengan lingkungan yang bertindak sebagai katoda (Jones, 1996). Sehingga

konduktivitas dari suatu larutan elektrolit yang menghubungkan antara anoda dan

katoda ini akan menentukan kecepatan dari reaksi elektrokimia tersebut. Larutan

dengan konduktivitas yang baik akan mengakibatkan reaksi korosi berlangsung dengan

cepat, sehingga akan meningkatkan laju korosi.

Dengan adanya ion-ion di dalam larutan garam akan bisa menurunkan agen pereduksi

yang ada pada larutan. Semakin besar nilai konsentrasi NaCl di dalam larutan yang

terlarut (teraerasi) maka akan menurunkan kelarutan oksigen dalam larutan. Ketika
21

konsentrasi NaCl mencapai nilai 3 hingga 3,5%, maka kelarutan optimum oksigen di

dalam larutan NaCl teraerasi (Jones, 1996). Gambar 2.9. menunjukkan pengaruh

konsentrasi NaCl terhadap laju korosi.

Gambar 2.8PengaruhKonsentrasi NaCl TerhadapLajuKorosi.

Pada penelitian sebelumnya, telah membuktikan bahwa laju korosi optimum baja

karbon berada pada konsentrasi NaCl 3-3,5%. Semakin tinggi konsentrasi NaCl di

dalam larutan, maka akan semakin besar konduktivitas larutan, sehingga meningkatkan

laju korosi pada baja. Namun semakin pekat konsentrasi dari NaCl maka akan terjadi

penurunan dari kelarutan agen pereduksi sehingga laju korosi akan berkurang. Hal ini

disebabkan karena kejenuhan dari larutan NaCl, sehingga menimbulkan endapan yang

tidak mampu bereaksi lagi yang menghasilkan pengurangan dari agen pereduksi di

dalam larutan.

2.6 Inhibitor Korosi

Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau

memperlambat suatu reaksi kimia(Indra Surya Dalimunthe, 2004). Bekerja secara

khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam

suatu lingkungan tertentu akan dapat menurunkan laju korosi dari logam akibat

lingkungan sekitar. Penambahan inhibitor dilakukan dengan jumlah yang sedikit, baik

secara kontinu maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu dan laju korosi
22

akan menurun secara drastis atau memberikan efek yang cepat dan baik.

Adapun mekanisme kerja inhibitor sebagai berikut(Indra Surya Dalimunthe, 2004):

1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis

dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh

mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap

logamnya.

2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat mengendap

dan selanjutnya teradsorpsi pada permukaan logam serta melindunginya terhadap

korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat

teramati oleh mata.

3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia yang

kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut membentuk suatu

lapisan pasif pada permukaan logam.

4) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

Penelitian terkait dilakukan oleh (Rasitiani et al., 2018) menjelaskan semakin besar

konsentrasi inhibitor yang digunakan maka akan semakin rendah laju korosinya. Hal

ini terjadikarena kulit buah mengandung tanin dimana berikatan dengan besi

sehingga terbentuk proteksi yang melindungi baja dari korosi. Dengan bertambahnya

konsentrasi tanin akan menggeser nilai laju korosi ke arah yang lebih rendah.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh(D. P. Sari, 2016) yang menjelaskan bahwa

semakin meningkat volume inhibitor yang ditambahan dan semakin lama waktu

perendaman, maka laju korosi yang terjadi semakin menurun, dan efisiensi inhibitor

meningkat.Hal ini dikarenakan daun salam mengandung senyawa tanin yang dapat

membentuk senyawa kompleks dengan Fe pada permukaan logam yang menghambat


23

terjadinya korosi, sehingga laju korosi yang terjadi menurun. Selain itu, senyawa

kompleks tersebut akan menghalangi serangan ion-ion korosif pada permukaan

logam sampai batas optimum inhibitor. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh

(Sanjaya et al., 2018) menjelaskan bahwa hasil analisis dan perhitungan laju korosi

didapatkan bahwa inhibitor efektif dalam menginhibisi laju korosi.

2.7 Tanaman Waru (hibiscus tiliaceus)

Tanaman waru (hibiscus tiliaceus) merupakan salah satu tumbuhan tropis yang

berbatang sedang yang tumbuh liar di hutan dan di ladang. Tanaman waru(hibiscus

tiliaceus) sangat banyak dan mudah ditemukan di Indonesia. Waru atau hibiscus

tiliaceus yang termasuk pada suku kapas-kapasan atau malvaceae. Jenis ini telah lama

dikenal sebagai pohon peneduh baik di tepi jalan atau di tepi sungai, dan di pesisir

pantai dengan bunganya yang kuning mencolok indah dipandang mata. Tanaman waru

yang masih semarga dengan kembang sepatu ini merupakan tumbuhan asli dari daerah

tropika di daerah pasifik barat. Namun saat ini tanaman ini

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak Disisi : Anaiospermae

Kelas : Dicotlyedoneae

Anak Kelas : Sympetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Malyaceae

Marga : Hibiscus

Jenis : Hibiscus tiliaceus(Oktaviani, 2018)


24

Gambar 2.9Daun Waru (hibiscus tiliaceus).

Tanaman waru (hibiscus tiliaceus) memiliki banyak manfaat secara tradisional

diantaranya akar waru digunakan sebagai pendingin bagi penyakit demam, daun waru

digunakan untuk membantu pertumbuhan rambut, obat batuk dan diare, bunga waru

digunakan sebagai obat masuk angin (D. T. B. Putra, 2011). Daunnya belum banyak

dimanfaatkan hanya di biarkan begitu gugur begitu saja, padahal daun waru memiliki

kandungan senyawa fitokimia yaitu saponin, flavonoid, polifenol dan tanin(Lusiana,

2013). Menurut (Oktaviani, 2018) bahwa inhibitor ekstrak daun waru mampu membuat

laju korosi semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi yang diberikan.

Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi inhibitor berbanding terbalik

dengan laju korosi yang mengakibatkan material suatu bahan akan bertahan lama.

2.8 MetodeKehilanganBerat

Salah satutujuandaricorrosion monitoring adalahdenganmengetahuilajukorosi pada

logamdarisuatustruktursehinggakitadapatmemprediksikapan dan berapa lama

strukturitudapatbertahanterhadapserangankorosi. Teknik monitoring

korosidapatdibagimenjadibeberapametodeyaitukinetika (weight loss) dan elektrokimia

(diagram polarisasi, linearpolarization resistance, electrochemical impedance

spectroscope, potensialkorosi, dan electrochemical noise) (Santoso, 2019).

Lajukorosidapatdihitungdenganpersamaansebagaiberikut:
25

ΔW=W1–W0 (2.2)

Dengan ΔW = Selisihberat (gram), Wo = Beratsebelumdiuji (gram), dan W1 =

Beratsetelahdiuji (gram).

CR (mpy) = (2.3)

Dengan CR = Lajukorosi (mmpy), W = Weight Loss (gram), K = KonstantaFaktor,

D = DensitasSpesimen (g/mm3), A = Luas Permukaan (mm2), dan T = Waktu (jam).

CR (mpy) = (2.4)

Metodeinibiladijalankandenganwaktu yang lama dan sustainable

dapatdijadikanacuanterhadapkondisitempatspesimendiletakkan

(dapatdiketahuiseberapakorosifdaerahtersebut) (Setiawan & Dewi, 2019).

Tabel 2.3Konstanta perhitunganlajukorosiberdasarkansatuannya(Prameswari, 2008).

Satuan Laju Korosi / Corrosian Rate Konstanta


Mils per year (mpy) 3,45 x 106
Inches per year (ipy) 3,45 x 103
Milimeters per year (mm/y) 8,76 x 104
Micrometers per year (μm/y) 8,76 x 107

Efisiensiinhibisidarisuatu inhibitor dapatditentukandenganperhitungansebagaiberikut:

-
EI(%)= x 100% (2.5)

2.9 Scanning Electron Microscopy-Energy Disperse (SEM-EDS)

Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang dapat melakukan pembesaran objek

sampai 2 juta kali menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik untuk mengontrol

pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta

resolusi yang jauh lebih bagus dibandingkan mikroskop cahaya (Prasetiyo, 2015).
26

Gambar 2. 11Skematikprinsipkerja SEM.

BerdasarkanGambar 2.11menunjukkanbahwaberkaselektronakandiscanpada

permukaansampel yang menyebabkanterjadiinteraksiantaraelektrondengan atom-atom

di permukaanmaupun di bawahpermukaansampel yang

mengakibatkansebagianbesarelektronkeluar, elektron-

elektrontersebutdisebutdenganBackscattered Electrons (BSE), dan

sebagiankecilelektronmasukkedalambahankemudianmemindahkansebagianbesarenergi

pada elektron atom sehinggaterpentalkeluarpermukaanbahan, yaituSecondary Electrons

(SE). Elektron-elektron BSE inimembawainformasitentang atom-atom yang

ditumbuknyabesertaikatannyadalamfasa.Sehinggakontras pada image yang

terbentukdarielektron-elektron BSE dalambatas-

batastertentudapatdipandangsebagaikontrasfasa yang ditunjukkan pada Gambar

2.12.(Sujatno et al., 2017).

Gambar 2. 12Interaksisampledenganberkaselektron.

Energy Dispersive X-ray (EDX) analisisadalahalat yang


27

berhargauntukanalisiskuantitatif dan kualitatifelemen.Metodeinimemungkinkancepat

dan analisiskimia non-

destruktifdenganresolusispasialdalamrezimmikrometer.Dalamsistemspektroskopidarifot

onsinar-X dipancarkandilakukan oleh detektor-Li Si denganresolusienergisekitar 150

eV pada 5 mm jarakkerja(Prasetyo, 2011).

Instrumen SEM yang dilengkapidengandetektor EDX sangat

berperanuntukmengidentifikasiunsur dan memetakandistribusiunsur pada sampe(Safitri,

2017). SEM EDX merupakanduaperangkatanalisis yang digabungkanmenjadisatu panel

analitissehinggamempermudah proses analitis dan lebihefisien. Analisis SEM EDX

dilakukanuntukmemprolehgambaranpermukaanataufitur material denganresolusi yang

sangat tinggihinggamemperolehsuatutampilandaripermukaansampel yang kemudian di

komputasikandengan

softwareuntukmenganalisiskomponenmaterialnyabaikdarikuantitatifmaupunkualitatifny

a(Prasetyo, 2011).
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021 sampai September 2021 di

Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung,Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN),

Laboratorium Material Teknik Mesin SMKN 2 Bandar Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tissue, gelas, gelas kimia, gelas ukur,

labu takar, botol sampel, spatula, pipet tetes, corong, alumunium foil, jangka sorong,

benang nilon, neraca digital, rotary vacum evaporator, alat pemotong baja, kertas

amplas 320, 400, 800, 2000, kertas saring, blender, SEM, EDS,dan XRD. Sedangkan

bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun waru, baja St37, NaCl 3 %,

etanol 96 %, akuades, dan aseton.

3.3 ProsedurPenelitian

Prosedur pada penelitian ini dibagi menjadi 5 tahap yaitu, preparasi sampel, pembuatan

medium korosif dan larutan inhibitor daun waru, perendaman, perhitungan laju korosi

dan analisis data.

1. Preparasi sampel

Preparasi sampel dengan memotong baja St37 dengan ukuran 20 x 20 x 5 mm3

sebanyak 8 buah. Membersihkan dan menghaluskan permukaan baja menggunakan

kertas amplas 320, 400, 800 dan 2000 grid untuk menghilangkan kotoran dan bekas
29

goresan pada saat pemotongan. Mencelupkan baja ke dalam aseton untuk

membersihkan kotoran yang menempel pada baja.

2. Pembuatan medium korosif dan larutan inhibitor daun waru

Pembuatan larutan NaCl 3 % yaitu dengan metode pengenceran, yaitu 3 gram NaCl

dilarutkan dengan aquabides sebanyak 97 ml (D. Sari et al., 2013). Pembuatan

larutan inhibitor ekstrak daun waru yaitu dengan mengeringkan daun waru sebanyak

3 kg dalam suhu kamar selama 20 hari untuk menghilangkan kadar air(Oktaviani,

2018). Menghaluskan daun waru yang telah kering dengan blender untuk

memudahkan dan memaksimalkan proses ekstraksi. Mengekstrak daun waru yang

telah halus dengan metode maserasi. Memasukkan hasil maserasi daun waru ke

dalam botol yang berisi etanol 96 % selama 24 jam. Menyaring hasil perendaman

menggunakan kertas saring hingga diperoleh filtrat.

Menguapkan filtrat dari hasil maserasi menggunakan alat penguap putar vakum
0
(rotary evaporator) dengan kecepatan 200 rpm pada suhu 50 C hingga

menghasilkan ekstrak pekat

3. Perendaman

Dalam tahap perendaman ini sampel yang digunakan ada 8 sampel, yaitu 4 sampel

ditambahkan inhibitor dan 4 sampel tanpa penambahan inhibitor. Kemudian masing-

masing sampel direndam pada medium korosif NaCl 3% dengan variasi waktu

perendaman 3 hari, 6 hari, 9 hari, dan 12 hari .

4. Perhitungan laju korosi

Perhitungan laju korosi dilakukan menggunakan metode kehilangan berat (Kayadoe

dan Turalely, 2016). Dengan cara menimbang terlebih dahulu massa awal sampel

sebelum terkorosi kemudian sampel yang telah direndam dibersihkan dan

dikeringkan lalu menimbang massa akhir sampel.


30

5. Karakterisasi dan analisis data

Sampel baja yang telah mengalami pengkorosian kemudian diuji menggunakan

SEM-EDS untuk mengetahui struktur permukaan sampel dan melihat unsur-unsur

kimia yang ada pada sampel dan XRD untuk mengetahui fasa yang terbentuk pada

sampel.

3.4 Diagram Alir

1. Prosedur Preparasi Pembuatan Baja

Mulai

Baja St37

dipotong dengan ukuran 20 x 20


x 5 mm3 sebanyak 8 sampel

dibersihkan dan dihaluskan dengan


kertas amplas 320, 400, 800, 2000
grid

menghilangkan kotoran dengan cara


dicelupkan dalam aseton

ditimbang massa awalnya

Sampel baja hasil preparasi

Selesai

Gambar 3.1Diagram preparasi pembuatan baja


31

2. Prosedur Preparasi Pembuatan Larutan Korosif

Mulai

NaCl 3 gram

ditambahkan aquades 100 ml

diaduk sampai homogen

Medium korosif NaCl 3


%

Selesai

Gambar 3.2Diagram preparasi pembuatan larutan korosif


32

3. Prosedur Preparasi Pembuatan Ekstrak Daun Waru

Mulai

Daun Waru 3 kg

dibersihkan dan dipotong kecil-kecil

dikeringkan selama 20 hari

dihaluskan dengan blender

Serbuk Daun Waru

direndam dengan etanol 96 % selama 24 jam

disaring dengan kertas saring

Filtrat Daun Waru

diuapkan dengan vacum rotary


hingga menghasilkan ekstrak pekat

Ekstrak Daun Waru

Selesai

Gambar 3.3Diagram preparasi pembuatan ekstrak daun waru


33

4. Prosedur Preparasi Proses Korosi

Mulai

Baja St37 hasil preparasi


sebanyak 8 sampel

direndam dalam medium korosif NaCl 3 %


dengan varian waktu perendaman 3 hari, 6 hari, 9
hari, dan 12 hari

Baja St37 dengan Baja St37 tanpa


inhibitor inhibitor

baja hasil perendaman ditimbang massa akhirnya

dihitung laju korosinya

diuji dengan SEM-EDS dan XRD

Hasil penelitian

Selesai

Gambar 3.4Diagram preparasi proses korosi


34

3.5 Kode – Kode Sampel

Kode sampel yang digunakan untuk memudahkan penyajian dan analisis

dataditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3. 1Kode Sampel


No Kode sampel Keterangan
1 St37 3.0 Waktu perendaman 3 hari pada inhibitor 0 %
2 St37 6.0 Waktu perendaman 6 hari pada inhibitor 0 %
3 St37 9.0 Waktu perendaman 9 hari pada inhibitor 0 %
4 St37 12.0 Waktu perendaman 12 hari pada inhibitor 0 %
5 St37 3.15 Waktu perendaman 3 hari pada inhibitor 15 %
6 St37 6.15 Waktu perendaman 6 hari pada inhibitor 15 %
7 St37 9.15 Waktu perendaman 9 hari pada inhibitor 15 %
8 St37 12.15 Waktu perendaman 12 hari pada inhibitor 15 %
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaruh waktu perendaman terhadap laju korosi pada baja karbon yaitu

semakin lama waktu perendaman maka laju korosi yang dihasilkan

semakin besar pada baja karbon tanpa inhibitor.

2. Efisiensi inhibitor tertinggi terdapat pada ampel St37 dengan waktu

perendaman 9 hari sebesar 78,48 %.

3. Berdasarkan hasil analisis XRD terdapat 3 puncak yang terbentuk dan

memperlihatkan bahwa fase yang terbentuk adalah Fe.

4. Berdasarkan analisis SEM dan EDS terlihat bahwa sampel baja karbon

telah terkorosi, terlihat bahwa pada analisis EDS pada sampel St37 dengan

waktu perendaman selama 12 hari menggunakan inhibitor menghasilkan

produk korosi sebesar 87,2 %.

5. Hasil laju korosi yang didapat pada waktu perendaman selama 9hari

menghasilkan laju korosi tertinggi yaitu sebesar 0,767 mm/y tanpa

inhibitor.
50

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran untuk penelitian selanjutnya

yaitu:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi ekstrak daun waru sebagai

inhibitorkorosi dengan waktu perendaman yang lebih bervariasi.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenislogam yang berbeda

untuk membandingkan laju korosi, produk korosi, dan jenis korosi yang

dihasilkan.

3. Diperlukan melakukan perendaman dalam medium korosif yang berbeda sebagai

pembanding dengan penelitian sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Gaber, A. M., Abd-El-Nabey, B. A., Khamis, E., & Abd-El-Khalek, D. E.


(2011). A Natural Extract As Scale And Corrosion Inhibitor For Steel Surface In
Brine Solution. Desalination, 278(1–3), 337–342.

Ali, F., Saputri, D., & Nugroho, R. F. (2014). Pengaruh Waktu Perendaman Dan
Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) Sebagai Inhibitor
Terhadap Laju Korosi Baja SS 304 Dalam Larutan Garam Dan Asam. Teknik
Kimia, 20(1), 28–37.

Darmanto. (2006). “Pengaruh Holding Time Terhadap Sifat Kekerasan Dengan


Refining The Core Pada Proses Carburizing Material Baja Karbon Rendah.”
Traksi, 4(2), 91–99.

El-Etre, A. Y. (2006). Khillah Extract As Inhibitor For Acid CorrosionOf SX 316 Steel.
Applied Surface Science, 252(24), 8521–8525.

FJ Wubben. (2005). Removal Of Formic Acid From Crude Acetic Acid By


Heterogeneous Catalytic Decomposition. In Processes (Vol. 8, Issue 12).

Handani, S., & Elta, M. S. (2012). Pengaruh Inhibitor Ekstrak Daun Pepaya Terhadap
Korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B Erw Dalam Medium Air Laut Dan Air
Tawar. Jurnal Riset Kimia, 5(2), 175.

Indra Surya Dalimunthe. (2004). Kimia Dari Inhibitor Korosi. Construction and
Building Materials, 1–8.

Indrayani, N. L. (2016). Studi Pengaruh Eceng Gondok Sebagai Inhibitor Korosi Untuk
Pipa Baja SS400 Pada Lingkungan Air. Universitas Islam 45, Bekasi, 4(2), 47–56.

Jeklin, A. (2016). Tahun 2016, Menuju Pusat Unggulan IPTEK Pengolahan dan
Pemurnian Mineral (Issue July).

Jones. (1996). Principles And Prevention Of Corrosion Second Edition. Materials &
Design, 14(3), 572.
52

Junaidi. (2018). Karakteristik Material Baja St . 37 Dengan Temperatur Dan Waktu


Pada Uji Heat Treatment Menggunakan Furnace.08(15).

Kirono, S., & Amri, A. (2013). Pengaruh Tempering Pada Baja St 37 Yang Mengalami
Karburasi Dengan Bahan Padat Terhadap Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro.
Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta, C, 1–10.

Kumar, N., Singh, K. A., Kumar, A., & Patel, S. (2012). Corrosion Behaviour Of
Austenitic Stainless Steel Grade 316 In Strong Acid Solution Nitesh. 2(March), 1–
9.

Ludiana, Y., & Handani, S. (2012). Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun Teh (
C Amelia Sinensis ) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B
Erw. 1(1), 12–18.

Lusiana, K. (2013). Pemanfaatan Ekstrak Daun Waru Lengis (Hibiscus Tiliaceus L.)
Sebagai Antibakteri Dan Alternatif Pembusa Alami Dalam Sampo (pp. 1–14).

Lyublinski, E., Natale, T., Roland, W., & Woessner, S. M. (2013). Corrosion inhibitors
for long-Term protection of enclosures. NACE - International Corrosion
Conference Series, May 2014.

Marcus, P. (1995). Corrosion Mechanisms In Theory And Practice.

Mustanti, L. F. (2018). Universitas Sumatera Utara Skripsi. In Analisis Kesadahan


Total Dan Alkalinitas Pada Air Bersih Sumur Bor Dengan Metode Titrimetri Di
PT Sucofindo Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Nurhayati, I., Karo, P. K., & Syafriadi, S. (2020). Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Maja
Sebagai Inhibitor Pada Baja Karbon Aisi 1020 Dalam Medium Korosif Nacl 3%
Dengan Variasi Waktu Perendaman. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 8(2), 159–
168.

Oguzie, E. E. (2007). Corrosion Inhibition Of Aluminium In Acidic And Alkaline


Media By Sansevieria Trifasciata Extract. Corrosion Science, 49(3), 1527–1539.

Oktaviani, R. (2018). Analisa Pengaruh Penambahan Inhibitor Ekstrak Daun Waru


(Hibiscus Tiliaceus) Terhadap Laju Korosi Besi Beton.

Petropoulos, G., Kechagias, J., Iakovakis, V., & Maropoulos, S. (2009). Surface
Roughness Investigation Of A Reinforced Polymer Composite.10(3), 26–27.

Pigra, D. A. N. D., Rate, C., & Pigra, D. (2006). Laju Korosi Baja Oleh
Desulfomicrobium Baculatum Dan Desulfomonas Pigra. 1–10.

Pradityana, A., Sulistijono, & Shahab, A. (2007). Penggunaan Bio Inhibitor Dalam
53

Pipe Plant Industri Migas. 3, 1–8.

Prameswari, B. (2008). Studi Efektifitas Lapis Galvanis Terhadap Ketahanan Korosi


Pipa Baja ASTM A53 Di Dalam Tanah (Underground Pipe) Struktur. 3, 4–35.

Prasetiyo, A. B. (2015). Aplikasi Metode Taguchi Pada Optimasi Parameter Permesinan


Terhadap Kekasaran Permukaan Dan Keausan Pahat Hss Pada Proses Bubut
Material St 37. Mekanika, 13(2008), 86–97.

Prasetyo, Y. (2011). Applying Sem-Edx Techniques To Identifying The Types Of


Mineral Of Jades (Giok) Takengon, Aceh. Jurnal Natural Unsyiah, 15(2).

Putra, D. T. B. (2011). Pengaruh Suplementasi Daun Waru (Hibuscus Tiliceus L)


Terhadap Karakteristik Fermentasi Dan Populasi Protozoa Rumen Secara In Vitro.
In Biology: Vol. Bachelor.

Putra, R. A. (2011). Pengaruh Waktu Perendaman Dengan Penambahan Ekstrak Ubi


Ungu Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja Karbon Rendah Di Lingkungan Hcl
1M.

Raja, P. B., & Sethuraman, M. G. (2008). Natural Products As Corrosion Inhibitor For
Metals In Corrosive Media - A Review. Materials Letters, 62(1), 113–116.

Rasitiani, A., Ginting, E., & Karo Karo, P. (2018). Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit
Buah Maja (Aegle Marmelos (L.) Corea) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon API
5L Pada Medium NaCl 3% Dan H2SO4 3%. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika,
6(2), 147–158.

Roberge, P. R. (2008). 59. Corrosion Engineering Principles And Practice, McGraw-


Hill, New York, US. In McGraw-Hill, New York, US.

Rustini, N., Ariati, K., Indah Purna Dewi, A., & Dira Swantara, I. (2015). Uji Toksisitas
Ekstrak Daun Waru (Hibiscus Tiliaceus L.) Terhadap Larva Artemia Salina Leach
Serta Identifikasi Golongan Senyawanya. Jurnal Kimia, 9(1), 47–52.

Safitri, L. E. (2017). Pengaruh Penambahan Na2o Pada Feedstock Gel Dan Variasi
Waktu Hidrotermal Terhadap Sintesis Zeolit X Dari Kaolin Bangka Belitung
Secara Langsung.

Sanjaya, R., Ginting, E., & Riyanto, A. (2018). Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya
(Carica Papaya L) Sebagai Inhibitor Pada Baja ST37 Dalam Medium Korosif Nacl
3% Dengan Variasi Waktu Perendaman. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 6(2),
167–174.

Santoso, K. A. (2019). Analisa Pengaruh Laju Korosi Plat Baja ST 40 Dan Stainless
Steel 304 Terhadap Larutan Asam Sulfat. Majamecha, 1(1), 24–35.
54

Sari, D., Handani, S., & Yetri, Y. (2013). Pengendalian Laju Korosi Baja St-37 Dalam
Medium Asam Klorida Dan Natrium Klorida Menggunakan Inhibitor Ekstrak
Daun Teh (Camelia Sinensis). Jurnal Fisika Unand, 2(3), 204–211.

Sari, D. P. (2016). Efektivitas Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyantha L.) Sebagai
Inhibitor Korosi Baja Karbon Api 5l Di Media Korosi Nacl 3,5%. 14–16.

Setiawan, A., & Dewi, A. K. (2019). Pengaruh Surface Treatment Terhadap Ketahanan
Korosi Baja Karbon Tercoating Zinc Fosfat Pada Media Asam Sulfat. J. Teknologi,
11(1), 57–66.

Simanjuntak, H., Suka, E. G., & Suprihatin, S. (2019). Pengaruh Penambahan Inhibitor
Ekstrak Kopi Dan Waktu Perendaman Terhadap Laju Korosi Pada Baja Karbon
Aisi 1020 Dalam Larutan Nacl 3%. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 7(2), 239–
248.

Suherman, W. (2003). Ilmu Logam.

Sujatno, A., Salam, R., Bandriyana, B., & Dimyati, A. (2017). Studi Scanning Electron
Microscopy (Sem) Untuk Karakterisasi Proses Oxidasi Paduan Zirkonium. Jurnal
Forum Nuklir, 9(1), 44.

Surdia, T., & Met, M. S. (2006). Perbaikan Sifat Mekanis Besi Cor Kelabu Lewat
Penambahan Unsur Cr Dan Cu. In Rotasi (Vol. 8, Issue 3).

Trethewey and Chamberlain. (1991). Pengamatan Struktur Mikro Pada Korosi Antar
Butir Dari Material Baja Tahan Karat Austenitik Setelah Mengalami Proses
Pemanasan. Korosi, 3(2), 107.

Utomo, B. (2012). Jenis Korosi Dan Penanggulangannya. Kapal, 6(2), 138–141.

Yerimadesi, Hardeli, Etika, B. sri, Emriadi, & Hartika, P. (2013). Lignin Dari Serbuk
Gergaji Ka Yu Sebagai Al Ternatif Inhibitor Ko Rosi Baja Dalam Medium Air
Laut.November, 13–20.

Yufita, E., Fitriana, D., & Zulfalina. (2018). Pengendalian Laju Korosi Pada Baja Plat
Hitam a36 Dalam Medium Korosif Menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun Salam
Control of Corrosion Rate on a36 Black Plate Steel in Corrosive Medium Using
Salam Leaf Extract Inhibitor. J. Aceh Phys. Soc, 7(2), 67–71.

Yuli Rizky Ananda Nasution, Sri Hermawan, & Rosdanelli Hasibuan. (2012).
Penentuan Efisiensi Inhibisi Reaksi Korosi Baja Menggunakan Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L). Jurnal Teknik Kimia USU, 1(2), 45–48.

Anda mungkin juga menyukai